KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang- undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197); 4. Peraturan . . .
151
Embed
SK Pedoman Instalasi Karantina Ikan 2014bkipm.kkp.go.id/bkipmnew/public/files/regulasi/SK Kaban Pedoman... · tugas dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya hama dan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEPUTUSAN
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014
TENTANG
PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tindakan karantina terhadap media pembawa di Instalasi Karantina Ikan, perlu menetapkan pedoman Instalasi Karantina Ikan bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan dan Pemilik Instalasi Karantina Ikan;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan tentang Pedoman Instalasi Karantina Ikan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482);
2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
4. Peraturan . . .
-2-
4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 Tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 25);
5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 189);
6. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode Tahun 2014-2019;
7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
8. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER. 25/MEN/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Ikan, Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan;
9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1);
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 33/PERMEN-KP/2014 tentang Instalasi Karantina Ikan;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN TENTANG PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN.
KESATU : Menetapkan Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini.
KEDUA . . .
-3-
KEDUA : Pedoman Instalasi Karantina Ikan sebagaimana dimaksud diktum KESATU digunakan sebagai dasar dalam proses penetapan, penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina Ikan milik pemerintah, perorangan dan badan hukum;
KETIGA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal 2 Januari 2015.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 12 November 2014
KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN, ttd. NARMOKO PRASMADJI
Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Kepegawaian Hukum dan Organisasi,
Sugiman
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Berdasarkan Undang-Undang No. 16 Tahun 1992 tentang
Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan, Karantina Ikan mempunyai
tugas dan fungsi melaksanakan pencegahan masuk dan tersebarnya
hama dan penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu
area ke area lain di dalam negeri serta keluarnya dari dalam wilayah
Negara Republik Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, Karantina
Ikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam rangka
melindungi negara dari ancaman masuk dan tersebarnya hama dan
penyakit ikan karantina dari luar negeri dan dari suatu area ke area
lain di wilayah Republik Indonesia, yang berpotensi merusak
kelestarian sumberdaya hayati perikanan, yang dapat mengakibatkan
penurunan produksi perikanan nasional.
Perdagangan hasil perikanan memberikan dampak positif
maupun negatif terhadap perekonomian negara, serta kelestarian
sumberdaya perikanan dan kelautan, salah satu dampak negatifnya
yaitu ikut terbawanya Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK) atau
Hama dan Penyakit Ikan (HPI) tertentu masuk dan tersebar ke dalam
wilayah Republik Indonesia melalui media pembawa yang
dilalulintaskan. Petugas Karantina Ikan dalam rangka mengantisipasi
resiko dari ancaman masuk dan/atau keluar, dan tersebarnya HPIK
sebagaimana diamanatkan di dalam peraturan perundangan
perkarantinaan ikan perlu melakukan tindakan karantina ikan bagi
media pembawa HPIK yang akan dilalulintaskan. Pelaksanaan
tindakan karantina ikan tersebut dapat dilakukan di tempat
pemasukan/ pengeluaran atau di luar tempat pemasukan/
pengeluaran baik di dalam maupun di luar Instalasi Karantina Ikan
(IKI) yang telah ditetapkan. Pelaksanaan tindakan karantina terhadap
media pembawa di Instalasi Karantina dilakukan dalam rangka:
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 319/KEP-BKIPM/2014 TENTANG
PEDOMAN INSTALASI KARANTINA IKAN
2
a. Mendeteksi terhadap adanya infeksi HPIK/HPI tertentu pada
media pembawa.
b. Membebaskan/mensucihamakan media pembawa dari
HPIK/HPI tertentu.
c. Menjamin media pembawa telah memenuhi persyaratan
kesehatan ikan yang akan dilalulintaskan.
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai instalasi karantina
apabila telah memenuhi persyaratan, prosedur, penetapan, dan
pengelolaannya. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu adanya
pedoman instalasi karantina ikan untuk menjaga konsistensi
penerapan cara karantina ikan yang baik di instalasi karantina.
1.2. Tujuan
Tujuan penyusunan Pedoman Instalasi Karantina Ikan ini
adalah :
a. Sebagai pedoman bagi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Badan
Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil
Perikanan (BKIPM) dalam proses penetapan, pengelolaan dan
pelaporan Instalasi Karantina Ikan.
b. Pemilik instalasi karantina mengetahui prosedur penetapan,
penerapan pengelolaan dan pelaporan Instalasi Karantina
Ikan.
1.3. Pengertian dan Istilah
a. Instalasi Karantina Ikan yang selanjutnya disebut instalasi
karantina adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas
yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan karantina.
b. Instalasi Karantina Ikan milik Kementerian yang selanjutnya
disebut instalasi karantina Kementerian adalah instalasi
karantina yang dibangun oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan dan telah ditetapkan dalam bentuk Sertifikat
3
Instalasi Karantina Ikan yang pengelolaannya dilakukan oleh
UPT KIPM
c. Instalasi Karantina Ikan milik Perorangan atau Badan
Hukum yang selanjutnya disebut instalasi karantina
Perorangan atau Badan Hukum adalah instalasi karantina
yang dibangun oleh perorangan atau badan hukum dan telah
ditetapkan dalam bentuk Sertifikat Instalasi Karantina Ikan,
yang pengelolaannya dibawah pengawasan UPT KIPM.
d. Menteri Kelautan dan Perikanan adalah Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang karantina
ikan.
e. Kepala Badan Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan
Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya disebut Kepala
BKIPM adalah kepala badan yang melaksanakan tugas
teknis di bidang karantina ikan.
f. Kepala Pusat Karantina Ikan yang selanjutnya disebut
dengan Kapuskari adalah Kepala Pusat yang melaksanakan
tugas teknis di bidang karantina ikan.
g. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan adalah surat penetapan
yang menyatakan instalasi karantina telah memenuhi
persyaratan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan
karantina ikan.
h. Tindakan karantina ikan yang selanjutnya disebut tindakan
karantina adalah kegiatan yang dilakukan untuk mencegah
masuk dan tersebarnya hama dan penyakit ikan karantina
dari luar negeri dan dari suatu area ke area lain di dalam
negeri atau keluarnya hama dan penyakit ikan dari dalam
wilayah Negara Republik Indonesia.
i. Unit Pelaksana Teknis Badan Karantina Ikan Pengendalian
Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan yang selanjutnya
disebut UPT KIPM adalah unit kerja teknis yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BKIPM.
4
j. Pejabat Fungsional Pengendali Hama Penyakit Ikan (PHPI)
yang selanjutnya disebut PHPI adalah pegawai negeri sipil
yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak
secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengendalian hama dan penyakit ikan serta lingkungan yang
bekerja di lingkup BKIPM.
k. Inspektur karantina ikan yang selanjutnya disebut inspektur
karantina adalah pegawai negeri tertentu yang memiliki
kompetensi melakukan kegiatan inspeksi dalam rangka
penerapan cara karantina ikan yang baik, yang telah
ditetapkan dan mendapatkan nomor registrasi sebagai
inspektur karantina ikan dengan surat keputusan Kepala
BKIPM.
l. Hama dan penyakit ikan karantina yang selanjutnya disebut
HPIK adalah semua hama dan penyakit ikan yang belum
terdapat dan/ atau telah terdapat hanya di area tertentu di
wilayah Republik Indonesia yang dalam waktu relatif cepat
dapat mewabah dan merugikan sosio ekonomi atau yang
dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
m. Hama dan Penyakit Ikan Tertentu yang selanjutnya disebut
HPI tertentu adalah semua hama dan penyakit ikan yang
berpotensi seperti HPIK, belum dan/atau telah terdapat di
area tertentu di dalam wilayah Negara Republik Indonesia,
tetapi belum ditetapkan sebagai HPIK atau HPI yang
dipersyaratkan oleh negara tujuan untuk dicegah
pemasukannya.
n. Media pembawa hama dan penyakit ikan karantina yang
selanjutnya disebut media pembawa adalah ikan dan atau
benda lain yang dapat membawa hama dan penyakit ikan
karantina.
o. Ikan adalah semua biota perairan yang sebagian atau
seluruh daur hidupnya berada di dalam air dalam keadaan
hidup atau mati termasuk bagian-bagiannya.
