SISTEM INT PAD DI WA BALAI PENGKA BADAN PENEL 1 LAPORAN AKHIR TAHUN TEGRASI SAPI DENGAN DA LAHAN SUBOPTIMAL I PROVINSI BENGKULU AHYUNI AMELIA WULANDARI AJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN LITIAN DAN PENGEMBANGAN P 2016 JAGUNG L BENGKULU PERTANIAN
1
LAPORAN AKHIR TAHUN
SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNGPADA LAHAN SUBOPTIMALDI PROVINSI BENGKULU
WAHYUNI AMELIA WULANDARI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2016
1
LAPORAN AKHIR TAHUN
SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNGPADA LAHAN SUBOPTIMALDI PROVINSI BENGKULU
WAHYUNI AMELIA WULANDARI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2016
1
LAPORAN AKHIR TAHUN
SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNGPADA LAHAN SUBOPTIMALDI PROVINSI BENGKULU
WAHYUNI AMELIA WULANDARI
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2016
2
LAPORAN AKHIR
SISTEM INTEGRASI SAPI DENGAN JAGUNGPADA LAHAN SUBOPTIMALDI PROVINSI BENGKULU
Wahyuni Amelia WulandariSri Suryani M. Rambe
Erpan RamonEko KristantoSri Hartati A
M. NurSyafi’i
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULUBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
2016
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Kegiatan Sistem Integrasi
Sapi dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu. Kegiatan ini
mempunyai arti penting mendukung pelaksanaan penelitian dan pengkajian oleh
BPTP Bengkulu.
Laporan ini telah kami susun semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pelaksanaan
kegiatan dan pembuatan laporan tengah tahun ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar -
lebarnya saran dan kritik kepada kami sehingga dapat memperbaiki pelaksanaan
kegiatan dan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan informasi bagi
kita semua dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan
ilmu pengetahuan.
Bengkulu, Desember 2016Penanggung Jawab Kegiatan,
Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt,M.SiNIP. 19750724 199903 2 002
ii
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung PadaLahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu3. Alamat Unit Kerja : Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 381194. Sumber Dana : DIPA BPTP Bengkulu TA. 20165. Status Kegiatan : Lanjutan6. Penanggung Jawab
a. Namab. Pangkat/Golonganc. Jabatan
:::
Wahyuni Amelia Wulandari, S.Pt, M.Si.Penata / IIIcPeneliti Muda
7. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara8. Agroekosistem : Lahan Kering9. Tahun Mulai : 201510 Tahun Selesai : 201611. Output Tahunan : Tahun 2016
1. Meningkatkan produktivitas usahatani sapidan jagung di lahan suboptimal.
2. Meningkatkan efisiensi usahatani di lahansuboptimal.
3. Mengetahui respon petani terhadap inovasiteknologi integrasi sapi dengan jagung padalahan suboptimal.
12. Output Akhir : Mendapatkan rekomendasi teknologi usahataniintegrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
13. Biaya TA. 2016 : Rp. 96.000.000 (Sembilan Puluh Enam JutaRupiah).
Koordinator Program,
Dr. Shannora Yuliasari, S.TP., MPNIP. 19740731 200312 2 001
Penanggung Jawab Kegiatan,
Wahyuni A. Wulandari, S.Pt, M.SiNIP.19750724 199903 2 002
Mengetahui,Kepala BBP2TP
Dr. Ir. Haris Syahbuddin, DEANIP. 19680415 199203 1 001
Kepala BPTP Bengkulu,
Dr. Ir. Dedi Sugandi, MPNIP. 19590206 198603 1 002
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................ iLEMBAR PENGESAHAN...................................................................... iiDAFTAR ISI...................................................................................... iiiDAFTAR TABEL................................................................................. ivDAFTAR LAMPIRAN........................................................................... vRINGKASAN ..................................................................................... viSUMMARY........................................................................................ ix
I. PENDAHULUAN .......................................................................... 11.1. Latar Belakang................................................................... 11.2. Dasar Pertimbangan........................................................... 41.3. Tujuan .............................................................................. 51.4. Keluaran Yang Diharapkan.................................................. 61.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak........................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 8
III. METODOLOGI............................................................................ 103.1. Pendekatan ....................................................................... 103.2. Ruang Lingkup Kegiatan..................................................... 103.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan ............................ 11
3.3.1. Alat dan Bahan........................................................ 113.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan .................................. 113.3.3. Penningkatan Efisiensi Usahatani Jagung dan
Sapi Berbasis Integrasi di Lahan Suboptimal .............. 163.3.4. Respon Petani Terhadap Inovasi Teknologi
Integrasi Sapi dengan Jagung Pada LahanSuboptimal ............................................................. 17
3.4. Fasilitasi Perjalanan Dinas Keluar Provinsi ............................ 18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................... 234.1. Peningkatan Produktivitas Usahatani Sapi Jagung di
Lahan Suboptimal .............................................................. 234.2. Peningkatan Efisiensi Usahatani Jagung dan Sapi
Berbasis Integrasi di Lahan Suboptimal................................ 284.3. Respon Petani terhadap Inovasi Teknologi Integrasi Sapi
dengan Jagung Pada Lahan Suboptimal ............................... 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 33
KINERJA HASIL PENGKAJIAN............................................................. 34DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 35ANALISIS RISIKO ............................................................................. 37JANGKA WAKTU KEGIATAN ............................................................... 38PEMBIAYAAN ................................................................................... 39REALISASI ANGGARAN...................................................................... 40PERSONALIA .................................................................................... 41LAMPIRAN ....................................................................................... 42
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Nama peternak dan jumlah sapi induk betina dalam
pengkajian ................................................................................ 11
2. Roadmap pengkajian sistem integrasi sapi jagung tahun 2016 ....... 25
3. Daftar risiko pelaksanaan kegiatan............................................... 28
v
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data pertumbuhan komponen hasil ............................................. 42
2. Data konsumsi pakan san hasil limbah ternak ............................... 43
3. Foto-foto kegiatan...................................................................... 44
vi
RINGKASAN
1. Judul : Sistem Integrasi Sapi dengan Jagung PadaLahan Suboptimal di Provinsi Bengkulu
2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bengkulu
3. Lokasi : Kabupaten Bengkulu Utara4. Agroekosistem : Lahan Kering5. Status : Lanjutan6. Tujuan : Tujuan Akhir :
Mendapatkan rekomendasi teknologi usahataniintegrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
Tahun 20151. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk
penerapan model usahatani integrasi sapijagung.
2. Memanfaatkan sumbersaya tanaman untukpakan dan sumberdaya ternak untukkompos.
3. Menganalisis nilai penerimaan dan biayaproduksi usaha ternak san tanaman jagungpada lahan sub optimal.
Tahun 20161. Meningkatkan produktivitas usahatani sapi
dan jagung di lahan suboptimal.2. Meningkatkan efisiensi usahatani di lahan
suboptimal.3. Mengetahui respon petani terhadap inovasi
teknologi integrasi sapi dengan jagungpada lahan suboptimal.
7. Keluaran : Keluaran Akhir :Rekomendasi teknologi usahatani integrasi sapijagung pada lahan suboptimal.
Tahun 20151. Kajian potensi lahan suboptimal untuk
penerapan model usahatani integrasi sapijagung.
2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman,jenis komposber bahan baku feces.
3. Nilai penerimaan dan biaya produksi usahaternak dan tanaman jagung pada lahansuboptimal
Tahun 20161. Peningkatanproduktivitasusahatanisapidanj
agungdilahan suboptimal2. Peningkatan efisiensiusahatani di lahan
suboptimal.3. Respon petani terhadap inovasi teknologi
vii
integrasi sapi dengan jagung pada lahansuboptimal.
8. Hasil tahun lalu : 1. Peningkatan produktivitas lahan suboptimalsebesar 10%.
2. Peningkatan pendapatan petani/peternaksebesar 10%.
3. KTI dalam bentuk prosiding sebanyak 1judul.
9. Perkiraan manfaat : 1. Meningkatkan gairah petani untukmemperluas usaha.
2. Mendorong jumlah populasi sapi potong dilokasi pengkajian sejalan denganpeningkatan gairah usaha petani.
3. Nilai pendapatan petani meningkat seiringdengan peningkatan produksi dan efisiensiusaha.
10. Perkiraan dampak : 1. Membuka lapangan kerja baru bagimasyarakat setempat khususnya yangberkaitan dengan aktifitas di bidangperternakan sapi potong dan pertaniantanaman jagung.
2. Mendorong penentu kebijakan setempatuntuk meningkatkan pengembangan usahaperternakan sapi potong dan pertaniantanaman jagung yang lebih luas.
3. Menberi kontribusi terhadap peningkatanpendapatan asli daerah (PAD).
11. Metodologi : Kajian teknologi pada tanaman jagungperlakuan varietas (2 varietas) dan perlakuanpupuk (2 perlakuan). Varietas yang digunakanadalah Bisi 18 dan Bima Uri 19. Perlakuanpupuk: 1) teknologi pemupukan petani dan 2)teknologi pemupukan petani + kompos (bahanbaku kotoran sapi) + bio-urine. Ulangan yangdigunakan pada masing-masing varietassebanyak 3 ulangan (total petani 6 orang).Total luas pengkajian ini 3 ha. Kajian teknologipemberian pakan dilakukan selama 3 bulanpemberian pakan fermentasi limbah tanamanjagung dengan pakan tambahan kosentratberbahan baku brangkasan jagung denganmasa preelim 2 minggu. Rancanganpengkajian yang di gunakan adalah RancanganAcak Kelompok (RAK), bahan percobaanmenggunakan sapi bakalan berjumlah 24 ekorternak sapi bali induk yang berumur 1,5-3tahunyang di bagi menjadi 2 perlakuan pakanyaitu 1) pakan teknologi petani (rumput
viii
lapangan) dan 2) pakan teknologi petani(rumput lapangan) + pakan limbah tanamanjagung.Data kesuburan tanah, produktivitastanaman jagung dan ternak yang terkumpulakan dianalisis dengan analisis of variant(ANOVA), uji lanjut dengan DMRT. Analisisfinansial dilakukan untuk menentukankelayakan usahatani.
12. Jangka Waktu : 2 tahun (2015 – 2016)13 Biaya : Rp. 96.000.000 (Sembilan Puluh Enam Juta
Rupiah).
ix
SUMMARY
1. Title RPTP : Integration System of Cattle with CornOnSub-Optimal Land in Bengkulu Province
2. Institute : Bengkulu Assessment Institute for AgriculturalTechnology (AIAT)
3. Location : North Bengkulu Residence
4. Agroecosystems : Dry land
5.
6.
Status (C/N)
Objectives
:
:
Continous
End GoalsGetting the model of integration cattle farmwith maize in sub-optimal land.
Year 20151. Assessing the potential for sub-optimal
land application of farm capital systemintegration cow corn.
2. Increasing resources for crops and feedlivestock resource for compost.
3. Analyzing the impact of the economicvalue of system integration cow corn onland sub optimal.
Year 20161. Optimizing farming in sub-optimal land
through the integration of cattle with corn.2. Improving soil fertility suboptimal.3. 3. Knowing the farmer's response to the
integration of technological innovations inthe fields of corn beef with suboptimal.
7. Output : End Goals :Model of integration cattle farm with maize insub-optimal land.
Year 20151. Study of land potential for the application
of the model sub- optimal farming systemsintegration cow corn.
