Slide 1
1SISTEM DISPERSI Penggolongan Sistem Dispersi Menurut Ukuran
PartikelGolonganRentang Ukuran PartikelKarakteristik
SistemContohDispersi molekular
Dispersi Koloidal
Dispersi Kasar< 1,0 nm (m)
0,5 m - 1,0 nm
> 0,5 mPartikelpartikel tidak tampak dalam mikroskop
elektron; lolos melewati ultrafilter dan membran semipermeabel;
difusi berlangsung cepat.
Partikel tidak teramati dalam mikroskop biasa namun teramati
dalam mikroskop elektron; lolos melewati kertas saring tapi tidak
lolos membran semipermiabel; berdifusi sangat lambat.
Partikel tampak dibawah mikroskop; tidak lolos melewati kertas
saring normal atau terdialisis melalui membran semipermeabel;
partikel tidak dapat berdifusiMolekul oksigen, ion-ion biasa,
glukosa.
Sol perak koloidal, polimer alam dan sintetik
Butiran pasir, kebanyakan emulsi dan suspensi farmasetis, sel
darah merah.2Contoh Sistem dispersiFase terdis-persiMedium dispersi
ContohKoloidalKasarCairPadatGasCair
PadatGasCair PadatGasGasCairCair
CairPadatPadatPadatKabutAsapBusaTetes minyak warna biruWarna
antimon & Arsen trisulfida merah : dlm ukuran koloid :
kuning3Partikel koloid dapat dipisahkan dari partikel
molekular.
Teknik pemisahan: dialisis, ultrafiltrasi, elektrodialisis
4JENIS SISTEM KOLOIDALKoloid Liofilik:Afinitas thd solven mudah,
hidrokoloidKoloid Liofobik:Partikel anorganik dalam air: emas,
perak, arsen sulfida, belerang, perak iodida.Cara membuat: Dispersi
: alat colloid mills Kondensasi: dari subkoloidal agregat koloidal
Reaksi kimia: reduksi: (lar. Garam logam mulia + formaldehid),
oksidasi: (H2S), hidrolisis: (FeCl3), penguraian ganda: (H2S + Asam
arsen).5Koloid Asosiasi (Amfifil): Surfaktan.
Perubahan sifat surfaktan pada cmc (critical micelle
concentration)(a) Misel bola dalam air; (b) misel dalam media
nonair; (c) misel laminar, terbentuk pada konsentrasi tinggi, dalam
air
6
cmc campuran surfaktan:Hitunglah CMC dari campuran n-dodesil
oktaoksietilenglikol monoeter (C12E8) dan n-dodesil D-maltosida
(DM). CMC C12E8 adalah CMC1= 8,1 10-5M (mol/liter) dan fraksi
molnya, x1 = 0,75; CMC DM=CMC2= 15 10-5M (mol/liter)
x2 = 1-0,75 = 0,25
CMC = 9,3 10-5M7Efek Faraday-Tyndall
Seberkas sinar kuat akan memperlihatkan suatu kerucut,.Alat :
melihat titik-titik cahaya yang membentuk kerucut Tyndall adalah
ultramikroskop.UkuranBentukBangun (Struktur)Mikroskop Elektron
Partikel koloidalPenghamburan Sinar (Light Scattering)Bobot
molekul koloid; dan informasi bentuk dan ukuran partikel. Kekeruhan
(turbiditas), T, yaitu penurunan fraksional intensitas yang
disebabkan oleh penghamburan bila sinar melalui larutan sepanjang 1
cm.
Hc/ = 1/M + 2Bc turbiditas, c konsentrasi solut dalam g/cm3
larutan, M berat rata-rata bobot molekul, dan B suatu tetapan
interaksi, H adalah tetapan sistem tertentu dan setara dengan:
SIFAT OPTIS KOLOID8SIFAT KINETIK KOLOID
Gerakan Brown
DifusiHukum pertama Fick : jumlah zat dq yang berdifusi dalam
waktu dt melewati bidang seluas S adalah berbanding lurus dengan
perubahan konsentrasi dc terhadap jarak yang dilalui dx.D :
koefisien difusi yaitu jumlah zat yang berdifusi per satuan waktu
melewati satu satuan luas jika dx/dt ( disebut konsentrasi gradien)
sama dengan satu. D mempunyai dimensi luas per satuan
waktu.Partikel koloidal berbentuk sferis, maka persamaan
Sutherland-Einstein atau Stokes-Einstein:M bobot molekul dan v
volume spesifik partial (kira-kira setara dengan volume dalam cm3
dari 1 g solut yang diperoleh dari pengukuran kerapatan).
