67
BAB 2TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab ini akan dibahas tentang 1).
Konsep dasar stroke, 2) Konsep dasar nutrisi, 3) konsep dasar
status fungsional,dan 4) Hubungan antar konsep.2.1 Konsep Dasar
Stroke
2.1.1 Pengertian stroke
Stroke atau gangguan peredaran darah otak (GPDO) merupakan
penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara
cepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
mendadak yang disebabkan karena terjadinya gangguan peredaran darah
otak dan bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Stroke adalah
kehilangan fungsi otak karena terhentinya suplay darah ke otak.
Stroke merupakan peringkat ke 2 penyebab kematian dengan laju
mortalitas 18%-37%. Stroke adalah salah satu penyebab kematian dan
kecacatan neurologis yang utama di Indonesia. Serangan otak ini
merupakan kegawadaruratan medis yang harus ditanggani secara
cepat,tepat, dan cermat (Pudiastuti 2011:152)Di Indonesia usia
penderita stroke umumnya berkisar pada usia 45 tahun ke atas. Gaya
hidup yang modern dan serba instan seperti sekarang iniberpeluang
besar bagi seseorang untuk terserang stroke diusia muda, baik
wanita maupun pria produktif.
2.1.2 PenyebabMenurut Muttaqin (2008: 235-236) penyebab stroke
adalah1. Trombosis serebral
Trombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi
sehingga menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkan
oedema dan kongesti di sekitarnya. Trombosis biasanya terjadi pada
orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat
terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat terjadi menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis sering kali memburuk pada 48 jam setelah trombus.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan trombosis otak.2.
Hemoragi
Pendarahan intrakranial atau intraserebral termasuk pedarahan
ruang subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Perdarahan
ini dapat terjadi karena ateroskerosis dan hipertensi. Akibat
pecahnya pembukuh darah diotak menyebabkan pembesaran darah ke
dalam parenkim otak yang mengakibatkan penekanan, pergeseran, dan
pemisahan jaringan otak yang berdekatan, sehingga otak akan
membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga erjadi infark akut,
edema, dan mungkin herniasi otak.3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum
adalah.a. Hipertensi yang parahb. Henti jantung-paruc. Curah
jantung turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat
adalah.a. Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan
subaraknoid
b. Vasokonstriksi arteri otak disertai sakit kepala migren2.1.3
Manifestasi Klinis
Untuk stroke non hemoragi (iskemik), gejala utamanya adalah
timbulnya defisit neurologis secara mendadak, didahului gejala
prodromal, terjadi pada waktu istirahat atau bangun pagi dan
kesadaran biasanya tidak menurun, kecuali jika embolus cukup besar.
Menurut WHO dalam Internasional Statistical Classification of
Diseases and Related Health PraMem, stroke hemoragi dibagi atas
(Rendy 2012:11)1. Perdarahan Subaraknoid (PSA)
Pada pasien dengan PSA didapatkan gejala prodromal berupa nyeri
kepala hebat dan akut, kesadaran sering terganggu dan sangat
bervariasi. Ada gejala/tana rangsangan meningeal. Edema papil dapat
terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma
pada arteri komunikans anterior atau arteri karotis interna.2.
Perdarahan Intraserebral (PIS)
Stroke akibat PIS mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas,
kecuali nyeri kepala karena hipertermia. Serangan seringkali siang
hari, saat aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat
sekali. Mual dan muntah sering terdapat pada permulaan serangan.
Hemiparesis/hemiplagia biasa terjadi sejak permulaan serangan.
Kesadaran biasanya (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23%
antara s.d. 2 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam sampai 19
hari.)
Gejala neurologis yang timbul bergantung berat ringanya gangguan
pembuluh darah dan lokasinya. Manifestasi klinis stroke akut berupa
(Rendy 2012:11) :
1. Gangguan penglihatan (hemianopia atau monokuler) atau
diplopia.
2. Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis
yang timbul mendadak).
3. Vertigo, muntah-muntah atau nyeri kepala
4. Gangguan semibilitas, pada salah satu atau lebih anggota
badan (gangguan hemisensorik).
5. Disartria (bicara pelo atau cadel)
6. Perubahan mendadak status mental (konfusi, delirium, letargi,
stupor, atau koma)
7. Afasia (bicara tidak lancar, kurang ucapan atau kesulitan
memahami ucapan).