2. Increasing resources for crops and feedlivestock resource for compost.
3. Analysis of the impact of the economicvalue of system integration cow corn onland sub- optimal
x
Year 20161. Optimization of farming in sub-optimal
land through the integration of cattle withcorn.
2. Improved soil fertility suboptimal.3. 3. The farmers' responses to technological
innovation integration beef with corn onsuboptimal land.
8. Achievements : 1. Increased suboptimal land productivity by10%.
2. To increase the income of farmers /ranchers by 10%.
3. Peaper in the form of proceedings as muchas one title.
9. Expected Benefits : 1. Improving farmer passion to expand thebusiness.
2. Promote the number of beef cattlepopulation in locations consistent withincreased arousal assessment of farmers.
3. Farmers income value increases with theincrease in production and businessefficiency.
10. Expected Impact : 1. Opens new jobs for local communities,especially with regard to activities in thefield of beef cattle farms and corn crops.
2. Encouraging local policy makers toimprove the business development of beefcattle farming and agriculture corn cropwider.
3. Gif contributed to the increase in revenue.
11. Methodology : Study treatment teknologia maize varieties(two varieties) and fertilizer treatments (2treatments). The varieties used are Bisi 18 andTreatment Bima Uri 19 Milky fertilizer : 1)teknology fertilization Farmers and 2)teknology Farmers + compost fertilizer ( cowdung raw materials ) + biourine. Deuteronomyused in Each - Some varieties of as much as 3replicates (entute Farmers 6). This assessmententute 3 hektare.Technology study of feedingis done during the 3 -month feeding wastefermentation of corn plants with additionalfeed cosentrate made from corncobs withfuture preelim 2 weeks, the draft assessmentused was a randomized block design (RAK),the experimental material using feeder cattleamounted to 24 head of cattle parent bali
xi
cattle aged 1.5-3 years were divided into twotreatment of feed, ie 1) farmers feedtechnology (grass field) and 2) feed the farmertechnologies (grass field) + waste feed corncrops. Data of soil fertility, productivity ofmaize crop and livestock collected will beanalyzed by analysis of variants (ANOVA), afurther test with DMRT. Financial analysisconducted to determine the feasibility offarming.
12. Period : 2 years (2015 – 2016)13. Cost : IDR 96.000.000
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Lahan suboptimal di Provinsi Bengkulu cukup luas dan belum sepenuhnya
dimanfaatkan untuk pertanian, lahan sub optimal tersebut diantaranya adalah
lahan kering masam dan lahan rawa, lahan kering mencapai 4,57 juta ha yang
tediri dari 3,44 juta ha lahan masam dan 1,13 juta ha lahan tidak masam. Luas
lahan kering yang memiliki potensi untuk sektor untuk sektor pertanian seluas
796.800 ha (BPS Provinsi Bengkulu 2013). Provinsi Bengkulu memiliki potensi
yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi karena didukung oleh
sumber daya alam (lahan, pakan), sumber daya manusia, serta peluang pasar
yang memadai.
Tanaman jagung merupakan tanaman yang dapat ditanam di lahan
suboptimal dengan penanganan berbagai macam penanganan. Di Provinsi
Bengkulu luas tanaman tanaman jagung 22.653 ha dengan produksi 103.770
ton, sedangkan di Bengkulu Utara seluas 2.904 ha dengan produksi 13. 346 ton
(BPS Bengkulu, 2013). Produktivitas jerami jagung adalah sekitar dua kali lipat
dari produktivitas jagung, jadi seandainya jagung pipil kering diperoleh 3,5
ton/ha maka bahan kering jerami adalah sekitar 7 ton/ha (Paat, 2009).
Usahatani terpadu merupakan pilihan tepat karena semakin terbatasnya
kemampuan sumberdaya pertanian. Sehubungan dengan itu sistem integrasi
jagung-sapi (SIJS) adalah salah satu model sistem usahatani terpadu alternatif
pada pertanian lahan kering. Pengembangan SIJS merupakan program yang
strategis untuk menundukung swasembada jagung Indonesia. SIJS merupakan
sistem usahatani tanpa limbah (zero waste) sehingga limbah tanaman menjadi
input pakan ternak, sebaliknya limbah ternak digunakan untuk pupuk tanaman
jagung. Keunggulan model usahatani terpadu ini adalah terjadinya interaksi
posistif antar kedua atau lebih komoditas yang dipadukan. Setiap kombinasi yang
berinteraksi posistif menunjukkan bahwa keduanya saling mendukung dalam
satu sistem produksi usahatani.
Usahatani pada lahan kering marginal yang hanya bertumpu hanya pada
tanaman pangan semusim saja tidak akan mampu memenuhi kebutuhan
keluarga tani dan juga tidak akan menjamin kelestarianya. Ini disebabkan
kompleknya interaksi faktor-faktor pembatas sumberdaya lahan dan lingkungan
2
antara lain rendahnya produktivitas lahan, rendahnya efisiensi pemupukan,
tingginya serangan penyakit serta rendahnya efisiensi pemasaran hasil
pertanian.
Sistem integrasi tanaman-ternak dengan pendekatan zero waste
merupakan penyempurnaan dari sistem intensifikasi padi yang telah berkembang
di kalangan masyarakat pedesaan. Ada tiga komponen teknologi utama yaitu:
1. Teknologi budidaya ternak, terdiri atas sistem pengandangan ternak secara
berkelompok, teknologi peningkatan frekuensi kelahiran anak melalui
aplikasi teknologi inseminasi buatan (IB) dan teknologi pemberian pakan.
2. Teknologi budidaya jagung melalui pendekatan PTT.
3. Teknologi pengolahan pakan ternak dan kompos serta teknologi
penyimpanan dan peningkatan mutu gizi pakan.
Populasi ternak sapi di Provinsi Bengkulu pada tahun 2012 berjumlah
105.550 ekor dengan produksi daging 3.759,88 ton/tahun. Sedangkan populasi
sapi potong di Kabupaten Bengkulu Utara adalah 36.206 ekor dengan produksi
daging sebesar 471,08 ton (BPS 2013). Sistem pemberian pakan cukup beragam
di masing-masing kawasan. Ternak sapi mempunyai prospek dan potensi pasar
yang cerah.Selain memberikan tambahan pendapatan bagi petani peternak,
usaha ternak sapi juga merupakan sumber pendapatan daerah melalui
perdagangan antarprovinsi, antara lain ke Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
dan Jambi.
Pemerintah dalam hal ini Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan
Provinsi Bengkulu telah melakukan berbagai langkah untuk mengembangkan
peternakan di wilayah tersebut.Satu dari kebijakan tersebut adalah memberikan
bantuan ternak sapi maupun modal kepada kelompok petani-peternak. Di
Bengkulu, sapi dipelihara secara terpadu dengan tanaman, yang dikenal dengan
sistem integrasi tanaman ternak (integrated farming system). Menurut Priyanti
(2007), usaha ternak sapi tanaman dapat memberikan dampak budi daya, sosial,
dan ekonomi yang positif. Potensi ketersediaan pakan dari limbah tanaman
cukup besar sepanjang tahun.
Guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju, efisien dan
berkelanjutan, diperlukan dukungan teknologi pertanian yang telah teruji sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan wilayah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang
3
hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun
disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum
diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup
tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai
oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh
pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar.
Peluang integrasi jagung dan sapi didukung oleh beberapa faktor internal
sebagai berikut:1) pertanian jagung menghasilkan pakan limbah pertanian yang
cukup besar, sebagai contoh total biomasa segar jagung varietas bima-1 sebesar
100,68 ton/ha, varietas semar-10 sebesar 99,15 ton/ha (Puslitbangtan, 2003),
2). Perumpasan daun jagung untuk pakan sapi dapat dilakukan sejak
pertumbuhan vegetasi sebagaimana yang sering dilakukan di Blora
(Puslitbangtan, 2003). 3). Sapi mampu memanfaatkan limbah jagung sebagai
pakan, 4). Tenaga kerja sapi dibutuhkan dalam sistem produksi jagung, 5).
Peternakan sapi mensulpai kotoran sebagai bahan baku pupuk organik, di satu
sisi jagung membutuhkan pupuk organik dalam pertumbuhannya.
Guna mewujudkan pembangunan pertanian yang maju, efisien dan
berkelanjutan, diperlukan dukungan teknologi pertanian yang telah teruji sesuai
dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan wilayah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian telah banyak melakukan kegiatan penelitian yang
hasilnya sebagian besar telah diterapkan oleh pengguna secara luas. Namun
disadari bahwa masih banyak informasi teknologi hasil penelitian yang belum
diketahui oleh para pengguna dan pembuat kebijakan. Hal ini terlihat dari cukup
tingginya senjang hasil yang dicapai oleh pengguna dengan hasil yang dicapai
oleh lembaga penelitian, bahkan tingkat teknologi yang diterapkan oleh
pengguna masih relatif rendah. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa
informasi teknologi dari sumber inovasi ke pengguna belum berjalan lancar.
Pengembangan kelembagaan merupakan salah satu komponen pokok
dalam keseluruhan rancangan Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
(RPPK) tahun 2005 – 2025.Selama ini pendekatan kelembagaan baik formal
maupun informal telah menjadi komponen pokok dalam pembangunan pertanian
di perdesaan terutama dalam pengembangan inovasi spesifik lokasi.Kelembagaan
formal yang sudah terbentuk diantaranya adalah BP4K (Badan Pelaksana
4
Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan), BPP (Badan Pelaksana
Penyuluhan) dan Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan. Di Propinsi
Bengkulu namakelembagaan formal ini berbeda pada beberapa kabupaten
seperti di Kabupaten Bengkulu Utara, dan Kabupaten Kepahiang.
Permasalahan kelembagaan tetap merupakan bagian yang esensial, baik
kelembagaan formal maupun kelembagaan informal. Pada kelembagaan formal
telah dibentuk kelembagaan baru yaitu Badan Koordinasi Penyuluhan sebagai
lembaga pemerintah non departemen, yang akan merumuskan secara terperinci
tentang metode penyuluhan, strategi penyuluhan dan kebijakan penyuluhan.
Di tingkat kelembagaan informal telah dibentuk beberapa lembaga baru,
misalnya Pos Penyuluhan Desa dan gapoktan. Kementerian Pertanian
menargetkan akan membentuk satu gapoktan di setiap desa khususnya yang
berbasis pertanian. Ini merupakan satu lembaga andalan baru, meskipun
semenjak awal 1990-an gapoktan telah dikenal. Saat ini gapoktan diberi
pemaknaan baru, termasuk bentuk dan peran yang baru.Gapoktan menjadi
lembaga gerbang (gateway institution) yang menjadi penghubung petani satu
desa dengan lembaga-lembaga lain di luarnya.Gapoktan diharapkan berperan
untuk fungsi-fungsi pemenuhan permodalan pertanian, pemenuhan sarana
produksi, pemsaran produk pertanian, dan termasuk menyediakan berbagai
informasi yang dibutuhkan petani (Astuti, 2010).
1.2. Dasar Pertimbangan
1. Penguatan kelembagaan kelompok tani - ternak pada satu kawasan
pengembangan komoditas jagung dan sapi secara sinergi berdampingan
dalam siklus usahataninya perlu dikembangkan. Kelompok tani yang ada dan
termasuk masyarakat yang mempunyai ternak diberdayakan untuk menjadi
satu kelompok tani yang mandiri di beberapa desa pada satu kecamatan.
