1 Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM 1 SINTETIS DATA STASIUN HUJAN SUB DAS BLONGKENG Alva Kurniawan 1 , M. Alief Khodbah 1 , Arif Tri Nugroho 1 , Tri Apriyono 1 , Qodhan Nahara S. 1 , Aditya W.K. 1 Abstraksi Data stasiun hujan sangat penting dalam analisis kondisis hidrologi suatu daerah aliran sungai (DAS). Sayangnya tidak setiap stasiun hujan mencatat hujan dengan baik sehingga data hujan menjadi tidak lengkap. Metode sintetis data hujan dapat dilakukan untuk membuat data hujan berdasarkan data hujan dari sedikitnya dua stasiun hujan. Berdasarkan data aktual dari dua stasiun hujan maka dapat dibuat data aktual dari stasiun hujan lainnya dengan syarat terdapat data selisih rataan hujan antar stasiun. Metode ini disebut sebagai metode CSRD atau Corrected Synthetic Rainfall Data. Sintesis data dilakukan untuk Sub DAS Bongkeng dimana terdapat 8 stasiun hujan yaitu Hujan Dukun, Stasiun Hujan Selo, Stasiun Hujan Babadan, Stasiun Hujan Srumbung, Stasiun Hujan Muntilan, Stasiun Hujan Salam, Stasiun Hujan Kaliurang, dan Stasiun Hujan Kalibawang. Seri data selisih rataan hujan antar stasiun menggunakan data hujan tahun 1976-1982 dan data aktual dua stasiun hujan menggunakan data hujan tahun 1998-2004. Data hujan yang dihasilkan ternyata memiliki validitas yang tinggi berdasarkan hasil perbandingan antara data sintesis dan data hasil pengukuran langsung. Kata kunci: sintetis, sintesis, data, stasiun, hujan, Blongkeng, CSRD.
39
Embed
SINTETIK DATA STASIUN HUJAN SUB DAS BLONGKENG · faktor pengontrol utama perbedaan curah hujan di Sub DAS Blongkeng adalah elevasi ... Data hujan Stasiun Hujan Selo diasumsikan sama
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi UGM 1
SINTETIS DATA STASIUN HUJAN SUB DAS BLONGKENG
Alva Kurniawan1, M. Alief Khodbah1, Arif Tri Nugroho1, Tri Apriyono1, Qodhan Nahara S. 1, Aditya W.K. 1
Abstraksi
Data stasiun hujan sangat penting dalam analisis kondisis hidrologi suatu daerah aliran sungai (DAS). Sayangnya tidak setiap stasiun hujan mencatat hujan dengan baik sehingga data hujan menjadi tidak lengkap. Metode sintetis data hujan dapat dilakukan untuk membuat data hujan berdasarkan data hujan dari sedikitnya dua stasiun hujan. Berdasarkan data aktual dari dua stasiun hujan maka dapat dibuat data aktual dari stasiun hujan lainnya dengan syarat terdapat data selisih rataan hujan antar stasiun. Metode ini disebut sebagai metode CSRD atau Corrected Synthetic Rainfall Data. Sintesis data dilakukan untuk Sub DAS Bongkeng dimana terdapat 8 stasiun hujan yaitu Hujan Dukun, Stasiun Hujan Selo, Stasiun Hujan Babadan, Stasiun Hujan Srumbung, Stasiun Hujan Muntilan, Stasiun Hujan Salam, Stasiun Hujan Kaliurang, dan Stasiun Hujan Kalibawang. Seri data selisih rataan hujan antar stasiun menggunakan data hujan tahun 1976-1982 dan data aktual dua stasiun hujan menggunakan data hujan tahun 1998-2004. Data hujan yang dihasilkan ternyata memiliki validitas yang tinggi berdasarkan hasil perbandingan antara data sintesis dan data hasil pengukuran langsung.
Kata kunci: sintetis, sintesis, data, stasiun, hujan, Blongkeng, CSRD.