8. Ataksia
2.1.4 Gejala
Tanda dan gejala umum dari stroke berdasarkan Pudiastuti
(2011:165)1. Terasa kesemutan/seperti terbakar
2. Lumpuh separoh badan kanan /kiri
3. Sulit menelan
4. Sering tersedak
5. Mulutnya menjadi monyong dan sulit bicara
6. Berjalan susah, jalan terhuyung dan kehilangan
keseimbangan
7. Kepala pusing atau sakit secara mendadak tanpa diketahui
penyebanya
8. Gangguan penglihatan
9. Kelopak mata sulit dibuka
10. Gerakan tidak terkontrol
11. Bingung
12. Akhirnya menjadi koma
Menurut Pudiastuti (2011:165).Gejala-gejala stroke berdasarkan
lokasinya di tubuh 1. Batang otak, dimana terdapat 12 saraf
kranial: menurun kemampuan membau, mengecap, mendengar, dan melihat
parsial atau keseluruhan, refleks menurun, ekspresi wajah
terganggu, lidah lemah.
2. Bagian sistem saraf pusat : kelemahan otot (hemiplegia),
kaku, menurunya fungsi sensorik.
3. Cerebral korteks : afasia, daya ingat menurun dan
kebingungan.
Jika tanda dan gejala tersebut hilang dalam waktu 24 jam, maka
dinyatakan sebagai Transient Ischemic Attack dimana merupakan
serangna kecil atau serangan awal stroke.2.1.5 Penyebab
StrokeMenurut Pudiastuti penyebab stroke (2011: 158- 160)1.
Beberapa faktor penyebab stroke antara lain a. Hipertensi,
merupakan faktor risiko utama
b. Penyakit klardiovaskuler-embolisme serebral berasal dari
jantung.
c. Kolesterol tinggid. Peningkatan hematokrit meningkatan risiko
infark serebral.
e. Diabetes-terkait dengan aterogenesis terakselerasi.f.
Penyalahgunaan obat (khususnya kokain)
g. Konsumsi alkohol.2. Data statistik 93% pengidap penyakit
trombosis ada hubunganya dengan penyakit tekanan darah tinggia.
Trombosis serebral.Terjadi pada pembuluh darah dimana oklusi
terjadi trombosis dapat menyebabkan ischemia jaringan otak, edema
dan kongesti di area sekitarnya.b. Emboli serebral.Penyumbatan pada
pembuluh darah otak kaerna bekuan darah, lemak atau udara.
Kebanyakan emboli berasal dari trombus di jantung yang terlepas dan
menyumbat sistem arteri serebral.
c. Pendarahan intra serebralPembuluh darah otak bisa pecah,
terjadi kaerna asterosclerosis dan hipertensi. Pecahnya pembuluh
darah otak akan menyebabkan penekanan, pergeseran dan pemisahan
jaringan otak yang berdekatan akibat otak akan bengkak, jaringan
otak internal akan tertekan sehingga menyebabkan infark otak, edema
dan mungkin terjadi herniasi.
3. Migren
4. Trombosis sinus dura
5. Diseksi areteri karotis atau vertebrata
6. Kondisi hiperkoagulasi
7. Vaskulitis sistem saraf pusat
8. Penyakit moya-moya (oklusi arteri besar intrakranial yang
progresif)
9. Kelainan hematologis
10. Miksoma atrium2.1.6 KlasifikasiMenurut Ariani (2012: 42)
klasifikasi stroke yaitu
1. Stroke hemoragi
Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan
subaraknoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada area
otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau
saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran klien
umumnya menurun. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu :a. Perdarahan
Intraserebral. Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama
karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa yang menekan jaringan otak, dan menimbulkan edema
otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan
kematian mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral
yang disebabkan karena hipertensi sering dijumpai di daerah
putamen, talamus, pons, dan serebelum.