Dengan terbentuknya kelompok tani - ternak di beberapa desa akan
terbentuk suatu kesamaan persepsi untuk mengusahakan ternak sapi dan
jagung bersama-sama pada satu kawasan sehingga dimungkinkan
bergabung menjadi Gapoktan. Gapoktan bersama-sama dengan penyuluh
setempat, pengamat hama dan pengamat benih dengan membentuk unit-
unit usaha berupa unit usaha saprotan, unit usaha pascapanen, unit usaha
pembiayaan dan unit usaha pemasaran.
5
2. Petani dalam kelompok tani diusahakan mampu diarahkan tidak hanya
sebagai produsen namun menjadi supplier melalui unit-unit usaha dalam
Gapoktan.
3. Sistem integrasi sangatmenguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan
rumput dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian
sebagai pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk
meningkatkankesuburan tanah. Rohaeni et al 2010, yangmengkaji keragaan
model integrasi jagung-ternak di lahan kering yang dilakukan di Desa
Sumber Mulia, Kecamatan Pelaihari, Kabupaten Tanah Laut,sistem integrasi
yang diintroduksikan yaitu dari segi budidaya jagung, fermentasi kotoran
sapi dan teknologi budidaya ternak sapi. Budidaya jagung yang
diintroduksikan yaitu penggunaan pupuk dasar fine compost. Hasil
pengkajian menunjukkan bahwa integrasi usahatani tanaman jagung dan
ternak sapi di lahan kering dapat memberikan nilai tambah berupa
penggunaan kotoran sapi sebagai fine compost sehingga dapat mengurangi
biaya untuk pembelian kotoran ayam,limbah jagung yang dapat
dimanfaatkan terutama untuk pakan alternatif pada musim kemarau yaitu
daun, batang dan janggel.
4. Hasil pengkajian integrasi pada tahun 2015, komponen teknologi yang
dihasilkan adalah potensi lahan sub optimal untuk penerapan model usaha
tani integrasi sapi jagung menggunakan bahan organik berasal dari kompos
feces sapi terbukti meningkatkan bahan organik tanah. Komposisi pakan
berbasis limbah tanaman jagung manis yang direkomendasikan berdasarkan
hasil pengkajian sebelumnya adalah formula pakan menggunakan limbah
jagung fermentasi 10% dari bobot badan menghasilkan PBBH tertinggi, jenis
kompos berbahan baku feces ternak sapi bali.Nilai Penerimaan dan biaya
produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada lahan sub optimal yang
dilakukan secara integrasi meningkatkan pendapatan petani/peternak
dibandingkan dengan single komoditas.
6
1.3. Tujuan
Tujuan Akhir :
Mendapatkan model usahatani integrasi sapi jagung pada lahan suboptimal.
Tujuan Tahun 2015 :
1. Mengkaji potensi lahan suboptimal untuk penerapan modal usaha tani
integrasi sapi jagung.
2. Memanfaatkan sumberdaya tanaman untuk pakan dan sumber daya ternak
untuk kompos.
3. Menganalisis nilai ekonomi dampak penerapan integrasi sapi jagung di lahan
suboptimal.
Tujuan Tahun 2016 :
1. Meningkatkan produktivitas usahatani sapi dan jagung dilahan suboptimal
2. Meningkatkan efisiensi usahatani di lahan suboptimal.
3. Mengetahui respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan
jagung pada lahan suboptimal.
1.4. Keluaran yang Diharapkan
Keluaran Akhir :
Rekomendasi teknologi usahatani integrasi sapi dengan jagung pada lahan
suboptimal.
Keluaran Tahun 2015 :
1. Kajian potensi lahan sub optimal untuk penerapan model usaha tani integrasi
sapi jagung.
2. Komposisi pakan berbasis limbah tanaman, jenis kompos berbahan baku
feces.
3. Nilai Penerimaan dan biaya produksi usaha ternak dan tanaman jagung pada
lahan suboptimal.
Keluaran Tahun 2016 :
1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung dilahan suboptimal
2. Peningkatan efisiensi usahatani di lahan suboptimal.
3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada
lahan suboptimal.
7
1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak
Pemanfaatan lahan suboptimal untuk pertanaman jagung dengan
penggunaan varietas yang sesuai dan pemanfaatan pupuk kandang yang spesifik
lokasi sehingga produktivitas jagung yang optimal dapat tercapai dengan
pengolahan lahan yang tepat. Pengembangan sapi yang diintegrasikan dengan
tanaman jagung pada lahan suboptimal dapat meningkatkan produksi jagung,
daging sapi dan peningkatan Bahan organik lahan dan perbaikan tekstur tanah
akan berdampak positif pada peningkatan pendapatan petani.
Dampak kegiatan integrasi yang dilakukan diharapkan agar terjadi
peningkatan produktivitas lahan, dari lahan suboptimal menjadi lahan optimal.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
Sistem integrasi merupakan penerapan usaha tani terpadu melalui
pendekatan low external input antara ternak sapi dan tanaman (Priyanti 2007).
Sistem ini sangat menguntungkan karena ternak dapat memanfaatkan rumput
dan hijauan pakan yang tumbuh liar, jerami atau limbah pertanian sebagai
pakan, selain menghasilkan kotoran sebagai pupuk organik untuk meningkatkan
kesuburan tanah.
Sistem integrasi juga dapat menambah pendapatan rumah tangga
dengan mengolah kotoran sapi menjadi kompos. Pupuk kompos selanjutnya
dapat dijual kepada petani lain atau masyarakat yang membutuhkannya. Usaha
tani integrasi menerapkan pendekatan sistem dalam satu kesatuan daur produksi
(Priyanti 2007). Dalam penelitiannya, Suwandi (2005) dan Priyanti (2007)
mengkaji sistem integrasi tanaman-ternak sapi potong. Beberapa hasil penelitian
menunjukkan sistem integrasi ternak sapi tanaman dapat meningkatkan
pendapatan petani (Sariubang et al. 2003; Suwandi 2005; Dinas Peternakan
Provinsi Sumatera Barat 2007; Priyanti 2007).
Secara umum lahan kering dapat dibedakan menjadi lahan kering masam
dan lahan kering tidak masam, tanah-tanah yang umumnya mempunyai pH
masam dilahan kering adalah ordo Entisol, Inceptisol, Ultisols dan Oxisols yang
beriklim basah dengan curahujan tinggi,sedangkan lahan kering yang tidak
masam pada umumnya terdiri dari Inceptisols, Vertisols, Millisols, Alfisols yang
berbeda pada daerah beriklim kering (Hidayat dan Mulyani, 2002).
Untuk mengatasi soil sickness yang mengakibatkan menurunnya
produktivitas lahan dapat diatasi dengan penambahan bahan organik. Sebagai
sumber bahan organik digunakan brangkasan jagung. Brangkasan jagung
dengan pupuk kandang akan menghasilkan kompos yang lebih baik. Oleh karena
itu introduksi ternak (sapi) ke ekosistem lahan kering mempunyai efek sinergis
dimana brangkasan jagung dapat dijadikan pakan ternak dan sebagian dengan
tambahan pupuk kandang dapat diolah menjadi kompos. Kompos untuk
memperbaiki soil sickness menjadi tersedia in situ dan sekaligus petani mendapat
nilai tambah dari pertambahan populasi ternak maupun daging. Di samping itu
penyerapan tenaga kerja juga meningkat dan distribusi tenaga kerja menjadi
lebih merata (Matondang dan Rusliyadi, 2009).
9
Sariubang et al. (2003) menyatakan, pada pola integrasi sapi potong-
jagung, pendapatan dapat berasal dari hasil panen jagung pipilan, anak sapi, dan
pupuk kandang. Dengan demikian, keuntungan yang diperoleh dalam satu luasan
lahan lebih besar dibanding bila hanya menanam jagung saja. Pola integrasi sapi
potongjagung di Sulawesi Selatan mampu memberikan keuntungan
Rp4.797.118/ha/ musim tanam dengan B/C ratio 1,40 (Sariubang et al. 2003).
Pembangunan pertanian adalah suatu rangkaian kegiatan untuk
meningkatkan pendapatan petani, yakni melalui melalui salah satu program
pendampingan Peningkatan Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (Wulandari,
2010), diharapkan dapat menciptakan lapangan kerja, mengentaskan
kemiskinan, memantapkan ketahanan pangan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian, 2004a).
Inovasi teknologi pertanian merupakan salah satu cara mempercepat
pembangunan pertanian. Oleh karena itu peran penelitian dan pengembangan
(Litbang) pertanian menjadi penting artinya sebagai salah satu pendukung
pembangunan pertanian.
10
III. METODOLOGI
3.1. Pendekatan (Kerangka Pemikiran)
Pendekatan pengkajian ini merupakan pengkajian inovasi teknologi
integrasi yang di lakukan melalui pendekatan EksperimentalPerticipatory On Farm
Research dengan mengumpulkan sebanyak mungkin informasi yang
berhubungan dengan inovasi teknologi integrasi pada sektor peternakan sapi dan
tanaman jagung. Pada sektor tanaman jagung dengan melalui teknologi integrasi
ternak dan tanaman. Pada sektor peternakan yaitu pada peternakan sapi potong
yang sudah menerapkan teknologi pakan limbah pertanian dan limbah kotoran
ternak sebagai kompos.
Kegiatan ini dilaksanakan dengan penelusuran literatur (desk study)
penyusunan instrumen penggalian data primer (kuesioner), identifikasi dan
analisis data melalui pendekatan evaluasi teknis dan sosial ekonomi, dan
pemantapan road map model integrasi sapi dengan jagung pada lahan
suboptimal spesifik lokasi di propinsi Bengkulu.
Lokasi pengkajian adalah sama dengan lokasi pada tahun 2015, yang
merupakan lokasi perternakan sapi dan perkebunan jagung yang belum
terintegrasi yaitu di Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang, Kecamatan Hulu
Palik, Kabupaten Bengkulu Utara. Keberadaan ternak sapi diharapkan dapat
memperbaiki kesuburan tanah di lahan suboptimal Kabupaten Bengkulu Utara.
3.2. Ruang Lingkup Kegiatan
Pengkajian yang akan dilakukan meliputi pengkajian lapangan, survei dan
laboratorium. Pengkajian ini meliputi 3 kegiatan yaitu:
1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahan suboptimal
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi : 1) Teknologi pembuatan pakan ternak
berbasis limbah jagung; 2) Pengkajian pakan ternak berbasis limbah jagung;
3) Pengkajian pemanfaatan kompos dan biourin pada tanaman jagung di
lahan suboptimal; 4) Analisis kesuburan.
2. Peningkatan efisiensi usahatani di lahan suboptimal
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi : 1) Analisis efisiensi teknis sistem
integrasi sapi dan jagung dan 2) Analisis efisiensi ekonomis sistem integrasi
sapi dan jagung
11
3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan jagung pada
lahan suboptimal.
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi : 1) Sosialisasi hasil pengkajian teknologi
usahatani integrasi sapi dan jagung dan 2) Survei respon petani terhadap
teknologi usahatani integrasi sapi dengan jagung.
