SIKAP AMAE ANTARA PEMELIHARA DAN HEWAN PELIHARAAN DALAM FILM KIMI TO BOKU KARYA SUTRADARA TAKASHI KUBOTA SKRIPSI Oleh: DIAN FILDZAH RIZA 135110601111016 PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2017
SIKAP AMAE ANTARA PEMELIHARA
DAN HEWAN PELIHARAAN DALAM FILM KIMI TO BOKU
KARYA SUTRADARA TAKASHI KUBOTA
SKRIPSI
Oleh:
DIAN FILDZAH RIZA
135110601111016
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
i
SIKAP AMAE ANTARA PEMELIHARA
DAN HEWAN PELIHARAAN DALAM FILM KIMI TO BOKU
KARYA SUTRADARA TAKASHI KUBOTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Brawijaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
OLEH:
DIAN FILDZAH RIZA
NIM 135110601111016
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA JEPANG
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Sikap Amae
Antara Pemelihara Dan Hewan Peliharaan Dalam Film Kimi To Boku Karya
Sutradara Takashi Kubota” sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana S1
Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya.
Keberhasilan penulis dalam menyusun skripsi ini tidak terlepas dari usaha,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Ucapan terima kasih ditujukan kepada:
1. Bapak Prof. Ir. Ratya Anindita, M.S, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Brawijaya.
2. Bapak Syariful Muttaqin, M.A selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Ilmu
Budaya Universitas Brawijaya.
3. Ibu Ulfah Sutiyarti, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa Jepang
4. Ibu Retno Dewi Ambarastuti, M.Si selaku dosen pembimbing yang
dengan sabar membimbing dan mengarahkan penulis dengan
memberikan kritik dan masukan sehingga penulis berhasil menyusun
skripsi ini.
5. Seluruh dosen S1 Pendidikan Bahasa Jepang yang memberikan banyak
ilmu dan masukan pada penyusunan skripsi ini.
6. Saudari Prili Drivilia permata, S.Pd selaku validator yang telah banyak
membantu dalam penelitian skripsi ini.
7. Kedua orang tua Bapak Herizon dan Ibu Ellya Roza, adik Ario Arbi
Riza dan Bapak Edward serta seluruh keluarga yang senantiasa
memberi doa, motivasi, nasehat serta dukungan moral dan materil untuk
penulis dalam menyelesaikan pendidikannya.
8. Muhammad Reski Salmi, SE yang telah memberikan dukungan dan
motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini
vi
9. Sahabat – sahabat penulis Gresli Thalita Rahma, Lavitta Yulia, Nawang
Muktining W, Prahastuti Iva Kartika yang sama – sama berjuang dalam
menyelesaikan studi dan memberikan banyak bantuan serta dukungan
kepada penulis.
10. Teman – teman seperjuangan dan seangkatan “Pendidikan Bahasa
Jepang 2013”
Penulis menyadari, penyusunan skripsi ini masih banyak kesalahan dan
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran
guna melengkapi skripsi ini agar lebih baik. Akhir kata, semoga dengan adanya
skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Malang, 07 Desember 2017
Penulis
vii
ABSTRAK
Riza, Dian Fildzah. 2017. Sikap Amae Antara Pemelihara dan Hewan
Peliharaan Dalam Film Kimi To Boku Karya Sutradara Takashi Kubota.
Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas
Brawijaya.
Pembimbing : Retno Dewi Ambarastuti
Kata Kunci : Amae, Pemelihara, Hewan Peliharaan, Kimi To Boku.
Penelitian ini membahas gambaran sikap amae yang terjadi antara
pemelihara dan hewan peliharaan dalam film Kimi to Boku karya sutradara
Takashi Kubota. Amae merupakan sikap “manja” yang dilakukan seseorang pada
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam film ini menceritakan kisah
kebersamaan seorang pemuda yang bernama Yamamoto Shigemi dengan
kucingnya yang bernama Gin’ougo. Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah
gambaran sikap amae yang terjadi antara Yamamoto dan Gin’ougo serta melihat
perubahan sikap yang terjadi sebagai antara pemelihara dan hewan peliharaan
dalam film Kimi to Boku.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori antropologi sastra dari
Nyoman Kutha Ratna, konsep amae, teori mise en scene dan teori hubungan
pemelihara dengan hewan peliharaan. Gambaran sikap amae yang diteliti meliputi
jenis-jenis amae dan perubahan sikap yang terjadi antara pemelihara dan hewan
peliharaan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode
observasi non partisipan untuk mengolah data.
Dari hasil penelitian ini ditemukan 9 jenis amae yang muncul dari
interaksi antara pemelihara dan hewan peliharaan serta 3 perubahan sikap yang
terjadi. Jenis amae yang muncul antara lain tanomu, higamu, futekusareru, toriiru,
sumanai (maaf), hinekusareru, amanzuru, sumanai (terima kasih),dan uramu. 3
perubahan sikap yang terjadi adalah pertama Yamamoto berubah dari pribadi
yang serius menjadi pribadi yang menyenangkan, kedua Yamamoto yang awalnya
merasa kasihan menjadi sayang kepada Gin’ougo bahkan sampai tidak ingin
berpisah, Ketiga Yamamoto menganggap Gin’ougo sebagai sahabat.
viii
要旨
Riza, Dian Fildza.2017.窪田崇の「キミとボク」における飼い主とペットの
間の甘え. 日本語教育学部、Brawijaya国立大学.
指導教員 :Retno Dewi Ambarastuti
キーワード :甘え、飼い主、ペット、キミとボク
窪田崇の「キミとボク」という作品における飼い主とペットの間の甘
える態度の研究である。甘えとは他人に必要な物を得る為に甘えたりする
という態度である。この映画は一緒に暮らしている飼い主の山本茂美と彼
の猫の銀王号が物語である。この研究は飼い主の山本とペットの銀王号の
間の甘え、又は飼い主とペットの態度の変化に集中した。
研究は者は Nyoman Kutha Ratna氏の文学の人類学、甘えの構想、mise
en scene 説、飼い主とペットの態度の変化の理論が用いられる。研究した
甘えは甘える態度の種類、又は飼い主とペットの態度の変化である。この
研究は質的研究で記述的調査で、データ分析は非参加観察法を使用した。
研究結果は飼い主とペットの対応から甘えの態度が9種類、又は飼い
主とペットの態度の変化が三つ見出された。出た甘える態度は頼む・僻
む・ふてくされる・取り入る・すまない(謝罪)・ひねくされる・甘んず
る・すまない(感謝)・恨むである。態度の変化は真剣な山本が楽しい人
になったこと・最初は銀王号に同情する山本が離れたくないほど愛するよ
うになったこと・山本は銀王号のことが友人だと思っていることである。
ix
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN ................................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
要旨 ...................................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xii
DAFTAR TRANSLITERASI...............................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Fokus Penelitian ........................................................................................... 5
1.3 Batasan Penelitian ........................................................................................ 6
1.4 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1.5 Manfaat Penelitian ........................................................................................ 6
1.5.1 Manfaat Teoritis .................................................................................. 6
1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................................... 7
1.6 Definisi Istilah Kunci ................................................................................... 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Antropologi Sastra ........................................................................................ 8
2.2 Konsep Amae .............................................................................................. 10
2.2.1 Jenis Amae ........................................................................................ 11
2.3 Hubungan Pemelihara dan Hewan Peliharaan ........................................... 15
2.4 Mise en Scene ............................................................................................. 17
2.5 Penelitian Terdahulu .................................................................................. 20
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 22
3.2 Data dan Sumber Data ................................................................................ 22
3.3 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 23
3.4 Analisis Data .............................................................................................. 24
x
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan ....................................................................................................... 27
4.1.1 Gambaran Sikap Amae Antara Pemelihara dan Hewan Peliharaan
dalam Film Kimi To Boku ................................................................. 27
4.1.2 Perubahan Sikap Pemelihara kepada Hewan Pemeliharaan
dalam Film Kimi To Boku ................................................................. 29
4.2 Pembahasan ................................................................................................ 29
4.2.1 Gambaran Sikap Amae Antara Pemelihara dan Hewan
Peliharaan dalam Film Kimi To Boku ................................................. 29
4.2.1.1 Tanomu .................................................................................... 29
4.2.1.2 Higamu .................................................................................... 32
4.2.1.3 Futekusareru ........................................................................... 35
4.2.1.4 Toriiru ..................................................................................... 39
4.2.1.5 Sumanai (maaf) ....................................................................... 42
4.2.1.6 Hinekureru ............................................................................... 45
4.2.1.7 Amanzuru ................................................................................. 49
4.2.1.8 Sumanai (terima kasih) ............................................................ 51
4.2.1.9 Uramu ...................................................................................... 54
4.2.2 Perubahan Sikap Pemelihara kepada Hewan Pemeliharaan dalam
Film Kimi To Boku .............................................................................. 58
4.2.2.1 Yamamoto berubah dari Pribadi yang Serius Menjadi
Pribadi yang Menyenangkan ................................................... 58
4.2.2.2 Yamamoto yang Awalnya Merasa Kasihan Menjadi
Sayang kepada Gin’ougu ......................................................... 60
4.2.2.3 Yamamoto Menganggap Gin’ougu Sebagai Sahabat .............. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 66
5.2 Saran ................................................................................................................. 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 69
LAMPIRAN ........................................................................................................... 71
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Yamamoto memberi makan Gin’ougo ............................................... 30
Gambar 4.2 Gin’ougo mencoba mendekati Yamamoto ......................................... 32
Gambar 4.3 Gin’ougo memakan makanan Yamamoto .......................................... 36
Gambar 4.4 Yamamoto bermain dengan Gin’ougo ............................................... 39
Gambar 4.5 Yamamoto meminta maaf kepada Gin’ougo ..................................... 42
Gambar 4.6 Yamamoto bersikap acuh tak acuh kepada Gin’ougo ........................ 46
Gambar 4.7 Yamamoto membawa Gin’ougo ke runah sakit ................................. 49
Gambar 4.8 Gin’ougo berterima kasih kepada Yamamoto .................................... 52
Gambar 4.9 Yamamoto memalingkan wajah saat melihat makanan yang
biasa dimakan Gin’ougo ................................................................... 55
Gambar 4.10 perubahan kepribadian Yamamoto................................................... 58
Gambar 4.11 Yamamoto memenuhi kebutuhan Gin’ougo .................................... 61
Gambar 4.12 Yamamoto memperlakukan Gin’ougo sebagai sahabat ................... 63
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Curiculum Vitae ................................................................................. 72
Lampiran 2 Sinopsis ............................................................................................... 73
Lampiran 3 Lembar Penilaian Validasi ................................................................. 76
Lampiran 4 Validasi Temuan Data Penelitian ....................................................... 77
Lampiran 5 Biodata Validator ................................................................................ 88
Lampiran 6 Berita Acara Sempro .......................................................................... 89
Lampiran 7 Berita Acara Semhas .......................................................................... 90
Lampiran 8 Berita Acara Bimbingan Skripsi ......................................................... 91
xiii
DAFTAR TRANSLITERASI
あ(ア) a い(イ)i う(ウ)u え(エ)e お(オ)o
か(カ)ka き(キ)ki く(ク)ku け(ケ)ke こ(コ)ko
さ(サ)sa し(シ)shi す(ス)su せ(セ)se そ(ソ)so
た(タ)ta ち(チ)chi つ(ツ)tsu て(テ)te と(ト)to
な(ナ)na に(ニ)ni ぬ(ヌ)nu ね(ネ)ne の(ノ)no
は(ハ)ha ひ(ヒ)hi ふ(フ)fu へ(ヘ)he ほ(ホ)ho
ま(マ)ma み(ミ)mi む(ム)mu め(メ)me も(モ)mo
や(ヤ)ya ゆ(ユ)yu よ(ヨ)yo
ら(ラ)ra り(リ)ri る(ル)ru れ(レ)re ろ(ロ)ro
わ(ワ)wa
が(ガ)ga ぎ(ギ)gi ぐ(グ)gu げ(ゲ)ge ご(ゴ)go
ざ(ザ)za ず(ズ)zu ぞ(ゾ)zo
だ(ダ)da づ( )zu で(デ)de ど(ド)do
ば(バ)ba び(ビ)bi ぶ(ブ)bu べ(ベ)be ぼ(ボ)bo
ぱ(パ)pa ぴ(ピ)pi ぷ(プ)pu ぺ(ペ)pe ぽ(ポ)po
きゃ(キャ)kya きゅ(キュ)kyu きょ(キョ)kyo
しゃ(シャ)sha しゅ(シュ)shu しょ(ショ)sho
ちゃ(チャ)cha ちゅ(チュ)chu ちょ(チョ)cho
にゃ(ニャ)nya にゅ(ニュ)nyu にょ(ニョ)nyo
ひゃ(ヒャ)hya ひゅ(ヒュ)hyu ひょ(ヒョ)hyo
みゃ(ミャ)mya みゅ(ミュ)myu みょ(ミョ)myo
りゃ(リャ)rya りゅ(リュ)ryu りょ(リョ)ryo
ぎゃ(ギャ)gya ぎゅ(ギュ)gyu ぎょ(ギョ)gyo
じゃ(ジャ)ja じゅ(ジュ)ju じょ(ジョ)jo
びゃ(ビャ)bya びゅ(ビュ)byu びょ(ビョ)byo
ぴゃ(ピャ)pya ぴゅ(ピュ)pyu ぴょ(ピョ)pyo
ん(ン)n を(ヲ)wo
Partikel は ha ditulis sebagai /wa/
Partikel へ he ditulis sebagai /e/
Huruf mati rangkap ditulis っ・ッ (tsu kecil)
Bunyi panjang katakana ditulis sebagai [ー]
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan
lingkungan sekitar. Sebagai bagian dari masyarakat, seorang individu hendaklah
berinteraksi secara intensif dan dengan frekuensi yang tinggi pada lingkungannya
(Koentjaraningrat, 1979:144). Dalam hal ini, interaksi sosial samasekali tidak
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Tidak hanya interaksi antar manusia,
hubungan pemelihara dengan hewan peliharaan menjadi salah satu hubungan
yang menjadi perhatian masyarakat luas dewasa ini. Melihat hubungan pemelihara
dengan hewan peliharaan, peneliti tertarik untuk mengkaji hubungan pemelihara
dan hewan peliharaan di Jepang.
