SITA HARTA BERSAMA PADA PERCERAIAN (ANALISIS PUTUSAN KASASI PADA PUTUSAN NO. 2484 K/Pdt/2015/MA) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Hukum (S.H) AFIFATUL MAHMUDAH 1113044000083 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M / 1441 H
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SITA HARTA BERSAMA PADA PERCERAIAN
(ANALISIS PUTUSAN KASASI PADA PUTUSAN NO. 2484 K/Pdt/2015/MA)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Syariah Dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Hukum (S.H)
AFIFATUL MAHMUDAH
1113044000083
PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2020 M / 1441 H
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya, yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strara Satu (S1) di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Semua narasumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan hasil jipakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 12 Mei 2020
Afifatul Mahmudah
iv
ABSTRAK
Afifatul Mahmudah. NIM 1113044000083. Sita Harta Bersama Pada
Perceraian (Analisis Putusan Kasasi Pada Putusan No. 2484 K/Pdt/2015/Ma).
Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga Fakultas Syariah
dan Hukum Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 1441 H /
2020 M.
Skripsi yang berjudul Sita Harta Bersama Pada Perceraian (Analisis Putusan
Kasasi Pada Putusan No. 2484 K/Pdt/2015/MA) ini merupakan hasil penelitian
yang menggambarkan ketentuan yang berhubungan dengan putusan hakim dalam
mengabulkan gugatan atas harta bersama. Metode pendekatan yang digunakan oleh
penulis dalam penelitian ini adalah metode yuridis normative (legal research) yaitu
dengan kajian perundang-undangan. Pendekatan ini dilakukan dengan pengkajian
peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan
dibahas pada penelitian ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertimbangan hakim dalam
memutus perkara sita harta bersama dan ketentuan bagian antara keduanya dalam
putusan No. 2484 K/Pdt/2015/MA. Apakah sesuai dengan hukum yang berlaku
serta bagaimana pertimbangan hakim dalam memutus perkara ini.
Dalam putusan Majelis Hakim dalam perkara Nomor 2484 K/Pdt/2015/MA
mengenai pengajuan permohonan sita harta terhadap harta bersama. Bahwa
berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim pada perkara Nomor 2484
K/Pdt/2015/MA dalam pokok perkaranya Majelis hakim memutuskan/ mengadili
mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Cencen Kurniawan, dan
membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor 06/PDT/2015/PT.DPS
tanggal 24 Maret 2015 yag menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Denpasar
Nomor 60/Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal 3 September 2014. Sedangkan mengenai
ketentuan pembagagian harta bersama Majelis Hakim juga menetapkan pembagian
harta bersama (gono gini) sebagaimana disebutkan dalam amar putusan sebagai ½
(satu per dua) bagian pertama Harta Bersama menjadi bagian Penggugat, dan ½
(satu per dua) bagian kedua Harta Bersama menjadi bagian Tergugat.
Kata kunci : Harta Bersama, Sita, Putusan
Pembimbing : Dr. H. Muchtar Ali M.Hum
Daftar pustaka : 1986-2017
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini, Shalawat dan Salam tak lupa dipanjatkan
kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya
hingga akhir zaman.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak
kekurangan mengingat terbatasnya kemampuan penulis, namun berkat rahmat
Allah SWT serta pengarahan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini
dapat diselesaikan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk
kepentingan bersama.
Selama penulisan skripsi ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Kasih yang tulus
serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. H. Ahmad Tholabi Kharlie. S.H., M.H., M.A., selaku Dekan
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta serta para jajarannya.
2. Ibu Dr. Mesraini. S.H., M.Ag., selaku ketua Program Studi Hukum
keluarga dan juga kepada Bapak Ahmad Chairul Hadi, M.A., selaku
sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, penuis mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan, perhatian, serta arahan yang selama ini
diberikan.
3. Bapak Dr. H. Muchtar Ali M.Hum., sebagai pembimbing skripsi yag telah
banyak meluangkan waktunya, membimbing, memberikan pencerahan,
vi
ilmu, serta motivasi kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi
ini.
4. Segenap staf Mahkamah Agung RI yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan observasi dan mendapatkan data-data
penelitian.
5. Pimpinan perpustakaan yang telah memberi fasilitas penulis untuk
menyelesaikan studi kepustakaan.
6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mencurahkan
segala kemampuannya guna memberikan ilmu-ilmu yang tak ternilai
harganya. Serta kepada civitas academika UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan pelayanan terbaiknya.
7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda tercinta H.
Ahmad Jamaluddin dan ibunda tercinta Hj. Ngatmuning yang telah
mencurahkan segenap kasih sayagnya, serta tak putus-putusnya
memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menempuh
pendidikan. Dan juga kepada saudara-saudara penulis Moh. Joni Firman
Huda, Ika Yuniartiningtiyas, Jamalia Wahyu Ningrum, Ahmad Fauzi, dan
Moh. Akmal Mubarok atas segala doa dan motivasinya sehingga penulis
dapat sampai pada jenjang terahir sebagai mahasiswa.
8. Teman-teman penulis Vicky Fauziyah, Agung Wahyu Prasetyo, Clara
Agus Putri, Irvan Rizqi Nasution, Ahmad As’ad, Ifa Nur Rafiqah,
Nasratul Ummah, Ruwaidah, keluarga besar Tpq Nurul Ilmi, keluarga
besar Sekolah Alam Bintaro dan teman-teman lain yang tidak bisa
disebutkan satu persatu, yang telah mewarnai hari-hari penulis selama
vii
menimba ilmu di Uin Syarif Hidayatullah Jakarta Ini serta memberikan
dukungan dalam mengerjakan skripsi penulis.
9. Teman-teman Program Studi Hukum Keluarga angkatan 2013 yang telah
memberikan saran dan dukungan pada penulis.
Demikian penulis haturkan terima kasih sebanyak-banyaknya, karena berkat
do’a, motivasi, fasilitas, arahan dan bimbingan dari mereka penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah membantu
dalam penulisan skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya mendapat balasan
berlimpah dari Allah SWT. Aamiin.
Wassalamualaikum. Wr. Wb.
Ciputat, 12 Mei 2020
Penulis
viii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
ABSTRAK ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................. 6
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................... 6
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ................................................ 7
E. Tinjauan Pustaka ...................................................................... 7
F. Metodologi Penelitian .............................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ............................................................... 12
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA BERSAMA DAN SITA
Perkawinan merupakan suatu hal penting dalam realita kehidupan untuk
manusia. Dengan adanya suatu perkawinan sebuah rumah tangga dapat
ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma yang ditetapkan oleh agama dan
tatanan kehidupan bermasyarakat. Dalam rumah tangga berkumpul dua insan
yakni suami istri, mereka saling berhubungan agar dapat keturunan sebagai
penerus generasi. Insan-insan yang berada dalam rumah tangga itulah yang
disebut dengan keuarga.1 Untuk membentuk sebuah keluarga maka diperlukan
suatu perkawinan yang sah dan sesuai dengan aturan agama.
Akad dalam perkawinan dalam hukum Islam bukanlah perkara perdata
semata, melainkan ikatan suci (misaqan galizan) yang terkait dengan
keyakinan dan keimanan kepada Allah. Dengan demikian ada dimensi ibadah
dalam sebuah perkawinan. Untuk itu perkawinan harus dipelihara dengan baik
sehingga bisa abadi dan apa yang menjadi tujuan perkawinan dalam Islam
yakni terwujudnya keluarga sejahtera (mawaddah wa rahmah) dapat
terwujud.2
Dalam penjelasan yang lain tujuan dari pernikahan itu sendiri menurut
agama Islam ialah untuk memenuhi petunjuk agama dalam rangka mendirikan
keluarga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan
hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera sendiri artinya terciptanya
1 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kerncana Prenada
Media Group, 2006), h. 1. 2 Amir Nuruddin dan Azhari AT, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan
Hukum Islam Dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI), (Jakarta: Kencana,2004) h. 206
2
ketenangan lahir dan batin karena terpenuhinya semua kebutuhan hidup lahir
maupun batin, sehingga timbulah kebahagiaan yakni kasih sayang antar
anggota keluarga.3
Untuk melakukan perceraian harus adanya alasan, bahwa suami istri itu
tidak akan hidup rukun sebagai suami istri. Hal-hal yang menjadi sebab
putusnya ikatan perkawinan antara seorang suami dengan seorang istri yang
menjadi pihak-pihak terkait dalam perkawinan, menurut undang-undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 38 dijelaskan, ada tiga sebab
putusnya ikatan perkawinan yaitu:
1. Kematian,
2. Perceraian dan,
3. Keputusan Pengadilan.4
Menurut ajaran Islam, perceraian diakui atas dasar ketetapan hati setelah
mempertimbangkan secara matang, serta dengan alasan-alasan yang bersifat
darurat atau sangat mendesak. Perceraian diakui secara sah untuk mengahiri
hubungan perkawinan berdasarkan adanya petunjuk syariat. Namun demikian,
secara normative Rasulullah memperingatkan bahwa Allah SWT sangat
membenci perbuatan itu meskipun halal untuk dilakukan. Dengan demikian
secara tersirat Rasulullah mengajarkan agar keluarga muslim sedapat mungkin
menghindari perceraian. Dan dibalik kebencian Allah SWT itu terdapat suatu
peringatan bahwa perceraian itu sangat berbahaya jika seandainya memang
3 Abdul Rahman Ghozali, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 22 4 Achmad Khudari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 117
3
tidak dapat dihindarkan dan berdampak negatif terhadap keluarga dan Undang-
undang perkawinan tidak melarang perceraian.5
Persoalan yang akan dibahas kali ini adalah tentang sita harta bersama pada
perceraian. Harta pencarian suami selama dalam perkawinan adalah harta
suami, bukan sebagai harta bersama dengan istri. Istri hanya berkewajiban
menjaga harta suami yang berada dalam rumah. Bilamana istri mempunyai
penghasilan misalnya mengambil upah menyusukan anak orang lain, atau
sebagai penjahit pakaian atau profesi lainnya, maka hasil usahanya itu tidak
dicampurkan dengan harta suami tetapi disimpan sendiri secara terpisah.
Andaikan suatu saat suami mendapat kesulitan dalam pembiayaan, dan
memakai uang istri untuk menutupi pembiayaan rumah tangganya, berarti
suami telah berhutang kepada istri yang wajib dibayarkan kemudian hari.6
Masalah harta bersama merupakan masalah yang sangat besar pengaruhnya
dalam kehidupan suami istri apabila telah bercerai. Hal ini disebabkan karena
munculnya harta bersama ini juga sudah terjadi suatu perceraian antara suami
istri atau pada saat proses perceraian sedang berlangsung di Pengadilan Agama,
sehingga timbul sebagai masalah hukum yang kadang-kadang dalam
penyelesaiannya menyimpang dari perundang-undangan yang berlaku.
Berdasarkan hal diatas dalam peratuan perundang-undangan di Indonesia
terdapat empat macam harta keluarga (Gezims Good) dalam perkawinan, yaitu:
1. Harta yang diperoleh dari warisan baik sebelum mereka menjadi suami
istri maupun setelah perkawinan
5 Satria Effendi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer, (Jakarta: Kencana,
2004), h.48 6 Satria Effendi M.Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam kontemporer, h. 59-60
4
2. Harta yang diperoleh dengan keringat sendiri sebelum mereka menjadi
suami istri
3. Harta yang dihasilakn bersama suami istri selama berlangsungnya
perkawinan
4. Harta yang didapat oleh pengantin pada waktu pernikahan dilaksanakan,
harta ini menjadi milik suami istri selama perkawinan.7
Secara yuridis formal ketentuan tentang harta bersama sudah diatur dalam
pasal 35 ayat 1 undang-undang nomor satu tahun 1974 tentang perkawinan,
dimana dijelaskan bahwa harta bersama adalah harta yang diperoleh selama
istri diikat dalam suatu perkawinan. Dalam praktik pengadilan, ketentuan
tersebut tidaklah mudah dan sesederhana sebagaimana bunyi pasal tersebut,
terdapat beberapa hal yang sejalan dengan perkembangan hukum dan kondisi
sosial yang berubah dalam masyarakat sesuai dengan perkembangan kemajuan
zaman. Perubahan dalam kehidupan masyarakat terjadi dalam berbagai bentuk,
baik dalam bidang komunikasi, informasi dan hal-hal yang menyangkut
ekonomi. Yang kesemuanya itu sangat mempengaruhi tentang perolehan harta
bersama dan juga pembagian apabila terjadi sengketa di pengadilan. Dalam hal
ini sangat di perlukan keterampilan dan kejelian hakim dalam menganalisi
masalah harta bersama ini dengan penerapan yang sesuai dengan prinsip
keadilan yang sesuai dengan kemajuan zaman, tanpa mengorbankan ketentuan
agama yang dianut.8
7 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdaata Islam Di Indonesia, h.106 8 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 103-104
5
Adanya harta bersama dalam perkawinan tidak menutup kemungkinan
adanya harta milik masing-masing suami istri. Harta bersama tersebut dapat
berupa benda bergerak maupun benda tidak bergerak, dan surat-surat berharga.
Sedang yang tidak berwujud bisa berupa hak dan kewajiban. Keduanya dapat
dijadikan jaminan oleh salah satu pihak atas persetujuan dari pihak lainnya.
Suami istri, tanpa persetujuan dari salah satu pihak, tidak diperbolehkan
menjual atau memindahkan harta bersama tersebut. Dalam hal ini, baik suami
maupun istri, mempunyai pertanggungjawaban untuk menjaga harta bersama.9
Sita atau penyitaan sendiri mengandung pengertian tindakan penempatan
harta kekayaan tergugat secara paksa berasa dalam penjagaan secara resmi
berdasarkan perintah pengadilan atau hakim. Petapan penjagaan barang yang
disita berlangsung selama proses pemeriksaan sampai adanya putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap yang menyatakan sah atau tidaknya
tersebut.10 Dan dengan adanya penyitaan tersebut, maka tergugat kehilangan
wewenangnya untuk menguasai barangnya, sehingga tindakan-tindakan
tergugat untuk mengalihkan barang-barang yang disita adalah perbuatan
pidana dan melawan hukum (Pasal 231, 232 KUHP).11
Dilihat dari paparan latar belakang diatass yang menjelaskan secara singkat
tentang permasalahan harta bersama, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian hukum yang berjudul “ SITA HARTA BERSAMA PADA
Pers, 2009), h. 179 10 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h.282 11 Sudikno Mertikusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2002), h. 83
6
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat di petik beberapa
persoalan yang berhubungan dengan pembagian harta bersama.
a) Bagaimana undang-undangan perkawinan di Indonesia mengatur tentang
pembagian harta bersama?
b) Bagaimana semestinya harta bersama di bagikan?
c) Berapakah bagian yang harus diterima oleh suami?
d) Berapakah bagian yang harus diterima oleh istri?
e) Bagaimana sita harta dilakukan ?
f) Apakah sita harta yang diajukan sudah sesuai dengan perundang-
undangan?
g) Apakah yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutus perkara sita
harta bersama dalam putusan no. 2484 K/Pdt/2015/MA)?
C. Pembatasan Masalah dan rumusan masalah
1. Pembatasan masalah
Dalam perkara putusan Mahkamah Agung No. 2484 K/Pdt/2015
terdapat beberapa masalah yang bisa diambil, namun penulis perlu
membatasi masalah tersebut yaitu mengenai penyitaan harta bersama
dalam perceraian.
2. Perumusan masalah
Agar penulisan ini berjalan secara sistematis, maka perlu di buat
perumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pertimbangan hakim dalam memutus perkara sita harta
bersama dalam putusan No. 2484 K/Pdt/2015/MA ?
7
2. Bagaimanakah putusan hakim mengenai bagian antara keduanya
dalam putusan No. 2484 K/Pdt/2015/MA?
D. Tujuan dan manfaat penelitian
1) Tujuan penelitian
Berdasarkan pokok penelitian diatas, maka tujuan penelitian dapat
dirumuskan sebagai berikut :
Mengetahui pertimbangan hakim dalam memutus perkara sita harta
bersama dan ketentuan bagian antara keduanya dalam putusan No. 2484
K/Pdt/2015/MA.
2) Manfaat penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangsi positif dan manfaat dalam segi akademik dan praktik, yaitu:
a. Secara Akademis
Dapat menjadi aspek pendukung dalam pengembangan ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan hukum keluarga, serta agar
penelitian ini dapat menjadi bahan pendukung kepada seluruh
kalangan akademisi, mahasiswa, maupun dosen.
b. Secara Praktis
Memberikan informasi yang berharga dalam menambah
pengetahuan tentang pembagian harta setelah perceraian.
E. Tinjauan pustaka
Review atau kajian terdahulu ini akan memaparkan beberapa penelitian
yang sudah dilakukan, baik berupa skripsi, tesis, ataupun penelitian-penelitian
lainnya yang pernah membahas atau berkaitan dengan :
8
1. Skripsi oleh M. Sapuan, Tahun 2009 Program Studi Al-Ahwal Asy-
Syakhsiyyah, Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dengan
judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Sengketa Harta Bersama (Studi
Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Nomor
160/Pdt.G/20005/PA.Yk)” berisi tentang penelitian lapangan dipengadilan
agama yogyakarta untuk mengetahui secara langsung bagaimana tinjauan
hukum Islam terhadap pertimbangan hakim dalam membuat putusan di
pengadilan Agama Yogyakarta.
2. Skripsi oleh Hanna Abdullah, Tahun 2008 Program Studi Ahwal Al-
Syakhshiyyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, dengan judul “Kedudukan Harta Bersama Setelah Putus
Perkawinan (Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan)” berisi
tentang pembagian harta bersama setelah terjadinya perceraian dibagi
menurut hukumnya masing-masing, baik menurut hukum agama, atau adat
suami dan istri. Kalau tidak ada maka diselesaian di depan pengadilan
agama sesuai dengan undang-undang.
3. Skripsi oleh Intan Purnama Sari, Tahun 2013 Program Studi Al-Ahwal Al-
Syakhsiyah, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Gunung Djati
Bandung, dengan judul “Kompetensi Atas Nafkah dalam Pembagian Harta
Bersama (Studi Tentang Putusan di Peengadilam Agama Bandung Nomor
2049/Pdt.G/2011/PA.Bdg)” berisi tentang untuk mengetahui hukum acara
yang dugunakan dalam persidangan dan untuk mengetahui dasar
pertimbangan majelis hakim dalam memutuskan perkara nomor
2049/Pdt.G/2011/PA.Bdg tentang gugatan harta bersama.
9
4. Skripsi oleh Wardhatul Jannah, Tahun 2014 Program Studi Hukum
Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
dengan judul “Permohonan Sita Marital (Marital Beslag) Terhadap Harta
Bersama di Luar Gugatan Perceraian (Analisis Putusan Nomor
549/Pdt.G/2007/PA.JP)” berisi tentang ketentuan yang berhubungan
dengan putusan hakim dalam mengabulkan gugatan harta bersama di luar
gugatan perceraian.
5. Skripsi oleh Ivan, Tahun 2017 Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal
Syakhshiyyah) Fakultas Sayriah dan Hukum UIN Sayrif Hidayatullah
Jakarta, dengan judul “Penyelesaian Sengketa Harta Bersama Dalam
Perceraian (Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta
Perkara No. 42/Pdt.G/2015/PTA.JK), berisi tentang ketetapan hakim
mengenai pembagian harta bersama antara suami dan isteri dalam putusan
Nomor 42/Pdt.G/2015/PTA.Jk, dalam tinjauan hukum positif, dan tinjauan
fiqih mengenai putusan tersebut.
6. Skripsi oleh Sefrianes M Dumbela, Tahun 2015 Program Studi Hukum
Keluarga (Ahwal Syakhshiyyah) Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Penyelesaian Harta Bersama Dalam
Perceraian (Analisis Terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Agama Jakarta
Perkara No. 126/Pdt.G/2013/PTA.JK), berisi tentang penetapan hakim
atas 1/3 bagian untuk suami dan 2/3 bagian untuk istri dari harta bersama
dalam putusan Nomor 126/Pdt.G/2013/PTA.JK, tinjauan hukum positif
dan tinjauan terhadap putusan tersebut.