5
p. Benda lain adalah media pembawa selain ikan yang
mempunyai potensi penyebaran Hama dan Penyakit Ikan
Karantina.
q. Sarana instalasi karantina adalah segala peralatan/ fasilitas
dan bahan yang digunakan untuk pelaksanaan tindakan
karantina di instalasi karantina.
r. Cara Karantina Ikan yang Baik (CKIB) adalah metode yang
berisikan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang
digunakan untuk memastikan bahwa semua tindakan dan
penggunaan fasilitas instalasi karantina dilakukan secara
efektif, konsisten, sistematis dan memenuhi standar
biosecurity untuk menjamin kesehatan ikan.
s. Biosecurity adalah suatu upaya atau langkah-langkah untuk
mencegah dan/ atau mengurangi resiko masuk dan
tersebarnya agen penyakit ikan.
t. Ruang anteroom atau ruang antara adalah ruang steril/
mensucihamakan bagi pekerja sebelum dan sesudah
memasuki IKI yang berada di lokasi instalasi karantina.
u. Personil adalah petugas yang melaksanakan tindakan
karantina tertentu pada instalasi milik perorangan atau
badan hukum yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tindakan karantina di instalasi karantina.
1.4. Dasar Hukum
Dasar hukum perangkat perundangan penyusunan Pedoman
Penilaian Instalasi Karantina Ikan adalah :
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina
Hewan, Ikan, dan Tumbuhan. (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3482);
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun
2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air;
6
c. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Karantina Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun
2002 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4197);
d. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 05 Tahun
2005 tentang Tindakan Karantina Ikan Untuk Pengeluaran
Media Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina;
e. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 20 Tahun
2007 tentang Tindakan Karantina untuk Pemasukan Media
Pembawa Hama dan Penyakit Ikan Karantina Dari Luar
Negeri Dan Dari Suatu Area Ke Area Lain di Dalam Wilayah
Negara Republik Indonesia;
f. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 10 Tahun
2012 tentang kewajiban tambahan karantina ikan;
g. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 33 Tahun
2014 tentang Instalasi Karantina Ikan; dan
h. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
KEP.26/MEN/2013 tentang Penetapan Jenis-Jenis Hama
dan Penyakit Ikan Karantina, Golongan, Media Pembawa dan
Sebarannya.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi klasifikasi, persyaratan,
prosedur penetapan dan perpanjangan, pengelolaan, inspeksi dan
verifikasi, pembinaan dan pelaporan IKI.
7
BAB II
KLASIFIKASI INSTALASI KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKASI
Instalasi Karantina Ikan adalah tempat beserta segala sarana
dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan
tindakan karantina. Berdasarkan klasifikasinya, instalasi karantina
dibedakan menjadi :
2.1. Klasifikasi
A. Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan Berdasarkan Peruntukan
Klasifikasi instalasi karantina ikan berdasarkan
peruntukannya, terdiri dari :
a. Instalasi karantina ikan untuk ikan hidup
b. Instalasi karantina ikan untuk ikan mati
c. Instalasi karantina ikan untuk benda lain
B. Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan Berdasarkan Kepemilikan
Klasifikasi Instalasi Karantina Ikan berdasarkan
kepemilikan dibedakan menjadi :
a. Instalasi karantina ikan milik Kementerian adalah Instalasi
Karantina yang dibangun oleh pemerintah dan
pengelolaannya dilakukan oleh UPT KIPM.
b. Instalasi karantina ikan milik perorangan atau badan
hukum adalah milik swasta baik secara perorangan atau
badan hukum.
2.2. Sertifikasi
A. Sertifikasi Instalasi Karantina Ikan
Kelayakan Instalasi Karantina didasarkan pada hasil
penilaian Instalasi Karantina Ikan yang meliputi persyaratan
administrasi, manajemen, dan teknis. Hasil penilaian diberikan
dalam kriteria layak (sangat baik, baik, cukup) dan tidak
8
layak. Sertifikat Instalasi Karantina Ikan diberikan untuk
instalasi karantina dengan kriteria layak.
Konsistensi penerapan biosecurity di Instalasi Karantina
Ikan yang telah ditetapkan dalam pengendalian HPIK/ HPI
tertentu dilakukan melalui proses Sertifikasi Cara Karantina
Ikan yang Baik (SCKIB).
B. Sertifikasi Cara Karantina Ikan yang Baik.
Sertifikasi penerapan Cara Karantina Ikan yang Baik
(SCKIB) didasarkan atas :
- Konsistensi persyaratan dan penerapan dokumen mutu
karantina ikan;
- Konsistensi kelayakan dan peruntukan teknis; dan
- Hasil pemeriksaan HPIK/ HPI tertentu
Berdasarkan konsistensi penerapan cara karantina di
atas maka instalasi karantina ikan dikategorikan sebagai
berikut:
a. Kategori A : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria A, sehingga dapat
digunakan sebagai tempat untuk melaksanakan tindakan
karantina impor, ekspor, dan/atau antar area dan sesuai
kebutuhan jenis usaha dibidang perikanan
b. Kategori B : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria B, sehingga dapat
digunakan untuk tindakan karantina ikan impor, ekspor ke
Negara bersyarat tertentu dan/atau antar area sesuai
kebutuhan usaha dibidang perikanan
c. Kategori C : instalasi karantina yang memenuhi kelayakan
dan menerapkan CKIB dengan kriteria C, sehingga dapat
digunakan untuk tindakan karantina ikan ekspor ke Negara
tidak bersyarat dan/atau antar area sesuai kebutuhan
usaha dibidang perikanan
9
Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi cara karantina ikan
yang baik mengacu pada pedoman CKIB.
10
BAB III
PERSYARATAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Suatu tempat dapat ditetapkan sebagai IKI apabila telah
memenuhi persyaratan administrasi, manajemen, dan teknis.
4. Standardisasi sarana dan prasarana instalasi karantina;
5. Penerapan Biosekuriti pada instalasi karantina; dan/ atau
6. Pengelolaan sarana dan fasilitas instalasi karantina ikan.
71
BAB VIII
PELAPORAN DAN SANKSI
Instalasi karantina milik kementerian dan perorangan atau
badan hukum wajib menyampaikan laporan penggunaan dan
pengelolaan instalasi karantina meliputi:
1. Jumlah, jenis dan asal media pembawa yang masuk ke instalasi
karantina;
2. Tindakan karantina ikan yang dilakukan;
3. Hasil dari tindakan karantina ikan.
Penyampaian laporan tersebut dapat dilakukan secara manual
maupun elektronik.
6.1. Prosedur Pelaporan
a. Perorangan atau badan hukum wajib menyampaikan
laporan penggunaan dan pengelolaan instalasi karantina
kepada kepala UPT KIPM setempat.
b. Kepala UPT KIPM melakukan rekapitulasi laporan dan
melaporkannya kepada Kepala Badan.
c. Kepala UPT KIPM selain merekapitulasi dan melaporkan
penggunaan instalasi karantina milik perorangan atau
badan hukum, juga wajib melaporkan penggunaan instalasi
karantina yang dikelolanya.
6.2. Sanksi
a. Perorangan atau badan hukum yang tidak menyampaikan
laporan penggunaan instalasi karantina akan dikenakan
sanksi administratif berupa :
1) Peringatan tertulis
Peringatan tertulis dilakukan paling banyak 2 (dua) kali
dalam jangka waktu paling lama 15 (lima belas) hari
kalender.
72
2) Pembekuan sertifikat instalasi karantina
Pembekuan sertifikat instalasi paling lama 30 (tiga
puluh) hari kalender apabila sampai dengan
berakhirnya peringatan tertulis kedua tidak
menyampaikan laporan penggunaan instalasi karantina.