2
1. Pendahuluan
Sub DAS Blongkeng memiliki 8 stasiun hujan terdekat yaitu Stasiun Hujan
Dukun, Stasiun Hujan Selo, Stasiun Hujan Babadan, Stasiun Hujan Srumbung, Stasiun
Hujan Muntilan, Stasiun Hujan Salam, Stasiun Hujan Kaliurang, dan Stasiun Hujan
Kalibawang. Pencatatan data hujan dimulai untuk semua stasiun kecuali stasiun Babadan
(mengacu pada data yang ada) dimulai pada tahun 1976 dan berakhir pada tahun 1982.
Data terbaru saat ini hanya terdapat pada dua stasiun hujan yaitu Stasiun Hujan Babadan
dan Stasiun Hujan Kaliurang yaitu data dari tahun 1998-2004.
Analisis konsisi hujan di Sub DAS Blongkeng dapat dilakukan dengan baik jika
Sub DAS Blongkeng memiliki data hujan yang lengkap. Sintetik data hujan dapat
dilakukan untuk mendapatkan data hujan terbaru dari tiap stasiun hujan di Sub DAS
Blongkeng dengan menggunakan data hujan terbaru yang ada di Stasiun Hujan Babadan
dan Stasiun Hujan Kaliurang.
2. Konsep Dasar dan Asumsi
WMO (World Meterological Organization) memiliki aturan standar kerapatan
stasiun hujan sebagai berikut:
Tipe Wilayah Kisaran norma-norma jaringan
minimum (luas dalam km2 untuk 1 stasiun)
Kisaran norma-norma sementara yang diperbolehkan dalam kondisi-
kondisi yang sulit (luas dalam km2/stasiun)
Wilayah datar pada zona iklim sedang, mediteran, dan tropika 600 -900 900-3000
Wilayah bergunung-gunung pada zona iklim sedang, mediteran, dan
tropika 100-250 250-1000 (pada kondisi yang sulit
dapat melebihi 2000)
Kepulauan-kepulauan pegunungan yang kecil dengan presipitasi yang
sangat tidak beraturan, jaringan hidrografi sangat rapat
25 250-1000 (pada kondisi yang sulit dapat melebihi 2000)
Zona-zona arid dan kutub (tidak termasuk gurun-gurun yang luas) 1500-10000
Tabel 1.1. Tabel aturan standar kerapatan stasiun hujan menurut WMO (Sumber : Seyhan, 1977).
3
4
Berdasarkan aturan standar WMO tersebut maka dapat dibuat asumsi bahwa jika
terdapat dua stasiun hujan, namun salah satu stasiun hujan tidak memiliki data hujan
untuk kurun waktu tertentu, maka data stasiun hujan yang ada dapat diasumsikan sama
untuk menggantikan data stasiun hujan yang kosong jika letak stasiun hujan yang tak
memiliki data terliput dalam area stasiun hujan yang memiliki data menurut standar
WMO. Sub DAS Blongkeng memiliki stasiun hujan yang memiliki letak yang cukup
berjauhan namun untuk Stasiun Hujan Babadan dan Selo, letaknya tidak cukup jauh
sehingga berdasarkan aturan WMO Data Stasiun Hujan Selo akan memiliki nilai yang
tidak jauh berbeda dengan data Stasiun Babadan bahkan untuk sementara data Stasiun
Hujan Selo dapat diasumsikan sama dengan Stasiun Babadan.
Perbedaan tebal hujan dipengaruhi oleh perbedaan elevasi, kondisi topografi, dan
arah angin. Sub DAS Blongkeng memiliki kondisi topografi yang tak kompleks dan arah
angin yang relatif searah dimana angin berhembus dari arah tenggara ke barat laut.
Kondisi topografi yang tak kompleks dan arah angin yang relatif searah menyebabkan
faktor pengontrol utama perbedaan curah hujan di Sub DAS Blongkeng adalah elevasi
sehingga faktor selain elevasi dapat diabaikan. Mengacu pada elevasi sebagai faktor
utama perbedaan tebal hujan, maka saat elevasi memiliki nilai tetap selisih dari data
hujan masing-masing stasiun terhadap stasiun lainnya cenderung tetap.