3.3. Bahan dan Metode Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah pH meter, alat
pengambil sampel tanah, timbangan gantung, timbangan analitik, timbangan
ternak digital, tempat pakan dan minum, sabit, plastik, cangkul, tugal, ember,
handsprayer, tali, dan meteran.
Bahan yang digunakan pada pengkajian ini adalah sapi bali induk berumur
1,5 – 3 tahun berjumlah 24 ekor,pakan ternak hijauan/rumput, limbah tanaman
jagung, benih jagung hibrida, kapur pertanian (dolomit), pupuk, pestisida
(herbisida, insektisida, dan fungisida), urea, NPK, SP-36, KCl dan bahan
organik/pupuk kompos/kotoran sapi, limbah kulit kopi dan sekam padi, dedak
padi/bekatul, tetes tebu, dekomposer dan dedak halus.
3.3.2. Metode Pelaksanaan Kegiatan
1). Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahansuboptimal
Penggunaan input usaha tani jagung dan sapi melalui implementasitasi
inovasi teknologi sistem integrasi sapi – jagung spesifik lokasi, dengan
memanfaatkan limbah panen tanaman jagung sebagai pakan ternak adalah
merupakan usaha implementasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha
tani integrasi diawali dengan kegiatan sosialisasi dengan petani kooperator
tentang teknologi-teknologi dan inovasi usahatani yaitu teknologi penanganan
ternak sapi betina bunting dan penanganan persiapan kelahiran pedet,
tatalaksana kebersihan kandang dan ternak sapi, pemanfaatan limbah ternak
berupa feses dan urine ternak untuk pembuatan pupuk organik (kompos dan
biourine), pengenalan pakan hijauan berkualitas, pembuatan permentasi pakan
berbasis limbah panen tanaman jagung, teknologi budidaya tanaman jagung,
12
pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman dan pemanenan
tanaman jagung.
Ternak sapi yang dipelihara di lokasi pengkajian adalah jenis sapi Bali, rata-
rata kepemilikan ternak sapi per peternak adalah 2 - 3 ekor. Sistem pemeliharaan
ternak adalah semi intensif dimana ternak digembalakan pada siang hari dan
dikandangkan pada sore harinya. Sistem perkawinan sapi melalui kawin alam dan
IB. Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput lapangan. Sementara itu limbah
tanaman jagung, baik brangkasan maupun tongkol jagung belum dimanfaatkan
sebagai pakan ternak. Peternak belum memberikan konsentrat pada pakan
ternaknya, tetapi untuk mineral sudah diberikan dalam bentuk garam dapur.
a. Pengkajian pemanfaatan kompos dan biourine pada tanaman jagung
Kegiatan pengkajian pemanfaatan kompos dan biourine pada tanaman
jagung dilaksanakan Desa Batu Raja R dan Desa Batu Layang Kecamatan Hulu
Palik di kabupaten Bengkulu Utara.
Rancangan pengkajian yang dilakukan adalah rancangan acak kelompok
dengan perlakuan varietas (2 varietas) dan perlakuan pupuk (2 perlakuan).
Varietas yang digunakan adalah Bisi 18 dan Bima Uri 19. Perlakuan pupuk: 1)
teknologi pemupukan petani dan 2) teknologi pemupukan petani + kompos
(bahan baku kotoran sapi) + biourine. Ulangan yang digunakan pada masing-
masing varietas sebanyak 3 ulangan (total petani 6 orang). Total luas pengkajian
ini 3 ha.
FGD dilaksanakan untuk menentukan teknologi existing petani yang akan
dijadikan sebagai perlakuan pembanding. Teknologi existing dalam usahatani
jagung meliputi : varietas jagung Bisi 18, jarak tanam 80 cm x 40 cm, 2 biji per
lubang, pupuk Urea 200 kg/ha, SP-36 100 kg/ha dan NPK Phonska (15:15:15)
100 kg/ha, pemberian pupuk 2 x yaitu (7-14 HST dan 35-45 HST).
Pembuatan kompos dan biourine berbasis kotoran ternak dan urine sapi
kegiatan integrasi sapi-jagung dilaksanakan pada bulan April di Desa Batu
Layang kecamatan Hulu Palik yang di hadiri oleh Kepala desa Batu Layang,
Petugas PPL Desa Batu Layang (Junaidi, SP), petugas PPL Desa Batu Raja R
(Wiwik Sugiwati), Pengurus Kelompok Tani Tri Mukti dan Anggota Kelompok (12
orang). Sebelum pembuatan kompos, disampaikan petunjuk teknis dalam
pembuatan kompos. Kompos dibuat menggunakan dekomposer Trichoderma,
13
pupuk kandang (kotoran sapi), sekam, dedak dan dolomit. Bahan dasar kompos
yang di gunakan sebanyak 3 ton untuk memperoleh kompos sebanyak 4 ton.
Dalam waktu 3 minggu kompos menjadi matang, hasil kompos yang diperoleh
adalah sudah sesuai dengan ciri khas pupuk organik dengan ciri khas berwarna
coklat kehitam-hitaman, tidak berbau busuk (kotoran ternak), Tidak lagi panas
dan remah/gembur.
Pembuatan biourine oleh kelompok yang dipandu oleh tim BPTP Bengkulu
diikuti oleh petugas PPL dan perangkat desa Desa Batu Layang. Alat dan bahan
yang digunakan adalah drum plastik kapasitas 150 liter, pompa air dan selang
plastik, urine sapi 100 - 130 liter, tetes tebu/molases 750 ml, empon-empon
(temulawak, temuireng, kunyit) 5 kg dan EM-4. Waktu pembuatan biourine
selama 7 hari. Hasil biourine yang diperoleh adalah sesuai dengan ciri khas
pupuk organik cair dengan ciri khas berwarna agak bening, berbau khas sesuai
dengan empon-emponnya, bau busuknya sudah hilang (kandungan amoniaknya
sudah tidak ada lagi), dan tidak panas.
Pelaksanaanplotting lahan pada 6 titik dilahan kelompok tani. Setelah
pelaksanaan plotting lahan pengkajian tim BPTP, memberikan herbisida kepada
kelompok tani Tri Mukti dan Sri Gati. Pembersihkan lahan dengan penyemprotan
herbisida 2 minggu sebelum penanaman. Sebelum penanaman jagung, dilakukan
penjelasan tentang budidaya jagung dan pelaksanaan perlakuan pada pengkajian
pemanfaatan kompos dan bio-urine pada tanaman jagung petani kooperator
kelompok tani Tri Mukti dan kelompok Tri Gati yang diikuti oleh pengurus
kelompok tani, petani jagung dan petugas PPL desa batu Raja R.
Penanaman jagung tanggal 8 Juni 2016 oleh 6 petani (sebagai ulangan).
Masing-masing petani menanam 2 varietas jagung yaitu Bisi 18 dan Bima Uri 19
(2 perlakuan varietas). Masing-masing petani melaksanakan 2 perlakuan pupuk
berbeda yaitu : 1) pemberian kompos sebanyak 32 gr/lubang tanam (2 ton/ha)
pada saat tanam sebagai penutup benih dan 2) tanpa kompos (sebagai penutup
benih adalah tanah biasa). Total luas pengkajian ini 3 ha.
Pelaksanaan pengamatan tanaman jagung dilaksanakan pada minggu
ketiga Juni 2016. Keragaan tanaman jagung cukup baik, benih mempunyai daya
tumbuh ± 95% dan kedua varietas tanaman tersebut tumbuh dengan tinggi
tanaman berkisar antara 234 – 260 cm. Pembagian pupuk sesuai perlakuan dan
luas tanam petani kooperator jumlah pupuk yang didistribusikan adalah 600 kg
14
urea, 300 kg SP36, 300 kg NPK Ponska, 3.000 kg kompos dan 114 liter biourine.
Hasil pemanfaatan kompos dan biourine digunakan sebagai tambahan pupuk
pada perlakuan P2.
b. Teknologi pembuatan pakan ternak berbasis limbah jagung
Teknologi pembuatan pakanternak berbasis limbah jagung diperoleh
dari sisa hasil panen tanaman jagung hibrida berupa batang, daun, kelobot dan
tongkol yang kemudian di fermentasikan terlebih dahulu. Proses fermentasi
adalah :
1. Teknologi fermentasi jerami jagung
Proses pembuatan fermentasi jerami jagung yang telah dilayukan
dengan kadar air 60-70% dipotong-potong 3-5 cm, gula tebu dilarutkan
dengan 12 liter air dengan cara diaduk atau direbus, jerami jagung yang
telah dipotong dimasukkan kedalam tempat pembuatan dengan cara
ditumpuk dan dipadatkan, pemberian urea, dedak halus dan larutan gula
tebu dilakukan secara bertahap dan berlapis, setiap ketebalan tumpukan
berkisar 20 cm.Urea, dedak dan larutan gula tebu ditaburkan dan disiram
secara merata. Demikian seterusnya sampai proses penumpukan selesai,
tumpukan kemudian ditutup rapat dengan menggunakan plastik atau bahan
kedap udara dan tidak rembes air lalu diberikan beban diatasnya dengan
menggunakan ban bekas atau karung berisi pasir, selama proses fermentasi
tumpukan tidak perlu dibalik dan lindungi dari hujan dan sinar matahari
langsung, proses pembuatan silase akan selesai 21 hari.
2. Pemberian silase kepada ternak sapi
Silase jerami jagung diberikan pada ternak sapi sebagai pakan
substitusi rumput segar atau dicampur dengan rumput hijauan. Silase jagung
berkualitas baik bila proses pembuatan dilakukan secara tepat dan benar
dengan ciri-ciri berbau harum agak kemanis-manisan, tidak berjamur, tidak
menggumpal, berwarna kehijau-hijauan dan pH berkisar antara 3,2 sampai
4,5. Pemberian pada ternak sapi sebesar 10% dari bobot badan dan
diberikan pada pagi dan sore hari.
15
b. Pengkajian teknologi pemberian pakan ternak sapi bali berbasislimbah jagung
Rancangan Pengkajian
Kajian teknologi pemberian pakan dilakukan selama 3 bulan pemberian
pakan fermentasi limbah tanaman jagung dengan pakan tambahan kosentrat
berbahan baku tongkol jagung dengan masa preelim 2 minggu, rancangan
pengkajian yang di gunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK), bahan
percobaan menggunakan sapi bakalan berjumlah 24 ekor ternak sapi bali induk
yang berumur 1,5-3 tahunyang di bagi menjadi 2 perlakuan pakan yaitu 1) pakan
teknologi petani (rumput lapangan) dan 2) pakan teknologi petani (rumput
lapangan) + pakan limbah tanaman jagung, ternak juga di berikan mineral
0,01% perekor/hari.
Bahan baku utama fermentasi pakan limbah jagung yaitu jerami jagung 1
ton (kadar air 60-70%) sedangkan bahan pencampur terdiri dari urea 2,5 kg,
gula merah/molases 4 kg dan dedak halus 5 kg.
Ternak sapi di kandangkan pada kandang koloni dan kandang individu, air
minum diberikan secara ad-libitum. Pemberian pakan ternak diberikan pagi dan
sore hari.
Parameter yang diukur
- Kandungan nutrisi pakan perlakuan
- Konsumsi pakan fermentasi jerami jagung, dan konsumsi pakan rumput
lapangan
- Daya simpan pakan fermentasi limbah jagung
- Analisis ekonomi usaha ternak
Analisis data
Analisis data usahatani ternak sapi dilakukan dengan analisis R/C dan B/C
ratio. Data keragaan pengkajian pakan dan ternak dianalisis dengan ANOVA dan
uji lanjut dengan DMRT.
