Top Banner
1. Anatomi saluran pernafasan atas a. Makroskopik saluran pernafasan atas Hidung Merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran pernapasan. Ada 2 bagian dari hidung, yaitu: - Eksternal: menonjol dari wajah, disangga oleh Os. Nasi dan tilang rawan kartilago - Internal: permukaan yang bermukosa berupa rongga (vestibulum nasi) yang disekat antara kanan-kiri oleh septum nasi Pada vestibulum nasi terdapat cilia yang kasar berfungsi untuk menyaring udara. Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan (cavum nasi) dimulai dari lubang hidung depan (nares anterior) sampai lubang hidung belakang (nares posterior, dibagian ini ada 3 concha nasalis , yaitu: o Concha nasalis superior o Concha nasalis media o Concha nasalis inferior
28

sk1 mandiri

Dec 04, 2015

Download

Documents

srimaryana

sk1 mandiri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: sk1 mandiri

1. Anatomi saluran pernafasan atasa. Makroskopik saluran pernafasan atas

Hidung

Merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran pernapasan. Ada 2

bagian dari hidung, yaitu:

- Eksternal: menonjol dari wajah, disangga oleh Os. Nasi dan tilang rawan

kartilago

- Internal: permukaan yang bermukosa berupa rongga (vestibulum nasi)

yang disekat antara kanan-kiri oleh septum nasi

Pada vestibulum nasi terdapat cilia yang kasar berfungsi untuk menyaring udara.

Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan (cavum nasi) dimulai

dari lubang hidung depan (nares anterior) sampai lubang hidung belakang (nares

posterior, dibagian ini ada 3 concha nasalis , yaitu:

o Concha nasalis superior

o Concha nasalis media

o Concha nasalis inferior

Page 2: sk1 mandiri

Ada 4 buah sinus yang berhubungan dengan cavum nasi, yaitu:

- Sinus sphenoidalis

- Sinus frontalis

- Sinus maxillaris

- Sinus eithmoidalis

Bagian depan dan atas cavum nasi dipersarafi oleh N. Opthalmicus. Mucusa

hidung dan lainnya dipersarafi oleh ganglion sphenopalatinum. Nasofaring dan

concha nasalis dipersarafi oleh cabang dari ganglion pterygopalatinum.

Sedangkan N. Olfaktorius untuk penciuman.

Faring

Merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan hidung dan rongga mulut

ke laring. Dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:

- Nasofaring

- Orofaring

- Laringofaringeal

Berfungsi untuk menyediakan saluran pada traktus repiratorius dan traktus

digestivus.

Page 3: sk1 mandiri

Laring

Daerahnya dimulai dari aditus laringis (pintu laring) sampai batas bawah cartilago

cricoid. Terbentuk oleh tulang dan tulang rawan. Tulangnya adalah Os. Hyoid.

Tulang rawannya:

- Epiglotis: tulang rawan berbentuk sendok. Pada saat ekspirasi inspirasi

biasa, epiglotis terbuka. Pada waktu menelan, epiglotis menutup aditus

laringis agar makanan tidak masuk ke laring.

- Cartilago tyroid (adam’s apple): jaringan ikatnya adalah membrana

thyrohyoid.

- Cartilago arytenoid: ada 2. Digunakan dalam gerakan pita suara dengan

cartilago thyroid.

- Cartilago cricoid: adalah batas bawah laring

Dalam cavum laringis terdapat pita suara asli (plica vocalis) dan pita suara palsu

(plica vestibularis).

b. Mikroskopik saluran pernafasan atas

Sistem pernapasan merupakan sistem yang berfungsi untuk mengabsorbsi O2 dan

mengeluarkan CO2 dalam tubuh yang bertujuan untuk mempertahankan

homeostasis. Fungsi ini disebut sebagai respirasi. Sistem pernapasan dimulai dari

Page 4: sk1 mandiri

rongga hidung/mulut hingga ke alveolus, di mana pada alveolus terjadi pertukaran

oksigen dan karbondioksida dengan pembuluh darah.

Sistem pernapasan biasanya dibagi menjadi 2 daerah utama:

- Bagian konduksi: meliputi rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronkus,

bronkiolus dan bronkiolus terminalis

- Bagian respirasi: meliputi bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan

alveolus.

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat

silindris bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron

dapat dilihat ada 5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet

mukosa, sel sikat (brush cells), sel basal, dan sel granul kecil.

Ket: epitel respirasi

Rongga hidung

Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada vestibulum

di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu hidung). Epitel di

dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum memasuki fosa nasalis.

Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh septum nasi pada garis

medial, terdapat konka (superior, media, inferior) pada masing-masing dinding

lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi oleh epitel respirasi, sedangkan

Page 5: sk1 mandiri

konka superior ditutupi oleh epitel olfaktorius yang khusus untuk fungsi

menghidu/membaui. Epitel olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel

sustentakuler, sel olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di

permukaan epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki

akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal (berbentuk

piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar Bowman

menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius sehingga

memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya vibrisa, konka dan

vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat setiap udara yang masuk

mengalami pembersihan, pelembapan dan penghangatan sebelum masuk lebih

jauh.

Ket: epitel olfaktori

Sinus paranasalis

Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan sinus

sphenoid, semuanya berhubungan langsung dengan rongga hidung. Sinus-sinus

tersebut dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan mengandung sel goblet

yang lebih sedikit serta lamina propria yang mengandung sedikit kelenjar kecil

penghasil mukus yang menyatu dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong

mukus ke rongga hidung.

Page 6: sk1 mandiri

Faring

Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak dengan

palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe skuamosa/gepeng.

Laring

Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea. Pada

lamina propria laring terdapat tulang rawan hialin dan elastin yang berfungsi

sebagai katup yang mencegah masuknya makanan dan sebagai alat penghasil

suara pada fungsi fonasi. Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas

ke faring dan memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan

apikal epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan

laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di bawah

epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Di bawah epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam

lumen laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika

vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di lipatan

bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis gepeng,

ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot rangka). Otot

muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan frekuensi yang

berbeda-beda.

Ket: epitel laring

Page 7: sk1 mandiri

2. Fisiologi pernafasan

Udara bergerak masuk dan keluar paru-paru karena ada selisih tekanan yang terdapat antara atmosfir dan alveolus akibat kerja mekanik otot-otot. Seperti yang telah diketahui, dinding toraks berfungsi sebagai penembus. Selama inspirasi, volume toraks bertambah besar karena diafragma turun dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot yaitu sternokleidomastoideus mengangkat sternum ke atas dan otot seratus, skalenus dan interkostalis eksternus mengangkat iga-iga (Price,1994)

Selama pernapasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung diafragma naik ke atas ke dalam rongga toraks, menyebabkan volume toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan tekanan intrapleura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan antara saluran udara dan atmosfir menjadi terbalik, sehingga udara mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Price,1994)

Tahap kedua dari proses pernapasan mencakup proses difusi gas-gas melintasi membrane alveolus kapiler yang tipis (tebalnya kurang dari 0,5 μm). Kekuatan pendorong untuk pemindahan ini adalah selisih tekanan parsial antara darah dan fase gas. Tekanan parsial oksigen dalam atmosfir pada permukaan laut besarnya sekitar 149 mmHg. Pada waktu oksigen diinspirasi dan sampai di alveolus maka tekanan parsial ini akan mengalami penurunan sampai sekiktar 103 mmHg. Penurunan tekanan parsial ini terjadi berdasarkan fakta bahwa udara inspirasi tercampur dengan udara dalam ruangan sepi anatomic saluran udara dan dengan uap air. Perbedaan tekanan karbondioksida antara darah dan alveolus yang jauh lebih rendah menyebabkan karbondioksida berdifusi kedalam alveolus. Karbondioksida ini kemudian dikeluarkan ke atmosfir (Price,1994)

Dalam keadaan beristirahat normal, difusi dan keseimbangan oksigen di kapiler darah paru-paru dan alveolus berlangsung kira-kira 0,25 detik dari total waktu kontak selama 0,75 detik. Hal ini menimbulkan kesan bahwa paru-paru normal memiliki cukup cadangan waktu difusi. Pada beberapa penyakit misal; fibosis paru, udara dapat menebal dan difusi melambat sehingga ekuilibrium mungkin tidak lengkap, terutama sewaktu berolahraga dimana waktu kontak total berkurang. Jadi, blok difusi dapat mendukung terjadinya hipoksemia, tetapi tidak diakui sebagai faktor utama (Rab,1996).

Proses terjadinya pernapasan terbagi 2 yaitu : - Inspirasi (menarik napas) - Ekspirasi (menghembus napas)

Inspirasi adalah proses yang aktif, proses ini terjadi bila tekanan intra pulmonal (intra alveol) lebih rendah dari tekanan udara luar. Pada tekanan biasa, tekanan ini berkisar antara -1 mmHg sampai dengan -3 mmHg. Pada inspirasi dalam tekanan intra alveoli dapat mencapai -30 mmHg. Menurunnya tekanan intra pulmonal pada waktu

Page 8: sk1 mandiri

inspirasi disebabkan oleh mengembangnya rongga toraks akibat kontraksi otot-otot inspirasi.

