7/26/2019 SISKA ZULFIANI
1/83
GAMBARAN PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS
DI KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2015
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan ke Program Studi DIII Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
sebagai Persyaratan dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III
Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh :
SISKA ZULFIANI
Nim : 121110097
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2015
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
2/83
POLYTECHNIC OF HEALTH Ministry of Health PADANG
DEPARTMENT OF ENVIROMENTAL HEALTH
Scientific Paper, June 2015
Siska Zulfiani
Overview of PHC Medical Waste Management in the Bukittinggi City 2015viii + 58 pages, 8 tables, 7 attachments
ABSTRACT
Public Health Center (PHC) is one of the health care unit in its activities generate solid
waste. PHC in Bukittinggi dont have incinerators, but the medical waste from each of the healthcenters in between to Talao
The method used is descriptive research method. As for the object of this study includethe processing of medical waste includes waste generation, segregation, collection,
transportation, temporary shelter as well as the stage of final disposal of medical waste at the
health center of Bukittinggi. The research instrument used checklist for observations on the
stages of the management of medical waste in health centers in the city of Bukittinggi and scalesto weigh medical waste within a week. Data processing techniques used, namely the examination
of data (editing) and a re-examination (cleaning).
PHC Tigo Baleh more produce medical waste is 5.68 kg. While most medical waste
generated under that PHC Nilam Sari is 2.19 kg. So the amount of medical waste generated by
the city of Bukittinggi 6 health centers as much as 21.37 kg with details of medical waste sharps
as much as 9.95 kg and non medical waste sharps 11.75 kg.
The conclusion from this study is the management of medical waste at the health center
of Bukittinggi can be said is not in accordance with medical waste according to Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006
Keywords : Medical waste, health centers
Bibliography 12 (1992-2013)
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
3/83
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Siska Zulfiani
Gambaran Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi Tahun 2015viii + 58 halaman, 8 tabel, 7 lampiran
ABSTRAK
Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
yang dalam kegiatannya menghasilkan sampah medis. Puskesmas di Kota Bukittinggi tidakmemiliki incinerator, tapi sampah medis dari masing-masing puskesmas diantar ke Talao tempat
beradanya insenerator milik Pemko Bukittinggi yang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan
Pertamanan (DKP). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosespengelolaan sampah medis di Puskesmas Kota Bukittinggi dan apakah sudah sesuai dengan
Kepmenkes No.1428/Menkes/SK/XII/2006.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Adapun yang
menjadi obyek penelitian ini diantaranya pengolahan sampah medis meliputi timbulan sampah,
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, tempat penampungan sementara serta tahappembuangan akhir sampah medis puskesmas di Kota Bukittinggi. Instrumen penelitian
menggunakan checklist untuk pengamatan pada tahap-tahap pengelolaan sampah medis di
Puskesmas di Kota Bukittinggi dan timbangan untuk menimbang sampah medis dalam waktuseminggu. Teknik pengolahan data yang digunakan yaitu pemeriksaan data (editing) dan
pemeriksaan ulang (cleaning).
Puskesmas Tigo Baleh yang lebih banyak menghasilkan sampah medis yaitu 5,68 Kg.Sedangkan timbulan sampah medis yang paling bawah yaitu Puskesmas Nilam Sari yaitu 2,19
Kg. Jadi jumlah sampah medis yang dihasilkan oleh 6 puskesmas kota Bukittinggi sebanyak
21,37 Kg dengan rincian sampah medis benda tajam sebanyak 9,95 Kg dan sampah medis nonbenda tajam 11,75 Kg.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengelolaan sampah medis pada Puskesmas Kota
Bukittinggi dapat dikatakan belum sesuai dengan pengelolaan sampah medis menurutKepmenkes No 1428/MENKES/SK/XII/2006.
Kata Kunci : Sampah Medis, Puskesmas
Daftar Pustaka 12 (1992-2013)
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
4/83
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
5/83
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
6/83
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Siska Zulfiani
2. Tempat/tanggal lahir : Bukittinggi / 10 Januari 1994
3. Agama : Islam
4. Negeri Asal : Bukittinggi
5. Nama Ayah / Nama Ibu : Zulkifli, SE / Delsiana, S.pd
6. Alamat : Komplek Taman Asri Blok G.10 Garegeh, Bukittinggi,
Sumatera Barat
Riwayat Pendidikan :
No Riwayat Pendidikan Lulus Tahun
1 Tamat SD 04 Garegeh Bukittinggi 2000 - 2006
2 Tamat SMP Negeri 6 Bukittinggi 2006 - 2009
3 Tamat SMA Negeri 5 Bukittinggi 2009 - 2012
4 Program Studi D.III Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Padang
20122015
Padang, Juni 2015
Mahasiswa Peneliti
(Siska Zulfiani)
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
7/83
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan doa dan mengucapkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, dengan berkat Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
diselesaikan oleh penulis walaupun menemui kesulitan maupun rintangan.
Penyusunan dan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini merupakan suatu rangkaian dari proses
pendidikan secara menyeluruh di Program D.III Jurusan Kesehatan Lingkungan di Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang, dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan Pendidikan D.III
Kesehatan Lingkungan pada masa akhir pendidikan.
Judul Karya Tulis Ilmiah ini Gambaran Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di
Kota Bukittinggi Tahun 2015.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan
yang ada, sehingga penulis merasa masih ada belum sempurna baik dalam isi maupun dalam
penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya
atas bimbingan dari Bapak Muchsin Riviwanto, SKM, M.Si dan Bapak Asep Irfan, SKM, M.Kes
selaku pembimbing Karya Tulis Ilmiah, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah ini.
iii
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
8/83
Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang.
2. Bapak Dr. Burhan Muslim SKM, M.Si selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan.
3. Bapak Evino Sugriarta, SKM, M.Kes selaku Ka. Prodi D III Jurusan Kesehatan
Lingkungan.
4. Ibu Awalia Agusti, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing akademik.
5. Staf dosen serta karyawan/karyawati Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Padang.
6. Kepada keluarga dan teman-teman yang telah memberikan motivasi, semangat, dan
doa dalam menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah ini.
7. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses perkuliahan yang tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Semoga segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dapat menjadi amal shaleh
dan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Mudah-mudahan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
bermanfaat. Aamiin Ya Rabb
Padang, Juni 2015
SZ
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
9/83
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ............................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................... v
DAFTAR TABEL .................................................................. ............ vii
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................... viii
BAB I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 5
1. Tujuan Umum .......................................................................... 5
2. Tujuan Khusus ......................................................................... 5D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKAA. Puskesmas ...................................................................................... 7
B.
Sampah Puskesmas ........................................................................ 81. Sampah ..................................................................................... 8
2. Sampah Puskesmas .................................................................. 83. Jenis Sampah Puskesmas ......................................................... 9
C. Pengelolaan Sampah Medis di Puskesmas ..................................... 12
D. Kerangka Teori............................................................................... 21E. Alur Pikir ........................................................................................ 22
F. Definisi Operasional ....................................................................... 23
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................ 25B.
Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 25
C. Objek Penelitian ............................................................................. 25
D. Cara Pengumpulan Data ................................................................. 251. Data Primer ............................................................................. 25
2. Data Sekunder ......................................................................... 25
E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 26
1. Checklist ................................................................................. 262. Timbangan .............................................................................. 26
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
10/83
F. Teknik Pengolahan Data ................................................................. 26
1. Editing ..................................................................................... 26
2. Cleaning .................................................................................. 26G. Analisis Data ................................................................................... 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASANA. Gambaran Umum ........................................................................... 28
1. Puskesmas Kota Bukittinggi ................................................... 28
2. Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi . 303. Jumlah Kunjungan Pasien ....................................................... 30
B. Hasil Penelitian .............................................................................. 31
1. Timbulan ................................................................................. 31
2. Pemilahan ................................................................................ 323. Pengumpulan........................................................................... 34
4. Penampungan Sementara ........................................................ 36
5. Pengangkutan .......................................................................... 376. Pemusnahan ............................................................................ 38
C. Pembahasan .................................................................................... 39
1. Pemilahan ................................................................................ 39
2. Pengumpulan........................................................................... 413. Penampungan Sementara ........................................................ 42
4. Pengangkutan .......................................................................... 43
5. Pemusnahan ............................................................................ 45
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................... 47
B. Saran............................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 49
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................ 50
v
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
11/83
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Kategori Sampah Medis dan Tempat Sampah ......................... 15
Tabel 2. Jumlah Kunjungan Pasien di Masing-masing Puskesmas ....... 33Tabel 3. Timbulan Sampah Medis dan Jenis Sampah Infeksiusnya ...... 34Tabel 4. Hasil Checklist Pemilahan di Puskesmas Kota Bukittinggi .... 36
Tabel 5. Distribusi Puskesmas Berdasarkan Tahap Pengumpulan ........ 38
Tabel 6. Hasil Checklist Pengumpulan di Puskesmas Kota Bukittinggi 39Tabel 7. Hasil Checklist Pengangkutan di Puskesmas Kota Bukittinggi
.................................................................................................. 41
Tabel 8. Hasil Checklist Insinerator Kota Bukittinggi ........................... 43
vii
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
12/83
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Dokumentasi
Lampiran B. Checklist Pengelolaan Sampah Medis di Masing-masing Puskesmas Kota
Bukittinggi
Lampiran C. Kartu Kontak Pembimbing I
Lampiran D. Kartu Kontak Pembimbing II
Lampiran E. Surat Penelitian dari Poltekkes Kemenkes Padang
Lampiran F. Surat Penelitian dari KesBangPol Bukittinggi
Lampiran G. Surat Telah Selesai Penelitian Dari Masing-masing Puskesmas Kota Bukittinggi
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
13/83
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berkembangnya pusat-pusat layanan kesehatan di seluruh pelosok daerah merupakan
keuntungan yang sangat penting bagi masyarakat kebanyakan. Pusat-pusat layanan kesehatan
telah menjadi ujung tombak di garis depan dalam pertahanan melawan epidemi penyakit seperti
AIDS, kolera, malaria maupun demam berdarah. Kemudahan akses terhadap fasilitas kesehatan
merupakan salah satu indikator penting yang menunjukkan tingkat kesejahteraan suatu kawasan.