Jepang merupakan salah satu negara dengan angka hewan peliharaan yang
cukup tinggi. Pada tahun 1988 tercatat 2.5 juta ekor hewan yang menjadi hewan
peliharaan, namun pada tahun 1996 tercatat 4.1 juta ekor hewan peliharaan yang
terdaftar di Jepang. Terjadinya lonjakan angka hewan peliharaan tersebut
kemudian dikenal sebagai fenomena pet boom pada tahun 1996. Sejak
kemunculan fenomena pet boom angka hewan peliharaan terus bertambah setiap
tahunnya. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan,
Tenaga Kerja dan Statistik pada tahun 2015 tercatat 9.8 juta kucing dan 9.9 juta
anjing yang terdaftar sebagai hewan peliharaan di Jepang. Kemunculan sebuah
fenomena pasti menimbulkan perubahan dalam aspek kehidupan dan
2
kemasyarakatan. Salah satu perubahan yang terjadi dari kemunculan fenomena pet
boom adalah perilaku pemelihara dan hewan peliharaan, serta pola pikir
pemeliharan terhadap hewan peliharaan.
Dalam satu dekade terakhir, perubahan yang terjadi yakni perubahan
kebiasaan dan juga pola pikir. Saat ini alasan penduduk Jepang memiliki hewan
peliharaan menjadi lebih kompleks. Dulu masyarakat Jepang memiliki hewan
peliharaan hanya sebagai teman ataupun sebagai penjaga rumah, namun saat ini
muncul berbagai alasan lain. Sekarang di Jepang, hewan peliharaan sudah
dianggap sebagai bagian dari keluarga. Tak jarang masyarakat Jepang
memperlakukan hewan peliharaan mereka dengan sangat istimewa bahkan
cenderung memanjakan hewan peliharaan mereka. Seperti yang dilansir laman
berita online Japan.net pada 25 Juni 2012 lalu. Di kawasan mewah Jepang
tepatnya di Tokyo, seorang ahli bedah mata bernama Toshiko Horikoshi memiliki
dua anjing kecil yang diberi nama Thinkerbell dan Ginger. Toshiko menganggap
dan memperlakukan kedua anjingnya layaknya anak sendiri. Toshiko tidak
memiliki anak, oleh karena itu Toshiko menganggap kedua anjingnya sebagai
anak dan membawa kedua hewan peliharaannya tinggal bersama di apartment
mewah milik Toshiko. Dalam memanjakan hewan peliharaanya Toshiko rela
membelikan barang-barang mahal seperti pakaian, tas, sepatu dan aksesoris lainya,
bahkan Toshiko memberikan kedua anjingnya kamar khusus lengkap dengan
isinya.
Perilaku yang memanjakan hewan peliharaan dengan memenuhi kebutuhan
dan memperlakukan dengan baik merupakan perwujudan dari sikap “Amae” (甘
3
え ). Amae merupakan konsep jiwa khas masyarakat Jepang. Konsep amae
awalnya mengacu pada perasaan yang ada pada setiap bayi dalam pelukan ibunya,
ketergantungan, keinginan untuk dicintai secara pasif, keengganan untuk
dipisahkan dari kehangatan sang ibu dan dilepaskan ke dalam dunia nyata yang
objektif (Doi, 1992: vii). Konsep amae terus berkembang, kini konsep amae tidak
hanya terjadi dalam hubungan ibu dan anak. Amae kini sudah menjadi landasan
dari sebuah hubungan yang lebih luas, seperti senpai dan kouhai, sepasang
kekasih, atasan dan bawahan (lingkungan kerja), antar teman, bahkan dalam
hubungan pemelihara dan hewan peliharaanya. Selain kemanjaan sikap amae juga
dapat diartikan sebagai sikap ”manis” seseorang kepada orang yang menjadi objek
amaenya agar hasrat amae dapat terpenuhi. Karena selain berasal dari kata
“amaeru(甘える)” yang berarti manja, amae juga bisa berasal dari kata “amai
(甘い)” yang berarti “manis”. Dalam masyarakat Jepang, kebanyakan pelaku
amae bersikap amae hanya kepada orang yang dianggap dekat. Salah satunya
dengan orang yang tinggal satu rumah pelaku amae, sehingga tidak ada rasa
canggung dalam melakukan tindak amae. Tak jarang orang yang bersikap amaeru
melakukan segala cara agar hasrat amaenya terpenuhi (Doi, 1992: 23). Dalam
penelitian ini peneliti akan menganalisis sikap amae yang terjadi antara
pemelihara dan hewan peliharaan melalui sebuah film.
Dalam film yang berjudul Kimi to Boku tergambar hubungan antara
pemelihara dan hewan peliharaannya. Film Kimi to Boku merupakan kisah nyata
yang dialami seorang mangaka bernama Shigeto Yamagara. Dalam film ini
diceritakan sorang pemuda bernama Yamamoto Shigemi yang pindah ke Tokyo
4
untuk mewujudkan impiannya menjadi seorang mangaka. Pada malam pertama
kedatangannya di Tokyo, disebuah taman, Yamamoto bertemu dengan seekor
kucing yang sedang duduk di bangku taman. Yamamoto memutuskan untuk
membawa kucing tersebut pulang. Yamamoto memberikan nama Gin’ougo
kepada kucing tersebut.Yamamoto yang awalnya merasa kasihan kepada kucing
tersebut lambat laun berubah menjadi rasa sayang.
Yamamoto yang pada saat itu hanya bekerja paruh waktu, mengalami
kesulitan keuangan karena harus memenuhi kebutuhan dirinya dan Gin’ougo.
Yamamoto memutuskan untuk mencari orang tua asuh untuk Gin’ougo.
Kemudian Yamamoto membuat poster yang berisi pencarian orang tua angkat
bagi Gin’ougo. Tak lama kemudian datang seorang wanita paruh baya yang
menyatakan bersedia untuk mengadopsi Gin’ougo. Yamamoto akhirnya harus
merelakan Gin’ougo kepada wanita tersebut. Setelah Gin’ougo pergi dengan
wanita tersebut, Yamamoto teringat kenangan yang dimilikinya bersama
Gin’ougo. Tak ingin kehilangan Gin’ougo, Yamamoto segera berlari dan meminta
maaf kepada wanita tersebut serta mengatakan bahwa Yamamoto tidak dapat
berpisah dengan Gin’ougo. Wanita tersebut akhirnya mengerti dan
mengembalikan Gin’ougo kepada Yamamoto.
Setiap hari Yamamoto dan Gin’ougo selalu bersama. Gin’ougo
menunjukkan sifat manja terhadap Yamamoto dengan selalu tidur di pangkuan
Yamamoto. Yamamoto selalu mengajak Gin’ougo bermain bersama, memberikan
makanan mahal untuk Gin’ougo, serta memenuhi kebutuhan Gin’ougo lainya. Hal
5
ini dilakukan Yamamoto untuk memanjakan Gin’ougo sebagai bentuk perhatian
kepada Gin’ougo.
Tidak terasa kebersamaan mereka berlangsung selama 10 tahun. Hingga
suatu hari Gin’ougo meninggal karena terserang penyakit. Yamamoto merasa
begitu sedih dan terpukul. Yamamoto sangat sedih karena harus kehilangan satu-
satunya keluarga yang dimiliki. Yamamoto yang sedih sempat merasa marah
kepada Gin’ougo karena meninggalkanya sendiri. Setelah kepergian Gin’ougo,
Yamamoto memulai debut pertamanya sebagai seorang mangaka.
Dalam film ini terdapat banyak adegan yang menunjukkan sikap amae
antara Yamamoto sebagai pemelihara dan Gin’ougo sebagai hewan peliharaan.
Berbeda dengan film tentang hewan lainya, film ini diceritakan dari sudut
pandang Gin’ougo sebagai hewan peliharaan. Oleh karena itu film Kimi To Boku
ini memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti sebagai sumber data. Lebih
lanjut, peneliti ingin menguraikan lebih mendalam mengenai sikap amae yang
terjadi adalah hubungan Yamamoto dan Gin’ougo.
1.2 Fokus Penelitian
Dari latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka fokus
penelitian yang peneliti angkat dalam skirpsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran sikap amae yang terjadi antara pemelihara dan
hewan peliharaan dalam film Kimi to Boku?
2. Bagaimana perubahan sikap yang terjadi antara pemelihara dan hewan
peliharaan dalam film Kimi to Boku?
6
1.3 Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini hanya mengkaji perilaku yang mengandung sikap amae
antara pemelihara dan hewan peliharaanya, serta perubahan sikap dan kepribadian
yang dialami pemelihara kepada hewan peliharaannya. Jadi dalam penelitian ini
tidak membahas masalah diluar hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan
perilaku amae yang terjadi antara pemelihara dan hewan peliharaan.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka tujuan yang ingin diperoleh
peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui gambaran sikap amae yang terjadi antara pemelihara dan
hewan peliharaan dalam film Kimi to Boku.
2. Mengetahui perubahan sikap yang terjadi antara pemelihara dan hewan
peliharaan dalam film Kimi to Boku.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis
Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pemahaman bagi pembelajar bahasa Jepang tentang keadaan
masyarakat Jepang saat ini, khususnya tentang “amae”. Pengetahuan
tentang suatu masyarakat dapat diperoleh melalui sebuah karya sastra,
misalnya film. Dalam sebuah film juga menggambarkan keadaan
masyarakat dalam suatu tempat dan waktu tertentu. Selain itu,
7
penelitian ini juga dapat diharapkan mampu menjadi referensi untuk
penelitian selanjutnya yang ingin mengkaji hal yang sama.
1.5.2 Manfaat Praktis
Peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan pengetahuan
baru bagi pembaca secara umum tentang kehidupan dan fenomena
amae antara pemelihara dan hewan peliharaan yang terjadi di dalam
masyarakat Jepang, khususnya tentang konsep amae sebagai konsep
yang lebih universal.
1.6 Definisi Istilah kunci
Beberapa istilah kunci yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Amae (甘え) : Kata Amae diambil dari kata amaeru(甘える) yang berarti
manja. Secara garis besar, amae dapat diartikan sebagai seseorang yang
bersikap manis dan manja untuk mendapatkan perhatian dari orang lain.
Orang berperilaku amae biasanya supaya keinginannya dapat terpenuhi
(Doi, 1992: 23).
2. Pemelihara: Orang yang suka memelihara dan sebagainya.
3. Hewan Peliharaan: Hewan yang dijadikan piaraan; yang dipelihara.
4. Kimi to Boku: Film yang diangkat dari kisah nyata seorang mangaka
bernama Shigeto Yamagara. Film ini bercerita tentang kehidupan
pemelihara dan hewan peliharaanya selama sepuluh tahun. Film ini
berdurasi selama 44menit 46 detik.
8
BAB II
KANJIAN PUSTAKA
2.1 Antropologi Sastra
Antropologi sastra merupakan interdisiplin yang sangat baru jika
dibandingkan dengan interdisiplin yang sudah lebih dulu, yakni sosiologi sastra
dan psikologi sastra. Antropologi sastra terdiri dari dua kata, yakni “antropologi”
dan “sastra”. Secara etimologi antropologi berarti “ilmu tentang manusia” dan
sastra yang berarti “kata-kata atau gaya bahasa”. Secara luas antropologi sastra
adalah sebuah ilmu pengetahuan tentang karya sastra yang dianalisi dengan lebih
memperhatikan unsur-unsur antropologi dalam sebuah karya sastra (Ratna, 2011:
6). Dengan kata lain antropologi sastra adalah melihat unsur antropologi dalam
sebuah karya sastra melalui sebuah analisis.
Dalam ilmu humaniora khususya ilmu sastra, tentunya terdapat perbedaan
yang mendasar antara sosiologi sastra, psikologi sastra dan antropologi sastra.
Berbeda dengan kedua interdisiplin yang terdahulu, antropologi sastra adalah
analisis karya sastra yang berkaitan dengan kebudayaan (Ratna, 2011: 438).
Melihat dari pengertian di atas, dapat dikatakan bahwa antropologi merupakan
gabungan dan penyempurnaan kedua interdisiplin sebelumnya, sehingga unsur
ekstrinsik dari karya sastra dapat dianalisis dan ungkap secara optimal. Dalam
penelitian ini unsur ekstrinsik yang dimaksud adalah kebudayaan.
Kebudayaan merupakan unsur utama dalam antropologi sastra. Kebudayaan
dalam masyarakat memiliki banyak wujud sebagai unsur kehidupan
9
bermasyarakat. Koentjaraningrat (1979: 186) mengemukakan wujud kebudayaan
adalah sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Wujud ini ada di dalam pikiran
masyarakat, sehingga tidak dapat dilihat oleh indera penglihatan. Masyarakat akan
dengan sendirinya mengerti tentang budaya yang dimiliki meskipun tidak
mempelajari secara formal.
Satu alasan antropologi sastra tidak dapat dipisahkan dari kebudayan yakni,
kebudayaan berasal dari kebiasaan yang sudah dilakukan sejak lama sehingga
menjadi sebuah budaya dimasyarakat. Berbicara tentang kebiasaan pasti sangat
erat kaitanya dengan masa lampau. Dalam antropologi sastra, intensitas masa
lampau sangat diperhatikan (Ratna, 2011: 343). Adanya kekayaan masalah-
malalah kebudayaan, seperti adat istiadat, mitos realigi, kearifan lokal dan
sebagainya, yang secara keseluruhan mengimplikasikan masa lampau. Dapat
dikatakan bahwa kebudayaan yang berlaku dimasyarakat saat ini berasa dari
kebiasaan yang terjadi dimasa lampau.
Sebagai landasan berfikir peneliti dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan fungsi antropologi sastra sebagai antisipasi kecenderungan
kontemporer yaitu perkembangan multi disiplin baru (Ratna, 2011: 68). Peneliti
menggunakan fungsi ini sebagai landasan berfikir karena dalam penelitian ini
peneliti melihat amae sebagai konsep yang sudah berkembang menjadi lebih
universal. Dimana perubahan perkembangan konsep ini merupakan salah satu
bentuk kecenderungan kontemporer.
Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkaji sikap amae yang terjadi antara
pemelihara dan hewan peliharaan. Untuk itu peneliti menggunakan wujud
10
kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma karena amae merupakan
sebuah konsep jiwa masyarakat Jepang. Amae menjadi landasan dari setiap
hubungan masyarakat Jepang dalam berinteraksi, sehingga amae merupakan salah
satu nilai dan norma masyarakat Jepang. Oleh karena itu dalam penelitian ini
menggunakan teori antropologi sastra karena peneliti mengangkat amae yang
terjadi di dalam masyarakat melalui sebuah film. Antropologi digunakan untuk
menkaji nilai budaya, nilai dan norma sedangkan sastra digunakan karena
menggunakan film sebagai sumber data. Film Kimi to Boku merupakan kisah
nyata. Karena film ini diangkat dari sosiologi atau kisah nyata. Sehingga kejadian
ini terjadi dalam masyarakat. Oleh karena itu film Kimo to Boku mengandung
fakta kebudayaan di dalamnya, sehingga sangat tepat menggunakan teori
antropologi sastra.