k: tetapan Boltzmann9Tekanan Osmotik
van't Hoff: = cRT
Kurva I : idealKurva II dan III: real
10Sedimentasi
Hukum Stokes:
Dalam sentrifuge percepatan gravitrasi digantikan oleh 2x, dalam
hal ini adalah kecepatan sudut, x adalah jarak partikel dari pusat
pemutaran (rotasi).
Laju sentrifuge : rpm = rpm x 2Kecepatan sesaat, v = dx/dt
partikel dalam satuan bidang sentrifugal disebut koefisien
sedimentasi Svendberg, s.:
Bobot molekul polimer dapat ditentukan oleh persamaan:
11Viskositas
Persamaan Einstein:
(18)
persamaan Mark-Houwink:
12SIFAT LISTRIK KOLOIDLar.AgN03Lar. KI
13Elektroforesis:
: potensial zeta dalam volt; v adalah keceatan bergerak
(migrasi) sol dalam cm/sek di dalam tabung elektroforesis yang
panjangnya tertentu dalam cm; visakositas medium () dalam poise
(dyne sek/cm2 ); tetapan dielektrik medium ; gradien potensial E
dalam volt/cm. Suku v/E disebut sebagai mobilitas.
Pada 200 C :Pada 250 C, koefisien menjadi 12814
15Kesetimbangan Membran Donnanluar (o)dalam
(i)R-Na+Na+Cl-Cl-Setelah kesetimbangan tercapai,:di sebelah luar
membran :
dan di sebelah dalam:
16SOLUBILISASI
Kemampuan dari misel untuk meningkatkan kelarutan zat yang
secara normal tidak larut, atau hanya sedikit larut, dalam medium
dispersi yang digunakan. Misel bola nonionik surfaktan,
polioksietilen monostearat dalam air.Benzena dan toluena, molekul
nonpolar, ada di dalam misel.Asam salisilat, lebih polar.Asam p-
hiroksibenzoat, molekul polar, terletak diantara rantai hidrofil
surfaktan.
17Faktor Yang Mempengaruhi SolubilisasiKimiawi Surfaktan:Rantai
alkil lipofilik lebih panjang akan lebih mensolubilisasi obat
hidrofobik.Surfaktan ionik: peningkatan jari-jari inti hidrokarbon,
meningkatkan solubilisasi.pH: Merubah kesetimbangan antara
solubilisat terion dan takterion.Titik Krafft: Suhu yang
menunjukkan terjadinya kelarutan surfaktan = kmk (cmc)
Titik keruh (cloud point): Suhu yang menunjukkan terjadinya
kekeruhan (pengkabutan) yang tiba-tiba. Jika suhu dinaikkan terjadi
surfaktan memisah sebagai presipitat atau kalau konsentrasi tinggi
sebagai suatu gel.18DISPERSI KASARSUSPENSIPartikel padat tidak
terlarut dalam medium cair.Diameter partikel > 0,1 mKonsentrasi
padat: 0,5 30%Stabilitas fisik: Kondisi partikel tidak teragregasi
dan tetap terdistribusi rata dalam sistemnya. Partikel yang
mengendap harus mudah terdispersi kembali dengan sedikit
pengocokan.Akseptabilitas:Tidak memisah cepatRedispersi mudahMudah
dituangMudah menyebar pada kulit19SIFAT ANTARMUKA PARTIKEL
TERSUSPENSI
Penghalusan > Luas permukaan besar >termodinamis tak
stabil > membentuk kelompok (flokulat)
Pada kondisi tertentu partikel-partikel membentuk sesuatu
endapan yang disebut agregat > cake.
Kenaikan usaha (kerja, work, W) atau energi bebas permukaan
G:
SL adalah tegangan antarmuka. Kesetimbangan tercapai jika G = 0.
