Sindrom Metabolik
Pendahuluan
Berbagai kemudahan yang tersedia membuat masyarakat cenderung
lebih menyukai makanan yang cepat saji. Padahal dalam makanan
tersebut jumlah kalori, garam, penyedap, dan lemak tidak terukur
jumlah nya. Bukan hanya pola makan yang berubah tetapi kebiasaan
hidup sehat seperti berjalan santai, berolahraga atau yang simpel
saja dengan naik turun tangga, kebanyakan lebih memilih untuk
menggunakan eskalator atau lift. Jika semakin banyak makanan yang
masuk kedalam tubuh dan berlebihan tanpa diimbangin dengan
aktivitas fisik yang cukup, maka resiko untuk mendapatkan penyakit
metabolik akan sangat tinggi, seperti obesitas.1 Obesitas menjadi
pencetus penyakit metabolik lainnya seperti diabetes mellitus,
jantung koroner, hipertensi dan lain-lain.
Tujuan
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberi informasi kepada
pembaca tentang pemeriksaan apa saja yang menunjang diagnosis,
patofisiologi dari gejala klinis tersebut serta bagaimana
penatalaksanaannya.Skenario Kasus
Seorang laki-laki berusia 55 tahun datang ke poliklinik untuk
konsultasi karena merasa terlalu gemuk dan sulit menurunkan berat
badannya sejak usia 38 tahun. Pekerjaan pasien adalah sebagai
karyawan suatu kantor swasta. Sebelumnya pasien sangat jarang
memeriksakan dirinya ke fasilitas kesehatan karena dirasakan
dirinya tidak memiliki keluhan seputar kesehatannya. Pasien
mengatakan bahwa dirinya agak sering lelah dan mudah haus pada 1
tahun belakangan ini. Ayahnya menderita hipertensi dan ibunya sudah
10 tahun mengidap penyakit kencing manis. BB 88kg, TB 169cm,
Lingkar perut 135cm, Lingkar pinggang 115m, TD
150/90mmHg.PembahasanAnamnesis
Presentasi anamnesis harus mengarah pada keluhan atau masalah.
Saat melakukan anamnesis, hindari penggunaan kata-kata medis yang
tidak dimengerti oleh pasien.2 anamnesa pada pasien sindrom
metabolik, penting juga ditanyakan yang berkaitan dengan komplikasi
penyakit seperti berkaitan dengan jantung, mata, ginjal, dan bahkan
pada hati.Anamnesis yang didapatkan sesuai skenario sebagai berikut
:
Identitas pasien, yang pertama harus kita tanya adalah mengenai
identitas pasien seperti nama, alamat, umur yang biasanya
mempengaruhi dalam resiko terkena penyakit serta jenis kelamin.
(Sesuai dengan skenario didapatkan laki-laki berusia 55 tahun).
Keluhan Utama ini merupakan suatu keluhan pendorong si pasien untuk
berobat (sesuai dengan skenario didapatkan mengeluh karena merasa
terlalu gemuk dan sulit menurunkan berat badan sejak usia 38 tahun)
Riwayat Penyakit Sekarang merupakan suatu riwayat penyakit yang
lebih spesifik yang akan kita tanyakan dari keluhan utama. (Apa
yang membuat sulit menurunkan bb? Apa ada nyeri dada,rasa berdebar?
Apakah penglihatannya baik? BAK-nya bagaimana volumenya? Apa warna
kencingnya? Apa ada rasa baal? Kapan terakhir cek gula darah?
Pengukuran BB terakhir? Riwayat peningkatan bb secara drastis atau
bertahap? Apakah ada keluhan tambahan? (sering lelah dan mudah haus
sejak 1tahun lalu) Riwayat penyakit dahulu (sebelumnya mengalami
hal serupa atau tidak? Ada riwayat hipertensi? Obesitas?
Dislipidemia?) Riwayat penyakit keluarga (di keluarga apakah ada
yang mengalami hal serupa? Apa ada yang memiliki penyakit untuk
factor resiko kasus ini? (Ayah hipertensi, Ibu kencing manis).
Riwayat sosial (bagaimana pola makannya? Pola istirahat? Aktifitas
fisiknya gimana?)
Riwayat obat, apakah mengkonsumsi obat-obatan tertentu secara
rutin? Sebelum kesini sudah pernah diobati? Apa ada perubahan?