2.2 Konsep Amae
Konsep amae pertama kali muncul ketika seorang psikologi terkenal di
Jepang bernama Takeo Doi memperkenalkan konsep ini kepada masyarakat luas.
Secara arti amae berarti “kemanjaan”, yakni berasal dari kata amaeru(甘える).
Amae bukan hanya sekedar fenomena populer tapi amae juga merupakan istilah
atas perilaku yang hanya dimengerti oleh orang Jepang. Sehingga amae ini
merupakan ciri khusus dari masyarakat Jepang. Walaupun pada dasarnya di
seluruh dunia pastinya memiliki sifat yang hampir sama dengan amae.
Konsep amae sendiri mengacu pada sifat seorang bayi yang tidak ingin
dipisahkan dari ibunya serta ingin selalu bermanja-manja dengan ibunya. Begitu
11
juga sang ibu yang tidak ingin berada jauh dari anaknya dan mendapatkan
kepuasan karena bisa menyayangi dan melindungi anaknya. Namun saat ini istilah
amae tidak hanya terbatas dalam hubungan antara ibu dan anak. Istilah amae
sudah dapat diartikan ke hubungan yang lebih luas seperti hubungan pria dan
wanita, guru dan murid, senior dan junior, dan bahkan hubungan antara
pemelihara dan hewan peliharaannya. Dalam Anatomi Dependensi Doi (1992: 6)
mengatakan ketika sedang bekerja di Fakultas Kedokteran Universitas Tokyo dan
melakukan sebuah percakapan dengan sorang profesor yang bernama Profesor
Uchimura Yushi. Uchimura sempat mengatakan “saya heran, bahkan seekor
anjing berlaku demikian”. Dari sinilah Doi menyadari bahwa konsep amae sudah
begitu universal. Pada dasarnya tidak jarang orang yang terpengaruh amae
memiliki sifat yang kekanak-kanakan dan selalu ingin mendapatkan perhatian dari
objek amaenya. Jadi amae merupakan sebuah budaya dan sikap yang melekat
pada kehidupan masyarakat Jepang, selain itu amae juga merupakan dasar dari
hubungan sosial masyarakat Jepang.
2.2.1 Jenis Amae
Dalam penelitian yang dilakukannya, Doi menyebutkan terdapat 12 jenis
perilaku amae yang ditulis dalam sebuah buku yang berjudul Anatomi
Dependensi (1992). Penjelasan tentang istilah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Amanzuru
Sikap ini mencerminkan seseorang yang hanya menerima keadaan
yang terjadi padanya. Secara mudah diartikan sebagai seseorang yang
12
mengikuti kemauan dari objek amaenya. Hal ini dikarenakan seseorang
tersebut tidak ingin jauh dari objek amae nya tersebut. Perilaku ini
dilakukan agar tidak dibenci oleh objek amaenya. Pelaku amae akan terus
melakukan sikap ini sampai pelaku amae mendapat celah untuk
mendapatkan apa yang diinginkanya.
2. Futekusaresu
Pada dasarnya futekusareru merupakan sikap protes dengan cara
melakukan hal-hal yang tidak bertanggung jawab dikarenakan merasa
kecewa dan merasa kehilangan harapan. Perilaku ini biasa dilakukan
kepada objek amaenya agar orang yang menjadi objek amae tersebut
mengerti bahwa saat pelaku amae melakukan tindakan tersebut karena
sedang kecewa terhadap tindakan atau keputusan yang diambil oleh objek
amaenya.
3. Hinekureru
Pada perilaku ini Pelaku amae menunjukan sikap yang berbeda
dengan hasrat yang ada di dalam hatinya. Seperti berpura-pura, sehingga
terlihat tidak memiliki hasrat untuk bersikap amae. Walaupun pelaku
amae tidak menunjukan sikap amae terhadap objek amaenya, bukan
berarti pelaku amae tidak memiliki keinginan untuk bersikap amae. Hanya
saja terkadang pelaku amae tidak mengerti bagaimana cara untuk
menunjukkan sikap amaenya tersebut.
13
4. Uramu
Sekilas pelaku amae yang melakukan sikap ini terlihat sangat
membenci objek amaenya, namun sebenarnya pelaku amae tidak benar-
benar membenci objek amaenya. Sikap yang ditunjukkan seperti sedang
bermusuhan. Sesungguhnya sikap ini muncul karena hasrat amaenya tidak
diperdulikan oleh objek amaenya.
5. Tanomu
Tanomu merupakan sikap yang mengandalkan dirinya mengenai
suatu hal, sehingga objek amae akan bergantung kepada pelaku amae.
Dengan mengandalkan dirinya, pelaku amae berharap mendapatkan
keuntungan bagi dirinya. Secara tidak langsung dalam perilaku ini, pelaku
amae seolah mengatakan ”saya berharap diizinkan untuk beramaeru”
6. Toriiru
Secara mudah Toriiru dapat diartikan sebagai mencari perhatian
objek amae dengan tujuan mendapatkan perhatian dari objek amaenya
kemudian pelaku amae bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
7. Kodawaru
Merupakan ketidakmampuan seseorang untuk melakukan tindak
amae karena takut mendapat penolakan dan juga merasa malu untuk
menunjukan sikap amae dihadapan orang lain.
8. Wakadamari
Merupakan sikap acuh tak acuh sebagai bentuk pengekspresian rasa
benci dikarenakan hasrat untuk amae tidak dipenuhi.
14
9. Sumanai
Pada dasarnya sumanai merupakan tindakan yang didasari pada dua
hal berbeda, yakni “terimakasih” dan “maaf”. Walaupun keduanya
merupakan dua hal yang berseda, akan tetapi keduanya memiliki tujuan
yang sama yakni bertujuan agar tidak kehilangan objek amaenya. Sikap ini
merupakan sikap yang dilandasi keinginan untuk terus berada dekat
dengan objek amaenya.
10. Higamu
Higamu merupakan sikap yang menggambarkan kecurigaan kepada
objek amae. Rasa curiga ini muncul karena pelaku amae merasa
diperlakukan tidak adil oleh objek amae dan tanggapan yang diberikan
oleh objek amae tidak sesuai dengan harapan pelaku amae.
11. Suneru
Perilaku ini merupakan akibat dari pelaku amae yang tidak memiliki
kesempatan untuk memanjakan diri kepada objek amaenya secara terus
terang.
12. Kigane
Merupakan sikap membatasi diri dan menahan keinginan untuk
berperilaku amae karena takut sikap amae yang ditunjukkan tidak
mendapatkan balasan dari objek amaenya.
15
2.3 Hubungan Pemelihara dan Hewan Peliharaan
Yobel Hermanto (2017) mengatakan bahwa memiliki hewan peliharaan
dapat mengurangi tingkat stress dan rasa jenuh. Pekerjaan yang dilakukan sehari-
hari tentu akan membuat orang merasa jenuh dan stress, dengan melihat tingkah
lucu dari hewan peliharaan akan menjadi hiburan tersendiri sehingga rasa jenuh
pun berkurang. Inilah yang menjadi alasan utama orang Jepang memiliki hewan
peliharaan, yakni untuk memberikan kenyamanan dan relaksasi. Alasan kedua
orang memelihara hewan adalah dikarenakan hewan peliharaan sebelumnya telah
meninggal, sehingga kebanyakan orang di Jepang memilih untuk mengadopsi
hewan yang baru. Alasan ketiga orang memiliki hewan peliharaan adalah ingin
meningkatkan komunikasi dengan anggota keluarga. Hal ini dijelaskan oleh Yobel,
dengan memiliki hewan peliharaan di rumah maka seluruh keluarga akan
merawatnya secara bersama-sama. Seperti memberi makan, memandikan, dan
mengajak berjalan bersama keluarga.
Dalam sebuah jurnal online (Chen 2012) mengatakan bahwa hubungan
pemelihara dan hewan peliharaan dapat dibagi menjadi tiga dimensi yakni,
1. Attachment
Mengangkat pendapat Johnson (1992) yang mengatakan bahwa
attachment merupakan tingkat kasih sayang seorang pemelihara dengan
hewan peliharaanya sebagai sahabat. Ikatan antara pemelihara (pemilik)
dan hewan peliharaannya ini disebut sebagai human-animal bond. Dalam
hubungan ini, kebutuhan hewan peliharaan menjadi sesuatu hal yang
16
sangat dipertimbangkan oleh pemelihara. Pemelihara akan sebisa mungkin
memberikan fasilitas terbaik untuk sahabatnya tersebut.
Hubungan ini memberikan pengaruh yang sangat baik bagi
kesehatan pemelihara. Dari penelitian yang dilakukan Sable (1995) dan
Douglas (2005) menjelaskan bahwa ikatan dan keterkaitan antara manusia
dan hewan akan dapat mengurangi kesepian dan stress dari pemelihara.
Perilaku attachment dapat dilihat ketika pemilih membeli jasa perawatan
(grooming) atau mainan yang dirancang khusus untuk hewan peliharaan.
Menurut para ahli semakin tinggi tingkat attachment maka semakin
mewah produk dan jasa yang diberikan kepada hewan peliharaan.
2. Interaksi
Dalam dimensi ini, interaksi yang dimaksud adalah hubungan dua
arah dari keduanya. Bentuk hubungan berupa upaya penyesuaian perilaku
keduanya. Dalam studi yang dilakukan oleh Belk (1996), pemelihara dan
hewan peliharaan telah melakukan penyesuaian melalui interaksi yang
dilakukan selama mereka hidup bersama. Dimensi ini dianggap sebagai
dimensi yang signifikan untuk menguji kedekatan hubungan antara
pemelihara dan hewan peliharaannya.
3. Human Substitule
Pada dimensi ini, hubungan yang dimaksud adalah kecenderungan
memanusiakan yang bukan manusia. Dalam penelitian yang dilakukan
oleh Serpell (2003) lebih dari 70% pemelihara mengggap hewan
peliharaan mereka sebagai pengganti anak, saudara atau bahkan teman.
17
Hal ini terbukti dengan memberi makan hewan dengan makanan manusia,
memberi mereka nama seperti nama-nama manusia, membawa mereka ke
dokter spesialis saat mereka sakit, berduka saat mereka mati dan bahkan
menguburkan mereka di pemakaman dengan ritual pemakaman manusia.
Ketiga dimensi ini dapat digunakan untuk melihat bagaimana perubahan
sikap pemelihara kepada hewan peliharaan, dan seberapa jauh keakraban yang
terbentuk dalam hubungan pemelihara dan hewan peliharaan.
2.4 Mise en scene
Dalam dunia perfilman istilah mise en scene tidak lagi terdengar asing.
Semua aliran film yang ada saat ini, dalam proses pembuatannya pasti akan
memperhatikan elemen-elemen mise en scene. Baik film yang bersifat fiksi
maupun film yang bersifat nonfiksi.
Teori mise en scene petama kali muncul dan diperkenalkan pada tahun
1950an oleh para kritikus yang memiliki ketertarikan terhadap dunia teater dan
film. Menurut Corrigan (2007: 48) dalam mise en scene terdapat beberapa elemen
yang harus diperhatikan pada saat pengambilan gambar untuk sebuat film, yakni
lighting (pencahayaan), costumes (busana), setting (latar), the quality of the acting
(kualitas dalam penjiwaan), dan character (karakter). Dalam dunia perfilman,
mise en scene merupakan sebuah alat kendali yang digunakan dalam proses
pembuatan film agar tidak terjadi kesalahan dalam pengambilan latar dan
komposisi dari sebuah gambar. Dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan
18
unsur lighting (pencahayaan), costumes (busana), setting (latar), the quality of the
acting (kualitas dalam penjiwaan).
1. Lighting atau pencahayaan merupakan hal yang sangat penting. Dari
pencahayaan dapat dibuat berbagai kesan yang ingin disampaikan oleh
sutradara. Baik itu ingin memberikan kesan yang sedih atau jusru kesan
yang bahagia. Seperti untuk membuat kesan sedih biasanya
pencahayaan yang digunakan adalah low key lighting. Sedangkan untuk
kesang ceria dan bahagia menggunakan high key lighting.
2. Costumes atau busana juga menjadi unsur yang sangat penting dari
suatu film. Busana yang digunakan oleh para karakter didalam film
dapat menggambarkan latar waktu dari film tersebut, selain itu kostum
juga dapat menggambarkan penokohan dari karakter yang mengenakan
kostum tersebut.
3. Setting atau latar, memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap
bentuk dan suasana yang ingin dilihatkan dari para tokoh di dalam film.
Perhatian dan asumsi penonton dapat dipengaruhi dengan pergerakan
pemain, warna serta keseimbangan komponen dalam suatu film.
Pengaturan ruang juga dapat dimanipulasi dengan pengambilan atau
penempatan kamera pada posisi tertentu guna menimbulkan kesan
tertentu yang ingin disampaikan sang sutradara.
4. Acting atau penjiwaan, merupakan hal utama dari unsur-unsur yang lain.
Pesan dari suatu film dapat tersampaikan apabila tokoh dalam film
19
tersebut sukses menjiwai karakter yang ada dalam film. Pergerakan,
tindakan dan ekspresi menjadi gimik utama dalam sebuah film.
Selain keempat unsur di atas, teknik pengambilan gambar juga merupakan
unsur yang penting dalam suatu film yang akan mempengaruhi asumsi penonton
tentang jalan carita dari film tersebut, antara lain:
1. Extreme Long Shot
Shot ini digunakan apabila seseorang ingin mengambil gambar yang
sangat jauh, panjang, luas, dan berdimensi lebar
2. Long Shot
Shot ini bisa berupa gambar manusia seutuhnya dari ujung rambut hingga
ujung sepatu
3. Medium Long Shot
Bagi sutradara televise, shot ini sering kali dipakai untuk memperkaya
keindahan gambar. Dalam posisi ini gambar menjadi lebih padat
4. Medium Shot
Shot ini digunakan sebagai komposisi gambar terbaik untuk shoting
wawancara. Shot ini juga memperlihatkan subjek dari tangan sampai
kepala
5. Middle Close up
Shot ini dapat dikategorikan sebagai potret setengah badan yang
memperlihatkan subjek dari perut sampai kepala
6. Close up
20
Shot ini merupakan komposisi gambar yang paling popular dan berguna.