Ekspirasi adalah proses yang pasif, proses ini berlangsung bila tekanan intra pulmonal lebih tinggi dari pada tekanan udara luar sehingga udara bergerak keluar paru. Meningkatnya tekanan di dalam rongga paru terjadi bila volume rongga paru mengecil akibat proses penguncupan yang disebabkan oleh daya elastis jaringan paru.

Penguncupan paru terjadi bila otot-otot inspirasi mulai relaksasi. Pada proses ekspirasi biasa tekanan intra alveoli berkisar antara ). + 1 mmHg sampai dengan + 3 mmHg (Alsagaff, 2002).

Bahan yang dapat mengganggu sistem pernapasan adalah bahan yang mudah menguap dan terhirup saat kita bernafas. Tubuh memiliki mekanisme pertahanan untuk mencegah masuknya lebih dalam bahan yang dapat mengganggu sistem pernapasan, akan tetapi bila berlangsung cukup lama maka sistem tersebut tidak dapat lagi menahan masuknya bahan tersebut ke dalam paru-paru.

Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme laring (penghentian napas), bila zat-zat tersebut masuk ke dalam paru-paru dapat menyebabkan bronchitis kronik, edema paru atau pneumonitis. Para pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan meningkatkan sekresi mucus, suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan juga terlihat pada perokok tembakau (WHO, 1995)

3. Rhinitis Alergia. Definisi

Rhinitis Alergi : Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta

dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan

alergen spesifik tersebut.

Rhinitis alergi : penyakit atau kelainan yang merupakan manifestasi klinis reaksi

hipersensivitas tipe I (Gell & Coombs) dengan mukosa hidung sebagai organ

sasaran.

Rhinitis Alergi : penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada

pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan allergen ang sama serta

dilepskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen

spesifik tersebut (Von Pirquet, 1986).

Rhinitis : peradangan selaput lendir hidung ( Dorland, 2002 )

Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma)

tahun 2001 Rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-

bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen

yang diperantarai oleh lg E.

Page 9: sk1 mandiri

Rhinitis Alergi : didefinisikan sebagai gangguan fungsi hidung, terjadi setelah

paparan alergen melalui peradangan mukosa hidung yang diperantarai IgE.

Respons hidung terhadap stimuli dari luar diperankan pertama-tama oleh mukosa

kemudian baru oleh bentuk anatomi tulang. Fungsi utama hidung adalah untuk

saluran udara, penciuman, humidifikasi udara yang dihirup, melindungi saluran

napas bawah dengan cara filtrasi partikel, transport oleh silia mukosa,

mikrobisidal, antivirus, imunologik, dan resonan suara. Reaksi mukosa hidung

akan menimbulkan gejala obstruksi aliran udara, sekresi, bersin, dan rasa gatal.

Bila tidak terdapat deformitas tulang hidung maka sumbatan hidung disebabkan

oleh pembengkakan mukosa dan sekret yang kental. Penelitian epidemiologik

memperlihatkan bahwa penyakit alergi dapat diobservasi mulai dari waktu lahir

sampai kematian. Sesuai dengan umur penderita,  dapat dibedakan penampakan

dan lokalisasi jenis alergi (Indonesian children, 2009)

b. EtiologiPenyebab rinitis alergi berbeda-beda bergantung pada apakah gejalanya

musiman, perenial, ataupun sporadik/episodik. Beberapa pasien sensitif pada alergen multipel, dan mungkin mendapat rinitis alergi perenial dengan eksaserbasi musiman. Ketika alergi makanan dapat menyebabkan rinitis, khususnya pada anak-anak, hal tersebut ternyata jarang menyebabkan rinitis alergi karena tidak adanya gejala kulit dan gastrointestinal.

Untuk rinitis alergi musiman, pencetusnya biasanya serbuksari (pollen) dan spora jamur. Sedangkan untuk rinitis alergi perenial pencetusnya bulu binatang, kecoa, tikus, tungau, kasur kapuk, selimut, karpet, sofa, tumpukan baju dan buku-buku.

Alergen inhalan selalu menjadi penyebab. Serbuksari dari pohon dan rumput, spora jamur, debu rumah, debris dari serangga atau tungau rumah adalah penyebab yang sering. Alergi makanan jarang menjadi penyebab yang penting. Predisposisi genetik memainkan bagian penting. Kemungkinan berkembangnya alergi pada anak-anak adalah masing-masing 20% dan 47%, jika satu atau kedua orang tua menderita alergi.