b. Perdarahan Subaraknoid. Perdarahan ini berasal dari pecahnya
aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari
pembuluhg darah sirkulasi. Willisi dan cabang-cabangnya terdapat di
luar parenkim otak. Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang sub
araknoid menyebabkan TIK meningkat mendadak, meregangnya struktur
peka nyeri, dan vasospasme pembuluh darah serebral yang berakibat
disfungsi otak global (sakit kepala, penurunan kesadaran) maupun
fokal (hemiparese, gangguan hemi sensorik, afasia, dan
lain-lain).2. Stroke nonhemoragi
Dapat berupa iskemia atau emboli dan trombosis serebral,
biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur
atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia
yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema
sekunder. Kesadaran umumnya baik. Stroke iskemik dibagi menjadi 3
jenis, yaitu :a. Stroke trombotik
Proses terbentuknya trombus hingga menjadi gumpalan.
b. Stroke embolik
Tertutupnya pembuluh darah arteri oleh bekuan darah.c.
Hipoperfusion sistemik
Aliran darah ke seluruh bagian tubuh berkurang karena adanya
gangguan denyut jantung.2.1.7 PatofisiologiInfark serebral adalah
berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark
bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak
dapat berubah (makin lama atau cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan paru dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal
dari plak arteroskerotik, atau darah dapat beku pada area stenosis,
tempat aliran darah mengalami pelambatan atau terjadi
turbulensi.Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa
sebagai emboli dalam aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia
jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan
dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini menyebabkan
disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema
dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah
beberapa hari. Dengan berkurangnnya edema klien mulai menunjukkan
perbaikan. Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak
terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh
embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika
terjadi sepstik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah
amaka akan terjadi abses atau enselefalitis, atau jika sisa infeksi
berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi
aneruisme pembuluh darah. Hal ini akan mneyebabkan perdarahan
serebral, jika aneurisme pecah atau ruptur.Perdarahan pada otak
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh
darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan lebih sering
menyebabkan kematian dibandingkan keseluruhan penyakit
serebrovaskuler, karena perdarahan yang luas terjadi dekstruksi
massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat
dapat menyebabkan herniasi otak pada falk serebri atau lewat
foramen magnum.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer
otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan
ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada
sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan
pons
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia
serebral. Perubahan yang disebabkan oleh anoksia serebral dapat
reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat tyerjadi oleh
karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang
relatif banyak akan mengakibatkan peningkatan tekanan intrakranial
dan penurunan tekanan perfusi otak serta gangguan drainase otak.
Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar dan kaskade iskemik
akibat menurunnya tekanan perfusi, menyebabkan saraf di area yang
terkena darah dan sekitarnya tertekan lagi.
Jumlah darah nyang keluar menentukan prognosis. Jika volume
darah lebih dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93% pada
perdarahan dalam dan 71% pada perdarahan lobar. Sedangkan jika
terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara 30-60 cc
diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75% namun volume darah 5
cc terdapat di pons sudah berakibat fatal (Ariani 2012: 45)2.1.8
Pemeriksaan Diagnostik.Menurut Pudiastuti pemeriksaan diagnostik
untuk penyakit stroke adalah (2011:162)1. Angiografi Serebral.
Membantu menetukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber
perdarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.2. Lumbal
Pungsi menunjukkan adanya tekanan darah normal,
hemoragik,Malformasi Arterial Arterivena (MAV). 3. CT scan,
merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan infark dengan
perdarahan.4. MRI lebih sensitive dari CT scan dalam mendeteksi
infark serebri dini dan infark batang otak . 5. USG Doppler
mengidentifikasikan penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis)6. EEG mengidentifikasikan masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang
spesifik. 7. Sinar X tengkorak mengambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas.8.
Sistem skor untuk membedakan jenis stroke.