Biasanya memperlihatkan subjek dari leher sampai ujung batas kepala
7. Extreme Close Up
Kekuatan extreme close up adalah pola kedekatan dan ketajaman yang
hanya fokus pada satu objek.
2.5 Penelitian Terdahulu
1. Ida Ayu Sattvika (2013), Universitas Brawijaya dengan judul “Fenomena
Pet Boom Di Jepang yang Tercermin Dalam Drama Juui Dolittle karya
Katsuaki Setoguchi”
Dalam skripsinya peneliti mengkaji tentang fenomena pet boom yang
terjadi di Jepang pada tahun 2004. Peneliti juga membahas tentang
bagaimana pandangan serta kedekatan pemelihara dengan hewan
peliharaannya. Peneliti menggunakan teori sosiologi sastra sebagai
landasan penelitian. Persamaan penelitian yang dilakukan adalah sama-
sama meneliti tentang bagaimana hubungan antara pemelihara dan hewan
peliharaan, namun terdapat perbedaan antara penelitian yang dilakukan Ida
Ayu Sattvika dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Pertama Ida Ayu
Sattvika meneliti hubungan pemelihara dan hewan peliharaan secara garis
besar dan lebih berfokus kepada fenomena pet boom sedangkan peneliti
mengkaji hubungan pemelihara dan hewan peliharaan dengan berfokus
kepada sikap amae. Kedua perbedaan penelitian terletak pada objek yang
21
digunakan, Ida Ayu Sattvika menggunakan drama Juui Dolittle sedangkan
peneliti menggunakan film Kimi To Boku.
2. Alfi Saadati (2015), Universitas Brawijaya dengan judul “Perilaku Amae
Dalam Serial Drama Kimi Wa Petto Karya Sutradara Kato Arata, Kaneko
Fuminori dan Takanari Mahoki”
Dalam skripsi ini Alfi Saadati mengkaji tentang perilaku amae yang
ditunjukkan tokoh utama wanita yang bernama Iwaya Sumire kepada
tokoh utama pria yang bernama Takeshi. Persamaan penelitian yang
dilakukan Alfi Saadati dengan penelitian yang dilakukan peneliti terletak
pada pengkajian amae, namun juga terdapat perbedaan. Pertama dalam
penelitian alfi Saadati membahas perilaku amae yang terjadi antara
seorang pria dan wanita, namun dalam penelitian ini peneliti membahas
tentang perilaku amae yang terjalin antara pemelihara dan hewan
peliharaan. Kedua, Alfi Saadati menggunakan serial drama Kimi Wa Petto
sedangkan peneliti menggunakan film Kimi To Boku.
22
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif. Menurut Basrowi dan Suwandi (2009) jenis penelitian deskriptif
merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk memahami dan memberikan
gambaran mengenai fenomena yang dialami objek penelitian seperti perilaku,
presepsi, motivasi, karakter serta tindakan yang disampaikan secara terperinci
dalam bentuk kata-kata ilmiah. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif
dengan harapan dapat menguraikan secara lebih mendalam mengenai tulisan,
tingkah laku dan ujaran yang diamati. Jenis penelitian deskriptif kualitati ini
digunakan untuk memahami dan mejelaskan secara ditail sikap amae yang
tergambar dalam film Kimi to Boku.
3.2 Data dan sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah film Kimi to Boku
yang disutradarai oleh Takashi Kubota. Film ini diangkat dari kisah hidup seorang
mangaka yang bernama Shigeto Yamagara. Dalam film ini banyak
memperlihatkan kedekatan antara pemelihara dan hewan peliharan yang
sebagaian besar diceritakan dari sudut pandang hewan peliharaan. Film ini
pertama kali dirilis pada tahun 2011 dengan durasi 44 menit 46 detik. Validitas
data yang digunakan peneliti akan dilakukan uji validitas oleh validator yang
memiliki kualifikasi berbahasa Jepang minimal JLPT N2.
23
Data dalam penelitian ini adalah Script dialog, sikap atau tindakan yang
menggambarkan perilaku amae yang terjadi antara pemelihara dan hewan
peliharaan. Adapun data yang digunakan peneliti adalah dialog dari pemeran
utama pria, monolog dari kucing dan dialog dari pemain lain yang dapat
mendukung pendapat peneliti. Alasan peneliti menggunakan film ini sebagai
objek penelitian adalah dalam film ini mengandung cerita yang memiliki pesan
moral yang sangat tinggi. Berbeda dengan film lainya yang menceritakan tentang
pemelihara dan hewan peliharaannya, dalam film ini diceritakan perasaan antara
pemelihara dan hewan peliharaan dari sudut pandang hewan peliharaan. Oleh
karena itu peneliti merasa tertarik untuk membuktikan hipotesis peneliti.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pengamatan
atau observasi. Nasution melalui Sugiyono (2013;310) mengatakan bahwa
observasi merupakan dasar dari ilmu pengetahuan. Para ilmuan dapat bekerja
berdasarkan data dan fakta yang didapatkan melalui hasil observasi. Dalam proses
pengumpulan data sering kali membutuhkan alat-alat yang canggih untuk
membantu proses observasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penggupulan data
observasi non partisipan. Observasi non partisipan adalah teknik observasi dimana
observer tidak perlu ambil bagian secara langsung dalam situasi kehidupan
observasi (Walgito, 1994: 54). Dengan kata lain dalam teknik ini observer
berperan sebagai penonton yang mengamati perilaku yang terjadi pada objek
observasi. Fokus penelitian adalah dialog dan aktivitas pelaku tokoh utama dan
24
beberapa tokoh lainnya yang ada hubungannya dengan sikap amae dan perubahan
sikap yang terjadi antara pemelihara dan hewan peliharaan. Adapun langkah-
langkah pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menonton dan menyimak setiap adegan, baik dialog maupun sikap
seluruh pemeran film Kimi to Boku
2. Mengelompokkan data dalam bentuk dialog maupun tindakan yang
mengandung sikap amae.
3. Mencatat data dialog dalam bentuk script percakapan yang mengandung
sikap amae pemelihara dan hewan peliharaan serta mecatat waktu dialog
tersebut terjadi.
4. Menerjemahkan data yang berbentuk dialog ke dalam Bahasa Indonesia.
3.4 Analisis Data
Dalam penelitian ini peneliti akan menganalisis data menggunakan teknik
analisis data menurut Miles dan Huberman. Melalui Sugiyono (2013: 337)
mengatakan bahwa analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat
pengumpulan data. Aktifitas dalam analisis data menggunakan model ini dibagi
kedalam tiga tahapan besar.
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh pada saat melakukan observasi pastilah sangat banyak
dan beragam, bahkan pada saat observasi akan muncul data-data yang
sebenarnya tidak kita perlukan. Namun semua data yang ditemukan pada
saat melukan observasi haruslah ditampung terlebih dahulu. Pada tahap
reduksi data peneliti akan menggolongkan data, fakta-fakta yang sejenis
25
akan digolongkan menjadi satu kelompok sehingga nantinya akan
diperoleh beberapa kelompok data. Dalam menggolongkan data peneliti
akan dipandu oleh tujuan yang hendak dicapai. Dalam mereduksi data
memerlukan proses berfikir yang sensitif dan kecerdasan serta kedalaman
wawasan yang tinggi, untuk itu peneliti diperbolehkan berdiskusi dengan
teman atau seseorang yang dianggap ahli.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka tahap selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data ini dapat dibuat dalam bentuk table, grafik ataupun yang
lain. Dalam penelitian kualitatif penyajian data biasanya dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan lain sebagainya.
Penyajian data yang paling sering dalam penelitian kualitatif adalah
penjelasan berbentuk teks yang bersifat naratif.
3. Kesimpulan
Setelah semua data dipilah dan disajikan maka tahap selanjutnya adalah
penarikan kesimpulan. Kesimpulan yang dibuat haruslah berdasarkan data
yang telah didapat melalu tahap observasi. Jika kesimpulan yang
dikemukan peneliti dan data yang dimiliki peneliti dapat mendukung
kesimpulan maka kesimpulan tersebut dapat dikatakan kesimpulan yang
kredibel.
Berdasarkan teknik analisis di atas, langkah-langkah yang dilakukan peneliti
dalam pengumpulan data sampai dengan penarikan kesimpulan adalah sebagai
berikut:
26
1. Menyimak seluruh data yang telah diperoleh oleh peneliti, seperti
menyimak dialog dan perilaku yang dilakukan oleh Yamamoto
Shigeto dengan hewan peliharaannya yang bernama Gin’ougo.
2. Menganalisis setiap aktifitas yang dilakukan Yamamoto Shigeto dan
hewan peliharaannya. Yakni dengan melihat dan mencatat setiap
scene di dalam film sebagai bentuk pemahaman alur film.
3. Mencatat setiap dialog yang terjadi didalam film.
4. Melakukan validasi dialog kepada validator .
5. Setelah dialog divalidasi memilah dan mencocokan dialog dengan
adegan yang menggambarkan perilaku amae.
6. Memilah dan menentukan jenis-jenis perilaku amae sesuai dengan
pengertian dari istilahnya.
7. Menarik kesimpulan
27
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Temuan
4.1.1 Gambaran Sikap Amae Antara Pemelihara dan Hewan Peliharaan
dalam Film Kimi To Boku
1. Tanomu
Sikap yang mengandalkan diri sendiri mengenai suatu hal,
sehingga objek amae akan bergantung kepada pelaku amae.
2. Higamu
Sikap yang menggambarkan kecurigaan kepada objek amae. Sikap
ini muncul karena respon yang diberikan objek amae tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan oleh pelaku amae.
3. Futekusareru
Merupakan sikap protes dengan cara melakukan hal-hal yang tidak
bertanggung jawab dikarenakan pelaku amae merasa kecewa dan
kehilangan haran atas keputusan yang diambil oleh objek amaenya.
4. Toriiru
Sikap mencari perhatian dengan tujuan untuk mendapatkan
perhatian dari objek amaenya, sehingga pelaku amae bisa
mendapatkan apa yang diinginkan.
28
5. Sumanai (maaf)
Sikap yang dilandasi keinginan untuk terus berada dekat dengan
objek amaenya. Dalam poin ini sikap sumanai didasari atas
perasaan “maaf”.
6. Hinekureru
Sikap yang berbeda dengan hasrat yang ada didalam hatinya.
pelaku amae bersikap seperti tidak memiliki hasrat untuk
melakukan sikap amae, namun sebenarnya di dalam hatinya pelaku
amae ingin bersikap amae. Pada sikap ini pelaku amae sering kali
tidak mengerti bagaimana cara untuk menunjukkan sikap amaenya.
7. Amanzuru
Sikap pelaku amae yang hanya menerima begitu saja keadaan yang
terjadi. Hal ini dikarenakan pelaku amae tidak ingin kehilangan
objek amaenya.
8. Sumanai (terima kasih)
Sikap yang dilandasi keinginan untuk terus berada dekat dengan
objek amaenya. Dalam poin ini sikap sumanai didasari atas
perasaan “terima kasih”.
9. Uramu
Sekilas sikap ini terlihat seperti sikap pelaku amae yang membenci
objek amaenya, namun sikap yang ditunjukkan bukanlah sikap
permusuhan sebenarnya. Sikap ini muncul karena hasrat amaenya
tidak diperdulikan oleh objek amae.
29
4.1.2 Perubahan Sikap Pemelihara kepada Hewan Peliharaan dalam Film
Kimi To Boku
1. Yamamoto berubah dari pribadi yang serius menjadi pribadi yang
menyenangkan
2. Yamamoto yang awalnya merasa kasihan menjadi sayang kepada
gin’ougo
3. Yamamoto menganggap gin’ougo sebagai sahabat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Gambaran Sikap Amae Antara Pemelihara dan Hewan Peliharaan
dalam Film Kimi To Boku
4.2.1.1 Tanomu
Tanomu merupakan sikap yang mengandalkan dirinya mengenai suatu hal,
sehingga objek amae akan bergantung kepada pelaku amae. Dengan
mengandalkan dirinya, pelaku amae berharap mendapatkan keuntungan bagi
dirinya. Secara tidak langsung dalam perilaku ini, pelaku amae seolah
mengatakan ”saya berharap diizinkan untuk beramaeru”.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur tanomu pada menit
ke 00:07:34 – 00:08:32
30
Gambar 4.1 Yamamoto memberi makan Gin’ougo
やまもと :ギンオウゴ、ご飯だぞ。ギンオウゴ?ナルト?ギンオウ
ゴ?
ギンオウゴ :ニャー
やまもと :やし。。。やし。。。ただいま。ただいま。
Yamamoto : Gin’ougo, gohan dazo. Gin’ougo? Naruto? Gin’ougo?
Gin’ougo : miau
Yamamoto : yashi… yashi… Tadaima. Tadaima.
Yamamoto : Gin’ougo, waktunya makan. Gin’ ougo? Naruto? Gin’ougo?
Gin’ougo : miau
Yamamoto : ya… ya… aku pulang. Aku pulang.
Dalam adegan dan dialog di atas diceritakan Yamamoto yang baru pulang
dari supermarket membawakan makanan untuk Gin’ougo. Yamamoto
membelikan makanan kering khusus kucing untuk Gin’ougo. Setelah menuangkan
makanan ke dalam mangkok makanan Gin’ougo, Yamamoto berjalan ke arah
Gin’ougo dan mengatakan bahwa Yamamoto sudah pulang sambil memeluk
Gin’ougo.
Unsur mise en scene yang digunakan dalam adegan ini adalah setting, acting
dan teknik pengambilan gambar middle close up. Setting dalam adegan ini adalam
apartment yakni tempat tinggal Yamamoto. Setting apartment digunakan untuk
memperlihatkan bahwa Yamamoto sudah pulang ke rumah. Acting digunakan
untuk melihat ekspresi yang disampaikan oleh Yamamoto, terutama saat
31
Yamamoto mengatakan “ただいま。ただいま ”. Yamamoto mengucapkan
dialog tersebut sambil tersenyum dan memeluk Gin’ougo. Kemudian dalam
adegan ini menggunakan teknik pengambilan gambar middle close up. Dengan
teknik ini dapat terlihat jelas adegan serta ekspresi dari Yamanoto dan Gin’ougo.