Riwayat check up kedokter?Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik selanjutnya setelah kita menganamnesis
adalah melihat kesadaran umum pasien compos mentis atau koma. Dan
juga tingkat kesakitannya nampak sakit ringan sedang berat. Setelah
kita melihat bagaimana kesadaran umum pasien kita akan mengukur
tanda-tanda vital dimulai dari suhu, frekuensi pernafasan, nadi dan
tekanan darah.Pemeriksaan fisik didapatkan :
Keadaan Umum: baik
Kesadaran: compos mentis
Tekanan Darah: 150/90 ( Hipertensi 1)
Nadi: 80x/menit
RR: 16x/menit
Suhu: 36,5 0 CSelain ada pemeriksaan tanda-tanda vital disini
juga akan diperiksa beberapa pengukuran seperti Tinggi badan, Berat
badan, Lingkar perut dan Lingkar pinggang. Didapatkan : BB 88kg TB
169cm Lpe 135cm Lpi 115cmTabel 1. Rasio Resiko.
Penting juga dilakukan perhitungan Indeks Masa Tubuh untuk
mengetahui klasifikasi obesitas nya dengan rumus : IMT= BB (kg)/ TB
(m)2
Sehingga IMT = 88 kg/ (1.69)2= 88/ 2.85 = 30.87
Tabel 2. Klasifikasi IMT.
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium Glukosa
Pemeriksaan glukosa darah puasa
Dari kasus didapati GD puasa = 110 mg/dl
Pemeriksaan glukosa 2 jam post prandial
Dari kasus didapati hasil = 160 mg/dl.
Mendiagnosis dan memantau pengendalian hiperglikemia (glukosa
darah puasa terganggu, toleransi glukosa terganggu dan T2DM).
Pemeriksaan HbA1c
Pemeriksaan glukosa hemoglobin ini bersifat stabil selama kurang
lebih 3 bulan. Hal tersebut ternyata sesuai dengan umur hemoglobin
yang selalu mengalami pergantian setiap 3 bulan.
Pemeriksaan kadar C-peptida
Protein C- peptida ini terbentuk pada saat konversi proinsulin
menjadi insulin. Oleh sebab itu, jika kadar insulin meningkat maka
kada C-peptida di dalam darah juga akan meningkat.
Profil lipid
Chol total: 362 mg/dl (Meningkat)
TG: 300 mg/dl (Meningkat)Tabel 3. Kadar Normal.
RadiologiLemak daerah abdomen terdiri dari lemak subkutan dan
lemak intraabdominal yang dapat dinilai dengan cara CT atau MRI
kelainan ini dapat dijumpai fatty liver walaupun tanpa ada gangguan
faal hati.Metabolisme Makanan Menghasilkan Energi oleh Insulin
Sebenarnya dalam menghasilkan energi banyak hormon dan enzim
atau protein lainnya yang berperan, salah satunya ialah insulin.
Insulin merupakan protein yang terdiri dari 2 rantai (rantai A dan
B) yang dihubungkan oleh peptida disulfida. Dihasilkan oleh sel
beta kelenjar pankreas. Stimulator paling kuat untuk meningkatkan
kadar insulin adalah glukosa. Jika ada rangsangan pada sel beta
pankreas maka insulin akan di sekresi ke dalam aliran darah untuk
mengontrol kadar gula dalam darah. Secara fisiologis, regulasi
glukosa darah akan sangat baik jika diatur bersama oleh hormon
glukagon yang di sekresikan oleh sel alfa kelenjar
pankreas.3Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin
sebagai prekusor awalnya pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan
bantuan enzim peptidase, preproinsulin dipecah menjadi proinsulin
yang kemudian disimpan kedalam vesikel sekretori. Di dalam vesikel
tersebut, sekali lagi oleh bantuan enzim peptidase proinsulin
diubah menjadi insulin dan C-peptida. Keduanya, siap diekskresikan
bersamaan melalui membran sel.