16
d. Analisis Kesuburan Tanah
Analisis tanah yang dilakukan pada awal kegiatan pengkajian sebanyak 1
atau 2 sampel tanah komposit (tergantung homogenitas lahannya) yang di ambil
dari kedua desa lokasi pengkajian yaitu Desa Batu Layang dan Desa Batu Raja
R.Unsur yang di analisis meliputi pH tanah, kandungan bahan organik, dan
kesuburan tanah (unsur Nitrogen, Fosfor dan Kalium).
Analisis tanah juga dilakukan setelah panen jagung dengan mengambil
sampel tanah komposit dari pertanaman jagung. Tanah komposit tersebut
dianalisis kesuburannya seperti analisis pada awal kegiatan pengkajian.
Hasil analisis sebelum dan sesudah panen dibandingkan untuk melihat
perubahan atau peningkatan kesuburan lahan sebagai hasil implementasi
integrasi sapi-jagung. Data ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif.
3.4.2. Peningkatan efisiensi usahatani jagung dan sapi berbasisintegrasi di lahan suboptimal
Kegiatan yang dilaksanakan adalah:
1. Meminimalisir penggunaan input usahatani jagung dan sapi melalui
implementasi inovasi teknologi sistem integrasi sapi – jagung spesifik lokasi.
2. Menyiapkan kuisioner untuk identitas responden, biaya produksi, produksi,
harga, penerimaan dan pendapatan usahatani integrasi sapi-jagung dan non
integrasi.
3. Melakukan wawancara terhadap responden petani kooperator yang
melakukan usahatani integrasi sapi-jagung dibantu dengan kuisioner.
4. Melakukan tabulasi data hasil wawancara.
5. Menghitung total biaya usahatani jagung melalui penjumlahan keseluruhan
biaya yang di keluarkan meliputi biaya tenaga kerja, benih, pupuk, pestisida,
pengolahan lahan pada usahatani jagung permusim tanam.
6. Menghitung total biaya usaha ternak sapi melalui penjumlahan keseluruhan
biaya yang di keluarkan meliputi biaya pakan (HMT, dedak dan pakan
fermentasi/silase), obat-obatan, tenaga kerja, penyusutan kandang dan alat
usahaternak sapi persiklus usaha penggemukan.
7. Menghitung pendapatan kotor melalui perkalian antara jumlah produksi yang
diperoleh dalam usaha tani dan ternak dengan harga (P).
8. Menghitung pendapatan bersih atau keuntungan melalui pengurangan
pendapatan kotor dengan total biaya yang di keluarkan.
17
9. Melakukan analisis efisiensi usahatani integrasi sapi-jagung dan non
integrasi.
Analisis Data
Data yang di analisis dimulai dari penghitungan pendapatan kotor dan
pendapatan bersih atau keuntunganyang selanjutnya digunakan untuk mengukur
peningkatan efisiensi usahatani sapi-jagung dengan menggunakan analisis R/C
ratio. Besarnya pendapatan bersih petani dari usahatani sapi-jagung dihitung
dengan menggunakan “analisis biaya dan pendapatan” berdasarkan Soekartawi
(2005).
3.4.3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan
jagung pada lahan suboptimal
1) Sosialisasi hasil kajian teknologi
Sosialisasi hasil kajian teknologi dilaksanakan pada tanggal 23 Desember
2016 di Balai Desa Batu Layang, Kecamatan Hulu Palik, Kabupaten Bengkulu
Utara. Acara sosialisasi hasil kajian dihadiri 65 orang peserta yang berasal dari
Badan Ketahan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bengkulu Utara,
Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Bengkulu Utara, Camat
Hulu Palik, Kepala Desa Batu Raja R, Kepala Desa Batu Layang, Koordinator
Penyuluh BPP Baturoto, Koordinator Peternakan Kecamatan Hulu Palik, PPL,
Babinsa, Petani Kooperator dan Kelompok Tani Jagung dan Sapi di desa sekitar
yaitu Padang Bendar, Batu Roto, Simpang Ketenong dan panitia dari BPTP.
Metode yang digunakan berupa presentasi hasil pengkajian usahatani integrasi
sapi-jagung dan dilanjutkan dengan praktek pembuatan pakan
Acara di awali dengan kata sambutan yang disampaikan oleh BPTP
Bengkulu, dilanjutkan dengan kata sambutan dari Dinas Pertanian dan
Peternakan Kabupaten Bengkulu Utara, dan kepala Balai Penyuluhan Batu Roto.
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi hasil kajian teknologi integrasi
sapi dengan jagung pada lahan suboptimal dilaksanakan oleh penanggung jawab
kegiatan. Setelah penyampaian materi hasil kajian acara dilanjutkan dengan
diskusi dan tanya jawab.
18
2) Survei respon petani terhadap teknologi integrasi
Kegiatan ini dilakukan pada awal pengkajian dan pada akhir pengkajian
setelah dilakukan sosialisasi/temu lapang hasil kajian. Metode yang digunakan
adalah survei. Pengambilan data dilakukan secara purposive pada lokasi kegiatan
integrasi sapi-jagung di Desa Batu Layang dan Desa Batu Raja R, Kecamatan
Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara. Responden berjumlah 30 orang terdiri dari
petani kooperator dan non kooperator serta stakeholders. Alat bantu digunakan
kuesioner yang akan diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas.
Data dianalisis secara deskriptif. Hasil dari surveiterhadap teknologi tersebut
menjadi bahan masukan untuk penyempurnaan rekomendasi usahatani sistem
integrasi sapi dengan jagung dilahan suboptimal (lahan kering masam)
Kecamatan Hulu Palik, Bengkulu Utara.
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Peningkatan produktivitas usahatani sapi dan jagung di lahansuboptimal
4.1.1. Pengkajian pemanfaatan kompos dan biourine pada tanamanjagung di lahan sub-optimal
Hasil analisis pengkajian pemanfaatan pupuk kandang dan biourin pada
tanaman jagung disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Data pertumbuhan dan komponen hasil dan produktivitas tanaman
jagung 2016
Perlakuan
Tinggitanaman
(m)
Panjangtongkol(cm)
Lingkartongkol(cm)
Tinggitongkol
(m)
Jumlahbaris/
tongkol
Jumlahbiji/bari
s
Jumlahbiji/
tongkol
Produk-tivitas
(ton/ha)
Beratbrangkasan
jagung(kg/m2)
P1V1 2,41ab 17,00a 16,00a 1,36ab 14,00a 39,00a 546,00b 6,162a 5,40b
P1V2 2,35b 17,33a 15,33a 1,23b 12,67b 34,67ab 440,00b 5,996a 4,75c
P2VI 2,50a 18,00a 16,00a 1,47a 14,00ab 38,67bc 541,33b 6,940a 5,20b
P2V2 2,36b 15,67a 15,33a 1,26ab 17,33a 33,33c 577,33a 6,436a 6,33a
Sumber: Data primer (2016)
Keterangan: P1V1: varietas Bisi 18 tanpa komposP2V1: aplikasi kompos & biourin + varietas Bima uri 19P1V2: varietas Bima uri 19 tanpa komposP2V2: aplikasi kompos & biourin + varietas Bima uri 19
Dari hasil kajian ini terlihat bahwa tinggi tanaman perlakuan P2V1 lebih
tinggi (2,5 m)dan berbeda nyata dengan perlakuan P1V2 dan P2V2. Hal ini
berarti tinggi tanaman jagung varietas Bisi 18 lebih tinggi daripada varietas Bima
Uri 19. Untuk panjang tongkol dan lingkar tongkol jagung tidak berbeda nyata
antara perlakuan yang satu dengan yang lainnya. Tinggi tongkol dari permukaan
tanah pada perlakuan P2V1 (1,47 m) lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya
dan berbeda nyata dengan perlakuan petani.
Untuk produktivitas tanaman jagung tidak berbeda nyata antara perlakuan
yang satu dengan yang lainnya. Produktivitas yang diperoleh pada perlakuan
kompos dan biourin dengan penggunaan varietas Bisi 18 sebesar 6,940 ton/ha.
Produktivitas jagung tidak berbeda nyata karena kesuburan tanah
suboptimal tergolong rendah. Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa sebelum
ada integrasi sapi jagung, tanah di wilayah pengkajian cenderung agak masam,
20
C organik rendah, N organik sedang sampai tinggi dan P tersedia rendah (Tabel
2).
Tabel 2. Hasil analisis tanah sebelum adanya integrasi sapi jagung
KodeKadar
Air
Ekstrak 1:5 Terhadap Contoh Tanah Kering 1050CpH Bahan
OrganikP Bray
INilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7)
% H2O KCLC N K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK
% ppm _____________me/100 gr _____________1 12,60 5,79 4,72 1,60 0,48 29,27 2,04 0,20 2,46 1,69 30,152 8,65 5,51 4,19 1,93 0,28 26,41 2,60 0,16 1,56 11,81 22,04
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu
Tabel 3. Hasil analisis tanah sesudah integrasi sapi jagung
Kode
Kadar
Air
Ekstrak 1:5 Terhadap Contoh Tanah Kering 1050C
pH Bahan
Organik
P Bray
I
Nilai Tukar Kation (NH4Acatat 1 N, pH 7)
% H2O KCL
C N K-dd Na-dd Ca-dd Mg-dd KTK
% ppm _____________me/100 gr _____________
1 12,60 5,79 4,72 1,60 0,48 29,27 2,04 0,20 2,46 1,69 30,15
2 8,65 5,51 4,19 1,93 0,28 26,41 2,60 0,16 1,56 11,81 22,04
Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Tanah BPTP Bengkulu
Setelah integrasi diharapkan terjadi peningkatan unsur hara Phosphor (P)
yang tersedia, C organik, N serta pH tanah (Tabel 3). Peningkatan kesuburan
tanah mungkin tidak bisa terjadi hanya dengan pemberian kompos satu atau
dua kali, tetapi harus terus menerus.
Dalam jangka panjang, sistem integrasi sapi dan jagung mampu
meningkatkan unsur hara lahan suboptimal. Dari hasil penelitian sebelumnya,
aplikasi minimal 2 tahun secara terus menerus, penggunaan kompos mampu
menekan biaya penggunaan pupuk kimia hingga 50% sehingga mengurangi
polusi atau pencemaran tanah dan air dari kelebihan unsur-unsur kimia yang
berasal dari pupuk kimia.
Brangkasan tanaman jagung pada perlakuan P2V2 lebih berat daripada
perlakuan lainnya yaitu 6,33 kg/m2 (Tabel 1). Berat brangkasan jagung P2V2
berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa
pemberian kompos dan biourin pada tanaman jagung varietas Bima Uri 19 dapat
meningkatkan berat brangkasan jagung. Varietas ini bisa ditanam pada sistem
integrasi sapi jagung guna memperoleh bahan pakan asal limbah tanaman
jagung yang lebih banyak.
