Sistim Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara Artikel ini ditulis tanggal 28 Januari 2007 manakala banyak pesawat mengalami kecelakaan fatal di Indonesia Sistim Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara Sehubungan dengan berbagai musibah transportasi, khususnya kecelakaan pesawat udara komersial pada awal tahun 2007 telah menjadi pembicaraan hangat di segala lapisan masyarakat di Indonesia, bahkan menjadi salah satu pusat perhatian dan keprihatinan Presiden Republik Indonesia. Berbagai berita yang berkembang dalam media cetak dan elektronik menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan sebagai akibat kesimpang- siuran arus informasi yang bersifat spekulatif, hal mana dapat meresahkan masyarakat serta menghambat upaya perbaikan dalam mencari solusi sistim transportasi publik, khususnya angkutan udara. Pada dasarnya, sesuai statistic industri transportasi mencatat bahwa transportasi udara adalah moda transportasi yang paling aman sampai saat ini. Hal mana diatur secara ketat secara internasional sebagaimana disebut dalam International Civil Aviation Organization (ICAO) Annex 1 s/d Annex 18 yang secara universal pula diatur oleh setiap negara, yang dalam hal di Indonesia diatur melalui Civil Aviation Safety Regulations (CASR) Part 1 s/d 830 belum termasuk berbagai Circular (Edaran). Keselamatan dan keamanan menjadi persyaratan utama dalam industri transportasi udara yang harus ditaati dan dilaksanakan sebaik- baiknya oleh setiap maskapai. Namun, persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan dalam sebuah maskapai juga berkaitan sangat erat dengan sistim keselamatan dan keamanan di pihak otorita penerbangan sipil, bandar udara, pengatur lalu-lintas udara, ground handling, bengkel perawatan pesawat, badan meteorologi, dan menyangkut pemahaman masyarakat yang dalam hal ini diwakili para pengguna jasa transportasi udara. Sehingga sistim keselamatan dan keamanan industri penerbangan menjadi sangat unik, karena sangat tergantung dengan budaya keselamatan dan
80
Embed
Sistim Keselamatan Dan Keamanan Transportasi Udara
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Sistim Keselamatan dan Keamanan Transportasi Udara
Artikel ini ditulis tanggal 28 Januari 2007 manakala banyak pesawat mengalami kecelakaan fatal di Indonesia
Sistim Keselamatan dan Keamanan Transportasi UdaraSehubungan dengan berbagai musibah transportasi, khususnya kecelakaan pesawat udara komersial pada awal tahun 2007 telah menjadi pembicaraan hangat di segala lapisan masyarakat di Indonesia, bahkan menjadi salah satu pusat perhatian dan keprihatinan Presiden Republik Indonesia.
Berbagai berita yang berkembang dalam media cetak dan elektronik menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan sebagai akibat kesimpang-siuran arus informasi yang bersifat spekulatif, hal mana dapat meresahkan masyarakat serta menghambat upaya perbaikan dalam mencari solusi sistim transportasi publik, khususnya angkutan udara.
Pada dasarnya, sesuai statistic industri transportasi mencatat bahwa transportasi udara adalah moda transportasi yang paling aman sampai saat ini. Hal mana diatur secara ketat secara internasional sebagaimana disebut dalam International Civil Aviation Organization (ICAO) Annex 1 s/d Annex 18 yang secara universal pula diatur oleh setiap negara, yang dalam hal di Indonesia diatur melalui Civil Aviation Safety Regulations (CASR) Part 1 s/d 830 belum termasuk berbagai Circular (Edaran).
Keselamatan dan keamanan menjadi persyaratan utama dalam industri transportasi udara yang harus ditaati dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh setiap maskapai. Namun, persyaratan keselamatan dan keamanan penerbangan dalam sebuah maskapai juga berkaitan sangat erat dengan sistim keselamatan dan keamanan di pihak otorita penerbangan sipil, bandar udara, pengatur lalu-lintas udara, ground handling, bengkel perawatan pesawat, badan meteorologi, dan menyangkut pemahaman masyarakat yang dalam hal ini diwakili para pengguna jasa transportasi udara. Sehingga sistim keselamatan dan keamanan industri penerbangan menjadi sangat unik, karena sangat tergantung dengan budaya keselamatan dan keamanan sebuah bangsa secara keseluruhan.
Salah satu elemen keselamatan yang tidak diatur secara langsung adalah persyaratan keselamatan dan keamanan bagi para pengguna jasa penerbangan. Ketentuan ini mengenai ini, biasanya diberlakukan oleh otorita penerbangan sipil melalui masing-masing maskapai atau bandar udara. Contoh mengenai ketentuan ini misalnya; penggunaan hand phone di dalam pesawat terbang, pembatasan berat dan ukuran bagasi kabin, ketentuan barang berbahaya, dst.
Dengan demikian, sesungguhnya sistim keselamatan dan keamanan penerbangan telah disusun secara rinci dan sedemikian menyeluruh. Ketaatan dalam melaksanakan sistim keselamatan dan keamanan penerbangan secara sungguh-sungguh, bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah atau operator penerbangan semata, namun menuntut tanggung jawab bersama seluruh unsur terkait, termasuk pengguna jasa penerbangan itu sendiri.
Sebuah pesawat terbang diproduksi dengan sangat aman yang dilengkapi berbagai mekanisme sistim peralatan dan cadangan yang berlapis-lapis serta dioperasikan melalui prosedur kerja yang
sangat rinci demi menghindari terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu, sebuah kecelakaan pesawat terbang sipil selalu melibatkan berbagai macam penyebab yang kait mengkait atau tidak ada factor tunggal sebagai penyebab kecelakaan.
Memahami rekonstruksi kecelakaan pesawat terbang dapat dibagi dari berbagai factor penyebab:
1. Last Defense Failure: merupakan metode kerja atau sistim peralatan yang telah disusun demikian rupa guna mencegah terjadinya kecelakaan pesawat.
2. Front Line Failures: Melalui pelatihan yang berkesinambungan maka diharapkan mereka mampu mengendalikan peralatan kerja (pesawat) dalam situasi rutin atau kondisi darurat secara handal. Kelalaian menjalankan tugas secara baik dan benar dapat dimasukkan pada kategori ini. Hal yang sama berlaku untuk para petugas lapangan yang lain, misalnya: awak kabin, petugas lalu-lintas udara, petugas check-in counter, petugas muatan, petugas pemberangkatan pesawat, dsb.
3. Predetermine Contributing Factors: Situasi atau kondisi yang kurang menguntungkan dalam rangka pengoperasian pesawat terbang secara aman. Misalnya; prosedur yang kurang lengkap, cuaca buruk, informasi cuaca yang kurang akurat, fasilitas bandara, kerusakan salah satu sistim atau peralatan pesawat terbang, mengantuk, tekanan mental, masalah rumah tangga, kurang pengalaman, dsb.
4. Supervisory Failures: kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh manajemen atau para atasan langsung. Hal mana berlaku pula untuk para atasan pada setiap elemen sistim keselamatan dan keamanan penerbangan. Misalnya; lemahnya fungsi control, memberikan perintah yang melanggar ketentuan penerbangan, pelatihan yang kurang memenuhi persyaratan, kurang kompeten pada bidang kerjanya, dsb.
5. Top Management Failures: kelalaian atau kesalahan yang dilakukan oleh top management atau para atasan tertinggi dalam tiap elemen sistim keselamatan dan keamanan penerbangan dalam menentukan kebijakan tertinggi. Jika menyangkut otorita penerbangan sipil maka dapat dikelompokkan dari para Kepala Bidang, Direktorat, Direktur Jenderal, Menteri bahkan Presiden. Jika elemen maskapai maka termasuk CEO, Direktur, Kepala Dinas, dst. Pengelompokan Top Management sangat tergantung dari karakteristik organisasi masing-masing. Kelalaian yang umumnya terjadi adalah ketidak sesuaian pada; Alokasi anggaran kerja, kebijakan awal, pemotongan biaya perawatan, pemotongan biaya pelatihan, atau bahkan rendahnya komitmen terhadap aspek keselamatan dan keamanan secara umum sebagai kurangnya pengetahuan atau wujud kekurang pedulian, dsb.
Melalui penjelasan di atas, maka kecelakaan sebuah pesawat selalu melibatkan berbagai tindak kelalaian atau kerusakan yang ditambah dengan factor penunjang tertentu dan bersamaan itu pertahaan terakhir gagal dilaksanakan atau dioperasikan.
Sebagaimana diatur dalam ICAO Annex 13 tentang Aircraft Accident Investigation, maka tujuan utama dari proses investigasi kecelakaan pesawat semata-mata hanya dutujukan untuk memahami penyebab kecelakaan sehingga dapat dipergunakan untuk menyusun langkah-langkah
perbaikan dalam rangka menghindari kejadian serupa terulang atau mengurangi dampak secara maksimal bila kejadian serupa terulang. Hasil investigasi kecelakaan pesawat terbang tidak boleh dipergunakan sebagai dasar hukuman atau tuntutan hukum.
Sehingga mencari penyebab kecelakaan pesawat terbang tidak dapat disederhanakan dengan hanya mencari “human error” sebagaimana sering disebut-sebut. Dalam industri penerbangan, human error diartikan sebagai kelalaian manusia (bukan kesalahan) mengingat tidak ada kecelakaan pesawat terbang yang terjadi sebagai akibat unsur kesengajaan. Tingkat kelalaian yang paling sederhana adalah lupa (lapse), lalu salah tindak (slip), selanjutnya kesalahan atau kekeliruan baik pemahaman atau tindakan (mistake) dan pelanggaran (violation). Tiga kelalaian pertama biasanya tidak dilandasi oleh factor kesengajaan, sedangkan pelanggaran lebih cenderung dilandasi oleh factor kesengajaan. Oleh karena itu, membicarakan human error dalam kaitan kecelakaan pesawat seyogyanya ditinjau secara menyeluruh dari human error setiap elemen atau factor pemicu kecelakaan pada setiap tingkatan, dan bukan semata-mata mengkonotasikan dengan “pilot error” atau “mechanic error” dst.