10
Berdasarkan pemaparan diatas, skripsi yang akan penulis bahas berbeda
dengan skripsi-sripsi terdahulu, skripsi sebelumnya hanya berisikan tentang
gugatan harta bersama yang bersamaan dengan gugatan perceraian, dan juga
membahas tentang nafkah anak setelah terjadi perceraian pada pengadilan
tingkat pertama. Sedangkan skripsi penulis fokus pada sita harta bersama dalam
perceraian, pertimbangan hakim, dan putusan pembagian harta bersama antara
mantan suami dan mantan istri dalam putusan kasasi Mahkamah Agung. Untuk
itu penulis akan menuliskan tentang SITA HARTA BERSAMA PADA
PERCERAIAN (ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO.2484
K/Pdt/2015MA).
F. Metodologi penelitian
Penelitian merupan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk
memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu
pengetahuan yang merupakan pengetahuan yang tersusun secara sistematis
dengan menggunakan kekuatan pemikiran, pengetahuan yang mana senantiasa
dapat diperiksa dan di telaah secara kritis, dan akan berkembang terus atas
dasar penelitian-penelitian yang dilakukan oleh pengasuh-pengasuhnya.12
Apabila seorang peneliti akan melakukan kegiatan-kegiatan penelitian,
maka sebelumnya dia perlu memahami metode dan sistematika penelitian.
Maka tanpa metode atau metodologi, seorang peneliti tak akan mampu
untuk menemukan, merumuskan, menganalisa, maupun memecahkan
masalah-masalah tertentu, untuk mengungkapkan kebenaran. Dan memang
metodologi timbul dari karakteristik-karakteristik tertentu dari masalah-
masalah yang khusus.13
1. Jenis dan pendekatan penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun penelitian ini
adalah penelitian kualitatif, artinya data yang dikumpulkan berupa kata-
kata, hasil pengamatan, dan bukan angka-angka. Dimana disebabkan
oleh adanya penerapan metode kualitatif.
Sedangkan metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah dengan menggunakan pendekatan yuridis normative (legal
research) yaitu dengan kajian perundang-undangan. Pendekatan ini
dilakukan dengan pengkajian peraturan perundang-undangan yang
berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas pada penelitian
ini.
2. Sumber dan teknik pengumpulan data
Ada dua sumber data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian
ini, antara lain :
a. Sumber data primer, rujukan putusan Mahkamah Agung RI.
b. Sumber data sekunder, yaitu berupa literature-literatur hukum yang
terkait dengan objek penelitian. Baik berupa buku, jurnal, Koran,
artikel, ensiklopedi, dan situs-situs internet yang dapat
dipertanggung jawabkan yang tentunya memiliki keterkaitan dengan
masalah skripsi.
3. Teknis analisis data
13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, h. 13
12
Dari seluruh data yang didapatkan, penulis mengolah data dengan
,mengklarifikasi seluruh data ke dalam beberapa kategori tertentu
berdasarkan permasalahan yang dirumuskan dengan deduktif. Dari data
tersebut selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif.
4. Teknik penulisan skripsi ini telah berdasarkan pada buku “Pedoman
Penulisan Skripsi” yang dikeluarkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum,
Universitas Islam Negeri Syarif HIdayatullah Jakarta, 2012.
G. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan dalam memahami skripsi ini, penulis membagi
pembahasan dalam lima bab, yaitu :
Bab Pertama Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penilitian, review
studi terdahulu, metodologi penelitian, metode analisis, dan sistematika
penulisan.
Bab Kedua Tinjauan umum tentang harta bersama dan sita harta
Bab Ketiga Kronologi hukum putusan Mahkamah Agung No 2484
K/PDT/2015 tentang sita
Bab Keempat Analisis putusan Mahkamah Agung tentang sita harta
bersama pada perceraian yang mencakup duduk perkara, pertimbangan
hakim, analisa putusan, dan analisis penulis. Sedangakan bab terahir adalah
penutup yang mencakup kesimpulan dan saran.
13
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA BERSAMA DAN SITA HARTA
A. HARTA BERSAMA
1. Pengertian Harta Bersama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terdapat mengenai pengertian
harta bersama yakni ialah harta yang diperoleh secara bersamaan di dalam
perkawinan.14 Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan yang diatur dalam Pasal 35 Ayat (1) bahwa harta
bersama adalah harta yang diperoleh selama istri diikat dalam suatu
perkawinan.15 Ayat (2) harta bawaan dari masing-masing suami dan istri
dan harta benda yang diperoleh masing-masingsebagai hadiah atau
warisan, adalah dibawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak
tidak menentukan lain.
Jadi pengertian harta bersama adalah harta kekayaan yang diperoleh
selama perkawinan di luar hadiah atau warisan. Maksudnya harta yang
didapat atas usaha mereka, atau sendiri-sendiri selama masa ikatan
perkawinan. Dalam istilah fikih muamalat dapat dikategorikan sebagai
syirkah atau join antara suami dan istri.16
Di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada Pasal 1 Huruf f
dirumuskan sebagai berikut : “Harta kekayaan dalam perkawinan atau
syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama
14 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1988), h. 299 15 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h.113 16 Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), Cet 1, h. 161
14
suami isteri dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya
disebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama
siapapun”.
Menurut KUH Perdata Pasal 119 tentang harta bersama, harta
bersama itu diperoleh sejak saat dilangsungkannya perkawinan, maka
menurut hukum yang terjadi harta bersama menyeluruh antara suami dan
interi, sejauh tentang hal itu tidak diadakan ketentuan-ketentuan lain dalam
perjanjian perkawinan.
Dalam beberapa penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa harta
bersama yang dimaksud dalam KHI lebih memberikan kesempatan yang
luas terhadap pengertian harta yang menjadi harta bersama dalam
perkawinan, karena tidak harus harta itu dari hasil kerja suami atau hasil
usaha bersama tetapi hasil usaha isteri juga melebur menjadi harta bersama
asalkan selama perkawinan masih berlangsung.17
Menurut Sayuti Thalib, harta bersama adalah harta kekayaan yang
diperoleh selama perkawinan diluar hadiah dan warisan. Dengan kata lain
harta bersama itu adalah harta yang didapat atas usaha mereka (suami dan
isteri) selama sama ikatan perkawinan.18
Harta bersama merupakan salah satu macam dari sekian banyak harta
yang dimiliki seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari harta mempunyai
arti penting bagi seseorang karena dengan memiliki harta dapat memenuhi
kebutuhan hidup secara wajar dan memperoleh status sosial yang baik
17 Hilam Hadi Kusumo, Hukum Perkawinan Adat, (Bandung: Aditya Bakti, 1999), h.156 18 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI Press, 1986), Cet 5, h. 89
15
dalam masyarakat. Namun harta bersama tersebut akan menjadi harta yang
tidak lagi dapat disebut harta bersama ketika telah terjadi cerai mati atau
perceraian yang mana di daerah Jawa umumnya di sebut dengan harta
gono-gini.19
Dijelaskan juga harta gono-gini dalam ensiklopedia hukum Islam
adalah harta bersama milik suami dan isteri yang mereka peroleh selama
masa perkawinan. Dalam masyarakat Indonesia pada setiap daerah
mempunyai sebutan yang berbeda untuk menyebut harta pasca berahirnya
perkawinan, seperti di Aceh disebut Hareuta Seuhareukat, di
Minangkabau di sebut harta Suaran, di daerah Sunda disebut guna Kaya
atau Tumpang Kaya, di Madura disebut ghuna Ghana dan masih banyak
terdapat penamaan lain dari harta bersama tersebut.20 Mungkin juga dasar
pemikiran pembagian gono-gini di Jawa Tengah dengan rumus “sepikul
segendong” adalah dengan menganggap saham istri hanya sepertiga
dibandingkan dengan saham suami yang dua pertiga, walaupun dasar
pemikiran ini tidak disebut dalam putusan-putusan pengadilan. Para hakim
waktu itu hanya menerima rumus “sepikul segendong” sebagai aturan
hukum adat.21
Hukum Islam hanya mengenal dengan sebutan Syirkah.22 Harta
bersama dalam perkawinan termasuk syirka abdan mufawwadah,
Rajawali Pers, 2010), Cet 1, h. 179. 20 Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 169. 21 Bustanul Arifin, Pelembagaan Hukum Islam di Indonesia: Akar Sejarah, Hambatan, dan
Prospeknya, (Jakarta: Gema Insani Pers, 1996), h. 122-123 22 Syirkah adalah percampuran. Menurut ulama’ fikih syirkah adalah akad kerjasama antara dua
orang yang bersekutu dalam modal dan keuntungan. Lihat, Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid 5,
(Jakarta: Cakrawala Publishing, 2009), h. 403.
16
dikatakan syirkah abdan karena suami istri secara bersama-sama bekerja
membanting tulang dalam mencari nafkah sehari-hari. dikatakan syirkah
mufawwadah karena perkongsian antara suami istri itu tidak terbatas.23
Dalam hal harta bersama suami istri hukum Islam juga paling
sederhana pengaturannya, tidak rumit dan mudah untuk dipraktekan.
Hukum islam tidak mengenal adanya percampuran harta milik suami
dengan harta milik isteri, masing-masing pihak bebas mengatur hartanya
dan tidak diperkenankan adanya campur tangan salah satu pihak dalam
pengaturanya. Ikut campurnya salah satu pihak hanya bersifat nasihat saja,
bukan penentu dalam pengelolahan harta milik pribadi suami atau isteri
tersebut. Meskipun hukum Islam tidak mengenal adanya percampuran
harta pribadi masing-masing ke dalam harta bersama suami isteri, tetapi
dianjurkan adanya saling pengertian antara suami isteri dalam mengelola
kekayaan pribadi ini, dapat merusak hubungan suami isteri yang menjurus
kepada perceraian, dan apabila dikhawatirkan akan timbul hal-hal yang
tidak diharapkan, maka hukum Islam memperbolehkan diadakan
perjanjian perkawinan sebelum pernikahan dilaksanakan.24
Tentang harta bersama ini, suami atau istri dapat bertindak untuk
membuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu atas harta bersana tersebut
melalui persetujuan kedua belah pidah. Semua harta yang diperoleh suami
istri selama dalam ikatan perkawinan menjadi harta bersama baik harta
tersebut diperoleh secara tersendiri maupun diperoleh secara bersama-
23 Zainuddun Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, (Jakarta: sinar Grafika, 2006), h. 154. 24 Moh. Ali Wafa, Hukum Perkawinan Di Indonesia Sebuah Kajian Dalam Hukum Islam dan Hukum
Materil, (Tangerang Selatan: Yasmi, 2018), h. 277-278
17
sama. Demikian juga harta yang dibeli selama ikatan perkawinan
berlangsung adalah menjadi harta bersama, tidak menjadi suatu
permasalahan apakah istri atau suami yang membeli, tidak menjadi
masalah juga apakah istri atau suami mengetahui pada saat pembelian itu
atau atas nama siapa harta itu harus didaftarkan.25
2. Dasar Hukum Harta Bersama
Pada dasarnya tidak ada percampuran harta kekayaan dalam
perkawinan antara suami dan istri. Konsep harta bersama pada awalnya
berasal dari adat-istiadat atau tradisi yang berkembang di Indonesia.
Konsep ini kemudian di dukung oleh hukum Islam dan Positif yang
berlaku di negara kita.26
Hukum harta bersama sering kali kurang mendapat perhatian yang
saksama dari para ahli hukum, terutama para praktisi hukum yang
semestinya harus memerhatikan hal ini secara serius, karena masalah harta
bersama merupakan masalah yang sangat besar pengaruhnya dalam
kehidupan suami istri apabila ia bercerai. Secara yuridis formal, ketentuan
tentang harta bersama sudah diatur dalam Pasal 35 Ayat (1) Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, dimana dijelasakan
bahwa harta bersama adalah harta yang diperoleh selama istri diikat dalam
suatu perikatan perkawinan.27
Dasar hukum yang berkaitan tentang harta bersama dapat ditelusuri
melalui kitab undang-undang dan beberapa peraturan berikut. Harta
25 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 109. 26 Happy Susanto, Pembagian Harta Gono-Gini Setelah Terjadinya Perceraian, (Jakarta: Visimedia,
2003), h.8. 27 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 103
18
bersama dalam peraturan perundang-undangan dalam pasal 119 KUH
Perdata dikemukakan bahwa mulai saat perkawinan dilangsungkan, secara
hukum berlakulah kesatuan bulat antara harta kekayaan suami istri,
sekedar mengenai itu dengan perjanjian kawin tidak diadakan dengan
ketentuan ini lain. Persatuan harta kekayaan itu sepanjang perkawinan
dilaksanakan dan tidak boleh ditiadakan atau diubah dengan suatu
persetujuan antara suami dan istri apa pun. Jika bermaksud mengadakan
penyimpangan dari ketentuan itu, suami istri harus menempuh jalan
dengan perjanjian kawin yang diatur dalam Pasal 139-154 KUH Perdata.
Kemudaian dalam pasal 128-129 KUH Perdata, dinyatakan bahwa apabila
putusnya tali perkawinan antara suami istri, maka harta bersama itu dibagi
dua antara suami istri tanpa memerhatikan dari pihak mana barang-barang
kekayaan itu sebelumnya diperoleh.
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
Pasal 35-37 dikemukakan bahwa harta benda yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama. Dinyatakan pula bahwa suami atau
istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum
mengenai harta bersama tersebut apabila perkawinan putus karena
perceraian, maka harta bersama tersebut diatur menurut hukum masing-
masing. Sebenarnya apa yang disebut dalam pasal 35-37 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan sebagaimana tersebut di atas itu
adalah sejalan dengan ketentuan tentang hukum adat yang berlaku di
Indonesia.28
28 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 104-106
19
Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 85 juga disebutkan bahwa
“Adanya harta bersama di dalam perkawinan itu tidak menutup
kemungkinan adanya harta milik masing-masing suami istri”. Dalam
hukum Islam pun mengakui adanya harta yang merupakan hak milik bagi
setiap orang, baik mengenai pengutusan dan penggunaannya maupun
untuk melakukan perbuatan-perbuatan hukum atas harta tersebut.
Disamping itu juga diberi kemungkinan adanya suatu serikat kerja antara
suami istri dalam mencari harta kekayaan. Oleh karenanya apabila terjadu
perceraian antara suami istri, harta kekayaan tersebut dibagi menurut
hukum Islam dengan kaidah hukum “Tidak ada kemudharatan dan tidak
boleh memudharatkan”. Dari kaidah hukum ini jalam terbaik untuk
menyelesaikan harta besama adalah dengan membagi harta tersebut secara
adil.29
Diketahu dalam kitab-kitab fikih imam madzhab, hanya ditemui
pembahasan bahwa masing-masing harta suami dan istri itu terpisah tidak
ada penggabungan harta setelah pernikahan terjadi, karna suami hanya
berkewajiban memberi nafkah kepada istri. Dasar hukumnya di jelaskan
dalam Al Qur’an surah An-Nisa’ (4) ayat 32 yaitu :
Jika dilihat dari sisi teknisnya kepemilikan harta secara bersama
antara suami istri dalam kehidupan perkawinan dapat disamakan dengan
bentuk kerja sama, atau dakam istilah fikih muamalah dapat dikategorikan
29 Bahder Johan Nasution dan Sri Warjiati, Hukum Perdata Islam, (Surabaya: Mandar Maju, 1997),
h. 34
20
sebagai syirkah, yaitu akad antara dua pihak yang saling berserikat dalam
hal modal dan keuntungan.30
3. Terbentuknya Harta Bersama
Harta bersama terbentuk bersamaan dengan terjadinya perkawinan
kecuali para pihak menentukan lain dalam perjanjian kawin berupa
pemisahan harta. Hal ini tercermin dalam pasal 35 Undang-Undang
Perkawinan yang menegaskan bahwa harta benda yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama.31
Menurut Sayuti Thalib, terjadinya harta bersama sama dengan saat
terjadinya syirkah. Adapaun terjadinya harta bersama dapat melalui cara-
cara berikut:
a. Dengan cara mengadakan perjanjian syirkah secara tertulis atau
diucapkan sebelum atau sesudah berlangsungya akad nikah.
b. Dengan ditentukan oleh Undang-Undang atau peraturan perundang-
undangan lain bahwa harta yang dimaksud adalah harta bersama
suami isteri.
c. Berjalan dengan sendirinya, artinya syirkah terjadi dengan kenyataan
dalam kehidupan sehari-hari suami dan isteri.32
Pengaturan tentang terbentuknya kekayaan bersama juga dijelaskan
dalam pasal 93 kompilasi hukum islam:
a. Harta bersama sebagaimana tersebut dalam pasal 85 dapat berupa
benda berwujud atau tidak berwujud.
30 Sayid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Jilid III, (Beirut: Dar al Fikr, 1983), h. 294 31 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, Undang-Undang No.
7 Tahun 1989, h. 299 32 Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, h. 84
21
b. Harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda tidak bergerak,
benda bergerak, dan surat-surat berharga.
c. Harta bersama yang tidak berwujud dapat berupa hak maupun
kewajiban.
d. Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu
pihak atas persetujuan pihak lainnya.33
Menurut M. Yahya Harahap jika ditinjau historis terbentuknya harta
bersama, telah terjadi perkembangan hukum adat terhadap harta bersama
didasarkan pada syarat ikut serta istri secara aktif dalam membantu
pekerjaaan suami. Jika istri tidak ikut secara fisik dan membantu suami
dalam mencari harta benda, maka hukum adat lama menganggap tidak
pernah terbentuk harta bersama dalam perkawinan.34
4. Macam-Macam Harta Bersama
Dalam pasal 35 UU No. 1 Tahun 1974, hukum mengenal dua jenis
harta dalam perkawinan:
1. Harta yang diperoleh dalam perkawinan menjadi “harta bersama”
2. Harta bawaan masing-masing suami istri dan harta yang diperoleh
masing-masing sebagai hadia atau warisan yang disebut dengan “harta
pribadi” yang sepenuhnya berasa dibawah penguasaan masing-
masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.35
Dan dalam pasal 36 Undang-undang perkawinan No. 1 Tahun 1974
juga di jelaskan sebagai berikut :
33 Ahmad Rofiq, Hukum Perdata Islam di Indonesia, h. 164 34 Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), h.
107 35 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974
22
1. Mengenai harta bersama suami istri dapat bertindak atas persetujuan
kedua belah pihak.
2. Mengenai harta bawaan masing-masing, suami istri mempunyai hak
sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta
bendanya.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 85 sampai dengan
97 disebutkan bahwa harta perkawinan dapat dibagi atas:
1. Harta bawaan suami, yaitu harta yang dibawa suami sejak sebelum
perkawinan.
2. Harta bawaan istri, yaitu harta yang dibawanya sejak sebelum
perkawinan.
3. Harta bersama suami istri, yaitu harta benda yang diperoleh selama
perkawinan menjadi harta bersama suami istri.
4. Harta hasil dari hadiah, hibah, waris, dan sadaqah suami, yaitu harta
yang diperolehnya sebagai hadiah atau warisan.
B. SITA
1. Pengertian Sita
Sebelum kemerdekaan negara Republik Indonesia, sita dan
penyitaan diatur dalam R.O (Reglement op de Rechtterlijke Organisatie
en hed belied Justitie in Indonesia) Stb. 1847 Nomor 23 jo Stb. 1848
Nomor 57. Dalam peraturan ini dikemukakan bahwa sita dan penyitaan
yang dilakukan oleh pengadilan Negeri dilaksanakan oleh Juru Sita dab
Juru Sita pengganti, mereka inilah pejabat Umum (Openbaar
ambtenaar). Mereka ini diangkat dan diberhentikan oleh residen dalam
23
wilayah hukum di mana Pengadilan Negeri itu berada. Mereka juga
diwajibkan mengangkat sumpah sebelum melaksanakan tugasnya.
