Top Banner

of 5

Simulasi Rendaman Tsunami Puger, Jember

Jun 02, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/10/2019 Simulasi Rendaman Tsunami Puger, Jember

    1/5

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1

    Abstrak Tsunami merupakan salah satu fenomena

    alam di lautan yang berbentuk ombak panjang karena

    adanya sebuah gempa bumi di lautan, gunung berapi di

    laut yang meletus, atau hantaman benda luar angkasa di

    laut. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa simulasi

    pemodelan kemungkinan terjadinya tsunami yang

    berpotensi menerjang kawasan pesisir pantai Puger,

    Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    tinggi gelombang tsunami dengan mensimulasikan

    beberapa titik gempa yang pernah terjadi di perairanSelatan Pulau Jawa. Data yang didapat berupa data

    batimetri, data patahan, dan data survey lapangan.

    Pemodelan ini dilakukan dengan memvariasikan lokasi

    kedalaman pusat gempa, lebar patahan, dislokasi, dan

    geometri patahan. Dari beberapa permodelan simulasi

    tsunami tersebut didapatkan tinggi gelombang maksimal

    akibat tsunami yang terjadi, yaitu sebesar 4.345 meter

    pada menit ke 75 dengan titik pusat gempa di koordinat

    49 L 710430.06 m E 8954723.57 m S UTM. Setelah

    mencapai bibir pantai, run-up tinggi gelombang tsunami

    di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran

    gelombang tsunami di darat sebesar 628.719 m. Sehingga

    dapat diketahui daerah yang terancam ataupun daerah

    yang aman dari ancaman aliran gelombang tsunami yang

    selanjutnya akan dibuat jalur evakuasi. Rute jalur

    evakuasi ini diperlukan agar dapat menuntun obyek

    evakuasi agar dapat melalui jalur secara optimal dan

    tidak terjadi penumpukan masa yang akan

    mengakibatkan kemacetan.

    Kata kunci : tsunami, tinggi gelombang maksimum,

    run-up, rutejalu r evakuasi

    I.

    PENDAHULUAN

    Tsunami merupakan salah satu fenomena alam di lautanyang berbentuk ombak panjang yang ditimbul karena adanya

    sebuah gempa bumi lautan, gunung berapi di laut yang

    meletus, atau hantaman benda luar angkasa di laut. Tsunami

    juga bisa dikatakan sebagai gelombang laut seismik, yaitu

    gelombang yang mempunyai periode sangat panjang dan

    sulit untuk terpecah. Gelombang jenis ini dapat

    menyebabkan timbulnya ombak ombak besar dan

    perputaran air di daerah pantai atau pelabuhan yang biasanya

    tidak terjadi pada jenis gelombang laut biasa.[1]

    Hal yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami

    adalah pergeseran lempeng atau biasa dikenal dengan gempa

    yang terjadi di dasar laut atau letusan gunung berapi di dasar

    laut yang menyebabkan naiknya permukaan air laut dalam

    area yang luas. Penyebab yang terjadi karena penjalaran

    gelombang dengan periode yang sangat panjang, bahkan

    gelombang jenis ini mungkin mempunyai periode gelombang

    yang lebih dari satu jam. Tsunami memiliki karakteristik

    yang berbeda dengan gelombang pasang (tidal wave) atau

    gelombang permukaan (surface wave) yang biasa dijumpaidi pantai. Tsunami bersifat transient dan implusif, artinya

    semakin melemah dengan bertambahnya waktu dan

    mempunyai umur sesaat. Sedangkan gelombang permukaan

    bersifat kontinyu dan berlangsung dalam waktu yang lama

    dengan periode gelombang hanya beberapa detik.