Skor stroke siriraj : (2,5 x derajat kesadaran) + (2x vomitus) +
(2 x nyeri kepala) + (0,1 x tekanan diastolik) (3 x pertanda
eteroma) -12
Skor > 1: perdarahan suparatentorial
Skor -1s.d. 1 : perlu CT scan
Skor 23
preobese
23-24,9obese ringan
25-29,9obese sedang
30
obese beratTabel 2.3 memperkirakan Berat Badan berdasarkan
Panjang Badan
Berat tubuh Laki-lakiWanita
Sedang 48 kg untuk 152 cm yang pertama , selanjutnya tambahkan
2,5 kg untuk setiap 2,5 cm tambahan45,5 kg untuk 152 cm yang
pertama , selanjutnya menambahkan 2,3 kg untuk setiap 2,5 cm
tambahan
Kecil Kurangi 10%Kurangi 10%
Besar Tambahkan 10%Tambahkan 10%
Catatan : untuk memperkirakan berat badan ideal dapat juga
digunakan persamaan Hamwi pria 48+ (TB-152) x 1,06 dan wanita 45,4
+(TB-152) X 0,89Sumber Hartono 2006: 91
2.2.9 Nutrisi pada pasien stroke.Menurut Hartono (2006: 196-197)
Stroke merupakan serangan mendadak gangguan pembuluh darah otak
yang dapat berupa stroke iskemik atau stroke hemoragi. Stroke
iskemik terjadi karena penyumbatan pembuluh darah otak akibat
trombus atau emboli, sedangkan stroke hemoragi atau perdarahan
disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah dalam otak. Keadaan yang
ditandai antara lain oleh kelumpuhan separuh tubuh (hemiplegia),
gangguan menelan (disfagia), bicara yang pelo (disartria), dan
gangguan komunikasi (afasia), ini umumnya didahului sejumlah faktor
resiko, seperti hipertensi, diabetes melitus dan dislipidemia
sehingga terapi nutrisi pada stroke umumnya mengikuti terapi
nutrisi ketiga faktor resiko tersebut.
1. Nutrisi preventif.
a. Kurangi penggunaan garam yang berlebihan baik dari garam
dapur maupun bahan aditif seperti monosodium glutamat, natrium
benzoat, natrium bikarbonat,dll, dengan demikian orang yang
beresiko untuk menderita stroke harus mengurangi konsumsi telur
asin, kecap asin, dan ikan asin.
b. Makan makanan dengan kandungan lemak yang rendah.
c. Pertahankan berat bdan yang normal.
d. Lakukan olahraga sedikitnya 30 mnit tiap hari, minimal 3 kali
dalam seminggu.
2. Nutrisi kuratif
a. Diet kalori seimbang untuk mempertahankan berat badan yang
normal. Jika berat bdan pasien berlebihan (overweight) atau
terdapat obesitas, terapkan diet rendah kalori melalui pengalian
berat badan dengan 20. Sebaliknya bila berat badan pasien turun
atau rendah (underweight),terapkan diet tinggi kalori melalui
pengalian berat badan 40.
b. Membatasi asupan hidratarang hingga maksimal 200 gram. Bahkan
bagi pasien stroke dengan kejang terus menerus yang tidak bisa
diatasi oleh pemberian obat-obatan anti kejang dapat diterapkan
diet kategonik (diet yang tidak mengandung hidratarang). Hanya diet
ini dapat menimbulkan rasa mual dan bagi orang-orang indonesia yang
makanan pokoknya kaya akan HA, diet kategonik sulit dilaksanakan.c.
Anjurkan pula diet rendah natrium (garam dapur 3 gram/hari),
khususnya bila terdapat hipertensi.
d. Bilamana terdapat disfagia, terapkan diet disfagia
e. Lakukan penilaian kemampuan menelan, sebelum memberi makanan
per oral.
3. Preskripsi dieta. Coba makan sedikit sedikit tapi sering
untuk menghindari keletihan.b. Jangan menambahkan garam, kecap
asin, saus tomas, dan bumbu lain yang banyak mengandung natrium ke
dalam makanan pasien.
c. Hindari penambahan gula atau sirup ke dalam minuman bila
tidak diperlukan, khususnya jika psien juga menderita diabetes
melitus
d. Gunakan susu krim atau susu kedelai untuk menambah kandung
protein dalam sereal, sup dll. Jangan gunakan santan sebagai bahan
untuk menggurihkan makanan.
e. Minum banyak air untuk mengencerkan darah misalnya 1 gelas
air mineral setiap 2 hingga 3 jam sekali dan minum setiap kali
terbangun untuk buang air kecil pada malam hari.
f. Pilih bahan makanan yang mudah dilumatkan, seperti ikan
sebagai sumber protein hewani (hati-hati dengan duri ikan), tahu
atau tempe sebagai sumber protein nabati, sayuran dan buah yang
mudah dilumatkan seperti wortel, labu, siam, lobak, pepaya dll.g.