Akan tetapi, segala keuntungan tersebut juga sepadan dengan resiko dampak dari operasional
kesehatan yang mungkin terjadi terhadap lingkungan.
Pusat pelayanan kesehatan merupakan tempat bertemunya kelompok masyarakat
penderita penyakit, kelompok masyarakat pemberi pelayanan, kelompok pengunjung dan
kelompok lingkungan sekitar. Adanya interaksi di dalamnya memungkinkan menyebarnya
penyakit bila tidak didukung dengan kondisi lingkungan yang baik dan saniter.
Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat
pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping
memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Dengan kata lain puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung
jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya.3
Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) merupakan salah satu unit pelayanan kesehatan
yang dalam kegiatannya menghasilkan limbah medis maupun limbah non medis baik dalam
bentuk padat maupun cair. Limbah medis dalam bentuk padat di puskesmas biasanya dihasilkan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
14/83
dari kegiatan yang berasal dari ruang perawatan (bagi puskesmas rawat inap), poliklinik umum,
poliklinik gigi, poliklinik ibu dan anak/KIA, laboratorium dan apotik. Sementara limbah cair
biasanya berasal dari laboratorium puskesmas yang kemungkinan mengandung mikroorganisme,
bahan kimia beracun, dan radioaktif.
Sebagai sarana pelayanan umum, puskesmas wajib memelihara dan meningkatkan
lingkungan yang sehat sesuai dengan standar dan persyaratan.3
Operasional pusat layanan kesehatan akan selalu menimbulkan sampah medis yang
apabila tidak didukung perencanaan dan pengelolaan yang matang akan berpotensi menimbulkan
dampak terhadap masyarakat dan lingkungan hidup.
Sampah medis adalah suatu material yang sangat berbahaya. Tanpa operasional yang
layak dalam penanganan, perlakuan dan pengolahan/pembuangan, sampah medis justru
berpotensi menimbulkan bahaya seperti tersebarnya penyakit, teracuninya penduduk sekitar,
hewan piaraan dan hewan liar, tanaman bahkan seluruh ekosistem.
Sampah medis adalah semua sampah yang berbentuk padat sebagai akibat kegiatan
puskesmas yang terdiri dari sampah medis padat (sampah medis) dan non-medis. Sampah medis
adalah sampah yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah
farmasi, limbah sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan
limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.2
Jumlah sampah medis yang bersumber dari fasilitas kesehatan diperkirakan semakin lama
semakin meningkat. Penyebabnya yaitu jumlah rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan,
maupun laboratorium medis yang terus bertambah. Pada Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013
menyebutkan bahwa jumlah rumah sakit di Indonesia mencapai 2.228 unit. Sementara itu,
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
15/83
jumlah puskesmas mencapai 9.655 unit.11
Fasilitas kesehatan yang lain diperkirakan jumlahnya
akan terus meningkat dan tidak dijelaskan berapa jumlah yang tepat.
Penyebaran penyakit melalui sampah yang terinfeksi merupakan tantangan terbesar
dalam penanganan sampah medis. Jika sampah medis tidak tertangani dengan baik dalam artian
organisme patogen dalam sampah tidak dihilangkan atau dimatikan, berbagai vektor penyakit
mikrokopik seperti virus, bakteri, parasit maupun fungi akan tetap berada dalam sampah medis
dan berpotensi menyebarkan berbagai penyakit. Berbagai vektor ini dapat masuk ke dalam tubuh
melalui luka di permukaan kulit maupun membran mukosa seperti rongga mulut. Dalam hal ini
orang-orang yang berhubungan langsung dengan sampah medis seperti pekerja kesehatan, staf
kebersihan, pasien, pengunjung, petugas sampah akan berada dalam resiko yang lebih besar.
Bukittinggi memiliki 6 Puskesmas induk yaitu Puskesmas Mandiangin, Puskesmas
Perkotaan Rasimah Ahmad, Puskesmas Guguk Panjang, Puskesmas Nilam Sari, Puskesmas Tigo
Baleh, Puskesmas Gulai Bancah yang mana semua puskesmas ini merupakan jenis puskesmas
non rawat inap
Incinerator ini dibeli oleh Pemko Bukittinggi tahun 2004 seharga Rp 450 juta. Awalnya
incinerator ini akan digunakan untuk mengolah sampah yang dihasilkan masyarakat kota
Bukittinggi. Namun sayangnya, kapasitasnya terlalu kecil sehingga tidak banyak sampah
Bukittinggi yang bisa diolah. Maka diambillah kebijakan oleh Pemko Bukittinggi bahwa
incinerator itu khusus untuk membakar sampah medis dari semua Puskesmas di Kota
Bukittinggi. Ternyata Puskesmas tidak melakukan penimbangan sebelum mengirim sampah
medisnya. Pihak DKP menerima sampah medis dari Puskesmas telah dikemas dalam kotak
kardus, kantong dan karung. Dalam pencatatan oleh DKP, sampah medis yang diterima dihitung
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
16/83
dari berapa banyak kotak, kantong dan karung, tapi tidak dilakukan penimbangan karena DKP
tidak memiliki timbangan.
Berdasarkan fakta yang ditemukan, sampah medis yang sudah diterima DKP ternyata
tidak langsung di bakar, pembakaran dilakukan hanya 1 kali seminggu. Berarti terjadi
penumpukan sampah. Kondisi insenerator pun tidak bekerja dengan baik lagi, terbukti dengan
sisa dari pembakaran insenerator ini tidak seluruhnya menjadi abu, masih ada jarum suntik yang
tidak habis terbakar.
Berdasarkan masalah diatas, penulis tertarik untuk mengetahui secara keseluruhan dan
mendalam mengenai Gambaran Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi
Tahun 2015
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana gambaran pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota
Bukittinggi
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana pengelolaan sampah medis Puskesmas yang ada di Kota
Bukittinggi tahun 2015
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui timbulan sampah medis yang dihasilkan Puskesmas di Kota
Bukittinggi
2. Untuk mengetahui proses pemilahan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
17/83
3. Untuk mengetahui proses pengumpulan sampah medis Puskesmas di Kota
Bukittinggi
4. Untuk mengetahui proses penampungan sementara sampah medis Puskesmas di Kota
Bukittinggi
5. Untuk mengetahui proses pengangkutan sampah medis Puskesmas di Kota
Bukittinggi
6. Untuk mengetahui proses pemusnahan di Tempat Pembuangan Akhir sampah medis
Puskesmas di Kota Bukittinggi.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan media belajar dalam rangka menerapkan ilmu
pengetahuan yang diperoleh. Serta mendapatkan pengalaman dan gambaran tentang
bagaimana pengelolaan sampah medis yang ada di Kota Bukittinggi
2. Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai bahan masukan serta dapat menjadi bahan referensi bagi mahasiswa lain.
Dan bagi para peneliti lain untuk mengembangkan penelitian yang lebih mendalam
tentang sampah medis puskesmas
3. Bagi Petugas
Bagi petugas puskesmas yang relevan di bidang ini agar dapat digunakan sebagai
referensi informasi yang dijadikan salah satu acuan dalam penanganan sampah medis
sehingga dapat meningkatkan pelayanan terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
18/83
4. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kepada
masyarakat bagaimana harus menangani sampah medis.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini serta mengingat segala keterbatasan yang ada,
maka peneliti membatasi ruang lingkup mengenai : timbulan sampah medis puskesmas di
Kota Bukittinggi, kemudian observasi pada tahap-tahap pengelolaan sampah medis dimulai
pada pemilahan sampah medis, pengumpulan sampah medis, tempat pewadahan sampah
medis, penampungan sementara sampah medis, pengangkutan sampah medis serta tahap
pembuangan akhir sampah medis.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
19/83
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang betanggung
jawab menyelenggarakan pengembangan kesehatan di suatu wilayah kerja.1
Puskesmas menurut Trihono (2010:8) adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan
kabupaten / kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja. Sebagai unit pelaksana teknis (UPTD) dinas kesehatan kabupaten / kota,
puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional dinas kabupaten /
kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama.
Puskesmas atau pusat kesehatan masyarakat adalah organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan
biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut
diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan.2
Puskesmas hanya bertanggung jawab untuk sebagian upaya pembangunan kesehatan
yang dibebankan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota sesuai dengan kemampuannya.
Secara nasional, standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan. Tetapi apabila
disatu kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung jawab wilayah keja
7
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
20/83
dibagi antar puskesmas dengan memperhatikan keutuhan konsep wilayah (desa, kelurahan,
RW), dan masing-masing puskesmas tersebut secara operasional bertanggung jawab
langsung kepada dinas kesehatan kabupaten/ kota.
B. Sampah Puskesmas
a.) Sampah
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, limbah adalah semua limbah yang dihasilkan dari
suatu kegiatan dalam bentuk padat, cair dan gas. Sampah adalah hasil buangan dari suatu
kegiatan yang juga merupakan suatu bentuk materi yang menurut jenis dan kategorinya
mempunyai manfaat atau daya perusak untuk manusia dan lingkungannya.2
Menurut WHO, sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang dibuang yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya.
b.) Sampah Puskesmas
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, sampah Puskesmas adalah semua sampah yang
dihasilkan dari kegiatan Puskesmas dalam bentuk padat, cair dan gas. Selain itu,
merupakan bahan buangan yang tidak berguna, tidak digunakan ataupun terbuang yang
dapat dibedakan menjadi sampah medis dan non medis dan dikategorikan sampah benda
tajam, sampah infeksius, sampah sitotoksik dan radioaktif berbahaya bagi kesehatan dan
lingkungan.2
Sampah puskesmas adalah semua sampah puskesmas yang berbentuk padat akibat
kegiatan yang terdiri dari sampah medis dan non medis.3
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
21/83
c.) Jenis Sampah Puskesmas
Sampah yang dihasilkan dari rumah sakit serta Puskesmas dapat dibagi menjadi
dua, seperti berikut :
1.) Sampah Medis
a. Padat
b. Cair
2.) Sampah Non Medis
a. Padat
b.