Sub DAS Blongkeng memiliki liputan area yang relatif sempit dan topografi yang
tak kompleks sehingga iklim Sub DAS Blongkeng akan cenderung seragam. Walaupun
perubahan iklim saat ini terjadi namun untuk jangka waktu yang pendek (kurang dari
ratusan tahun) perubahan iklim hanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap perbedaan
curah hujan sehingga faktor perubahan iklim dapat diabaikan.
Sintetik data stasiun hujan dengan asumsi-asumsi diatas hanya dapat dilakukan
untuk suatu area yang memiliki kondisi topografi yang tidak kompleks, kondisi iklim
yang relatif homogen, arah angin yang relatif sama, terdapat sedikitnya dua data stasiun
hujan aktual, terdapat seri data hujan untuk seluruh stasiun yang akan dilakukan sintetik
data dalam kurun waktu tertentu dan sama, serta data hujan yang ada merupakan data
stasiun hujan yang panjang dan setidaknya lebih dari lima tahun. Data stasiun hujan yang
aktual digunakan untuk membuat data stasiun hujan di stasiun-stasiun hujan lain dalam
5
kurun waktu yang sama dengan data aktual. Untuk menciptakan data aktual dari stasiun-
stasiun hujan tersebut, data rataan selisih antar stasiun hujan untuk kurun waktu tertentu
harus dimiliki terlebih dahulu. Jika syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi maka hasil dari
sintetik data hujan akan cenderung memiliki nilai deviasi yang sangat besar.
3. Sintetik Data Hujan Stasiun Hujan Selo
Posisi Stasiun Hujan Selo terliput dalam area Stasiun Hujan Babadan berdasarkan
standar WMO, namun terdapat perbedaan elevasi stasiun hujan Babadan dan Selo yaitu
sebesar 225 m dimana Stasiun Hujan Babadan memiliki elevasi 1275 m dpal sedangkan
Stasiun Hujan Selo memiliki elevasi 1500 m dpal. Stasiun Hujan Babadan memiliki data
hujan tahun 1998 hingga 2004 sedangkan Stasiun Hujan Selo tidak. Mengacu pada
standar WMO maka Stasiun Hujan Selo dapat menggunakan data yang sama dengan
Stasiun Hujan Babadan namun faktor perbedaan hujan akibat perbedaan elevasi berlaku
sehingga data Stasiun Hujan Babadan yang digunakan untuk Stasiun Hujan Selo tidak
dapat dipakai begitu saja namun harus dikoreksi dahulu.
Koreksi data Stasiun Hujan Selo yang menggunakan data Stasiun Hujan Babadan
dilakukan dengan membuat data sintetik stasiun hujan di Sub DAS Blongkeng yang
memiliki data dalam cakupan tahun yang sama yaitu tahun 1998-2004. Stasiun hujan
yang memiliki data tersebut di Sub DAS blongkeng hanyalah Stasiun Hujan Kaliurang
sehingga data sintetik stasiun hujan yang dibuat adalah data Stasiun Hujan Kaliurang.
Hasil dari data sintetik kemudian di korelasikan dengan data asli hasil pengukuran. Akan
terdapat deviasi data sintetik dan data hasil pengukuran langsung. Deviasi tersebut dapat
dinyatakan dengan variabel σ. Nilai deviasi tersebut dapat digunakan untuk faktor koreksi
data Stasiun Hujan Selo sintetik sehingga data Stasiun Hujan Selo sintetik dengan nilai
yang mendekati nilai sebenarnya dapat diperoleh. Metode ini disebut sebagai metode
Corrected Synthetic Rainfall Data (CSRD).