3) Pencabutan sertifikat instalasi karantina
Pencabutan sertifikat instalasi karantina dilakukan
apabila sampai dengan berakhirnya pembekuan sertifikat
instalasi karantina tidak menyampaikan laporan
penggunaan instalasi karantina.
b. Kepala UPT KIPM yang tidak melaksanakan kewajiban akan
dikenakan sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
73
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, J.R., Reantaso, M.B., dan Subangsinghe, R.P., 2008, A Manual of Procedures for The Quarantine of Live Aquatic Animals, Roma, Food and Agriculture Organization of United Nation.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014, Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Nomor 33 tahun 2014 tentang IKI. Jakarta
Offices des International des Epizooties (OIE), 2012, Manual of
Diagnostic Test for Aquatic Animal Disease. Paris Sekretaris Negara, 1992. Undang – Undang Nomor 16 Tahun 1992
tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan. Jakarta Sekretaris Negara, 2002. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun
2002 tentang Karantina Ikan. Jakarta
73
LAMPIRAN 1. Form Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor : Tanggal : Lampiran : Perihal : Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Balai Besar/ Balai/ Stasiun KIPM ........................................... di Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik : Nama Perusahaan : Alamat Kantor : Alamat Instalasi Karantina Ikan :
Mengajukan Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : 2. Jenis Instalasi Karantina Ikan : 3. Kapasitas : 4. Jenis Media Pembawa : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :
a. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan
atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP
penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
b. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
c. Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
d. Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media
pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen
Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin
Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang;
e. Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota
atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang
74
menjelaskan bahwa yang bersangkutan melakukan kegiatan usaha di
bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum;
f. Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bangunan/
ruangan yang akan ditetapkan sebagai instalasi karantina ikan, dan ;
g. Dokumen mutu Karantina Ikan.
Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-
benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia
menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan
Ttd dan stampel
(…………………….)
75
LAMPIRAN 2. Form Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT PERUSAHAAN
Nomor : Tanggal : Lampiran : Perihal : Permohonan Penetapan Instalasi Karantina Ikan Kepada Yth, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan di Tempat
Yang bertandatangan di bawah ini : Nama Pemilik : Nama Perusahaan : Alamat Kantor : Alamat Instalasi Karantina Ikan :
Mengajukan Permohonan Penetapan Instalasi karantina Ikan, dengan spesifikasi sebagai berikut :
1. Peruntukan Instalasi Karantina Ikan : 2. Jenis Instalasi Karantina Ikan : 3. Kapasitas : 4. Jenis Media Pembawa : Dalam pengajuan ini kami juga melampirkan dokumen persyaratan :
a. Rekomendasi hasil penilaian dari UPT KIPM.
b. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan
c. Fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung
jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum;
d. Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
e. Dokumen mutu Karantina Ikan.
Lampiran dokumen persyaratan ini kami buat dengan sebenar-
benarnya dan apabila tidak sesuai dengan aslinya maka kami bersedia
menerima sanksi menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
76
Demikian permohonan ini kami buat, atas bantuan dan
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Pemilik/ Pimpinan
Ttd dan stampel
(…………………….)
Tembusan Yth ; Kepala Pusat Karantina Ikan
77
LAMPIRAN 3. Form Verifikasi Kelengkapan Dokumen Permohonan Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT UPT KIPM
FORM VERIFIKASI KELENGKAPAN DOKUMEN PERMOHONAN PENILAIAN INSTALASI KARANTINA IKAN
Berdasarkan permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan milik : 1. Nama Perusahaan : 2. Alamat instalasi :
bersama ini dilaporkan hasil verifikasi kelengkapan dokumen milik perusahaan tersebut, dengan hasil sebagai berikut :
No Dokumen
Kelengkapan dokumen
Keterangan
ada Tidak ada
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), untuk pemohon perorangan atau fotokopi akte pendirian perusahaan dan fotokopi KTP penanggung jawab perusahaan, untuk pemohon badan hukum; Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa; Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen P2HP (untuk media pembawa mati)/ Surat Ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari Ditjen Perikanan Budidaya (untuk media pembawa hidup)/ Surat ijin Pemasukan (surat ijin impor) dari instansi yang berwenang; Surat keterangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota atau Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perikanan yang menjelaskan bahwa yang bersngkutan melakukan kegiatan usaha di bidang perikanan, untuk pemohon perorangan atau badan hukum; Peta daerah lokasi, gambar tata letak (Lay Out) dan foto bagunan/ ruangan yang akan ditetapkan sebagai IKI.; Dokumen mutu Karantina Ikan;
Kesimpulan : 1. Lengkap dan Sah (dapat ditindaklanjuti) 2. Tidak lengkap / tidak sah (dikembalikan untuk dilengkapi)
Berdasarkan Evaluasi yang telah dilakukan terhadap Laporan Hasil
Tim Penilai Kelayakan Instalasi Karantina oleh UPT KIPM, maka
terhadap ..........................., Alamat instalasi ..................................,
telah memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, sehingga dinyatakan layak untuk tempat
pelaksanaan tindakan karantina dalam rangka mencegah masuk,
keluar dan tersebarnya Hama Penyakit Ikan Karantina (HPIK) dan
diusulkan untuk dapat Diterbitkan rekomendasi hasil penilaian oleh
kepala UPT
Pengesahan
Dibuat oleh Diperiksa oleh Disahkan oleh
Anggota Penanggungjawab Kepala UPT
.........................
NIP............................. NIP.
........................... Ketua
NIP. .............................
NIP. NIP.
82
LAMPIRAN 6. Format Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi Karantina Ikan
KOP SURAT UPT
Nomor :
...............,......................20..
Sifat : Penting
Lampiran : -
Perihal : Rekomendasi Hasil Penilaian Instalasi
Karantina Ikan
Yth. Kepala Badan Karantina Ikan
Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan
Kementerian Kelautan dan Perikanan
di
Jakarta
Menindaklanjuti Surat Direktur..............Nomor..........tanggal........
perihal : Permohonan penilaian Instalasi Karantina Ikan, berdasarkan :
1. Hasil Verifikasi Dokumen :
2. Hasil penilaian
Persyaratan Teknis Instalasi Karantina Ikan yang dipersyaratkan
telah sesuai dengan:
a. Sarana Instalasi :
Sarana dan bahan pemeriksaan
Sarana pengasingan dan pengamatan
Sarana perlakuan
Sarana penahanan
Sarana pemusnahan
Sarana pengolahan limbah
b. Peruntukan Instalasi : Hidup/ Mati/ Benda Lain
Fotokopi KTP dan atau Akta pendirian perusahaan
Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);
Surat keterangan kepemilikan/ surat perjanjian kontrak/ sewa;
Surat Ijin Impor
Surat keterangan dari dinas yang membidangi Kelautan dan
Perikanan
Peta lokasi, lay out dan foto bagunan/ ruangan instalasi
Dokumen Mutu Karantina Ikan
83
c. Jenis Komoditi (nama latin) : 1.
2.
3. dst
d. Kapasitas Instalasi :
e. Penanggung jawab instalasi :
Berdasarkan hasil verifikasi dan penilaian, maka dinyatakan LAYAK
dan MEMENUHI SYARAT untuk diterbitkan Sertifikat Instalasi Karantina
Ikan
Demikian kami sampaikan atas perhatiannya disampaikan terima
kasih.
Kepala Balai Besar/ Balai/
Stasiun KIPM
.............................
NIP.
Tembusan: Yth.
Kepala Pusat Karantina Ikan
84
Lampiran 7. Contoh SOP penanganan sarana dan prasarana pada instalasi
karantina ikan
Nama IKI Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Penanganan Sarana dan Prasarana Instalasi Karantina Ikan
1. TUJUAN & SASARAN
SOP penanganan sarana dan prasarana IKI disusun dengan tujuan sebagai petunjuk bagi petugas karantina dan penanggungjawab IKI dalam melakukan kegiatan penanganan sarana dan prasarana IKI agar dilaksanakan secara tepat dan sesuai standar
2. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi sarana dan prasarana media pembawa hidup di IKI meliputi istolah dan definisi, penanggung jawab, prosedur kerja, dan rekam data.
3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Penanganan adalah segala pekerjaan yang dilakukan semenjak
sarana dan prasana berdiri dan digunakan sampai dkatakan siap untuk dijadikan tempat tindak karantina ikan (IKI)
3.2. Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan. sarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang bergerak seperti bak, alat serok dan sejenisnya, blower, alat kualitas air dan sebagainya.