A : kenaikan luas permukaan.Hitunglah perubahan energi bebas
permukaan dari zat padat dalam suspensi jika luas permukaan total
naik dari 103 cm2 menjadi 107 cm2. Tegangan antarmuka antara zat
padat dengan medium cair SL =100 dyne/cmEnergi bebas awal = G1 =
100 103 = 105 erg/cm2Saat luas permukaan meningkat : G2 = 100 107 =
109 erg/cm2Perubahan energi bebas, G21=109 105 109 erg/cm2.
20
Partikel terflokulasi:
Ikatan lemahMemisah dengan cepatTak terbentuk cakeMudah
diresuspensiPartikel terdeflokulasi:
Ikatan lebih kuatMemisah perlahan-lahanTerjadi agregasi >
cakeSukar diresuspensiKurva potensial energi untuk antaraksi
partikel dalam suspesni21PEMISAHAN DALAM SUSPENSI
Teori SedimentasiHukum Sokes:Suspensi encer: < 2% ;
(0,5%)Modifikasi Hk. Stokes:
v adalah laju turun dari antarmuka dalam cm/sek dan v adalah
laju sedimentasi menurut hukum Stokes. Suku : porositas awal
sistem, bervariasi dari nol sampai 1. Pangkat n : ukuran gangguan
sistem.22Diameter rata-rata partikel CaCO3 dalam suspensi adalah 54
m. Kerapatan CaCO3 = 2,7, kerapatan air = 0,997 g/cm3. Viskositas
air=0,009 poise. Hitunglah laju turun v sampel CaCO3 pada dua
porositas berbeda, 1 = 0,95 2 = 0,5. Harga n =19,73
Bentuk log pers: ln v = ln v + n ln Untuk 1 = 0,95 >ln v =
1,204 +[19,73( 0,051)] = 2,210 > v = 0,11 cm/sekUntuk 2 = 0,5,
maka diperoleh v = 3,510-7 cm/sek > dengan porositas rendah
(konsentrasi tinggi) maka sedimentasi dihalangi.23SEDIMENTASI
PARTIKEL
Suspensi terflokulasiSuspensi terdeflokulasiPARAMETER
SEDIMENTASIF = Vu / Vo Volume (Tinggi) Sedimentasi
24Derajat flokulasi, .
F = V / Vo F adalah volume sedimentasi suspensi terdeflokulasi
(terpeptisasi). Derajat flokulasi adalah rasio F terhadap F .
= F /F Berapa volume sedimentasi dari 5% b/v suspensi MgCO3
dalam air. Volume awal = 100 ml, volume akhir sedimen = 30 ml.Jika
derajat flokulasi = 1,3. Berapa volume sedimentasi
terdeflokulasi.
25FORMULASI SUSPENSI
Pendekatan membuat suspensi yang stabil :menggunakan pembawa
terstruktur >menjaga partikel terdeflokulasi di dalam suspensi,
menggunakan prinsip flokulasi. yang mudah diresuspensi dengan
sedikit pengocokan.Pembasahan Partikel
Pendispersian awal serbuk yang tak larut.: dengan cara
ditaburkan pada permukaan cairan.Serbuk hidrofob : belerang, arang,
dan magnesium stearat. Serbuk hidrofilik : seng oksida, talk, dan
magnesium karbonat..
Surfaktan berguna meningkatkan terjadinya pembasahan dan
deflokulasi..
Gliserin dan zat higoskopik yang serupa: untuk menggerus basah
(levigasi) bahan tak larut. Gliserin mengalir ke dalam ruang hampa
di antara partikel untuk mengusir udara dan selama pencampuran akan
melapisi dan memisahkan partikel sedemikian rupa sehingga air dapat
meresap dan membasahi masing-masing partikel.26Flokulasi
Terkontrol
Zat-zat yang digunakan : elektrolit, surfaktan, dan
polimer.Elektrolit bekerja sebagai zat pemflokulasi :menurunkan
penghalang (barrier) listrik di antara partikel,pembentukan
jembatan antar partikel sehingga terjadi keterikatan satu sama lain
membentuk struktur yang longgar.Diagram caking, memperlihatkan
flokulasi suspensi bismut subnitrat oleh KH2PO4
27Flokulasi dalam Pembawa Terstuktur
Jika F (volume sedimentasi) tidak mendekati satu >
Ditambahkan zat pensuspensi untuk menghalangi pengendapan flok:
Karboksimetilselulosa (CMC), Karbopol 934, Veegum, tragakan, atau
bentonit baik tunggal atau dalam kombinasinya.Rangkaian langkah
yang berkaitan dengan pembentukan suspensi yang stabil
28Reogram berbagai zat pensuspensiReogram yang menunjukkan
tiksotropi.Pertimbangan ReologikViskositas; Perubahan sifat aliran;
kualitas penyebaran.