Cair
Rumah sakit serta Puskesmas merupakan penghasil sampah klinis/medis terbesar.
Sampah klinis/medis ini bisa membahayakan dan menimbulkan gangguan kesehatan bagi
pengunjung dan terutama kepada petugas yang menangani sampah tersebut serta
masyarakat sekitar.
Berdasarkan potensi bahaya yang terkandung dalam sampah klinis/medis, maka
jenis limbah dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Sampah Benda Tajam
Sampah tajam merupakan objek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi ujung
atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit, seperti jarum
hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas dan pisau bedah.
Semua benda tajam ini memiliki potensi berbahaya dan dapat menyebabkan cedera
melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin
terkontaminasi oleh oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi dan beracun, bahan
sitotoksik atau radioaktif. Sampah benda tajam mempunyai potensi bahaya tambahan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
22/83
yang dapat menyebabkan infeksi atau cedera karena mengandung bahan kimia beracun
atau radioaktif. Potensi untuk menularkan penyakit akan sangat besar bila benda tajam
tersebut digunakan untuk pengobatan pasien infeksi atau penyakit infeksi.
b. Sampah Infeksius
Sampah infeksius mencakup pengertian sampah yang berkaitan dengan pasien
yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan intensif) dan sampah
laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari poliklinik dan
ruang perawatan/isolasi penyakit menular. Namun beberapa institusi memasukkan
juga bangkai hewan percobaan yang terkontaminasi atau yang diduga terkontaminasi
oleh organisme patogen ke dalam kelompok sampah infeksius.
c. Sampah Jaringan Tubuh
Jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh biasanya
dihasilkan pada saat pembedahan atau autopsi. Sampah ini dapat dikategorikan
berbahaya dan mengakibatkan risiko tinggi infeksi kuman terhadap pasien lain, staf
dan populasi umum (pengunjung serta penduduk sekitar) sehingga dalam
penanganannya membutuhkan labelisasi yang jelas.
d. Sampah Sitotoksik
Sampah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan
terapi sitotoksik. Penanganan sampah ini memerlukan absorben yang tepat dan bahan
pembersihnya harus selalu tersedia dalam ruangan peracikan. Bahan-bahan tersebut
antara lain swadust, granula absorpsi, atau perlengkapan pembersih lainnya. Semua
pembersih tersebut harus diperlakukan sebagai limbah sitotoksik yang pemusnahannya
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
23/83
harus menggunakan incinerator karena sifat racunnya yang tinggi. Sampah dengan
kandungan obat sitotoksik rendah, seperti urin, tinja, dan muntahan dapat dibuang
kedalam saluran air kotor. Sampah sitotosik harus dimasukkan ke dalam kantong
plastik yang berwarna ungu yang akan dibuang setia hari atau boleh juga dibuang
setelah kantong plastik penuh. Metode umum yang dilakukan dalam penanganan
minimalisasi sampah sitotoksik adalah mengurangi jumlah penggunaanya,
mengoptimalkan ukuran kontainer obat ketika membeli, mengembalikan obat yang
kadaluarsa ke pemasok, memusatkan tempat pembuangan bahan kemotherapi,
meminimalkan sampah yang dihasilkan dan membersihkan tempat pengumpulan,
menyediakan alat pembersih tumpahan obat dan melakukan pemisahan sampah.
e. Sampah Farmasi
Sampah farmasi dapat berasal dari obat-obat yang kadaluarsa, obat-obatan yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obatan yang dikembalikan oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obatan yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang yang
bersangkutan, dan sampah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.
f. Sampah Kimia
Sampah kimia dihasilkan dari penggunaan kimia dalam tindakan medis,
veterinari, laboratorium, proses sterilisasi dan riset.
g. Sampah Klinis
Dalam kaitan dengan pengelolaan sampah klinis, golongan sampah klinis dapat
dikategorikan menjadi lima jenis berikut.
1.) Golongan A
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
24/83
2.) Golongan B
3.) Golongan C
4.) Golongan D
5.) Golongan E
(Adisasmito, 2007).
C. Pengelolaan Sampah Medis di Puskesmas
1. Pengelolaan Sampah Medis
Pengelolaan yang tepat untuk sampah medis selain bergantung pada administrasi dan
organisasi yang baik, juga memerlukan kebijakan dan pendanaan yang memadai sekaligus
partisipasi aktif dari staf yang terlatih dan terdidik (WHO, 2005).
2. Tahapan-tahapan Pengelolaan Sampah Medis
Pengelolaan sampah medis terdiri dari beberapa tahapan, antara lain sebagai berikut
:
a.) Penimbulan Sampah
Penimbulan sampah medis merupakan unsur pertama dari pengelolaan sampah,
karena pada saat inilah aktivitas dihasilkannya sampah medis. Salah satu langkah
pokok pengelolaan sampah adalah menentukan jumlah sampah yang dihasilkan.
Penentuan jumlah sampah dapat menggunakan ukuran atau berat/volume, yaitu
:
1)
Jumlah menurut berat
Penentuan jumlah dilakukan dengan melakukan survey sampah di
puskesmas yang bersangkutan dengan membandingkan jumlah sampah dengan
jumlah ruangan sehingga didapatkan hasil kg/pasien/hari.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
25/83
2) Jumlah menurut volume
Volume juga harus diketahui untuk menentukan ukuran bak dan sarana
pengangkutan. Konversi dari berat ke volume dapat dilakukan dengan membagi
berat total dengan kepadatan. Sampah biasanya ditampung di tempat produksi
sampah untuk beberapa jam.
b.) Pemilahan sampah
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Pemilahan adalah proses
pemisahan sampah dari sumbernya.2 Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan
secara efektif adalah pemilahan dan identifikasi sampah. Pemilahan merupakan
tanggung jawab yang dibebankan pada produsen atau penghasil sampah dan harus
dilakukan sedekat mungkin dengan tempat dihasilkannya sampah. Cara yang tepat
untuk mengidentifikasi kategori sampah adalah dengan melakukan pemilahan
sampah berdasarkan warna kantong dan kontainer yang digunakan (WHO, 2005).
Pemilahan sampah harus dilakukan mulai dari sumber yang menghasilkan sampah.2
Pemilahan sampah dilakukan untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah
yang akan dibuang dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya
menggunakan kode warna). Namun penggunaan kode tersebut perlu cukup perhatian
secukupnya untuk tidak sampai menimbulkan kebingungan dengan sistem lain yang
mungkin juga menggunakan kode warna. Terdapat berbagai kantong yang digunakan
untuk pembuangan sampah di rumah sakit dengan menggunakan bermacam-macam
warna.4
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
26/83
Tabel 1.
Kategori Sampah Medis dan Tempat Sampah
No. Kategori Warna Tempat/
kantong plastik
pembungkussampah
Lambang Keterangan
1 Radioaktif Merah
(Warna Hitam)
Sampah
berbentuk
benda tajam,
ditampung
dalam
wadah yang
kuat/tahanbenda
tajam sebelum
dimasukkan
ke
dalam
kantong yang
sesuai dengan
kategori/jenis
sampahnya.
2 Infeksius Kuning
(Warna Hitam)
3 Sitotoksik Ungu
(Warna Hitam)
4 Umum Hitam Domestik
(Warna Hitam)
Sumber : Kepmenkes 1204 tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit.4
c.)
Pengumpulan Sampah
Komponen utama kegiatan penampungan ini adalah manusia yang
memproduksi limbah dan prasarana penampungan yang tersedia. Proses ini akan
menentukan proses kegiatan pengolahan sampah secara keseluruhan.5
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
27/83
Sampah benda tajam harus dikumpulkan dalam satu wadah tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidaknya. Sedangkan sampah jarum suntik tidak
dianjurkan untuk untuk dimanfaatkan kembali. Apabila rumah sakit maupun
puskesmas tidak memiliki jarum sekali pakai (disposable), sampah jarum suntik
dapat dimanfaatkan kembali setelah melalui proses salah satu metode sterilisasi.2
Sampah harus dikumpulkan setiap hari (sesuai yang ditetapkan) dan diangkut ke
tempat penampungan sementara. Kantong plastik harus diganti segera dengan
kantong plastik baru dari jenis yang sama setelah tempat pengumpul sampah atau
kontainer telah dikosongkan. Staf keperawatan atau staf klinis harus memastikan
bahwa kantong plastik tertutup atau terikat dengan kuat jika tiga perempat plastiknya
penuh. Kantong plastik yang belum terisi penuh dapat disegel dengan membuat
simpul pada bagian lehernya atau tengahnya (WHO, 2005). Tempat pengumpul
sampah harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut6
:
1.) Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya.
2.) Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan
3.) Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau setiap radius 10 meter
dan setiap radius 20 meter pada ruang tunggu terbuka.
4.) Setiap tempat pengumpul sampah dilapisi dengan kantung plastik sebagai
pembungkus sampah dengan lambang dan warna yang telah ditentukan.
5.) Kantong plastik diangkat setiap hari atau kurang dari sehari bila 2/3 bagian telah
terisi sampah.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
28/83
6.) Khusus untuk tempat pengumpul sampah kategori infeksius (plastik kuning) dan
sampah sitotoksik (plastik ungu) segera dibersihkan dan didesinfeksi setelah
dikosongkan jika akan dipergunakan kembali. Untuk memudahkan pengosongan
dan pengangkutan, penggunaan kantong plastik pelapis dalam bak sampah
sangat disarankan. Kantong plastik tersebut membantu membungkus sampah
waktu pengangkutan sehingga mengurangi kontak langsung antara mikroba
dengan manusia dan mengurangi bau, tidak terlihat sehingga dapat diperoleh
rasa estetis dan memudahkan pencucian bak sampah. Hendaknya disediakan
sarana untuk mencuci tempat sampah yaang disesuaikan dengan kondisi
setempat. Pencucian hendaknya dilakukan setiap pengosongan atau sebelum
tampak kotor. Dengan penggunaan kantong pelapis dapat mengurangi frekuensi
pencucian. Setelah dicuci disarankan untuk melakukan desinfeksi, kemudian
diperiksa bila terdapat kerusakan dan mungkin perlu diganti.4
c.) Pengangkutan
Proses dimulai dari pengangkutan sampah dari wadah penampungan yang
diletakkan pada lokasi tertentu sampai ke tempat pembuangan. Pengangkutan sampah
medis dari setiap ruangan penghasil sampah medis ke tempat penampungan sementara
menggunakan troli khusus yang tertutup.