3.3. Prasarana adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses (usaha, pembangunan, proyek). prasarana lebih ditujukan untuk benda-benda yang tidak bergerak seperti gedung, ruang, kolam, bak permanen, tanah, dan sebagainya.
3.4. IKI adalah tempat beserta segala sarana dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk melaksanakan tindakan karantina.
4. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas/ penanggungjawab yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI
5. PROSEDUR KERJA
Penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup dilakukan sebelum masa karantina. Pemeriksaan dan evaluasi harus dilakukan sebelum masa karantina di IKI terhadap sarana dan prasarana baik yang bersifat pokok dan penunjang: Prosedur penanganan sarana dan prasarana harus memperhatikan dan mendukung standar operasinal prosedur (SOP) di IKI. SOP yang terdapat di IKI sebagai berikut :
85
1. Tata Tertib Personel IKI. 2. Keselamatan dan Keamanan Bekerja di IKI 3. Desinfeksi dan Sanitasi Sarana dan Prasarana IKI 4. Pengelolaan Air IKI 5. Penanganan Ikan Masuk ke dalam IKI 6. Pengujian Stress dan Kohabitasi di IKI 7. Pemeliharaan Ikan IKI 8. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan IKI 9. Perlakuan IKI 10. Pengelolaan Pakan IKI 11. Penanganan Ikan Keluar di IKI 12. Penanganan Limbah IKI 13. Rencana Kontingensi 14. Pemeriksaan klinis dan/atau visual 15. Pemeriksaan visual dan/atau uji organoleptik (Udang
segar/beku/kering/bagian tubuh) 16. Pengambilan sampel media pembawa hidup 17. Pengambilan sampel media pembawa pada Produk perikanan
segar/beku/kering/bagian tubuh 18. Desinfeksi sarana dan prasarana IKI 19. Pemusnahan media pembawa dan kemasannya yang terinfeksi
hpik/hpi tertentu 20. Pengamatan peubah fisika kimia air
Prosedur penanganan sarana dan prasarana IKI sebelum masa karantina dilakukan sebagai berikut :
1. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI
secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pokok yaitu srana dan prasarana yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan tindak karantina seperti bak penampungan air baik tawar atau laut, bak pemeliharaan (induk, telur, larva, pakan alami). Sarana pokok tersebut harus dipastikan telah didesinfeksi dan terjamin biosecurity dan sanitasinya
2. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarna di IKI secara periodik oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana penunjang yaitu sarana untuk menunjang tindakan karantina di IKI seperti pompa air, alat serok, alat kualitas air, aerasi, ruang genset, dan sebagainya. Sarana penunjang harus tersedia dan ditata untuk menjamin kemudahan penggunaan selama masa karantina ikan.
3. Lakukan pemeriksaan terhadap sarana dan prasarana pelengkap di IKI secara periodic oleh petugas IKI terhadap sarana dan prasarana pelengkap seperti ruang kantor, alat tulis menulis, computer dan sejenisnya.
4. Evaluasi secara menyeluruh sarana dan prasarana tersebut maksimal sudah siap dua hari sebelum pemasukan media pembawa
5. Laporkan hasil evaluasi sarana dan prasarana tersebut kepada petugas karantina sebelum dilakukan pemasukan media pembawa
86
6. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan Sarana dan Prasarana IKI Media Pembawa Hidup harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
87
FORM PENANGANAN SARANA DAN PRASARANA
NAMA PERUSAHAAN :
ALAMAT :
FORM PERSIAPAN BAK
NO T
GL
NO. BAK
JENIS MEDIA PEMBAWA
BAK PENAMPUNGAN AIR
BAK PEMELIHARAAN PERSONIL IKI
KET
TAWAR* LAUT* INDUK* TELUR* LARVA PAKAN ALAMI
* Apabila media pembawa air tawar/air laut *Apabila media pembawa induk/telur/larva/pakan alami
Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI untuk mendapatkan penanganan ikan yang tepat dan baik.
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan masuk meliputi:
• Jenis Ikan
• Ukuran ikan
• Cara penanganan III. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI adalah petugas yang ditunjuk.
IV. PROSEDUR KERJA 1.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan masuk pada IKI, antara lain:
• Wadah/bak/aquarium penampungan
• aerator
• serok
• obat anti stress 1.2. Prosedur pelaksanaan
1. Lakukan aklimatisasi selama beberapa menit pada seluruh ikan yang baru masuk ke dalam bak/aquarium penampungan tanpa membuka kemasan
2. Buka kemasan kemudian keluarkan ikan berdasarkan jenis ikan dari dalam kemasan
3. Lakukan aklimatisasi ke dalam bak penampungan selama beberapa jam, bila diperlukan dapat ditambahkan obat anti stress
4. Masukkan ikan tersebut kedalam wadah/bak pemeliharaan berdasarkan jenis ikan
5. Selesai.
V. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan penanganan ikan masuk pada unit penampungan/pengumpul ikan hias air tawar harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
91
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :
Penanganan Ikan Masuk pada IKI No. Tanggal Jenis ikan Ukuran
Ikan Jumlah Ikan
Obat anti stress
Dosis obat Paraf petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak pemeliharaan
Lampiran 10. Contoh SOP Pemeliharaan dan Perawatan Ikan Selama Masa Karantina
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
Pemeliharaan dan Perawatan ikan
I. TUJUAN & SASARAN
SOP pemeliharaan dan perawatan Ikan disusun sebagai petunjuk
bagi petugas karantina ikan dan penanggungjawab IKI dalam
melakukan kegiatan pemeliharaan ikan di IKI dengan dukungan
media pemeliharaan yang optimal
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup SOP pemeliharaan Ikan mencakup komponen
penunjang media pemeliharaan ikan berupa sumber air yang
berkualitas, dan pengamatan kesehatan ikan.
III. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan Pemeliharaan dan Perawatan Ikan adalah
penanggungjawab instalasi karantina milik pihak ketiga
IV. ISTILAH DAN DEFINISI
1.1. Stress adalah kondisi di luar kemampuan batas toleransi
yang disebabkan oleh salah satu atau lebih faktor eksternal
(fisika, kimia atau biologi).
1.2. Pengelolaan kualitas air adalah aktivitas penyediaan dan
pemeliharaan kondisi lingkungan perairan (fisika, kimia dan
biologi) yang sesuai dengan kebutuhan dasar (kualitas dan
kuantitas) bagi jenis ikan yang ada di dalamnya.
1.3. Pengelolaan pakan adalah aktivitas penyediaan dan
pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan dasar
(kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang dipelihara,
dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan & periode makan
ikan (feeding habit & feeding periodicity).
1.4. Apparent satiation adalah metoda pemberian pakan yang
jumlahnya hanya didasarkan pada selera makan ikan semata
100
V. PROSEDUR KERJA
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan dan bahan yang diperlukan pada kegiatan
pemeliharaan dan perawatan ikan antara lain:
� alat tangkap/serok
� wadah ikan (bak/akuarium/fiber glass) dan perlengkapannya
� aerator
� pakan ikan
� alat pengukur kualitas air
� alat tulis
5.2. Prosedur Kerja
Kegiatan Pemeliharaan ikan dilakukan terhadap ikan–ikan yang
telah melewati masa aklimatisasi , dan masa karantina,serta
tidak menunjukkan gejala klinis terinfeksi / terinfestasi
penyakit., maupun yang telah sembuh setelah perlakuan.
Adapun faktor penting yang harus diperhatikan dalam
pemeliharaan ikan antara lain:
1. Pengelolaan kualitas air , yaitu dengan pemakaian sumber air
yang berkualitas ( bebas patogen dan memenuhi baku mutu
air),
2. Penggunaan peralatan dan sarana pemeliharaan bebas
petogen,
3. Pakan berkualitas, dan
4. Pengelolaan kesehatan ikan
5.2.1. Pengelolaan kualitas air
Pengelolaan kualitas air yang akan digunakan sebagai media
hidup ikan, adalah sbb:
1. Air yang akan digunakan adalah air segar yang telah dipersiapkan lebih dari 24 jam sebelum ikan dimasukkan ke dalamnya, telah di filter maupun disucihamakan , dan tidak mengandung bahan toksikan (chlorine, kapur, dll).