Page 10: sk1 mandiri

c. KlasifikasiRhinitis adalah istilah untuk peradangan mukosa. Menurut sifatnya dapat

dibedakan menjadi dua:

- Rhinitis akut : merupakan peradangan membran mukosa hidung dan sinus-

sinus aksesoris yang disebabkan oleh suatu virus dan bakteri. Penyakit ini

dapat mengenai hampir setiap orang pada suatu waktu dan sering kali terjadi

pada musim dingin dengan insidensi tertinggi pada awal musim hujan dan

musim semi.

- Rhinitis kronik : adalah suatu peradangan kronis pada membran mukosa yang

disebabkan oleh infeksi yang berulang, karena alergi, atau karena rinitis

vasomotor.

Rhinitis alergi : penyakit peradangan yang diawali oleh dua tahap sensitisasi

yang diikuti oleh reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari dua fase yaitu :

- Immediate Phase Allergic Reaction, Berlangsung sejak kontak dengan

allergen hingga 1 jam setelahnya.

- Late Phase Allergic Reaction, Reaksi yang berlangsung pada dua hingga

empat jam dengan puncak 6-8 jam setelah pemaparan dan dapat berlangsung

hingga 24 jam.

Berdasarkan sifat berlangsungnya, rhinitis alergi dibedakan atas :

Page 11: sk1 mandiri

- Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, pollinosis) : Hanya ada pada

negara dengan 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepung sari dan

spora jamur.

- Rinitis alergi sepanjang tahun (perennial) : Gejala keduanya hampir sama,

hanya sifat berlangsungnya yang berbeda. Gejala rinitis alergi sepanjang tahun

timbul terus-menerus atau intermitten. Meskipun lebih ringan dibandingkan

rinitis musiman, tapi karena lebih persisten, komplikasinya lebih sering

ditemukan. Dapat timbul pada semua golongan umur, terutama anak dan

dewasa muda, namun berkurang dengan bertambahnya umur. Faktor herediter

berperan, sedangkan jenis kelamin, golongan etnis, dan ras tidak berpengaruh

(Mansjoer Arif, dkk, 2001).

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas :

- Alergen Inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernafasan, misalnya

debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamur.

- Alergen Ingestan, yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya

susu, telur, coklat, ikan dan udang.

- Alergen Injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya

penisilin atau sengatan lebah.

- Alergen Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan

mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan

d. Patofisiologi Rinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu :- Immediate Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Cepat (RAFC)

yang berlangsung sejak kontak dengan alergen sampai 1 jam setelahnya. Munculnya segera dalam 5-30 menit, setelah terpapar dengan alergen spesifik dan gejalanya terdiri dari bersin-bersin, rinore karena hambatan hidung dan atau bronkospasme. Hal ini berhubungan dengan pelepasan amin vasoaktif seperti histamin.

- Late Phase Allergic Reaction atau Reaksi Alergi Fase Lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai 24-48 jam. Muncul dalam 2-8 jam

Page 12: sk1 mandiri

setelah terpapar alergen tanpa pemaparan tambahan. Hal ini berhubungan dengan infiltrasi sel-sel peradangan, eosinofil, neutrofil, basofil, monosit dan CD4 + sel T pada tempat deposisi antigen yang menyebabkan pembengkakan, kongesti dan sekret kental.

Pada kontak pertama dengan alergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai APC akan menangkap alergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Kompleks antigen yang telah diproses dipresentasikan pada sel T helper (Th0). APC melepaskan sitokin seperti IL1 yang akan mengaktifkan Th0 ubtuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2

menghasilkan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5 dan IL13. IL4 dan IL13 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar dengan alergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat alergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk terutama histamin.

Rinitis Alergi melibatkan membran mukosa hidung, mata, tuba eustachii, telinga tengah, sinus dan faring. Hidung selalu terlibat, dan organ-organ lain dipengaruhi secara individual. Peradangan dari mukosa membran ditandai dengan interaksi kompleks mediator inflamasi namun pada akhirnya dicetuskan oleh IgE yang diperantarai oleh respon protein ekstrinsik.