Sebelum terbentuknya insulin, glukosa harus melewati membran sel
pankreas terlebih dahulu untuk merangsang sintesis insulin. Namun
untuk melewati membran sel glukosa dibantu oleh GLUT (GLukosa
Transporter). GLUT berfungsi sebagai kendaraan bagi glukosa agar
dapat masuk ke dalam sel jaringan tubuh. GLUT-2 ada di dalam sel
beta. Selanjutnya setelah glukosa masuk ke dalam sel maka, glukosa
akan mengalami glikolisis dan fosforilasi yang selanjutnya
melepaskan ATP sebagai energi. ATP yang dilepaskan digunakan oleh
sel untuk menutup ion K channel pada membran sel, yang diikuti
dengan pembukaan ion Ca channel.
Sekresi insulin terdiri dari dua fase yang disebut biphasic.
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion esponce =AIR) adalah
sekresi insulin yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadal
sel beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat. Puncaknya relatif
tinggi, olehkarena itu sangat penting untuk mengontrol gula darah
yang biasanya meningkat tajam, segera seelah makan. Sangat penting
untuk menhontrol kadar glukosa darah posprandial.
Sekresi fase 2 (sustained phase, latent phase), yaitu sekresi
insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam waktu
relatif lebih lama. Puncak sekresi insulin fase 2 ditentukan secara
kuantitatif dari seberapa banyak kadar glukosa darah di akhir fase
1.
Peran insulin di dalam tubuh yaitu sangat penting untuk proses
metabolisme, terutama metabolisme karbohidrat. Insulin tersebar di
berbagai jaringan terutama hati, otot, dan juga lemak. Pada
jaringan perifer seperti jaringan otot dan juga lemak insulin
berikatan dengan reseptor insulin yang terdapat pada membran sel
tersebut. Setelah berikatan dengan reseptor barulah proses
metabolismenya dapat berlangsung. Peningkatan GLUT-4 juga terjadi
untuk menempatkan glukosa pada membran sel jaringan.
Jika terjadi rendahnya sensitivitas insulin atau tingginya
resistensi jaringan tubuh terhadap insulin, hal tersebut merupakan
faktor etiologi terjadinya diabetes. Khususnya dibetes tipe 2.
Metabolisme glukosa juga terjadi di hepar dan GLUT-2 lah yang
sebagai transporternya. Hepar sangat berperan penting dalam menjaga
kadar gula darah untuk tetap normal, terutama pada saat puasa.
Peningkatan kadar glukosa darah puasa sebenarnya terjadi karena,
peningkatan produksi glukosa secara endogen melalui proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis di jaringan hepar
Toleransi Glukosa Terganggu
Kejadian ini disebut juga dengan prediabetic state. Pada tahap
ini tubuh mengalami defisiensi insulin secara relatif, terjadi
peningkatan kadar glukosa darah postprandial. Pada TGT didapatkan
kadar glukosa darah postprandial, atau setelah diberi beban larutan
75 gram glukosa dengan Test Toleransi Glukosa Oral, berkisar
diantara 140-200 mg/dl. Juga dinamakan sebagai prediabetes, bila
kadar glukosa darah puasa antara 100-126 mg/dl, dan disebut juga
sebagai Glukosa Darah Puasa Terganggu ( GDPT).3
Konsekuensi Metabolisme Karbohidrat
Jika insulin kerjanya menurun, yang paling tampak efeknya adalah
hyperglicemia, yang terjadi karena uptake glukosa oleh sel
berkurang, dan disertai oleh pengeluaran glukosa oleh hati, karena
proses glikogenolisis dan glukoneogenesis yang meningkat. Walaupun
otak yang tidak bergantung pada insulin masih mendapat cukup
glukosa, namun keadaan ini lama-kelamaan dapat berlanjut menjadi
disfungsi otak. Efek kelebihan glukosa pada ginjal juga terjadi
jika kadar glukosa darah melebihi kemampuan tubulus untuk
mereabsobsinya, maka glukosa akan muncul di urin. Glukosa di urin
memiliki efek osmotik menarik H2O, menyebabkana diuresis osmotik
yang ditandai dengan poliuria. Jika terlalu banyak cairan yang
keluar maka tubuh akan mengalami dehidrasi nah pada keadaan ini
pasien akan merasa cepat haus (polidipsi). Jika tidak segera
ditangani maka akan terjadi gangguan sirkulasi akibat berkurangnya
volum darah secara mencolok dan hal tersebut dapat menebkan
kematian karena aliran darah ke otak juga ikut berkurang. Gagal
ginjal karena perfusi darah ke ginjal menurun. Karena glukosa
intrasel berkurang maka nafsu makan meningkat atau disebut
polifagia.4
Efek Insulin terhadap Lemak dan Konsekuensinya
Insulin terhadap lemak, meningkatkan pemasukan lemak dari darah
ke sel jaringan lemak. Melalui GLUT-4 insulin meningkatkan transpor
glukosa ke dalam sel jaringan lemak. Glukosa merupakan bahan bakar
untuk pembentukan trigliserida (asam lemak dan gliserol).