Pengangkutan sampah klinis dan sampah sejenis memerlukan prosedur
pelaksanaan yang tepat dan disiplin dari pihak petugasnya. Apabila diangkut dengan
kontainer khusus, kontainer yang digunakan harus kuat dan tidak bocor serta mudah
dibersihkan dengan deterjen. Kendaraan yang dipakai harus memenuhi syarat dalam hal
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
29/83
kemudahan pemakaian dan pembersihannya, selain dilengkapi kode atau tanda
peringatan.5
Kereta, gerobak atau troli pengangkut hendaknya tidak digunakan untuk tujuan
lain dan memenuhi persyaratan sebagai berikut4:
1. Permukaan bagian dalam harus rata dan kedap air
2. Mudah dibersihkan dan dikeringkan
3. Sampah mudah diisikan dan dikosongkan
4. Troli/alat angkut dicuci setelah digunakan
5. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak kantong atau kontainer selama pemuatan
maupun pembongkar muatan
Pada umumnya, pengangkutan sampah dilakukan dengan menggunakan gerobak
dorong. Sampah yang telah dikumpulkan pada lokasi tertenu dipindahkan ke dalam
wadah gerobak dorong sesuai kategori sampah.5
Frekuensi pengambilan sampah dari lokasi penampungan harus di
pertimbangkan berdasarkan volume produksi. Semua proses tersebut dilakukan secara
tertutup.5
d.) Penampungan Sementara
Sebelum sampai tempat pemusnahan, perlu adanya tempat penampungan
sementara, dimana sampah dipindahkan dari tempat pengumpulan ke tempat
penampungan.2 Secara umum, sampah medis harus dikemas sesuai dengan ketentuan
yang ada, yaitu dalam kantong yang terikat atau kontainer yang tertutup rapat agar tidak
terjadi tumpahan selama penanganan dan pengangkutan. Label yang terpasang pada
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
30/83
semua kantong atau kontainer harus memuat informasi dasar mengenai isi dan produsen
sampah tersebut informasi yang harus tercantum pada label, yaitu: kategori limbah,
tanggal pengumpulan, tempat atau sumber penghasil sampah medis dan tujuan akhir
sampah medis (WHO, 2005). Lokasi penampungan harus dirancang agar berada di
dalam wilayah instansi pelayanan kesehatan.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1204 Tahun 2004 Tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, Tempat Penampungan Sementara2:
1) Bagi rumah sakit serta Puskesmas yang mempunyai incinerator di lingkungannya
harus membakar limbahnya selambat-lambatnya 24 jam.
2) Bagi rumah sakit serta Puskesmas yang tidak mempunyai incinerator, maka sampah
medis padatnya harus dimusnahkan melalui kerjasama dengan rumah sakit lain atau
pihak lain yang mempunyai incinerator untuk dilakukan pemusnahan selambat-
lambatnya 24 jam apabila disimpan pada suhu ruang.
e.) Pembuangan Akhir
Kegiatan pemusnahan merupakan tahap akhir dari proses pengolahan sampah
medis puskesmas/rumah sakit. Sampah dari lokasi penampungan sementara, diangkut
keluar puskesmas/rumah sakit dengan menggunakan sarana angkutan dinas
kebersihan kota ataupun swasta khususnya untuk sampah nonmedis.5
Untuk sampah medis yang mudah terbakar di musnahkan dengan
menggunakan insenerator. Dalam hal ini perlu diperhatikan lokasi penempatan
insenerator yang berkaitan dengan jalur pengangkutan sampah, jalur pembuangan
abu dan sarana gedung untuk melindungi insenerator dari bahaya kebakaran.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
31/83
D. KERANGKA TEORI
Keterangan :
: Yang akan diteliti
: Yang tidak diteliti
1. Aktifitas Puskesmas
2. Pasien & Penunggu Pasien
Timbulan Sampah
Sampah Medis Sampah Non Medis
Sampah Padat Sampah Cair
Pengelolaan Sampah Padat:
1. Pemilahan
2. Pengumpulan
3. Pembuamgan sementara
4. Pemindahan & Pengangkutan
5. Pengolahan / Pembuangan akhir
KepMenkes RI
No.1428/Menkes/SK/ XII/2006
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
32/83
E. ALUR PIKIR
Sampah Medis Puskesmas
Pengelolaan Sampah Medis :
1. Pemilahan
2. Pengumpulan
3. Pembuangan sementara
4. Pengangkutan
5. Pen olahan / Pembuan an akhir Sanitasi Puskesmas menurut
KepMenkes RI
No.1428/Menkes/SK/XII/2006
Analisis Pengolahan Sampah
Medis pada Puskesmas
1. Poliklinik Umum
2. Poli Gigi
3. Poli Anak
4. Imunisasi
5. KIA
6. Laboratorium
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
33/83
F. Definisi Operasional
No Variabel DefinisiOperasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur SkalaUkur
1. Timbulansampah medis
Suatukegiatan yang
dilakukan
pada tempatsampah
medis
dengan
pewadahansampah
medis yang
dihasilkanPuskesmas
Kota
Bukittinggi
1. Timbangan2. Meteran
Pengukuran Berat = Kg Nominal
2. Pemilahan
sampah medis
Pemisahan
antarasampah
medis benda
tajam dan
non bendatajam
Checklist Observasi 1. MS => 65%
2. TMS =
< 65%
Ordinal
3. Penampungansampah medis
Pengumpulansampah
medis dari
hasil kegiatandi puskesmas
Checklist Observasi 1. MS => 65%
2. TMS =
< 65%
Ordinal
4. TempatPenampungan
Sementara
(TPS)
Suatu tempatyang
digunakan
untukmenampung
sampah
medis padat
sebelumsampah
medis padat
dibuang ketempat
pembuangan
akhir
Checklist Observasi 1. MS => 65%
2. TMS =
< 65%
Ordinal
5. Pengangkutan Suatu Checklist Observasi 1. MS => 65%
Ordinal
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
34/83
sampah medis kegiatan
membawasampah
medis padat
dari
penghasil /sumber ke
tempatpembuangan
sementara
atau
pembuanganakhir
2. TMS =
< 65%
6. Pemusnahansampah medis
Penangananterakhir
sampah
medis padatdari TPSdibuang ke
TPA atau
dibakardengan
incinerator
Checklist Observasi 1. MS => 65%
2. TMS =
< 65%
Ordinal
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
35/83
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yaitu melihat gambaran pengelolaan
sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi tahun 2015.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah Puskesmas di Kota Bukittinggi yang dilaksanakan pada bulan
April sampai bulan Mei tahun 2015.
C. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pengolahan sampah medis meliputi timbulan sampah,
pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, tempat penampungan sementara serta tahap
pembuangan akhir sampah medis puskesmas di Kota Bukittinggi.
D. Cara Pengumpulan Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil observasi yang menggunakan
checklist serta pengukuran untuk mengetahui timbulan sampah dengan menggunakan
timbangan
2.
Data Sekunder
Data sekunder adalah data timbulan sampah yang diperoleh dari hasil observasi di
masing-masing puskesmas kota Bukittinggi dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota
Bukittinggi
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
36/83
E. Instrument Penelitian
1. Checklist
Checklist digunakan untuk pengamatan pada tahap-tahap pengelolaan sampah
medis yang telah dilakukan oleh Puskesmas di Kota Bukittinggi.
2. Timbangan
Alat yang digunakan untuk menimbang sampah medis dalam waktu seminggu.
F. Teknik Pengolahan Data
Setelah pengumpulan data maka dilakukan pengolahan data dengan komputerisasi.
Langkah-langkah yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan data (Editing)
Kegiatan ini dilakukan dengan memeriksa langsung data setiap instrument (checklist)
yang berkaitan dengan kelengkapan pengisian dan kejelasan hasil penelitian.
2. Pemberian kode (Coding)
Tidak melakukan pengkodean karena obseravsinya memakai checklist.
3. Pemeriksaan Ulang (Cleaning)
Cleaning data adalah melakukan cek ulang kembali data untuk melihat kemungkinan
adanya kesalahan data atau tidak, sehingga siap untuk dianalisis.
G. Analisis Data
Data dianalisis dengan Analisa Univariat serta dijadikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
37/83
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum
1. Puskesmas Kota Bukittinggi
Kota Bukittinggi telah memiliki pelayanan kesehatan yang baik, kota dengan luas
25,24 km2 ini telah memiliki 5 rumah sakit, yaitu 3 milik pemerintah dan 2 milik swasta.
Selain itu, juga didukung oleh 6 puskesmas dan 15 puskesmas pembantu.
Puskesmas di wilayah kerja Kota Bukittinggi :
a.) Puskesmas Tigo Baleh
Puskesmas ini berada di Kelurahan Pakan Labuah, Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh. Jenis puskesmas ini yaitu non perawatan
b.) Puskesmas Guguk Panjang
Puskesmas ini berada di Jl. Prof M. Yamin, SH, Kecamatan Guguk Panjang. Jenis
puskesmas ini yaitu non perawatan.
c.) Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad
Puskesmas ini sebelumnya bernama Puskesmas Perkotaan. Puskesmas Perkotaan
merupakan pengembangan dari Puskesmas Tengah Sawah. Nama Puskesmas Perkotaan
Rasimah Ahmad diresmikan pada tanggal 1 Juni 2009 oleh Bapak Walikota Bukittinggi
Drs. H. Djufri. Nama Rasimah Ahmad diambil dari nama Bidan Pertama di Kota
Bukittinggi.