Dalam adegan ini dapat dilihat bahwa Yamamoto memperlihatkan kepada
Gin’ougo bahwa Yamamoto dapat diandalkan. Sikap tersebut terlihat saat
Yamamoto memberikan Gin’ougo makanan. Saat Yamamoto mengeluarkan
makanan Gin’ougo dan mengatakan “ギンオウゴ、ご飯だぞ”. Dalam dialog
tersebut Yamamoto memanggil Gin’ougo untuk makan dengan mengatakan
“Gin’ougo, ayo makan”. Sikap Yamamoto yang memberi Gin’ougo maka,
merupakan cerminan dari sikap tanomu yang dilakukan Yamamoto kepada
Gin’ougo. Dengan sikap Yamamoto yang memberi makan Gin’ougo, Yamamoto
memperlihatkan bahwa Gin’ougo dapat mengandalkan Yamamoto untuk
memenuhi kebutuhan Gin’ougo.
Sikap kedua terlihat saat Yamamoto mengatakan “ただいま。ただいま”
sambil tersenyum dan menggendong Gin’ougo. Melihat ekspresi dan dialog yang
diucapkan Yamamoto terdapat makna tersirat. Dari dialog dan ekspresi tersebut,
Yamamoto terlihat mengungkapkan bahwa, Yamamoto sudah berada di rumah
dan selalu menemani Gin’ougo sehingga Gin’ougo tidak akan merasa sendiri.
Gin’ougo dapat selalu mengandalkan Yamamoto untuk merawat dan menjaga
serta memenuhi kebutuhan Gin’ougo. Dari kedua sikap tersebut membuktikan
bahwa dalam adegan ini terdapat sikap tanomu yang dilakukan Yamamoto kepada
Gin’ougo.
32
4.2.1.2 Higamu
Higamu merupakan sikap yang menggambarkan kecurigaan kepada objek
amae. Rasa curiga ini muncul karena pelaku amae merasa diperlakukan tidak adil
oleh objek amae dan tanggapan yang diberikan oleh objek amae tidak sesuai
dengan harapan pelaku amae.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur higamu pada menit
ke 00:08:46 – 00:09:20
Gambar 4.2 Gin’ougo mencoba mendekati Yamamoto
ギンオウゴ :あの頃はキミもボクも子供だったね。キミはっていえば、
絵を描いたり、文字を書いたり。最初はキミのこと少し
怖かったりました。
やまもと :おい。ちけって!
ギンオウゴ :何かあると、本気で怒鳴ったりするし。もうすこし大人に
なれよって思った。
Gin’ougo : Ano koro wa kimi mo boku mo kodomo dattane. Kimi watteieba, e
wo kaitari, moji wo kaitari. Shaishou wa kimi no koto sukoshi
kowakattarimashita.
Yamamoto : Oi. Chikette!
Gin’ougo : Nanika aru to, honki de donattari surushi. Mou sukoshi otona ni
nare yotteomotta.
33
Gin’ougo : Pada waktu itu, kau dan aku sama-sama masih anak-anak. Kau
menggambar dan juga menulis. Pada awalnya aku sedikit takut
padamu.
Yamamoto : Oi. Minggir!
Gin’ougo : Apapu yang terjadi, kau selalu menanggapinya dengan serius.
Harusnya kau bisa bersikap sedikit lebih dewasa, kupikir begitu.
Dalam adegan di atas diceritakan Yamamoto sedang sibuk membuat komik
yang dipersiapkan untuk memulai debutnya sebagai mangaka. Awalnya Gin’ougo
hanya memperhatikan Yamamoto. Gin’ougo yang mulai merasa kesepian,
mendekati Yamamoto yang sedang serius dengan komiknya. Gin’ougo berjalan di
atas meja yang sedang digunakan Yamamoto dan berharap Yamamoto akan
memperhatikannya. Namun Yamamoto yang sangat berkonsentrasi pada
komiknya justru memarahi Gin’ougo dan meminta Gin’ougo untuk turun dari
meja tempat Yamamoto bekerja. Yamamoto langsung mengangkat Gin’ougo dan
meletakkannya di lantai. Dalam adegan ini terlihat bagaimana kesedihan dan
kekecewaan yang dirasakan Gin’ougo atas respon yang diberikan oleh Yamamoto.
Akhirnya Gin’ougo pun kembali memandangi Yamamoto sambil duduk di atas
futon.
Unsur mise en scene yang digunakan dalam adegan ini adalah setting, acting
dengan teknik pengambilan gambar close up. Setting yang digunakan dalam
adegan ini adalam yang pertama latar tempat yakni apartment tempat Yamamoto
tinggal, kemudian lattar waktu yakni malam hari. Latar tempat yang merupakan
kamar dari Yamamoto menjelaskan bagaimana kedekatan anatara Yamamoto dan
Gin’ougo. Kemudian latar waktu pada malam hari menjelaskan bahwa sampai
malam hari, Yamamoto masih sibuk menggambar komik. Acting digunakan untuk
34
melihat bagaimana respon yang diberikan Yamamoto ketika Gin’ougo mulai
mendekatinya. Teknik pengambilan gambar pada adegan ini menggunakan close
up yang bertujuan memperlihatkan lebih jelas ekspresi dari Yamamoto dan
Gin’ougo.
Dalam adegan ini dapat diketahui bahwa Gin’ougo memiliki perasaan
curiga kepada Yamamoto. Perasaan curiga tersebut merupakan perasaan takut
yang dirasakan Gin’ougo kepada Yamamoto. Terlihat dari Monolog yang
diucapkan oleh Gin.ougo “最初はキミのこと少し怖かったりました”. Dalam
monolog tersebut Gin’ougo mengatakan “Pada awalnya aku merasa sedikit takut
padamu”. Gin’ougo awalnya merasa takut kepada Yamamoto karena Yamamoto
tidak pernah mengajaknya bermain.
Akhirnya Gin’ougo memberanikan diri untuk mendekati Yamamoto dengan
naik ke atas meja. Saat Gin’ougo mulai mengajak Yamamoto bermain, Yamamoto
justru menolak dan meminta agar Gin’ougo turun dari atas meja. Terlihat dari
dialog yang diucapkan Yamamoto, “おい。ちけって!”. Dalam dialog tersebut
Yamamoto yang merasa kesal atas tindakan Gin’ougo mengatakan “Oi. Minggir!”
sambil mengangkat Gin’ougo dan meletakkan Gin’ougo di lantai. Terlihat
kekecewaan dirasakan oleh Gin’ougo karena tanggapan yang diberikan oleh
Yamamoto tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Gin’ougo. Kekecewaan
Gin’ougo dapat dilihat dari ekspresi terakhir Gin’ougo yang terlihat sedih dan dari
monolog Gin’ougo yang mengatakan “何かあると、本気で怒鳴ったりするし。
もうすこし大人になれよって思った”. Dalam monolog tersebut Gin’ougo
mengatakan “apapun yang terjadi, kau selalu menganggapinya dengan serius.
35
Harusnya kau bisa bersikap sedikit lebih dewasa, kupikir begitu”. Dari monolog
yang diucapkan Gin’ougo, dapat dilihat kekecewaan yang dirasakan Gin’ougo
karena tanggapan yang diberikan Yamamoto tidak sesuai dengan harapan
Gin’ougo. Gin’ougo berharap Yamamoto bisa sedikit lebih dewasa sehingga
dengan begitu Yamamoto dapat mengerti keinginan Gin’ougo yang hanya ingin
bermain dengan Yamamoto. Namun respon yang diberikan Yamamoto justru
tidak sesuai dengan harapan Gin’ougo. Hal ini membuktikan bahwa dalam adegan
ini terdapat sikap higamu yang dilakukan Gin’ougo kepada Yamamoto.
4.2.1.3 Futekusareru
Pada dasarnya futekusareru merupakan sikap protes dengan cara melakukan
hal-hal yang tidak bertanggung jawab dikarenakan merasa kecewa dan merasa
kehilangan harapan. Perilaku ini biasa dilakukan kepada objek amaenya agar
orang yang menjadi objek amae tersebut mengerti bahwa saat pelaku amae
melakukan tindakan tersebut karena sedang kecewa terhadap tindakan atau
keputusan yang diambil oleh objek amaenya.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur futekusareru pada
menit ke 00:09:21 – 00:10:44
36
Gambar 4.3 Gin’ougo memakan makanan Yamamoto
やまもと :うわ、めっちゃ残しとうや。
あっ、ギンオウゴ!アカンって、お前何しとうと、マジ
で。食うだって言ったよなんか。
やまもと :先輩
せんぱい :うん。
やまもと :これと、この倍高い猫缶とどう違うんですか。
せんぱい :あ、まぁ、マックとフランス料理の違いみたいなもんかな。
俺、断然マック派だけど。
やまもと :先輩、安上がりでいいですね。
せんぱい :コストパフォーマンスがたけぇんだよ。
やまもと :贅沢猫め!
Yamamoto : Uwa, mechcha nokoshitouya.
Ak, Gin’ougo! Akantte, omaenani shitouto, mujide.
Kuudatte itta yonanka.
Yamamoto : Senpai.
Senpai : Un.
Yamamoto : koreto, kono baitakai nekokan to dou chigaun desuka.
Senpai : A, maa, makku to furansu ryouri no chigai mitainamonkana. Ore,
danzen makku hada kedo.
Yamamoto : Senpai, yasua ga rite iidesune.
Senpai : kosutopafo-mansu ga takeendayo.
Yamamoto : zeitaku nekome!
Yamamoto : Sisanya banyak sekali.
Ah! Gin’ougo! Sudah kubilang jangan! Kau ini benar-benar keras
kepala!
Sudah kubilang makan makananmu sendiri, kan? Gin’ougo?!
37
Yamamoto : Senpai?
Senpai : ya?
Yamamoto : Makanan kucing yang ini dan yang dua kali lebih mahal inii apa
perbadaanya?
Senpai : Ah yah, seperti perbedaan antara Macdonald’s dengan masakan
Prancis.
Tapi kalau aku jelas Macdonald’s.
Yamamoto : senpai ekonomis sekali, ya?
Senpai : cost performance itu mahal.
Yamamoto : Dasar kucing mewah.
Dalam adegan ini Yamamoto sedang menikmati makan siang, kemudian
Gin’ougo datang mendekati Yamamoto. Gin’ougo berusaha mengambil makanan
Yamamoto yang ada di atas meja. Yamamoto yang merasa heran dengan sikap
Gin’ougo, akhirnya pergi melihat makanan Gin’ougo. Ternyata Gin’ougo tidak
sedikit pun menyentuh makannya. Ketika Yamamoto kembali ke meja makanya,
Yamamoto terkejut melihat Gin’ougo yang sudah memakan ikan yang ada di atas
meja. Keesokan harinya Yamamoto memberikan makanan kaleng khusus kucing.
Yamamoto sangat terkejut melihat Gin’ougo sangat menyukai makanan yang baru
dibeli Yamamoto.
Unsur mise en scene yang digunakan dalam adegan ini adalah setting dan
costumes dan teknik pengambilan gambar menggunakan medium shot. Setting
yang digunakan kamar apartment dan supermarket tempat Yamamoto bekerja.
Costumes yang digunakan Yamamoto adalah seragam pegawai supermarket
termpat Yamamoto bekerja. Costumes ini berguna untuk mempertega setting yang
digunakan, yakni supermarket. Teknik pengambilan gambar menggunakan
medium shot berguna memperlihatkan ekspresi Yamamoto namun juga
memperlihatkan setting yang digunakan.
38
Dalam adegan ini terdapat unsur futekusareru yang dilakukan oleh
Gin’ougo. Sikap tersebut dapat dilihat saat Gin’ougo tidak mau memakan
makanan yang sudah diberikan oleh Yamamoto. Gin’ougo lebih memilih untuk
memakan makanan milik Yamamoto. Yamamoto terkejut dan sedikit marah
kepada Gin’ougo karena sikap tidak baik yang dilakukan Gin’ougo.
Saat dialog Yamamoto yang mengatakan “食うだって言ったよなんか”.
Dalam dialog tersebut Yamamoto mengatakan “sudah kubilang makan makanan
mu sendiri,kan?”. Dari dialog tersebut dapat diketahui bahwa Yamamoto dan
Gin’ougo sudah memiliki makanan masing-masing. Namun Gin’ougo seperti
tidak terima dengan keputusan Yamamoto yang memberinya makanan kering,
sementara Yamamoto memakan ikan. Merasa tidak terima dengan perlakuan
Yamamoto, Gin’ougo diam-diam naik ke atas meja makan kemudian memakan
makanan Yamamoto. Awalnya Yamamoto kesal dengan sikap Gin’ougo, namun
Yamamoto mengerti bahwa Gin’ougo tidak menyukai makanan kering.
Yamamoto akhirnya memutuskan untuk mengganti makanan Gin’ougo.
Saat malam hari, Yamamoto sedang bekerja dan secara tidak sengaja
melihat makanan kaleng untuk kucing. Yamamoto akhirnya memutuskan untuk
membeli makanan kaleng tersebut dan memberikanya kepada Gin’ougo. Saat
Yamamoto memberikan makanan tersebut kepada Gin’ougo, Yamamoto terlihat
terkejut karena Gin’ougo langsung menghabiskan makananya.
Dapat dilihat dalam adegan ini Gin’ougo merasa diperlakukan tidak adil
oleh Yamamoto yang hanya memberikanya makanan kering. Gin’ougo merasa
tidak terima dengan perlakuan Yamamoto, karena itu Gin’ougo memakan ikan
39
yang berada di atas meja makan Yamamoto. Akhirnya Yamamoto mengganti
makanan Gin’ougo dengan makanan kaleng khusus untuk Kucing. Tujuan sikap
amae dilakukan Gin’ougo tercapai, karena Gin’ougo mendapatkan apa yang
diinginkannya. Sikap Gin’ougo tersebut merupakan sikap protes karena
Yamamoto memakan ikan sedangkan Gin’ougo hanya memakan makanan kering.
Hal ini merupakan cerminan sikap futekusareru yang dilakukan oleh Gin’ougo
kepada Yamamoto.
4.2.1.4 Toriiru
Secara mudah Toriiru dapat diartikan sebagai mencari perhatian objek amae
dengan tujuan mendapatkan perhatian dari objek amaenya kemudian pelaku
amae bisa mendapatkan apa yang diinginkan.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur toriiru pada menit
ke 00:10:47 – 00:11:50
Gambar 4.4 Yamamoto bermain dengan Gin’ougo
40
やまもと :おい。へえ?
ギンオウゴ :キミはいつもボクと遊んでくれたよね。キミとボク本当に
よく遊んだね。楽しかったな。このまま時がとまっても
いい。ボクは本当にそう思ったよ。いつのまにかボクは
キミのこと友達って思うようになった。キミは友達、一
番の友達!