    Gelombang tsunami yang timbul juga tidak ada

    kaitannya dengan peristiwa pasang surut air laut seperti

    ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan

    angin, namun gelombang tsunami ini amat berlawanan

    dengan gelombang biasa tersebut dikarenakan mempunyai

    periode kurang dari satu menit. Gelombang yang

    dibangkitkan oleh angin hanya menggerakan partikel air laut

    di permukaan air laut bagian atas, namun pada gelombang

    tsunami menggerakan seluruh kolom air dari permukaansampai mencapai dasar laut.[2]

    Indonesia merupakan negara kepulauan yang area

    pantainya berpotensi terkena tsunami. Data Tsunami di

    Indonesia sejak tahun 1660 sampai 2006 menunjukkan

    bahwa telah terjadi setidaknya 21 bencana tsunami yang

    diantaranya memakan korban yang tidak sedikit. Walaupun

    kejadian di Jember belum ada laporan, namun kejadian akan

    terkena tsunami di Jember patut diperhitungkan

    kemunginannya, mengingat Jember merupakan area

    pemukiman penduduk yang terletak di pinggir pantai.

    Bencana ini tidak dapat dicegah atau dihilangkan, tetapi

    masih dapat dilakukan studi untuk menghindari dan

    mengurangi dampak dari bahaya bencana ini sehingga dapatmengurangi timbulnya dampak kerusakan dan korban

    jiwa.[3] Studi ini mencakup pemodelan numerik tsunami

    yang timbul akibat gempa, waktu tiba di pantai dan

    perhitungan run-up gelombang tsunami serta pemetaan

    sebaran Dari studi ini diharapkan dapat diketahui tinggi

    gelombang dan arah rambatan di darat yang terjadi akibat

    tsunami, dan dapat diketahui jalur mana yang aman dan

    optimal untuk evakuasi, sehingga tidak terjadi kepanikan

    yang parah dan mengakibatkan penumpukan masa.

    Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger

    Jember

    Mughni Cokrobasworo, Kriyo Sambodho dan Haryo Dwito ArmonoJurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

    Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111E-mail: [email protected]

  • 8/10/2019 Simulasi Rendaman Tsunami Puger, Jember

    2/5

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 2

    II. URAIAN PENELITIAN

    A.

    Studi Literatur

    Dalam tugas akhir ini, literatur-literatur yang dipelajari

    adalah tugas akhir yang pernah dilakukan sebelumnya dan

    jurnal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini serta

    buku-buku sebagai tambahan referensi dalam penyelesaianmasalah.

    B. Pengumpulan Data

    Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data

    data terlebih dahulu. Data sejarah tsunami di Jawa Timur,

    khususnya Banyuwangi. Data yang dipakai adalah data

    bathimetri, data patahan berdasarkan sejarah kejadian

    tsunami, data topografi serta data sejarah tsunami yang

    pernah terjadi di Indonesia. Berikut adalah data-data yang

    digunakan untuk penelitian, mencakuo data batimetri dan

    sejarah tsunami di Indonesia.

    Gambar 2.1 Peta Batimetri Jawa Timur

    Tabel 2.1 Sejarah Tsunami Indonesia

    Setelah mengumpulkan data sejarah tsunami yang pernah

    terjadi, dilakukan simulasi untuk menguji keakuratan source

    codeTUNAMIdalam memodelkan tsunami.

    C.

    Validasi Data

    Dengan menggunakan data parameter dan hasil survey

    dari tinggi gelombang tsunami yang pernah terjadi di Pantai

    Rejekwesi, Grajagan, Lampon, Geten, Bambangan di

    Banyuwangi pada tahun 1994, maka dilakukan tunning untuk

    memvariasi parameter patahan yang akan dimasukkan dalamsimualsi.[4]

    Gambar 2.2 Peta Pemodelan Awal

    Tabel 2.2 Perbandingan Tinggi Gelombang di Daerah

    Tujuan

    NO Daerah X Y

    Hmax (hasil

    permodelan)

    Hmax

    (Data)