Selanjutnya, semua ketentuan penerbangan disusun berdasarkan pemikiran positip dimana ketentuan-ketentuan tersebut disusun tanpa mempertimbangkan akan adanya niat untuk dilanggar. Hal mana sangat berbeda dengan ketentuan hukum yang biasa dikenal (hukum pidana atau perdata) yang cenderung disusun untuk tujuan menghukum dengan tujuan untuk mendapatkan efek jera. Apalagi jika menilik lebih dalam pengertian “error” dalam dunia penerbangan, sangat berbeda dengan “error” dalam bidang hukum. Kelalaian dalam bidang hukum dipandang sebagai tindak pelanggaran mengingat pelanggaran hukum senantiasa diawali dengan sebuah “motif” atau “niat”, sedangkan lalai dalam pengertian penerbangan, cenderung dipandang sebagai diluar kesengajaan.
Sebagai akibat perbedaan pengertian ini, maka justru tidak akan meyelesaikan persoalan jika “pelaku” atau “saksi” kecelakaan pesawat dihukum, apalagi dipandang sebagai tindak kriminal. Sebagaimana diatur dalam ICAO Annex 13 tersebut, hanya ada beberapa Negara di dunia yang menerapkan hukuman kriminal terhadap pelaku tindak kecelakaan pesawat terbang, misalnya negara Jepang (itupun sepengetahuan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa cq ICAO) sehingga untuk itu, kepolisian Negara tersebut dibekali pemahaman yang memadai tentang seluk beluk industri penerbangan. Kesimpulannya, melakukan penuntutan hukum kepada para pelaku kecelakaan pesawat terbang hanya akan menyelesaikan persoalan yang tampak di permukaan saja, padahal justru yang diharapkan adalah terjadinya perubahan secara sistimatis dan menyeluruh terhadap sistim keselamatan dan keamanan penerbangan dengan harapan kejadian serupa tidak terulang dikemudian hari.
Terlepas berbagai kesangsian yang berkembang, maka sesuai ICAO Annex 13 tersebut, satu-satunya badan yang berwenang menyelidiki kecelakaan transportasi umum, termasuk pesawat terbang komersial di Indonesia adalah Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), sehingga memang terasa “ganjil” jika kita mendengar ada pelaku kecelakaan pesawat terbang di “periksa” dan di “penjara” oleh pihak berwajib, barangkali hanya terjadi di Indonesia tanpa sepengetahuan PBB.
Sedangkan satu-satunya badan yang berwenang untuk melakukan pencarian dan penyelamatan
korban kecelakaan transportasi umum di Indonesia adalah Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) dengan dibantu berbagai unsur instansi atau kemasyarakatan yang ada.
Di Indonesia, tercatat lebih dari 34 juta penumpang pesawat udara komersial menikmati moda transportasi ini ke berbagai kota tujuan dan industri penerbangan telah membukukan lebih dari 360.000 tinggal landas yang dilalui dengan selamat oleh berbagai maskapai penerbangan nasional pada tahun 2006. Hal mana sangat menunjang perekonomian nasional secara luas.
Terlepas dari berbagai kekurangan atau ketidak sempurnaan yang ada, maka dipandang perlu agar para pihak menghentikan silang pendapat seputar kecelakaan transportasi umum yang memperkeruh suasana dengan pemberian informasi yang kurang akurat atau berspekulasi tentang penyebab kecelakaan. Hal mana justru sangat merugikan masyarakat umum dan mempersulit proses perbaikan ke depan, serta dapat menghilangkan kepercayaan masyarakat terhadap transportasi udara yang pada gilirannya dapat mempengaruhi ekonomi dan ketahanan nasional pada umumnya.
Contoh ke 222
Posted on Oktober 27, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
1. A. Latar Belakang
Transportasi adalah suatu alat pemindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Di negara maju, mereka biasanya menggunakan kereta bawah tanah (subway) dan taksi. Penduduk disana jarang yang mempunyai kendaraan pribadi karena mereka sebagian besar menggunakan angkutan umum sebagai transportasi mereka. Transportasi sendiri dibagi 3 yaitu, transportasi darat, laut, dan udara. Salah satunya yang akan dibahas disini adalah transportasi udara, transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk memakainya. Selain karena memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.Transportasi udara memiliki peran penting dalam kehidupan di Indonesia. Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri lebih dari 17.508 pulau, dan menggunakan transportasi udara ini merupakan cara tercepat untuk berpergian.
Sebagaimana transportasi pada umumnya, transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai unsur penunjang (servicing sector) dan unsur pendorong (promoting sector). Peran transportasi udara sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang efektif dan efisien untuk memenuhi kebutuhan sektor lain, sekaligus juga berperan dalam menggerakan dinamika pembangunan.
Pendapat selama ini yang mengatakan bahwa biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan transportasi udara sangat besar, saat ini sudah terjawab dengan munculnya maskapai – maskapai baru yang menawarkan layanan transportasi udara yang prima dengan harga yang sangat kompetitif. Malahan apabila dilihat dari teori ekonomi fakta yang muncul bisa sebaliknya. Hal ini dikarenakan transportasi udara khususnya pesawat terbang mampu memberikan nilai tambah berupa kecepatan, sehingga memungkinkan peredaran uang yang lebih cepat dan tentunya hal ini berarti penekanan biaya produksi.
Sedangkan sebagai unsur pendorong, transportasi udara juga sudah terbukti mampu menjadi jasa transportasi yang efektif untuk membuka daerah terisolasi dan juga melayani daerah-daerah dan pulau-pulau terpencil. Tersedianya transportasi yang dapat menjangkau daerah pelosok termasuk yang ada di perbatasan sudah pasti dapat memicu produktivitas penduduk setempat, sehingga akhirnya akan meningkatkan penghasilan seluruh rakyat dan tentunya juga pendapatan pemerintah.
Rentang wilayah negara mengharuskan penanganan moda transportasi angkutan darat, laut dan udara secara terpadu untuk mewujudkan sistem angkutan nasional yang andal, efektif dan efisien. Setiap moda angkutan memiliki karakter khas, keunggulan dan kelemahannya. Moda transportasi darat, laut dan udara harus menjadi kesatuan sistem agar dapat menjawab tujuan perangkutan, yakni melayani perpindahan atau mobilisasi orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain.
Untuk menjawab tantangan itu, disusun Sistem Transportasi Nasional (Sistranas) yang bertujuan mewujudkan perangkutan yang andal dan berkemampuan tinggi dalam menunjang sekaligus menggerakkan dinamika pembangunan, meningkatkan mobilitas manusia, barang dan jasa, membantu terciptanya pola distribusi nasional yang mantap dan dinamis, serta mendukung pengembangan wilayah dan lebih memantapkan perkembangan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam rangka perwujudan Wawasan Nusantara dan peningkatan hubungan internasional. Maka dari itu, di ciptakan lah transportasi yang dapat beroperasi dengan cepat yaitu transportasi udara, salah satunya peswat terbang. Transportasi udara adalah alat transportasi yang dioperasikan di udara dari satu tempat ke tempat yang lain baik tempat yang dekat maupun tempat yang jauh dengan proses yang cepat.
1. B. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis. Secara teoritis, makalah ini dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya hukum pengangkutan udara dan hukum perlindungan konsumen. Sedangkan secara praktis makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan pengangkutan udara niaga, antara lain :
Pemerintah selaku regulator dalam kegiatan pengangkutan udara khususnya dalam rangka penyusunan kebijakan.
Perusahaan atau maskapai penerbangan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat pengguna jasa transortasi udara.
Kalangan akademisi dapat dijadikan bahan informasi awal dalam melakukan penelitian dan pengkajian yang lebih mendalam
Penulis sendiri adalah menambah wawasan keilmuan, terutama pada bidang transportasi udara
1. C. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk :
1. menganalis bagaimana penggunaan e-business di dalam industri penerbangan terutama di indonesia dengan mengambil studi kasus pada PT Garuda Indonesia, Tbk.
2. Mengidentifikasi kontribusi atau manfaat e-business bagi PT Garuda Indonesia, Tbk dalam menjalankan bisnisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. A. Proses Bisnis Lintas Fungsi pada PT Garuda Indonesia, Tbk
Pada awal dekade tahu 1990, pemakaian internet secara umum mendorong timbulnya sebuah konsep baru yang disebut dengan elektronik bisnis atau e-business dan e-commerce. Kalakota dan Robinson dalam Aisyah 2010 menyatakan bahwa e-commerce mengacu pada penjualan produk dan layanan melalui web, sementara e-business adalah transformasi dari kunci bisnis proses perusahaan melalui penggunaan teknologi internet. Sebagai contoh dari e-business yaitu penerapan Enterprise Resource Planning, Customer Relationship Management, Supply Chain Management, dan Human Resources Management. Dalam hal ini, perusahaan menerapkan e-business karena pada dasarnya konsumen adalah pencari harga, kenyamanan, layanan terbaik bagi mereka sehingga perusahaan yang dapat survive adalah perusahaan yang mampu merespon dengan baik keinginan dan harapan pelanggannya.
Garuda Indonesia merupakan perusahaan yang berorientasi pada kepuasan konsumen yang menerapkan penambahan value pada produk dan serangkaian kegiatan perusahaan. Untuk menunjang proses pengelolaan pelanggan dan bisnis perusahaan, Garuda Indonesia telah membuat website sebagai sarana pendukung bisnis. Pada tahun 2008 Garuda Indonesia juga meluncurkan produk baru yaitu e-travel, sebuah situs yang dirancang untuk mengakomodasi keinginan konsumen secara lebih ringkas dan menarik dalam web perusahaan. Internet telah merubah cara pandang orang dalam melakukan bisnis dan bagaimana cara perusahaan berkomunikasi dengan pelanggan dan menawarkan kepada pelanggan tentang berbagai layanan dan keuntungan yang mampu diberikan perusahaan.