Langkah awal yang digunakan adalah menentukan kriteria tipe wilayah di Sub
DAS Blongkeng. Berdasarkan kriteria WMO, wilayah Sub DAS Blongkeng yang berada
pada Pulau Jawa termasuk dalam kategori wilayah bergunung-gunung sehingga luas
cakupan satu stasiun hujan berkisar antara 100-250 km2. Jarak Stasiun Hujan Babadan
6
dan Stasiun Hujan Selo adalah 2.74 km. Perhitungan radius cakupan areal Stasiun Hujan
Babadan berdasarkan pada standar WMO adalah:
Batas Bawah (r1):
A πr2
100 3.14 r2
r2 .
r2 .
r 5.64 km
Batas Atas (r2):
A πr2
250 3.14 r2
r2 .
r2 .
r 8.92 km
Jarak (d) Stasiun Hujan Selo yang hanya 2.74 km dari Stasiun Hujan Babadan
menyebabkan Stasiun Hujan Selo tercakup dalam Stasiun Hujan Babadan karena nilai d <
r1 < r2. Batas bawah (r1) dan batas atas (r2) merupakan jarak maksimum suatu stasiun
hujan terhadap stasiun hujan yang dihitung radiusnya, jika dalam kondisi yang benar-
benar terpaksa r1 tak dapat terpenuhi (d > r1) maka r2 dapat digunakan (r1<d<r2).
Gambar 1.1. Luas cakupan areal Stasiun Hujan Babadan
menurut WMO.
7
Data hujan Stasiun Hujan Selo diasumsikan sama dengan data hujan hasil
pengukuran langsung (Dp) Stasiun Hujan Babadan. Asumsi tersebut sementara
mengabaikan faktor elevasi yang memiliki selisih 225 m untuk mendapatkan data hujan
sintetik belum terkoreksi (Dps/f). Dps/f adalah data hujan yang dikorelasi kebenarannya
dengan data hujan hasil pengukuran langsung. Data hujan Stasiun Hujan Babadan tahun
1998-2004 disajikan dalam tabel 2.1.
Dps/f dari Stasiun Hujan Selo kemudian digunakan untuk membuat data hujan
sintesis belum terkoreksi (Dps/f) Stasiun Hujan Kaliurang untuk dikoreksi kebenarannya
terhadap data hujan hasil pengukuran langsung. Deviasi data sintesis Stasiun Hujan
Kaliurang dan data hasil pengukuran langsung Stasiun Hujan Kaliurang menunjukkan
ketidak-tepatan data Stasiun Hujan Selo sehingga data Stasiun Hujan Kalirang hasil
sintesis dari Stasiun Hujan Selo tidak mendekati data hasil pengukuran langsung dimana
diasumsikan selisih curah hujan tahunan antar stasiun hujan cenderung tetap. Nilai
deviasi dapat digunakan untuk memberikan koreksi data Stasiun Hujan Selo yang
merupakan data sebenarnya sehingga data sintesis Stasiun Hujan Kaliurang yang
dihasilkan dari data Stasiun Hujan Selo mendekati data hasil pengukuran langsung yang
berarti data Stasiun Hujan Selo memiliki tingkat keakuratan yang mendekati data
pengukuran langsung dengan asumsi selisih hujan rata-rata tiap stasiun hujan cenderung
tetap.
Sintesis data dilakukan dengan menggunakan asumsi bahwa perbedaan tebal
hujan dipengaruhi oleh kondisi elevasi sehingga saat kondisi elevasi statis, selisih hujan
antar stasiun cenderung sama setiap tahun. Selisih data hujan (S) Stasiun Hujan Selo dan
Stasiun Hujan Kaliurang dihitung berdasarkan data hujan tahun 1976-1982. Data Stasiun
Hujan Selo, Stasiun Hujan Kaliurang, dan selisih kedua data tersaji dalam tabel 2.2, tabel
2.3, dan tabel 2.4. Perhitungan selisih data hujan bulanan dapat diformulasikan sebagai
berikut:
Six‐y Dpix ‐ Dpiy, atau
Siy‐x Dpiy ‐ Dpix
8
TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC Total
Tabel 2.3. Tebal hujan bulanan Stasiun Hujan Kaliurang selama 1976-1982 (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 2.4. Selisih Tebal hujan bulanan Stasiun Hujan Kaliurang terhadap Stasiun Hujan Selo selama 1976-1982 (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
10
Six-y merupakan selisih data hujan bulan i (pada tahun yang sama) di stasiun x terhadap
stasiun y. Siy-x merupakan selisih data hujan bulan i (pada tahun yang sama) di stasiun y
terhadap stasiun x. Dpix adalah data hujan hasil pengukuran di stasiun x pada bulan i
sedangkan Dpiy adalah data hujan hasil pengukuran di stasiun y pada bulan i. Hasil
perhitungan selisih antar stasiun kemudian dirata-rata sehingga memberikan hasil rataan
selisih antar stasiun bulanan (λi). Perhitungan rataan antar stasiun dapat diformulasikan
sebagai berikut:
λi x‐y atau,
λi y‐x
λi x‐y adalah data rataan selisih curah hujan bulan i antara stasiun x dan y. Σ(Six-y)
merupakan jumlah total selisih bulan i di tiap tahun pada seri data hujan yang ada.