29Pembuatan SuspensiSkala kecilSkala besarStabilitas Fisik
Suspensi
Kenaikan suhu sering menimbulkan flokulasi suspensi yang
distabilkan oleh surfaktan anionik. Energi tolak (repulsi) menjadi
turun karena adanya dehidrasi gugus polioksietilen dari surfaktan.
Energi tarik (atraktif) menjadi naik > partikel menflokulat.
Pertumbuhan partikel : proses destabilisasi. Simonelli dkk
meneliti penghambatan pertumbuhan kristal sulfatiazol oleh
polivinilpirolidon (PVP).
Terjadi interaksi dengan zat tambahan yang dilarutkan dalam
medium dispersi. 30EMULSI
Emulsi adalah sistem :fase terdispersi (fase dalam, fase
diskontinu)fase luar (kontinu), zat pengemulsi (emulgator,
emulsifying agent).
Garis tengah (diameter) partikel fase terdispersi: 0,1 sampai 10
m
Jenis (tipe) Emulsiemulsi minyak dalam air (m-a). : oral,
eksternalemulsi air dalam minyak (a-m) : eksternal
Beberapa metode untuk menentukan tipe suatu emulsi.
:PewarnaanPengenceran dengan airPengukuran arus listrik
Penerapan Farmasetisfase terdispersi mempunyai rasa yang tidak
enak. akan diserap lebih baik (sempurna) dalam bentuk emulsi.untuk
pemakaian eksternal dalam produk farmasetis dan kosmetika. 31TEORI
EMULSIFIKASIDua cairan yang tak bercampur dan dikocok : cairan yang
satu terdispersi dalam cairan lainnya membentuk tetes halus dalam
waktu yang cepat kedua cairan tersebut akan memisah kembali
membentuk dua lapisan.
Pemisahan yang terjadi : gaya kohesif lebih besar daripada gaya
adhesif. Gaya kohesif dari masing-masing fase ditunjukkan sebagai
energi antarmuka atau tegangan pada batas antara cairan-cairan
tersebut.Jika 1 cm3 minyak mineral didispersikan menjadi globul
yang mempunyai garis tengah volume-surface dvs 0,01 m (10-6 cm)
dalam 1 cm3 air sehingga membentuk emulsi yang halus, maka luas
permukaan tetes minyak menjadi 600 meter persegi. Energi bebas
permukaan yang berkaitan dengan luas tersebut adalah 34107 erg,
atau 8 kalori. Volume total sistem tetap 2 cm3 .
32Kenaikan energi akibat luas permukaan yang membesar menjadikan
sistem secara termodinamis tidak stabil, > kecenderungan
tetes-tetes untuk bersatu kembali (koalesensi).Untuk mencegah
koalesensi (memperkecil lajunya): emulgator.
Zat pengemulsi dapat dibagi atas 3 kelompok:Zat aktif permukaan
(surfaktan),Koloid hidrofil,Partikel padat halus,NamaGolonganTipe
emulsiTrietanolamin oleatN-asetil N-etil morfolinum etosulfat
(Atlas G-236)Sorbitan mono-oleat (Atlas Span 80)Polioksietilen
sorbitan mono-oleat (Atlas Tween 80)Akasia (garam dari asam
d-glukoronat)Gelatin (polipeptida dan asam amino)Bentonit
(alumunium silikat hidrat)Veegum ( magnesium alumunium
silikat)ArangSurfaktan (anionik)Surfaktan (kationik)Surfaktan
(nonionikSurfaktan (nonionik)
Koloid hidrofilikKoloid hidrofilikPartikel padatPartikel
padatPartikel padatm-a (HLB=12)m-a (HLB=25)a-m (HLB=4,3)m-a
(HLB=15)
m-am-am-a & a-mm-aa-m33Penjerapan MonomolekularNatrium setil
sulfat dan kholesterol : emulsi yang sangat baik. Natrium setil
sulfat dengan oleil alkohol : emulsi yang tidak baik. kombinasi
setil alkohol dan natrium oleat menghasilkan film yang rapat namun
kompleksitasnya terabaikan sehingga hasilnya emulsi yang tidak
baik.