2. Selalu dilakukan pengontrolan kualitas air melalui pengukuran parameter kualitas air secara berkala, baik terhadap air sumber maupun air pemeliharaan ikan.
3. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk kehidupan ikan tropis secara umum dapat dilhat pada Tabel 1. Manipulasi beberapa parameter kualitas air agar tetap stabil pada kisaran yang baik untuk kehidupan ikan yang dipelihara dapat dilakukan secara fisikis, kimiawi, maupun biologis. Misalnya untuk menaikkan dan mempertahankan suhu air pada kisaran tertentu, dapat digunakan heater (thermoregulator).
101
4. Kondisi parameter kualitas air yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari standar optimal dapat menyebabkan ikan stress.
Tabel 1. Kisaran beberapa parameter kualitas air yang layak untuk
kehidupan ikan
Parameter Kisaran konsentrasi
Suhu 26 – 32 oC
pH 6,5 – 8.5
Oksigen terlarut (O2) 75% kejenuhan, > 4 ppm
Karbondioksida (CO2) ± 1,5 ppm dan tidak lebih dari
15 ppm
Ammonia (NH3) < 0,02 ppm
Alkalinitas (kesadahan dalam CaCO3)
Minimum 20 ppm
Hidrogen sulfida (H2S) < 0,003 ppm
Nitrat (NO3) < 1,00 ppm
Nitrit (NO2) < 1,00 ppm
Total Suspended Solid (TSS) < 80 ppm
5.2.2. Peralatan, sarana pemeliharaan ikan dan bahan
Peralatan dan sarana pemeliharaan yang digunakan harus
memadai untuk seluruh pemeliharaan ikan. Bahan seperti obat-
obatan/ atibiotik, desinfektan atau bahan uji kualitas air, juga
harus tersedia dalam jumlah cukup.
1. Pastikan bahwa peralatan dan bahan yang diperlukan
selama proses pemeliharaan dan perawatan ikan telah
tersedia, baik kualitas maupun kuantitasnya.
2. Gunakan peralatan dan wadah pemeliharaan /perawatan
ikan dari bahan berkualitas, dan telah didesihfeksi
sebelum pemakaian maupun setelah pemakaian
3. Bahan –bahan seperti desinfektan ( Clorin. KMNO4,)
antibiotk, dll yang mendukung dalam pemeliharaan ikan
tersedia dalam jumlah cukup, dan diletakkan dalam
lemari khusus.
5.2.3. Pemberian Pakan berkualitas
Pakan yang digunakan harus terjamin kualitasnya. Pakan
hidup/alami, pakan segar, dan pakan olahan harus melalui
pengelolaan yang baik dalam hal penyimpanan, agar tidak
terjadi penurunan kualitas dan kontaminasi penyakit pada ikan
melalui pakan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam
pemberian dan penyimpanan pakan sbb :
102
5.6. Pemberian pakan
Jenis dan ukuran pakan yang diberikan selama proses pemeliharaan dan perawatan, idealnya disamakan dengan jenis dan ukuran pakan yang diberikan di tempat asal ikan tersebut. Pemberian pakan pertama dilakukan setelah ikan tampak normal dan responsif terhadap pakan yang diberikan secara apparent satiation.
5.7. Pengelolaan pakan
Pengelolaan pakan dilakukan sesuai dengan kebutuhan
dasar (kualitas dan kuantitas) bagi jenis ikan yang
dipelihara, dengan tetap mempertimbangkan kebiasaan &
periode makan ikan (feeding habit & feeding periodicity).
Kualitas pakan ikan umumnya lebih diutaman pada jenis
sediaan (pakan hidup atau buatan), kadar protein, food
convertion ration (FCR), serta palability & stability. Sedangkan
kuantitas pakan umumnya lebih didasarkan pada stadia
ikan, berkisar antara 3-10% bobot tubuh ikan/hari.
5.8. Penyimpanan Pakan
1. Pakan harus disimpan di tempat khusus, sesuai dengan
jenis pakan. Pakan alami/hidup seperti artemia atau ikan-
ikan berukuran lebih kecil dipelihara dalam keadaaan
hidup di dalam wadah / bak khusus, sedangkan cyste.
Artemia pada umumnya disimpan kering (dalam kemasan
kaleng)dan disimpan di lemari dan diberi label/kode
2. Pakan segar seperti ikan rucah untuk tujuan diberikan
sebagai pakan ikan,atau yang masih tersisa disimpan pada
suhu dingin atau beku di dalam referigerator dan diberi
label/kode
3. Pakan olahan seperti pelet atau fish meal, disimpan dalam
kondisi kering, di dalam lemari atau di atas rak terbuka
5.2.4. Pengelolaan Kesehatan ikan
Selama masa pemeliharaan ikan, pengelolaan kesehatan ikan
harus selalu dilakukan melalui monitoring secara berkala
terhadap status kesehatan ikan, diagnosa secara klinis
dan/atau visual yang dilanjutkan secara laboratoris apabila
diperlukan, serta tindakan perlakuan apabila terjadi infeksi
patogen yang secara definitif dapat dikontrol; baik secara fisikis,
kimiawi maupun biologis. Apabila ditemukan adanya indikasi
gejala infeksi patogen, maka segera kumpulkan informasi
antara lain :
103
- Ada / tidaknya kematian ikan, jumlah ikan mati
- Gejala klinis, kelainan pada tubuh ikan, respon /reflek,
nafsu makan dll
dan segara lakukan pengambilan sejumlah ikan sakit (sampel)
untuk mengujian laboratoris. Pengamatan gejala klinis pada
ikan, dan kemungkinan penyebabnya seperti Pada Tabel 2.
Tabel 2. Gejala klinis umum penyakit ikan, kemungkinan penyebab serta tindak lanjut diagnosa
Gejala klinis Kemungkinan penyebab
Kematian mendadak beberapa ekor ikan dalam tempo yang singkat dengan gejala klinis yang tidak jelas. Ikan yang bertahan hidup menggantung di permukaan air/diam di dasar dan hilang keseimbangan. Ikan sangat lemah dan tidak mau makan.
1) Keracunan akut. Periksa kemungkinan adanya infeksi parasit atau bakteri, apabila negatif maka segeralah ganti air 75% atau lebih dengan asumsi terjadi keracunan. Ambil air dan analisis lebih lanjut di laboratorium
2) Kadar oksigen rendah. Periksa kadar oksigen pada saat level oksigen terlarut minimal
3) Infeksi bakteri atau virus perakut. Diagnosa lanjut perlu dilakukan
Ikan menggosok-gosokkan badannya pada benda keras dan melesat “flashing” atau berkilap ketika menggosok sisi badan lainnya, terkadang meloncat ke permukaan air.
Indikator adanya iritasi di kulit atau insang 1) Dapat disebabkan akibat kadar
ammonia tinggi, nitrit yang meningkat atau pH rendah/tinggi Fluktuasi harian pH air yang tinggi juga dapat mengakibatkan iritasi. Periksa kualitas air.
2) Iritasi dapat pula disebabkan oleh infeksi ekto parasit seperti cacing, Ichthyophthirius, Trichodina dll. pada kulit/insang. Periksa lendir/sirip dan insang secara mikroskopis.
Ikan berenang normal, tapi nampak kesulitan bernafas (terlihat dari gerakan tutup insang) Ikan terlihat megap-megap, berkumpul di dekat sumber aerasi.
1) Kadar oksigen terlarut sangat rendah, periksa kadarnya pada saat level terendah (pagi hari)
2) Kualitas air yang buruk mengakibatkan hiperplasia insang, ekses produksi lendir atau keracunan nitrit. Periksa ammonia, nitrit dan pH
3) Indikator adanya tahap awal infeksi penyakit pada insang. Bila kondisi berlanjut, periksa parasit atau
104
kondisi insang 4) Anemia. Insang terlihat pucat
Ikan secara individual terpisah dari kelompoknya, bernafas normal, tidak mau makan, tampak kusam atau ada area yang kusam di kulitnya. Tidak nampak adanya gejala klinis yang nyata.
Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut 1) Ikan mungkin menderita akibat
infeksi parasit. Periksa kulit/llendir/sirip dan insang
2) Ikan mungkin menderita infeksi patogen internal
3) Tahap awal infeksi bakteri sistemik. Isolasi dan identifikasi
4) Periksa kualitas air
Beberapa ikan tampak lemah, tidak mau makan atau makan sangat sedikit. Ikan terlihat malas, beberapa siripnya sobek atau rombeng.
Lemah dan tidak nafsu makan merupakan gejala umum beberapa penyakit, oleh karena itu perlu diagnosa lanjut 1) Kualitas air buruk. Periksa ammonia,
nitrit, pH 2) Polusi bahan organik 3) Infeksi ekto parasit. Periksa parasit
di kulit/llendir/sirip dan kondisi insang
4) Tahap awal infeksi bakteri sistemik, isolasi dan identifikasi serta periksa adanya pendarahan, luka atau borok
Ekses lendir di insang dan/atau kulit. Lendir kecoklatan atau menggumpal, kemungkinan diikuti dengan menggosok-gosokkan badan serta “flushing”, megap-megap dan/atau lemah.
1) Infeksi ekto parasit. Periksa kulit/lendir/sirip dan insang
2) Kualitas air buruk. Periksa beberapa parameter kunci
Luka atau borok di kulit Kemerahan atau peradangan di permukaan badan atau sirip Insang terkuak, pembengkakan, luka yang tidak sembuh dalam tempo 1 – 2 hari.
1) Kerusakan fisik. Luka yang terlihat bersih dengan sedikit peradangan. Umumnya akan sembuh dalam beberapa hari, tetapi berisiko adanya infeksi sekunder
2) Iritasi jaringan yang terfokus biasanya disebabkan oleh infeksi ekto parasit. Periksa parasit secara mikroskopis
3) Infeksi bakteri. Isolasi dan identifikasi
4) Kualitas air bermasalah, termasuk kadar bahan organik yang tinggi. Periksa beberapa parameter kunci.
105
Luka kemerahan atau putih di badan yang terfokus
Infeksi ekto parasit yang berukuran relatif besar seperti Argulus, Lernaea, Alitropus atau lintah. Parasit-parasit tersebut biasanya dapat diamai dengan mata telanjang
Insang geripis Sirip sobek, terbelah atau rombeng. Mungkin ujungnya berwarna keputihan dan/atau kemerahan pada bagian pangkal.
sampel untuk pemeriksaan mikroskopis yang diindikasikan adanya bakteri yang berukuran relatif panjang dan bergerak meluncur (Flexibacter sp.)
106
Pembengkakan di kulit.
1) Infeksi kista parasit. Periksa secara mikroskopis dari sampel yang diambil dari lokasi bengkak
2) Kerusakan fisik 3) Infeksi bakteri. Biasanya diikuti
dengan luka atau sisik terkuak 4) Tumour internal.
Ada “sesuatu” yang tumbuh di kulit/sirip
Tumour atau infeksi virus seperti: 1) “Cacar ikan”, yang terlihat seperti
lilin meleleh menempel di sirip/kulit 2) Papiloma, seperti kutil yang terus
membesar, berbentuk bulat halus atau seperti bunga kol, berwarna putih, merah muda atau merah
3) Lymphocystis, ukuran bervariasi, kutil berwarna putih atau merah muda di kulit/sirip/insang. Periksa secara mikroskopis terhadap irisan kutil tersebut
4) Tidak ada obat untuk kondisi-kondisi tersebut, namun sering sembuh dengan sendirinya. Namun tetap berisiko terjadinya infeksi sekunder
Bentuk badan yang abnormal, tulang belakang bengkok.
1) Penggunaan organophosphate 2) Nutrisi tidak seimbang 3) Masalah genetik 4) Kerusakan otot/fisik 5) Keracunan
Hilang keseimbangan dan ikan tidak mampu diam dengan posisi yang benar (ikan terlihat baik pada saat berenang, tetapi gerakannya akan tampak abnormal pada saat berhenti berenang)
1) Masalah pada gelembung renang (infeksi bakteri atau virus)
2) Penyakit pada organ internal seperti hati, ginjal atau organ pencernaan
Lemah, bobot tubuh menurun, terjadi kematian secara kronis. Mungkin terlihat adanya cacing yang menggantung atau keluar dari anus
Parasit internal. Periksa sampel darah dan kotoran secara mikroskopis
Ikan (mas/koi) terlihat bersih, gerakan seperti nervous atau megap-megap Beberapa hari sebelumnya
107
nafsu makan normal, namun mendadak hilang nafsu makan pada hari-hari berikutnya Terdapat bercak putih atau kerusakan pada lamella insang, mungkin diikuti pendarahan di sirip/badan, lepuh atau luka Terjadi kematian sporadis dalam tempo singkat (1 – 7 hari)
Infeksi Koi Herpes Virus.
VI. REKAM DATA
Hasil kegiatan pemeliharaan dan perawatan ikan harus direkam
sesuai dengan formulir standar. Seluruh informasi yang tertuang
dalam formulir tersebut merupakan informasi yang akan digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan karantina selanjutnya.
VII. PELAPORAN
Hasil pemeliharaan dan perawatan ikan harus dituangkan dalam
bentuk laporan yang ditandatangani oleh petugas pelaksana.
Dokumen tersebut harus memuat kesimpulan sementara serta saran
tindak lanjut, dan formulir hasil pemeliharaan dan perawatan ikan
merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari laporan akhir hasil
*) Beri catatan tambahan apabila ada informasi penting yang belum termuat dalam formulir ini. Catatan:_______________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
Lampiran 11. Contoh SOP Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan
Nama IKI Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Perlakuan dan Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di Instalasi Karantina Ikan
I. TUJUAN & SASARAN
SOP perlakuan dan perkembangan kesehatan ikan di IKI disusun sebagai acuan bagi petugas karantina ikan dan penangungjawab instalasi dalam melakukan perlakuan dan pengamatan terhadap perkembangan kesehatan ikan di IKI
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan meliputi perlakuan pada ikan sakit, obat dan dosis ikan, pengamatan kesehatan ikan (gejala klinis, perubahan tingkah laku dll), pengukur kualitas air, dan pencatatan
III. ISTILAH DAN DEFINISI
3.1. Obat Ikan adalah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan dalam mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala klinis dan luka pada ikan.
3.2. Dosis adalah banyaknya suatu obat yang dapat dipergunakan atau diberikan untuk dipakai sebagai obat dalam atau obat luar.
3.3. Gejala Klinis adalah ada atau tidaknya infeksi HPI/HPIK pada ikan yang didasarkan pada pengamatan gejala atau perubahan abnormalitas secara visual.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksana kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI adalah petugas karantina dan penanggungjawab IKI yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI
V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan, sarana dan bahan
Peralatan, dan bahan yang diperlukan pada pengamatan perkembangan kesehatan ikan di IKI antara lain: 1. Alat ukur/ bahan uji kualitas air 2. Wadah pemeliharaan (bak/akuarium) 3. Aerator 4. Serok 5. Media pemeliharaan (air) 6. Obat ikan /antibiotik
111
5.2. Prosedur pelaksanaan Kegiatan pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan pada ikan yang menunjukkan gejala klinis dan perubahan tingkah laku ( diduga terpapar penyakit ) dan telah diberi perlakuan/ pengobatan sesuai jenis penyakit, dan diamati perkembangan penyakitnya. Adapun tahapan kegiatannya adalah :
5.2.1. Perlakuan / pengobatan pada ikan
1. Ikan yang diduga terpapar penyakit HPIK golongan II , dipisahkan dan segera dipindahkan ke bak khusus yang dilengkapi dengan aerasi, dan dipelihara menggunakan peralatan tersendiri
2. Amati dan catat adanya gejala klinis pada tubuh, kelainan tingkah laku, dan ketidaknormalan lainnya.
3. Segera lakukan diagnosa terhadap penyebab penyakit ikan , tentukan jenis obat dan dosis yang akan diberikan, dan analisis terhadap interaksi obat yang akan digunakan serta metode perlakuan/pengobatan yang akan dilakukan ( deeping atau bathing, long bathing, oles dan oral )
4. Lakukan perlakuan/pengobatan sesuai dengan metode yang telah ditentukan
5. Setelah perlakuan/pengobatan dengan deeping atau bathing, ikan dipindahkan ke dalam bak baru berisi air bersih
6. Apabila diberi perlakuan /pengobatan dengan metode long bathing, oles dan oral, ikan
7. Tidak perlu dipindahkan kedalam wadah baru 8. Selama masa pengobatan lakukan pengamatan terhadap
perkembangan kesehatan ikan 9. Setelah perlakuan/pengobatan selesai, lakukan pengamatan
terhadap perkembangan hasil pengobatan 10. Setelah ikan sehat kembali, dapat digabungkan dengan ikan
lainnya 11. Apabila masih terdapat ikan yang belum dapat disembuhkan,
maka pengobatan ikan dapat dilakukan menggunakan jenis obat dan metode lainnya. Apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga, maka dilakukan pemusnahan.