Dalam peraturan ini dikemukakan juga bahwa sita dan penyitaan itu
telah diberlakukan dalam berbagai tingkat pengadilan di dalam wilayah
hukum yang telah ditetapkan.36
Sita atau penyitaan (beslag) mengandung pengertian tindakan
penempatan harta kekayaan tergugat secara paksa berada dalam
penjagaan secara resmi berdasarkan perinta pengadilan atau hakim.
Penetapan dan penjagaan barang yang disita berlangsung selama proses
pemeriksaan sampai adanya putusan pengadilan yang berkekuatan
hukum tetap yang menyatakan sah atau tidaknya penyitaan tersebut.37
Dengan adanya penyitaan tersebut, maka tergugat kehilangan
wewenangnya untuk menguasau barangnya, sehingga tindakan-
tindakan tergugat untuk mengalihkan baran-barang yang disita adalah
perbuatan pidana dan melawan hukum (Pasal. 231, 232 KUHP).38
2. Macam-Macam Sita
Ada beberapa macam sita yang dikenal di dalam lingkungan
Peradilan Umum, yaitu:
1. Sita Revindikasi (Revindicatoir-Beslag)
Sita yang dilakukan oleh pengadilan terhadap benda bergerak (al
manqul atau onroerende-goederen) milik sendiri yang berada di tangan
36 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, (Jakarta:
Kencana, 2005), Edisi 2, h. 97 37 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, (Jakarata: Sinar Grafika, 2006), h. 282. 38 Sudikno Mertikusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2002), h. 83
24
orang lain, atau terhadap benda milik sendiri yang telah dijual tetapi
belum bayar harganya oleh pembeli, disebut sita revindicatoir.39
Untuk pengajuan sita ini tidak di syaratkan adanya indicator bahwa
tergugat akan menggelapkan atau akan memindatangankan barang
yang dikuasainya tersebut.40 Revindicatoir-beslag hanya boleh
dilakukan atas barang bergerak milik penggugat yang dikuiasai
tergugat. Hal ini bertujuan untuk menghindari jatuhnya barang tersebut
ke tangan pihak tergugat, yakni untuk menghidari asas besit geld als
volkomen title, arinya penguasaan atas benda bergerak dianggap
sebagai bukti kepemilikan yang sempurna atas barang itu.
Ciri-ciri dari sita revindikasi tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut: (1) sita revindikasi dilaksanakan atas permintaan penggugat
terhadap barang milik penggugat yang saat ini dikuasai oleh tergugat,
(2) penyitaan tersebut dilaksanakan atas benda yang dikuasai oleh
tergugat secara tidak sah atau melawan hukum atau juga tergugat tidak
berhak atasnya, (3) objek sita revindikasi ini hanya terbatas pada benda
bergerak saja dan tidak mungkin dikabulkan terhadap benda tidak
bergerak sekalipun dalil gugatan berdasarkan hak milik41
Amar putusan untuk revindicatoir-beslag yakni jika gugatan
tentang pokok perkara dikabulkan, maka dalam amar putusan harus
dinyatakan sita itu sah dan berharga, dan memerintahkan kepada
39 Drs. H. Roihan A. Rasyid, S.H., Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: Rajawali, 1991), Cet. 1,
hal. 210 40 M. Anshary, Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, (Bandung: CV.
Mandar Maju, 2017), h. 75 41 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, h. 104
25
tergugat untuk menyerahkan barang sitaan tersebut kepada penggugat.
Tapi jika gugatan tentang pokok perkara di tolak, maka dalam amar
putusannya harus dicantumkan “perintah pensitaan untuk dicabut”. Hal
ini karena permohonan sita itu bersifat accessoir yakni menempel
kepada pokok perkara.42
2. Sita Harta Bersama (Marital-Beslag)
Sita marital tidak didapat di dalam HIR atau RBg melainkan hanya
dijumpai di dalam BW (Burgerlijke Wetboek) dan Rsv (Reglement op
de Burgerlijke Rechtsvordering), tetapi ia terpakai di lingkungan
Peradilan Agama Umum sekarang.
Marital-Beslag adalah persitaan terhadap harta bersama suami istri
dalam perkara perceraian atau perkara sengketa harta bersama.43
Tujuan penyitaan adalah untuk membekukan harta bersama suami-
istri agar tidak berpindah tangan kepada pihak ketiga, selama proses
perkara peceraian atau perkara pembagian harta bersama berlangsung.
secara yuridis, selama proses persidangan berlangsung dan perkara
belum incracht van gewijsde, baik suami maupun istri dilarang
memindah tangankan harta bersamanya.44
Menurut Sudikno, sita marital ini lebih tepat di sebut sita
matrimonial, lantaran di Negeri Belanda sendiri kenyataannya bukan
hanya isteri yang berhak mengajukannya tetapi juga suami. Penulis
42 M. Anshary, Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, h. 76-77 43 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, h. 367 44 M. Anshary, Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, h. 78
26
setuju dengan pendapat beliau ini, terutama untuk Peradilan Agama,
dengan alasan:
a. Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa
suami maupun isteri sama-sama cakap bertindak hukum seperti
juga dalan ajaran Islam.
b. Menurut UU tersebut, segala harta benda yang didapat dalam
perkawinan dianggap harta bersama kecuali ada ditentukan lain.
c. Adalah suatu kenyataan, bukan sedikit harta benda yang
didapatkan suami dalam masa perkawinan yang diatas namakan
isterinya, baik untuk pengamanan maupun karena sebab-sebab
lainnya.
d. Banyak kasus yang didapat dimana yang justru sering
menggelapkan harta bersama adalah isteri
3. Sita jaminan (Conservatoir-Beslag)
Sita jaminan atau conservatoir-beslag adalah sita yang dilakukan
oleh pengadilan atas permohonan dari pihak penggugat atas milik orang
lain (yakni milik tergugat) agar hak penggugat terjamin akan dipenuhi
oleh tergugat setelah penggugat di putus menang dalam perkaranya
nanti.
Ciri-ciri dari sita jaminan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut: (1) sita jaminan diletakkan atas harta yang disengketakan status
pemiliknya atau terhadap harta kekayaan tergugat dalam sengketa utang
piutang atau juga dalam sengketa dan tuntutan ganti rugi, (2) objek sita
jaminan itu bisa meliputi barang yang bergerak atau tidak bergerak,
27
dapat juga dilaksanakan terhadap yang berwujud dan tidak berwujud
atau lichammelyk en onlichammelyk, (3) pembatasan sita jaminan bisa
hanya pada barang-barang tertentu jika gugatan didalilkan berdasarkan
sengketa hak milik atas barang yang tertentu atau bisa meliputi seluruh
harta kekayaan tergugat sampai mencakup jumlah seluruh tagihan
apabila gugatan didasarkan atas utang piutang atau tuntutan ganti rugi,
(4) tujuan sita jaminan dimaksudkan untuk menjamin gugatan
penggugat tidak illusoir (hampa) pada saat putusan nanti memperoleh
kekuatan hukum yang tetap dan tetap terjamin keutuhannya sampai tiba
saatnya putusan itu dieksekusi.45
Permohonan sita jaminan harus adanya dugaan beralasan bahwa
pihak tergugat akan menggelapkan atau melepaskan barangnya
sehingga nantinya tidak mampu membayar menurut yang diputuskan
oleh pengadilan, sehingga putusan itu hanya sia-sia. Oleh karena itulah,
sebelum permohonan conservatoir-beslag dikabukan, harus
dipertimbangkan dulu oleh hakim apakah dapat dikabulkan atau tidak.
Putusan hakim di situ akan berupa putusan sela. Jika permohonan sita
dikabulkan maka perintah penyitaan tidak boleh oleh hakim ketua
majelis tetapi mesti oleh ketua pengadilan.
4. Sita Eksekusi (Eksecutorial-Beslag)
Sita eksekusi adalah sita yang dilakukan pengadilan terhadap harta
benda tergugat atas permintaan penggugat untuk pembayaran sejumlah
uang.
45 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata Di Lingkungan Peradilan Agama, h. 102
28
Sita eksekusi lazimnya dilaksanakan dalam perkara yang amar
putusannya mengenai pembayaran sejumlah uang , dimana tergugat
tidak bersedia melaksanakan putusan secara suka rela, sedangkan
putusan tersebut telah incracht van gewijsde. Dan amar putusannya
bersifat Condemnatoir (menghukum).
Pensitaan ini dimulai dari barang-barang bergerak milik tergugat,
kemudian barang tidak bergerak, bila barang bergerak tidak mencukupi
(Pasal 197 HIR/ 208 RBg). Bila hal itu tidak pula mencukupi, maka
disita barang bergerak milik tergugat yang berada di tangan orang lain.
Dapat pula disita surat berharga , uang tunai milik tergugat.46
3. Tata Cara Sita
Penyitaan dalam pengadilan agama dilaksanakan oleh juru sita
yang diperintahkan oleh Ketua Pengadilan Agama. Secara garis besar,
tata cara penyitaan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Sita hanya dapat dilaksanakan atas dasar penetapan pengadilan.
2. Penyitaan dilakukan oleh juru sita atau panitera berdasarkan surat
tugas yang ditunjuk dalam surat penetapan berdasarkan surat
perintah dari Ketua Pengadilan Agama.
3. Ketidak hadiran tersita tidak menghalangi sita eksekusi.
4. Pemberitahuan penyitaan secara formal harus sudah diberitahukan
kepada termohon sita tergugat
5. Pelaksanaan sita disebutkan dalam berita acara penyitaan.
46 M. Anshary, Hukum Acara Perdata Pengadilan Agama dan Mahkamah Syar’iyah, h. 78
29
6. Pendaftaran sita yaitu berita acara penyitaan didaftarkan dan
diumumkan dikantor pendafataran yang berwenang.
7. Menetapkan barang sitaan di tempat semula dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Penjagaan sita benda bergerak/tidak bergerak diserahkan
kepada tergugat/termohon sita.
b. Tidak boleh menyerahkan penjagaan dan penguasaan kepada
pemohon sita (penggugat) atau kepada pihak ketiga atau
kepada desa.
c. Termohon sita berhak memakai, menikmati, dan menjalankan
kegiatan usaha yang melekat pada barang sita, kecuali barang
sita dapat mejadi habis dalam pemakaian.47
47 Zulkarnaen, dan Dewi Mayanigsih, Hukum Acara Peradilan Agama Di Indonesia, (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2017), h. 326-328
30
BAB III
KRONOLOGI HUKUM PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 2484
K/PDT/2015 TENTANG SITA
Sita harta bersama atau Marital Beslag merupakan salah satu bentuk dari sita
jaminan yang bersifat khusus, sita marital ini hanya dapat ditetapkan terhadap harta
perkawinan, yakni harta bersama apabila diantara suami dan istri terjadi perceraian.
Arti sita harta bersama (marital beslag) ialah sita yang dilakukan atas harta
bersama suati istri yang berada ditangan suami maupun yang berada di tangan istri
apabila terjadi sengketa perceraian, sita marital tidak boleh dijalankan secara partia
(sebagian-sebagian). Untuk menjamin keutuhan harta bersama selama perkara
perceraian masih dalam pemeriksaan Pengadilan Agama, maka para pihak yang
berperkara tersebut berhak untuk mengajukan Permohonan Sita atau dalam
lingkungan Pengadilan Agama. Adapun tujuan dari sita marital adalah untuk
menjamin agar harta perkawinan tersebut tetap utuh dan terpelihara sampai perkara
mendapatkan putusan yang berkekuatan hukum tetap.48
Sita marital tidak terdapat dalam HIR atau RBg melainkan hanya dijumpai di
dalam BW (Burgerlijk Wetboek) dan Rsv (Reglement op de Burgerlijke
Rechtsvordering), akan tetapi sita marital ini berlaku di lingkungan Peradilan
Umum sekarang ini.49
Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur hal yang berkaitan dengan
sita marital, yaitu pada pasal 95 Ayat (1) dan Ayat (2) yang menyatakan bahwa:
48 Abdul Manan, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan Agama, h. 41 49 Roihan A. Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003,
Cet. Ke 2), h. 208
31
1) Dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 24 ayat (2) Huruf (c), Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 136 Ayat (2), suami atau istri dapat
meminta Pengadilan Agama untuk meletakkan sita jaminan atas harta bersama
tanpa adanya permohonan gugatan cerai, apabila salah satu melakukan
perbuatan yang merugikan dan membahayakan harta bersama seperti judi,
mabuk boros dan sebagainnya.
2) Dalam pasal 136 ayat (2) Huruf (b) Kompilasi Hukum Islam juga mengatur
mengenai sita marital, bahwa : selama berlangsungnya gugagtan perceraian,
atas permohonan penggugat dan tergugat Pengadilan Agama dapat
menentukan hal-hal yang perlu menjamin terpeliharanya barang0barang yang
menjadi hak istri.
Pada dasarnya persoalan sita harta besama diberlakukan apabila terjadi perkara
antara suami dan istri. Secara hukum perkara yang mungkin timbul diantara suami
dan istri yang erat kaitannya dengan harta bersama bukan hanya pada perceraian
tetapi juga pada perkara pembagian harta bersama. Seperti seorang suami
mengajukan gugatan perceraian tanpa dibarengi tuntutan pembagian harta bersama.
Terhadap gugatan itu, istri selaku tergugat tidak mengajukan gugatan rekonvensi,
Dalam keadaan seperti itu apabila mantan suami atau istri ingin membagi harta
bersama hanya dapat dilakukan melalui gugatan tentang pembagian harta bersama.
Dan dalam menjamin keutuhan dan keselamatan harta bersama selama proses
perkara berlangsung, hanya dengan cara meletakkkan proses sita marital diatasnya.
Hal ini jika ditinjau dari segi penjaminan keberadaan harta bersama dalam
pembagian harta bersama, sangat urgen meletakkan sita marital selama proses
32
pemeriksaan berlangsung. Oleh karena itu sangat relevan menerapkan sita marital
dalam perkara pembagian harta bersama tersebut.
Terkait dengan pemeliharaan harta bersama untuk menjaga keutuhannya dalam
kasus sita marital harus diartikan meliputi seluruh harta bersama. Tidak boleh
diartikan hanya untuk sebagian atau harta tertentu saja, jadi sita marital diletakkan
meliputi seluruh harta bersama yang dimiliki oleh kedua belah pihak yang
berperkara.50
Adapun yang dapat menjadi alasan untuk mengajukan sita marital adalah sama
dengan alasan pengajuan sita jaminan yang mana hal tersebut diatur dalam Pasal
227 Jo Pasal 197 HIR atau Pasal 261 Jo Pasal 206 Rbg. Alasan-alasan yang
dimaksudkan adalah bahwa adanya persangkaan yang beralasan bahwa tergugat
akan menggelapkan barang-barang sehingga hal itu akan merugikan penggugat.51
Tujuan dari sita matital (sita harta bersama) berbeda dengan tujuan sita yang
lain, bukan untuk menjamin tagihan pembayaran kepada penggugat, juga buka
untuk menuntut penyerahan hak milik, akan tetapi tujuan sita marital itu sendiri
antara lain untuk membekukan harta bersama suami istri melalui penyitaan, agar
tidak berpindah kepada pihak ketiga selama proses perceraian/pembagian harta
bersama berlangsung. Sedangkan fungsi dari dimohonkannya sita marital adalah
untuk melindungi hak pemohon sita marital dengan penyimpan atau membekukan
barang yang disita agar jangan sampai jatuh di tangan pihak ketiga.52
Kemudian apabila sita harta bersama (marital beslag) mempunyai kekuatan
hukum mengikat, diatur dalam pasal 199 Ayat 1 HIR atau pasal 214 Ayat 1 RBg,
50 M. Yahya Harahap, Kedudukan Kewenangan dan Acara Peradilan Agama, h. 284 51 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata: Permasalahan dan Penerapan Conservatoir Beslag
(Sita Jaminan), h. 36 52 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, h. 92
33
yaitu terhitung dari jam dan hari berita acara sita diumumkan, dan sejak saat itu
dalam sita jaminan telah terkandung unsur akibat hukum. Yang mana bentuk dari
akibat hukumnya ialah berwujud “batal demi hukum”, yaitu “larangan” berupa:
1. Memindahkan kepada pihak ketiga dengan kata lain dilarang untuk
menjual, mengibahkan, atau menukar barang yang menjadi sita marital.
2. Dilarang untuk membebankannya kepada pihak ketiga yakni dalam bentuk
agunan, hipotik, gadai, dan sewa.53
Menurut M. Yahya Harahap mengenai tata cara pelaksanaan sita marital sama
dengan tata cara pelaksanaan sita eksekusi (Eksekutorial Beslag) dengan demikian
tata cara pelaksanaan Conservatoir Beslag dengan Sita Eksekusi diatur dalam pasal
197 Ayat 2 sampai Ayat 6 HIR atau Pasal 209 RBg.
Menurut perbedaan pendapat dikalangan ulama dan melihat praktek harta
gono-gini dalam masyarakat indonesia bahwa harta gono-gini termasuk dalam
syirkah abdan, dikatakan syirkah abdan karena dalam kenyataannya sebagian besar
suami istri dalam masyarakat Indonesia sama-sama bekerja membanting tulang
berusaha untuk mendapatkan nafkah hidup keluarga sehari-hari atau jika memang
hanya suami yang bekerja sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga tetap istri
memiliki peranan besar dalam menjaga keutuhan dan kelangsungan keluarga
seperti mengurusi urusan rumah tangga, memelihara dan mendidik anak-anak,
bahkan berbelanja menyediakan makan dan minum ketika suami bekerja maka
dengan hal ini suami telah menerima bantuan yang sangat berharga dan sangat
53 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata: Permasalahan dan Penerapan Conservatoir Beslag
(Sita Jaminan), h. 94
34
mempengaruhi kelancaran pekerjaannya sehari-hari yang secara tidak langsung
mempengaruhi juga jumlah harta yang diperoleh.
Pada dasarnya para ulama tidak menentukan secara pasti tentang pembagian
harta benda (syirkah) antara dua orang yang berserikat ketika perserikatan itu bubar,
begitu juga dalam Syirkah abdan atau as-shulhu. Dengan demikian jika suami istri
bercerai dan hendak membagi harta gono-gini maka dapat ditempuh dengan jalan
perdamaian (as-shulhu) yaitu pembagiann harta gono-gini bergantung pada
musyawarah dan kesepakatan antara suami istri, boleh jadi suami mendapat 50%
dan istri 50%, boleh juga suami mendapat 30% dan istri 70% atau sebaliknya dan
boleh juga pembagian dengan nisbah yang lain. Semuanya dibenarkan oleh syara’
selama merupakan hasil dari perdamaian yang telah ditempuh berdasarkan kerelaan
masing-masing.
Adapun itu tujuan dari pengajuan sita marital dalam putusan Mahkamah Agung
No. 2484 K/Pdt/2015 adalah dikarenakan adanya penguasaan harta bersama oleh
Termohon. Bahwa sesuai dengan yurisprudensi dan ketentuan yang berlaku apabila
perkawinan putus karena perceraian maka harta bersama tersebut harus dibagi dua
yakni separo hak mantan istri dan separo lagi hak mantan suami.
Adanya permohonan kasasi ini juga dikarenakan pemohon kasasi berkeberatan
dan tidak dapat menerima pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri
Denpasar yang diambil alih dan telah dijadikan Pertimbangan oleh Pengadilan
Tinggi Denpasar. Bahwa Judex Facti telah salah dalam menerapkan hukum, yaitu
salah dalam menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku baik Formil maupun
Materil dalam hal ini salah dalam penerapan Hukum Pembuktian yaitu tidak
mempertimbangkan bukti-bukti yang diajukan (oleh Pemohon
35
Kasasi/Pembanding/Penggugat) baik berupa bukti-bukti surat maupun keterangan
saksi-saksi yang telah diajukan di Pengadilan Tingkat Pertama.