Lakukan penimbangan seminggu sekali. Beritahu pada dokter jika
terjadi perubahan berat badan yang cepat.
h. Lakukan olahraga jalan kaki sedikitnya 10 menit per hari bagi
pasien stroke yang sudah diperbolehkan mobilisasi. Bagi pasien
stroke yang harus berbaring, bantuan fisioterapi mungkin diperlukan
untuk menghindari kekakuan sendi dan pelisutan otot. Jika pasien
sudah dapat duduk, lakukan olahraga dengan mengayunkan kaki dan
tangan sedikitnya 10 menit per hari.
2.3 Konsep Status Fungsional2.3.1 Definisi Status Fungsional
Status Fungsional adalah suatu kinsep mengenai kemampuan
melakukan self care, self maintenance dan aktivitas fisik (Wilkison
2011 dalam Ropyanto, Candra Bagus 2011: 56). Status fungsional
adalah konsep multidimensi karakteristik kemampuan individu untuk
menunjang kebutuhan hidup, dimana sebagai jalan untuk normal dengan
memenuhi kebutuhan dasar hidup (Dahlen et al,2006 dalam
Ropyanto,Candra Bagus 2011: 56)Status fungsional dilihat dari
pengkajian fungsional dan komponen pengkajian fungsional. 2.3.2
Faktor yang mempengaruhi Menurunnya Status Fungsional
1. Jenis Stroke
Pasien dengan stroke infark memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan pasien yang mengalami stroke hemoragik. Tingkat
mortalitas kasus 30 hari secara subtansial lebih tinggi pada pasien
hemoragik dibanding dengan pasien iskemik. Stroke hemoragik lebih
jarang terjadi jika dibandingkan dengna stroke iskemik (Gofir 2009:
167)2. Komplikasi penyakit
Pasien yang mengidap penyakit berat, seperti kencing manis,
penyakit jantung, ginjal cenderung pulih lambat dibandingkan mereka
yang tidak mengidap penyakit tersebut (Junaidi 2011: 64).
Komplikasi hipertensi merupakan faktor prediktif yang sangat kuat
untuk terjadi stroke awal maupun stroke berulang. Bukti-bukti baru
menunjukkan pengobatan hipertensi pada pasien stroke teryata juga
mengurangi signifikan kemungkinan terkena stroke ulang. Dimana
stroke ulang ini dapat lebih memperburuk status fungsional (Ghofir
2009: 170)3. Umur
Secara umum dikatakan terdapat kecenderungan menurunnya
kapasitas fungsional baik pada tingkat organ sejalan dengan proses
menua. Akibat menurunnya kapasitas fungsional tersebut, orang
berusia lanjut umumnya tidak berespon terhadap lingkungannya.
Pasien yang berusia muda lebih cepat pulih dibanding pasien usia
tua (Junaidi 2011: 64)2.3.3 Pemeriksaan Fungsional
1. Ambulasia. Tidur ke duduk
b. Duduk
c. Duduk ke berdiri
d. Berdiri
2. ADL
a. Makanb. Mandi
c. Kebersihan diri
d. Miksi
e. Defekasi
f. Transfer
g. Mobilitas
h. Naik tangga2.3.4 Definisi Activity Daily LivingActivity Daily
Living atau aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) adalah
fungsi-fungsi yang bersifat fundamental terhadap kehidupan mandiri
pasien, seperti berpakaian dan mandi (Gallo, 1998:121)
AKS adalah ketrampilan dasar tugas okupasional yang harus
dimiliki seseorang untuk merawat dirinya secara mandiri yang
dikerjakan seseorang sehari-harinya dengan tujuan untuk memenuhi/
berhubungan dengan perannya sebagai pribadi, dalam keluarga dan
masyarakat (Sugiyarto,2005)
Istilah AKS mencakup perawatan diri (seperti berpakaian, makan
minum, toileting, mandi, berhias,juga menyiapkan makan, memakai
telepon, menulis, mengelola keuangan dan sebagainya) dan mobilitas
(seperti berguling di tempat tidur, bangun, dan duduk ,
transfer/bergeser dari tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat
ke tempat lain) Menurut booker, (2005 : 7) istilah aktivitas
kehidupan sehari-hari, sebagian besar perawat memasukkan aktivitas
hygiene umum berhubungan dengan membersikan dan memakai pakaian,
serta aktivitas pemeliharaan seperti makan dan minum. Ahli terapi
okupasi (kerja) mengidentifikasikan aktivitas dan tugas esensial
untuk keperawatan mandiri atau penatalaksanaan dirumah, aktivitas
dan tugas tersebut mencakup :1. Aktivitas kehidupan personal
sehari-hari (personal activities of daily living, PDAL) seperti
mandi, berpakaian, higine personal, dan makan.2. Aktivitas
kehidupan rumah tangga sehari-hari (domestic actyvities of daily
living DADL),seperti memasak, mencuci pakaian, dan membersikan3.