Page 13: sk1 mandiri

Kecenderungan munculnya alergi, atau diperantarai IgE, reaksi-reaksi pada alergen ekstrinsik (protein yang mampu menimbulkan reaksi alergi) memiliki komponen genetik. Pada individu yang rentan, terpapar pada protein asing tertentu mengarah pada sensitisasi alergi, yang ditandai dengan pembentukan IgE spesifik untuk melawan protein-protein tersebut. IgE khusus ini menyelubungi permukaan sel mast, yang muncul pada mukosa hidung. Ketika protein spesifik (misal biji serbuksari khusus) terhirup ke dalam hidung, protein dapat berikatan dengan IgE pada sel mast, yang menyebabkan pelepasan segera dan lambat dari sejumlah mediator. Mediator-mediator yang dilepaskan segera termasuk histamin, triptase, kimase, kinin dan heparin. Sel mast dengan cepat mensitesis mediator-mediator lain, termasuk leukotrien dan prostaglandin D2. Mediator-mediator ini, melalui interaksi beragam, pada akhirnya menimbulkan gejala rinore (termasuk hidung tersumbat, bersin-bersin, gatal, kemerahan, menangis, pembengkakan, tekanan telinga dan post nasal drip). Kelenjar mukosa dirangsang, menyebabkan peningkatan sekresi. Permeabilitas vaskuler meningkat, menimbulkan eksudasi plasma. Terjadi vasodilatasi yang menyebabkan kongesti dan tekanan. Persarafan sensoris terangsang yang menyebabkan bersin dan gatal. Semua hal tersebut dapat muncul dalam hitungan menit; karenanya reaksi ini dikenal dengan fase reaksi awal atau segera.

Setelah 4-8 jam, mediator-mediator ini, melalui kompetisi interaksi kompleks, menyebabkan pengambilan sel-sel peradangan lain ke mukosa, seperti neutrofil, eosinofil, limfosit dan makrofag. Hasil pada peradangan lanjut, disebut respon fase lambat. Gejala-gejala pada respon fase lambat mirip dengan gejala pada respon fase awal, namun bersin dan gatal berkurang, rasa tersumbat bertambah dan produksi mukus mulai muncul. Respon fase lambat ini dapat bertahan selama beberapa jam sampai beberapa hari.

Sebagai ringkasan, pada rinitis alergi, antigen merangsang epitel respirasi hidung yang sensitif, dan merangsang produksi antibodi yaitu IgE. Sintesis IgE terjadi dalam jaringan limfoid dan dihasilkan oleh sel plasma. Interaksi antibodi IgE dan antigen ini terjadi pada sel mast dan menyebabkan pelepasan mediator farmakologi yang menimbulkan dilatasi vaskular, sekresi kelenjar dan kontraksi otot polos.(2)

Efek sistemik, termasuk lelah, mengantuk, dan lesu, dapat muncul dari respon peradangan. Gejala-gejala ini sering menambah perburukan kualitas hidup.(6)

e. Manifestasi klinisGejala rinitis alergi yang khas ialah terdapatnya serangan bersin berulang. Sebetulnya bersin merupakan gejala yang normal, terutama pada pagi hari atau

Page 14: sk1 mandiri

bila terdapat kontak dengan sejumlah besar debu. Hal ini merupakan mekanisme fisiologik, yaitu proses membersihkan sendiri (self cleaning process). Bersin dianggap patologik, bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamin. Disebut juga sebagai bersin patologis.Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak air mata keluar (lakrimasi).Tanda-tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring atau laring. Tanda hidung termasuk lipatan hidung melintang – garis hitam melintang pada tengah punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak. Disertai dengan sekret mukoid atau cair. Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjungtiva, lingkar hitam dibawah mata (allergic shiner). Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii. Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hiperplasia submukosa jaringan limfoid. Seorang anak dengan rinitis alergi perenial dapat memperlihatkan semua ciri-ciri bernafas mellaui mulut yang lama yang terlihat sebagai hiperplasia adenoid. Tanda laringeal termasuk suara serak dan edema pita suara.Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan dan sulit tidur.

f. Diagnosis dan diagnosis bandingDILAMPIRKAN

g. TatalaksanaDILAMPIRKAN Pencegahan Cara terbaik untuk mencegah timbulnya alergi adalah dengan menghindari alergen. Ada 3 tipe pencegahan:

1. Mencegah terjadinya tahap sensitasi; menghindari paparan terhadap

alergen inhalan selama hamil, menunda pemberian susu formula dan

makanan padat

2. Mencegah gejala timbul dengan cara terapi medikamentosa

Pencegahan melalui edukasi

h. Komplikasi

Page 15: sk1 mandiri

- Polip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.

- Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak. - Sinusitis paranasal. - Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama

khususnya pada anak-anak. - Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar

mendapat asma bronkiali. Prognosis

Banyak gejala rinitis alergi dapat dengan mudah diobati. Pada beberapa kasus (khususnya pada anak-anak), orang mungkin memperoleh alergi seiring dengan sistem imun yang menjadi kurang sensitif pada allergen.

4. Adab dalam islam

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

�ه� م�ت �ش� ي ن� أ م ع�ه� س� ل م� م�س �ل� ك ع�ل�ى ف�ح�ق� �ه� الل ف�ح�م د� ع�ط�س� ذ�ا ف�إ �اؤ�ب� �ث الت ه� ر� �ك و�ي ع�ط�اس� ال �ح ب- ي �ه� الل � ن إ

ط�ان� ي �الش ه� م ن ض�ح ك� ه�ا ق�ال� ذ�ا ف�إ �ط�اع� ت اس م�ا د�ه� �ر� ي ف�ل ط�ان ي �الش م ن ه�و� �م�ا ن ف�إ �اؤ�ب� �ث الت م�ا� و�أ

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah). Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)

Menutup mulut ketika menguap

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiallahu anhu, dia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�دخ�ل� ي ط�ان� ي �الش � ن ف�إ ف يه ع�ل�ى �د ه ي ب �مس ك ي ف�ل �م ح�د�ك� أ �او�ب� �ث ت ذ�ا إ

“Bila salah seorang dari kalian menguap maka hendaklah dia menahan mulutnya dengan tangannya karena sesungguhnya setan akan masuk.” (HR. Muslim no. 2995)

Ketika seseorang ingin menguap hendaknya ia menutup mulutnya dengan tangan kiri, karena menguap adalah salah satu perbuatan yang buruk.

Tidak ada bacaan dzikir khusus yang dibaca ketika menguap

Syaikh Sulaiman al-Majid menegaskan,

Page 16: sk1 mandiri

الناس من وكثير العلماء بعض عند اشتهر ما وأما التثاؤب، عند يقال دعاء أو F ذكرا السنة في نعلم وال “ : نزغ الشيطان من ينزغنك وإما تعالى قوله من استدالال التثاؤب عن االستعاذة مشروعة منغير ” في استدالل فهذا ، الشيطان من التثاؤب أن أخبر وسلم عليه الله صلى والنبي بالله فاستعذ

محله

“Dan kami tidak mengetahui adanya sunah yang mengajarkan dzikir atau doa yang dianjurkan untuk dibaca ketika menguap. Adapun yang banyak tersebar menurut sebagian ulama dan kebanyakan masyarakat, bahwa ketika menguap dianjurkan untuk membaca ta’awudz, berdalil dengan firman Allah, yang artinya: ‘Apabila setan mengganggumu maka mintalah perlindungan kepada Allah.’ Sementara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut bahwa menguap itu dari setan. Pendalilan semacam ini, tidak pada tempatnya.

Beliau menyebutkan alasan,

كانت . ولو الفم على اليد ووضع الكظم إال لنا يشرع لم الشيطان من التثاؤب بأن أخبر الذي فإن ، . أعلم . والله والسالم الصالة عليه لذكرها مشروعة االستعاذة

“Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengabarkan kepada kita bahwa menguap itu dari setan, beliau tidak mengajarkan kepada kita (untuk membaca ta’awudz), selain perintah untuk menahan dan meletakkan tangan di mulut. Sehingga, andaikan ta’awudz (ketika menguap) disyariatkan, tentu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan menyebutkannya.”

Mengguap di dalam Shalat

Hadits tentang menguap berasal dari setan juga diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dengan lafazh:

�ط�اع� ت اس م�ا ظ م �ك ي ف�ل �م ح�د�ك� أ �اء�ب� �ث ت ذ�ا ف�إ ط�ان ي �الش م ن الص�الة ف ي �اؤ�ب� �ث الت

“Menguap ketika shalat adalah dari setan, jika salah seorang dari kalian menguap, maka tahanlah semampunya.”

Al-Imam Malik rahimahullah berkata: “Mulutnya ditutup dengan tangannya ketika shalat sampai selesai menguap. Jika menguap ketika sedang membaca bacaan shalat, kalau dia memahami apa yang dibaca, maka hukumnya makruh namun sudah mencukupi  baginya (bacaan dia). Tetapi jika tidak memahaminya, maka dia harus mengulangi bacaannya, dan jika tidak mengulanginya, -kalau bacaan tersebut adalah surat Al-Fatihah-, maka itu tidak mencukupi (tidak sah shalatnya), dan kalau selain Al-Fatihah, maka sudah mencukupinya (shalatnya sah).”

Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menerangkan:

“Pasal tentang beberapa masalah yang langka di tengah-tengah umat namun sangat butuh untuk dijelaskan kepada mereka, adalah di antaranya:

Seorang yang menguap ketika shalat, dia harus menghentikan bacaan shalatnya sampai menguapnya selesai, kemudian melanjutkan bacaannya. Ini adalah perkataan Mujahid, dan ini

Page 17: sk1 mandiri

ucapan yang bagus, ditunjukkan oleh riwayat dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

يدخل الشيطان فإن فمه على بيده فليمسك أحدكم تثاءب إذا

“Jika salah seorang di antara kalian menguap, hendaknya dia tahan mulutnya dengan tangannya, karena setan berupaya untuk masuk.” (HR. Muslim)

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan : “Dan di antara yang diperintahkan bagi orang yang menguap adalah: jika sedang shalat, maka dia harus menghentikan bacaannya sampai menguapnya selesai, agar bacaannya tidak berubah. Pendapat yang seperti ini disandarkan oleh Ibnu Abi Syaibah dari Mujahid, ‘Ikrimah, dan para tabi’in.

Beberapa hadits Nabawi berkaitan dengan masalah Bersin

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

�ه� م�ت �ش� ي ن� أ م ع�ه� س� ل م� م�س �ل� ك ع�ل�ى ف�ح�ق� �ه� الل ف�ح�م د� ع�ط�س� ذ�ا ف�إ �اؤ�ب� �ث الت ه� ر� �ك و�ي ع�ط�اس� ال �ح ب- ي �ه� الل � ن إ

ط�ان� ي �الش ه� م ن ض�ح ك� ه�ا ق�ال� ذ�ا ف�إ �ط�اع� ت اس م�ا د�ه� �ر� ي ف�ل ط�ان ي �الش م ن ه�و� �م�ا ن ف�إ �اؤ�ب� �ث الت م�ا� و�أ

“Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap. Karenanya apabila salah seorang dari kalian bersin lalu dia memuji Allah, maka kewajiban atas setiap muslim yang mendengarnya untuk mentasymitnya (mengucapkan yarhamukallah). Adapun menguap, maka dia tidaklah datang kecuali dari setan. Karenanya hendaklah menahan menguap semampunya. Jika dia sampai mengucapkan ‘haaah’, maka setan akan menertawainya.” (HR. Bukhari no. 6223 dan Muslim no. 2994)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bagaimana seseorang yang mendengar orang yang bersin dan memuji Allah agar membalas pujian tersebut. Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,  beliau bersabda,

�ه� الل ح�م�ك� �ر ي �ه� ل ق�ال� ذ�ا ف�إ �ه� الل ح�م�ك� �ر ي �ه� ب ص�اح و� أ خ�وه�� أ �ه� ل �ق�ل ي و�ل �ه ل ل ح�مد� ال �ق�ل ي ف�ل �م ح�د�ك

� أ ع�ط�س� ذ�ا إ�م �ك �ال ب ح� �صل و�ي �ه� الل �م� �هد يك ي �ق�ل ي ف�ل

“Ababila salah seorang dari kalian bersin, hendaknya dia mengucapkan, “alhamdulillah” sedangkan saudaranya atau temannya hendaklah mengucapkan, “yarhamukallah (Semoga Allah merahmatimu). Jika saudaranya berkata ‘yarhamukallah’ maka hendaknya dia berkata, “yahdikumullah wa yushlih baalakum (Semoga Allah memberimu petunjuk dan memperbaiki hatimu).” (HR. Bukhari no. 6224 dan Muslim no. 5033)

Dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiallahu anhu, beliau berkata bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

�وه� م�ت �ش� ت ف�ال� �ه� الل �حم�د ي �م ل ن ف�إ �وه� م�ت ف�ش� �ه� الل ف�ح�م د� �م ح�د�ك� أ ع�ط�س� ذ�ا إ

Page 18: sk1 mandiri

“Bila salah seorang dari kalian bersin lalu memuji Allah maka tasymitlah dia. Tapi bila dia tidak memuji Allah, maka jangan kamu tasymit dia.” (HR. Muslim no. 2992). Tasymit adalah mengucapkan ‘yarhamukallah’.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata:

�ه� ص�وت ه�ا ب �و�غ�ض ه �وب ث ب و� أ �د ه ي ب و�جه�ه� غ�ط�ى ع�ط�س� ذ�ا إ �ان� ك �م� ل و�س� ه �ي ع�ل �ه� الل ص�ل�ى � ي �ب الن �ن

� أ

“Apabila Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersin, beliau menutup wajahnya dengan tangan atau kainnya sambil merendahkan suaranya.” (HR. Abu Daud no. 5029, At-Tirmizi no. 2745, dan dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 4755)

Ketika Bersin Hendaknya Kita…

1. Merendahkan suara.2. Menutup mulut dan wajah.3. Tidak memalingkan leher.4. Mengeraskan bacaan hamdalah, walaupun dalam keadaan shalat.