merupakan jangkauan data yang tersedia (misal data 1976-1982, maka = 7 tahun).
Berdasarkan formulasi diatas maka sintesis data stasiun hujan y dari data stasiun hujan x
yang belum terkoreksi dapat diformulasikan sebagai berikut:
Dps/fiy Dps/fix λiy‐x
Dps/fiy Dps/fix
Jika:
Dpiy Dpix,
maka:
λi y‐x 0,
11
Jika:
Dps/fiy 0,
karena curah hujan tidak mungkin bernilai negatif, maka:
Dps/fiy 0.
Dps/fiy adalah data stasiun hujan belum terkoreksi untuk bulan i di stasiun y yang
dihasilkan dari penjumlahan rataan selisih data bulan i antara stasiun y dan stasiun x
dengan data sintetis belum terkoreksi stasiun hujan x untuk bulan i (Dps/fix). Hasil
sintesis data Stasiun Hujan Kaliurang berdasarkan nilai selisih bulanan Stasiun Hujan
Kaliurang terhadap Stasiun Hujan Selo tersaji dalam tabel 2.6.
Dps/f Stasiun Hujan Kaliurang merupakan Dps/fy hasil dari penjumlahan rataan
selisih data hujan pengukuran langsung Stasiun Hujan Kaliurang terhadap Stasiun Hujan
Selo (λy‐x ) dan Dps/f Stasiun Hujan Selo (Dps/fx). DPs/f Stasiun Hujan Kaliurang
(Dps/fy ) kemudian dibandingkan dengan data hasil pengukuran langsung Stasiun Hujan
Kaliurang (Dpy, tabel 2.5.) seperti tampak pada grafik 1.1 (nilai yang dibandingkan
merupakan nilai rataan). Berdasarkan grafik 1.1., terdapat deviasi data hujan sintetik dan
data hujan hasil pengukuran langsung yang sangat besar pada bulan Januari, Februari,
Maret, November, dan Desember. Perhitungan nilai deviasi tiap bulan (σi) dihitung untuk
mendapatkan nilai koreksi bulanan (τi) dari data sintetik yang telah dibuat. Perhitungan
nilai deviasi dilakukan dengan menggunakan formulasi berikut:
σi .
Σ(Dps/fiy) merupakan jumlah total presipitasi bulan i tiap tahun data hujan sintesis
yang dibuat dari data hujan sintesis (contohnya Data hujan sintetis Stasiun Hujan Kaliu-
12
TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC Total
Tabel 2.5. Data hujan hasil pengukuran di Stasiun Hujan Kaliurang tahun 1998-2004 (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 2.6. Data hujan sintesis Stasiun Hujan Kaliurang dari data hujan sintesis belum terkoreksi Stasiun Hujan Selo tahun 1998-2004 (dalam mm – pembulatan hingga 0
angka di belakang koma).
13
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
560 548 422 273 155 67 48 23 42 308 634 448
434 466 607 273 160 85 49 38 28 286 465 664
σ 127 82 ‐185 0 ‐5 ‐18 0 ‐15 14 23 168 ‐216
Grafik 1.1. Grafik perbandingan data hujan sintetik belum terkoreksi dan data hujan hasil pengukuran langsung di Stasiun Hujan Kaliurang.