Menghambat lipolisis (penguraian lemak).
Konsekuensi yang terjadi jika insulin turun; lipolisis
meningkat, asam lemak di darah meningkat. Asam lemak di darah
sebagian besar dijadikan energi alternatif. Kalau hati memakai asam
lemak, maka pelepasan benda keton dari hati akan meningkat di dalam
darah menyebabkan ketosis. Ketosis menyebabkan asidosis metabolik
yang progresif. Jika terjadi dalam waktu lama maka akan menjadi
koma diabetik ketoasidosis dan kematian. Penderita diabetes
mellitus tipe 1 lebih sering mendapat KAD dibandingkan dengan DM
yang tipe 2.
Efek Insulin terhadap Protein dan Konsekuensinya
Insulin meningkatkan transpor aktif asam amino dari darah ke
dalam otot dan jaraingan lain. Efek ini menurunkan kadar asam amino
dalam darah dan menyediakan bahan-bahan untuk membentuk protein di
dalam sel. Insulin meningkatkan sintesis asam amino menjadi
protein, dan insulin juga menghambat penguraian protein. Jika kadar
insulin nya menurun; maka katabolisme (penguraian protein) terutama
otot akan membuat otot mengecil atau lisut dan lemah, asam amino di
darah menjadi berlebih dan hal tersebut dapat memperparah
hyperglicemia yang terjadi. Karena asam amino di dalam darah
digunakan untuk glukoneogenesis.Diagnosis Kerja
Sindrom metabolic dikenal pertama kali sebagai sindrom X yang
mengkaitkannya dengan resistansi insulin (Reaven 1988). Sindrom
metabolic merupakan suatu keadaan yang terdiri dari gabungan
beberapa penyakit atau factor risiko seperti:
Obesitas
Diabetes
Dislipidemia
HipertensiTable 4. Kriteria Sindrom Metabolik
Obesitas
Pengertian obesitas. Obesitas merupakan suatu penyakit
multifaktori yang terjadi karena penumpukan lemak yang berlebihan,
sehingga mengganggu kesehatan seseorang. Jika seseorang berat
badannya bertambah, maka ukuran sel lemak akan bertambah besar dan
jumlahnya juga bertambah banyak. Selain itu, obesitas juga
mengandung arti sebagai gangguan pengaturan nafsu makan dan
metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor metabolik
spesifik. 5Obesitas sangat erat kaitannya dengan penyakit sindrom
metabolik atau sindrom resistensi insulin (hiperinsulinemia,
intoleransi glukosa, dislipidemia, hiperuricemia, gangguan
fibrinolisis, hiperfibrinogenemia, dan hipertensi). Yang sangat
kuat kaitannya adalah obesitas sentral atau obesitas abdomen.Untuk
mengukur lemak tubuh secara langsung sangat sulit, oleh karena itu
digunakanlah cara Indeks Masa Tubuh, untuk menilai berat badan
lebih dan orang dewasa.
Penyebab obesitas. Pada umumnya obesitas terjadi karena
penumpukan lemak yang obesitas sentral atau obesitas di daerah
abdomen. Jadi, pada daerah abdomen yang obesitas penumpukan lemak
banyak terjadi di lapisan subcutan dan lemak intra abdomen yang
dapat dilihat dengan CT sacan dan MRI. Kejadian penumpukan lemak di
daerah subkutan, yang merupakan komponen obesitas sentral memiliki
korelasi yang kuat untuk terjadi resistensi insulin seperti lemak.
Lingkar perut pada orang dewasa. Obesitas sentral memanglah yang
paling baik adalah CTscan atau MRI.
Patofisologi berdasarkan metabolisme lemak tubuh. Lipogenesis
dirangsang oleh makanan yang tinggi karbohidrat, namun juga dapat
dihambat dengan asam lemak tak jenuh ganda dan dengan berpuasa.