やまもと :お前、それそんなに気に入ったじゃん。じゃ、やるよお前、
それ。それお前にやる。はい、もう、今日からそれギン
オウゴものね。
Yamamoto : Oi. Hee?
Gin’ougo : Kimi wa itsumo boku to asonde kureta yo ne. Kimi to boku hontou
ni yoku asonda ne. Tanoshikatta na. Kono mama toki ga tomatte
mo ii. Boku wa hontou ni sōu omotta yo. Itsu no manika boku wa
kimi no koto tomodachitte omou yōu ni natta. Kimi wa tomodachi,
ichiban no tomodachi!
Yamamoto : Omae, sore sonna ni ki ni itta jyan. Jya, yaruyo omae, sore. Sore
omae ni yaru. Hai, mou, kyou kara sore Gin’ougo monone.
Yamamoto : oh, eh?
Gin’ougo : kau selalu bermain dengan ku, kan? Kau dan aku selalu bermain
sampai puas, kan? Aku senang sekali. Aku tidak keberatan kalau
waktu berhenti. Aku benar-benar berfikir seperti itu. Entah sejak
kapan aku sudah menganggap mu sebagai sahabat. Kau adalah
sahabat ku. Sahabat yang nomor satu.
Yamamoto : kau suka sekali dengan itu, ya? Kalau begitu kuberikan padamu.
Kuberikan itu untukmu. Baik, mulai sekarang itu adalah milik
Gin’ougo.
Dalam adegan ini diceritakan Yamamoto yang sedang sibuk dengan telepon
genggamnya. Gin’ougo yang merasa tidak diperhatikan oleh Yamamoto, mulai
menggangu dan mencari perhatian dari Yamamoto. Gin’ougo mendekati
Yamamoto, kemudian mengejar gantungan telepon genggam milik Yamamoto.
Yamamoto yang awalnya terkejut dengan tindakan Gin’ougo, menyadari bahwa
41
Gin’ougo ingin bermain denganya. Yamamoto akhirnya melepas gantungan
telepon genggam tersebut dan mengikatkannya pada seutas tali. Malam itu,
Gin’ougo dan Yamamoto bermain dan menghabiskan waktu bersama.
Unsur mise en scene yang digunakan dalam adegan ini adalah setting, acting
dan teknik pengambilan gambar menggunakan medium shot. Setting yang
digunakan dalam adegan ini adalah kamar apartment Yamamoto. Unsur acting
dalam adegan ini digunakan untuk melihat pergerakan, tindakan serta ekspresi
yang terjadi pada Yamamoto dan Gin’ougo. Dalam adegan tersebut menggunakan
teknik pengambilan gambar medium shot, dengan teknik ini dapat terlihat jelas
ekspresi serta interaksi yang menyatakan kedekatan antara Yamamoto dan
Gin’ougo.
Berdasarkan adegan tersebut, dapat dilihat bahwa Gin’ougo sebenarnya
sangat ingin bermain dengan Yamamoto akan tetapi Yamamoto terlihat sangat
asyik dengan telepon genggamnya. Gin’ougo yang memiliki hasrat untuk bermain,
mencari perhatian Yamamoto dengan cara mengganggunya. Tindakan Gin’ougo
untuk memenuhi hasrat amaenya ini berhasil. Yamamoto akhirnya bermain
bersama dengan Gin’ougo, keduanya pun merasa senang. Hal ini terlihat dari
mimik wajah Yamamoto yang tersenyum lebar dan monolog yang dikatakan
Gin’ougo “キミはいつもボクと遊んでくれたよね。キミとボク本当によく
遊んだね。楽しかったな。このまま時がとまってもいい。ボクは本当にそ
う思ったよ”. Dari monolog tersebut, Gin’ougo menyatakan bahwa Gin’ougo
senang dapat bermain dengan Yamamoto. sikap Gin’ougo yang mengganggu
42
Yamamoto untuk mendapatkan perhatian ini merupakan wujud sikap toriiru yang
dilakukan Gin’ougo kepada Yamamoto.
4.2.1.5 Sumanai (maaf)
Pada dasarnya sumanai merupakan tindakan yang didasari pada dua hal
berbeda, yakni “terima kasih” dan “maaf”. Walaupun keduanya merupakan dua
hal yang berbeda, akan tetapi keduanya memiliki tujuan yang sama yakni
bertujuan agar tidak kehilangan objek amaenya. Sikap ini merupakan sikap yang
dilandasi keinginan untuk terus berada dekat dengan objek amaenya.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur sumanai pada
menit ke 00:14:45 – 00:20:56
Gambar 4.5 Yamamoto meminta maaf kepada Gin’ougo
やまもと :そうか。この部屋にきて一人って初めてか。
やまもと :すみません!あの、ごめんなさい。やっぱり差し上げられ
ません。本当にすみません。
ごめんな。もう放したりしないから。
ギンオウゴ :ニャー
43
やまもと :お願いします!
所有者 :一人暮らしの、あのねがいね?
やまもと :そこなんとか。。。。。お!こら、ギン!
所有者 :甘いなものそれ。
やまもと :え?
所有者 :しかたないなぁ。隣も空き部屋だし。特別だよ。他の住民
には絶対に見つかんないにしてよ。
やまもと :はい、 ありがとうございます。
所有者 :やさ、俺無道と犬派だったんだけど、俺が猫派です。やっ
ぱ猫はもてるよな。
やまもと :はい。
Yamamoto : Souka. Kono heya ni kite hitoritte hajimeteka.
Yamamoto : Sumimasen! Ano, gomennasai. Yappari sashi ageraremasen.
Hontou ni sumimasen.
Gomenna. Mou hanashitari shinai kara.
Gin’ougo : Myau
Yamamoto : Onegaishimasu!
Shoyuusha : Hitori gurashi no. ano negaine?
Yamamoto : sokonantoka….. o! kora, Gin’!
Shoyuusha : amaina monosore.
Yamamoto : e?
Shoyuusha : Shikatanainaa. Tonari mo akibeyadashi. tokubetsudayo. Tano
syuuming ni wa zettai ni mitsukan nai ni shiteyo.
Yamamoto : Hai, arigatou gozaimasu.
Shoyuusha : Yasa. Ore mudou to inu hattandakedo, ore ga neko hadesu. Yappa
neko wa moteruyona
Yamamoto : Hai.
Yamamoto : Begitu ya. Ini pertama kalinya aku sendiri di kamar ini sejak
pertama datang.
Yamamoto : Maaf! Anu. Maaf. Ternyata aku memang tidak bisa menyerahkanya.
Aku benar-benar minta maaf.
Maaf ,ya. Kita tidak akan berpisah lagi.
Yamamoto : Saya mohon!
Shoyuusha : Tinggal sendirian, pasti berat,kan?
Yamaoto : Tolong lakukan sesuatu.
Shoyuusha : Kau manis juga, nak
Yamaoto : eh?
44
Shoyuusha : Apa boleh buat, kamar sebelah juga kosong. Ini pengecualian.
Jangan sampai diketahui oleh penghuni apartemen lain.
Yamamoto : Baik, terimakasih banyak!
Shoyuusha : Tapi, dulu sebenarnya aku penyayang anjing, sekarang aku
penyayang kucing. Kucing memang populer sekali, ya?
Yamamoto : Iya!
Dalam adegan ini diketahui Yamamoto bersedih setelah memberikan
Gin’ougo pada seorang wanita yang telah mengadopsi Gin’ougo. Saat itu
Yamamoto sedang melamun sambil menggambar. Tanpa sadar, Yamamoto
menggambar sosok Gin’ougo. Yamamoto pun segera berlari mengejar wanita
yang telah mengadopsi Gin’ougo. Setelah berhasil bertemu dengan wanita
tersebut, Yamamoto segera meminta maaf dan mengatakan bahwa Yamamoto
tidak bisa berpisah dari Gin’ougo. Wanita tersebut mengembalikan Gin’ougo
kepada Yamamoto. Setelah sampai di rumah, Yamamoto menemui pemilik
gedung. Yamamoto meminta agar pemilik gedung mengizinkan Gin’ougo tinggal
bersama Yamamoto. Dengan berat hati akhirnya pemilik gedung memberikan izin
kepada Yamamoto.
Unsur mise en scene yang digunakan dalam adegan ini adalah setting, acting,
dan teknik pengambilan gambar menggunakan medium long shot. Terdapat
beberapa setting dalam adegan ini, pertama halaman apartment Yamamoto,
keduan jalanan, ketiga adalah kamar Yamamoto. acting digunakan untuk melihat
bagaimana pergerakan dan ekspresi yang diperlihatkan oleh Yamamoto dan
Gin’ougo. Teknik pengambilan gambar menggunakan medium long shot yang
berguna untuk memperlihatkan setting yang digunakan serta ekspresi dan
pergerakan yang dilakukan oleh Yamamoto.
45
Dalam adegan ini diperlihatkan Yamamoto memohon maaf kepada wanita
tersebut dan mengatakan bahwa Yamamoto tidak dapat berpisah dengan Gin’ougo.
Wanita tersebut mengerti dan mengembalikan Gin’ougo kepada Yamamoto.
Kemudian sore hari saat dalam perjalana pulang, Yamamoto meminta maaf
kepada Gin’ogo dan mengatakan bahwa mereka tidak akan berpisah lagi. Hal ini
dapat diketahui dari dialog yang diucapkan Yamamoto “ごめんな。もう放した
りしないから”. Dialog ini memperlihatkan sikap amae Yamamoto yang tidak
ingin lagi berpisah dengan Gin’ougo. Saat tiba di rumah, Yamamoto meminta izin
kepada pemilik gedung agar Gin’ougo boleh tinggal bersamanya dengan
mengatakan “そこなんとか”. Yamamoto sampai memohon kepada pemilik
gedung agar diperbolehkan memelihara Gin’ougo di apartment. Sikap Yamamoto
yang meminta maaf kepada Gin’ougo dan memohon kepada pemilik gedung agar
mengizinkanya untuk memelihara Gin’ougo merupakan sikap sumanai yang
didasari atas permintaan maaf kepada Gin’ougo, terlihat saat Yamamoto berusaha
menebus kesalahanya dengan cara memohon kepada pemilik gedung agar bisa
terus bersama dengan Gin’ougo. Sikap tersebut merupakan cerminan sumanai
yang dilakukan Yamamoto kepada Gin’ougo
4.2.1.6 Hinekureru
Pada perilaku ini Pelaku amae menunjukan sikap yang berbeda dengan
hasrat yang ada di dalam hatinya. Seperti berpura-pura, sehingga terlihat tidak
memiliki hasrat untuk bersikap amae. Walaupun pelaku amae tidak menunjukan
sikap amae terhadap objek amaenya, bukan berarti pelaku amae tidak memiliki
46
keinginan untuk bersikap amae. Hanya saja terkadang pelaku amae tidak mengerti
bagaimana cara untuk menunjukkan sikap amaenya tersebut.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur hinekureru pada
menit ke 00:27:40 – 00:29:50
Gambar 4.6 Yamamoto bersikap acuh tak acuh pada Gin’ougo
ギンオウゴ :キミが諦めない理由、ボクにはわかるよ。なにもわなくて
もわかるよ。ボクは空気だけで全てを感じとれるんだよ。
ギンオウゴ :ねえキミ、キミは一人じゃないよ。ボクが見ててやる。ず
っと見ててやる。でも、もしもボクが眠くなったら、キ
ミのひざで寝てもいいだろう?そばにいるからさ、ずっ
とそばにいるからさ。
Gin’ougo : Kimi ga akiramenai riyuu. Boku niwa wakaruyo. Nani mo
iwakutemo wakaruyo. Boku wa kuuki dake de subete wo kanji
torerundayo.
47
Gin’ougo : Nee kimi, kimi wa hitori janaiyo. Boku ga mitete yaru. Zutto mitete
yaru. Demo, moshimo boku ga nemukunattara, kimi no hiza de
nette mo ii darou? Soba ni irukarasa. Zutto soba ni irukarasa.
Gin’ougo : Alasan kenapa kau tidak ingin menyerah, aku mengerti tentang itu.
Walaupun kau tidak berkata apa-apa. Aku mengerti, karena aku
merasakan semuanya hanya dari suasananya.
Gin’ougo : Hei kamu, kamu tidak sendirian. Aku akan menjaga mu. Aku akan
selalu menjagamu. Tapi kalau aku mengantuk, aku boleh tidur
dipangkuanmu,kan? Aku akan berada di sampingmu. Aku akan
selalu berada di sampingmu.
Dalam adegan ini diceritakan Yamamoto sedang sedih mengetahui
temannya sudah memulai debut sebagai mangaka. Kesedihan yang dirasakan
Yamamoto membuatnya tidak memperdulikan Gin’ougo. Dari musim ke musim
Yamamoto hanya fokus membuat komik dan tidak memperhatikan Gin’ougo
bahkan Yamamoto tidak mengajak Gin’ougo bermain. Tiga musim sudah belalu,
namun Yamamoto tetap fokus pada komiknya. Sampai pada saat musim dingin
tiba, Gin’ougo terlihat tidur di pangkuan Yamamoto.
Unsur mise en scene yang terdapat dalam adegan tersebut adalah setting,
costume, lighting dengan teknik pengambilan gambar medium shot. Setting
tempat pada adegan ini adalah kamar Yamamto, setting waktu yang
memperlihatkan banyak musim yang sudah terlewati. Costumes pada adegan ini
mempertegas musim yang sudah terlewati. Lighting yang digunakan dalam
adehan ini adalah low key lighting yang berfungsi untuk menciptakan suasana
sedih. Pengambilan gambar menggunakan medium shot yang memperlihatkan
pergerakan dan fokus kepada ekspresi yang dilakukan Yamamoto dan Gin’ougo.
48
Dalam adegan ini terlihat Yamamoto tidak memperdulikan Gin’ogo.