Tabel 2.7. Tabel nilai deviasi dari data hujan sintetik belum terkoreksi dan data hujan hasil pengukuran langsung di Stasiun Hujan Kaliurang (dalam mm –
pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
0
100
200
300
400
500
600
700
JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Rataan
Teb
al Hujan
(mm)
Bulan
Grafik Perbandingan Data Hujan Stasiun Kaliurang
Data Pengukuran
Data Sintetik
14
rang yang disintesis dari data hujan sintetis Stasiun Hujan Selo). Misalkan i adalah
Januari, cakupan temporal data sintetis ( sfy) adalah 7 tahun (misal 1998-2004) maka
Σ(Dps/fiy) adalah jumlah total dari presipitasi bulan Januari pada tahun 1998, presipitasi
bulan Januari pada tahun 1999, presipitasi bulan Januari pada tahun 2000, presipitasi
bulan Januari pada tahun 2001, presipitasi bulan Januari pada tahun 2002, presipitasi
bulan Januari pada tahun 2003, dan presipitasi bulan Januari pada tahun 2004. Agar nilai
deviasi data kecil maka berlaku syarat bahwa cakupan temporal data yang sintesis ( sfy)
harus sama dengan cakupan temporal data hasil pengukuran langsung ( y).
Jika:
sfy y,
maka:
σi ,
atau
σi ‐
Nilai koreksi untuk bulan i (τi) diperoleh dari hasil perkalian antara σi dan sfy,
seperti formula berikut:
τi = σi . sfy
15
τi = . sfy
τi =
Hasil perhitungan τi untuk Dps/f Stasiun Hujan Kaliurang (Dps/fy) disajikan pada tabel
2.8. Nilai τi dari Dps/f Stasiun Hujan Kaliurang (Dps/fy) digunakan untuk mengkoreksi
Dps/f Stasiun Hujan Selo (Dps/fx). Setelah nilai τi diketahui, perbandingan presipitasi
tiap bulan i pada tiap tahun pada data hujan dari stasiun yang akan dikoreksi (Dps/fix)
terhadap total presipitasi bulan i tiap tahun pada data hujan dari stasiun yang akan
dikoreksi (Σ(Dps/fix)), dihitung berdasarkan formulasi berikut:
PDps/fix
Perhitungan nilai PDps/fix dilakukan untuk mengetahui proporsi data tiap bulan i
terhadap total data bulan i dalam cakupan temporal data stasiun hujan yang akan
dikoreksi. Nilai PDps/fix tiap tahun kemudian dikalikan dengan nilai τi sehingga
dihasilkan nilai koreksi tebal hujan bulan i stasiun yang akan dikoreksi (Vpsix).
Vpsix PDps/fix . τi
Hasil perhitungan Vpsix jika ditambah dengan Dps/fix akan menghasilkan data hujan
sintetik terkoreksi bulan i untuk data stasiun hujan x (Dps/fix).
Dps/tix Dps/fix Vpsix
16
Hasil perhitungan PDps/fix, Vpsix, dan Dps/tix, untuk Stasiun Hujan Selo disajikan
berturut-turut pada tabel 2.9, tabel 2.10, dan tabel 2.11.
4. Sintetis Data Hujan Lainnya di Sub DAS Blongkeng
a. Metode Double C-SRD (Centered to Corrected Synthetic Rainfall Data)
Sintesis data hujan stasiun hujan lain di Sub DAS Blongkeng mengacu pada data
hujan sintetik terkoreksi (Dps/t) Stasiun Hujan Selo. Sintetik data hujan stasiun hujan
lain di Sub DAS Blongkeng dilakukan dengan menambahkan nilai curah hujan
sintetik bulanan Stasiun Hujan Selo dengan selisih curah hujan stasiun hujan yang
akan disintesis curah hujannya terhadap Stasiun Hujan Selo. Formulasi dari sintesis
data hujan berdasarkan data hujan sintesis terkoreksi adalah sebagai berikut:
δDps/tiy Dps/tix λiy‐x
δDps/tiy merupakan presipitasi sintetik bulan i untuk stasiun hujan y yang dihasilkan
dari data sintetik terkoreksi bulan i untuk stasiun hujan x yang ditambah dengan
selisih curah hujan bulan i stasiun y terhadap stasiun x. Pembuatan data hujan stasiun
lainnya terpusat dari data sintesis terkoreksi yang ada sehingga metode ini disebut
Metode Centered to Corrected Synthetic Rainfall Data (Double C-SRD). Hasil
sintesis data dengan metode ini untuk semua stasiun hujan di Sub DAS Blongkeng
tersaji dalam tabel 3.a.