Pada metabolisme lemak, terdapat dua jenis faktor transkripsi yang
menjadi target menarik untuk intervensi farmakologis terutama pada
penyakit hipertrigliseredemia dan obesitas yaitu, Sterol Regulatory
Element Binding Protein-1 dan Peroxisome proliferator activated
reseptor gama. Lipogenesis merupakan proses terdeposit nya lemak ke
dalam sel, kejadian tersebut meliputi proses sintesis asam lemak,
sintesis trigliserid yang terjadi di hati pada daerah sitoplasma
dan mitokondria dan jaringan adiposa. Semakin banyak sel yang
terdeposit lemak,maka semakin tinggi resiko seseorang menjadi
obesitas.
Diabetes MelitusDiabetes mellitus merupakan gangguan metabolik
yang ditandai oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa serum)
akibat kurangnya hormon insulin, menurunnya efek insulin atau
keduanya. Ada tiga jenis diabetes mellitus yang dikenal:
DM tipe 1, insufisiensi absolut insulin.
DM tipe 2, resistensi insulin yang disertai defek sekresi
insulin dengan derajat bervariasi.
Diabetes kehamilan (gestational), yang muncul pada saat
hamil.
Manifestasi klinis diabetes, awitan DM tipe 1 yang bergantung
insulin biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun (meskipun dapat
terjadi pada semua umur).6 Pada dasarnya DM tipe satu mengalami
gangguan pada sekresi insulin endogen, namun selama 1 sampai 2
tahun setelah onset DM tipe 1 penderita mengalami yang disebut
honeymoon period. Hal tersebut terjadi karena tubuh penderita
sebenarnya masih mensekresi insulin endogen walaupun sedikit dan
lama kelamaan jadi tidak bisa lagi. Gejala umum yang sering
dirasakan pasien antara lain:
Poliuria
Polidipsi
Polifagia
Keadaan parah ketoasidosis
Penurunan berat badan
Sebaliknya, DM tipe 2 (tidak bergantung insulin) biasanya
terjadi pada dewasa yang obese di atas usia 40 tahun dan diatasi
dengan diet serta latihan bersama pemberian obat-obat antidiabetes
oral meskipun terapinya dapat pula meliputi pemberian insulin. Pada
DM tipe 2 pasien jarang mengalami DKA, diduga karena kadar insulin
di vena porta lebih tinggi sehingga masih dapat mencegah oksidasi
asam lemak berlebihan di hati dan menekan pembentukan badan keton.
Ketika terjadi dekompensasi, pasieb DM tipe 2 mengalami koma
nonketotik hiperosmolar, suatu sindrom yang ditandai dengan
dehidrasi yang berat akibat diuresis osmotik yang berkepanjangan
pada pasien yang kurang minum untuk mengkompensasi pengeluarab urin
akibat hiperglikemia kronik.
Penyebab diabetes mellitus diantaranya; hereditas, lingkungan (
infeksi, makanan, toksin, stress), perubahan gaya hidup pada orang
yang secara genetik rentan, dan juga kehamilan.
Patofisiologi, pada diabetes tipe satu, pemicu kejadiannya yaitu
kemungkinan infeksi virus, akan menimbulkan produksi autoantibodi
terhadap sel-sel beta pankreas. Destruksi sel beta yang diakibatkan
menyebabkan penurunan sekresi insulin dan khirnya kekurangan hormon
insulin. Defisiensi insulin mengakibatkan keadaan hiperglikemia,
peningkatan lipolisis (penguraian lemak) dan katabolisme protein.
Oleh karena itu pada diabees mellitus tipe satu sering juga
berkomplikasi sebagai DIabetik Keto Asidosis (DKA). Karakteristik
ini terjadi ketika sel-sel beta yang mengalami destrukai melebihi
90%. Selain karena destruksi sel beta pankreas, penyakit inj juga
bisa terjadi secara idiopatik.5Pada diabetes mellitus tipe dua,
penyakit ini merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh satu
atau lebih faktor berikut ini : kerusaka sekresi insulin, produkai
glukosa yang tidak tepat di dalam hati, atau penurunan sensitivitas
reseptor insulin perifer. Faktor genetik merupakan hal yang sangat
signifikan dan awitan diabetes dipercepat dengan obesitas dan gaya
hidup yang kurang berolahraga ataupun kurang beraktivitas. Selain
itu stres juga dapat mempercepat penyakit diabetes pada penderita
DM tipe dua. Diabetes mellitus seringsekali terjadi pada orang
dewasa berbeda pada diabees mellitus tipe satu yang umumnya terjadi
pada usia remaja.