34Penjerapan Multimolekular dan Pembentukan Film
Koloid liofilik hidrat dianggap sebagai zat aktif permukaan
karena terlihat pada antarmuka minyak-air. Dibedakan dengan
surfaktan : (1) tidak menurunkan tegangan antarmuka, dan (2)
membentuk film multimolekular pada antarmuka Daya kerja berdasarkan
efek ke (2) karena film yang terbentuk sifatnya kuat dan menahan
terjadinya koalesensi. Efek tambahan adalah kenaikan viskositas
medium dispersi. Penjerapan Partikel PadatPartikel padat halus yang
dibasahkan oleh minyak dan air dapat bekerja sebagai emulgator.
Partikel tersebut terkonsentrasi pada antarmuka dan membentuk film
partikulat yang mengeliling tetesan sehingga mencegah koalesensi.
Serbuk yang mudah dibasahkan air akan membentuk emulsi m-a,
sedangkan yang mudah dibasahkan oleh minyak membentuk emulsi
a-m.35STABILITAS FISIK EMULSI
Stabilitas emulsi : bebas koalesensi fase dalam, bebas kriming,
tetap baik dari segi penampilan, bau, warna, dan sifat fisis
lain-nya. Ketidakstabilan emulsi dapat digolongkan atas:flokulasi
dan krimingkoalesensi dan pecahperubahan fisis dan kimiainversi
faseKriming dan Hukum Stokes
Jika fase terdispersi kurang berat dari fase kontinu, umumnya
pada kasus emulsi m-a, maka laju sedimentasi menjadi negatif, yaitu
terjadi kriming naik. Lebih besar perbedaan berat dari kedua fase,
lebih besar tetes minyak dan fase luar kurang kental maka laju
kriming bertambah. Viskositas fase luar dapat dinaikkan: + zat
pengental (thickening agent) seperti metilselulose, tragakan, atau
natrium alginat. 36Koalesensi dan Pecah
Pecah (breaking) : bersifat irreversibelKriming: bolak-balik
(reversibel).King : dispersi partikel berukuran seragam yang
sedikit kasar akan mempunyai kestabilan yang paling baik.
Pengaruh lain rasio volume-fase: Ostwald : jika lebih dari 74%
minyak ditambahkan dalam emulsi m-a, maka globul minyak sering
berkoalesensi dan emulsi menjadi pecah. Nilai tersebut: titik
kritis.Secara umum rasio volume-fase 50:50 : emulsi yang paling
stabil.Emulsi dapat distabilkan oleh gaya tolak elektrostatik
antara tetesan, yaitu dengan menaikan potensial zeta. Penambahan
zat (spesies) bermuatan positif seperti ion natrium dan kalsium
atau asam amino kationik mengurangi potensial zeta dan dapat
menyebabkan flokulasi.
Faktor yang paling penting dalam stabilitas emulsi : sifat fisik
film emulgator pada antarmuka. 37Evaluasi StabilitasAnalisis
frekuensi-ukuran emulsi dari waktu kewaktu sesuai umur produk.
Untuk emulsi yang pecah dengan cepat: pengamatan makroskopik
Metode Garti-Magdasi: perubahan konduktivitas listrik selama
siklus pemanasanpendinginanpemanasan. Kurva konduktivitas diplotkan
selama siklus suhu. Indeks stabilitas didefinisikan sebagai /h, : h
perubahan yang terjadi dalam konduktivitas antara suhu 350 dan 450
C, sedangkan adalah interval konduktivitas di dalam dua kurva
pemanasan pada 350 C. Lebih kecil konduktivitas maka lebih besar
kestabilan emulsi.
38Pembalikan (Inversi) FaseEmulsi m-a dengan natrium stearat
menjadi tipe a-m : + kalsium klorida. Mengubah perbandingan
volume-fase > emulgator m-a dicampurkan dengan minyak lalu
ditambah air sedikit sampai korpus emulsi. Ketika ditambahkan air
sedikit demi sedikit maka berangsur tercapai titik inversi;
selanjutnya air dan emulgator akan membungkus minyak sebagai globul
halus sehingga akhirnya terbentuk emulsi m-a.