Puskesmas ini berada di Jl. Umar Gafar, Kecamatan Guguk Panjang. Jenis
puskesmas ini yaitu non perawatan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
38/83
d.) Puskesmas Gulai Bancah
Puskesmas ini terletak di Jl. Kusuma Bakti Gulai Bancah, Kecamatan Mandiangin
Koto Selayan. Jenis puskesmas ini yaitu non perawatan. Luas wilayah kerja puskesmas
ini 1.810 Km2 yang meliputi satu kelurahan yaitu Kelurahan Kubu Gulai Bancah.
e.) Puskesmas Mandiangin
Puskesmas ini berada di Jl. H. Abdul Manan Sarojo, Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan. Jenis puskesmas ini yaitu non perawatan
f.) Puskesmas Nilam Sari
Puskesmas ini berada di Jl. Nj. Dt. Mangkuto Ameh Koto Selayan, Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan . Jenis : non perawatan
Almarhum Fachri Qasim Dt. Rajo Ameh pesukuan Pisang Koto Salayan, adalah
ahli waris dari Hj. Nilam Sari, pemilik tanah dan bangunan Puskesmas Nilam Sari yang
berlokasi di Kelurahan Pulai Anak Air Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS).
Tanah beserta bangunan puskesmas itu dibangun sendiri oleh ahli waris dan diserahkan
ke Pemko Bukittinggi pada tahun 2002 lalu dimanfaatkan sebagai pusat kesehatan
masyarakat (puskesmas). Puskesmas Nilam Sari pemanfaatannya hanya semata untuk
pusat pelayanan pengobatan bagi masyarakat, karena itulah puskesmas itu diberi nama
Nilam Sari.
2. Pengelolaan Sampah Medis Puskesmas di Kota Bukittinggi
Pada pelaksanaan sistem pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi,
tahap pemilahan dan pengumpulan sampah medis yang dilakukan oleh petugas perawat pada
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
39/83
tiap-tiap ruang perawatan medis menggunakan tempat penampungan sampah medis dan
safety box. Sampah medis dari tiap-tiap ruang pelayanan medis kemudian diangkut oleh
petugas pengelola sampah medis yang biasa disebut dengan cleaning service. Sedangkan
Sanitarian Puskesmas hanya mengawasi jalannya pengelolaan sampah medis tersebut. Tapi
di Puskesmas Tigo Baleh, sanitarian juga yang mengunpulkan sampah setiap ruang
pelayanan medis. sedangkan di Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad, sanitariannya
sekarang ini tidak ada karena pindah keluar kota jadi yang bertanggung jawab sementara
atas sampah medis di puskesmas itu adalah supir ambulance puskesmas.
3. Jumlah Kunjungan Pasien
Jumlah kunjungan pasien masing-masing puskesmas itu berbeda-beda. Jumlah
kunjungan pasien di masing-masing puskesmas bulan Mei tahun 2015 :
Tabel 2.
Jumlah Kunjugan Dalam Gedung di masing-masing Puskesmas
No. PuskesmasJumlah Kunjungan
(Orang)
1. Tigo Baleh 2299
2. Guguk Panjang 2607
3. Perkotaan Rasimah
Ahmad2385
4. Gulai Bancah 2463
5. Mandiangin 2985
6. Nilam Sari 3628
Sumber :Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi bulan Mei tahun 2015
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
40/83
B. Hasil Penelitian
Sistem pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi mengacu pada
Permenkes No 1204 Tahun 2004 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit,
tahap pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi meliputi:
1. Timbulan sampah medis
Timbulan sampah medis merupakan unsur penting dalam analisis sampah medis.
Analisis komposisi sampah medis dilakukan untuk mengetahui komposisi sampah
medis terbesar.
Tabel 3.Timbulan Sampah Medis, Jenis Sampah Infeksius dan Komposisi Sampah Selama
Seminggu
Berdasarkan penimbangan sampah medis selama seminggu disemua puskesmas
di Kota Bukittinggi, maka di dapatlah jumlah sampah medisnya 21,73 Kg dengan rata-
rata perharinya 3,62 Kg.
Puskesmas Tigo Baleh yang lebih banyak menghasilkan sampah medis yaitu
5,68 Kg dengan rincian 2,33 Kg sampah medis benda tajam dan 3,35 Kg sampah medis
No PuskesmasTimbulanSampah
(Kg/hari)
Jenis Sampah Infeksius Komposisi Sampah
Benda Tajam
(Kg/hari)
Non
Benda
Tajam
(Kg/hari)
BendaTajam
(%)
Non
Benda
Tajam
(%)
1. Tigo Baleh 5,68 2,33 3,35 11 15
2. Guguk Panjang 3,39 1,42 1,96 7 9
3. PerkotaanRasimah Ahmad
3,72 1,73 1,98 8 9
4. Gulai Bancah 3,28 1,46 1,82 6 8
5. Mandiangin 3,47 1,95 1,52 9 7
6. Nilam Sari 2,19 1,06 1,12 5 5
Jumlah 21.73 9,95 11,75 46 53
Rata-rata per hari 3,62 1,66 1,96 7,6 8,83
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
41/83
non benda tajam. Sedangkan timbulan sampah medis yang paling sedikit yaitu
Puskesmas Nilam Sari yaitu 2,19 Kg dengan didominasi oleh sampah medis non benda
tajam yaitu 1,12 Kg.
Rata-rata komposisi sampah medis di Puskesmas Kota Bukittinggi perharinya
yaitu 7,6% sampah medis benda tajam dan 8,83% sampah medis non benda tajam.
Komposisi sampah medis benda tajam terbanyak yaitu di Puskesmas Tigo Baleh
dengan 11%. Sampah medis infeksius benda tajam itu seperti jarum suntik (syringe) dan
nail puder. Dan sampah medis non benda tajam terbanyak yaitu di Puskesmas Tigo
Baleh dengan 15%. Sampah medis infeksius non benda tajam itu seperti kapas, kasa,
sarung tangan (handscoen) yang bercampur darah atau terkontak langsung dengan
penderita.
2. Pemilahan sampah medis
Seluruh tempat sampah medis yang dimiliki Puskesmas di Kota Bukittinggi
dibedakan antara sampah medis benda tajam dan non benda tajam. Semua Puskesmas
Kota Bukittinggi telah menyediakan safety box untuk sampah medis benda tajam dan
juga tempat penampungan sampah khusus untuk sampah medis non benda tajam yang
mana tempat penampungan sampah itu dilapisi dengan kantong pelapis plastik yang
seharusnya berwarna kuning. Tapi hanya Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad dan
Puskesmas Mandiangin yang memakai kantong pelapis plastik warna kuning.
Sedangkan di Puskesmas Guguk Panjang dan Puskesmas Gulai Bancah memakai
kantong pelapis plastik warna merah. Di Puskesmas Tigo Baleh dan Puskesmas Nilam
Sari memakai kantong pelapis plastik warna putih. (Untuk lebih jelasnya bisa langsung
dilihat di lampiran dokumentasi).
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
42/83
Kantong pelapis plastik seharusnya selalu dipasang dan diganti setiap hari pada
saat tempat sampah dikosongkan.
Tabel 4.
Hasil Checklist Pemilahan di Puskesmas Kota Bukittinggi
No. Yang Diamati P1 P2 P3 P4 P5 P6
1.Tersedianya safety box untuk
sampah medis benda tajam
2.
Tersedianya tempat
penampungan khusus untuk
sampah medis non benda tajam
Ket :P1 = Puskesmas Tigo Baleh
P2 = Puskesmas Guguk Panjang
P3 = Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad
P4 = Puskesmas Gulai Bancah
P5 = Puskesmas Mandiangin
P6 = Puskesmas Nilam Sari
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan, dari 6 Puskesmas di Kota
Bukittinggi, tahap pemilahannya sudah baik terbukti dengan semua puskesmas
memiliki safety box (untuk sampah medis benda tajam) dan tempat penampungan
sampah medis (untuk sampah medis non benda tajam).
3. Pengumpulan sampah medis
Pengumpulan sampah medis di semua Puskesmas Kota Bukittinggi
dilakukan pada tiap-tiap ruangan dengan menggunakan tempat sampah yang terbuat
dari bahan plastik untuk sampah medis non benda tajam yang sudah dilengkapi
dengan plastik pembungkus dan safety box untuk sampah medis benda tajam.
Safety box dan tempat penampungan sampah medis telah disediakan di masing-
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
43/83
masing ruang pelayanan medis. minimal di satu ruang pelayanan medis terdapat
satu safety box dan satu tempat penampungan sampah medis.
Distribusi Puskesmas berdasarkan sarana pengumpulan disajikan pada Tabel
6 berikut:
Tabel 5.
Distribusi Puskesmas Berdasarkan Tahap Pewadahan / Pengumpulan Sampah Medis
B
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa 6 Puskesmas di Kota
Bukittinggi melaksanakan tahap pengumpulan sampah medis dengan baik, ini
terbukti dengan seluruh persentasenya lebih dari 65%. Puskesmas yang
melaksanakan tahap pengumpulan paling baik yaitu Puskesmas Guguk Panjang,
Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad dan Puskesmas Gulai Bancah dengan
persentase masing-masingnya yaitu 90%. Sedangkan puskesmas lainnya dengan
persentase 80% yaitu Puskesmas Tigo Baleh, Puskesmas Mandiangin dan Puskesmas
Nilam Sari.
No Puskesmas
Tahap PewadahanPersentase
(%)Memenuhi
Syarat
Tidak Memenuhi
Syarat
1 Guguk Panjang - 90
2 Tigo Baleh - 80
3 Perkotaan Rasimah
Ahmad
- 90
4 Gulai Bancah - 90
5 Mandiangin - 80
6 Nilam Sari - 80
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
44/83
Tabel 6.