Proses bisnis pada Garuda Indonesia telah menerapkan teknologi informasi yang mengembangkan sistem lintas fungsi perusahaan, yakni dengan cara pemasangan software tertentu yang sesuai dengan berbagai divisi yang ada yakni mulai dari bidang produksi service dan jasa layanan, Procurement perusahaan, Research and Development (R&D) atau Enggineering dan Marketing perusahaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada masing-masing divisi saling berhubungan satu sama lain sehingga dalam pelaksanaannya saling terintegrasi.
Proses pengembangan produk baru dalam Garuda Indonesia dalam hal ini pada industri penerbangan domestik dimulai dari kegiatan market research meliputi analisis industri dan harapan pasar. Analisis industri dalam hal ini dilakukan terlebih dahulu untuk persaingan usaha dalam industri penerbangan domestik. Analisis harapan pelanggan juga dilakukan untuk mengetahui apa yang sebenarnya diharapkan dan diinginkan pelanggan saat menggunakan jasa Garuda Indonesia. Kemudian Garuda Indonesia melakukan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menguji keterterimaan produknya di pasar dengan sebelumnya merancang desain layanan dan sarana apa saja yang dibutuhkan. Analisis terhadap seluruh komponen tersebut tentu saja dilakukan dengan tetap mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga gap yang terjadi dapat diketahui lebih awal sehingga strategi yang diterapkan oleh perusahaan berjalan tepat sasaran. Sebagai contoh yaitu ketika Garuda Indonesia meluncurkan produk service penerbangan domestik baru dengan konsep low cost carrier yaitu Citilink. Garuda Indonesia yang dikenal sebagai maskapai dengan Full Service Carrier-nya merespon harapan pasar dengan juga meluncurkan produk service baru di sektor low cost carrier. Perusahaan sebelumnya telah menganalisa peta persaingan dalam industri penerbangan, analisis harapan konsumen serta preferensi konsumen. Sebagaian besar maskapai penerbangan bergerak di sektor low cost carrier yaitu fasilitas jasa layanan yang minimal namun sesuai dengan kebutuhan dari target pasar perusahaan.
Tabel 3. Maskapai Penerbangan Domestik yang Beroperasi Di Indonesia
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Proses Pengembangan Produk Baru
Banyak hal telah dilakukan oleh Garuda Indonesia terkait dengan pertambahan nilai yang diberikan pada serangkaian proses operasional perusahaan melalui kegiatan elektronik-isasi. Dalam setiap bagian rantai nilai yang dikemukakan oleh Michael Porter, Garuda Indonesia secara teru menerus meningkatkan nilai tambah yang dilakukan dengan mengembangkan elektronic building baik itu di aktivitas utama bisnis perusahaan yaitu yang terkait dengan aktivitas inbound dan outbond logistics operasi perusahaan, , pemasaran, penjualan tiket perusahaan, dan layanan atau service kepada konsumen, melainkan juga pada aktivitas penunjang perusahaan seperti infrastruktur baik itu fisik maupun informasi, manajemen sumberdaya manusia (human resources management systems) dengan optimalisasi program e-learning untung memperbaiki sistem human capital manual, pengembangan teknologi (technology development) dengan e-travel dan kegiatan procurement dengan e-procurement.
Gambar 6. Rantai nilai pada kegiatan Garuda Indonesia
B. E-Business dalam PT Garuda Indonesia, Tbk
Perkembangan teknologi membantu proses komunikasi melalui peralatan multimedia seperti intranet, ekstranet, dan internet. Media email, fax, dan media lainnya pun sering digunakan dalam mendukung proses bisnis perusahaan. Manajemen Garuda Indonesia melakukan kegiatan e-business terkait dengan serangkaian bisnis perusahaan. Bila kita identifikasi sesuai dengan arsitektur aplikasi e-business perusahaan, maka disana kita akan melihat Garuda Indonesia memberikan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan antar proses dan interface dari aplikasi e-business yaitu mulai dari bagaimana customer relationship management perusahaan, hubungan dengan pemasok seperti Pertamina dan Boeing sebagai pemasok bahan bakar dan pesawat dengan e-procurement pada supply chain management perusahaan, e-commerce pada partner relationship management, human resources development system di Garuda Indonesia dan enterprise resource planning sebagai kolaborator dari keempat elektronik-isasi sistem bisnis yang ada di garuda. Arsitektur aplikasi perusahaan dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 2. Arsitektur Aplikasi Perusahaan
I. Customer Relationship Management (CRM) Garuda Indonesia
Garuda Indonesia harus mampu melihat titik kunci pertemuan antara apa yang diharapkan oleh pelanggan dengan produk yang disediakan perusahaan melalui website perusahaan. Isi atau content website atau media lainnya seperti flyer yang ditampilkan harus dapat menjadi komunikator perusahaan agar hubungan antara perusahaan dan pelanggan semakin erat karena sebenarnya menjaga loyalitas pelanggan yang telah memakai produk dan jasa perusahaan akan lebih membutuhkan biaya dibandingkan dengan menemukan pelanggan baru. CRM berkaitan dengan kegiatan penjualan terpadu, marketing dan strategi pelayanan kepada pelanggan.. Melalui CRM Garuda Indonesia menggunakan jaringan pelanggan yang ada saat ini untuk meningkatan pendapatan perusahaan, memperoleh informasi yang lengkap untuk memberikan layanan prima, dan sekaligus memperkenalkan channel procedures yang konsisten.
CRM PT Garuda Indonesia, Tbk dilakukan untuk membina dan menjaga hubungan antara pelanggan dengan pihak manajemen. Secara lebih jauh, pemahaman yang mendalam terhadap pelanggan akan mampu menghasilkan respon yang cepat terhadap perubahan preferensi konsumen sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan perusahaan. Selain itu CRM di Garuda Indonesia bermanfaat untuk memperoleh informasi yang dapat dibagikan kepada partner bisnis perusahaan.
Untuk mendukung CRM, Garuda Indonesia senantiasa memberikan frequent-flyer dalam dua bahasa yang berisi tentang informasi-informasi terkini perusahaan kepada pelanggan yang loyal melalui email. Hal ini selain bersifat apresiasi juga bersifat marketing dan pengelolaan loyalitas
pelanggan. Kegiatan yang berhubungan dengan CRM pada perusahaan ini adalah dengan penggunaan sistem informasi (website) yang bisa diakses oleh semua kalangan tanpa batas, mulai dari penyediaan informasi perusahaan, produk, forum diskusi antara pelanggan dengan pihak manajemen sampai pada proses pemesanan.
Gambar 7. Frequent-flyer Garuda Indonesia
Aplikasi CRM antara lain meliputi kegiatan sebagai berikut:
1. Contact and Account Management
Manajemen kontak dan akun pada PT Garuda Indonesia, Tbk dilakukan dengan penggunaan database, website (meliputi email, facebook, telepon dan faksimile (yang sudah tertera di website)
1. Sales
Penjualan tiket Garuda Indonesia dilakukan via internet, berhubungan dengan pelanggan (secara langsung maupun tidak) baik dalam skala personal maupun corporat.
1. Marketing and fulfillment
Pemasaran dan pemenuhan pemesanan tiket perusahaan ini bisa dilakukan melalui web atau dengan promosi di media massa, baik cetak (koran, selebaran) maupun elektronik (website, telepon, email, faksimile) serta melalui jaringan kemitraan perusahaan.
1. Customer service and Support
Layanan dan dukungan untuk pelanggan juga telah disediakan oleh PT Garuda Indonesia, Tbk yakni melaui forum diskusi pada website http://www.garuda-indonesia.com dan call center Garuda Indonesia.
1. Retention and Loyalty Program
Program retensi dan loyalitas yang diterapkan pada PT Garuda Indonesia, Tbk adalah dengan memberikan frequent flyer yang berisi mengenai informasi-informasi terkini tentang perusahaan kepada para pelanggan yang senantiasa loyal menggunakan jasa perusahaan.
II. E-Precurement dalam Supply Chain Management System PT Garuda Indonesia, Tbk
Dari semua hubungan e-business yang dilakukan oleh Garuda Indonesia, transaksi B2B (bisnis ke bisnis) menghasilkan nilai bisnis yang paling tinggi, maka Garuda Indonesia memutuskan untuk mengembangkan kinerja operasional dalam proses pembelian dengan menerapkan e-
procurement system. Layanan e-procurement menyediakan metode bisnis yang modern dan praktik komersial dari sektor swasta dan pemerintah dan merupakan teknik baru yang dihasilkan dari kemampuan internet dalam memberikan peluang untuk penghematan biaya bagi kedua pemasok dalam melakukan transaksi bisnis maupun kontrak bisnis. Garuda Indonesia memilih para pemasoknya dengan mempertimbangkan daya saing, fleksibilitas, dan inovasi yang dilakukan oleh pemasok sehingga dari program e-procurement ini sendiri mengindikasikan adanya supplier database system yang dimiliki oleh Garuda Indonesia.
E-procurement telah membantu Garuda Indonesia dalam menjalin kesepakatan kontrak, meningkatkan komunikasi dengan pemasok terkait dengan proses pembelian, dan juga membantu Garuda Indonesia dalam mengeliminasi eksternalitas yang bersifat negatif. Website Garuda Indonesia yaitu garuda-indonesia.com menyediakan link ke Garuda Indonesia e-procurement (www.eproc.garuda-indonesia.com). Situs ini berisi mengenai berita, pengadaan, pendaftaran pemasok, login, dan bagaimana cara menghubungi perusahaan. Situs ini berisi informasi penting secara komprehensif seperti kebijakan vendor, pertanyaan yang sering muncul dalam proses bisnis B-B, pendaftaran vendor, dan kontak untuk online pengadaan.