Aktivitas kehidupan instrumental sehari-hari (instrumental
activities of daily living IADL), kadang disamakan dengan DADL,
namun aktivitas kehidupan instrumental ini mencakup rentang
aktivitas yang lebih luas, seperti menggunakan alat komunikasi,
berbelanja, memelihara rumah dan kebun.2.3.5 Faktor yang
mempengaruhi AKS
Menurut Sugiyarto, (2005) AKS terdiri dari aspek motorik yaitu
kombinasi gerakan volunter yang terkoordinasi dan aspek
proprioseptif sebagai umpan balik dari gerakan yang dilakukan,
gerakan volunter tersebut terdiri dari gerakan ekstermitas dan
trunkus untuk menyesuaikan posisi tubuh untuk mencapai tujuan dalam
AKS tersebut. Sistem proprioseptif akan terus memberikan umpan
balik dari keadaan lingkungan luar, posisi sendi dan gerakan yang
dilakukan.AKS dipengaruhi oleh
1. ROM (Range OF Motion) sendi
2. Kekuatan otot
3. Tonus otot
4. Proprioseptif
5. Persepsi visual
6. Kognitif
7. Koordinasi
8. Keseimbangan.
2.3.6 Cara pengukuran Activity Daily Living (ADL)Pengkajian ADL
penting untuk mengetahui tingkat ketergantungan atau besarnya
bantuan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Pengukuran
kemandirian ADL akan lebih mudah dinilai dan dievaluasi secara
kuantitatif dengan sistem skor yang sudah banyak dikmandi, berhias.
Ada juga yang memasukkan kontinensi buang air besar dan buang air
kecil dalam kategori ADL dasar ini. Dalam kepustakaan lain juga
disertakan kemampuan mobilitas (Setiahardja,2005:6)Tabel 2.4
Beberapa Indeks Kemandiarian ADL
Skala Deskripsi dan jenis skalaKehandalan,kesahihan &
sensivitasWaktu & penatalaksanaanKomentar
Indeks barthelSkala ordinal dengan skor 0 (total dependent)-10
item : makan,mandi, berhias, berpakaian,kontrol kandung kencing,
dan kontrol anus, toileting, transfer kursi/tempat tidur, mobilitas
dan naik tanggaSangat handal dan sangat shahih, dan cukup
sensitif< 10 menit, sangat sesuai untuk skrinning, penilaian
format, pemantauan dan pemeliharaan terapiSkala ADL yang sudah
diterima secara luas, kehandalan dan kesahihan sangat baik.
Indeks kartzPenilaian dikotomi dengan urutan dependensi yang
hirarki : mandi, berpakaian, toileting, transfer, kontinensi, dan
makan. Penilaian dari A (mandiri pada keenam item) sampai G
(dependent pada keenam item)Kehandalan dan kesahihan cukup: kisaran
ADL sangat terbatas , (6 item)< 10 menit, sangaat sesuai untuk
skrinning, penilaian formal, pemantauan, dan pemeliharaan
terapiSkala ADL yang sudah diterima secara luas, kehandalan dan
kesahihannya cukup, menilai ketrampilan dasar tetapi tidak menilai
berjalan naik tangga
FIM (Functional Independent Measure)Skala ordinal dengan 18
item, 7 level dengan skor berkisar antara 18-126: area yang
dievaluasi: perawatan diri, kontrol sfingter, transfer, lokomosi,
komunikasi, dan kognitif sosial.Kehandalan dan kesahihan baik,
sensitif dan dapat mendeteksi perubahan kecil dengan level 7