Bahwa Pengadilan Tinggi Denpasar dalam memeriksa dan mengadili Perkara
No. 6/PDT/2015/PT.DPS, tanggal 24 Maret 2015 a quo, hanya didasarkan pada
pertimbangan hukum hanya berdasarkan 1 halaman saja, yang pada pokok amarnya
menyatakan sebagai berikut:
1. Menimbang bahwa telah membaca serta memperhatikan dengan seksama
memori banding tertanggal 3 September 2014, yang diajukan
Pembanding/Penggugat dalam Konvensi/ Tergugat dalam Rekonvensi,
ternyata pada hakekatnya hanya pengulangan apa yang diuraikan dalam
persidangan Pengadilan Tingkat pertama dan tidak ada hal baru yang bersifat
prinsip yang dapat mematahkan pembuktian yang diajukan oleh Pihak
Terbanding/Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi,
kemudian apa yang dikemukakan Pembanding/Penggugat dalam
Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi dalam memori banding telah
dipertimbangkan dalam putusan Pengadilan Tingkat Pertama, dan selanjutnya
Pengadilan Tingkat Banding dapat menyetujui dan membenarkan Putusan
Pengadilan Tingkat Pertama dalam pertimbangan hukumnya telah memuat dan
menguraikan dengan tepat dan benar semua keadaan serta alasan-alasan yang
menjadi dasar dalam putusan dan hal tersebut dianggap telah tercantum pula
dalam putusan di Pengadilan Tingkat Banding.
2. Menimbang bahwa dengan uraian sebagaimana pertimbangan hukum diatas,
maka pertimbangan-pertimbangan hukum Pengadilan Tingkat Pertama
tersebut diambil alih dan dijadikan dasar dalam pertimbangan putusan
36
Pengadilan Tingkat Banding sendiri, sehingga putusan Pengadilan Negeri
Denpasar Nomor 60/PDT.G/2014/PN.Dps tanggal 3 september 2014 dapat
dipertahankan dalam peradilan Tingkat Banding dan karenanya putusan
tersebut haruslah dikuatkan.
Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi tersebut diatas, adalah
pertimbangan yang bersifat standar bagi Pengadilan Tinggi untuk mengambil alih
seluruh pertimbangan hukum Pengadilan Negeri, dalam hal ini pertimbangan
hukum Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 60/PDT.G/2014/PN.DPS tanggan 3
September 2014 dimaksud.
Bahwa menurut hukum, berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang
Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan
kehakiman, menentukan bahwa :
“Segala putusan Pegadilan, selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar
putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan
yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk
mengadili”.
Bahwa Pengadilan Tinggi Denpasar dalam hal ini tidak menerapkan ketentuan
Pasal 23 ayat (1) Undang Undang Nomor 14 tahun 1970 tentang Ketentuan-
Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Berdasarkan hal tersebut, maka Putusan
Pengadilan Tinggi Denpasar dimaksud, secara hukum dapat dikualifikasikan
sebagai suatu Putusan yang kurang cukup pertimbangannya (onvoldoende
gemotiveerd) sehingga menurut hukum, putusan yang demikian tersebut harus
dibatalkan oleh Mahkamah Agung RI.
37
Bahwa Pemohon Kasasi memperjuangkan harta yang dimaksud untuk
dinyatakan sebagai harta gono gini, agar Pemohon Kasasi memperoleh ½ bagian
harta yang merupakan harta yang diperoleh selama perkawinan (yang merupakan
bagian Pemohon Kasasi) yang selanjutnya harta dimaksud akan diberikan kepada
kedua orang anak yang dilahirkan dari pernikahan antara Pemohon Kasasi dan
Termohon Kasasi untuk kebutuhan dan kepentingan pendidikan kedua anak
tersebut. Oleh karena itu Putusan Pengadilan Tinggi yang dimohonkan kasasi ini
adalah Putusan yang kurangtepat dan tidak terperinci serta kurang cukup
pertimbangannya, maka Pemohon Kasasi mohon agar Mahkamah Agung R.I untuk
membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar dimaksud. Dan sudah
sepatutnya apabila mahkamah agung RI dalam perkara ini membatalan Putusan
Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor : 06/PDT/2015/PT.Dps tanggal 24 Maret 2015
Junto Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 60/Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal
3 Sepmtember 2014. Yang dimohonkan Kasasi tersebut, selanjutnya memeriksa
dan mengadili sendiri, sesuai dengan azas peradilan yang baik dan benar.
38
BAB IV
ANALISIS PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG TENTANG SITA HARTA
BERSAMA PADA PERCERAIAN
Putusan Mahkamah Agung No. 2484 K/Pdt/2015 dalam kasus sita harta.
Karena itu penulis akan menguraikan pada bab ini ten tang duduk perkara,
pertimbangan hakim dan putusan Mahkamah Agung mengenai sita harta bersama.
A. Duduk Perkara
Dalam duduk perkara mengenai putusan Mahkamah Agung No. 2484
K/Pdt/2015/MA merupakan putusan kasus permohonan sita harta yang
diajukan oleh Cencen Kurniawan yang memberi kuasa berdasarkan kuasa
khusus pada tanggal 25 Mei 2015 kepada Hj. Kartika Putri Yosodiningrat, SH.,
LLM., dan kawan-kawan, Para Advokat, berkantor Law Firm Henry
Yosodiningrat & patner yang beralamat di Twin Plaza Hotel Gedung Henry
Yosodiningrat & Patner lantai 23, Jalan Letjen S. Parman Kav. 93-94, Slipi.
Selanjutya disebut sebagai Pemohon/Suami yang mengajukan permohonan sita
harta terhadap Rina Nurjaya yang memberi kuasa berdasarkan kuasa khusus
pada tanggal 22 Juni 2015 kepada Chris Harno, SH., dan kawan-kawan , Para
Advokat, berkantor di LBH Gesori yang beralamat di Jalan Pasekan Gang
Batukaru III/07 Batubulan, Gianyar, Bali. Yang selanjutnya disebut sebagai
Termohon/Istri.
Pemohon dalam surat permohonannya tertanggal 2015 yang didaftarkan di
Mahkamah agung Nomor 2484 K/Pdt/2015/MA telah mengajukan
permohonan Sita Harta terhadap harta bersama yang diajukan kepada
39
Termohon di luar gugatan perceraian yang didasarkan pasa Pasal 95 ayat (1)
Kompilasi Hukum Islam (KHI) jo. Pasal 186 KUHPerdata.
Pemohon telah melangsungkan pernikahan yang sah menurut hukum
dengan Termohon selama 14 tahun 5 bulan atau 173 bulan yang dilangsungkan
pada tanggal 9 Mei 1999, dan hingga saat perkara permohonan sita ini diajukan
Pemohon dan Termohon masih terikat dalam suatu pernikahan yang sah, dan
telah dikarunia 2 (dua) orang anak kandung, yakni : Chelsy Maya Kurniawan
(Perempuan, 12 Tahun), dan Cayden Rae Kurniawan (Perempuan, 9 Tahun).
Bahwa selama perkawinan Pemohon dan Termohon telah memperoleh
harta kekayaan bersama (gono gini) yang meliputi barang tetap/barang tidak
bergerak dan barang bergerak, selanjutnya di sebut sebagai Harta Bersama
karena di dalama Kompilasi Hukum Islam (KHI) pada Pasal 1 Huruf f
dirumuskan sebagi berikut : “Harta kekayaan dalam perkawinan atau syirkah
adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suami isteri
dalam ikatan perkawinan berlangsung dan selanjutnya disebut harta bersama,
tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun”, yaitu sebagai berikut:
1. Sebidang tanah seluas 751 M² (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Kelurahan Kerobokan
Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, sebagaimana
dimaksud dalam sertifikat hak Milik Nomor 1493/Kel. Kerobokan Kedlod,
surat ukur tanggal 30-12-2004 Nomor 1154/Kerobokan Kelod/2004 atas
nama Rina Nurjaya;
2. Sebidang tanah seluas 5.500 M² (liam ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri di atasnya terletak di Desa Ungsan,
40
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat ukur tanggal
18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
3. Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun 2010
Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor rangka MHBF2EF1AA0004631,
Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor R/77445/III/10;
4. Sebuah mobil Toyota Alphad warna putih, tahun 2008, Nomor Polisi DK
15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
5. Mesin pembuat kopi (Coffe Machine)
Bahwa tanggal 30 April 2013 perkawinan antara Pemohon dengan
Termohon tersebut telah putus karena perceraian dengan putusan Pengadilan
Negeri Denpasar Nomor 608/Pdt.g/2012/PN.Dps tanggal 30 April 2013 yang
telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Denpasar melalui Putusan Pengadilan
Tinggi Denpasar Nomor 127/PDT/2013/PT.DPS tertanggal 6 Nopember 2013
dan putusan mana telah mempunyai hukum tetap. Dan sampai saat ini
Termohon tetap menguasai Harta Bersama tersebut di atas indikasi Termohon
tidak mau membagi Harta Bersama tersebut dengan Pemohon, walaupun telah
beberapa kali Pemohon peringatkan Termohon supaya apa yang menjadi
haknya Pemohon diserahkan kepada pihak Pemohon.
Bahwa ada indikasi kuat Termohon akan mengalihkan Harta Bersama
tersebut, maka dengan ini Pemohon mohon agar diletakkan sita atas Harta
Bersama tersebut (maritale beslag) yaitu harta-harta yang meliputi:
1. Sebidang tanah seluas 751 M² (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Kelurahan Kerobokan
41
Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, sebagaimana
dimaksud dalam sertifikat hak Milik Nomor 1493/Kel. Kerobokan Kedlod,
surat ukur tanggal 30-12-2004 Nomor 1154/Kerobokan Kelod/2004 atas
nama Rina Nurjaya;
2. Sebidang tanah seluas 5.500 M² (liam ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri di atasnya terletak di Desa Ungsan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat ukur tanggal
18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
3. Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun 2010
Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor rangka MHBF2EF1AA0004631,
Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor R/77445/III/10;
4. Sebuah mobil Toyota Alphad warna putih, tahun 2008, Nomor Polisi DK
15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
5. Mesin pembuat kopi (Coffe Machine)
Bahwa gugatan Pemohon ini telah berdasarkan bukti-bukti yang sah, maka
Penggugat mohon agar putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitvoebar bij voorraad) walaupun ada verzet, banding dan kasasi;
Bersadarkan alasan-alasan tersebut diatas Pemohon mengajukan
permohonan kepada Pengadilan Negeri Denpasar agar memberi putusan
sebagai berikut :
1. Mengabulkan gugatan Pemohon seluruhnya;
2. Menyatakan sah dan berharga sita atas Harta Bersama (maritale beslag);
42
3. Menyatakan hukum harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan
antara Pemohon dan Termohon;
4. Menetapkan pembagian Harta Bersama (gono gini);
5. Menghukum Termohon untuk menyerahkan kepada Pemohon terhadap
apa yang menjadi hak dari Pemohon atas harta bersama;
B. Pertimbangan Hakim
Pemohon mengajukan permohonan sita harta dengan dasar hukum pasal
95 Kompilasi Hukum Islam (KHI) yang mengatur mengenai sita jaminan atas
harta bersama, bukan sita material. Majelis hakim menimbang bahwa, alasan-
alasan kasasi dari Pemohon Kasasi dapat dibenarkan, oleh karena Judex Facti
(putusan Pengadilan Tinggi Denpasar yang menguatkan putusan Pengadilan
Negeri Denpasar) salah menrapkan hukum karena kurang dalam memberikan
pertimbangan hukum dengan alasan sebagai berikut:
Bahwa dalam pertimbangannya hukumnya Judex Facti berpendapat
bahwa 2 (dua) bidang tanah Sertipikat Hak Milik Nomor 1439/Kel. Kerobokan
Kelod, Surat ukur tanggal 30 Desembar 2004 Nomor 1154/Kerobokan
Kelod/2004 dengan luas 751 M² dan sertipikat Hak Milik Nomor 5344/Desa
Ungasan, Surat ukur tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001 dengan luas 5.500
M², tas nama Rina Nurjaya dibeli oleh Tergugat dengan uang milik pribadi
Tergugat yaitu uang hasil kerja di Amerika Serikat dan uang hasil penjualan 36
(tiga puluh enam) lembar saham milik orang tua Tergugat pada PT. Kuta
Seaview Cottage, tetapi tidak didukung oleh bukti sah dan kuat untuk
mendukung pendapat tersebut karena dalam persidangan terungkap bahwa jual
beli atas tanah yang diatasnya terbit SHM Nomor 5344 terjadi jauh hari
43
sebelum penjualan saham milik orang tua Tergugat PT. Kuta Seaview Cottage
yaitu pada tanggal 17 Februari 2005, sedangkan mengenai uang Tergugat hasil
kerja dari Amerika Serikat ternyata tidak ada bukti sah dan kuat mendukung
dalilnya tersebut;
Bahwa terbukti barang tidak bergerak dan bergerak sebagaimana termuat
dalam petitum Penggugat Konvensi ke-2 adalah diperoleh oleh Penggugat dan
Tergugat dalam masa perkawinan sehingga sesuai dengan ketentuan Pasal 35
ayat (1) Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan, barang-
barang tersebut adalah gono gini Penggugat dan Tergugat;
Bahwa gugatan penggugat dalam Rekonvens berisi tuntutan barang-
barang lain yang tidak terkait dengan gugatan konvensi sehingga seharusnya
diajukan dalam gugatan tersendiri;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Mahkamah
Agng berpendapat bahwa terdapat cukup alasan untuk mengabulkan
permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Cencen Kurniawan, tersebut dan
membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor
06/PDT/2015/PT.DPS tanggal 24 Maret 2015 yang menguatkan Putusan
Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 06/Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal 3
September 2014 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri prkara ini degan
amar putusan yang sebagamana yang akan disebutkan dibawah ini;
Menimbang bahwa karena Termohon Kasasi/ Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi/Terbanding berada di pihak yang kalah,
maka dihukum untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan;
44
C. Analisa Putusan
Dalam putusan Majelis Hakim dalam perkara Nomor 2484
K/Pdt/2015/MA mengenai pengajuan permohonan sita harta terhadap harta
bersama. Bahwa berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim pada perkara
Nomor 2484 K/Pdt/2015/MA dalam pokok peraranya Majelis hakim
memutuskan/ mengadili mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi Cencen Kurniawan, dan membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi
Denpasar Nomor 06/PDT/2015/PT.DPS tanggal 24 Maret 2015 yag
menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor
60/Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal 3 September 2014.
Bahwa Majelis Hakim juga mengabulkan gugatan Penggugat Konvensi
sebagian, dan menyatakan hukum harta kekayaan yang diperoleh selama
perkawinan antara Penggugat dan Tergugat yaitu sebagai berikut:
1. Sebidang tanah seluas 751 M² (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Kelurahan Kerobokan
Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, sebagaimana
dimaksud dalam sertifikat hak Milik Nomor 1493/Kel. Kerobokan Kedlod,
surat ukur tanggal 30-12-2004 Nomor 1154/Kerobokan Kelod/2004 atas
nama Rina Nurjaya;
2. Sebidang tanah seluas 5.500 M² (liam ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri di atasnya terletak di Desa Ungsan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
45
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat ukur tanggal
18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
3. Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun 2010
Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor rangka MHBF2EF1AA0004631,
Nomor Mesin QR258933-18A, BPKB Nomor R/77445/III/10;
4. Sebuah mobil Toyota Alphad warna putih, tahun 2008, Nomor Polisi DK
15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
5. Mesin pembuat kopi (Coffe Machine)
Majelis Hakim juga menetapkan pembagian harta bersama (gono gini)
sebagaimana disebutkan dalam amar putusan sebagai ½ (satu per dua) bagian
pertama Harta Bersama menjadi bagian Penggugat, dan ½ (satu per dua) bagian
kedua Harta Bersama menjadi bagian Tergugat.
Menghukum Tergugat untuk menyerahakan kepada Penggugat terhadap
apa yang menjadi hak dari Penggugat atas harta bersama itu sebagaimana
dengan amar yang telah menetapkan bagian harta tersebut. Dan menghukum
untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam
tingkat kasasi ini ditetapkan sejumlah Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).
D. Analisis Penulis
Menurut hemat penulis sita harta yang terjadi setelah terjadinya
perceraian itu ada beberapa macam, tetapi yang terdapat dalam pembahasan
diatas adalah fokus pada sita harta marital yang mana sita harta marital tersebut
adalah suatu persitaan terhadap harta bersama suami istri dalam perkara
46
perceraian atau perkara sengketa harta bersama.54 Dan tujuan dari penyitaan itu
sendiri adalah untuk membekukan harta suami-istri agar tidak berpindah tagan
kepada pihak ketiga, selama proses perkara perceraian atau perkara pembagian
harta bersama berlangsung. Sedangkan fungsi dimohonkannya sita marital
adalah untuk melindungi, hak Pemohon sita marital dengan menyimpan atau
membekukan barang yang disita agar jangan sampai jatuh ke tangan orang
ketiga.55 Dan dengan adanya penyitaan tersebut, maka tergugat kehilangan
wewenangnya untuk menuasai barangnya, sehingga tindakan-tindakan
tergugat untuk mengaslihkan barang-barang yang disita adalah perbuatan
pidana dan melawan hukum (Pasal 231, 232 KUHP).
Dalam praktik yang berlaku umum, permohonan sita selalu diajukan
dalam bentuk assesoir, namun dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 95
mengatur secara khusus, yang mana pengajuan permohonan sita marital dapat
dilakukan secara berdiri sendiri di luar adanya permohonan gugatan cerai,
karena dalam hal ini tujuan pokok dari sita marital adalah menyelamatkan
keutuhan harta bersama tanpa merusak ikatan perkawinan.
Terkait dengan putusan Mahkamah Agung pada perkara nomor 2484
K/Pdt/2015/MA dapat dilihat bahwa alasan pengajuan sita harta bersama yang
diajukan oleh Pemohon (Suami) kepada Termohon (Isteri) cukup dengan
indikasi bahwa Pemohon selama perceraian pertama tidak mendapatkan bagian
sedikitpun dari harta bersama yang sebenarnya Pemohon dapat setengah bagian
54 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 282 55 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 1999, Cet. Ke 2),
h. 92
47
dari harta bersama tersebut, dan Mahkamah Agung menerima alasan sita harta
bersama sehingga permohonan sita tersebut dapat dikabulkan.
Jika ditinjau dari segi hukum Islam sendiri, tujuan dari adanya
permohonan sita terhadap harta bersama sesuai dengan tujuan Maqashid
Syariah yang ditegaskan oleh Abdul Wahab al Khallaf yang mana sebagai alat
bantu untuk memahami redaksi Al Qur’an dan Sunnah, menyelesaikan dalil-
dalil yang bertentangan, dan yang sangat penting adalah untuk menetapkan
hukum terhadap kasus yang tidak tertampung dalam Al Qur’an dan Sunnah
secara kajian kebahasaan, yakni menjaga dan memelihara harta (Hifzul
Maal).56
Rasio penerapan sita marital terhadap sita terhadap harta bersama yang
telah dikemukakan diatas, hanya bertujuan untuk melindungi eksisitensi
keutuhan harta bersama dalam perkawinan secara keseluruhan, karena harta
bersama adalah milik bersama antara suami dan istri yang diperuntukkan untuk
keperluan dan kesejahteraan masing-masing antara suami dan istri dalam
menjaga keutuhan rumah tangga. Selain itu juga, bertujuan untuk menjamin
keutuhan dan keselamatan harta bersama selama proses tuntutan pembagian
harta bersama.