Hasil Checklist Pengumpulan di Puskesmas Kota Bukittinggi
No. Yang Diamati P1 P2 P3 P4 P5 P6
1. Wadah terbuat dari bahan yang
kedap air
2. Wadah terbuat dari bahan yang
tahan karat
3. Wadah terbuat dari bahan yang kuat
4. Wadah terbuat dari bahan yang
cukup ringan
5. Permukaan wadah terbuat dari
bahan yang bagian dalamnya halus
6. Wadah mempunyai tutup yang
mudah dibuka
7. Pewadahan dilapisi dengan kantong
plastik
8. Pewadahan dilengkapi dengan label
sampah medis
-
9. Warna pelapis plastik sesuai
ketentuan
- - - -
10. Kantong pelapis plastik pada tempat
sampah diangkut bila 2/3 bagian
terisi
11. Tempat sampah medis dicuci dan
didesinfeksi setelah dikosongkandan akan digunakan lagi
- - - - - -
Ket :
P1 = Puskesmas Tigo Baleh
P2 = Puskesmas Guguk Panjang
P3 = Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad
P4 = Puskesmas Gulai Bancah
P5 = Puskesmas Mandiangin
P6 = Puskesmas Nilam Sari
Berdasarkan hasil checklist diatas, maka terlihatlah ternyata warna pelapis
plastik di semua puskesmas tidak sesuai ketentuan yang mana harusnya berwarna
kuning dan tempat sampah medis tidak dicuci dan didesinfeksi ketika akan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
45/83
digunakan lagi. Label sampah medis pun hanya di pakai di Puskesmas Perkotaan
Rasimah Ahmad dan Puskesmas Gulai Bancah.
4. Penampungan sementara
Sampah medis yang berasal sari semua puskesmas Kota Bukittinggi,
meliputi ruang imunisasi, poliklinik umum, poli gigi, KIA/KB, imunisasi, labor dan
Unit Gawat Darurat (UGD). Seharusnya sampah medis tersebut ditampung pada
tempat penampungan sementara sebelum akhirnya dimusnahkan. Akan tetapi
puskesmas di Kota Bukittinggi tidak ada yang memiliki TPS (Tempat
Penampungan Sementara). Sampah-sampah medis tersebut hanya dikumpulkan di
tempat sampah bertutup dan safety box yang telah disediakan di ruangan masing-
masing. Apabila sampahnya sudah banyak atau ada sampah medis berbahaya
seperti sampah medis dari bekas pasien penyakit menular, maka sampahnya
langsung diangkut di hari itu juga.
5. Pengangkutan
Sampah medis yang berada di masing-masing ruangan penghasil sampah
medis dikumpulkan oleh cleaning service atau saniatarian puskesmas. Kemudian
diangkut menuju daerah Talao, tempat beradanya insenerator milik DKP (Dinas
Kebersihan dan Pertamanan). Kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan
sampah medis semua puskesmas di Kota Bukittinggi adalah ambulancepuskesmas.
Pengangkutan sampah medis dilakukan secara bersamaan menggunakan satu
kendaraan. Dalam kendaraan tersebut belum terdapat sekat atau batas untuk
memisahkan antara sampah medis dengan materi lainnya. Kendaraan tersebut
dalam keadaan pintu dapat dikunci. Seluruh puskesmas di Kota Bukittinggi,
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
46/83
melakukan pengangkutan sampah medis menuju tempat pemusnahan menggunakan
ambulance.
Tabel 7.
Hasil Checklist Pengangkutan di Puskesmas Kota Bukittinggi
No. Yang Diamati P1 P2 P3 P4 P5 P6
1. Alat angkut terbuat dari bahan yang
kedap air
2. Alat angkut terbuat dari bahan yang
tahan karat
3. Alat angkut mempunyai tutup
4. Alat angkut mudah dibersihkan dan
dikosongkan
5. Alat angkut memiliki permukaan
bagian dalam yang halus
6. Sampah diangkut setiap hari - - - - - -
7. Kapasitas alat angkut cukupmembawa sampah yang ada
8. Setelah pengangkutan alat angkutlangsung di bersihkan
Ket :
P1 = Puskesmas Tigo Baleh
P2 = Puskesmas Guguk Panjang
P3 = Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad
P4 = Puskesmas Gulai Bancah
P5 = Puskesmas Mandiangin
P6 = Puskesmas Nilam Sari
Berdasarkan hasil checklist diatas, maka terlihatlah semua puskesmas di
Kota Bukittinggi tidak melakukan pengangkutan sampah setiap hari karena sampah
medis per harinya di masing-masing puskesmas tidak banyak. Tapi apabila ada
sampah medis dari pasien yang memiliki penyakit menular, maka sampahnya
langsung diantar ke tempat pemusnahan.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
47/83
6.) Pemusnahan sampah medis
Puskesmas di Kota Bukittinggi dalam memusnahkan sampah medisnya
menggunakan incinerator milik DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) karena
ini sudah kebijakan dari Pemko Bukittinggi. Incinerator memiliki kapasitas: 4000
liter , temperatur: 800-1200 C, bahan bakar solar, pengaturan waktu kerja:1 jam,
listrik: 2500 Watt.
Sampah medis yang dikirim oleh semua puskesmas Kota Bukittinggi
langsung dimasukkan ke dalam insinerator karena di Talao ini tidak terdapat TPS
(Tempat Penampungan Sementara) untuk semua sampah yang diantar kesitu.
Apabila insinerator sudah penuh maka dilakukan pembakaran. Pembakaran sampah
medis dilakukan 1 kali dalam seminggu tergantung dari sampah medis yang dikirim
dari puskesmas banyak atau sedikit.
Ketika sampah medis dimusnahkan, suhu insineratornya lebih dari 10000C.
Sampah medisnya tidak langsung dibakar dalam waktu 24 jam dari waktu sampah
medis dikirim dari puskesmas. Dan hasil pembakaran dari insinerator tersebut pun
tidak semuanya berubah menjadi abu, masih ada spet atau jarum suntik yang tidak
habis dibakar. (Untuk lebih jelasnya bisa langsung lihat di Lampiran Dokumentasi).
Tabel 8.
Hasil Checklist Insinerator Kota Bukittinggi
No. Yang Diamati Ya Tidak
1. Sampah medis dimusnahkan di
insenerator dengan suhu >10000C
2. Sampah medis dibakar selambat-
lambatnya 24 jam
3. Hasil pembakarannya berupa
abu
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
48/83
Berdasarkan hasil checklist tersebut, maka insinerator ini tidak memenuhi
syarat (< 65%) dengan persentase 33,3% karena sampah medisnya tidak dibakar
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam dan semua hasil pembakarannya tidak
berubah menjadi abu.
C. Pembahasan
Tahap pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi meliputi:
1.) Pemilahan sampah medis
Kunci pengelolaan sampah layanan kesehatan secara efektif adalah pemilahan dan
identifikasi sampah. Cara yang tepat untuk mengidentifikasi kategori sampah adalah
dengan melakukan pemilahan sampah berdasarkan warna kantong dan kontainer yang
digunakan (WHO, 2005).
Berdasarkan hasil observasi, 6 Puskesmas di Kota Bukittinggi tahap
pemilahannya sudah baik tapi kebanyakan kantong plastik yang digunakan untuk
pelapis di tempat sampah tersebut tidak semuanya berwarna kuning melainkan berwarna
putih seperti di Puskesmas Mandiangin. Sedangkan di Puskesmas Nilam Sari tidak
memakai kantong pelapis plastik pada tempat sampah medis non benda tajam.
Selebihnya, puskesmas lain sudah memakai kantong pelapis plastik berwarna kuning
untuk tempat sampah medis non benda tajam.
Seperti dalam skripsi Dyah Pratiwi mahasiswa Universitas Negeri Semarang
tahun 2013 yang berjudul Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Puskesmas
Kabupaten Pati menjelaskan bahwa jenis pemilahan sampah telah dilakukan oleh
ketiga puskesmas di Kabupaten Pati dengan teknik yang berbeda, di mana Puskesmas A
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
49/83
memilahkan tempat sampah medis dan non medis tanpa pelabelan, tanpa pembedaan
warna tempat sampah, sehingga dipilah manual oleh petugas cleaning service. di
Puskesmas B memilahkan tempat sampah medis dengan pelabelan, tanpa perbedaan
warna kantong sampah, sementara di Puskesmas C sudah ada pelabelan tempat sampah
ataupun pembedaan warna kantong plastik sehingga memudahkan untuk pemilahannya.
Menurut Kepmenkes RI No.1204/Menkes/SK/X/2004 tentang persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit, kantong pelapis plastik untuk sampah medis
seharusnya berwarna kuning karena sampah medis yang dihasilkan di puskesmas
termasuk kategori sampah infeksius. Tapi kenyataannya, masih banyak puskesmas yang
tidak memakai kantong pelapis plastik warna kuning.
Pemilahan sampah medis belum sepenuhnya memenuhi standar, karena belum
menggunakan kantung plastik dengan warna-warna yang berbeda, yang menunjukkan
kemana plastik harus diangkut untuk insinerasi atau dibuang (Pruss, 2005).
2.) Pengumpulan sampah medis
Puskesmas di Kota Bukittinggi telah mengupayakan pengumpulan sampah
medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan checklist, yaitu sebanyak 6
Puskesmas di Kota Bukittinggi melaksanakan tahap pengumpulan sampah medis
dengan baik tapi tidak semua puskesmas yang memiliki label sampah medis (Puskesmas
Nilam Sari tidak memakai label sampah medis), warna pelapis plastik belum sesuai
ketentuan (hanya Puskesmas Perkotaan Rasimah Ahmad dan Puskesmas Mandiangin
yang sudah memakai kantong plastik warna kuning) dan tempat sampah medis di semua
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
50/83
puskesmas tidak dicuci dan didensifeksi setelah dikosongkan ketika akan digunakan
lagi.
Seperti dalam skripsi Komang Yudha Widiartha mahasiswa Universitas Jember
tahun 2012 tentang Analisis Sistem Pengelolaan Limbah Medis Puskesmas di
Kabupaten Jember menjelaskan bahwa sebanyak 5 Puskesmas (71,4%) dari 7
Puskesmas di Kabupaten Jember di pedesaan melaksanakan tahap pengumpulan limbah
medis dengan baik. Unit pelayanan medis di Puskesmas di Kabupaten Jember
menggunakan tempat sampah medis yang terbuat dari bahan plastik yang kuat, ringan,
tahan karat, kedap air, permukaan halus pada bagian dalam, dan memiliki tutup yang
mudah dibuka dan ditutup kembali.