b. Metode CRCSRD (Chain Root of Corrected Synthetic Rainfall Data)
Sintesis data hujan stasiun hujan lain di Sub DAS Blongkeng dapat dilakukan
juga tanpa mengacu pada data hujan sintetik terkoreksi (Dps/t) Stasiun Hujan Selo.
Sintetis data hujan dapat menggunakan data stasiun hujan hasil sintetik dari data
stasiun hujan sintetik (δDps/t Stasiun Hujan Selo. Sintetik data hujan stasiun hujan
17
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Seluruh data stasiun hujan sintetik terkoreksi di Stasiun Srumbung, Stasiun Dukun, Stasiun Muntilan, Stasiun Salam, Stasiun Kalibawang, dan Stasiun Kaliurang disintesis dari data hujan sintetik terkoreksi Stasiun Selo.
Tabel 3.a.6a. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Selo (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 3.a.6b. Data hujan sintetik terkoreksi Stasiun Kaliurang (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
22
dilakukan dengan menambahkan nilai curah hujan sintetik bulanan hasil sintetis dari
Stasiun Hujan Selo dengan selisih curah hujan stasiun hujan yang akan disintesis
curah hujannya terhadap stasiun hujan dengan data hujan hasil sintesis data hujan
sintesis terkoreksi Stasiun Hujan Selo. Formulasi dari sintesis hujan berdasarkan data
hujan hasil sintetik dari data sintetik terkoreksi Stasiun Hujan Selo adalah sebagai
berikut:
δ2Dps/tiy δDps/tiy λiy‐x
δ2Dps/tiy merupakan presipitasi sintetik bulan i stasiun hujan y yang dihasilkan dari
data sintetik hasil sintesis data sintetik terkoreksi bulan i stasiun hujan x yang
ditambah dengan selisih curah hujan bulan i stasiun y terhadap stasiun x. Jika
δ2Dps/tiy digunakan untuk mensintesis data stasiun hujan lainnya maka data sintesis
stasiun hujan tersebut akan menggunakan symbol δ3Dps/tiy. Pada metode ini tidak
diperkenankan menggunakan satu stasiun untuk mensintesis data dua atau lebih
stasiun hujan lain sehingga satu stasiun hanya diperbolehkan untuk mensintesis satu
data stasiun hujan lain.
Misalnya Stasiun Selo digunakan untuk mensintesis data Stasiun Dukun, maka
Stasiun Selo tidak diperkenankan untuk mensintesis data Stasiun Muntilan, namun
Stasiun Muntilan disintesis dari data Stasiun Dukun. Berdasarkan contoh tersebut
misal data curah hujan sintetik terkoreksi adalah Stasiun Selo maka data sintetik
terkoreksi Stasiun Selo disimbolkan dalam Dps/t sedangkan untuk data sintesik hasil
sintesis dari Dps/t disimbolkan dalam δDps/t sehingga data sintetik hasil sintesis dari
δDps/t disimbolkan dalam δ2Dps/t. Pemberian simbol yang berantai tersebut
dimaksudkan untuk mengethaui asal data stasiun yang disintesis dimana nilai
eksoponen yang lebih rendah setelah simbol δ menunjukkan asal data, sehingga:
δ x 1 Dps/tiy δxDps/tiy λiy‐x
23
Metode ini disebut dengan metode Chain Root of Corrected Rainfall Synthetic Data
(CRCRSD). Hasil sintesis data dengan metode ini untuk semua stasiun hujan di Sub
DAS Blongkeng tersaji dalam tabel 3.b.