PENGAWETAN EMULSIPemisahan fase, perubahan warna, pembentukan
gas dan bau, serta perubahan sifat reologik suatu emulsi dapat
terjadi karena pertumbuhan mikroba.Bakteria mendegradasikan
emulgator nonionik dan anionik, gliserin, dan gom alam sehingga
emulsi dapat menjadi rusak. SIFAT REOLOGIK EMULSIKebanyakan emulsi
: aliran non-Newton. Konsentrasi volume fase terdispersinya rendah
(kurang dari 0,05): Newton. Konsentrasi volumenya dinaikkan: aliran
pseudoplastik. Pada konsentrasi yang tinggi : aliran plastik. Bila
konsentrasi volume mencapai 0,74 akan terjadi inversi dengan tanda
adanya perubahan viskositas. Pengecilan ukuran partikel rata-rata
meningkatkan viskositas.Makin besar konsentrasi emulgator maka
viskositas produk akan semakin tinggi.39MIKROEMULSI
Mikroemulsi: larutan jernih transparan, tetapi berbeda dengan
sistem solubilisasi yang secara termodinamis stabil maka
mikroemulsi tidak stabil. Mikroemulsi terdiri dari tetes minyak
dalam fase air (m-a) atau tetes air dalam fase minyak (a-m) dengan
garis tengah kurang lebih 10 sampai 200 nm, dan fraksi volume fase
terdispersi antara 0,2 - 0,8.Dalam mikroemulsi: ditambahkan
pembantu emulsi atau kosurfaktan. Surfaktan anionik seperti natrium
lauril sulfat atau kalium oleat didispersikan dalam cairan organik
misalnya benzena, lalu sejumlah kecil air ditambahkan, maka
mikroemulsi akan terbentuk dengan penambahan sedikit demi sedikit
pentanol (kosurfaktan lipofilik) membentuk larutan jernih pada 300
C.
Mikroemulsi:Zona F (fluid) dan G (gel)40GELSuatu gel adalah
sistem padat atau semisolida mengandung paling sedikit dua
konstituen, terdiri dari massa pekat yang dirembesi cairan.
SEMISOLIDAJelly : Jika matriks yang saling berlengketan tersebut
banyak mengandung cairan.xerogel Bila cairannya dihilangkan
sehingga tinggal kerangka. Contohnya antara lain lembaran gelatin,
butiran akasia.41Gel sistem dua fase : Massa gel dapat terdiri dari
flokul partikel halus bukan molekul besar, seperti pada gel
alumunium hidroksida, magma bentonit, dan magma magnesia. Struktur
gel pada sistem dua fase tersebut (Gambar 22a,b) tidak selalu
stabil, dan gel tersebut dapat bersifat tiksotropik.Gel sistem fasa
tunggal : terdiri dari makromolekul yang berada dalam bentuk
seperti helaian serat (Gambar 22c). Unit-unit saling terikat oleh
gaya kuat jenis van der Waals sehingga membentuk daerah kristal dan
amorf di dalam keseluruhan sistem (Gambar 22d). Contoh tragakan dan
karboksimetilselulose 42
43sinerisis : Bila gel didiamkan untuk beberapa lama, secara
alami gel tersebut mengkerut dan kandungan cairannya tertekan
keluar. Hal ini terjadi sebagai akibat pengisatan berlanjut dari
matriks atau struktur serat gel tersebut. Sinerisis teramati pada
jeli atau penganan gelatin.
bleeding : terjadinya pembebasan minyak atau air dari dasar
salep yang biasanya timbul dari suatu kekurangan struktur gel bukan
terjadi karena penciutan (kontraksi) seperti pada
sinerisis.44pengembangan (swelling). Berlawanan dengan sinerisis
adalah pengambilan cairan oleh gel dengan bertambahnya volume.
imbibisi menarik sejumlah tertentu cairan tanpa menambah volume.
45
Gambar Isoterm pengembangan dari gelatin pada dua suhu: () pada
250 C; () pada 200 C. Pengembangan diukur berdasarkan bertambahnya
berat gelatin dalam larutan dapar pada variasi waktu. 46PR FARMASI
FISIKA :
SOAL DARI : PHYSICAL PHARMACY, ED IV, MARTINDIFUSI/DISOLUSI:
13-1; 13-4;ANTARMUKA::14-8; 14-13REOLOGI:17-4; 17-13DISPERSI:18-3;
18-10KINETIKA:12-3a); 12-9