21
b. Teknologi pembuatan pakan ternak berbasis limbah jagung
Kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas usahatani
ternak sapi dilahan suboptimal adalah dengan penerapan teknologi pembuatan
pakan ternak berbasis limbah jagung. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 15
Juni 2016 dilumbung Desa Batu Layang dihadiri oleh seluruh anggota kelompok
tani Tri Mukti dan Sri Gati yang berjumlah 26 orang. Pemberian pakan berbasis
limbah tanaman jagung baik brangkasan jagung maupun tongkol jagung
bermanfaat sebagai pakan ternak sapi Bali. Agar nilai gizi limbah panen tanaman
jagung baik batang, daun maupun tongkol jagung meningkat kualitasnya maka
dilakukan fermentasi.
Teknologi pengolahan pakan fermentasi berbasis brangkasan tanaman
jagung dengan menggunakan bahan baku utama limbah jagung yaitu jerami
jagung sebanyak 1.000 kg (kadar air 60-70%), tongkol jagung 500 kg dan bahan
pencampur terdiri dari urea 4 kg, tetes/molases 6 kg dan dedak halus 7,5 kg.
Proses pembuatan fermentasi limbah jagung dilaksanakan beberapa tahap yaitu
tahap fermentasi, pengeringan dan penyimpanan.
Pada tahap fermentasi, jerami jagung dan tongkol jagung yang berkadar
air 60-70% dicacah dengan menggunakan mesin copper.Tetes tebu dilarutkan
dengan 12 liter air dengandiaduk atau direbus. Pupuk urea dilarutkan dengan air
sebanyak 10 liter, jerami jagung yang dipotong-potong dimasukkan kedalam
plastik (kedap udara/kondisi anaerob) dengan cara dipadatkan, pemberian urea,
dedak dan larutan tetes tebu secara bertahap dan merata kemudian ditutup
rapat, selanjutnya diikat dengan tali plastik lalu diberikan beban dengan
menggunakan kayu. Selama proses fermentasi lindungi dari hujan dan sinar
matahari. Proses fermentasi selesai 21 hari setelah penutupan.Pakan fermentasi
limbah jagung diberikan pada sapi Bali dengan melakukan pengkajian pemberian
pakan ternak berbasis limbah jagung.
c. Pengkajian teknologipakan ternak sapi berbasis limbah jagung
Ternak sapi Bali betina yang dipelihara di lokasi pengkajian adalah jenis
sapi bali, rata-rata kepemilikan ternak sapi per peternak adalah 2 - 5 ekor.
Sistem pemeliharaan ternak adalah semi intensif dimana ternak digembalakan
pada siang hari dan dikandangkan pada sore harinya. Sistem perkawinan sapi
kawin alam dan IB. Pakan yang diberikan berupa hijauan rumput lapangan.
22
Sementara itu limbah tanaman jagung, baik brangkasan maupun tongkol jagung
belum dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Peternak juga belum memberikan
konsentrat sebagai pakan ternak,tetapi telah menambahkan garam dapur.Petani
kooperatormemiliki mata pencaharian utama sebagaipetani, kisaran umur dibagi
3 kelompok umur yaitu umur 35 - 45 tahun berjumlah 66,67%, umur 46 – 55
tahun berjumlah 16,67%, umur56 – 70 tahun berjumlah 16,67%. Sehingga
dapat diketahui bahwa umur petani kooperator merupakan umur produktif dalam
kisaran 35 - 45 tahun sebesar 66,67%. Dengan tingkat pendidikan petani
kooperator kegiatan penelitian didominasi tamatan SD 61,1%, SLTP 33,3% dan
SLTA 5,56%. Peternak sapi dilokasi pengkajian yang memiliki kandang sebesar
83,33% dan sisanya peternak yang belum memiliki kandang 16,67%.
Ternak sapi Bali induk yang digunakan pada pengkajian berumur 1,5 - 3
tahun berjumlah 24 ekor dan yang dalam kondisi bunting sebanyak 9 ekor.
Konsumsi pakan hijauan perlakuan I (petani) pada sapi induk sebesar 22,23
kg/ekor/hari, sedangkan pada perlakuan II konsumsi hijauan rumput lapangan
sebesar 21,52 kg/ekor/hari dan konsumsi pakan fermentasi brangkasan jagung
sebesar 2,39 kg/ekor/hari. Pemberian brangkasan jagung telah mengurangi
konsumsi hijauan rumput sebesar 12% (Tabel 2).
Hasil limbah ternak sapi berupa feses per hari kedua perlakuan tidak
berbeda nyata yaitu PI sebesar 24,33 kg dan PII sebesar 24,67 kg/ekor/hari.
Demikian halnya dengan hasil urin per hari kedua perlakuan jumlahnya tidak
berbeda nyata untuk PI yaitu 13,25 liter/ekor/hari dan PII 13,67 liter/ekor/hari
(Tabel 2).
Daya simpan pakan fermentasi brangkasan jagung berkisar antara 4 - 6
bulan dengan rata-rata 5 bulan. Selama 5 bulan penyimpanan kondisi pakan
masih cukup baik, tetapi setelah melebihi 5 bulan penyimpanan fermentasi
brangkasan jagung kondisinya sudah mulai rusak yaitu berjamur dan berbau
tidak harum lagi. Sementara itu hasil fermentasi brangkasan jagung manis pada
pengkajian tahun lalu daya simpan dapat mencapai 8 bulan kondisinya masih
cukup baik (Tabel 4).
23
Tabel 4. Data konsumsi pakan dan hasil limbah ternak pada pengkajian ternaksapi bali induk/ekor/hari
No PerlakuanKonsumsi pakan (kg) Hasil Limbah
Ternak/hariDaya simpan
pakan fermentasibrangkasan
(bulan)Hijauan
(kg)FermentasiBrangkasan
Feses(kg) Urin (lt)
1 PI 22,94 - 24,33 13,25 -
2 PII 21,52 2,39 24,67 13,67 5
Keterangan : Data primer (2016)
Kandungan nutrisi pakan perlakuan untuk pakan hijauan rumput lapangan
(PI) kandungan protein kasarnya sebesar 7,27% sedangkan pakan hijauan yang
ditambah brangkasan fermentasi meningkat sebesar 9,80%. Serat kasar pakan
juga terjadi penurunan dari 14,32% menjadi 9,12% (Tabel 5).
Tabel 5. Kandungan Nutrisi Pakan Perlakuan
Perlakuan PakanParameter Analisis
Abu(%)
Air(%)
Lemak(%)
Protein(%)
Serat Kasar (%) Karbohidrat(%)
Petani (PI) - - 1,84 7,27 14,32BrangkasanJagung (P2)
2,12 60,05 0,50 9,80 9,12 25,41
Sumber : Hasil analisis proksimat laboratorium kimia FMIPA UNIB
Peningkatan produktivitas sapi Bali induk di peroleh dari kelahiran sapi
pedet. Kelahiran pedet pada perlakuan PI sebanyak 3 ekor, sedangkan pada
perlakuan PII lebih banyak yaitu 6 ekor. Bobot lahir pedet kedua perlakuan sama
yaitu rata-rata 15 kg. Jumlah sapi bunting dan bobot lahir pedet disajikan pada
Tabel 6.Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa pemberian pakan hijauan
rumput yang ditambah dengan limbah jagung fermentasi (PII) telah
meningkatkan produktivitas sapi bali induk dengan terjadinya kebuntingan dan
kelahiran pedet lebih banyak dibandingkan dengan sapi induk yang hanya
diberikan pakan hijauan rumput saja (PI).
Tabel 6. Jumlah induk bunting dan bobot lahir pedet
Perlakuan Jumlah induk bunting
(ekor)
Bobot lahir pedet
(kg)
PI 3 15PII 6 15
24
4.2. Peningkatan efisiensi usahatani jagung dan sapi berbasis
integrasi di lahan suboptimal
Produksi jagung dengan penggunaan kompos pupuk kandang dan biourin
meningkat menjadi 6,94 ton/ha, dengan keuntungan Rp. 12.760.000
Peningkatan produksi maupun pendapatan relatif kecil. Hal ini diduga karena
kesuburan lahan belum meningkat secara nyata dengan pemberian kompos
dosis2 ton/ha. Kedepannya perlu ditingkatkan dosis penggunaan kompos dengan
bahan dasar pupuk kandang untuk meningkatkan kesuburan lahan (Tabel 7).
Tabel 7. Analisis Usahatani Sebelum dan Sesudah Integrasi pada Tanaman
Jagung
Keterangan SebelumIntegrasi
(Rp.)
SesudahIntegrasi
(Rp.)Pendapatan:Produksi (kg/ha) 6.162.000 6.940.000Harga jagung (Rp/kg) 3.000 3.000Pendapatan (Rp/ha) 18.486.000 20.820.000Biaya :Bibit (Rp/ha) 1.050.000 1.050.000Persiapan lahan (Rp/ha) 210.000 210.000Penanaman (Rp/ha) 600.000 600.000Upah pemberantasan hama/penyakit 350.000 350.000Penyiangan 280.000 280.000Insektisida (Rp/ha) 500.000 500.000Upah pemupukan (Rp/ha) 400.000 400.000Urea (Rp/ha) 540.000 540.000SP 36 (Rp/ha) 800.000 800.000NPK 330.000 330.000Pupuk kandang (2 ton/ha) - 1500.000Biourine 600.000Pengairan 100.000 100.000Panen (Rp) 750.000 800.000Total Biaya 5.910.000 8.060.000Keuntungan 12.576.000 12.760.000R/C 3.13 2.58B/C 1.72 1.75
25
Tabel 8. Rata-rata biaya dan pendapatan pemeliharaan satu ekor sapi Bali indukselama 3 bulan
Uraian
Sebelum integrasi Setelah integrasi
Hargasatuan (Rp) Total (Rp)
Hargasatuan(Rp)
Total (Rp)
Biaya produksi :Bibit sapi 7.000.000 7.000.000 7.000.000 7.000.000Tenaga kerja 90 HOK 10.000 900.000 10.000 900.000Jerami jagung 20 kg x90 hari = 1.800 kg
- - 1.000 1.800.000
Rumput lapangan 20 kgx 90 hari = 1.800 kg
700 1.260.000 - -
Obat cacing 10.000 10.000 10.000 10.000Jumlah 9.170.000 9.710.000Penerimaan :Penjualan sapi 13.000.000 14.000.000 15.000.000 15.000.000Kelahiran 2.500.000 2.500.000 2.500.000 2.500.000Penjualan pupukkandang 5 kg x 90 hari
1.000 450.000 1.500 675.000
Jumlah 16.950.000 18.175.000Keuntungan 7.780.000 8.465.000Revenue per cost ratio(R/C)
1,85 1,87
Benefit cost ratio (B/C) 0,85 0,87
Dengan adanya integrasi diperoleh efisiensi secara teknis maupun
ekonomis. Secara teknis terjadi peningkatan produktivitas jagung yaitu dari 6,162
ton/ha menjadi 6,940 ton/ha yaitu sekitar 12,63%.
Secara ekonomis terjadi peningkatan pendapatan untuk jagung yaitu
sebesar Rp. 184.000 dari Rp. 12.576.000 menjadi Rp. 12.760.000 yaitu sekitar
184.000. Pendapatan peternak meningkat sebesar Rp. 685.000 yaitu dari Rp.
7.780.000 menjadi 8.465.000 atau 8,8%. Hal ini berarti integrasi sapi jagung
menjadi lebih efiisien dibandingkan berusahatani jagung dan ternak dengan
teknologi petani.