5.2.2. Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan
Pengamatan perkembangan kesehatan ikan dilakukan selama masa pengobatan (no. 6, sub bab 5.2.1). Tahapan yang dilakukan sbb : 1. Amati dan catat adanya awal gejala klinis / ketidaknormalan
tubuh /perubahan warna tubuh/ perubahan tingkah laku atau kepekaan terhadap rangsang paada ikan, sebelum pengobatan diberikan
2. Lakukan pengamatan perkembangan kesehatan ikan, satu hari setelah perlakuan (pemberian obat) sampai dengan selesai pengobatan, dan catat perubahan yang terjadi.
3. Apabila gejala klinis pada ikan berkurang atau ikan dapat disembukan, maka pengobatan tersebut efektif, tetapi apabila ikan masih belum dapat disembuhkan juga lakukan seperti pada no 10 sub bab 5.2.1.
112
4. Selama waktu pengamatan lakukan pengukuran kualitas air secara berkala.
VI. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan perlakuan dan pengamatan perkembangan kesehatan ikan IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
113
FORM PERLAKUAN PADA IKAN Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Alamat IKI : Gejala klinis : Dugaan infeksi penyakit : No. Hari/
Tanggal Nomor
Wadah/bak Jenis Ikan
Jumlah Ikan
Jenis Obat
Metode Pengobatan & dosis (ppm)
Petugas Ket *)
Catatan : *) waktu / lama perlakuan( pemberian obat) (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
114
FORM PENGAMATAN PERKEMBANGAN KESEHATAN IKAN DI IKI Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Metode Pengobatan : perendaman dengan oxytetracicline 20 ppm selama 3 hari Pengamatan Perkembangan Kesehatan Ikan di IKI
No. Hari /Tanggal/ jam
Jenis ikan dan ukuran ikan
Perubahan/perkembangan kesehatan ikan (Gejala klinis/ kelainan tingkah laku)
Paraf petugas
Ket*)
Sebelum pengobatan Setelah pengobatan (hari ke)
1 Senin 2/8/ 2010 09.00
Mas koki/ 7 cm
Pendarahan pada pangkal sirip ekor
Insang pucat Sirip grepes
2 Selasa/ 3/8/2010 09.00
Mas koki/ 7 cm
…………………………. Hari ke 1
3 Rabu/ 4/8/2010 09.00
……………………………………
Hari ke 2
dst
*) Keterangan diisi dengan waktu pengobatan (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
115
Lampiran 11. Contoh SOP Pengelolaan Air pada IKI
Nama IKI Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
Pengelolaan Air Tawar
I. TUJUAN & SASARAN Prosedur Operasional Standar / SOP pengelolaan air tawar pada IKI bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimal media pemeliharaan ikan sesuai dengan jenis dan masing masing stadia. Sasaran yang hendak dicapai adalah meminimalisir gangguan lingkungan bagi kelangsungan hidup ikan
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan air: adalah sumber air, filterisasi, aerasi/ netralisasi/ dekhlorinasi dan pengukuran kualitas air.
III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Declorinisasi Proses penghilangan klorin dalam air dengan cara pemberian aerasi secara terus menerus.
3.2. Filterisasi Proses pemisahan dari campuran heterogen yang mengandung cairan dan partikel padat dengan menggunakan media filter yang hanya meloloskan cairan dan menahan partikel-partikel padat
IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI.
V. PROSEDUR KERJA 5.1. Peralatan & bahan Peralatan yang diperlukan pada kegiatan persiapan pengelolaan air sebelum digunakan pada IKI antara lain: � bak penampungan air/tandon � air tawar � filtrasi � aerasi/blower
5.2. Prosedur pelaksanaan 5.2.1. Sumber Air
Sumber air dapat berasal dari air sungai, air tanah, dan air pam. Sebelum air tersebut digunakan, terlebih dahulu dilakukan filterisasi, dan dilanjutkan dengan perlakuan fisika (misalnya :ozon dan uv) dan/ atau perlakuan kimia (misalnya: chlor) untuk meminimalkan kotoran atau kontaminan yang berasal dari luar.
116
5.2.2. Aerasi/netralisasi /declorinisasi Air yang berasal dari PAM atau yang telah diberi perlakuan secara kimia, sebelum digunakan terlebih dahulu di aerasi/declorinisasi. Aerasi/deklorinisasi dilakukan sbb : 1. Alirkan air ke dalam bak penampungan/ tandon yang sudah
disiapkan 2. Lakukan aerasi selama minimal 3 hari untuk menghilangkan
khlorin atau zat-zat beracun lainnya yang terkandung dalam air
3. Biarkan air tanpa aerasi selama 24 jam, untuk mngendapkan sisa-sisa bahan organik
4. Air siap untuk dilakukan filterisasi
5.2.3. Filterisasi
Filterisasi dapat dilakukan secara mekanik dan biologis. Bahan dan proses pelaksanaannya sebagai berikut :
1. Secara mekanik antara lain dapat menggunakan pasir silika, karang, busa, dan lain-lain. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih.
2. Secara biologis antara lain dapat menggunakan Coral hidup, kerang, bioball, tanaman air, dll. Air yang akan digunakan dialirkan melalui filter tersebut selama beberapa waktu sampai air menjadi jernih, tidak berbau dan pH netral.
3. Tampung air yang sudah jernih dan tidak berbau pada bak penampungan/tendon.
4. Air siap untuk digunakan 5.2.4.Pengukuran Kualitas Air
Pengukuran kualitas air antara lain meliputi pengukuran suhu air, oksigen terlarut (DO), drajat keasaman (pH), salinitas, dan kadar amoniak. 1. Pengukuran suhu
• Masukkan termometer yang sudah dikalibrasi kedalam air yang akan diukur suhunya
• Tunggu beberapa saat hingga terjadi pergerakan air raksa dalam thermometer
• Amati perubahan yang terjadi pada thermometer, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
2. Pengukuran oksigen terlarut (DO) • Masukkan DO meter yang sudah dikalibrasi kedalam air yang
akan diukur DO nya
• Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada DO meter
117
• Amati perubahan yang terjadi pada DO meter, angka yang tertera pada layar DO meter menunjukkan kadar oksigen terlarut didalam air, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
3. Pengukuran drajat keasaman (pH) • Masukkan pH meter yang sudah dikalibrasi /kertas lakmus
kedalam air
• Tunggu beberapa saat hingga terjadi perubahan angka pada pH meter atau perubahan warna pada kertas lakmus
• Amati perubahan yang terjadi pada pH meter, atau bandingkan perubahan warna pada kertas lakmus, bandingkan dengan indikator pH, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
4. Pengukuran salinitas
• Teteskan air yang akan diukur pada refraktometer yang sudah dikalibrasi
• Tutup cover refraktometer dan amati perubahan garis batas didalam refraktometer, dan catat hasilnya
• Lakukan pengukuran sekurang-kurangnya dua kali/hari yaitu pagi dan sore
5. Pengukuran amoniak menggunakan kit
• Ambil 5 ml air yang akan diukur, dan masukan ke dalam tabung KIT amoniak (sesuai manual pabrikan)
• Tetesi dengan reagen amoniak
• Cocokkan warna yang timbul dengan kartu warna
• Tentukan hasil pengukuran amoniak, dan catat hasilnya
VI. REKAM DATA Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan air pemeliharaan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
118
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :
Persiapan Pengelolaan Air Sebelum Pakai Pada IKI
No. Tanggal Jenis Kegiatan Hasil Kegiatan Keterangan*)
*) keterangan diisi dengan penggunaan desinfektan, dosis dan waktu.