Jika sendawa itu bersuara, dan bisa ditahan, namun dikeluarkan oleh orang yang shalat, maka menurut Abu Hanifah dan Muhammad bin Hasan as-Syaibani (murid senior Abu Hanifah).

Dalam Durar al-Hukkam Syarh Gharar al-Ahkam dinyatakan,

ال� ه �ي إل م�دف�وعFا �ان� ك ن و�إ ، د�ه�م�ا ن ع �قط�ع� ي ه �ي إل م�دف�وعFا �ن �ك ي �م و�ل وف\ ح�ر� ه ب ح�ص�ل� �ه� ن ف�إ اء� ج�ش� ال م�ا� و�أ

�اف ي ك ال ف ي �ذ�ا ك �قط�ع�، ي

Untuk sendawa, biasanya keluar suara (huruf), dan bisa ditahan maka membatalkan shalat menurut kedua imam Abu Hanifah dan Muhammad bin Hasan. Namun jika tidak bisa ditahan, tidak membatalkan shalat. Demikian kesimpulan dalam kitab al-Kafi. (Durar al-Hukkam, 1/448).

Sementara dalam madzhab Malikiyah, mereka menyamakan hukum sendawa dengan berdehem. Al-Ujhuri mengatakan,

�ام ه �حك أ ف ي �ح ن �ح �ن �الت ك �خ-م� �ن و�الت اء� ج�ش� ال �ن� أ �غ ي ب �ن و�ي

”Yang jelas, sendawa dan keluar dahak, hukumnya sama dengan berdehem.” (al-Fawakih ad-Dawani, 3/15).

Kemudian mereka menjelaskan, jika sendawa itu tidak bisa ditahan, tidak membatalkan shalat dan tidak perlu sujud sahwi. Namun jika bisa ditahan, ada dua pendapat. Dan pendapat yang paling kuat dalam madzhab Maliki, bahwa sendawa bisa membatalkan shalat jika sendawa itu dilakukan karena sengaja dan main-main. (al-Fawakih ad-Dawani ‘ala risalah al-Qoiruwani, 3/15).

Bernafas

Page 19: sk1 mandiri

Dari sini, maka seorang muslim dalam makan dan minumnya senantiasa memperhatikan adab Islam yang telah dicontohkan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam agar bernilai ibadah. Dan di antara adabnya adalah tidak bernafas dan meniup minuman. Hal ini didasarkan pada beberapa hadits, di antaranya dari Abu Qatadah, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Jika kalian minum maka janganlah bernafas dalam wadah air minumnya.” (HR. Bukhari no. 5630 dan Muslim no. 263)

Dari Ibnu Abbas, “Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang untuk bernafas atau meniup wadah air minum.” (HR. Al-Tirmidzi no. 1888 dan Abu Dawud no. 3728, dan hadits ini dishahihkan oleh Al-Albani)

Dan juga hadits Abu Sa'id al-Khudri radliyallah 'anhu, Bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melarang untuk meniup di dalam air minum." (HR. al-Tirmidzi no. 1887 dan beliau menyahihkannya)

5.

Page 20: sk1 mandiri

DAFTAR PUSTAKA

Mansjoer, arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid.1 Edisi 5. Jakarta : Media Aesculapius

Seopardi, Efiaty Arsyad, Iskandar, Nurbaiti, Bashiruddin, [et.al] (2007). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. Edisi 6. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Munasir Z, Rakun MW. 2007. Rinitis alergi. Dalam: Akib AAP, Munasir Z, Kurniati N, penyunting. Buku ajar alergi-imunologi anak. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia

ARIA -World Health organisation initiative, allergic rhinitis and its impact on asthma. J allergy clinical immunology : S147-S276.

Hanum TS. 1884. Hubungan Rinitis Alergi dengan Jumlah EosinofilF Sekret Hidung di Lab, THT FK USU/Rs. Pringadi Medan : Tesis FK Universitas Sumatera Utara.

Sumarman, Iwin. 2000. Patogenesis, Komplikasi, Pengobatan dan Pencegahan Rinitis Alergi, Tinjauan Aspek Biomolekuler. Bandung : FK UNPAD.