Kekurangan yang masih muncul pada program e-procurement ini yaitu di setiap halaman berisi pilihan bahasa yang berbeda. Misalnya, pada halaman pengadaan didukung dalam dua bahasa, sedangkan halaman yang lainnya masih dalam satu bahasa. Hal ini akan mengurang peluang akses dari pihak asing untuk dapat berkolaborasi dengan bisnis yang dijalankan oleh Garuda Indonesia
III. E-commerce dalam Partners Relationship Management PT Garuda Indonesia, Tbk
Brand Garuda Indonesia mengembangkan dua jenis e-Commerce, yaitu Business to Business dan Business to Customer. B2B dilakukan Garuda dengan menyediakan Coporate Online dan Agency Online, sedangkan B2C dilakukan dengan personnal online booking.
Fitur e-Commerce untuk brand Garuda Indonesia sangat lengkap bila dibandingkan dengan fitur e-Commerce dari brand maskapai penerbangan lainnya. Garuda Indonesia menawarkan e-Commerce terpadu yang disebut dengan 28 Customer Touch Points yang memungkinkan calon/penumpang Garuda Indonesia mengakses service online dari before flying sampai after arrival yang disediakan melalui web. Fitur-fitur tersebut sangat jelas dan mudah dimengerti. Beberapa fitur tersebut adalah:
Book Flight
Calon penumpang Garuda Indonesi dapat melakukan pemesana tiket secara online melalu web. Terdapat beberapa pilihan yang harus diputuskan oleh calon penumpang, antara lain kota asal dan kota tujuan penerbangan, tanggal keberangkatan dan kepulangan, jenis tiket apakah one-way atau return, kelas penerbangan, dan jumlah penumpang dewasa serta anak-anak.
Check In secara online ini sangat berguna sekali bagi konsumen yang misalnya memiliki waktu terbatas untuk menunggu antrian check in secara manual di bandara. Dengan adanya check in online akan sangat meningkatkan efisiensi waktu bagi konsumen, sekaligus kenyamanan tanpa mengantri secara manual. Di check in secara online, konsumen juga dapat memilih tempat duduk sesuai dengan kelas penerbangan yang telah dibayar. Bagi Garuda Indonesia sendiri, proses ini sangat menguntungkan, karena selain meningkatkan proses layanan kepada pelanggannya, crew Garuda dapat langsung mengetahui ketersediaan bangku yang belum terisi, dan pelayanan di bandara menjadi lebih efisien karena sudah terdapat tiket elektronik.
Show Schedule and Tariff
Dengan adanya jadwal dan tarif untuk setiap rute yang diperbarui setiap hari akan memudahkan calon penumpang untuk menyesuaikan waktu penerbangan yang akan dilakukan dan pembayaran yang akan dilakukan.
e-Payment
e-Payment memudahkan calon penumpang Garuda Indonesia untuk pembelian tiket secara online lewat web Garuda Indonesia. Setelah melakukan reservasi, calon penumpang Garuda Indonesia akan menerima booking code dan 13 digit payment code. Untuk pembayaran melalui kartu kredir Visa atau Master Card, calon penumpang dapat langsung menelepon call center Garuda di 08041807807 atau (021) 23519999 lalu menyebutkan 16 digit nomer kartu kredit sebaga otorisasi pembayaran. e-Payment dapat juga dilakukan menggunakan ATM dari berbagai bank, antara lain BCA, BNI, Bank Mandiri, Bank Niaga, Lippo Bank, Permata Bank, BRI dan BII; Telehone Banking dari Bank Mandiri, BNI and BCA; Mobile Banking dari Bank Mandiri, BCA dan Permata Bank; Internet Banking dari Bank Mandiri, BCA, BNI dan Lippo Bank.
Promotion and Touch the Feel
Garuda Indonesia melalui web-nya, juga melakukan promosi atas produk layanan yang dimilkinya. Promosi ini sangat ditunjang dengan adanya pengembangan touch point, dimana calon penumpang yang akan membeli tiket Garuda Indonesia akan merasakan bagaimana dilayani secara online, mulai dari proses reservasi, pembayaran, memperoleh tiket, check-in, sampai kedatangan. Dimana Garuda Indonesia mampu menyajikan lokasi-lokasi terbaik untuk tempat pariwisata di kota tujuan penerbangan yang dipilih calon penumpangnya sekaligus fasilitas hotel dan transportasi yang dapat dipilih sesampainya di kota tujuan.
Corporate/Agency Online
Suatu perusahaan yang akan masuk ke B2B dengan Garuda Indonesia diwajibkan mengisi data perusahaan secara online. Bagi perusahaan partner bisnis garuda Indonesia keuntungan bertransaksi B2B dengan Garuda Indonesia adalah:
Special Corporate Fares dengan diskon yang atraktif baik untuk kelas penerbangan bisnis dan ekonomi.
Priority waiting list
Incentives awarding
Fasilitas pecial untuk dapat mengkreditkan VAT pada tiket.
Laporan yang komprehensif setiap bulannya
Pembelian dan pemesanan tiket melalui berbagai cara dengan menyebutkan corporate memberhip, yaitu GA Sales Office, Corporate Online Payment, Corporate Online Booking dan Corporate appointed Travel Agencies Sebagai bentuk CRM, Garuda Indonesia membuat microsite yang ditujukan khusus untuk penegang kartu Garuda Frequent Flyer.
IV. Human Resources Management System pada PT Garuda Indonesia, Tbk
Unit SDM melakukan transformasi peran dan fungsinya agar menciptakan nilai tambah sejalan dengan strategi bisnis perusahaan. Transformasi SDM dimulai di tahun 2008 dengan meluncurkan beberapa inisiatif program diantaranya yaitu penentuan penempatan para karyawan berdasarkan level organisasi dan tingkat pendidikan, termasuk di dalamnya penataan organisasi yang efisien dan efektif agar dapat memudahkan proses penerjemahan visi, misi dan sasaran bisnis kepada seluruh pihak internal. Knowledge Based Management dilakukan di unit ini sehingga perencanaan sumberdaya manusia dapat diimplementasikan dengan tepat.
Program e-Recruitment Garuda Indonesia tidak hanya mencakup tools publish vacant position, namun juga seluruh proses administrasi dan pencatatannya. Sistem ini telah diterapkan sejak bulan September 2010 dengan merekrut posisi Awak Kabin, untuk selanjutnya digunakan untuk posisi lainnya seperti Penerbang dan para profesional. Dalam bidang rekrutmen pekerja atau karyawan, perusahaan juga menyadari pentingnya rekrutmen yang baik di tengah persaingan yang demikian ketat dalam memperebutkan sumber daya manusia yang handal. Untuk itu faktor penyajian informasi, penyediaan proses dan kecepatan waktu menjadi penting artinya dalam memperoleh karyawan berkualitas sesuai kebutuhan perusahaan.
Untuk mengoptimalkan SDM, perusahaan juga telah memetakan potensi SDM dan mengalokasikan pada fungsi organisasi yang tepat (unit bisnis maupun grup Perusahaan). Selain itu, Garuda juga terus berupaya menyempurnakan pengelolaan karir sehingga lebih mudah memetakan pegawai potensial dalam talent pool (grup Perusahaan). Sistem pembelajaran e-learning juga dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM perusahaan. Sementara itu, sejalan dengan strategi bisnis, Perusahaan berupaya menyempurnakan Human Capital Manual (HCM) yang mengatur tentang kebijakan SDM, organisasi, rekrutmen dan seleksi, mutasi antar unit maupun antar perusahaan dalam grup, sistem penilaian kinerja, pengembangan karir serta kompensasi dalam Human Resources Management System sehingga menghasilkan SDM yang kompetitif, inovatif dan memiliki integritas tinggi sesuai sasaran pencapaian bisnis perusahaan
Selain program tersebut di atas, dalam upaya menciptakan tenaga terampil dan profesional yang diproyeksikan untuk menduduki jabatan tertentu di masa depan, Perusahaan membuka program rekrutmen jalur khusus yaitu Program Management Trainee. Program ini bertujuan untuk menyiapkan tenaga potensial yang diharapkan mampu menciptakan perubahan dalam pola kerja, suasana kerja dan komitmen kerja yang tinggi. Melalui Program Management Trainee ini, Perusahaan juga memastikan ketersediaan kandidat suksesi yang kompeten dan berkualitas.
V. Fungsi Enterprise Resource Planning pada PT Garuda Indonesia, Tbk
Enterprise resource planning PT Garuda Indonesia, Tbk merupakan sebuah kerangka kerja perusahaan secara menyeluruh yang berhubungan dengan pemrosesan pesanan penjualan tiket, manajemen dan pengendalian atau maintenance unit pesawat, perencanaan produksi dan distribusi jasa perusahaan, serta keuangan perusahaan. Garuda indonesia sendiri tentunya telah menerapkan software khusus dalam merancang ERP perusahaan. Fungsi ERP dapat diuraikan sebagai berikut :
1. a. Perencaanan produksi
Pada proses produksi jasa perusahaan ini telah didukung dengan perencanaan kebutuhan bahan baku perusahaan secara keseluruhan.
1. b. Logistik terintegrasi
Kegiatan operasional perusahaan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak adanya logistik yang terintegrasi yakni mulai dari yang berhubungan dengan produksi jasa layanan hingga kepada produk turunan perusahaan.