Yamamoto tidak lagi terlihat bermain bersama Gin’ougo, karena kesedihan yang
dirasakan oleh Yamamoto. Kesedihan Yamamoto makin terlihat karena
Yamamoto tinggal seorang diri di Tokyo sehingga Yamamoto tidak tahu pada
siapa harus menceritakan masalahnya. Sedangkan Yamamoto tidak mungkin
meminta solusi kepada Gin’ougo yang hanya seekor kucing. Namun dari monolog
yang diucapkan Gin’ougo, sebenarnya Gin’ougo mengerti tentang kesulitan yang
dirasakan Yamamoto walaupun Yamamoto tidak menceritakanya. Terlihat saat
Gin’ougo mengatakan “なにもわなくてもわかるよ。ボクは空気だけで全て
を感じとれるんだよ ”, Gin’ougo mengerti perasaan Yamamoto walaupun
mereka tidak bisa saling bicara. Sampai dengan tiga musim berlalu, pada musim
dingin Yamamoto merasa lebih tenang karena keberadaan Gin’ougo disisi
Yamamoto. Saat Gin’ougo mengatakan “そばにいるからさ、ずっとそばにい
るからさ”. Dalam monolog tersebut Gin’ougo duduk dipangkuan Yamamoto
sambil mengatakan bahwa Gin’ougo akan selalu bersama Yamamoto.
Dengan ini dapat dilihat bahwa dalam adegan ini mengandung sikap
hinekukeru yang dilakukan Yamamoto kepada Gin’ougo. Yamamoto tidak tahu
bagaimana menunjukan sikap amae yang berupa membutuhkan seseorang untuk
berbagi perasaanya karena Gin’ougo adalah seekor kucing. Walaupun seekor
kucing, Gin’ougo sebenarnya mengerti perasaan Yamamoto walaupun Yamamoto
tidak pernah mengatakanya. Sikap Yamamoto yang tidak mengacuhkan Gin’ougo
merupakan cerminan sikap hinekureru yang dilakukan Yamamoto kepada
Gin’ougo.
49
4.2.1.7 Amanzuru
Sikap ini mencerminkan seseorang yang hanya menerima keadaan yang
terjadi padanya. Secara mudah diartikan sebagai seseorang yang mengikuti
kemauan dari objek amaenya. Hal ini dikarenakan seseorang tersebut tidak ingin
jauh dari objek amae nya tersebut. Perilaku ini dilakukan agar tidak dibenci oleh
objek amaenya. Pelaku amae akan terus melakukan sikap ini sampai pelaku amae
mendapat celah untuk mendapatkan apa yang diinginkanya.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur amanzuru pada
menit ke 00:31:46 – 00:34:52
Gambar 4.7 Yamamoto membawa Gin’ougo ke rumah sakit
ギンオウゴ :ボクは知らない間に。病気になっていた。お医者さんはボ
クの病気、もう治らないと言った。ボクの命後少しだけ。
「安楽死させましょうか」お医者さんはそう言った。あ
のとき、キミは言ったよね。
やまもと :うちに帰ろう、ギンオウゴ。
ギンオウゴ :うちに帰ろうって言ったよね。
ギンオウゴ :キミとボク、言葉は通じない。でも、キミはボクの心がわ
かるんだね。ボクもキミのことがわかるよ。だって、ず
50
っと一緒だったもんね。ずっと、ずっと一緒だったもん
ね。い一緒に帰ろう。ぼくらのうちへ。
Gin’ougo : Boku wa shiranai aidani. Byouki ni natte ita. O Ishya san wa boku
no byouki, mou naoranai toitta. Boku no inochi ato sukoshidake.
“anrakushi sasemashouka” o Ishya san wa souitta. Ano toki, kimi
wa ittayone…
Yamamoto : Uchi ni kaerou, gin’ougo.
Gin’ougo : Uchi ni kaeroutte ittayone.
Gin’ougo : Kimi to boku, Kotoba wa tsuujinai. Demo, kimi wa boku no kokoro
ga wakarundane. Boku mo komi no koto ga wakaruyo. Datte,
zutto ishoudattamonne. Zutto, zutto ishoudattamonne. Ishou ni
kaerou. Bokurano uchi e.
Gin’ougo : Tanpa kusadari, aku jatuh sakit. Dokter bilang, penyakit ku sudah
tidak bisa lagi disembuhkan. Hidupku, hanya tinggal sebentar. “apa
tidak lebih baik dieuthanasia saja?” dokter bilang begitu. Saat itu,
kau bilang,kan?
Yamamoto : Ayo kita pulang ke rumah, gin’ougo.
Gin’ougo : Kau bilang, “ayo kita pulang ke rumah” kan?
Gin’ougo : Kau dan aku. Tidak bisa berkomunikasi dengan kata-kata. Tapi, kau
mengerti perasaanku,kan? Aku juga, bisa mengerti perasaanmu.
Karena itu, kita selalu bersama,kan? Karena kita selalu
bersama,kan? Ayo kita pulang bersama-sama, ke rumah kita berdua.
Dalam film ini diceritakan Yamamoto merasa ada yang salah dengan
Gin’ougo. Gin’ougo mulai bersikap aneh dan tidak mau makan. Akhirnya
Yamamoto membawa Gin’ougo ke dokter hewan. Dokter mengatakan bahwa
Gin’ougo mengalami sakit yang sangat parah dan tidak akan bisa bertahan lama.
Kemudian dokter menyarankan untuk melakukan euthanasia kepada Gin’ougo,
akan tetapi Yamamoto menolaknya dan memilih untuk membawa pulang
Gin’ougo.
Unsur mise en scene yang digunakan dalam adegan ini adalah setting, acting,
lighting dengan teknik pengambilan gambar long shot dan close up. Setting yang
51
digunakan dalam adegan ini adalah ruang periksa dokter hewan, karena dalam
adegan ini diceritakan Gin’ougo yang sedang sakit. Acting digunakan untuk
melihat pergerakan serta ekpresi yang menggambarkan kesedihan dan pasrah.
Lighting yang digunakan adalah low key lighting yang digunakan untuk
menciptakan suasana sedih dalam adegan ini. Teknik pengambilan gambar dengan
long shot untuk memperlihatkan setting yang digunakan yakni ruang periksa
dokter hewan, sedangkan teknik close up digunakan untuk melihat ekspresi wajah
dari Yamamoto dan Gin’ougo.
Pada adegan ini terlihat jelas bahwa Yamamoto yang sedih dan kecewa
dengan keadaan Gin’ougo memilih untuk menerima keadaan Gin’ougo yang
difonis menderita penyakit yang sangat parah. Yamamoto menolak saran dokter
untuk melakukan euthanasia dan lebih memilih untuk membawa Gin’ougo pulang.
Terlihat dari perkataan Yamamoto “うちに帰ろう、ギンオウゴ” yang berarti
“Ayo kita pulang ke rumah, Gin’ougo”. Dari kalimat tersebut dapat diketahui
bahwa Yamamoto menolak saran dari dokter karena Yamamoto tidak ingin
kehilangan Gin’ougo, Yamamoto ingin terus bersama Gin’ougo. Sikap Yamamoto
yang memilih menerima keadaan Gin’ougo karena tidak ingin kehilangan
Gin’ougo ini merupakan cerminan dari sikap amanzuru. Hal ini membuktikan
bahwa Yamamoto bersikap amanzuru kepada Gin’ougo.
4.2.1.8 Sumanai (terima kasih)
Pada dasarnya sumanai merupakan tindakan yang didasari pada dua hal
berbeda, yakni “terimakasih” dan “maaf”. Walaupun keduanya merupakan dua hal
52
yang berseda, akan tetapi keduanya memiliki tujuan yang sama yakni bertujuan
agar tidak kehilangan objek amaenya. Sikap ini merupakan sikap yang dilandasi
keinginan untuk terus berada dekat dengan objek amaenya.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur sumanai pada
menit ke 00:34:54 – 00:37:05
Gambar4.8 Gin’ougo berterima kasih kepada Yamamoto
ギンオウゴ :キミはうちに帰るとすぐに、難しい本をたくさん読み。
そして、キミはしばらく考え、ボクの病気が治らないこ
と。それを改めて知った。
ギンオウゴ :それから、いくつかの夜が過ぎたのだろうね。10年目の天
の川、きれいだった。夜空に星は見えなかったけど、キ
ミとボクには見えたよね。きれいな夜空が見えたよね。
ねぇ、少し眠くなってきたよ。少し眠てもいいだろう。
そばにいるからさ。
ねぇ、楽しかったね。キミとボク。幸せだったよね。ボ
クはとても。。。とっても。。。ありがとう。
Gin’ougo : Kimi wa uchi ni kaeru tosuguni. Muzukasii hon wo takusan yomi.
Soshite, kimi wa shibaraku kangae. Boku no byouki ga
naoranaikoto. Sore wo aratamete shitta.
53
Gin’ougo : Sore kara, ikutsuka no yoru ga sukita no daroune. Jyuu nenme no
amanogawa, kirei datta. Yozora ni hoshi wa mienakatta kedo,
kimi to boku niwa mietayone. Kireina yozora ga mietayone.
Nee, Sukoshi nemukunatte kitayo. Sukoshi netemoiidarou.
Sobaniirukarasa.
Nee. Tanoshi kattane. Kimi to boku. Shiawase dattayone. Boku
wa totemo… totemo… arigatou.
Gin’ougo : Segera setelah pulang ke rumah, kau membaca banyak buku-buku
rumit. Lalu, kau berfikir utuk beberapa saat. Tentang penyakitku
yang tidak dapat disembuhkan, kau baru mengerti tentang hal itu.
Gin’ougo : Setelah itu banyak malam yang berlalu begitu cepat. Galaksi
Bimasakti sepulih tahun yang lalu, cantik sekali. Sekarang tidak
ada bintang yang telihat dilangit, tapi kau dan aku bisa
melihatnya,kan? Kita bisa melihat langit malam yang indah,kan?
Hei, aku sedikit mengantuk. Aku boleh tidur sebentar, kan?
Karena aku selalu berasa di dekatmu.
Hei, menyenangkan sekali,ya? Kau dan aku. Sangat bahagia, kan?
Aku sangat… sangat… terima kasih.
Dalam adegan ini diceritakan Yamamoto yang sedang sibuk membaca buku
tentang penyakit hewan. Yamamoto berusaha mencari cara untuk menyembuhkan
penyakit Gin’ougo dengan membaca banyak buku. Kemudian Yamamoto
menyadari bahwa tidak ada cara yang mampu menyembuhkan penyakit Gin’ougo.
Melihat usaha yang dilakukan Yamamoto, Gin’ougo merasa sangat berterima
kasih. Dalam adegan ini Gin’ougo mengungkapkan perasaannya kepada
Yamamoto.
Unsur mise en scene dalam adegan ini adalah setting, lighting dengan teknik
pengambilan gambar medium shot. Setting yang digunakan dalam adegan ini
adalah apartment Yamamoto. lighting yang digunakan adalah low key lighting
guna menciptakan nuansa sedih terutama pada saat monolog yang dilakukan
Gin’ougo. Teknik pengambilan gambar menggunakan medium shot untuk
54
memperlihatkan ekspresi Yamamoto dan Gin’ougo dengan jelas, serta
memperlihatkan suasana yang lebih menyeluruh dalam setiap kejadian.
Dalam adegan ini Gin’ougo yang sedang sakit mengungkapkan perasanya
kepada Yamamoto yang sudah menemaninya dan merawatnya selama sepuluh
tahun, terutama melihat usaha yang dilakukan Yamamoto ketika berusaha
menemukan cara untuk menyembuhkan Gin’ougo. Semua kenanangan yang telah
mereka lalui mebuat Gin’ougo sangat berat meninggalkan Yamamoto. Rasa
terima kasih yang disampaikan oleh Gin’ougo tercermin dalam kalimat “ボクは
とても。。。とても。。。ありがとう”. Sikap berterima kasih ini terlihat
dalam adegan dimana pada saat Gin’ougo mengingat kembali kenangan yang
mereka lakukan bersama. Dalam kenangan Gin’ougo, terlihat Yamamoto sangat
menyayangi Gin’ougo. Untuk itu Gin’ougo sangat berterima kasih kepada
Yamamkoto. Sikap Gin’ougo ini merupakan cerminan sumanai yang berdasarkan
rasa terima kasih yang dilakukan Gin’ougo terhadap Yamamoto.
4.2.1.9 Uramu
Sekilas pelaku amae yang melakukan sikap ini terlihat sangat membenci
objek amaenya, namun sebenarnya pelaku amae tidak benar-benar membenci
objek amaenya. Sikap yang ditunjukkan seperti sedang bermusuhan.
Sesungguhnya sikap ini muncul karena hasrat amaenya tidak diperdulikan oleh
objek amaenya.
Dalam film ini terdapat adegan yang mengandung unsur uramu pada menit
ke 00:37:07 – 00:39:55
55
Gambar 4.9 Yamamoto memalingkan wajah saat melihat makanan yang biasa
dimakan Gin’ougo
ギンオウゴ :十年と五日。二人のときはとまり。そして、キミは初めて
涙を見せた。静かに。。。静かに。。。何日も。。。何
日も。。。
友達 :気持ちはわかるけどさ、しっかりしろよ。
やまもと :無駄。。。そくらじゅにギンオウゴの気配がするんだ。あ
いつも俺も、きっと迷子だったんだ。似たもんとして。
ずっと暮らしきたんだよ。
ぎんおうご :ねぇ、あの日のこと覚えてる?。ボクはキミにさようなら
を言わなかったよね。ねぇキミ、キミは一人じゃないよ。
ボクはいつでもそばにいるよ。キミが大好きだから。い
つでもそばにいるよ。キミがずっと愛してくれるから。
そばにいるよ。キミがボクのことわすれないでいてくれ
るから。
Gin’ougo : Jyuu nen to go nichi. Futari no toki wa tomari. Soshite, kimi wa
hajimete namida wo miseta. Shizukani.. shizukani…
nannichimo… nannichimo…
Tomodachi : kimochi wa wakarukedosa, shikkari shiruyo.
Yamamoto : Muda… sokurajyu nin gin’ougo no kehai ga surunda. Aitsu mo
oremo, kitto maiko dattanda. Nita montoshite. Zutto kurashi
kitandayo.
Gin’ougo : Nee, ano hi no koto oboeteru? Boku wa kimi ni sayounara wo
iwanakattayone. Nee kimi, kimi wa hitori janaiyo. Boku wa
56
itsudemo sobani iruyo. Kimi ga daisuki dakara. Itsudemo sobani
iruyo. Kimi ga zutto aishite kurerukara. Sobani iruyo. Kimi ga
boku no koto wasurenaide itekurerukara.
Gin’ougo : Sepuluh tahun lima hari. Waktu kita berdua berhenti. Lalu, kau
menunjukan air matamu untuk pertama kalinya. Dalam diam…
dalam kesunyian…. Berhari-hari… berhari-hari…
Tomodachi : Aku mengerti perasaanmu. Tapi kau harus tegar.