    1 Bambangan 166 364 4.662 4.6

    2 Geten 199 353 3.128 3.1

    3 Rajekwesi 237 340 13.6 13.9

    4 Lampon 264 328 1.1038 1.3

    5Grajagan

    west 1291 330 4.34 4.1

    6Grajagan

    west 2292 331 2.296 2.3

    D.Pemodelan Tinggi Gelombang

    Setelah malakukan penyesuaian nilai nilai parameter

    maka didapatkan data kondisi awal ( initial condition)

    pemodelan yang nantinya digunakan untuk memvalidasi

    pemodelan rambatan tsunami di daerah yang lain. Untuk

    melakukan simulasi pada daerah pantai puger diguanakan

    data parameter parameter yang telah tervalidasi

    sebelumnnya dengan perbedaan yang terletak pada titik

    koordinat pusat gempa. Dengan memnsimulasikan melalui

    source code TUNAMI, hasil yang keluar kemudian

    dimodelkan dan di plot menggunakan softwareSURFER.[5]

  • 8/10/2019 Simulasi Rendaman Tsunami Puger, Jember

    3/5

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 3

    Sehingga didapatkan model tinggi gelombang mulai dari titik

    pusat gempa sampai di titik pantai dalam waktu tertentu.

    Gambar 2.3 Model 3D Wireframe Pembangkitan Gelombang

    Tsunami

    Dari data tinggi gelombang di bibir pantai yang didapat

    maka dilakukan perhitungan run-up tsunami di daratan,

    sehingga nantinya dapat diketahui daerah yang aman atau

    daerah rawan yang terkena dampak hempasan tsunami.

    Setelah itu dapat membuat peta rute jalur evakuasi yang

    optimal dan efektif untuk daerah sekitar Pantai Puger.

    III. HASIL DAN DISKUSI

    Untuk memodelkan tinggi gelombang di Pantai Puger,

    digunakan data parameter patahan yang telah tervalidasi.

    Kemudian dimodelkan di beberapa titik pusat gempa untuk

    memprediksi tinggi gelombang yang terjadi dan mengatahui

    tinggi gelombang yang paling besar. Sesuai pada koordinat

    49 L 771804.00 m E 9072609.00 m S (UTM).

    Dengan mengetahui database dari titik titik kejadian

    sejarah gempa yang pernah terjadi di perairan Selatan Jawa(terutama Jawa Timur) di aplikasi WinITDB, digunakan titik

    titik tersebut untuk memodelkan pusat gempa bersarkan

    sejarah catatan gempa yang terjadi dengan skala sekitar 5

    sampai 10 ricther. Berikut merupakan database kejadian

    gempa yang pernah terjadi diperarian Selatan Jawa.

    Gambar 3.1 Peta Sejarah Gempa Bumi di Selatan Jawa

    Timur

    Sehingga didapat tinggi gelombang di Pantai Puger dengan

    beberapa titik pusat gempa sesuai dengan titik sejarah

    gempa.

    Tabel 3.1 Tinggi Gelombang yang didapat untuk Titik

    Bebrapa Titik Pusat Gempa

    No.

    Koordinat pusat

    gempaTinggi Gelombang

    MaksimumX Y

    1 103 250 4.1

    2 125 243 4.3

    3 158 250 1.1

    4 190 264 1.6

    5 294 270 1.3

    Dari tabel 3.1 didapat tinggi gelombang yang mencapaiPantai Puger pada simulasi ke-2 dengan tinggi gelombang di

    bibir pantai mencapai 4.3 meter, sedangkan titik gempa yang

    menghasilkan tinggi gelombang tersebut di koordinat 49 L

    710430.06 m E 8954723.57 m S.