1. c. Akuntasi dan keuangan
Semua dana untuk kegiatan operasional PT Garuda Indonesia, Tbk haruslah dibukukan dalam sebuah laporan keuangan tiap bulannya maupun tahunan. Pencatatan tersebut perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat efisiensi perusahaan dalam penggunaan dana. Serta merupakan proses evaluasi manajemen untuk kedepannya. Pencatatan itu disimpan dalam bentuk database yang sistematis dan jelas, akan tetapi dalam hal ini database hanya bisa diakses oleh pihak-pihak tertentu untuk menghindari user dalam penyalahgunaan data.
1. d. Sumber Daya Manusia
Kegiatan operasional PT Garuda Indonesia, Tbk tidak bisa berjalan dengan baik tanpa ketersediaan pekerja dan kualitas dari pekerja tersebut. Oleh karena itu perencanaan sumberdaya manusia secara tepat perlu dilakukan oleh perusahaan.
1. e. Distribusi, Penjualan, Manajemen Pemesanan
Proses distribusi, penjualan dan pemesanan tiket PT Garuda Indonesia, Tbk didukung oleh sistem informasi bisnis perusahaan yang didukung dengan kegiatan e-commerce perusahaan baik itu sistem brokerage, affiliate, maupun manufacture.
BAB III
STUDI KASUS
1. A. Electronic Business System
E-business adalah praktek pelaksanaan dan pengelolaan proses bisnis utama seperti perancangan produk, pengelolaan pasokan bahan baku, manufaktur, penjualan, pemenuhan pesanan, dan penyediaan servis melalui penggunaan teknologi komunikasi, komputer, dan data yang telah terkomputerisasi (Alter, 2002). Pada prinsipnya e-business mengacu pada lingkungan yang lebih luas dan mencakup pelayanan customer, kolaborasi dengan mitra bisnis dan transaksi elektronik internal dalam sebuah organisasi (Anastasia, 2004).
Sejarah adanya e-business muncul setelah era internet. Akan tetapi istilah e-business pertama kali dipopulerkan oleh IBM sekitar sepuluh tahun yang lalu. E-business dapat menjadi aset yang strategis dan menjadi keunggulan suatu perusahaan jika mampu dimanfaatkan dengan baik. Sebuah perusahaan harus mampu melakukan transformasi proses bisnis yang mereka lakukan agar dapat memanfaatkan e-business dengan baik. Secara umum keuntungan yang tinggi akan diperoleh jika e-business yang dimiliki dapat terkait secara langsung dan membentuk komunitas dengan konsumen, rekan kerja, dan suppliers.
Selain itu dalam implementasi marketing perusahaan, kegiatan yang meliputi transaksi bisnis antara perusahaan yang satu dengan yang lain telah berkembang dengan E-commerce. Korelasi hubungan terjadi antara perusahaan dengan pelanggan, atau antara perusahaan dengan institusi yang bergerak dalam pelayanan publik. Jika diklasifikan, sistem e-commerce terbagi menjadi 3 tipe, yaitu:
1. Electronic markets (EMs) yaitu sistem informasi antar organisasi yang menyajikan fasiltas-fasilitas bagi para penjual dan pembeli untuk bertukar informasi mengenai produk dan service yang ditawarkan.
1. Electronic Data Interchange (EDI) yaitu sarana untuk mengefisiensikan pertukaran data transaksi-transaksi reguler yang berulang dalam jumlah besar antara organisasi-organisasi komersial. Secara formal EDI didefinisikan oleh International Data Exchange Asociation (IDEA) sebagai “transfer data tersruktur dengan format standard yang telah disetujui yang dilakukan dari satu sistem komputer ke sistem komputer yang lain dengan menggunakan media elektronik”.
2. Internet Commerce yaitu penggunaan internet yang berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk perdagangan melingkupi kegiatan penjualan produk dan jasa. Transaksi yang dapat dilakukan di internet antara lain pemesanan/pembelian barang dimana barang akan dikirim melalui pos atau sarana lain setelah uang ditransfer ke rekening penjual. Penggunaan internet sebagai media pemasaran dan saluran penjualan mempunyai keuntungan antara lain: internet merupakan media pomosi perusahaan dan produk yang paling tepat dengan harga yang relatif lebih murah dan pembelian melalui internet akan diikuti dengan layanan pengantaran barang sampai di tempat pemesanan.
3. B. Enterprise Application Architecture
Arsitektur aplikasi perusahaan ini menyajikan gambaran umum tentang berbagai aplikasi lintas fungsi perusahaan yang utama, serta hubungan antar fungsi tersebut. Gambar arsitektur aplikasi perusahaan dapat dilihat sebagai berikut:
Source: Adapted from Mohan Sawhney and Jeff Zabin, Seven Steps to Nirvana: Strategic Insights into e-Business Transformation (New York: McGraw-Hill,2001), p. 175.
1. C. Customer Relationship Management
CRM menggunakan teknologi informasi untuk menciptakan cross-functional enterprise system yang mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses layanan pelanggan dalam bidang penjualan, pemasaran, dan layanan produk atau jasa berkaitan dengan perusahaan. Sistem CRM juga menciptakan IT framework yang menghubungkan semua proses dengan bisnis operasional perusahaan (O’Brien, 2002).
1. D. Enterprise Resource Planning
Dhewanto dan Falahah (2007) mendeskripsikan ERP sebagai sebuah konsep untuk merencanakan dan mengelola sumber daya organisasi agar dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menghasilkan nilai tambah bagi seluruh pihak yang berkepentingan (stakeholder) atas organisasi tersebut.
1. E. Supply Chain Management
Supply Chain Management adalah sebuah proses dimana produk diciptakan dan disampaikan kepada konsumen. Dari sudut struktural, sebuah Supply Chain Management merujuk kepada jaringan yang rumit dari hubungan dimana organisasi mempertahankan dengan partner bisnis untuk memperoleh bahan baku, produksi dan menyampaikannya kepada konsumen (Kalakota, 2001).
E-Supply Chain Management adalah suatu konsep manajemen dimana perusahaan berusaha memanfaatkan teknologi internet untuk mengintegrasikan seluruh mitra kerja perusahaan, terutama yang berhubungan dengan sistem pemasok bahan baku atau sumber daya yang dibutuhkan dalam proses produksi (Indrajit dan Djokopranoto, 2003).
BAB IV
PENUTUP
1. A. Kesimpulan
Penerapan e-business pada PT Garuda Indonesia, Tbk telah terintegrasi dengan cukup baik. Hal ini dilihat melalui arsitektur aplikasi perusahaan yang memberikan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan antar proses dan interface dari aplikasi e-business.
Bila kita identifikasi sesuai dengan arsitektur aplikasi e-business perusahaan, maka disana kita akan melihat Garuda Indonesia memberikan kerangka kerja konseptual yang menghubungkan antar proses dan interface dari aplikasi e-business yaitu mulai dari bagaimana customer
relationship management perusahaan, hubungan dengan pemasok atau supply chain management perusahaan dengan e-procurement, e-commerce pada partner relationship management, human resources development system di Garuda Indonesia dan enterprise resource planning sebagai kolaborator dari keempat elektronik-isasi sistem bisnis yang ada di garuda.
About these ads
Cnth 333
MAKALAH MANAJEMEN BANDAR UDARA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dewasa ini seiring dengan perkembangan zaman banyak kebutuhan manusia yang
didasarkan pada kebutuhan sehari-hari. Kebutuhan seorang tersebut mempunyai tujuan yang
berbeda antara individu satu dengan yang lainnya, seperti contoh dengan para pengusaha yang
selalu melakukan perjalanan dengan tujuan melakukan kunjungan atau peninjauan tentang bisnis
yang akan dilakukannya. Selain itu banyak kelompok orang yang sering melakukan perjalanan
pula dengan tujuan yang berbeda-beda tentuunya.
Pada banyaknya kebutuhan orang atau kelompok orang dalam melakukan perjalanannya,
diperlukan pemikiran atau pemecahan masalah dalam hal perjalanan yang dapat mempersingkat
waktu dalam hal perjalanannya yang dapat memberikan kesan positif dalam pemasarannya.
Maka diperlukan angkutan yang dapat memberikan jawaban atas semua masalah tersebut yang
dinamakan angkutan udara (pesawat udara). dengan angkutan udara diharapkan dapat
mempersingkat waktu dalam perjalanan seseorang.
Pesawat udara diartikan sebagai setiap mesin atau alat yang dapat terbang di atmosfer
karena gaya angkat dari reaksi udara , tetapi bukan karena reaksi udara terhadap permukaan
bumi yang digunakan untuk penerbangan. Selain itu angkutan udara merupakan alat
transportasi yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan alat transportasi lain seperti alat
transportasi darat dan laut dalam hal jangkauan yang lebih luas, dan penghematan waktu dalam
Dalam hidup ini, manusia akan sering mengalami perpindahan tempat dari satu tempat ke
tempat lain dengan menggunakan wahana atau digerakkan oleh mesin, yang disebut dengan
transportasi. Semua manusia melakukan kegiatan perjalanan. Perjalanan tersbut bisa dilaklukan
melalui jalur darat, laut dan udara.
Namun, pada zaman sekarang transportasi udara sudah semakin berkembang pesat.
Pertumbuhan global tidak akan memiliki arti sama sekali, bahkan nyaris menjadi sulit
berkembang tanpa terselenggaranya sistem angkutan udara yang baik.
Transportasi udara merupakan transportasi yang membutuhkan banyak uang untuk
memakaiya. Selain memiliki teknologi yang lebih canggih, transportasi udara merupakan alat
transportasi tercepat dibandingkan dengan alat transportasi lainnya.
Persaingan dalam banyak hal, terutama dibidang pembangunan ekonomi global ternyata
telah merangsang para ilmuwan untuk menyediakan sistem transportasi yang dapat melayaninya.
Kemudian terjadilah perlombaan besasr-besaran dalam teknologi penerbangan.