3.) Penampungan sementara
Puskesmas seharusnya memiliki Tempat Penampungan Sementara (TPS) untuk
sampah medis karena seharusnya sampah medis tersebut ditampung pada tempat
penampungan sementara sebelum akhirnya dimusnahkan. Akan tetapi puskesmas di
Kota Bukittinggi tidak ada yang memiliki TPS (Tempat Penampungan Sementara).
Sampah-sampah medis tersebut hanya dikumpulkan di tempat sampah bertutup dan
safety box yang telah disediakan di ruangan masing-masing. Apabila sampahnya sudah
banyak atau ada sampah medis berbahaya seperti sampah medis dari bekas pasien
penyakit menular, maka sampahnya langsung diangkut di hari itu juga.
Beda dengan skripsi Komang Yudha Widiartha, menjelaskan bahwa Puskesmas
di Kabupaten Jember telah mengupayakan sarana penampungan sementara sampah
medis sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini diperkuat hasil observasi,
yaitu sebanyak 4 Puskesmas (57,1%) dari 7 Puskesmas di Kabupaten Jember, yang ada
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
51/83
di Pedesaan melakukan pelaksanaan pengelolaan tahap penampungan sementara dengan
baik.
Pengumpulan sampah medis hendaknya benar-benar dipisahkan antara sampah
medis benda tajam dan non benda tajam, termasuk pemisahan dan pengumpulan sampah
medis berdasarkan karakteristik.
Benda tajam tidak hanya dapat menyebabkan luka gores maupun luka tertusuk
tetapi juga dapat menginfeksi luka jika benda itu terkontaminasi pathogen. Karena
resiko ganda inilah (cedera dan penularan penyakit), benda tajam termasuk dalam
kelompok sampah medis yang sangat berbahaya.
Kekhawatiran pokok yang muncul adalah bahwa infeksi yang ditularkan melalui
subkutan dapat menyebabkan masuknya agens penyebab panyakit, misalnya infeksi
virus pada darah (Pruss. A, 2005: 22). Sampah medis hendaknya diangkut sesering
mungkin sesuai dengan kebutuhan (Depkes RI, 2004).
4.) Pengangkutan
Berdasarkan hasil observasi, yaitu dari 6 Puskesmas di Kota Bukittinggi
melakukan pengangkutan sampah medis menuju tempat pemusnahan menggunakan
ambulance.
Ambulance puskesmas digunakan untuk mengantarkan pasien dan membawa
petugas turun ke lapangan. Tapi ternyata ambulance juga digunakan untuk
mengantarkan sampah medis ke tempat pemusnahan. Oleh karena itu, resiko penularan
penyakit akan terjadi di ambulance tersebut.
Sampah medis yang berada di ruangan pelayanan medis dikumpulkan, kemudian
diangkut menuju tempat pemusnahan sampah medis yang berada di Talao. Kendaraan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
52/83
yang digunakan untuk pengangkutan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi
adalah ambulance puskesmas. Pengangkutan sampah medis dilakukan secara bersamaan
menggunakan satu kendaraan, dalam kendaraan tersebut belum terdapat sekat atau batas
untuk memisahkan antara sampah medis dengan materi lainnya. Kendaraan tersebut
dalam keadaan pintu dapat dikunci.
Hal ini belum sesuai dengan Depkes RI (1996) karena ada beberapa hal yang
kurang terpenuhi dengan sempurna yaitu penggunaan kendaraan pengangkut yang
digunakan untuk mengangkut sampah medis adalah ambulance, seharusnya
menggunakan kendaraan pengangkut yang khusus (truk) hanya digunakan untuk
sampah medis dimaksudkan untuk menghindari bercampurnya sampah medis dengan
materi lain.
Pada proses pengangkutan dan pemindahan sampah medis di keenam puskesmas
di Kota Bukittinggi masih menggunakan cara manual, artinya dibawa begitu saja
dengan wadahnya menggunakan tangan petugas, tidak menggunakan kontainer dan
tidak melalui jalur khusus.
Seperti dalam skripsi Dyah Pratiwi mahasiswa Universitas Negeri Semarang
tahun 2013 yang berjudul Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Puskesmas
Kabupaten Pati menjelaskan bahwa pada proses pengangkutan dan pemindahan
sampah medis di ketiga puskesmas di Kabupaten Pati masih menggunakan cara manual,
tidak menggunakan kontainer dan tidak melalui jalur khusus.
Seharusnya petugas penanganan sampah medis harus menggunakan alat
pelindung diri (APD) yang terdiri dari topi/helm, masker, pelindung mata, pakaian
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
53/83
panjang, apron, pelindung kaki/ sepatu boot, dan sarung tangan khusus (Depkes RI,
2004).
5.) Pemusnahan sampah medis
Puskesmas di Kota Bukittinggi dalam memusnahkan sampah medisnya
menggunakan incinerator milik DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) karena ini
sudah kebijakan dari Pemko Bukittinggi. Incinerator memiliki kapasitas: 4000 liter ,
temperatur: 800-1200 C, bahan bakar solar, pengaturan waktu kerja:1 jam, listrik: 2500
Watt. Pembakaran sampah medis dilakukan 1 kali dalam seminggu tergantung dari
sampah medis yang dihasilkan banyak atau sedikit. Dalam satu kali proses pembakaran
yang dilakukan dalam satu hari, yaitu memasukkan sampah medis ke dalam incinerator
dilakukan satu kali dari semua sampah medis yang dihasilkan dari tiap-tiap ruang
pelayanan Puskesmas di Kota Bukittinggi.
Hal ini diperkuat hasil observasi, yaitu sebanyak 6 Puskesmas di Kota
Bukittinggi dalam mengelola sampah medis pada tahap pemusnahan sampah medis
menggunakan incinerator.
Hal ini sesuai dengan Depkes RI (1996), bahwa pemusnahan sampah medis
dilakukan dengan cara pembakaran menggunakan incinerator. Penanganan hasil akhir
sampah medis berupa abu setelah pembakaran dari incinerator menggunakan metode
landfill (abu diuruk tanah) tanpa ada perlakuan khusus sebelum ditanam, hal ini
bertentangan dengan Depkes RI (1997), dalam metode landfill sampah medis yang telah
dimusnahkan menjadi abu memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
54/83
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang gambaran pengelolaan sampah
medis di puskesmas Kota Bukittinggi tahun 2015 dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah sampah medis yang dihasilkan selama seminggu oleh 6 puskesmas kota Bukittinggi
sebanyak 21,37 Kg dengan rincian sampah medis benda tajam sebanyak 9,95 Kg dan
sampah medis non benda tajam 11,75 Kg. Rata-rata komposisi per hari sampah medis benda
tajam 7,6% dan sampah medis non benda tajam 8,83%.
2. Tahap pemilahannya sudah baik dengan persentase 100% karena semua puskesmas sudah
memiliki safety box (untuk sampah medis benda tajam) dan tempat penampungan sampah
medis (untuk sampah medis non benda tajam).
3. Warna pelapis plastik di semua puskesmas tidak sesuai ketentuan yang mana harusnya
berwarna kuning dan tempat sampah medis tidak dicuci dan didesinfeksi ketika akan
digunakan lagi. Label sampah medis pun hanya di pakai di Puskesmas Perkotaan Rasimah
Ahmad dan Puskesmas Gulai Bancah.
4. Puskesmas di Kota Bukittinggi tidak ada yang memiliki TPS (Tempat Penampungan
Sementara). Sampah-sampah medis tersebut hanya dikumpulkan di tempat sampah bertutup
dan safety box yang telah disediakan di ruangan masing-masing.
5. Semua Puskesmas di Kota Bukittinggi tidak melakukan pengangkutan sampah setiap hari
karena sampah medis per harinya di masing-masing puskesmas tidak banyak. Tapi apabila
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
55/83
ada sampah medis dari pasien yang memiliki penyakit menular, maka sampahnya langsung
diantar ke tempat pemusnahan.
6. Puskesmas di Kota Bukittinggi dalam memusnahkan sampah medisnya menggunakan
incinerator milik DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) karena ini sudah kebijakan dari
Pemko Bukittinggi. Berdasarkan hasil checklist tersebut, maka insinerator ini tidak
memenuhi syarat (< 65%) dengan persentase 33,3% karena sampah medisnya tidak dibakar
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam dan semua hasil pembakarannya tidak berubah
menjadi abu.
B. Saran
1. Bagi Puskesmas Kota Bukittinggi
Puskesmas Kota Bukittinggi perlu melaksanakan pengelolaan sampah medis secara
optimal dengan memperhatikan hal-hal berikut:
1.) Pihak Puskesmas perlu meningkatkan pengadaan fasilitas-fasilitas yang diperlukan
dalam pengelolaan sampah medis seperti peningkatan jumlah tempat sampah,
pengadaan kantong plastik, pengadaan alat pengangkut sampah berupa gerobak/troli dan
melakukan koordinasi dengan petugas yang menangani sampah medis secara langsung.
2.) Pihak sanitasi (sanitarian) perlu mengevaluasi dan memperbaiki prosedur tetap
mengenai pengelolaan sampah medis sehingga petugas perawat dan pengelola sampah
(cleaning service) melaksanakan pengelolaan sampah medis secara maksimal.
2. Bagi Dinas Kesgehatan Kota Bukittiggi
Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi perlu memberikan bimbingan dalam bentuk
penyuluhan tentang pelaksanaan teknis pengelolaan sampah maupun ikut berperan serta
dalam pelaksanaan pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi, dengan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
56/83
melakukan manajemen yang baik, meliputi: penyediaan operasional, sarana dan prasarana
penunjang pelaksanaan pengelolaan sampah medis bagi Puskesmas di Kota Bukittinggi.