I. TUJUAN & SASARAN Pedoman dalam pengelolaan pakan IKI harus memperhatikan jenis, jumlah dan komposisi yang tepat untuk masing – masing jenis ikan.
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup pengelolaan pakan ini antara lain:
• Jenis pakan (alami dan buatan, stadia,)
• Cara persiapan pakan
• Waktu pemberian pakan
• Jumlah pakan
• Cara Pemberian Pakan
• Perhitungan FCR (Food Conversion Ratio)
III. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1 Pakan Alami Pakan yang berasal dari alam
3.2 Pakan Buatan Pakan yang disiapkan oleh manusia dengan bahan dan komposisi tertentu yang sengaja disiapkan oleh manusia
IV. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan pengelolaan pakan pada IKI adalah personil yang ditunjuk oleh pemilik IKI.
V. PROSEDUR KERJA
Pemberian pakan pada IKI dapat dilakukan dengan menggunakan pakan alami dan atau buatan.
5.1. Peralatan & bahan
Peralatan yang diperlukan pada kegiatan pemberian pakan pada IKI antara lain:
� Pakan alami � Pakan buatan � Wadah pakan ikan � Alat ukur
5.2. Prosedur Pelaksanaan 5.2.1. Pakan Alami
1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Panen pakan alami yang telah dikultur 3. Cuci pakan alami dengan menggunakan air bersih atau pelarut lain
untuk menghilangkan kotoran dan mikroba
120
4. Pakan alami siap untuk digunakan 5. Beri pakan alami dengan efisien berdasarkan kebutuhan 6. Selesai.
5.2.2 Pakan Buatan
1. Gunakan wadah pakan ikan yang telah di desinfeksi 2. Gunakan pakan buatan yang tersedia 3. Tidak mencampur pakan dengan bahan tambahan seperti
antibiotik, bahan kimia lainnya atau hormon yang dilarang 4. Beri pakan dengan efisien sesuai dosis dan waktu pemberian pakan
berdasarkan kebutuhan 5. Selesai.
VI. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengelolaan pakan pada IKI harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
121
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan :
Pengelolaan Pakan pada IKI
No. Tanggal Waktu Pemberian
Nomor wadah/bak
Jenis Jumlah Keterangan*)
*) Keterangan diisi dengan pakan alami atau buatan
I. TUJUAN & SASARAN Sebagai pedoman dalam kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari IKI
II. RUANG LINGKUP Ruang lingkup untuk kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI meliputi: Konfirmasi, Jenis dan Ukuran Ikan, Status Kesehatan Ikan, dan Pengemasan
III. PENANGGUNG JAWAB Pelaksana kegiatan penanganan ikan selama masa karantina sebelum keluar dari iki adalah petugas yang ditunjuk berdasarkan SK otoritas kompeten setempat, dengan mempertimbangkan usulan dari pemilik IKI.
IV. PROSEDUR KERJA 4.1. Peralatan & bahan Peralatan bahan yang diperlukan pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI antara lain:
• wadah penyortiran dengan lubang ukuran tertentu
• wadah penampung
• aerator
• serok 4.2. Prosedur pelaksanaan
1. Lakukan pengurangan air pada wadah/bak pemeliharaan sampai dengan tinggal 1/3 bagian
2. Ambil ikan dengan menggunakan serok secara perlahan 3. Pisahkan ikan berdasarkan jenis ikan, ukuran dan jenis kelamin
ikan. Untuk memisahkan ikan ukuran benih dengan menggunakan ember yang mempunyai lubang ukuran tertentu, sedangkan untuk ikan berukuran besar dapat dilakukan dengan menggunakan serok
4. Masukkan ikan yang telah dilakukan penyortiran kedalam wadah/bak sesuai dengan ukuran dan jenis ikan yang telah diberi es untuk menurunkan suhu
5. Ikan yang sudah dipisah–pisahkan dimasukkan ke dalam kantong plastik kemudian diberi oksigen sesuai kebutuhan
6. Ikan dikemas rapi menggunakan styrofoam/ kardus/ plastik, pada bagian samping dapat diberikan es batu pada kegiatan penanganan ikan keluar pada IKI
123
V. REKAM DATA
Setiap hasil pelaksanaan kegiatan selama masa karantina sebelum ikan dikeluarkan dari IKI, harus dicatat dalam formulir standar yang telah ditetapkan.
124
Nama Perusahaan : Alamat Perusahaan : Alamat IKI :
KEGIATAN PENANGANAN IKAN SELAMA MASA KARANTINA SEBELUM
KELUAR DARI IKI
No. Tanggal Nomor Wadah/bak
Ukuran/ Jumlah ikan
Status Kesehatan
Jumlah Ikan
Paraf petugas
Ket*)
*) Keterangan diisi dengan nomor wadah/bak hasil sortir (Tempat dan waktu) Penanggung jawab Catatan: __________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________
125
Lampiran 15. Contoh SOP Pemusnahan
Nama IKI
Inisial IKI/Tahun
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PEMUSNAHAN
I. TUJUAN DAN SASARAN
Sebagai petunjuk bagi Petugas karantina /Penanggung Jawab IKI UPT
KIPM /Badan hukum/pihak ketiga untuk melakukan tindakan
pemusnahan terhadap media pembawa HPI/HPIK yang tidak memiliki
dokumen yang lengkap dan atau media pembawa yang terinfeksi HPIK
gol I dan gol II yang tidak bisa disembuhkan.
II. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup POS pemusnahan media pembawa HPI/HPIK di IKI
meliputi :
1. Persiapan pelaksanaan tindakan pemusnahan.
2. Prosedur dan pelaksanaan tindakan pemusnahan.
3. Berita acara pemusnahan.
III. ISTILAH DAN DEFINISI
1. Instalasi Karantina Ikan (IKI) adalah : Tempat beserta sarana
dan fasilitas yang ada padanya yang digunakan untuk
melaksanakan tindakan karantina.
2. Petugas IKI adalah Pegawai / karyawan yang bekerja di IKI
dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan.
3. Penahanan adalah tindakan menahan Media Pembawa yang akan
dimasukkan ke dalam negeri atau suatu Are di dalam wilayah
Negara Republik Indonesia.
4. Perlakuan adalah tindakan membebaskan atau menyucihamakan
Media Pembawa dari Hama dan Penyakit Ikan Karantina (HPIK)
dan/atau Hama dan Penyakit Ika (HPI);
126
5. Pemusnahan adalah tindakan memusnahkan Media Pembawa
sebagai tindak lanjut dari tindakan karantina sebelumnya;
6. Pengasingan adalah tindakan mengisolasi Media Pembawa yang
diduga tertular HPIK dan/atau HPI di suatu tempat yang khusus,
karena sifatnya yang memerlukan waktu yang lama untuk
mendeteksinya dan agar tidak menyebarkan atau menularkan HPIK
di lingkungan sekitarnya atau tempat tujuan’.
IV. PENANGGUNG JAWAB
Pelaksanaan pemusnahan media pembawa HPI/HPIK dilakukan oleh
personil IKI dibawah pengawasan Petugas Karantina yang ditunjuk
melalui Surat Tugas yang ditetapkan oleh Kepala UPT KIPM.
V. PROSEDUR KERJA
Untuk pemusnahan skala kecil bisa menggunakan incinerator dan
apabila skala besar pemusnahan dilakukan pada area khusus yang
jauh dari pemukiman penduduk dan telah disiapkan lubang khusus
untuk melakukan proses pembakaran. Abu sisa pembakaran
kemudian ditimbun kembali untuk menghindari tersebarnya
HPI/HPIK yang mungkin masih terbawa setelah proses tersebut.
Menyiapkan berita acara pemusnahan dengan mencatat tanggal
pemusnahan, nama perusahaan, media pembawa yang dimusnahkan,