Menurut sudikno, sita marital ini lebih tepat disebut dengan sita
matrimonial, lantaran di Negeri Belanda sendiri kenyataannya bukan hanya
isteri yang berhak mengajukannya tetapi juga suami. Dengan alasan:
56 Satria Effendi M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h. 237
48
a. Menurut UU Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa suami
maupun isteri sama-sama cakap bertindak hukum seperti juga dalam ajaran
Islam
b. Menurut UU tersebut, segala harta benda yang didapat dalam perkawinn
dianggap harta bersama kecuali ada ditentukan lain.
c. Suatu kenyataan, bukan sedikit harta benda yang didapatkan suami dalam
masa perkawinan yang siatas namakan isterinya, baik untuk pengamana
maupun karena sebab-sebab lainnya.
d. Banyak kasus yang didapat dimana yang justru serin menggelapkan harta
bersama adalah isteri.
Oleh karena itu, tuntutan atas harta bersama ini benar adanya, karena
suami juga berhak atas harta bersama tersebut. Dan suami juga berhak
menerima setengah bagian dari harta bersama tersebut.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan skripsi penulis yang berjudul permohonan sita
harta bersama setelah terjadinya perceraian dengan menganalisis putusan
perkara nomor 2484 K/Pdt/2015/MA, penulis dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut:
Dalam putusan Majelis Hakim dalam perkara Nomor 2484
K/Pdt/2015/MA mengenai pengajuan permohonan sita harta terhadap harta
bersama. Bahwa berdasarkan pertimbangan Majelis Hakim pada perkara
Nomor 2484 K/Pdt/2015/MA dalam pokok perkaranya Majelis hakim
memutuskan/ mengadili mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi Cencen Kurniawan, dan membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi
Denpasar Nomor 06/PDT/2015/PT.DPS tanggal 24 Maret 2015 yag
menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor
60/Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal 3 September 2014.
Sedangkan mengenai ketentuan pembagagian harta bersama Majelis
Hakim juga menetapkan pembagian harta bersama (gono gini) sebagaimana
disebutkan dalam amar putusan sebagai ½ (satu per dua) bagian pertama Harta
Bersama menjadi bagian Penggugat, dan ½ (satu per dua) bagian kedua Harta
Bersama menjadi bagian Tergugat.
B. Saran
Adapun bagian akhir dari skripsi ini, penulis mengharapkan kepada
masyarakat yang ingin melakukan perkawinan supaya membuat perjanjian
50
mengenai pembagian harta bersama, agar ketika terjadi perceraian tidak
terjadi perselisihan dalam pembagian harta bersama serta pemerintah
diharapkan dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat tentang ketentuan
pembagian harta bersama menurut hukum positif dan hukum Islam.
Penulis juga berharap agar hasil karya ilmiah ini dapat bermanfaat tidak
hanya bagi kalangan akademisi, akan tetapi juga menjadikan sumbangan
pemikiran baru terhadap para praktisi hukum.
51
Daftar Pustaka
Manan, Abdul. Aneka Masalah Hukum Perdata Islam di Indonesia,. Jakarta:
Kerncana Prenada Media Group, 2006.
Nuruddin, Amir dan Azhari AT. Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih UU No 1/1974 sampai KHI).
Jakarta: Kencana,2004.
Ghozali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010.
Khudari, Achmad. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
1995.
Zein, Satria Effendi M. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer.
Jakarta: Kencana, 2004.
Tihami, dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap.
Jakarta: Rajawali Pers, 2009.
Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.
Mertikusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia. Yogyakarta: Liberty,
Menimbang, bahwa dari surat-surat tersebut ternyata bahwa sekarang
Pemohon Kasasi dahulu sebagai Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi/Pembanding telah menggugat sekarang Termohon Kasasi dahulu
sebagai Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi/Terbanding di muka
persidangan Pengadilan Negeri Denpasar pada pokoknya atas dalil-dalil:
1. Bahwa pada tanggal 9 Mei 1999 Penggugat dan Tergugat telah
melangsungkan perkawinan di Douglas County, Nevada Amerika Serikat
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 2 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
dan dicatatkan pada Kantor Douglas County, Nevada pada tanggal 11 Mei
1999 dan telah didaftarkan pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia di
Los Angeles pada tanggal 6 Desember 2006 dengan Nomor
60/KONS/PERK/XII/2006 sebagaimana ternyata dalam akta Nomor
0183073 terlampir;
2. Bahwa selama perkawinan, Penggugat dan Tergugat telah memperoleh
harta kekayaan bersama (gono gini) yang meliputi barang tetap/barang
tidak bergerak dan barang bergerak, selanjutnya disebut sebagai Harta
Bersama, yaitu sebagai berikut:
a) Sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Kelurahan
Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung,
sebagaimana dimaksud dalam sertifikat hak milik Nomor 1493/Kel.
Kerobokan Kelod, surat ukur tanggal 30-12-2004 Nomor
1154/Kerobokan Kelod/2004 atas nama Rina Nurjaya;
b) Sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri di atasnya terletak di Desa Ungasan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat ukur
tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
c) Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun 2010
Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor rangka MHBF2EF1AA0004631,
Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor R/77445/III/10;
d) Sebuah mobil Toyota Alphad warna putih, tahun 2008, Nomor Polisi
DK 15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
e) Mesin pembuat kopi (Coffe Machine) ;
3. Bahwa pada tanggal 30 April 2013 perkawinan antara Penggugat dengan
Tergugat tersebut telah putus karena perceraian dengan putusan Pengadilan
Negeri Denpasar Nomor 608/Pdt.G/2012/PN.Dps tanggal 30 April 2013 yang
telah dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi Denpasar melalui putusan Pengadilan
Tinggi Denpasar Nomor 127/PDT/2013/PT.DPS tertanggal 6 Nopember 2013
dan putusan mana telah mempunyai kekuatan hukum tetap;
4. Bahwa sampai saat ini Tergugat tetap menguasai Harta Bersama tersebut di
atas dan indikasi Tergugat tidak mau membagi Harta Bersama tersebut
dengan Penggugat, walaupun telah beberapa kali Penggugat peringatkan
Tergugat supaya apa yang menjadi haknya Penggugat diserahkan kepada
pihak Penggugat;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 3 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
5. Bahwa ada indikasi kuat Tergugat akan mengalihkan Harta Bersama
tersebut, maka dengan ini Penggugat mohon agar diletakkan sita atas
Harta Bersama tersebut (maritale beslag) yaitu harta-harta yang meliputi:
a) Sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Kelurahan
Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung,
sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.
Kerobokan Kelod, surat ukur tanggal 30-12-2004 Nomor
1154/Kerobokan Kelod/2004 atas nama Rina Nurjaya;
b) Sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Desa Ungasan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat ukur
tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
c) Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun 2010
Nomor Polisi DK.1793 IW Nomor rangka MHBF2EF1AA0004631,
Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor R/77445/III/10;
d) Sebuah mobil Toyota Alphad warna putih, tahun 2008, Nomor Polisi
DK 15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
e) Mesin pembuat kopi (Coffe Machine);
6. Bahwa gugatan Penggugat ini berdasarkan pada bukti-bukti yang sah, maka
Penggugat mohon agar putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitvoerbaar bij voorraad) walaupun ada verzet, banding maupun kasasi;
Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut di atas Penggugat mohon
kepada Pengadilan Negeri Denpasar agar memberikan putusan sebagai berikut:
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya;
2. Menyatakan sah dan berharga sita atas Harta Bersama (maritale beslag)
yaitu harta-harta yang meliputi:
a) Sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di
Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten
Badung, sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik Nomor
1493/Kel. Kerobokan Kelod, surat ukur tanggal 30-12-2004 Nomor
1154/Kerobokan Kelod/2004 atas nama Rina Nurjaya;
b) Sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Desa Ungasan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 4 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat ukur
tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
c) Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun
2010 Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor Rangka
MHBF2EF1AA0004631, Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor
R/77445/III/10;
d) Sebuah mobil Toyota Alphad warna putih, tahun 2008, Nomor Polisi
DK 15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
e) Mesin pembuat kopi (Coffe Machine);
3. Menyatakan hukum harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan
antara Penggugat dan Tergugat yaitu sebagai berikut
a) Sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Kelurahan
Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung,
sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.
Kerobokan Kelod, Surat Ukur tanggal 30-12-2004 Nomor
1154/Kerobokan Kelod/2004 atas nama Rina Nurjaya;
b) Sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri diatasnya terletak di Desa Ungasan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat ukur
tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
c) Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun 2010
Nomor Polisi DK.1793 IW Nomor rangka MHBF2EF1AA0004631,
Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor R/77445/III/10;
d) Sebuah mobil Toyota Alphad warna putih, tahun 2008, Nomor Polisi
DK 15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
e) Mesin pembuat kopi (Coffe Machine);
Adalah Harta Bersama (gono gini) Penggugat dan Tergugat;
4. Menetapkan pembagian Harta Bersama (gono gini) sebagaimana
disebutkan dalam Petitum pada angka 3 sebagai berikut:
a. ½ (satu per dua) bagian pertama Harta Bersama menjadi bagian
Penggugat;
b. ½ (satu per dua) bagian kedua Harta Bersama menjadi bagian Tergugat;
5. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kepada Penggugat terhadap
apa yang menjadi hak dari Penggugat atas harta bersama itu
sebagaimana dimaksud dalam petitum angka 4 di atas;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 5 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
6. Menyatakan bahwa putusan ini dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitvoerbaar bij voorraad) walaupun ada verzet, banding maupun kasasi;
7. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya yang timbul dalam perkara ini;
Atau: jika Majelis hakim berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya;
Menimbang, bahwa terhadap gugatan tersebut Tergugat mengajukan
gugatan rekonvensi yang pada pokoknya sebagai berikut:
Dalam Rekonvensi:
1. Bahwa segala hal yang terurai dalam jawaban Konvesi berlaku sebagai hal
yang tidak terpisahkan dalam Rekonvensi ini;
2. Bahwa pada tanggal 9 Mei 1999 Penggugat Dalam Rekonvensi dan
Tergugat Dalam Rekonvensi telah melangsungkan perkawinan di Douglas
County, Nevada Amerika Serikat dan dicatatkan pada Kantor Douglas
County, Nevada pada tanggal 11 Mei 1999 dan telah didaftarkan pada
Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles pada tanggal 6
Desember 2006 dengan Nomor 60/KONS/PERK/XII/2006 sebagaimana
ternyata dalam Akta Nomor 0183073;
3. Bahwa hasil perkawinan antara Penggugat Dalam Rekonvensi dengan
Tergugat Rekonvensi memiliki anak-anak sebagai berikut:
a. Chelsy Maya Kurniawan, perempuan, lahir pada tanggal 15 Agustus
2003 di Pasadena, Los Angeles, Amerika Serikat dan telah didaftarkan
pada Konsulat Jendral Republik Indonesia di Los Angeles pada
tanggal 12 Maret 2004 dengan Nomor 22/ KONS/KEL/III/2004,
sebagaimana tercantum dalam Akta Kelahiran Nomor
1200363002503, tertanggal 16 Oktober 2003;
b. Cayden Rae Kurniawan, perempuan, lahir pada tanggal 15 November
2006 di Arcadia, Los Angeles, Amerika Serikat dan telah didaftarkan
pada Konsulat Jendral Republik Indonesia di Los Angeles pada
tanggal 06 Desember 2006 dengan Nomor 166/KONS/ KEL/XII/2006
sebagaimana tercantum dalam Akta Kelahiran Nomor 120061915281
tertanggal 30 November 2006;
4. Bahwa jauh sebelum perkawinan antara Penggugat Dalam Rekonvensi
dengan Tergugat Dalam Rekonvensi, Penggugat Dalam Rekonvensi
memiliki Harta Bawaan berupa saham PT. Kuta Seaview Cottage
sebanyak 36 (tiga puluh enam) lembar yang mana saham ini dimiliki oleh
Penggugat Dalam Rekonvensi sejak Tahun 1978 merupakan pemberian
dari orang tua (vide Akta Pendirian PT. Kuta Seavieu Cottage Nomor 60
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 6 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
tanggal 20 Desember 1978 yang dibuat dihadapan Notaris Sugiarti
Hostiadi, Denpasar);
5. Bahwa kemudian dalam tahun 2005 saham sebanyak 36 lembar tersebut
dijual oleh Penggugat Dalam Rekonvensi dengan harga seluruhnya
Rp9.750.000.000,00 (sembilan miliar tujuh ratus lima juta rupiah) (vide
Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli Saham Nomor 66 tanggal 17-02-
2005 yang dibuat di hadapan Notaris Josef Sunar Wibisono Denpasar).
Dari hasil penjualan saham ini dipergunakan untuk:
a. Membeli tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
terletak di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten
Badung sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik Nomor
5344/Desa Ungasan, Surat Ukur tanggal 18-12-2001 Nomor
1377/2001 atas nama Rina Nurjaya seharga Rp2.200.000.000,00;
b. Membeli tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) terletak di Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta
Utara, Kabupaten Badung sebagaimana dimaksud dalam sertifikat Hak
Milik Nomor 1493/Kel.Kerobokan Kelod, Surat Ukur tanggal 30-20-
2004 Nomor 1154/Kerobokan/2014 atas nama Rina Nurjaya seharga
Rp2.800.000.000,00;
c. Membeli sebuah Mobil Toyota Alphard, warna putih, Tahun 2008,
Nomor Polisi DK 15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya seharga
Rp940.000.000,00 (mobil ini sudah dijual untuk biaya hidup Penggugat
Dalam Rekonvensi dan anak-anaknya);
d. Membayar DP Pembelian Mobil Nissan X-TRL 2.5 CVT XT/AT, warna
hitam, tahun 2010 Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor Rangka
MHBF2FF1AA0004631, Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor
R/77445/III/10 atas nama Rina Nurjaya sebesar Rp150.000.000,00
(mobil ini secara fisik dikuasai dan dipergunakan oleh Tergugat Dalam
Rekonvensi akan tetapi tidak pernah dicicil pembayarannya sehingga
mobil ini dijual untuk melunasi cicilan hutang di BCA Finance);
e. Membeli sebuah Mesin kopi (Coffe Machine) seharga
Rp35.000.000,00 (mesin kopi ini dalam keadaan rusak karena dirusak
oleh Tergugat Dalam Rekonvensi);
6. Bahwa karena harta tersebut pada angka 4 di atas berasal dari hasil
penjualan saham milik Penggugat Dalam Rekonvensi maka sudah
seharusnya harta tersebut ditetapkan sebagai Harta Bawaan Penggugat
Dalam Rekonvensi;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 7 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
7. Bahwa selama masa perkawinan antara Penggugat Dalam Rekonvensi
dengan Tergugat Dalam Rekonvensi memiliki Harta Bersama berupa:
a. Hak sewa atas sebidang tanah seluas 1440 M2 (seribu empat ratus
empat puluh meter persegi) Sertifikat Hak Milik Nomor 6415 Kelurahan
Kuta, Kec. Kuta, Kab. Badung atas Nama Ong Sioe Tjien;
b. Hak sewa atas sebidang tanah Hak Milik Nomor 1980/Kelurahan
Kerobokan seluas 1900 M2 (seratus sembilan ratus meter persegi) atas
nama nama Gusti Ketut Rai terletak di Kelurahan Kerobokan Kec. Kuta,
Kab. Badung;
c. Sebuah Mobil Merzedez Benz E 250 Nomor Pol B 216 POR seharga
Rp1.250.000.000,00 Mobil ini adalah merupakan Persekot pembayaran
awal dari over kontrak hak sewa tanah tersebut pada huruf b di atas. Saat
ini mobil ini ada di Jakarta di Green Cove A2/11, BSD, Tanggerang;
d. Uang tunai sisa over kontrak dari Hak Sewa atas Tanah yang tersebut
dalam huruf b di atas sebesar Rp3.450.000.000;
e. 1 (satu) buah lukisan Arie Smit “Gunung Agung” ukuran besar dibeli
Tahun 2008 dengan harga Rp180.000.000,00;
f. 1(satu) buah lukisan Arie Smit ukuran kecil dibeli Tahun 2008 dengan
harga Rp30.000.000,00;
g. 1(satu) buah lukisan Ida Bagus Indra, bergambar perempuan Bali
berkebaya warna putih, sedang bersimpuh bersembahyang, ngaturang
banten, dibeli tahun 2011 sebagai hadiah dari Tergugat Dalam
Rekonvensi untuk Penggugat Dalam Rekonvensi dengan harga
Rp30.000.000,00;
h. 1(satu) buah lukisan Ida Bagus Indra, bergambar perempuan Bali
menari berbaju kuning dan hijau dibeli tahun 2011 Dengan harga
Rp30.000.000,00;
i. Diposito atas nama Cencen Kurniawan sebesar Rp450.000.000,00 di
BPR Lestari;
j. Diposito atas nama Cencen di Standard Chartered Investasi sebesar
Rp400.000.000,00;
k. Hutang-hutang:
1) Hutang kepada Ben Tan sebesar Rp1.500.000.000,00;
2) Hutang untuk perbaikan rumah di Batu Belig akibat dirusak oleh
Tergugat Dalam Rekonvensi berupa:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 8 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
- Hutang perbaikan rumah kepada Paulus Sabata Bara, ST
(Kontraktor) setelah pengusiran Penggugat Dalam Rekonvensi
di bulan Mei 2012 sebesar Rp407.800.000,00;
- Hutang ke Yoga (Kanara) sebesar Rp83.694.000,00;
- Hutang pembelian batu di Quantum sebesar Rp341.263.680,00;
3) Hutang Tergugat Dalam Rekonvensi di Kartu Kredit Tambahan
Citi Bank sebesar Rp170.000.000,00;
4) Hutang Penggugat Dalam Rekonvensi pada Hotel Rama Beach
selama bertempat tinggal di Hotel Rama Beach bersama anak-
anak sejak diusir bulan Mei 2012 sebesar Rp381.885.000,00;
8. Bahwa berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor
608/Pdt.G/2012/PN.Dps tgl. 30 April 2013 junto Putusan Pengadilan Tinggi
Denpasar Nomor 127/Pdt.G/2013/PT.DPS tanggal 6 November 2013 yang
telah berkekuatan hukum tetap, dinyatakan bahwa perkawinan antara
Penggugat Dalam Rekonvensi dengan Tergugat Dalam Rekonvensi
adalah sah dan putus karena perceraian;
9. Bahwa karena perkawinan dinyatakan sah maka berlaku ketentuan hukum
Perkawinan yang berlaku di Indonesia beserta segala resiko hukumnya;
10. Bahwa sesuai dengan yurisprudensi dan ketentuan yang berlaku apabila
perkawinan putus karena perceraian, Harta Bersama tersebut pada angka
7 diatas harus dibagi dua yakni separo hak mantan istri dan separo lagi
hak mantan suami. Oleh karenanya sudah sepatutnya Majelis Hakim yang
memeriksa perkara ini menetapkan pembagian Harta Bersama ini separo
diberikan kepada Penggugat Dalam Rekonvensi dan separo lagi diberikan
kepada Tergugat Dalam Rekonvensi;
11. Bahwa berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Denpasar Nomor:
54/Pdt.P/2014/PN.Dps tanggal 3 Maret 2014 hak asuh terhadap anak-
anak tersebut pada posita angka 3 gugatan rekonvensi diberikan kepada
Penggugat Rekonvensi sehingga Penggugat Dalam Rekonvensi berhak
untuk menuntut nafkah/biaya hidup bagi anak-anak hasil perkawinan
antara Penggugat Dalam Rekonvensi dengan Tergugat Rekonvensi;
12. Bahwa Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun
1974 menyebutkan “Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan
segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan
kemampuannya.” Bahwa Tergugat Dalam Rekonvensi adalah seorang
suami yang mampu, akan tetapi selama masa perkawinan yakni dari
tanggal 9 Mei 1999 sampai terjadi perceraian tanggal 6 November 2013
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 9 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
atau selama 14 tahun 5 bulan atau selama 173 bulan Tergugat Dalam
Rekonvensi tidak pernah memberi nafkah kepada Penggugat Dalam
Rekonvensi beserta anak-anak. Biaya nafkah/biaya keperluan hidup untuk