4.3. Respon petani terhadap inovasi teknologi integrasi sapi dengan
jagung pada lahan suboptimal
Kegiatansosialisasi maupun pertemuan-pertemuan yang dilakukan untuk
mendiseminasikan inovasi teknologi sistem integrasi sapi jagung diharapkan
mampu memotivasi petani peternak untuk mau menerapkan sistem integrasi sapi
jagung. Respon petani di dua desa pada Kecamatan Hulu Palik Kabupaten
Bengkulu Utara disajikan pada tabel berikut ini.
26
Tabel 9. Respon petani terhadap sistem integrasi sapi jagung di kecamatanHulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara
No Uraian SS S RR TS STS
1 Informasi tentang pemanfaatan limbah panenjagung dibutuhkan oleh petani dan penyuluh
6 11 1 0 0
2 Teknologi fermentasi limbah jagung dapatdimanfaatkan sebagai teknologi pengawetanbahan pakan di musim kemarau
6 11 0 1 0
3 Teknologi fermentasi limbah tanaman jagungcocok dikembangkan di Kab. Bengkulu Utara
5 9 4 0 0
4 Dengan menerapkan teknologi fermentasi dapatmeningkatkan pertambahan bobot badan
4 10 4 0 0
5 Pemanfaatan limbah panen jagung membantumenekan biaya pakan
3 11 2 2 0
6 Cara pembuatan pakan fermentasi mudah danmurah
1 12 4 1 0
7 Pembuatan pakan fermentasi terkendaladengan musim
0 12 2 4 0
8 Penerapan pembuatan pakan fermentasiterkendala dengan bahan (limbah panentanaman jagung) walaupun tenaga kerja nyabanyak
0 12 2 4 0
9 Sistem pemeliharaan sapi dan budidaya jagungadalah salah satu faktor yang berpengaruhterhadap produksi tanaman dan PBB
0 12 2 4 0
10 Sistem usaha integrasi sapi dengan tanamanjagung dapat meningkatkan pendapatan petanidan peternak
1 10 3 4 0
Persentase 14 61 13 11 0
Respon petani di wilayah sentra jagung dikecamatan Hulu Palik
Kabupaten Bengkulu Utara terhadap sistem integrasi sapi jagung cukup baik.
Sebanyak 75% petani peternak memberikan respon positif terhadap sistem
integrasi sapi jagung, dimana 14% menyatakan sangat setuju dan 61%
menyatakan setuju.
27
Tabel 10. Respon petani terhadap sistem integrasi sapi jagung setelahpelaksanaan kegiatan diseminasi di kecamatan Hulu Palik KabupatenBengkulu Utara
No Uraian SS S RR TS STS
1 Informasi tentang pemanfaatan limbahpanen jagung dibutuhkan oleh petani danpenyuluh
6 11 1 0 0
2 Teknologi fermentasi limbah jagung dapatdimanfaatkan sebagai teknologipengawetan bahan pakan di musimkemarau
7 9 2 0 0
3 Teknologi fermentasi limbah tanamanjagung cocok dikembangkan di Kab.Bengkulu Utara
6 11 1 0 0
4 Dengan menerapkan teknologi fermentasidapat meningkatkan pertambahan bobotbadan
4 17 1 0 0
5 Pemanfaatan limbah panen jagungmembantu menekan biaya pakan
1 15 2 0 0
6 Cara pembuatan pakan fermentasi mudahdan murah
4 11 2 1 0
7 Pembuatan pakan fermentasi terkendaladengan musim
1 10 4 3 0
8 Penerapan pembuatan pakan fermentasiterkendala dengan bahan (limbah panentanaman jagung) walaupun tenaga kerjanya banyak
2 9 4 2 1
9 Sistem pemeliharaan sapi dan budidayajagung adalah salah satu faktor yangberpengaruh terhadap produksi tanamandan PBB
5 10 2 0 1
10 Sistem usaha integrasi sapi dengantanaman jagung dapat meningkatkanpendapatan petani dan peternak
7 10 1 0 0
Persentase 23,4 61,4 10,9 3,3 1,1
Respon petani terhadap sistem integrasi sapi jagung setelah kegiatan
diseminasi meningkat dibandingkan sebelumnya. Sebanyak 84,8% petani
peternak memberikan respon positif terhadap sistem integrasi sapi jagung,
dimana 23,4% menyatakan sangat setuju dan 61,4% menyatakan setuju.
28
Tabel 11. Marginal homogeneity test Respon petani terhadap sistem integrasisapi jagung
Respon terhadap sistim integrasi sapi jagungsebelum dan sesudah kegiatan penyuluhan
Distinct Values 3
Off-Diagonal Cases 8
Observed MH Statistic 13.000
Mean MH Statistic 13.000
Std. Deviation of MH Statistic 1.414
Std. MH Statistic .000
Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. (1-tailed) .637
Point Probability .273
Respon petani meningkat tetapi jika diuji dengan marginal homogeneity
test, peningkatan respon petani terhadap sistem integrasi sapi jagung tidak
berbeda nyata dengan nilai signifikansi > 0,05%. Respon petani sebelum dan
sesudah pelaksanaan diseminasi menunjukkan respon yang positif. Hasil kajian
ini memperlihatkan bahwa sistem integrasi sapi jagung mempunyai peluang yang
cukup baik untuk dikembangkan di Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu
Utara.
29
V. KESIMPULAN
1. Penggunaan kompos dan biourin pada tanaman jagung varietas Bisi 18 dan
Bima Uri 19 tidak berbeda nyata dengan tanpa penggunaan kompos dan
biourin. Produktivitas tanaman jagung berkisar dari 6,162 ton/ha hingga
6,940 ton/ha.
2. Pemberian pakan fermentasi limbah tanaman jagung meningkatkan
produktivitas sapi bali induk dengan terjadinya kelahiran pedet lebih banyak
dibandingkan dengan sapi induk yang hanya diberikan pakan hijauan rumput
(dari 25% menjadi 50%).
3. Sistem integrasi sapi jagung mampu meningkatkan efisensi, secara teknis
terdapat peningkatan produktivitas sebesar 12,63% dan secara ekonomis
11,2%.
4. Respon petani di wilayah sentra jagung di Kecamatan Hulu, Palik
Kabupaten Bengkulu Utara terhadap sistem integrasi sapi jagung
menunjukkan respon positif sehingga system integrasi sapi jagung
mempunyai peluang untuk dikembangkan diwilayah tersebut.
5. Untuk mempercepat peningkatan kesuburan tanah, aplikasi kompos pada
pertanaman jagung yang berasal dari kotoran ternak perlu ditambah
dosisnya menjadi 3 atau 4 ton/ha. Jika bahan baku kotoran sapi tidak cukup
untuk membuat kompos maka dapat ditambahkan sisa limbah tanaman
jagung yang tidak terpakai dalam pembuatan pakan ternak/silase.
30
KINERJA HASIL PENGKAJIAN
Kegiatan pengkajian sistem integrasi sapi dengan jagung pada lahan
suboptimal di Provinsi Bengkulu telah mampu meningkatkan produktifitas
tanaman jagung melalui penggunaan kompos dan biourin menjadi 6,94 ton/ha,
meningkatkan persentase jumlah kelahiran pedet sebesar 25%, meningkatkan
efisiensi usahatani secara teknis (12,63%) dan secara ekonomis (11,2%).
Teknologi integrasi sapi jagung dan berpeluang untuk diterapkan oleh petani
peternak di Kecamatan Hulu Palik Kabupaten Bengkulu Utara.
31
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, UP .2010. Pemetaan Kebutuhan Benih Padi, Jagung, dan Kedele(VUB,volume) dan Pengembangan Penangkar Benih yang Efisien (>10%)di Bengkulu (Laporan Akhir PIPKPP). Balai Pengkajian Teknologi PertanianBengkulu, Bengkulu.
Balai Penelitian Tanaman Pangan. 2011.Laporan Tahun 2011 Penelitian AnekaKacang, Umbi dan jagung Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2011. Teknologi produksi Jagung,kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu dan ubi jalar. Badan Penelitian danPengembangan Pertanian. Jakarta.
Bailey, K.D. 1987. Methods of Social Research. Third edition. The Free Press,New York.
BPS. 2001. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta
BPS. 2013. Bengkulu Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Bengkulu
Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat. 2007. Potensi Pupuk Organik.http://www.disnaksumbar.org.) 2008.
Haryono dan Subagyono.K. 2013.
Hidayat, A dan Mulyani.A 2002.Lahan kering untuk pertanian dalam bukuteknologi pengelolaan lahan kering menuju pertanian produktif dan ramahlingkungan.Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.Bogor
I Wayan Suastika,I. Wayan, Ratmini, NP.S, T Turmalan. 1997. Budidaya kedelaidi lahan pasang surut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Idjudin, A.Abas dan Marwanto, S. 2008. Reformasi pengelolaan lahan keringuntuk mendukung swasembada pangan.
Koesrini dan William. E. 2009. Penampilan Genotipe Kedelai dengan DuaPerlakuan Kapur di Lahan Pasang Surut Bergambut.Jurnal PenelitianPertanian Tanaman Pangan Vol 28 No. 1.Pusat Penelitian danPengembangan Tanaman Pangan.
Nursyamsi, D 2003.Penelitian Kesuburan Tanah Oxisol untuk Jagung. J. Tanah.Tropika. No 17 : 53–65.
Priyanti, A. 2007. Dampak Program Sistem Integrasi Tanaman Ternak terhadapAlokasi Waktu Kerja, Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Petani.Disertasi. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Matondang, R.H, M. Rusliyadi. 2009. Pengkajian sistem integrasi jagung - sapi diProvinsi Gorontalo dengan model kemitraan. Prosiding Lokakarya NasionalSistem Integrasi Tanaman-Ternak. Puslitbang Peternakan. Badan LitbangPertanian.
32
Rohaeni, E.S., Amali, N. Sumanto, dan Subhan, A. 2010 Pengkajian IntegrasiUsaha Tani Jagung dan Ternak Sapi di Lahan Kering Kabupaten TanahLaut Kalimantan, BPTP. Kalimantan Selatan.
Sariubang, M.A., A. Syam, dan A. Nurhayu. 2003. Sistem Usaha Tani Tanaman-Ternak pada Lahan Kering Dataran Rendah di Kabupaten Takalar,Sulawesi Selatan. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan.(http://www.sulsel.litbang.deptan.go.id.) 2007.
Soepandie,D., dan I.H. Utomo. 1995 Pengelolaan Lahan dan Teknik Konservasi diLahan Kering. Makalah penunjang Diskusi Pengembangan TeknologiTepat Guna di Lahan Kering untuk Mendukung Pertanian Berkelanjutan.Bogor, 27 September 1995.
Suwandi. 2005. Keberlanjutan Usaha Tani Terpadu Pola Padi Sawah-Sapi PotongTerpadu di Kabupaten Sragen: Pendekatan RAP-CLS. Disertasi. ProgramPascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
33
ANALISIS RISIKO
Analisis risiko diperlukan untuk mengetahui berbagai risiko yang dihadapi
dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian. Dengan mengenal risiko, penyebab, dan
dampaknya maka disusun strategi atau cara penanganan risiko baik secara
antisipatif maupun responsif (Tabel 5 dan 6).