Sebagai negara berkembang dan terdiri dari banyak pulau yang membentang dari Sabang
sampai Merauke, dan banyaknya antusiasme masyarakat terhadap kemajuan, Indonesia
merupakan Negara yang sangat berpotensi kedepannya dalam pengembangan jasa angkutan
udara, dimana angkutan udara dapat menjangkau daerah-daerah terpencil sekaligus, dan juga
dapat menghemat banyak waktu dalam perjalanan dibanding dengan sarana transportasi lain
seperti darat dan laut. Selain itu transportasi udara mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai unsur
penunjang (Servicing sector) dan unsur pendorong (Promoting sector). Peran transportasi udara
sebagai unsur penunjang dapat dilihat dari kemampuannya menyediakan jasa transportasi yang
efektif dan efisien untuk memenuhi sektor lain, sekaligus juga berperan dalam menggerakkan
dinamika pembangunan.
Dengan banyaknya peminat dalam penggunaan transportasi udara, pihak-pihak yang
terkait seperti perusahaan penerbangan, dan penyedia layanan penerbangan yaitu bandar udara
melakukan berbagai langkah dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan yang semakin meningkat
dari masa ke masa.
Bandar udara merupakan sebuah sistem karena terdiri atas komponen-komponen yang
saling berinteraksi dan saling menunjang satu sama lain yang menghasilkan suatu produk jasa
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dalam aktivitasnya. Komponen-komponen bandar udara
terdiri atas pengelolaan bandar udara, pengelolaan perusahaan angkutan udara, dan pemenuhan
kebutuhan jasa angkutan udara.
Pengelolaan perusahaan bandar udara dan kebutuhan pengguna jasa angkutan udara
dapat menciptakan kesesuaian kebutuhan pengguna dalam penerbangan dengan karakteristik
penerbangan dalam hal penyediaan fasilitas dan pemberian jasa layanan. Dengan
memperhitungkan pelayanan sisi udara dan pelayanan sisi darat akan diperoleh rencana investasi
yang berdampak pada penapata bandar udara.
Penyediaan fasilitas dan pemberian jasa pelayanan pada setiap pengguna terminal bandar
udara merupakan produk yang dihasilkan untuk dijual kepada konsumen penggua jasa dan
layanan tersebu yang akan mengakibatkan adanya timbal balik yang berdampak pada
penerimaan atau atau pendapatan bandar udara. Pendapatan bandar udara sendiri dipengaruhi
oleh pasang surut kegiatan ekonomi dunia. Hal itu mengacu pada kemampuan konsumen dalam
dalam memberikan andil pada pendapatan bandar udara melelui penggunaan jasa layanan
angkutan udara.
Selama ini banyak orang menilai tentang bagai mana dan siapa yang mengelola bandara-
bandara tersebut dalam dunia penerbangan. Mungkin di indonesia ini ada dua pihak yang
mengatur atau yang mengelola dalam hal pengelolaan bandar udara yaitu bandar udara yang
dikelola oleh BUMN atau komersial dan bandar udara yang dikelola oleh TNI AU.
Pada umunya bandar udara tidak hanya bermasalah dalam hal pengelolaannya tetapi
pelayanan dan kepuasan pelanggan haruslah diutamakan. Oleh karena itu banyak pihak
neranggapan kalo semua babndara yang dikelola TNI AU atau yang lainnya sama aja tetapi
pelayanan yang harus diutamakan.
1.2. Rumusan Masalah
Ada beberapa rumusan masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian bandar udara
2. Pengelolaan bandar udara
3. Perbedaan bandar udara komersial dan dikelola oleh TNI AU
1.3. Tujuan
Setelah mempelajari dan membaca makalah ini diharapkan pembaca mampu.
1. Mampu mendefinisikan tentang pengertian bandar udara
2. Mampu menjelaskan tentang fasilitas bandar udara
3. Mampu menjelaskan memahami dan membedakan bandar udara yang dikelola oleh BUMN dan
bandar udara yang dikelola oleh TNI AU
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bandar Udara
Bandar udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan
mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun
bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan
penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara
adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang
diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan
pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan
udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk
menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat".
Selain itu bandar udara juga memiliki fungsi yang sama dalam hal pengoperasiannya,
seperti contoh bandar udara yang dikelola oleh BUMN dan bandar udara yang dikelola oleh TNI
AU.
2.2. Fasilitas Bandar Udara
Fasilitas bandara ini terdapat beberapa hal di dalamnya salah satunya adalah runway.
Semua komponen fasilitas bandar udara memiliki suatu fungsi yang berbeda-beda namun
memiliki tujuan yang sama dan saling menunjang satu dengan yang lainnya.
Kebanyakan fasilitas bandar udara diartikan sebagai fasilitas yang menunjang dalam
keberhasilan pengoperasian penerbangannya namun pada akhirnya semua dilakukan demi untuk
mewujudkan pengoperasian yang aman sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam dunia
penerbangan.
Keselamatan penerbangan menjadi prioritas utama dalam menjalankan pengoperasiannya
hal itu dikarenakan demi mewujudkan terselenggaranya kepuasan pelanggan dalam
menggunakan jasa angkutan udara.
Di indonesia beberapa bandar udara bahkan dalam hal pengurusan pengoperasiannya
dilakukan dengan cara yang seefektif mungkin untuk menjadikan bandar udara yang dapat
bersaing dalam memperebutkan pasar yang ada.
2.3. Pengelolaan Bandar Udara
Pada umumnya kita ketahui bandar udara di Inonesia ini dikelola oleh dua instansi yang
berbeda satu sama lain namun tetap memiliki kesamaan dalam hal tujuan dan priorotas
utamanya.
Pada periode tahun 1950-1970, fungsi bandara hanya sebagai fasilisator penerbangan
yang melayani jasa air traffic operations dengan menyediakan infrastruktur dan fasilitas untuk
penerbangan. Pada perkembangan periode 1970-1990 bandara telah mengembangkan operasinya
menjadi penyedia layanan penuh bagi masyarakat pengguna jasa penerbangan dengan
menyediakan berbagai layanan publik termasuk restoran dan tempat belanja. Mulai tahun 1990-
an model bisnis bandara telah bertransformasi dengan menekankan pada pendapatan yang
optimal.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menginstruksikan seluruh pengelola bandara
internasional, baik PT Angkasa Pura I, PT Angkasa Pura II, maupun Kepala Bandara Unit
Pelaksana Teknis (UPT), untuk segera mengimplementasikan konsep bandara ramah lingkungan
(ecological airport/eco-airport).
Pengelolaan bandara di Indonesia selain ditangani Departemen Perhubungan, Pemerintah
juga menyerahkan sebagian bandara untuk di kelola PT (Persero) Angkasa Pura. PT. (Persero)
Angkasa Pura adalah sebuah Badan Usaha Milik Negara di bawah Departemen Perhubungan
yang bergerak di bidang pengelolaan dan pegusahaan bandar udara di Indonesia.
Sesuai dengan UU No 1 th 2009, mulai tahun ini kewenangan pengelolaan bandar udara
seharusnya sudah diambil alih oleh apa yang disebut sebagai Otoritas Bandara. Dalam UU ini
diatur otoritas bandara paling lama diimplementasikan pada tahun 2012. Selama ini kewenangan
tersebut berada di tangan AdministraturBandara.
Namun belum sempat hal ihwal otoritas bandara itu direalisasikan, sudah muncul gagasan
untuk menyerahkan pengelolaan bandara kepada pihak asing. Gagasan Mustafa Abubakar itu
terang saja memunculkan pendapat pro dan kontra.
Konkretnya, menurut Menteri, pemerintah membuka peluang kepada investor asing
untuk mengelola pengembangan Bandar Udara Soekarno-Hatta dengan membentuk anak
perusahaan bersama PT Angkasa Pura II. Menteri menjelaskan, pemerintah terus mencari
investor, baik lokal maupun asing untuk ikut melakukan pengembangan bandara yang sudah
berusia seperempat abad tersebut. “Kami juga sedang mencari investasi yang besar untuk
meningkatkan Bandara Soekarno-Hatta, dan ini terbuka sekali untuk investor asing,” katanya.
Menurut dia, untuk pengembangan, nantinya akan dibentuk anak perusahaan Bandara
Soekarno-Hatta yang akan mengelola kerja sama dengan investor. Mustafa mengemukakan sejak
direksi PT Angkasa Pura (AP) II yang merupakan pengelola Bandara Soekarno-Hatta dilantik,
Kementerian BUMN telah memberi tugas untuk membuat strategi besar untuk pengelolaan dan
peningkatan bandara tersebut. Direksi AP II sendiri sebagaimana diungkapkan kepada AVIASI,
akan menjadikan bandara yang dikelolanya berkelas dunia.
Syarat dan AturanDalam UU Penerbangan, hal yang berkaitan dengan kebandarudaraan diatur mulai dari
Bab XI. Pasal 193 UU ini mengatur:
Tatanan kebandarudaraan nasional diwujudkan dalam rangka penyelenggaraan bandar
udara yang andal, terpadu, efisien, serta mempunyai daya saing global untuk menunjang pemba-
ngunan nasional dan daerah yang berwawasan nusantara.
Tatanan kebandarudaraan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
sistem perencanaan kebandarudaraan nasional yang menggambarkan interdependensi, interrelasi,
dan sinergi antar unsur yang meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, geografis,
potensi ekonomi, dan pertahanan keamanan dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Tatanan kebandarudaraan nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat:Peran, fungsi, penggunaan, hierarki, dan klasifikasi bandar udara; serta
Rencana induk nasional bandar udara.
Sedangkan menyangkut Otoritas Bandar Udara diatur dalam Pasal 227 yang berbunyi:
Otoritas bandar udara ditetapkan oleh dan bertanggung jawab kepada Menteri. Otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dibentuk untuk satu atau beberapa bandar udara terdekat.
Otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam melaksanakan
tugasnya berkoordinasi dengan pemerintah daerah setempat.
Pasal 228: ”Otoritas bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 227 ayat (1)
mempunyai tugas dan tanggung jawab:
Menjamin keselamatan, keamanan, kelancaran, dan kenyamanan di bandar udara;
Memastikan terlaksana dan terpenuhinya ketentuan keselamatan dan keamanan penerbangan,
kelancaran, dan kenyamanan di bandar udara;
Menjamin terpeliharanya pelestarian lingkungan bandar udara;
Menyelesaikan masalah-masalah yang dapat mengganggu kelancaran kegiatan operasional
bandar udara yang dianggap tidak dapat diselesaikan oleh instansi lainnya;
Melaporkan kepada pimpinan tertingginya dalam hal pejabat instansi di bandar udara, melalaikan
tugas dan tanggungjawabnya serta mengabaikan dan/atau tidak menjalankan kebijakan dan
peraturan yang ada di bandar udara; dan
Melaporkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya kepada Menteri.”
Kewenangandalam Pasal 227 ayat (1) mempunyai wewenang:
Mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan di bandar udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan ketentuan keselamatan, keamanan,
kelancaran, serta kenyamanan penerbangan di bandar udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan ketentuan pelestarian lingkungan; Pasal
229 UU Penerbangan menyebutkan otoritas bandar udara sebagaimana
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi penggunaan lahan daratan dan/atau perairan bandar
udara sesuai dengan rencana induk bandar udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi penggunaan kawasan keselamatan operasional
penerbangan dan daerah lingkungan kerja bandar udara serta lingkungan kepentingan bandar
udara;
Mengatur, mengendalikan, dan mengawasi pelaksanaan standar kinerja operasional pelayanan
jasa di bandar udara; dan
Memberikan sanksi administratif kepada badan usaha bandar udara, unit penyelenggara bandar
udara, dan/atau badan usaha lainnya yang tidak memenuhi ketentuan keselamatan, keamanan,
kelancaran serta kenyamanan penerbangan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 230 berbunyi: ”Aparat otoritas bandar udara merupakan pegawai negeri sipil yang
memiliki kompetensi di bidang penerbangan sesuai dengan standar dan kriteria yang ditetapkan
oleh Menteri.”
Jika investor asing diberi kepercayaan untuk mengelola bandara, tidak bisa dimungkiri sang
investor pasti tidak mau merugi. Oleh sebab itulah di dalam UU Penerbangan juga diatur soal
“bisnis” pengusahaan bandar udara.
Dalam Pasal 232 jelas-jelas disebutkan:
Kegiatan pengusahaan bandar udara terdiri atas:
a. Pelayanan jasa kebandarudaan; dan
b. Pelayanan jasa terkait bandar udara.
Pelayanan jasa kebandarudaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi
pelayanan jasa pesawat udara, penumpang, barang, dan pos yang terdiri atas penyediaan dan/atau
pengembangan:
a. Fasilitas untuk kegiatan pelayanan
pendaratan, lepas landas, manuver,
parkir, dan penyimpanan pesawat
udara;
b. Fasilitas terminal untuk pelayanan
angkutan penumpang dan kargo;
c. Fasilitas elektronika, listrik, air, dan
instalasi limbah buangan; dan
d. Lahan untuk bangunan, lapangan,
dan industri serta gedung atau ba-
ngunan yang berhubungan dengan
kelancaran angkutan udara.
Pelayanan jasa terkait bandar udara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi
kegiatan:
a. Jasa terkait untuk menunjang kegia-
tan pelayanan operasi pesawat udara
di bandar udara, terdiri atas:
Penyediaan hanggar pesawat udara;
Perbengkelan pesawat udara;
Pergudangan;
Katering pesawat udara;
Pelayanan teknis penanganan pesawat udara di darat (ground handling);
Pelayanan penumpang dan bagasi; serta
Penanganan kargo dan pos.
b. Jasa terkait untuk menunjang kegiat-
an pelayanan penumpang dan ba-
rang, terdiri atas:
Penyediaan penginapan/hotel dan transit;
Penyediaan toko dan restoran;
Penyimpanan kendaraan bermotor;
Pelayanan kesehatan;
Perbankan dan/atau penukaran uang; dan
Transportasi darat.
c. Jasa terkait untuk memberikan nilai
tambah bagi pengusahaan bandar
udara, terdiri atas:
Penyediaan tempat bermain dan rekreasi;
Penyediaan fasilitas perkantoran;
Penyediaan fasilitas olah raga;
Penyediaan fasiltas pendidikan dan pelatihan;
Pengisian bahan bakar kendaraan bermotor; dan
Periklanan.
Pengelolaan bandara merupakan salah satu unsur yang menarik dan perlu diperhatikan.
Bandara sebagai penghubung antara dunia internasional dengan dalam negeri merupakan hal
yang wajib dikelola secara professional. Bandara / bandar udara mencakup suatu kumpulan
aneka kegiatan yang luas dengan berbagai kebutuhan yang berbeda dan sering bertentangan.
Bandara merupakan terminal tentunya.
Definisi terminal adalah suatu simpul dalam sistem jaringan perangkutan. Oleh karena itu
bandara dapat kita samakan dengan terminal, yang mempunyai fungsi pokok sebagai tempat :
1. Sebagai pengendali dan mengatur lalu lintas angkutan udara dalam hal ini adalah pesawat.
2. Sebagai tempat pergantian moda bagi penumpang.
3. Sebagai tempat naik atau turun penumpang dan bongkar muat barang/muatan.
4. Sebagai tempat operasi berbagai jasa seperti: perdagangan, fasilitas umum, fasilitas sosial,
fasilitas transit, promosi, dan lain-lain.
5. Sebagai elemen tata ruang wilayah, yakni titik tumbuh dalam perkembangan wilayah.
Dalam melakukan pengelolaan bandara yang baik tentunya harus didasarkan pada usaha
yang efektif dan efisien. Efektif dan Efisien adalah dua konsepsi utama untuk mengukur kinerja
pengelolaan / manajemen.
a. Definisi efektif adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga dapat disamakan dengan memilih
pekerjaan yang harus dilakukan atau cara/metoda yang tepat untuk mencapai tujuan. [Handoko,
1998; 7]
Efektif ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Kapasitas Mencukupi. Dalam artian prasarana dan sarana cukup tersedia untuk memenuhi
kebutuhan pengguna jasa.
2. Terpadu. Dalam artian antarmoda dan intramoda dalam jaringan pelayanan saling berkaitan
dan terpadu.
3. Cepat dan Lancar. Dalam artian penyelenggaraan layanan angkutan dalam waktu singkat,
dengan indikasi kecepatan arus per satuan waktu.
b. Definisi efisien adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan dengan benar, memperoleh
keluaran (hasil, produktivitas, kinerja) yang lebih tinggi daripada masukan (tenaga kerja, bahan,
uang, mesin, dan waktu) yang digunakan meminimumkan biaya penggunaan sumber daya untuk
mencapai keluaran yang telah ditentukan, atau memaksimumkan keluaran dengan jumlah
masukan terbatas. [Handoko, 1998; 7]
Efisien ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Biaya terjangkau. Dalam artian penyediaan layanan angkutan sesuai dengan tingkat daya beli
masyarakat pada umumnya dengan tetap memperhatikan kelangsungan hidup usaha layanan jasa
angkutan.
2. Beban publik rendah. Artinya pengorbanan yang harus ditanggung oleh masyarakat sebagai
konsekuensi dari pengoperasian sistem perangkutan harus minimum, misalnya: tingkat
pencemaran lingkungan.
3. Memiliki kemanfaatan yang tinggi. Dalam artian tingkat penggunaan prasarana dan sarana
optimum, misalnya: tingkat muatan penumpang dan/atau barang maksimum.
Selain itu juga ada faktor lain yang mempengaruhi juga untuk mengukur kinerja pengelolaan /
manajemen agar berkualitas baik yaitu ke-andalan bandara tersebut.
c. Definisi andal adalah pelayanan yang dapat dipercaya, tangguh melakukan pelayanan sesuai
dengan penawaran atau “janji”-nya dan harapan/ tuntutan konsumen.
Andal ini dalam pengelolaan bandara dalam diterjemahkan dalam usaha berikut ini :
1. Tertib. Dalam artian penyelenggaraan angkutan yang sesuai dengan peraturan perundang-
undangan dan norma yang berlaku di masyarakat.
2. Tepat dan Teratur. Berarti dapat diandalkan, tangguh, sesuai dengan jadwal dan ada kepastian.
3. Aman dan Nyaman. Dalam artian selamat terhindar dari kecelakaan, bebas dari gangguan baik
eksternal maupun internal, terwujud ketenangan dan kenikmatan dalam perjalanan.
Bandara sebagai suatu simpul dari suatu sistem transportasi udara dewasa ini memiliki peran
yang sangat penting sebagai salah satu pintu gerbang negara dari negara lain.
Selain itu juga bandara merupakan salah satu infrastruktur transportasi yang wajib ada dalam
setiap negara ini sangat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi karena setiap
waktu terjadi pergerakan lalu-lintas pesawat yang datang dan pergi ke atau dari sebuah bandar
udara baik dari dalam maupun luar negeri, yang meliputi data pesawat, data penumpang, data
barang angkutan berupa cargo, pos dan bagasi penumpang yang tentunya hal ini berarti terjadi
aktivitas ekonomi.
Pengelolaan dan pemeliharaan infrastruktur bandara tentunya hal yang mutlak dan wajib
dilakukan oleh operator bandara agar terjadi kelancaran dalam kegiatan yang berlangsung
dibandara tersebut. Hal yang perlu dicermati adalah cara pengelolaan bandara tersebut harus
sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam pengelolaan dan pemeliharaan yaitu efektifitas,
efisien, dan andal. Dimana dengan menerapkan hal tersebut, maka bandara tersebut agar sesuai
kualitasnya dengan standar internasional.