Ada tipe khusus lain yaitu bergejala diabetes mellitus tipe dua
seperti obesitas, resistensi insulin, dan faktor genetik namun
terjadi pada usia remaja yang disebut dengan MODY (Maturity Onset
Diabetic of the Young). Gejala MODY biasanya terjadi pada remaja
dengan usia sekitar 14 tahun. Diabetes yang terutama terjadi pada
syndrom metabolik adalah terjadinya diabetes tipe 2. Karena pada
DMT2 gejala nyaris sama yaitu obesitas.
Resistensi Insulin
Resistensi insulin didefinisikan sebagai resistensi terhadap
efek insulin pada penyerapan, metabolisme, atau penyimpanan
glukosa. Hal ini merupakan gambaran khas pada pasien diabetes
mellitus tipe 2, yang hampir selalu ditemukan pada pasien yang
obesitas.7 Mekanisme terjadinya resistensi insulin merupakan
fenomena yang kompleks dan multifaktorial. Deek genetik dalam
gangguan pembentukan sinyal insulin jarang ditemukan, dan jika ada
lebih besar kemungkinannya merupakan polimorfisme efek samar bukan
mutasi yang menyebabkan inaktivasi. Pada sebahian besar pasien
resistensi insulin terjadi sebagai fenomena yang didapat, dan
obesitas menjadi faktor utamanya. Patogenesis resistensi insulin
pada DM tipe 2 pada penelitian :
1. Resistensi insulin sering terdeteksi 10 sampai 20 tahun
sebelum awitan diabetes pada orang dengan predisposisi (misalnya
pada anak dari penderita diabetes tipe dua)
2. Dan menurut penelitian resistensi insulin merupakan prediktor
terbaik timbulnya diabetes dimasa mendatang.
Akibat resistensi insulin, uptake glukosa di otot dan jaringan
lemak berkurang, dan ketidakmampuan hormon untuk menekan
glukoneogenesis di hati. Ada beberapa faktor yang diduga berperan
dalam resistensi insulin antara lain :
1. Defek Genetik pada Reseptor Insulin dan Jalur Pembentukan
Sinyal
Penelitian yang dilakukan pada mencit, knockout gen pada
jaringan tertentu mengkode berbagai protein pembentuk sinyal
insulin menyebabkan resistensi insulin, hiperinsulinemia,
hiperglikemia, menyerupai diabetes tipe 2 pada manusia.
2. Obesitas dan Resistensi Insulin
Obesitas dan diabetes mellitus tipe 2 berkaitan erat dengan
resistensi insulin. Dalam kehidupan, bahkan resistensi insuljn
dapat dijumpai pada pasien obesitasyang tanpa disertai
hiperglikemia. Hal tersebut menunjukkab bahwa dalam keadaan
kelebihan lemak maka akan terjadi gangguan pembentukan sinyal
insulin. Berkaitan dengan lemak diperkirakan ada beberapa jalur
yang menyebabkan resiatensi insulin yaitu:
Peran asam lemak bebas
Jika asam lemak bebas puasa meningkat maka sensitivitas insulin
akan menurun. Keadaan tersebut sering disertai dengan peningkatan
kadar trigliserida intrasel di hati dan otot karena asam lemak
bebas didalam darah juga meningkat dan mengendap diberbagai
jaringan, terutama kedua jaringan tersebut. Trisgliserida intra sel
dan produk-produk metabolisme asam lemak merupakan inhibitor kuat
pembentukan sinyal insulin sehingga menyebabkan keadaan resistensi
insulin.
Peran adipokin dalam resistensi insulin
Ternyata jaringan lemak bukan hanua tempat untuk mendepositkan
lemak secara pasif, tetapi jaringan lemak juga berfungsi
sebagaibirgan endokrin yang mengeluarkan hormon. Contohnya adalah
hormon atau protein adipokin ( sitokin adiposa) yabg dilepaskan ke
sirkulasi sistemik. Selain adipokin, leptin, adiponektin, dan
resitin merupakan hormon yang berperan dalam resistensi insulin
yang dihasilkan oleh jaringan adiposa.