Tabel 5. Daftar Risiko Pelaksanaan Kegiatan
No. Risiko Penyebab Dampak
1. Sulit mendapatkan petanikooperator yang memilikilahan jagung dan ternaksapi
Keterbatasanmodal yang dimilikipetani
Sistem integrasi sulitditerapkan
2. Terlambatnyapenggarapan lahansuboptimal
Terlalu berat bagipetani membukalahan sub optimal
Keterlambatan dalampenanaman jagung
3. Teknologi tidaksepenuhnya diadopsipetani/peternak
Teknologi yangsulit diterapkan
Peningkatanproduktivitas tidakoptimal
Tabel 6. Daftar penanganan risiko dalam pelaksanaan kegiatan
No. Risiko Penyebab Penanganan
1. Sulit mendapatkan petanikooperator yang memilikilahan jagung dan ternaksapi
Keterbatasan modalyang dimiliki petani
Mendekatkan keduapetani jagung danternak agar salingberintegrasi
2. Terlambatnyapenggarapan lahansuboptimal
Terlalu berat bagipetani membukalahan suboptimal
Upaya penggunaantraktor untukpengolahan lahan
3. Teknologi tidaksepenuhnya diadopsipetani/peternak
Teknologi yangdiintroduksikan sulitditerapkan
Melakukan modifikasiagar teknologi lebihmudah digunakan
34
JANGKA WAKTU KEGIATAN
Tabel 7. Jadwal Kerja Kegiatan
No. Uraian Kegiatan Bulan1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Penyusunan RPTP,ROPP dan seminarROPP
2. Perbaikan ROPP3. Koordinasi internal dan
eksternal, sosialisasirencana pengkajian
4. Analisis tanahPembuatan komposPengolahan lahanPemupukan IPenanamanPenyianganPemupukan IIPemanenan
5 Penimbangan BBPemberian pakanAnalisis pakan
6. Laporan bulanan7. Laporan tengah tahun8. Laporan akhir tahun9. Seminar Hasil
35
PEMBIAYAAN
Tabel 8. Rencana Anggaran Belanja Kegiatan
No No Jenis Pengeluaran Volume Harga Satuan(Rp.000)
JumlahBiaya
(Rp.000)1.
2.
3.
4.
5.
6.
Belanja Bahan :o Penggadaan dan Laminasio Konsumsi
Honor Output Kegiatan Honor Petugas Lapang
Belanja Barang Non OperasionalLainnya1. Analisis Laboratorium2. UHL
Belanja Barang Untuk PersediaanBarang Konsumsi1. Bahan Sarana Pengkajian dan
Pendukung2. ATK, Komputer Supplies,
Penjilidan dan Pelaporan
Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan (berkisarantara Rp. 365.000 s/d Rp.5.000.000
Belanja Perjalanan Dinas PaketMeeting Luar Kota Akomodasi Dalam Rangka
Pertemuan, Temulapang,Apresiasi.
1 Paket120 OK
9 OB
1 Paket52 OH
1 Tahun
1 Paket
9 OP
1.30050
200
3.30050
25.000
2.000
5.000
7.3001.3006.000
1.8001.800
5.900
3.3002.600
27.000
25.000
2.000
45.000
45.000
9.000
9.000
Jumlah 96.000
36
Tabel 9. Realisasi Anggaran Belanja Kegiatan
No No Jenis PengeluaranRalisasi
Anggaran(Rp)
PersentaseKeuangan
(%)
PersentaseFisik(%)
1. Belanja Bahan :1. Konsumsi2. Penggadaan dan
Laminasi, Penjilidan danPelaporan
5.985.000
1.298.000
99,75
99,84
100
100
Jumlah 7.283.000 99,80 1002. Honor Output Kegiatan
Honor Petugas Lapang (2orang) 1.800.000 100 100
Jumlah 1.800.000 100 1003. Belanja Barang Non
Operasional Lainnya1. Analisis Laboratorium2. UHL
2.277.5002.600.000
69,02100
70100
Jumlah 4.877.500 84,51 854. Belanja Barang Untuk
Persediaan Barang Konsumsi1. Bahan Sarana Pengkajian
dan Pendukung2. ATK, Komputer Supplies,
Penjilidan dan Pelaporan
24.977.000
1.998.500
99,91
99,90
100
100Jumlah 26.975.500 99,91 100
5. Belanja Perjalanan Biasa Perjalanan dalam rangka
pelaksanaan kegiatan(berkisar antara Rp.365.000 s/d Rp. 5.000.000
36.855.000 81,90 82
Jumlah 36.855.000 81,90 256. Belanja Perjalanan Dinas
Paket Meeting Luar Kota1.Akomodasi Dalam Rangka
Pertemuan, Temulapang,Apresiasi.
9.000.000 100 100
Jumlah 9.000.000 100 100TOTAL 86.791.000 87 100
37
PERSONALIA
Tabel 10. Personalia Kegiatan
NoNama/NIP
JabatanFungsional/
Bidangkeahlian
Jabatandalam
KegiatanUraian Tugas
AlokasiWaktu(Jam/mg)
1 Wahyuni A W, SPt,MSi/197507241999032002
Peneliti Muda/BudidayaTernak
Penanggungjawab
1. Mengkoordinir anggotatim dalam menyusunperencanaan,pelaksanaan danpelaporan.
2. Membuat perencanaan,mengkordinirpelaksanaan kegiatanpengkajian SISGUNG diProvinsi Bengkulu.
3. Mengevaluasi kinerjadan pencapaian anggotatim secara periodik/perbulan
4. Bertanggungjawabterhadap Kepala Balaidan memberikan laporanfisik dan keuangansecara periodik(bulanan).
15
2 Ir. Sri Suryani MRambe, M.Agr196308051987032007
PP Madya/Agronomi
Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalamperencanakan,pelaksanaan, danpelaporan.
2. Memberikan laporanperkembangan kegiatansecara periodik(Bulanan) kepadaPenjab.
10
3 Erpan Ramon, S.Pt/197512102009121004
PenelitiPertama/Budidaya Ternak
Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalamperencanakan,pelaksanaan, danpelaporanpendampingan
2. Memberikan laporanperkembangan kegiatanpendampingan secaraperiodik (Bulanan)kepada Penjab.
10
4. Eko Kristanto, S.Pt19730721200604 012
Teknisi (CalonPenyuluh)
Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalamperencanaan,pelaksanaan, danpelaporanpendampingan
2. Memberikan laporanperkembangan kegiatanpendampingan secaraperiodik (Bulanan)kepada Penjab.
10
38
Lanjutan Tabel 10.
NoNama/NIP
JabatanFungsional/
Bidangkeahlian
Jabatandalam
KegiatanUraian Tugas
AlokasiWaktu(Jam/m
g)
5. Sri Hartati A197804032008122001
Administrasi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalamperencanaan,pelaksanaan, danpelaporanpendampingan
2. Memberikan laporanperkembangan kegiatanpendampingan secaraperiodik (Bulanan)kepada Penjab.
5
6. M. Nur19740227200701001
Teknisi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalamperencanakan,pelaksanaan, danpelaporan.
2. Memberikan laporanperkembangan kegiatansecara periodik(Bulanan) kepadaPenjab.
5
7 Syafi’i196910121999031002
Teknisi Anggota 1. Membantu penanggung-jawab dalamperencanakan,pelaksanaan, danpelaporan.
2. Memberikan laporanperkembangan kegiatansecara periodik(Bulanan) kepadaPenjab.
5
39
Lampiran 1. Data pertumbuhan, komponen hasil dan produktivitas tanamanjagung tahun 2016.
PerlakuanTinggitanam
an (cm)
Panjangtongkol(cm)
Lingkartongkol(cm)
Tinggitongkol(cm)
Jumlahbaris/
tongkol
Jumlahbiji/bar
is
Jumlahbiji/
tongkol
Produk-tivitas
(ton/ha)
Brtbrangkjagung(kg/m2
)(P1V1)1 245 15 18 148 14 37 518 6,870 5,60(P1V1)2 240 18 15 141 14 40 560 5,905 5,10(P1V1)3 239 18 15 120 14 40 560 6,204 5,50Rata-rata 241 16 16 136 14 39 546 6,326 5,40(P1V2)1 235 17 15 130 14 39 546 5,032 4,88(P1V2)2 236 19 16 125 14 31 434 5,322 4,90(P1V2)3 234 16 15 115 10 34 340 7,635 4,60Rata-rata 235 17 15 123 13 35 440 4,320 4,79(P2V1)1 260 20 16 152 14 39 546 7,703 5,10(P2V1)2 245 16 15 140 14 39 546 7,510 5,30(P2V1)3 244 18 17 150 14 38 532 7,124 5,19Rata-rata 250 18 16 147 14 39 541 7,446 5,20(P2V2)1 237 15 16 144 16 34 544 6,063 6,00(P2V2)2 236 16 15 110 18 33 594 6,057 6,50(P2V2)3 237 16 15 125 18 33 594 7,188 6,50Rata-rata 237 16 15 126 17 33 577 6,436 6,33Keterangan: P1V1: varietas Bisi 18 tanpa kompos
P2V1: aplikasi kompos & biourine + varietas Bima Uri 19P1V2: varietas Bima Uri 19 tanpa komposP2V2: aplikasi kompos & biourine + varietas Bima Uri 19
40
Lampiran 2. Data konsumsi pakan dan hasil limbah ternak pada pengkajianternak sapi bali induk/ekor/hari
No Perlakuan
Konsumsi pakan (kg) Hasil LimbahTernak/hari
Daya simpanpakan fermentasi
brangkasan(bulan)
Hijauan(kg)
FermentasiBrangkasan
Feses(kg) Urin (lt)
1 I 23,23 - 24 14 -2 I 24,40 - 25 13 -3 I 25,31 - 24 14 -4 I 13,57 - 23 10 -5 I 24,61 - 27 15 -6 I 25,59 - 25 14 -7 I 24,72 - 25 14 -8 I 24,30 - 25 13 -9 I 22,38 - 26 14 -10 I 21,91 - 24 13 -11 I 21,97 - 23 14 -12 I 23,23 - 21 11 -Rata-rata 22,94 - 24,33 13,25 -13 II 22,37 2,49 27 13 614 II 19,55 2,17 25 14 515 II 14,37 1,60 26 16 416 II 20,72 2,30 23 12 517 II 23,54 2,62 24 13 618 II 21,85 2,43 22 15 6
19 II 30,01 3,33 25 13 520 II 22,63 2,51 24 15 621 II 21,10 2,34 26 14 622 II 24,67 2,74 25 13 623 II 24,66 2,74 26 15 624 II 12,71 1,41 23 11 4Rata-rata 21,52 2,39 24,67 13,67 5Keterangan : Data terolah pengamatan
41
Lampiran 3. Foto-foto Pelaksanaan Kegiatan
Gambar 1. Sosialisasi rencana kegiatan pengkajian sistem integrasi sapi jagungdilahan suboptimal di Prov. Bengkulu
Gambar 2. Pelaksanaan demonstrasi pembuatan pupuk organik (Kompos)berbasis kotoran ternak
Gambar 3. Pelaksanaan demonstrasi pembuatan pupuk cair (Biourine)
42
Gambar 4. Demonstrasi pembuatan pakan fermentasi berbasis limbahtanaman jagung
Gambar 5. Anggota kelompok sedang melaksanakan kegiatan penanamanjagung hibrida Bima Uru 19 dan Jagung hibrida bisi 18
43
Gambar 6. Kondisi tanaman jagung pada awal Juni 2016 vase vegetatif
Gambar 7. Kondisi tanaman jagung pada vase generatif