Bandara dewasa ini memiliki peran sebagai front input dari suatu rantai nilai transportasi udara,
dituntut adanya suatu manajemen pengelolaan barang maupun manusia yang aman, efektif, dan
efisien sesuai standar yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu sangat dituntut adanya
kebijakan umum yang sanggup menjamin terwujudnya tata manajemen bandara yang paling
efisien, efektif dan andal dalam pengelolaannya.
2.4. Perbedaan Badara komersial dan Bandar Udara yang Dikelola oleh TNI AU
Dalam percakapan umum sering terdengar istilah bandara, lapter, dan lanud. Ketiga
istilah itu memang menunjuk pada sebuah fasilitas atau instalasi yang berkaitan dengan dunia
penerbangan. Lalu, apa sih sebenarnya perbedaannya?
Mari kita simak apa itu beda tiga istilah tersebut. Secara praktis, kita coba merujuk saja
pada Undang Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan. Oh ya, sekadar pengingat
Undang-Undang ini merupakan revisi dari UU Penerbangan sebelumnya (UU Nomor 15 Tahun
1992). Jika dirunut lebih jauh, UU Penerbangan ini juga merupakan turunan dari dari Ordonansi
Pengangkutan Udara (Luchtvervoer-Ordonnantie) di jaman Pemerintahan Hindia Belanda dulu
kala, yaitu Staadsblaad 1939 100 jo. 101. Kalau gak percaya, lihatlah tiket penerbangan, masih
ada lho airline yang mencantumkan UU No.15/1992 atau pun Ordonantie S. 1939-100 jo 101
tersebut.
Menurut UU Penerbangan yang baru tersebut, definisi bandar udara dan pangkalan udara adalah
sebagai berikut:
Bandar Udara (sering disingkat sebagai bandara) adalah kawasan di daratan dan/atau
perairan dengan batas-batas tertentu yang digunakan sebagai tempat pesawat udara
mendarat dan lepas landas, naik turun penumpang, bongkar muat barang, dan tempat
perpindahan intra dan antarmoda transportasi, yang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan dan keamanan penerbangan, serta fasilitas pokok dan fasilitas penunjang
lainnya.
Pangkalan Udara (sering disingkat sebagai lanud) adalah kawasan di daratan dan/atau di
perairan dengan batas-batas tertentu dalam wilayah Republik Indonesia yang digunakan
untuk kegiatan lepas landas dan pendaratan pesawat udara guna keperluan pertahanan
negara oleh Tentara Nasional Indonesia.
Nah, jelas, istilah bandar udara dan pangkalan udara sebenarnya merujuk pada area atau
fasilitas yang sama. Perbedaannya terletak pada fungsinya apakah untuk kepentingan
penerbangan sipil atau penerbangan militer. Bandar Udara adalah istilah yang umumnya
dipergunakan untuk kegiatan penerbangan sipil (civil aviation), sedangkan pangkalan udara
adalah istilah yang umumnya dipergunakan untuk kegiatan penerbangan militer (pertahanan
negara).
Permasalahannya, terkadang menjadi rancu karena ada beberapa bandara dan lanud itu
sebenarnya merupakan satu obyek atau area yang sama. Bedanya hanyalah pada kepentingan
untuk kepentingan penerbangan militer dan penerbangan sipil, yang secara fisik tampak pada
lokasi parkir pesawat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang dan terminal
penumpangnya berikut aksesnya ke moda transportasi lainnya. Contohnya adalah Lanud Halim
Perdanakusuma milik TNI AU yang juga dipergunakan sebagai bandar udara untuk penerbangan
sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II (Persero).
Lanud Adisutjipto Yogyakarta dan Lanud Adisumarmo Surakarta, keduanya merupakan
pangkalan udara untuk penerbangan militer TNI AU dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil sehingga juga disebut Bandara Adisutjipto dan Bandara Adisumarmo
yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Lanud Ahmad Yani Semarang merupakan
pangkalan militer untuk penerbangan TNI AD, dan di dalamnya juga dipergunakan untuk
melayani penerbangan sipil yang dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Demikian pula
Lanud Juanda Surabaya sejatinya merupakan pangkalan militer TNI AL. Fasilitas terbangun di
sebelah utara runway merupakan fasilitas atau bangunan untuk penerbangan sipil yang
dioperasikan oleh PT Angkasa Pura I (Persero). Bandara-bandara yang berada di kawasan
pangkalan udara tersebut sering disebut sebagai civil enclave airport (kurang lebih berarti bandar
udara sipil dalam kawasan militer).
Sebaliknya kegiatan penerbangan militer yang menumpang pada bandar udara sipil disebut
military enclave airport. Contohnya adalah Bandara Sepinggan Balikpapan dan Bandara Juwata
Tarakan. Di kedua bandara tersebut terdapat fasilitas militer untuk kepentingan penerbangan
militer.
Beberapa bandar udara di Indonesia juga dibuat dan dioperasikan secara murni sebagai
bandar udara untuk melayani penerbangan sipil. Contohnya adalah: Bandara Soekarno-Hatta
Jakarta, Bandara Sultan Hasanuddin Makassar (terminal baru dan airside area yang baru), dan
beberapa bandar udara lainnya. Lantas, untuk penerbangan dinas kepolisian itu termasuk
penerbangan militer atau penerbangan sipil? Sesuai dengan UU Penerbangan tersebut,
penerbangan selain kepentingan pertahanan negara pada dasarnya mengacu dan tunduk pada
otoritas penerbangan sipil sehingga penerbangan dinas kepolisian termasuk sebagai penerbangan
sipil. Selain itu, dalam UU Kepolisian yang baru pun sebenarnya didefinisikan dengan jelas
bahwa kepolisian merupakan institusi sipil dan status personil kepolisian adalah termasuk
sebagai pegawai negeri sipil.
Istilah Lapangan Terbang (Lapter) memang tidak dikenal dalam Undang Undang
Penerbangan di Indonesia. Lapangan terbang nampaknya merupakan terjemahan dari kata
airfield. Dalam beberapa referensi terkait, istilah lapangan terbang ini merujuk pada suatu
wilayah daratan dan perairan yang digunakan sebagai tempat mendarat dan lepas landas pesawat
udara, termasuk naik turun penumpang dan bongkar-muat barang. Tetapi fasilitas yang terdapat
di lapangan terbang pada umumnya hanya fasilitas-fasilitas pokok untuk menunjang
penerbangan dan tidak selengkap seperti di sebuah bandar udara. Pada beberapa bandar udara
khusus yang dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan tambang atau kehutanan, sering
dipergunakan istilah lapangan terbang tersebut.
Istilah “pelabuhan udara” rupanya dalam era sejarah terdahulu pernah menjadi istilah
standar dari “bandar udara”. Pada era terdahulu memang ada Direktorat Pelabuhan Udara dan
unit organisasi Pelabuhan Udara. Pelabuhan udara nampaknya merupakan terjemahan dari kata
asing airport, sebagaimana Pelabuhan adalah terjemahan dari kata asing port yang merujuk pada
Pelabuhan Laut.
Sayangnya, pada Bagian atau Jurusan atau Departemen Teknik Sipil Transportasi di
beberapa perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta rupanya masih mempergunakan istilah
Perencanaan Lapangan Terbang atau Perencanaan Pelabuhan Udara untuk bagian dari mata
kuliahnya. Nampaknya menjadi sesuatu yang khas di negeri ini, dunia praktisi tampaknya selalu
selangkah di muka dibandingkan dunia pendidikan dan penelitian.
Pada dasarnya semua pengelolaan bandar udara adalah memiliki tujuan yang sama yaitu
dalam hal penanganannya dalam memberikan kepuasan pada pelanggan untuk mendapatkan
pangsa pasar yang ada demi memajukan pendapatan bandar udara tersebut.
Ada beberapa hal yang menjadikan sebuah bandar udara melakukan perombakan yang
disebabkan oleh beberapa hal yaitu salah satunya adalah masalah pengelolaan bandar udara.
BUMN merupakan salah satu badan yang banyak memegang pengelolaan bandar udara di
indonesia kemudian yang sisanya adalah dikelola oleh TNI AU atau ikut campur dalam
pengelolaannya. Pasti semua itu memberikakn dampak dalam kinerja bandara tersebut entah itu
dari segi sistem kerja atau cara dalam memajukan bandar udara tersebut.
Pada dasarnya bandar udara yang dikelola oleh TNI AU adalah berawal dari bandara
tersebut yang awal mula digunakan dalam hal pengkhususan TNI AU, namun dengan
berembangnya zaman bandara semakin berubah dengan memberikan andil komersial di
dalamnya yang dianggap menguntungkan dalam segi pendapatan bandar udara tersebut, seperti
bandar udara yang ada di malang dan lainnya.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
pengelolaan bandara perlu perencanaan dan komunikasi yang intens kepadamasyarakat,
pekerja, perusahaan-perusahaan dalam industri penerbangan dankekuatan politik. Sementara itu,
pihak yang kontra dan pesimistis terhadap
privatisasijuga perlu berpikir lebih jernih dan tidak hanya terjebak pada
romantisme lokal dan menutup mata akan rendahnya kualitas pelayanan publik
fasilitas umum.
Pelibatan swasta sebenarnya dapat dilakukan melalui beberapa skema. Operations and
management contractdengan penguasaan kontrak manajemen dan leasing bandar udara selama
periodeyang disepakati. Kemudian operations and management contract with major
capitalexpenditure, yaitu penguasaan kontrak manajemen dan leasing Bandar udara selama
periode waktu tertentu disertai konsesi. Konsesi itu bergantung padakesepakatannya, apakah itu