    Tabel 3.2 Tinggi Gelombang dalam kurun waktu tertentu

    waktu H

    5 -0.004

    10 -0.004

    15 -0.005

    20 -0.004

    25 0.001

    30 0.257

    35 -2.468

    40 2.901

    45 -0.342

    50 0.603

    55 -4.127

    60 0.503

    65 0.603

    70 1.42

    75 4.345

    80 -0.035

    85 -1.976

    90 0.631

    95 0.63

    100 -3.157

    105 3.182

    110 -2.347

    115 -2.976

    120 -0.704

  • 8/10/2019 Simulasi Rendaman Tsunami Puger, Jember

    4/5

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 4

    x

    y

    Grafik 2.2 Perubahan tinggi gelombang terhadap waktu pada

    Pantai Puger

    Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pada menit 40

    gelombang telah menyentuh pantai dengan ketinggian 2.9

    meter dan mencapai puncaknya pada menit 75 dengan

    ketinggian mencapai 4.3 meter.

    Setelah melakukan simulasi untuk daerah Pantai Puger

    dan telah diketahui tinggi maksimum yang mungkin terjadi

    akibat gempa yang menimbulkan tsunami sebesar 4.3 meter.

    Setelah tinggi gelombang tsunami di pantai diketahui,, maka

    perhitungan untuk mencari sebarapa jauh penjalaran tsunami

    run-up di daratan dapat dilakukan. Dengan menggunakan

    persamaan segitiga sederhana maka didapat:

    Gambar 3.2 Pengambilan jarak X

    x = 264.56 m (garis kuning)

    y = 4 m

    maka, tan =

    tan = 0.0151

    = 0.01510

    Selanjutnya dilakukan iterasi perhitungan panjang

    gelombang tsunami dengan memperhitungkan gravitasi,

    periode gelombang dan tinggi gelombang tsunami yang

    disimulasikan.

    Dengan menerapkan persamaan diatas maka didapat

    iterasi beberapa nilai L (panjang gelombang). Nilai L yang

    dipakai untuk perhitungan selanjutnya adalah nilai

    perhitungan L yang hampir sama atau sama dengan nilai L

    pada persamaannya.

    Tabel 3.3 Iterasi Nilai Panjang Gelombang (L)

    L asumsi g T d L

    7830.455 9.8 1200 4.345 7830.502

    7830.458 9.8 1200 4.345 7830.499

    7830.461 9.8 1200 4.345 7830.496

    7830.464 9.8 1200 4.345 7830.493

    7830.467 9.8 1200 4.345 7830.490

    7830.470 9.8 1200 4.345 7830.487

    7830.473 9.8 1200 4.345 7830.484

    7830.476 9.8 1200 4.345 7830.481

    7830.479 9.8 1200 4.345 7830.478

    7830.482 9.8 1200 4.345 7830.475

    7830.485 9.8 1200 4.345 7830.472

    7830.488 9.8 1200 4.345 7830.469

    7830.491 9.8 1200 4.345 7830.466

    7830.494 9.8 1200 4.345 7830.463

    7830.497 9.8 1200 4.345 7830.460

    7830.500 9.8 1200 4.345 7830.457

    7830.503 9.8 1200 4.345 7830.454

    Setelah sudut kemiringan pantai diketahhui dan nilai panjang

    gelombang diketahui, maka run-up dapat dicari dengan

    menggunakan persamaan dengan kemiringan pantai 1/60: [6]

    R/H=0.206 (H/L)^(-0.315)

    Dari hasil perhitungan maka didapat hasil run-uptsunami

    di daratan sejauh 628.719 meter.