Misalnya leptin, hormon ini bekerja pada reseptor di susunan
saraf pusat dan beberapa tempat lain mengurangi asupan makan dan
menimbulkan rasa kenyang. Jika kadar leptin kurang, dapat
memperlihatkan resistensi insulin. Tetapi mekanisme lebih lanjutnya
masih dalam penelitian.
Dislipidemia
Dislipidemia adalah suatu kondisi ketidakseimbangan profil
lipid. Dalam kondisi ini yang terjadi adalah hipertrigliserida,
hiperkolesterolemia, peningkatan LDL dan penurunan HDL.8 Penyebab
dislipidemia adalah:
Hiperkolesterolemia didapat
Hiperkolesterolemia familial
Die tinggi lemak jenu dan atau kolesterol
Diabetes
Gagal ginjal
Obat-obatan (tiazid, steroid)
Merokok
Hipotiroidisme
Dislipidemia dibedakan menjadi: dislipidemia familial,
dislipidemia poligenik (umum) dan dislpidemia sekunder (terjadi
karena suatu penyakit misalya gagal ginjal, diabet, diinduksi oleh
obat, dan hipotiroidisme).Patogenesis dislipidemia, pada sindrom
metabolik mediator inflmasi seperti TNF alpha dan juga
non-eserified fatty acid (NEFA) menjadi pencetus terjadinya
dislipidemia. TNF alpha akan menurunkan supresi insulin terinduksi
dai produksi glukosa hepatik, meningkatkan asam lemak, dan sintesa
kolesterol, meningkatkan produksi VLDL hepatik, dan meningkatkan
lipolisis adiposa. Peningkatan lipolisis pada pasen ynag obesitas
dan lipodistrofi, akan meningkatkan suplai NEFA ke hepar seingga
member konsekuesi yang berlawanan terhadap metabolism
lipoprotein.
Hipertensi
Gejala hipertensi sering sekali muncul pada pederita obesitas,
dan juga pada pasien yang dislipidemia. Kemungkinan yang terjadi
adalah dislipidemia memicu terbentuknya atherosclerosis pada a.
coronary di jantung, atau di pembuluh darah di lainnya di tubuh,
menyebabkan aliran darah terhambat, sehingga membuat jantung harus
bekerja lebih ekstra untuk meningkatkan cardiac out put. Hal itu
menimbulkan terjadinya hipertensi. Itulah sebabnya, sering sekali
komplikasi pada pasien sindrom metabolik adala jantung.Diagnosis
Banding
Pada kasus sindrom metabolik, penulis tidak mendapatkan
differential diagnosis yang bisa dijadikan pembanding. Alasannya
karena sindroma merupakan suatu kumpulan gejala, sehingga gejala
penyakit tidak ada yang mirip dengan gejala sindrom metabolik.
Etiologi
Sindroma metabolik terdiri dari resistensi insulin/
hiperinsulinemia, intoleransi glukosa/ diabetes mellitus,
dislipidemia, hiperurisemia, gangguan fibrinolisis,
hiper-fibrinogenemia dan hipertensi. Pada kebanyakan orang
didapatkan sindroma metabolik terjadi akibat obesitas, gangguan
profil lipid (dislipidemia) dan hipertensi dengan meningkatkan
faktor risiko untuk kelainan kardiovaskular. 1
Faktor lain pencetus sindrom metabolic yaitu :1. Resistensi
insulinHubungan antara resistensi insulin dan penyakit
kardiovaskulardiduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif yang
menimbulkandisfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan
vaskular danpembentukan atheroma. Hipotesis lain menyatakan bahwa
terjadi perubahanhormonal yang mendasari terjadinya obesitas
abdominal. Suatu studimembuktikan bahwa pada individu yang
mengalami peningkatan kadarkortisol didalam serum (yang disebabkan
oleh stres kronik) mengalamiobesitas abdominal, resistensi insulin
dan dislipidemia. Para penelitijuga mendapatkan bahwa
ketidakseimbangan aksishipotalamus-hipofisis-adrenal yang terjadi
akibat stres akan menyebabkanterbentuknya hubungan antara gangguan
psikososial dan infark miokard.2. Diet yang salah
Pada sindrom metabolik yang menjadi perhatian adalah bukan
berapa banyak makanan yang dimakan, tapi apa jenis makanan yang