Penggugat Dalam Rekonvensi beserta anak-anak dibiayai dari
penghasilan Penggugat Dalam Rekonvensi sendiri. Oleh karenanya sudah
sepatutnya Penggugat Dalam Rekonvensi menuntut penggantian biaya
keperluan hidup tersebut yang besarnya selama 173 bulan @
Rp25.000.000,00 perbulan sehingga berjumlah Rp4.325.000.000,00
(empat miliar tiga ratus dua puluh lima juta rupiah);
13. Bahwa beberapa surat-surat/dokumen milik Penggugat Dalam Rekonvensi
dan anak-anak berupa:
b. Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel. Kerobokan Kelod, luas tanah 751
M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi) atas nama Rina Nurjaya;
c. Akta Kelahiran Rina Nurjaya;
d. Akta Kelahiran atas nama Chelsy Maya Kurniawan;
e. Akta kelahiran atan mana Cayden Rae Kurniawan;
Surat-surat/dokumen ini dipergunakan oleh Tergugat Dalam Rekonvensi
untuk pembuktian di Pengadilan pada saat mengajukan gugatan percerain
di Pengadilan Negeri Denpasar namun sampai saat ini tetap dipegang dan
disimpan oleh Tergugat Dalam Rekonvensi sehingga sudah seharusnya
surat-surat/dokumen tersebut dikembalikan dan diserahkan oleh Tergugat
Dalam Rekonvensi kepada Penggugat Dalam Rekonvensi;
14. Bahwa untuk menjamin agar gugatan rekonvensi Penggugat Dalam
Rekonvensi apabila kelak dikabulkan oleh Pengadilan tidak sia-sia (illisoir)
maka Penggugat Dalam Rekonvensi mohon Kepada Yang Mulia Majelis
Hakim yang menyidangkan perkara ini, berkenan untuk meletakkan
Sita Jaminan (conservatoir beslag) atas Harta Bersama tersebut pada
angka 6 huruf a sampai dengan j posita gugatan rekonvensi ini;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut di atas Tergugat Dalam
Konvensi/Penggugat Dalam Rekonvensi mohon kepada Pengadilan Negeri
Denpasar untuk memberikan putusan sebagai berikut:
A. Dalam Konvensi:
Menolak gugatan Penggugat Dalam Konvensi seluruhnya;
B. Dalam Rekonvensi:
1. Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat Dalam Rekonvensi
seluruhnya;
2. Menyatakan hukum harta kekayaan berupa:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 10 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
a. Sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter
persegi) terletak di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan,
Kabupaten Badung sebagaimana Dimaksud dalam Sertifikat Hak
Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat Ukur tanggal 18-12-2001
Nomor 1377/2001Atas nama Rina Nurjaya adalah sah
merupakan Harta Bawaan milik Penggugat Dalam Rekonvensi;
b. Sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) beserta bangunan di atasnya terletak di Kelurahan
Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung
sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik Nomor
1493/Kel.Kerobokan Kelod, Surat Ukur tanggal 30-20-2004 Nomor
1154/Kerobokan/2014 atas nama Rina Nurjaya adalah sah
merupakan Harta Bawaan milik Penggugat Dalam Rekonvensi;
c. Sebuah Mobil Toyota Alphard, warna putih, Tahun 2008, Nomor
Polisi DK 15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya yang sudah dijual
adalah sah merupakan Harta Bawaan milik Penggugat Dalam
Rekonvensi;
d. Sebuah Mobil Nissan X-TRL 2.5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun
2010 Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor Rangka
MHBF2FF1AA0004631, Nomor Mesin QR25893318A, BPKB
Nomor R/77445/III/10 atas nama Rina Nurjaya yang sudah
dijual adalah sah merupakan Harta Bawaan milik Penggugat
Dalam Rekonvensi;
e. Sebuah Mesin kopi (Coffe Machine) yang saat ini dalam keadaan
rusak adalah sah merupakan Harta Bawaan milik Penggugat
Dalam Rekonvensi;
3. Menyatakan hukum harta kekayaan yang diperoleh selama
perkawinan antara Penggugat Dalam Rekonvensi dengan Tergugat
Dalam Rekonvensi yaitu berupa:
a. Hak sewa atas sebidang tanah seluas 1.440 M2 (seribu empat
ratus empat puluh meter persegi) Sertifikat Hak Milik Nomor 6415
Kelurahan Kuta, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung atas Nama
Ong Sioe Tjien;
b. Hak sewa atas sebidang tanah Hak Milik Nomor 1980/Kelurahan
Kerobokan seluas 1.900 M2 (seribu sembilan ratus meter persegi)
atas nama nama Gusti Ketut Rai terletak di Kelurahan Kerobokan
Kec. Kuta, Kab. Badung;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 11 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
c. Sebuah Mobil Merzedez Benz E 250 Nomor Pol B 216 POR
seharga Rp1.250.000.000,00 Mobil ini adalah merupakan
Persekot pembayaran awal dari over kontrak hak sewa tanah
tersebut pada huruf b di atas.Saat ini mobil ini ada di Jakarta di
Green Cove A2/11, BSD, Tanggerang;
d. Uang tunai sisa over kontrak dari Hak Sewa atas Tanah yang
tersebut dalam huruf b di atas sebesar Rp3.450.000.000,00;
e. 1 (satu) buah lukisan Arie Smit “ Gunung Agung “ ukuran besar
dibeli Tahun 2008 dengan harga Rp180.000.000,00;
f. 1(satu) buah lukisan Arie Smit ukuran kecil dibeli Tahun 2008
dengan harga Rp30.000.000,00;
g. 1 (satu) buah lukisan Ida Bagus Indra, bergambar perempuan
Bali berkebaya warna putih, sedang bersimpuh bersembahyang,
ngaturang banten, dibeli tahun 2011 sebagai hadiah dari
Tergugat Dalam Rekonvensi untuk Penggugat Dalam
Rekonvensi dengan harga Rp30.000.000,00;
h. 1(satu) buah lukisan Ida Bagus Indra, bergambar perempuan Bali
menari berbaju kuning dan hijau dibeli tahun 2011 Dengan harga
Rp30.000.000,00;
i. Diposito atas nama Cencen Kurniawan sebesar
Rp450.000.000,00 di BPR Lestari;
j. Diposito atas nama Cencen di Standard Chartered Investasi
sebesar Rp400.000.000,00;
k. Hutang-hutang:
1). Hutang kepada Ben Tan sebesar Rp1.500.000.000;
2). Hutang untuk perbaikan rumah di Batu Belig akibat dirusak
oleh Tergugat Dalam Rekonvensi berupa:
- Hutang perbaikan rumah kepada Paulus Sabata Bara, ST
(Kontraktor) setelah pengusiran Penggugat Dalam
Rekonvensi di bulan Mei 2012 sebesar Rp407.800.000;
- Hutang ke Yoga (Kanara) sebesar Rp83.694.000,00;
- Hutang pembelian batu di Quantum sebesar
Rp341.263.680,00;
3). Hutang Tergugat Dalam Rekonvensi di Kartu Kredit
Tambahan Citi Bank sebesar Rp170.000.000,00;
4). Hutang Penggugat Dalam Rekonvensi pada Hotel Rama
Beach selama bertempat tinggal di Hotel Rama Beach
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 12 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
bersama anak-anak sejak diusir bulan Mei 2012 sebesar
Rp381.885.000,00;
Adalah sah merupakan Harta Bersama (gono gini) dalam
perkawinan antara Penggugat Dalam Rekonvensi dan Tergugat
Dalam Rekonvensi;
4. Menetapkan pembagian Harta Bersama (gono gini) tersebut dalam
petitum angka 3 sebagai berikut :
1. ½ (seperdua) bagian pertama menjadi bagian Penggugat Dalam
Rekonvensi;
2. ½ (seperdua) bagian kedua menjadi bagian Tergugat Dalam
Rekonvensi;
5. Menghukum Tergugat Dalam Rekonvensi untuk membayar pengganti
biaya nafkah/biaya keperluan hidup yang tidak dipenuhi selama
masa perkawinan kepada Penggugat Dalam Rekonvensi sebesar
Rp4.325.000.000,00 (DH);
6. Menghukum Tergugat Dalam Rekonvensi untuk menyerahkan dokumen
yang dipegangnya kepada Penggugat Dalam Rekonvensi berupa:
a. Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel. Kerobokan Kelod, luas tanah
751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi) atas nama
Rina Nurjaya;
b. Akta Kelahiran Rina Nurjaya;
c. Akta Kelahiran atas nama Chelsy Maya Kurniawan;
d. Akta kelahiran atas mana Cayden Rae Kurniawan;
7. Menyatakan hukum bahwa Sita Jaminan (Consenvatoir beslag) yang
diletakkan atas Harta Bersama berupa:
a. Sebuah Mobil Merzedez Benz E 250 Nomor Pol B 216 POR
seharga Rp1.250.000.000,00 Mobil ini adalah merupakan
Persekot pembayaran awal dari over kontrak hak sewa tanah
tersebut pada huruf b di atas.Saat ini mobil ini ada di Jakarta di
Green Cove A2/11, BSD, Tanggerang;
b. Uang tunai sisa over kontrak dari Hak Sewa atas Tanah yang
tersebut dalam huruf b di atas sebesar Rp3.450.000.000,00;
c. 1 (satu) buah lukisan Arie Smit “Gunung Agung“ ukuran besar
dibeli Tahun 2008 dengan harga Rp180.000.000,00;
d. 1(satu) buah lukisan Arie Smit ukuran kecil dibeli Tahun 2008
dengan harga Rp30.000.000,00;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 13 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
e. 1(satu) buah lukisan Ida Bagus Indra, bergambar perempuan Bali
berkebaya warna putih, sedang bersimpuh bersembahyang,
ngaturang banten, dibeli tahun 2011 sebagai hadiah dari
Tergugat Dalam Rekonvensi untuk Penggugat Dalam
Rekonvensi dengan harga Rp30.000.000,00;
f. 1(satu) buah lukisan Ida Bagus Indra, bergambar perempuan Bali
menari berbaju kuning dan hijau dibeli tahun 2011 Dengan harga
Rp30.000.000,00;
g. Diposito atas nama Cencen Kurniawan sebesar
Rp450.000.000,00 di BPR Lestari ;
h. Diposito atas nama Cencen di Standard Chartered Investasi
sebesar Rp400.000.000,00;
Adalah sah dan berharga;
C. Dalam Konvensi dan Rekonvensi:
Menghukum Penggugat Dalam Konvensi/Tergugat Dalam Rekonvensi
untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini;
Atau: apabila Yang Mulia Majelis Hakim yang menyidangkan perkara ini
berpendapat lain, Tergugat Dalam Konvensi/Penggugat Dalam
Rekonvensi mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono);
Bahwa terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Denpasar telah
memberikan Putusan Nomor 60/Pdt.G/2014/PN.DPS tanggal 3 September 2014
dengan amar sebagai berikut:
Dalam Konvensi:
- Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya;
Dalam Rekonvensi:
1. Mengabulkan gugatan Rekonvensi untuk sebagian;
2. Menyatakan hukum harta kekayaan berupa:
a. Sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
terletak di Desa Ungasan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung
sebagaimana dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa
Ungasan, Surat Ukur tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001 atas nama
Rina Nurjaya;
b. Sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) beserta bangunan diatasnya terletak di Kelurahan Kerobokan
Kelod, kecamatan kuta Utara, Kabupatn Badung sebagaimana
dimaksud dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kelurahan
Kerobokan/2014 atas nama Rina Nurjaya;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 14 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Adalah sah merupakan Harta Bawaan milik Penggugat Rekonvensi (Rina
Nurjaya);
3. Menyatakan hukum harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan
Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi berupa:
- Sebuah mobil Merzedes Benz E 250 Nomor Polisi B 216 POR seharga
Rp1.250.000.000,00 (satu milyar dua ratus lima puluh juta rupiah);
Adalah sah merupakan Harta Bersama (gono gini) antara Penggugat
Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi;
4. Menetapkan pembagian Harta Bersama (gono gini) atas nilai mobil
Merzedes Benz E 250 Nomor Pol B 216 POR sebagai berikut :
- ½ (seperdua) bagian menjadi bagian Penggugat Rekonvensi ;
- ½ (seperdua) bagian menjadi bagian Tergugat Rekonvensi ;
5. Menghukum Tergugat Rekonvensi untuk membayar biaya nafkah/biaya
keperluan hidup anak-anak Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi
sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah) per bulan terhitung
sejak putusnya perkawinan Penggugat Rekonvensi dan Tergugat Rekonvensi
sampai dengan anak-anak tersebut kawin atau dapat berdiri sendiri;
6. Menghukum Tergugat dalam Rekonvensi untuk menyerahkan kepada
Penggugat Rekonvensi berupa dokumen-dokumen:
a. Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.Kerobokan Kelod, luas tanah 751
M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi) atas nama Rina Nurjaya;
b. Akta Kelahiran Rina Nurjaya;
c. Akta Kelahiran atas nama Chelsy Maya Kurniawan;
d. Akta Kelahiran atas nama Cayden Rae Kurniawan;
7. Menolak gugatan Penggugat Rekonvensi untuk selain dan selebihnya;
Dalam Konvensi Dan Dalam Rekonvensi:
- Menghukum Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi untuk membayar
biaya perkara ini sebesar Rp466.000,00 (empat ratus enam puluh enam ribu
rupiah);
Menimbang, bahwa dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi, putusan Pengadilan Negeri tersebut telah
dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi dengan Putusan Nomor 06/Pdt/2015/PT.DPS
tanggal 24 Maret 2015;
Menimbang, bahwa sesudah putusan terakhir ini diberitahukan kepada
Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi/Pembanding pada tanggal 22 Maret
2015 kemudian terhadapnya Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi/
Pembanding dengan perantaraan kuasanya, berdasarkan Surat Kuasa Khusus
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 15 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
tanggal 25 Mei 2015 diajukan permohonan kasasi pada tanggal 28 Mei 2015
sebagaimana ternyata dari Surat Permohonan Kasasi Perkara Nomor
60/Pdt.G/2014/PN.Dps yang dibuat oleh Wakil Panitera Pengadilan Negeri
Denpasar, permohonan tersebut disertai dengan memori kasasi yang memuat
alasan-alasan yang diterima di Kepaniteraan Pengadilan Negeri tersebut pada
tanggal 28 Mei 2015;
Bahwa memori kasasi dari Pemohon Kasasi/Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekonvensi/Pembanding tersebut telah diberitahukan
kepada Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi/Terbanding pada tanggal 18
Juni 2015;
Bahwa kemudian Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi/
Terbanding mengajukan tanggapan memori kasasi yang diterima di
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Denpasar pada tanggal 30 Juni 2015;
Menimbang, bahwa permohonan kasasi a quo beserta alasan-alasannya
telah diberitahukan kepada pihak lawan dengan saksama, diajukan dalam
tenggang waktu dan dengan cara yang ditentukan dalam undang-undang, oleh
karena itu permohonan kasasi tersebut secara formal dapat diterima;
Menimbang, bahwa alasan-alasan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi
/Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi/Pembanding dalam memori
kasasinya tersebut pada pokoknya sebagai berikut:
Bahwa Pemohon Kasasi Berkeberatan dan tidak dapat menerima
pertimbangan hukum Putusan Pengadilan Negeri Denpasar yang diambil alih
dan telah dijadikan Pertimbangan oleh Pengadilan Tinggi Denpasar;
Bahwa Judex Facti telah salah dalam menerapkan Hukum, yaitu salah
dalam menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku baik Formil maupun
Materiil dalam hal ini salah dalam penerapan Hukum Pembuktian yaitu tidak
mempertimbangkan Bukti-bukti yang diajukan (oleh Pemohon Kasasi/
Pembanding/Penggugat) baik berupa bukti-bukti surat maupun keterangan
saksi-saksi yang telah diajukan di Pengadilan Tingkat Pertama;
Bahwa Pengadilan Tinggi Denpasar dalam memeriksa dan mengadili
Perkara Nomor 6/PDT/2015/PT.DPS, tanggal 24 Maret 2015 a quo, hanya
didasarkan pada pertimbangan hukum hanya berdasarkan 1 halaman saja,
yang pada pokok amarnya menyatakan sebagai berikut:
1. Pertimbangan Judex Facti Halaman 6 alinea 1, yang amarnya sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa telah membaca serta memperhatikan dengan seksama
memori banding tertanggal 3 september 2014, yang diajukan
Pembanding/Penggugat dalam Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi,
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 16 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
ternyata pada hakekatnya hanya pengulangan apa yang diuraikan dalam
persidangan Pengadilan Tingkat Pertama dan tidak ada hal-hal baru yang
bersifat prinsip yang dapat mematahkan pembuktian yang diajukan oleh
Pihak Terbanding/Tergugat dalam Konvensi/Penggugat dalam Rekonvensi,
Kemudian apa yang dikemukakan Pembanding/Penggugat dalam
Konvensi/Tergugat dalam Rekonvensi dalam memori bandingnya telah
dipertimbangkan dalam putusan Pengadilan Tingkat Pertama, dan
selanjutnya Pengadilan Tingkat Banding dapat menyetujui dan membenarkan
Putusan Pengadilan Tingkat Pertama dalam pertimbangan hukumnya telah
memuat dan menguraikan dengan tepat dan benar semua keadaan serta
alasan-alasan yang menjadi dasar dalam putusan dan hal tersebut dianggap
telah tercantum pula dalam putusan di Pengadilan Tingkat Banding;”
2. Pertimbangan Judex Facti Halaman 7 alinea 1, yang pada pokoknya
sebagai berikut:
“Menimbang bahwa dengan uraian sebagaimana pertimbangan hukum
diatas, maka pertimbangan-pertimbangan hukum Pengadilan Tingkat
Pertama tersebut diambil alih dan dijadikan dasar di dalam pertimbangan
putusan Pengadilan Tingkat Banding sendiri, sehingga putusan Pengadilan
Negeri Denpasar Nomor 60/PDT.G/2014/PN.Dps tanggal 3 September
2014 dapat dipertahankan dalam peradilan Tingkat Banding dan karenanya
putusan tersebut haruslah dikuatkan;
Bahwa pertimbangan hukum Pengadilan Tinggi tersebut di atas, adalah
pertimbangan yang bersifat standar bagi Pengadilan Tinggi untuk mengambil
alih seluruh pertimbangan hukum Pengadilan Negeri, dalam hal ini
pertimbangan hukum Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 60/PDT.G/2014/
PN.DPS tanggal 3 September 2014 dimaksud;
Bahwa Selain hal tersebut, Pengadilan Tinggi Denpasar dalam
putusannya, sama sekali tidak memberikan pertimbangan hukumnya sendiri,
kecuali hanya mengambil alih pertimbangan hukum Pengadilan Negeri yang
kemudian dijadikan pendapat Pengadilan Tinggi dalam memutus perkara ini
pada tingkat Banding;
Bahwa menurut hukum, berdasarkan ketentuan Pasal 23 ayat (1)
Undang Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
Kekuasaan Kehakiman, menentukan bahwa:
“Segala putusan Pengadilan, selain harus memuat alasan-alasan dan
dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 17 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasar untuk mengadili”;
Berdasarkan ketentuan hukum tersebut, maka dalam memutuskan
suatu perkara, Pengadilan “wajib” mencantumkan dasar pertimbangan yang
cukup dan matang, sehingga dalam putusan dimaksud harus jelas motivasinya
dan cukup pertimbangannya;
Hal tersebut di atas, dimaksudkan agar dalam memutus suatu perkara,
Pengadilan benar-benar memberikan motivasi dan pertimbangan yang cukup,
yaitu berdasarkan wawasan, kematangan penguasaan hukum dan pola berpikir
secara sistematik serta profesional, sehingga dalam putusan Pengadilan
dimaksud mengandung pertimbangan yang merefleksikan dimensi keutuhan
pertanggungjawaban terhadap hukum, kebenaran dan keadilan, serta
pertanggung jawaban kepada Tuhan Yang Maha Esa;
Bahwa suatu putusan pengadilan yang dijatuhkan tanpa adanya
motivasi yang cukup dalam pertimbangannya, secara hukum dianggap tidak
melaksanakan jalannya peradilan menurut ketentuan undang-undang, karena
tidak memenuhi syarat-syarat dan tata cara mengadili sebagaimana ditentukan
dalam Pasal 23 ayat (1) Undang Undang Nomor 14 Tahun 1970, sehingga
putusan yang demikian tersebut dapat dibatalkan dalam tingkat kasasi;
Bahwa Pengadilan Tinggi Denpasar dalam hal ini tidak menerapkan
ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dimana Pengadilan Tinggi
Denpasar tidak mempertimbangkan bukti-bukti baik berupa bukti-bukti surat
maupun keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi di
Pengadilan Tingkat Pertama;
Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka Putusan Pengadilan
Tinggi Denpasar dimaksud, secara hukum dapat dikualifikasikan sebagai suatu
Putusan yang kurang cukup pertimbangannya (onvoldoende gemotiveerd)
sehingga menurut Hukum, putusan yang demikian tersebut harus dibatalkan
oleh Mahkamah Agung RI;
Hal tersebut di atas, adalah sejalan dengan Yurisprudensi Tetap
Mahkamah Agung R.I. dalam beberapa putusannya, yaitu:
a). Putusan Mahkamah Agung R.I. tanggal 13-7-1976 Nomor 588 K/Sip/1975
yang menegaskan:
“Keputusan Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri, kurang tepat dan
tidak terperinci harus dibatalkan”;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 18 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
b). Putusan Mahkamah Agung R.I. tanggal 22-7-1970 Nomor 638 K/Sip/1969
yang kaidah hukumnya menyatakan sebagai berikut:
“Putusan-putusan Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi yang kurang
cukup dipertimbangkan (Onvoldoende Gemotiveerd) harus dibatalkan.