5. Validasi Data Hujan Sintetis
Validasi data sintetis dilakukan dengan membuat data sintetis dari data hujan
sintetis terkoreksi (Dps/t) untuk stasiun hujan yang memiliki data pengukuran langsung.
Data sintetis dari stasiun hujan yang memiliki data pengukuran langsung kemudian
dibuat grafik dan dibandingkan dengan data pengukuran langsung. Data sintetik untuk
Stasiun Kaliurang yang dihasilkan dari data sintetik terkoreksi untuk semua stasiun di
Sub DAS Blongkeng tersaji dalam tabel 5.1. Data sintetik dapat digunakan jika bentuk
kurva data sintetik sangat mendekati atau sama dengan bentuk kurva pengukuran
langsung. Jika bentuk kurva antara data sintetis dan data pengukuran langsung memiliki
bentuk yang sangat mirip atau bahkan sama, maka data hujan sintetis yang digunakan
untuk membuat data hujan sintetis memiliki validitas yang tinggi, mengacu pada asumsi
bahwa rataan selisih curah hujan bulanan antar stasiun hujan cenderung tetap.
Grafik perbandingan data stasiun hujan sintesis dan data stasiun hujan hasil
pengukuran langsung tersaji dalam grafik 5.1. dan grafik 5.2. Pada kedua grafik tersebut
data sintetis Stasiun Hujan Kaliurang disintesis dari data seluruh stasiun hujan di Sub
DAS Blongkeng. Grafik 5.1 menunjukkan perbandingan rataan curah hujan bulanan antar
data sintesis dengan metode Double C-SRD dan data pengukuran langsung. Grafik 5.2
menunjukkan perbandingan rataan curah hujan bulanan antar data sintetis dengan metode
CRCSRD dan data pengukuran langsung.
6. Kesimpulan dan Rekomendasi
Sintesis data hujan dapat dilakukan untuk suatu daerah aliran sungai yang
memiliki data stasiun hujan yang tidak lengkap. Berdasarkan hasil sintesis, data hujan
seluruh stasiun hujan di Sub DAS Blongkeng memiliki nilai yang sangat mendekati atau
sama dengan data stasiun hujan hasil pengukuran langsung saat digunakan untuk mensin-
24
Data Stasiun Hujan Muntilan disintesis dari data hujan sintetik terkoreksi Stasiun Hujan Dukun
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
λ ‐205 ‐95 ‐12 ‐30 ‐5 ‐15 1 16 ‐26 ‐1 ‐16 ‐114
TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
Tabel 3.b.6a. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Srumbung (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 3.b.6b. Data hujan sintetik terkoreksi Stasiun Kaliurang (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
30
Data Selisih Stasiun Hujan Selo, Stasiun Hujan Dukun, Stasiun Hujan Srumbung, Stasiun Hujan Muntilan, Stasiun Hujan Salam, Stasiun Hujan Kalibawang dengan Stasiun Kaliurang
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
λ ‐82 52 153 4 51 11 5 33 9 35 ‐10 33
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
λ 122 146 164 34 56 27 4 17 35 36 6 147
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
λ 105 98 73 ‐45 18 20 11 23 5 ‐2 ‐117 154
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
λ 156 114 246 31 38 ‐10 ‐1 18 24 34 ‐18 124
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
λ 85 104 186 79 ‐6 14 ‐1 35 45 68 35 162
Bulan JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC
λ 16 21 175 20 57 15 6 24 5 63 98 271
Tabel 5.1.1a. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Srumbung (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 5.1.1b. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Srumbung (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 5.1.1c. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Srumbung (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 5.1.1d. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Srumbung (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 5.1.1e. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Srumbung (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
Tabel 5.1.1f. Tabel rataan selisih tebal hujan Stasiun Kaliurang – Stasiun Srumbung (dalam mm – pembulatan hingga 0 angka di belakang koma).
31
Sintetis data Stasiun Hujan Kaliurang dari data hujan sintetik menggunakan Metode Double C-SRD
Data Hujan Kaliurang dari Data Hujan Stasiun Dukun
TAHUN JAN FEB MAR APR MAY JUN JUL AUG SEP OCT NOV DEC