dimakan. Konsumsi makanan dengan tinggi karbohidrat yang mengandung
gula putih dan tepung terigu menyababkan terjadinya sindrom
metabolik dalam masyarakat modern sekarang ini.3. Kelebihan berat
badan
Sindrom metabolic lebih banyak ditemui pada orang dengan
kelebihan berat badan, dengan penimbunan lemak pada tubuh bagian
atas. Jadi sindrom metabolic banyak ditemui pada orang dengan
bentuk tubuh seperti apel. Timbunan lemak pada daerah aras tubuh
mempermudah produksi hormone pria seperti androstenedione. Bila
kadar hormone tersebut meningkat maka dapat menyebabkan resistensi
insulin.4. Faktor Genetic
Bila diantara anggota keluarga mempunyai riwayat obesitas,
diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, sindrom ovarium polikistik
atau penyakit jantung, maka resiko untuk mengalami sindrom
metaboolik meningkat.Epidemiologi
Prevalensi sindroma metabolik sangat bervariasi oleh karena
beberapa hal antara lain ketidak seragaman kriteria yang digunakan,
perbedaan etnis / ras, umur dan jenis kelamin. Walaupun demikian
prevalensi sindroma metabolik dapat dipastikan cenderung meningkat
bersamaan dengan meningkatnya prevalensi obesitas maupun obesitas
sentral. World Health Organization memperkirakan sindroma metabolik
banyak ditemukan pada kelompok etnis tertentu termasuk beberapa
etnis di Asia-Pasifik, seperti India, Cina, Aborigin, Polinesia dan
Milenesia. Penelitian Sugondo pada tahun 2004 melaporkan prevalensi
sindrom metabolik sebesar 13,13 % dan menunjukkan bahwa kriteria
Indeks Masa Tubuh (IMT) obesitas > 25 kg/m2 lebih cocok untuk
diterapkan pada orang Indonesia. Penelitian di DKI Jakarta tahun
2006 melaporkan prevalensi sindrom metabolik yang tidak jauh
berbeda dengan Depok yaitu 26,3% dengan obesitas sentral merupakan
komponen terbanyak (59,4%).Table 5. Prevalensi Sindrom Metabolik di
Daerah Indonesia.
Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa9Dislipidemia
Jenis diet rendah kolesterol lemak terbatas , diet tinggi serat.
Dislipidemia merupakan keadaan terjadinya peningkatan kadar
LDL-kolesterol dan atau trigliserida dalam darah yang dapat
disertai penurunan kadar HDL-koleserol. LDL koleterol sering
disebut sebagai kolesterol yang jahat karena jenis ini membawa
kolesterol dari dalam hati dan melepaskannya pada dinding pembuluh
darah, keadaan ini bisa menimbulkan pembentukan plak atau
penimbunan kolesterol yang dinamakan atheroma. HDL kolesterol
dianggap sebagai kolesterol baik karena jenis ini mengangkut
kolesterol ang tercecer pada dindig pembuluh darah kedalam hati.
Dengan kata lain mencegah pembentukan atheroma karena lipoprotein
yang berdensitas tinggi membersihkan dinding pembulu darah. HDL
kolesterol umumnya dapat dinaikkan denan olahraga teratur, terutama
olahraga jenis endurance. Diagnosis hiperkolesterolemia dibauat
dengan kadar LDL kolesterol dengan mempertimbangkan factor resiko
seperti merokok, hipertensi dan kegemukan. Trigliserid merupakan
jenis lemak lainnya yang terdapat dalam makanan. Kadar trigliserid
pada saat keadaan puasa diatas 150mg dianggap hipertrigliseridemia.
Hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia bersama sama diangap
sebagai hiperlipidemia, namun sekarang dipakai dislipidemia dimana
keadaan HDL juga bisa turun (normalnya harus ada >40mg).Prinsip
diet :
Kolesterol merupakan precursor senyawa steroid dalam tubuh,
seperti kortikosteroid, hormone seks serta anabolic, asam empedu
dan vitamin D. asupan kolesterol dan lemak jenuh dalam tubuh harus
dikurangi pada penderita dislipedemia tanpa diabet, kolesterol