i.c. Putusan Pengadilan Negeri yang dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi setelah
menguraikan tentang keterangan saksi-saksi, barang-barang bukti yang
diajukan, terus saja menyimpulkan “bahwa oleh karena itu gugat Penggugat
dapat dikabulkan sebagian,” dengan tidak ada penilaian sama sekali terhadap
penyangkalan (tegenbewijs) dari pihak Tergugat-Tergugat asli”;
Bahwa Judex Facti juga sama sekali tidak mempertimbangkan Memori
Banding yang diajukan oleh Pemohon Kasasi/ Pembanding, mengenai harta
yang diperoleh selama perkawinan (gono gini) yang meliputi barang tetap/
barang tidak bergerak;
Bahwa Pemohon Kasasi memperjuangkan harta dimaksud untuk
dinyatakan sebagai harta gono gini, agar Pemohon Kasasi memperoleh ½
bagian harta yang merupakan harta yang diperoleh selama perkawinan (yang
merupakan bagian Pemohon Kasasi) yang selanjutnya harta dimaksud akan
diberikan kepada kedua orang anak yang dilahirkan dari pernikahan antara
Pemohon Kasasi dan Termohon Kasasi untuk kebutuhan dan kepentingan
pendidikan bagi kedua anak yang bernama:
1) Chelsy Maya Kurniawan yang lahir pada 15 Agustus 2003 di Pasadena, Los
Angeles Amerika Serikat;
2) Cayden Rae Kurniawan yang lahir pada 15 November 2006 di Arcadia, Los
Angeles Amerika Serikat;
Berdasarkan seluruh uraian tersebut di atas, oleh karena Putusan
Pengadilan Tinggi yang dimohonkan kasasi ini adalah Putusan yang Kurang
tepat dan tidak terperinci serta kurang cukup pertimbangannya, maka Pemohon
Kasasi mohon agar Mahkamah Agung R.I. untuk membatalkan Putusan
Pengadilan Tinggi Denpasar dimaksud;
Judex Facti Telah Salah dalam Menerapkan Hukum dan Salah dalam
Melakukan Penilaian Yuridis Terhadap Pembuktian;
Bahwa Judex Facti (Pengadilan Negeri) dalam memeriksa dan
memutus perkara Nomor 60/PDT.G/2014/PN.DPS tanggal 3 September 2014
dimaksud, telah salah dalam menerapkan hukum dalam hal ini salah dalam
menerapkan hukum pembuktian, dan telah salah dalam melakukan penilaian
yuridis terhadap hasil pembuktian;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 19 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Bahwa Judex Facti sama sekali tidak mempertimbangkan bukti-bukti
yang membuktikan bahwa harta benda baik yang bergerak maupun tidak
bergerak sebagaimana dalan Putusan dimaksud adalah bukan merupakan harta
bawaan dari Termohon Kasasi melainkan Harta bersama dari Pemohon Kasasi
dan Termohon Kasasi yang diperoleh semasa pernikahan;
Bahwa sudah sepatutnya apabila Mahkamah Agung RI dalam perkara
ini, membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor: 06/PDT/2015/
PT.Dps tanggal 24 Maret 2015 Junto Putusan Pengadilan Negeri Denpasar
Nomor 60/Pdt. G/2014/PN.Dps tanggal 3 September 2014. yang dimohonkan
Kasasi tersebut, selanjutnya memeriksa dan mengadili sendiri, sesuai dengan
azas peradilan yang baik dan benar;
Hal tersebut di atas, adalah sejalan dengan Yurisprudensi Tetap
Mahkamah Agung R.I. dalam beberapa putusannya, yaitu sebagai berikut:
a). Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor 981 K/Sip/1972 tanggal 31 Oktober
1974, yang kaedah hukumya menyatakan sebagai berikut:
“Dalam hal Putusan Pengadilan Tinggi dibatalkan, Mahkamah Agung dapat
mengadili sendiri perkaranya baik mengenai pengetrapan hukum maupun
penilaian hasil pembuktiannya”;
b). Putusan Mahkamah Agung R.I. Nomor 178 K/Sip/1976 tanggal 2
November 1976, yang kaedah hukumnya menyatakan sebagai berikut:
“Penilaian alat bukti yang merupakan penilaian juridis bukan penilaian fakta
semata-mata tunduk pada kasasi”;
Bahwa Pemohon Kasasi (Pembanding/Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi) Keberatan terhadap Pertimbangan Judex Facti pada Pengadilan
Negeri:
“Yang menyatakan bahwa harta benda baik yang bergerak maupun yang tidak
bergerak sebagaimana tersebut dalam Putusan dimaksud adalah merupakan
Pertimbangan dan kesimpulan tersebut diatas, adalah tidak benar dan Tidak
ada Dasar Hukumnya;
Yaitu dengan alasan sebagai berikut:
1. Tidak terdapat satu pun keterangan saksi atau alat bukti surat yang secara
sah dan meyakinkan dapat membuktikan bahwa Termohon Kasasi
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 20 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
(Terbanding/Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi) dari Amerika
membawa uang sebanyak US $ 200.000;
2. Tidak terdapat Satu pun keterangan saksi atau alat bukti surat yang secara
sah dan meyakinkan dapat membuktikan bahwa Termohon Kasasi
(Terbanding/Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi) pada tahun 1978
memiliki saham PT. Kuta Seaview Cottage;
3. Tidak terdapat Satu pun keterangan saksi atau alat bukti surat yang secara
sah dan meyakinkan dapat membuktikan bahwa pada tahun 2004
Mahkamah Agung RI yang memeriksa dan mengadili Perkara ini untuk
memperhatikan dan memeriksa kembali keterangan saksi-saksi yang tidak
dipertimbangkan oleh Majelis Hakim pada Pengadilan Tingkat Pertama dan
Pada Pengadilan Tingkat Banding, yaitu sebagai berikut:
Keterangan Saksi Tan Sinn Aeng Ben:
Pada pokoknya menerangkan bahwa “....,setelah ia Termohon Kasasi
(Terbanding/Tergugat Konvensi/ Penggugat Rekonvensi) kembali dari
Amerika ia membawa uang 200 ribu dolar kemudian dibelikan tanah”;
(Vide halaman 29 baris terakhir dan halaman 30 baris pertama Putusan
Judex Facti Pengadilan Negeri);
Bahwa dalam keterangan saksi tersebut diatas, sama sekali tidak
menyebutkan darimana dan dengan cara bagaimana dia mengetahui
secara pasti bahwa “ketika Termohon Kasasi (Terbanding/Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi) kembali dari Amerika, ia membawa
uang sejumlah 200 ribu dolar kemudian dibelikan tanah”;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 21 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Dengan demikian maka keliru apabila keterangan saksi tersebut tanpa
didukung oleh bukti lainnya baik bukti keterangan saksi maupun bukti surat,
dipertimbangkan sebagai bukti bahwa “ketika Termohon Kasasi
(Terbanding/Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi) kembali dari
Amerika, ia membawa uang sejumlah 200 ribu dolar kemudian dibelikan
tanah”;
Keterangan Saksi I Nyoman Latri:
Pada pokoknya menerangkan bahwa “....bahwa Rina Nurjaya datang dari
Amerika membawa uang 2 Milyar, kemudian buka usaha di Bali,
usahanya bernama Buddha’s Belly, dan sekarang sudah bangkrut,
mengenai harta yang lain saksi tidak tahu. Bahwa saksi mengetahui hal
itu karena mendengar cerita dari Rina Nurjaya”;
Bahwa dalam keterangan saksi tersebut diatas, secara tegas saksi
menerangkan, bahwa mengenai hal itu ia ketahui / ia dengar cerita dari
Rina Nurjaya;
(Vide halaman 33 alinea 10 dan halaman 34 alinea 6 Putusan Judex
Facti Pengadilan Negeri);
Bahwa dengan demikian maka keterangan saksi I Nyoman Latri, karena
merupakan testimonium de auditu, oleh karenanya harus di
kesampingkan dan tidak boleh dijadikan sebagai bukti untuk
dipertimbangkan sebagai keterangan saksi;
Kesimpulan:
Dari fakta hukum tersebut diatas, maka:
Keterangan saksi Tan Sinn Aeng Ben:
Selain tidak menyebutkan darimana dan dengan cara bagaimana dia
mengetahui secara pasti bahwa ketika Termohon Kasasi
(Terbanding/Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi) kembali dari
Amerika, ia membawa uang sejumlah 200 ribu dolar kemudian dibelikan
tanah, juga keterangan itu berdiri sendiri serta tidak didukung oleh alat
bukti yang lain. Oleh karenanya maka demi hukum harus dianggap tidak
terbukti bahwa ketika Termohon Kasasi (Terbanding/Tergugat Konvensi/
Penggugat Rekonvensi) kembali dari Amerika, ia membawa uang
sejumlah 200 ribu dolar kemudian dibelikan tanah;
Keterangan saksi I Nyoman Latri:
Saksi menerangkan bahwa ketika Rina Nurjaya Termohon Kasasi
(Terbanding/Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi) datang dari
Amerika membawa Uang 2 Milyar (dan/atau bukan 200 ribu dolar);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 22 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Dan saksi juga tidak menyebutkan darimana dan dengan cara bagaimana
ia mengetahui bahwa Termohon Kasasi (Terbanding/Tergugat Konvensi/
Penggugat Rekonvensi) kembali dari Amerika benar membawa Uang
sejumlah tersebut;
Akan tetapi quod non keterangan saksi itu benar, maka Uang sejumlah 2
Milyar itu telah dipergunakan untuk membuka usaha di Bali, usahanya
bernama Buddha’s Belly yang saat ini sudah bangkrut. Dan/atau bukan
untuk membeli tanah. (vide Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri
halaman 33 alinea 10);
Berdasarkan fakta hukum tersebut diatas, maka:
tidak terbukti bahwa ketika Termohon Kasasi (Terbanding/Tergugat
Konvensi/ Penggugat Rekonvensi) kembali dari Amerika membawa
Uang sejumlah 200 ribu dolar;
tidak terbukti bahwa tanah di Batubelig di beli dengan uang yang
dibawa Termohon Kasasi (Terbanding/Tergugat Konvensi/ Penggugat
Rekonvensi) dari Amerika sebanyak dua miliar rupiah ($ 200.000 US)
sebagaimana di pertimbangkan oleh Judex Facti. (vide putusan Judex
Facti halaman 45 alinea pertama);
5. Tidak benar bahwa Rina Nurjaya/Tergugat Konvensi yang pada tahun 1978
masih berusia 4 tahun, telah memiliki 36 lembar saham PT. Kuta Seaview
Cottage:
dan tidak benar bahwa harta benda yang dimaksud dalam Putusan Judex
Facti dibeli dari Uang yang berasal dari hasil penjualan 36 lembar saham PT.
Kuta Seaview Cottage.
Oleh karenanya harta benda dimaksud bukan merupakan harta bawaan dan /
atau merupakan harta bersama;
Mengenai hal tersebut diatas, mohon perhatian halaman terakhir Akta Nomor 60
tanggal 26 Desember 1978 yang di buat dihadapan Notaris Sugiarti Hostiadi;
Tentang Pendirian PT. Kuta Seaview Cottage, pada kalimat penutup akta
tersebut, tersurat dan tersirat bahwa “ Seluruh Saham yang telah ditempatkan
sebagai modal yang ditanamkan, telah diambil bagian oleh Para Pendiri”;
Hal itu berarti bahwa mereka yang memiliki saham pada tahun 1978 (saat
Perseroan didirikan/saat akta tersebut diatas dibuat dan ditandatangani)
adalah orang-orang yang datang menghadap Notaris selaku pendiri dan/atau
adalah orang dewasa yang telah cakap hukum;
Sedangkan berdasarkan Pengakuan Rina Nurjaya (Termohon Kasasi/
Terbanding/Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi) dan dihubungkan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 23 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
dengan Akta otentik yang lain dalam hal ini putusan Judex Facti yang secara
tegas mengakui dan tertulis bahwa Rina Nurjaya (Termohon Kasasi/
Terbanding/Tergugat Konvensi/Penggugat Rekonvensi) lahir pada tahun
1974. Hal itu membuktikan bahwa pada tahun 1978 saat PT. Kuta Seaview
Konvensi/Penggugat Rekonvensi) masih berusia empat tahun (belum
dewasa/belum cakap hukum;
Saksi Tan Sinn Aeng Ben:
Pada pokoknya menerangkan:
“.... bahwa Tergugat memiliki saham di PT. Kuta Seaview Cottage sejumlah 36
lembar yang kemudian pada tahun 2005 dijual dan uang hasil penjualan
tersebut di pergunakan oleh Tergugat Konvensi untuk membeli tanah di
Ungasan serta mobil Alphard. Hal tersebut diketahui saksi karena diberitahu
oleh orang tua Tergugat “ (vide halaman 44 alinea terakhir Putusan Judex
Facti Pengadilan Negeri);
Catatan:
- Keterangan saksi mengenai hal tersebut diatas, oleh karena merupakan
testimonium de auditu maka harus dikesampingkan dan tidak dapat dijadikan
sebagai bukti untuk dipertimbangkan;
- Quod Non peristiwa penjualan saham tersebut diatas benar adanya pada
tahun 2005 akan tetapi tidak membuktikan bahwa uang hasil penjualan
saham itu dikatakan sebagian dipergunakan untuk membeli tanah di
Batubelig. Karena keterangan saksi tersebut bertentangan dengan
keterangan nya sendiri yang menyatakan bahwa uang untuk membeli tanah
di Ungasan pada tahun 2004 dan untuk membeli mobil toyota Alphard, yaitu
dengan menggunakan uang yang dibawa oleh Rina Nurjaya/Tergugat
Konvensi dari Amerika sebanyak 2 Milyar Rupiah ($ 200.000 US) (vide
halaman 45 alinea pertama Putusan Judex Facti Pengadilan Negeri);
Majelis Hakim Agung yang Mulia:
Bahwa berdasarkan alasan serta fakta hukum tersebut diatas, ditambah
dengan bukti-bukti otentik yang dijadikan pertimbangan oleh Judex Facti
sebagaimana akan kami uraikan dibawah nanti, maka pertimbangan Judex Facti
pada putusan Pengadilan Negeri pada halaman 46 Putusannya justru
bertentangan dengan Bukti Otentik yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan.
Bahwa Judex Facti dalam pertimbangannya tersebut, memberikan
pertimbangan sebagai berikut:
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 23
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 24 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
- “Menimbang, bahwa dari bukti-bukti yang diajukan Tergugat Konvensi baik
berupa surat-surat maupun saksi-saksi telah dapat membuktikan bahwa
tanah yang terletak di Batubelig, Kelurahan Kerobokan Kelod Seluas 751
M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi) dengan Sertifikat Hak Milik
Nomor 1493/Kel. Kerobokan Kelod atas nama Rina Nurjaya dibeli oleh
Tergugat Konvensi pada tahun 2004 dengan menggunakan uang yang
dibawa dari Amerika, dan tanah beserta bangunan yang terletak di Desa
Ungasan seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi) dengan
Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/ Desa Ungasan, Surat Ukur tanggal 18-
Desember 2001 Nomor 1377/2001 atas nama Rina Nurjaya adalah Milik
Tergugat Konvensi (Rina Nurjaya) dimana uang Pembeliannya berasal dari
Penjualan 36 Lembar Saham PT. Kuta Seaview Cottage”;
- “Menimbang bahwa berdasarkan uraian pertimbangan diatas maka tanah-
tanah baik yang terletak di Desa Batubelig maupun di Desa Ungasan
merupakan tanah milik Tergugat Konvensi karena menggunakan uang milik
Tergugat Konvensi yang berasal dari hasil penjualan saham PT. Kuta
Seaview Cottage dan uang yang dibawa dari Amerika”;
- “Menimbang bahwa dengan demikian harta berupa tanah beserta bangunan
di atasnya sebagaimana Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.Kerobokan
Kelod seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter persegi) atas nama
Rina Nurjaya dan tanah berserta bangunan di atas nya sebagaimana
Setifikat Hak Milik Nomor 5344/ Desa Ungasan seluas 5.500 M2 (lima ribu
lima ratus meter persegi) atas nama Rina Nurjaya adalah merupakan harta
bawaan Tergugat Rekovensi meskipun diperoleh pada waktu”;
- “Tergugat Konvesi dan Penggugat Konvensi masih terikat dengan
Perkawinan, jadi bukan merupakan harta bersama”;
Bahwa pertimbangan tersebut diatas bertentangan dengan Bukti Otentik
yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan yaitu:
Bertentangan dengan bukti berupa:
a). Sertipikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.Kerobokan Kelod seluas 751 M2 (tujuh
ratus lima puluh satu meter persegi) atas nama Rina Nurjaya;
Dalam Sertipikat tersebut secara tegas, terang dan nyata menyebutkan
bahwa Hak Milik atas nama Rina Nurjaya tersebut adalah berdasarkan Akta
Jual Beli Nomor 36/2010 tanggal 25 Februari 2010 yang dibuat oleh I Gusti
Putu Anom Kerti, SH, MKn selaku PPAT;
Dan/atau bukan dibeli pada tahun 2004;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 24
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 25 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
b). Salinan Akta Jual Beli Nomor 36/2010 tanggal 25 Februari 2010 dibuat oleh
I Gusti Putu Anom Kerti, S.H., M.Kn selaku PPAT;
Dalam Akta Jual Beli tersebut secara tegas, terang dan nyata menyebutkan
bahwa Jual Beli tersebut dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2010
dan/atau bukan dibeli pada tahun 2004;
Majelis Hakim Agung yang Mulia:
Berdasarkan Fakta hukum tersebut diatas, maka Pertimbangan Putusan
Pengadilan Negeri Denpasar pada halaman 46 alinea pertama yang tertulis dan
dikutip sebagai berikut:
“Menimbang, bahwa dari bukti-bukti yang diajukan Tergugat Konvensi baik
berupa surat-surat maupun saksi-saksi telah dapat membuktikan bahwa tanah
yang terletak di Batubelig, Kelurahan Kerobokan Kelod Seluas 751 M2 (tujuh
ratus lima puluh satu meter persegi) dengan Sertifikat Hak Milik Nomor
1493/Kel. Kerobokan Kelod atas nama Rina Nurjaya dibeli oleh Tergugat
Konvensi pada tahun 2004 dengan menggunakan uang yang dibawa dari
Amerika”;
Berdasarkan bukti-bukti dan saksi-saksi yang diajukan pada di
Persidangan Pengadilan Tingkat Pertama diperoleh fakta bahwa tanah yang
terletak di Batubelig, Kelurahan Kerobokan Kelod Seluas 751 M2 (tujuh ratus
lima puluh satu meter persegi) dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.