3. Bagi Peneliti Lain
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, perlu dilakukan penelitian terkait,
manajemen, sarana dan prasarana penunjang, serta peran dari semua petugas kesehatan di
Puskesmas dalam pelaksanaan pengelolaan sampah medis Puskesmas di Kota Bukittinggi.
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
57/83
DOKUMENTASI
Pewadahan Sampah Medis di Puskesmas Pewadahan Sampah Medis di PuskesmasTigo Baleh Guguk Panjang
Pewadahan Sampah Medis di Puskesmas Pewadahan Sampah Medis di puskesmas
Gulai Bancah Mandiangin
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
58/83
Pewadahan Sampah Medis di Puskesmas Pewadahan Sampah Medis di
Perkotaan Rasimah Ahmad Puskesmas Nilam Sari
Safety Box untuk sampah medis Mobil Ambulance yang mengantarkan
benda tajam Sampah Medis ke tempat pemusnahan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
59/83
Sampah Medis di Puskesmas Perkotaan Insinerator Milik Pemko BukittinggiRasimah Ahmad sebelum diantar
Ke tempat pemusnahan
Bagian dalam Insinerator Hasil Pembakaran di Insineator
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
60/83
CHECKLIST PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS DI KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2015
Nama Puskesmas : Tigo Baleh
Alamat : Kelurahan Pakan Labuah, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
Hari / tanggal : 5 Mei 2015
1. Timbulan (Kg)
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6
1,16 1,12 1,24 1,02 0,50 0,64
2. Pemilahan
No Variabel yang diamati Ya Tidak
1. Tersedianya safety box untuk
sampah medis benda tajam
2. Tersedianya tempat penampungan
khusus untuk sampah medis non
benda tajam
3. Penampungan
No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)
1 Wadah terbuat dari bahan yang kedap air
2 Wadah terbuat dari bahan yang tahan karat
3 Wadah terbuat dari bahan yang kuat
4 Wadah terbuat dari bahan yang cukup
ringan
5 Permukaan wadah terbuat dari bahan yang
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
61/83
bagian dalamnya halus
6 Wadah mempunyai tutup yang mudah
dibuka
7 Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik
8 Warna pelapis plastik sesuai ketentuan
9 Kantong pelapis plastik pada tempat
sampah diangkut bila 2/3 bagian terisi
10 Tempat sampah medis dicuci dan
didesinfeksi setelah dikosongkan dan akan
digunakan lagi
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100
=8
10 100
= 80% Memenuhi Syarat
4. Tempat Penampungan Sementara
No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )
1 Tempat penampungan sementara
terbuat dari bahan yang kedap air
2 Tempat penampungan sementara
terbuat dari bahan yang tahan karat
3 Permukaan tempat penampungan
sementara terbuat dari bahan yang
bagian dalam halus
4 Mempunyai tutup
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
62/83
5 Tidak jauh dari sumber penghasil
sampah yaitu 200 meter dari sumber
penghasil
6 Tempat penampungan sementara
sampah medis terpisah dengan sampah
non medis
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100%
Semua puskesmas di Kota Bukittinggi tidak memiliki TPS (Tempat Penampungan
Sementara) sampah medis, jadi cheklist ini tidak bisa digunakan.
5. Pengangkutan
No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)
1 Alat angkut terbuat dari bahan yang kedap
air
2 Alat angkut terbuat dari bahan yang tahankarat
3 Alat angkut mempunyai tutup
4 Alat angkut mudah dibersihkan dan
dikosongkan
5 Alat angkut memiliki permukaan bagian
dalam yang halus
6 Sampah diangkut setiap hari
7 Kapasitas alat angkut cukup membawa
sampah yang ada
8 Setelah pengangkutan alat angkut langsung
di bersihkan
Keterangan :
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
63/83
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100%
= 7 x 100 %
8
= 87,5 % Memenuhi Syarat
6. Pemusnahan
No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )
1 Sampah medis dimusnahkan di
insenerator dengan suhu >1000
0
C
2 Sampah medis dibakar selambat-
lambatnya 24 jam
3 Hasil pembakarannya berupa abu
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =
Jumlah ya
Jumlah semua item X 100%
= 1 x 100%
3
= 33,3 % Tidak Memenuhi Syarat
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
64/83
CHECKLIST PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS DI KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2015
Nama Puskesmas : Guguk Panjang
Alamat : Jl. Prof M. Yamin, SH, Kecamatan Guguk Panjang
Hari / tanggal : 5 Mei 2015
1. Timbulan (Kg)
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6
0,60 0,45 0,56 0,63 0,66 0,49
2. Penampungan
No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)
1 Wadah terbuat dari bahan yang kedap air
2 Wadah terbuat dari bahan yang tahan karat
3 Wadah terbuat dari bahan yang kuat
4 Wadah terbuat dari bahan yang cukup
ringan
5 Permukaan wadah terbuat dari bahan yang
bagian dalamnya halus
6 Wadah mempunyai tutup yang mudah
dibuka
7 Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik
8 Warna pelapis plastik sesuai ketentuan
9 Kantong pelapis plastik pada tempat
sampah diangkut bila 2/3 bagian terisi
10 Tempat sampah medis dicuci dan
didesinfeksi setelah dikosongkan dan akan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
65/83
digunakan lagi
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100
=8
10 100
= 80% Memenuhi Syarat
3. Tempat Penampungan Sementara
No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )
1 Tempat penampungan sementara
terbuat dari bahan yang kedap air
2 Tempat penampungan sementara
terbuat dari bahan yang tahan karat
3 Permukaan tempat penampungan
sementara terbuat dari bahan yang
bagian dalam halus
4 Mempunyai tutup5 Tidak jauh dari sumber penghasil
sampah yaitu 200 meter dari sumber
penghasil
6 Tempat penampungan sementara
sampah medis terpisah dengan sampah
non medis
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100%
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
66/83
Semua puskesmas di Kota Bukittinggi tidak memiliki TPS (Tempat Penampungan
Sementara) sampah medis, jadi cheklist ini tidak bisa digunakan.
4. Pengangkutan
No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)
1 Alat angkut terbuat dari bahan yang kedap
air
2 Alat angkut terbuat dari bahan yang tahan
karat
3 Alat angkut mempunyai tutup
4 Alat angkut mudah dibersihkan dan
dikosongkan
5 Alat angkut memiliki permukaan bagian
dalam yang halus
6 Sampah diangkut setiap hari
7 Kapasitas alat angkut cukup membawa
sampah yang ada
8 Setelah pengangkutan alat angkut langsung
di bersihkan
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100%
=7
8 100%
= 87,5 % Memenuhi Syarat
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
67/83
5. Pemusnahan
No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )
1 Sampah medis dimusnahkan di
insenerator dengan suhu >1000 0C
2 Sampah medis dibakar selambat-
lambatnya 24 jam
3 Hasil pembakarannya berupa abu
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian = Jumlah yaJumlah semua item
X 100%
= 1 x 100%
3
= 33,3 % Tidak Memenuhi Syarat
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
68/83
CHECKLIST PENGELOLAAN SAMPAH MEDIS PUSKESMAS DI KOTA BUKITTINGGI
TAHUN 2015
Nama Puskesmas : Perkotaan Rasimah Ahmad
Alamat : Jl. Umar Gafar ATTS, kecamatan Guguk Panjang. Jenis puskesmas ini
yaitu non perawatan
Hari / tanggal : 6 Mei 2015
1. Timbulan (Kg)
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 4 Hari 5 Hari 6
0,62 0,80 0,63 0,68 0,48 0,76
2. Penampungan
No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)
1 Wadah terbuat dari bahan yang kedap air
2 Wadah terbuat dari bahan yang tahan karat
3 Wadah terbuat dari bahan yang kuat
4 Wadah terbuat dari bahan yang cukup
ringan
5 Permukaan wadah terbuat dari bahan yang
bagian dalamnya halus
6 Wadah mempunyai tutup yang mudah
dibuka
7 Pewadahan dilapisi dengan kantong plastik
8 Warna pelapis plastik sesuai ketentuan
9 Kantong pelapis plastik pada tempat
sampah diangkut bila 2/3 bagian terisi
10 Tempat sampah medis dicuci dan
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
69/83
didesinfeksi setelah dikosongkan dan akan
digunakan lagi
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100
=9
10
100
= 90%
3. Tempat Penampungan Sementara
No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )
1 Tempat penampungan sementara
terbuat dari bahan yang kedap air2 Tempat penampungan sementara
terbuat dari bahan yang tahan karat
3 Permukaan tempat penampungan
sementara terbuat dari bahan yang
bagian dalam halus
4 Mempunyai tutup
5 Tidak jauh dari sumber penghasil
sampah yaitu 200 meter dari sumber
penghasil
6 Tempat penampungan sementara
sampah medis terpisah dengan sampah
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
70/83
non medis
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100%
Semua puskesmas di Kota Bukittinggi tidak memiliki TPS (Tempat Penampungan
Sementara) sampah medis, jadi cheklist ini tidak bisa digunakan.
4. Pengangkutan
No Variabel yang diamati Ya (1) Tidak (2)
1 Alat angkut terbuat dari bahan yang kedap
air
2 Alat angkut terbuat dari bahan yang tahan
karat
3 Alat angkut mempunyai tutup
4 Alat angkut mudah dibersihkan dan
dikosongkan
5 Alat angkut memiliki permukaan bagiandalam yang halus
6 Sampah diangkut setiap hari
7 Kapasitas alat angkut cukup membawa
sampah yang ada
8 Setelah pengangkutan alat angkut langsung
di bersihkan
Keterangan :
1. Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian > 65%
2. Tidak Memenuhi syarat : apabila hasil penilaian < 65%
7/26/2019 SISKA ZULFIANI
71/83
Penilaian =Jumlah ya
Jumlah semua itemX 100%
=7
8 100%
= 87,5 % Memenuhi Syarat
5. Pemusnahan
No Variabel yang diamati Ya ( 1 ) Tidak ( 2 )
1 Sampah medis dimusnahkan di
insenerator dengan