    Dalam penangangan bencana gempa dan tsunami perlu

    sebuah efektifitas baik yang sifatnya preventif maupun

    korektif. Salah satu antisipasi terjadinya gempa dan tsunami

    disepanjang pantai haruslah mengarah kepada antisipatif

    dampak bencana, upaya yang dilaksanakan tersebut tidak

  • 8/10/2019 Simulasi Rendaman Tsunami Puger, Jember

    5/5

    JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 5

    cukup hanya dengan mengandalkan pembangunan berupa

    infrastruktur.[7] Tapi perlu juga adanya persiapan mengenai

    status bangunan pasca gempa, kondisi lapangan secara real,

    serta lokasi lokasi yang memungkinkan untuk menjadi

    jalur evakuasi pada saat terjadinya tsunami. Dalam kasus ini

    peta jalur evakuasi ditinjau berdasarkan kapasitas jalan di

    sekitar tempat yang akan dituju. Hal ini akan berpengaruh

    terhadap mobilitas dari objek evakuasi yang pada umumnya

    dalam keadaan panik akan mencari tempat yang dirasa amandari tsunami dan ini akan mengakibatkan penumpukan masa

    pada tempat tempat tertentu yang akhirnya malah

    mengakibatkan kemacetan.[8]

    Gambar 3.3 Peta Rute Jalur Evakuasi

    Pembuatan jalur evakuasi untuk pesisir pantai Puger

    dilakukan setelah melihat hasil perhitungan run up tsunamidi darat dan mendapatkan lokasi yang relatif aman terhindar

    dari terjangan tsunami. Pembuatan jalur evakuasi di pesisir

    pantai Puger didasarkan pada ketinggian di daerah tersebut.

    Pembuatan jalur yang sedimikan rupa ini juga didasarkan

    agar proses evakuasi dilakukan lebih mudah dan tidak

    terpaku pada satu jalur saja yang dikhawatirkan nantinya

    akan terjadi penumpukan masa dan kemacetan, karena

    berdasarkan hasil survey lapangan bahwa jalan akses

    menuju pantai tersebut hanya satu jalur saja, sehingga

    dibuatlah jalur alternatif lain agar tidak terjadi kepanikan

    yang timbul serta membuat rambu rambu penunjuk jalur

    evakuasi yang jelas dan dapat mudah di mengerti masyarakat

    sekitar.

    UCAPAN TERIMA KASIH

    Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kriyo

    Sambodho dan Bapak Haryo Dwito Armono selaku dosen

    Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu

    dalam pengerjaan riset ini. Serta tidak terlepas dari bantuan

    serta dorongan moral maupun material dari banyak pihak

    baik secara langsung maupun tidak langsung.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1]

    Taufik. 1999. Perlindungan pantai akibat gelombang

    tsunami di Banyuwangi. Tugas Akhir. Ocean

    Engineering, Sepuluh Nopember Institut Of Technology.

    Surabaya

    [2]

    Sambodho K.. 1997. Penggunaan Metode Numerik

    Untuk Memprediksi Penjalaran dan Tinggi GelombangTsunami. Tugas Akhir. Ocean Engineering., Sepuluh

    Nopember Institut Of Technology. Surabaya

    [3]

    Marchuk, G. I. and B. A. Kagan. 1989. Dynamics of

    Ocean Tides. Kluwer Academic Publishers.

    Netherlands.

    [4]

    Imamura, F. 1995. Tsunami Numerical Simulation

    (Numerical Code of Tsunami N1 and N2). School Of

    Civil Engineering, Asian Institute Of Technology And

    Disaster Control Research Center, Tohoku University.

    Japan

    [5]

    Kajiura , K., 1963, The Leading Wave of a Tsunami,

    Bull. Earthquake Res. Inst. 41, 535571

    [6]

    Triatmadja, R. 2010. Tsunami Kejadian, Penjalaran,

    Daya Rusak, dan Mitigasinya. Gajah Mada University

    Press. Yogyakarta

    [7] Pradana, Yusuf A. 2012. Studi Ketahanan Masyarakat

    Pesisir Pacitan Terhadap Bencana Tsunami. Ocean

    Engineering, Sepuluh Nopember Institut Of Technology.

    Surabaya

    [8]

    Tsuji, Yoshinabu, et.al. 1994. Field Survey of The East

    Java Earthquake and Tsunami of June 3 1994. PP

    Geopg, Vol 144