Kerobokan Kelod atas nama Rina Nurjaya dibeli bukan dengan menggunakan
uang yang dibawa dari Amerika pada tahun 2004 akan tetapi dibeli pada tanggal
25 Februari 2010. Sehingga dengan demikian maka Pertimbangan Judex Facti
dimaksud bertentangan dengan bukti otentik yang telah diajukan oleh
karenanya pertimbangan Judex Facti tersebut tidak dapat dipertahankan,
sehingga harus di batalkan atau setidaknya harus dikesampingkan;
Berdasarkan seluruh uraian tersebut diatas, maka putusan Judex Facti
yang dimohonkan kasasi ini kurang cukup pertimbangan hukumnya
(Onvoldoende Gemotiveerd) tersebut, oleh karenanya sudah sepatutnya harus
dibatalkan oleh Mahkamah Agung R.I;
Tentang Pembelian Tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) terletak di Batubelig, Kelurahan Krobokan Kelod;
Bahwa sesungguhnya sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima
puluh satu meter persegi) berikut bangunan diatasnya terletak di Batubelig,
Kelurahan Krobokan Kelod dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.
Kerobokan Kelod tercatat a/n Rina Nurjaya, bukan di beli pada Tahun 2004 dan
bukan dibeli dari uang baik yang berasal dari Amerika dan bukan berasal dari
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 25
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 26 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
penjualan saham, serta bukan merupakan Harta Bawaan Termohon
Rekonvensi dengan Cencen Kurniawan Pemohon Kasasi/Pembanding/
Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi;
Bukti untuk membuktikan hal tersebut diatas, mohon diperiksa dengan teliti:
a). Sertipikat Hak Milik Nomor 1493/Kel.Kerobokan Kelod Seluas 751 M2 (tujuh
ratus lima puluh satu meter persegi) atas nama Rina Nurjaya;
Dalam Sertifikat tersebut secara tegas, terang dan nyata menyebutkan
bahwa Hak Milik atas nama Rina Nurjaya tersebut adalah berdasarkan Akta
Jual Beli Nomor 36/2010 tanggal 25 Februari 2010 yang dibuat oleh I Gusti
Putu Anom Kerti, S.H., M.Kn selaku PPAT;
b). Salinan Akta Jual Beli Nomor 36/2010 tanggal 25 Februari 2010 dibuat oleh
I Gusti Putu Anom Kerti, S.H., M.Kn selaku PPAT;
Dalam Akta Jual Beli tersebut secara tegas, terang dan nyata menyebutkan
bahwa Jual Beli tersebut dilaksanakan pada tanggal 25 Februari 2010,
seharga Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta rupiah);
c). Sertipikat Hak Tanggungan Nomor 1517/2010 Propinsi Bali, Kabupaten/
Kota Badung;
Dalam Sertipikat Hak Tanggungan tersebut diatas, terang, nyata dan jelas
tertulis bahwa pemberian Hak Tanggungan itu dilakukan pada Hari dan
Tanggal yang sama dengan saat dilakukan transaksi Jual beli dimaksud
(Salinan Akta Jual Beli tersebut pada huruf b diatas) yaitu pada tanggal 25
Februari 2010, dan Sertipikat Hak Tanggungan itu dibuat oleh atau dihadapan
Notaris/PPAT yang sama dengan Notaris/PPAT yang membuat Akta Jual Beli
tersebut pada huruf b diatas yaitu I Gusti Putu Anom Kerti, S.H., M.Kn;
Bahwa yang menjadi objek tanggungan adalah Sertipikat Hak Milik Nomor
1493 Kel. Krobokan Kelod (Sertifikat tersebut pada huruf a di atas);
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 26
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 27 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Bahwa Hak Tanggungan itu untuk menjamin pelunasan hutang debitur
sejumlah harga pembelian tanah sebagaimana tercantum dalam Akta Jual
Beli Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) ditambah biaya-
biaya, sehingga menjadi Rp2.550.000.000,00;
Bahwa dalam Sertipikat tersebut pada huruf a diatas, juga tertera tulisan
bahwa Sertipikat dimaksud dibebankan pada Hak Tanggungan / sebagai
jaminan kredit pada Bank BNI;
d). Bukti Pembanding:
Berupa Copy Surat PT. Bank Negara Indonesia Persero Tbk, Sentra Kredit
Konsumen (SKK) Denpasar, Kepada Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Badung (Vide BUKTI Pembanding / BP. 1);
Bahwa Kredit yang diperoleh Pemohon Kasasi/Pembanding/Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekovensi dari BNI untuk membayar harga pembelian
tanah tersebut, telah dibayar lunas dalam waktu satu tahun oleh Pemohon
Oleh karenanya atas permintaan Pemohon Kasasi/Pembanding/Penggugat
Konvensi / Tergugat Rekonvensi maka Bank BNI telah bertulis Surat kepada
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Badung yang pada pokoknya
meminta agar Sertipikat tersebut pada huruf a dan Akta Jual Beli tersebut
pada huruf b diatas, supaya di roya karena tidak dipergunakan lagi sebagai
jaminan kredit, bahwa kredit sudah lunas;
Kesimpulan:
Berdasarkan alasan hukum serta bukti-bukti otentik tersebut diatas,
maka terbukti bahwa sebidang tanah di Batubelig Kel. Kerobokan Kelod
Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Propinsi Bali seluas 751 M2 (tujuh ratus
lima puluh satu meter persegi) atas nama Rina Nurjaya dengan Sertipikat Hak
Milik Nomor 1493/Kel.Kerobokan Kelod, dibeli oleh Pemohon Kasasi/
Pembanding/Penggugat Konvensi/Tergugat Rekovensi pada tanggal 25
Februari 2010 dengan fasilitas Kredit yang diberikan oleh Bank BNI, dan
Pembayaran atas Kredit tersebut telah dibayar lunas oleh Pemohon
Kasasi/Pembanding/Penggugat Konvensi/Tergugat Rekovensi, oleh karena nya
merupakan harta bersama antara Pemohon Kasasi/Pembanding/ Penggugat
Konvensi/Tergugat Rekovensi dengan Termohon Kasasi/ Terbanding/Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekovensi;
Tentang Pembelian Tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
terletak di Desa Ungasan Kecamatan Kuta Kabupaten Badung;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 27
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 28 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Bahwa sesungguhnya sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima
ratus meter persegi) terletak di Desa Ungasan Kecamatan Kuta dengan
Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Kecamatan Kuta a/n Rina
Nurjaya, di beli dengan harga Rp165.000.000 (seratus enam puluh limja juta
rupiah) pada tanggal 15 Mei 2006 dengan Akta Jual Beli Nomor 49/2006 yang
dibuat oleh I Putu Ngurah Aryana, SH (PPAT). Dan uang untuk membeli tanah
tersebut berasal dari Pemohon Kasasi/Pembanding/Penggugat Konvensi/
Tergugat Rekovensi;
Bahwa pada tanggal 19 Mei tahun 2005, Pemohon
Kasasi/Pembanding /Pengggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi telah
memberikan uang kepada Termohon Kasasi/Terbanding/Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi sejumlah Rp3.000.000.000 (tiga miliar
rupiah) dengan cara mentransfer dari rekening nya pada Bank BII (Rekening
Nomor 2-177-012525) ke Rekening Termohon Kasasi/Terbanding/Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi pada Bank Mandiri Cabang Kuta Setiabudi
yaitu Rekening Nomor 145.000.4750.432 a.n Rina Nurjaya. yaitu berdasarkan
Bukti Pembanding Dengan Kode Bukti BP.2;
Bahwa sebagian dari uang sejumlah Rp3.000.000.000,00 (tiga milyar
rupiah) tersebut diatas yaitu sejumlah Rp165.000.000,00 (seratus enam puluh
lima juta rupiah) telah dibelikan tanah tersebut oleh Termohon
Berdasarkan alasan hukum serta bukti-bukti otentik tersebut diatas,
maka terbukti bahwa sebidang di Desa Ungasan Kecamatan Kuta seluas 5.500
M2 (lima ribu lima ratus meter persegi) dengan Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/
Desa Ungasan, Kecamatan Kuta a/n Rina Nurjaya, dibeli pada tanggal 15 Mei
2006, dengan uang yang berasal dari Pemohon Kasasi, dan diatas namakan
menjadi a/n Rina Nurjaya. Oleh karena nya merupakan harta bersama antara
Pemohon Kasasi dengan Termohon Kasasi;
Tentang kepemilikan dan Penjualan Saham milik Rina Nurjaya (Termohon
Kasasi):
Bahwa Quod Non Rina Nurjaya (Termohon Kasasi/Terbanding/Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi) pernah memiliki 36 lembar Saham PT.Kuta
Seaview Cottage dan telah memperoleh uang dari hasil penjualan Saham tersebut;
Akan tetapi hal tersebut diatas tidak dapat diartikan apalagi dipastikan
bahwa uang hasil penjualan Saham itu telah dibelikan harta benda dimaksud
dalam Putusan Judex Facti. Karena tidak terdapat bukti yang Sah dan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 28
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 29 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Menyakinkan bahwa pembelian harta benda tersebut berasal dari uang hasil
penjualan Saham dimaksud, dan bukan berasal dari uang baik yang diperoleh
dari Kredit Bank BNI dan uang yang ditransfer Pemohon Kasasi/Pembanding/
Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi ke rekening Termohon Kasasi/
pernah memiliki uang sejumlah Rp9.750.000.000,00 (sembilan miliar tujuh ratus
lima puluh juta rupiah);
Bahwa quod non uang sejumlah tersebut diatas telah dibelikan nya
sesuatu barang (selama berlangsungnya perkawinan), akan tetapi barang/harta
benda tersebut tidak dapat diartikan sebagai harta bawaan;
Karena:
Menurut keterangan Saksi I Nyoman Latri:
“Bahwa pada waktu saham dibagi Penggugat dan Tergugat masih dalam
Perkawinan”
(vide angka ke 4 halaman 34 Putusan Pengadilan Negeri Denpasar);
Kesimpulan:
Berdasarkan alasan Hukum sebagaimana telah diuraikan diatas,
Penggugat/Pembanding/Pemohon Kasasi berpendapat bahwa Judex Facti telah
salah dalam menerapkan Hukum, oleh karena pengertian warisan menurut
hukum adalah “bagian Ahli Waris atas harta peninggalan Pewaris, dan warisan
itu ada / terbuka setelah pewaris meninggal dunia”;
Bahwa oleh karena orang yang membagikan saham itu (orang tua Rina
Nurjaya) ketika membagikan Saham itu masih hidup, maka Saham yang
diperoleh Rina Nurjaya itu bukan warisan;
Bahwa pengertian hadiah menurut hukum perkawinan adalah “hadiah yang
diperoleh sebagai hadiah perkawinan/hadiah yang diterima dalam hubungan
nya dengan perkawinan yang berlangsung atau baru saja berlangsung”;
Oleh karenanya hadiah-hadiah lain setelah/selama perkawinan
berlangsung (seperti hadiah ulang tahun, hadiah atas suatu prestasi, atau
hadiah-hadiah lain nya) baik yang diberikan oleh orang tua atau oleh orang lain,
tidak dapat dikatakan sebagai hadiah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Perkawinan;
Bahwa oleh karena 36 lembar Saham dimaksud bukan merupakan
warisan dan bukan pula merupakan hadiah sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang Perkawinan, maka hasil penjualan atas Saham itu demikian
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 29
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 30 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
pula harta benda yang dibeli dari uang yang berasal dari penjualan Saham itu
(Quod Non ada) tidak dapat diartikan sebagai harta bawaan. (vide Memori
Banding Pembanding, Halaman 14 s/d Halaman 15);
Menimbang, bahwa terhadap alasan-alasan tersebut Mahkamah Agung
berpendapat:
Menimbang, bahwa alasan-alasan kasasi dari Pemohon Kasasi dapat
dibenarkan, oleh karena Judex Facti (putusan Pengadilan Tinggi Denpasar yang
menguatkan putusan Pengadilan Negeri Denpasar) salah menerapkan hukum
karena kurang dalam memberikan pertimbangan hukum dengan alasan sebagai
berikut:
Bahwa dalam pertimbangan hukumnya Judex Facti berpendapat bahwa
2 (dua) bidang tanah Sertipikat Hak Milik Nomor 1493/Kel. Kerobokan Kelod,
surat ukur tanggal 30 Desember 2004 Nomor 1154/Kerobokan Kelod/2004
dengan luas 751 m² dan dan Sertipikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan,
Surat ukur tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001 dengan luas 5.500 m², atas
nama Rina Nurjaya dibeli oleh Tergugat dengan uang milik pribadi Tergugat
yaitu uang hasil kerja di Amerika Serikat dan uang hasil penjualan 36 (tiga puluh
enam) lembar saham milik orang tua Tergugat pada PT. Kuta Seaview Cottage,
tetapi tidak didukung oleh bukti sah dan kuat untuk mendukung pendapat
tersebut karena dalam persidangan terungkap bahwa jual beli atas tanah yang
diatasnya terbit SHM Nomor 5344 terjadi jauh hari sebelum penjualan saham
milik orang tua Tergugat pada PT. Kuta Seaview Cottage yaitu pada tanggal 17
Februari 2005, sedangkan mengenai uang Tergugat hasil kerja dari Amerika
Serikat ternyata tidak ada bukti sah dan kuat mendukung dalilnya tersebut;
Bahwa terbukti barang tidak bergerak dan bergerak sebagaimana
termuat dalam petitum Penggugat Konvensi ke-2 adalah diperoleh oleh
Penggugat dan Tergugat dalam masa perkawinan sehingga sesuai dengan
ketentuan Pasal 35 ayat (1) Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
Perkawinan, barang-barang tersebut adalah gono gini Penggugat dan Tergugat;
Bahwa gugatan Penggugat dalam Rekonvensi berisi tuntutan barang-
barang lain yang tidak terkait dengan gugatan konvensi sehingga seharusnya
diajukan dalam gugatan tersendiri;
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut di atas,
Mahkamah Agung berpendapat bahwa terdapat cukup alasan untuk
mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi Cencen Kurniawan,
tersebut dan membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor
06/PDT/2015/PT.DPS tanggal 24 Maret 2015 yang menguatkan Putusan
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 30
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 31 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 60/Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal 3
September 2014 serta Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara ini dengan
amar putusan sebagaimana yang akan disebutkan dibawah ini;
Menimbang, bahwa oleh karena Termohon Kasasi/Tergugat
Konvensi/Penggugat Rekonvensi/Terbanding berada di pihak yang kalah, maka
dihukum untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan;
Memperhatikan Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang
Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah dan ditambah dengan Undang
Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan perubahan kedua dengan Undang Undang
Nomor 3 Tahun 2009 serta peraturan perundangan lain yang bersangkutan;
M E N G A D I L I:
- Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi CENCEN
KURNIAWAN tersebut;
- Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Denpasar Nomor
06/PDT/2015/PT.DPS tanggal 24 Maret 2015 yang menguatkan Putusan
Pengadilan Negeri Denpasar Nomor 60/Pdt.G/2014/PN.Dps tanggal 3
2. Menyatakan hukum harta kekayaan yang diperoleh selama perkawinan
antara Penggugat dan Tergugat yaitu sebagai berikut:
a) Sebidang tanah seluas 751 M2 (tujuh ratus lima puluh satu meter
persegi) beserta bangunan yang berdiri di atasnya terletak di
Kelurahan Kerobokan Kelod, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten
Badung, sebagaimana dimaksud dalam Sertipikat Hak Milik Nomor
1493/Kel. Kerobokan Kelod, Surat Ukur tanggal 30-12-2004 Nomor
1154/Kerobokan Kelod/2004 atas nama Rina Nurjaya;
b) Sebidang tanah seluas 5.500 M2 (lima ribu lima ratus meter persegi)
beserta bangunan yang berdiri di atasnya terletak di Desa Ungasan,
Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, sebagaimana dimaksud
dalam Sertifikat Hak Milik Nomor 5344/Desa Ungasan, Surat Ukur
tanggal 18-12-2001 Nomor 1377/2001, atas nama Rina Nurjaya;
c) Sebuah mobil nissan X-TRL 2,5 CVT XT/AT, warna hitam, tahun 2010
Nomor Polisi DK 1793 IW Nomor rangka MHBF2EF1AA0004631,
Nomor Mesin QR25893318A, BPKB Nomor R/77445/III/10;
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 31
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 32 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
d) Sebuah mobil Toyota Alphard warna putih, tahun 2008, Nomor
Polisi DK 15 C, BPKB atas nama Rina Nurjaya;
e) Mesin pembuat kopi (Coffe Machine);
Adalah Harta Bersama (gono gini) Penggugat dan Tergugat;
3. Menetapkan pembagian Harta Bersama (gono gini) sebagaimana
disebutkan dalam amar pada angka 2 sebagai berikut:
a. ½ (satu per dua) bagian pertama Harta Bersama menjadi bagian
Penggugat;
b. ½ (satu per dua) bagian kedua Harta Bersama menjadi bagian
Tergugat;
4. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan kepada Penggugat terhadap
apa yang menjadi hak dari Penggugat atas harta bersama itu
sebagaimana dimaksud dalam amar angka 3 di atas;
5. Menolak gugatan Pengugat Konvensi untuk selain dan selebihnya;
Rekonvensi/Terbanding, untuk membayar biaya perkara dalam semua
tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi ini ditetapkan sejumlah
Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
Demikianlah diputuskan dalam rapat musyawarah Majelis Hakim pada
hari Rabu tanggal 11 Mei 2016 oleh Dr. H. Abdurrahman, S.H.,M.H., Hakim
Agung yang ditetapkan oleh Ketua Mahkamah Agung sebagai Ketua Majelis,
Sudrajad Dimyati, S.H.,M.H., dan Syamsul Ma’arif, S.H.,LL.M.,PhD., Hakim-
hakim Agung sebagai anggota dan diucapkan dalam sidang terbuka untuk
umum pada hari itu juga oleh Ketua Majelis dengan dihadiri Para Hakim
Anggota tersebut dan Arief Sapto Nugroho, S.H.,M.H., Panitera Pengganti dan
tidak dihadiri oleh para pihak.
Hakim-Hakim Anggota: Ketua Majelis,
Ttd./ Ttd./
Sudrajad Dimyati, S.H., M.H. Dr. H. Abdurrahman, S.H., M.H.
Ttd./
Syamsul Ma’arif, S.H., LL.M., Ph.D.
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 32
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Mahka
mah
Agung R
epublik
Indones
ia
Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id
Halaman 33 dari 33 hal. Put. Nomor 2484 K/Pdt/2015
Panitera Pengganti,
Ttd./
Arief Sapto Nugroho, S.H., M.H
Biaya-biaya: 1. M e t e r a i…………….. Rp 6.000,00 2. R e d a k s i…………….. Rp 5.000,00 3. Administrasi kasasi……….. Rp489.000,00 Jumlah ………………… Rp500.000,00
Untuk Salinan
MAHKAMAH AGUNG R.I a.n Panitera
Panitera Muda Perdata
Dr. PRI PAMBUDI TEGUH, SH., MH NIP. 19610313 198803 1 003
DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 33