Yamamoto : Tidak mungkin… aku masih bisa merasakan kehadiran gin’ougo.
Aku dan dia, mungkin kami berdua adalah anak-anak yang
tersesat. Kami mirip satu sama lain. Kami merasakan penderitaan
yang sama.
Gin’ougo : Hei, apa kau masih ingat tentang hari itu? Aku tidak sempat
mengatakan selamat tinggal pada mu,kan? Hei kamu, kamu tidak
sendirian. Aku akan selalu berada di samping mu. Karena aku
sangat menyukaimu. Aku akan selalu berada di samping mu,
karena kau selalu menyayangiku. Aku akan selalu ada di
sampingmu, karena kau tidak akan melupakan ku.
Dalam adegan ini diceritakan kesedihan yang dirasakan Yamamoto saat
kehilangan Gin’ougo. Yamamoto terlihat sangat terpukul. Yamamoto terus
mengurung dirinya selama beberapa hari di dalam kamar. Setelah mendapatkan
saran dari teman yang datang ke rumahnya, Yamamoto akhirnya kembali
beraktifitas seperti biasa. Saat bekerja, Yamamoto sempat melihat makanan yang
sering diberikan kepada Gin’ougo. Yamamoto terlihat kesal dan tak mau melihat
makanan kaleng tersebut, akhirnya Yamamoto segera memalingkan badan dan
berjalan menjauh.
Unsur mise en scene yang digunakan dalam adegan ini adalah setting, acting
dengan teknik pengambilan gambar medium shot. Setting yang digunakan dalam
adegan ini adalah supermarket tempat Yamamoto bekerja. Acting digunakan
untuk melihat ekspresi kekesalan Yamamoto. Teknik pengambilan gambar yang
57
digunakan adalah medium shot yang bertujuan untuk memperlihatkan setting
secara keseluruhan dan juga memperlihatkan pergerakan secara lebih luas serta
memperlihatkan ekspresi Yamamoto.
Dalam adegan ini dapat dilihat bahwa Yamamoto merasa sedih sekaligus
merasa kesal kepada Gin’ougo yang meninggalkanya sendirian. Sikap uramu
sangat jelas terlihat saat Yamamoto melihat makanan kaleng yang sering
diberikan Yamamoto kepada Gin’ougo. Sangat terlihat kekesalan dari raut wajah
Yamamoto, seolah-olah membenci makanan kaleng yang mengingatkanya kepada
Gin’ougo. Namun sikap membenci ini bukan sikap permusuhan sebenarnya.
Karena di dalam kamar Yamamoto masih tersusun rapi barang-barang milik
Gin’ougo. Selain itu Yamamoto masih memajang foto Gin’ougo di rak bukunya.
Sikap Yamamoto yang merasa kesal melihat makanan Gin’ougo di tempat
kerjanya, merupakan ekspresi kekesalan Yamamoto yang ditinggal oleh Gin’ougo
dan juga kekecewaan karena setelah Gin’ougo meninggal tidak ada lagi yang akan
memperdulikan hasrat amae Yamamoto. Oleh karena itu sikap ini mengandung
unsur uramu yang dilakukan Yamamoto terhadap Gin’ougo.
Dari data-data yang ditemukan dalam film Kimi to Boku. Terdapat delapan
jenis sikap amae yang dapat terjadi dalam hubungan pemelihara dan hewan
peliharaan. Dari delapan jenis sikap amae yang ditemukan, satu di antaranya
menggambarkan sikap berbeda sehingga peneliti menjadikannya sembilan poin.
Sembilan gambaran sikap amae tersebut adalah tanomu, higamu, futekusareru,
tariiru, sumanai (maaf), hinekureru, amanzuru, sumaai (terima kasih) dan uramu.
58
Hal ini membuktikan bahwa konsep amae bisa terjadi dalam seluruh hubungan,
termasuk dalam hubungan pemelihara dan hewan peliharaan.
4.2.2 Perubahan Sikap Pemelihara kepada Hewan Peliharaan dalam
Film Kimi To Boku
4.2.2.1 Yamamoto berubah dari Pribadi yang Serius Menjadi Pribadi
yang Menyenangkan
Sejak kehadiran Gin’ougo dalam kehidupan Yamamoto, terlihat perubahan
sikap yang terjadi pada Yamamoto. Yamamoto yang awalnya merupakan
seseorang yang sangat serius dan ambisius terhadap mimpinya menjadi seorang
mangaka berubah menjadi seseorang yang lebih menyenangkan. Hal ini dapat
dilihat pada menit ke 00:08:42 – 00:11:50
Gambar 4.10 perubahan kepribadian Yamamoto
Dalam adegan ini terlihat Yamamoto yang sangat serius dan memiliki
ambisi yang besar untuk mewujudkan impianya sebagai seorang mangaka. Hal ini
terlihat dari perkataan Gin’ougo yang mengatakan “何かあると、本気で怒鳴っ
59
たりするし” yang artinya “apapun yang, kau selalu menanggapinya dengan
serius”. Yamamoto merupakan pribadi yang sangat serius. Bahkan saat Gin’ougo
hendak mengajak Yamamoto bermain, Yamamoto justru mengira bahwa
Gin’ougo hanya ingin menggangunnya. Setelah Gin’ougo mengalami penolakan
oleh Yamamoto. keesokan harinya pada pagi hari, Gin’ougo melakukan sikap
protes kepada Yamamoto dengan memakan makanan milik Yamamoto yang
berada di atas meja. Yamamoto terlihat kesal dengan tindakan yang dilakukan
oleh Gin’ougo tersebut. Hari berikutnya, Yamamoto masih tetap bersikap dingin
pada Gin’ougo. Saat itu Yamamoto sedang sibuk memainkan telepon
genggamnya. Gin’ougo yang merasa tidak diacuhkan oleh Yamaoto, berlari ke
arah Yamamoto dan berusaha untuk menggapai gantungan telepon genggam milik
Yamamoto. Saat itulah akhirnya Yamamoto menyadari bahwa selama ini
Gin’ougo bukan bermaksud untuk mengganggunya melaikan ingin mengajak
Yamamoto bermain bersama. Gin’ougo merasa senang karena akhirnya
Yamamoto mau menemaninya bermain. Terlihat dari monolog Gin’ougo yang
mengatakan “キミとボク本当によく遊んだね。楽しかったな” terlihat dalam
adegan tersebut Gin’ougo merasa senang karena akhirnya Yamamoto mau
bermain denganya.
Dari adegan tersebut membuktikan kebenaran dari teori dimensi interaksi
dalam hubungan pemelihara dan hewan peliharaan. Dalam proses interaksi yang
dilakukan pemelihara dan hewan peliharaan terdapat upaya penyesuaian perilaku.
Tanpa disadari, Yamamoto sebenernya telah melakukan proses penyesuaian
melalui interaksi selama hidup bersama Gin’ougo. Hal ini dibuktikan dengan
60
sikap Yamamoto yang awalnya menganggap Gin’ougo hanya ingin
menggangunya, akhirnya mengeti bahwa Gin’ougo hanya ingin mengajak
Yamamoto bermain.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari sikap higamu, futekusareru dan toriiru
yang dilakukan Gin’ougo kepada Yamamoto sebagai interaksi dalam melakukan
penyesuaian. Akhirnya bisa merubah Yamamoto dari pribadi yang serius dan
ambisius menjadi pribadi yang menyenangkan dan juga lebih santai dalam
menjalani hidup.
4.2.2.2 Yamamoto yang Awalnya Merasa Kasihan Menjadi Sayang
kepada Gin’ougo
Yamamoto awalnya membawa Gin’ougo ke aparment karena merasa
kasihan kepada Gin’ougo. Seiring dengan berjalanya waktu dan kenangan yang
mereka miliki, membuat Yamamoto menjadi sayang kepada Gin’ougo. Bahkan
Yamamoto sampai tidak ingin kehilangan Gin’ougo dan selalu berusaha untuk
memenuhi kebutuhan Gin’ougo. Perubahan sikap ini dapat terlihat pada menit ke
00:10:04 – 00:39:45
61
Gambar 4.11 Yamamoto memenuhi Kebutuhan Gin’ougo
Dalam adegan ini diceritakan Yamamoto membawa Gin’ougo pulang
karena merasa kasihan. Yamamoto awalnya sama sekali tidak berniat untuk
memelihara Gin’ougo. Yamamoto membawa Gin’ougo ke apartmentnya justru
karena ingin mencarikannya orang tua asuh untuk Gin’ougo. Oleh karena itu
Yamamoto memasang poster yang berisikan pencarian orang tua asuh. Tak lama
kemudian, seorang wanita mendatangi Yamamoto yang bermaksud untuk
mengadopsi Gin’ougo. Yamamoto memberikan Gin’ougo kepada wanita tersebut.
Setelah kepergian Gin’ougo bersama wanita tersebut, Yamamoto mulai
merasa kesepian. Tanpa disadari, Yamamoto selama ini mulai menyayangi
Gin’ougo. Akhirnya Yamamoto menyadari bahwa dirinya tidak bisa kehilangan
Gin’ougo. Yamamoto segera berlari mengejar wanita tersebut. Setelah bertemu
dengan wanita tersebut Yamamoto mengatakan “やっぱり差し上げられません。
本当にすみません” yang menyatakan bahwa Yamamoto tidak bisa menyerahkan
Gin’ougo karena Yamamoto tidak bisa berpisah dengan Gin’ougo. Saat tiba di
62
apartment, Yamamoto memohon kepada pemilik gedung agar Gin’ougo diizinkan
tinggal bersama Yamamoto. Dengan berat hati akhirnya pemilik gedung
memberikan izin Kepada Yamamoto.
Setelah mendapatkan izin dari pemilik gedung. Rasa sayang Yamamoto
kepada Gin’ougo semakin hari semakin bertambah. Yamamoto sudah
menganggap Gin’ougo lebih dari hewan peliharaanya. Terlihat dari sikap
Yamamoto yang memenuhi semua kebutuhan Gin’ougo seperti makanan kaleng
yang cukup mahal karena Gin’ougo tidak menyukai makanan kering, membelikan
tempat tidur khusus kucing dan menyediakan litter box untuk Gin’ougo.
Yamamoto tetap memenuhi kebutuhan Gin’ougo, walaupun saat itu Yamamoto
hanya bekerja paruh waktu sebagai pegawai di supermarket.
Dalam adegan tersebut membuktikan kebenaran teori dimensi Attachment
dalam hubungan pemelihara dan hewan peliharaan. Attachment merupakan tingkat
kasih sayang pemelihara dengan hewan peliharaanya sebagai sahabat. Dalam
hubungan ini, kebutuhan Gin’ougo menjadi suatu hal yang sangat
dipertimbangkan oleh Yamamoto. Yamamoto sebisa mungkin memberikan
fasilitas terbaik bagi Gin’ougo. Terbukti dengan sikap Yamamoto yang mengganti
makanan Gin’ougo dengan makanan kaleng yang cukup mahal, menyediakan
tempat tidur dan litter box untuk Gin’ougo.
Dari analisis di atas dapat disimpulkan bahwa Yamamoto yang awalnya
hanya merasa kasihan kepada Gin’ougo kemudian berubah menjadi rasa sayang.
Terbukti dari sikap Yamamoto yang memenuhi kebutuhan dan memberikan
63
fasilitas kepada Gin’ougo merupakan sikap kasih sayang pemelihara dan hewan
peliharaan sebagai sahabat.
4.2.2.3 Yamamoto Menganggap Gin’ougo Sebagai Sahabat
Kebersamaan Yamamoto dan Gin’ougo membuat hubungan keduanya
menjadi lebih dekat. Semakin lama, semakin besar rasa sayang Yamamoto kepada
Gin’ougo. Hubungan Yamamoto dan Gin’ougo bukan lagi sekedar hubungan
pemelihara dan hewan peliharaannya. Yamamoto sudah menggap Gin’ougo
sebagai sahabatnya. Sikap Yamamoto yang menggap Gin’ougo sebagai
sahabatnya terdapat pada menit ke 00:06:20 – 00:39:02
Gambar 4.12 Yamamoto memperlakukan Gin’ougo sebagai sahabat
Dalam film ini Yamamoto memberikan nama “Gin’ougo” kepada
kucingnya tersebut. Walaupun sempat menerima cemooh dari seorang teman
karena memberikan nama yang aneh kepada kucingnya. Yamamoto tidak
menghiraukannya karena bagi Yamamoto nama tersebut penuh makna.
Yamamoto juga selalu memberikan makanan terbaik kepada Gin’ougo. Terbukti
64
saat Gin’ougo tidak mau memakan makanan kering yang diberikan, Yamamoto
mengganti makanan Gin’ougo dengan makanan kaleng yang disukai Gin’ougo.
Sampai saat Gin’ougo sakit, Yamamoto membawa Gin’ougo ke rumah sakit
khusus hewan. Saat itu dokter mengatakan bahwa penyakit Gin’ougo sudah
sangat parah dan harus dilakukan euthanasia, namun Yamamoto menolaknya.
Yamamoto menolak saran dari dokter karena tidak ingin kehilangan sahabatnya
tersebut. Setelah pulang dari dokter, Yamamoto membaca banyak sekali buku
tentang penyakit hewan. Yamamoto berharap dapat menemukan cara untuk
menyembuhkan Gin’ougo, namun Yamamoto tidak menemukanya. Tepat 10
tahun 5 hari hidup bersama, Gin’ougo meninggal karena sakit. Yamamoto merasa
sangat sedih bahkan sampai menangis berhari-hari dan mengurung dirinya di
dalam kamar. Setelah berhari-hari mengurung diri di dalam kamar akhirnya
Yamamoto bisa mengiklaskan kepergian Gin’ougo dan melanjutkan hidupnya.
Dari adegan di dalam film ini terbukti kebenaran teori human substitule.
Pada dimensi ini, hubungan yang dimaksud adalah kecenderungan memanusiakan
yang bukan manusia. Dalalm film ini terlihat Yamamoto memberikan nama yang
penuh arti kepada kucingnya tersebut, yakni Gin’ougo. Selain itu Yamamoto
memberikan Gin’ougo makan, membawa Gin’ougo ke rumah sakit hewan ketika
Gin’ougo sedang sakit dan bersedih ketika Gin’ougo meninggal bahkan sampai
menangis bethari-hari.
Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa Yamamoto
mengalami perubahan sikap. Yamamoto yang awalnya membawa Gin’ougo
pulang ke apartmentnya karena merasa kasihan dan hanya ingin merawat
65
Gin’ougo, lama kelamaan menjadi rasa sayang dan kemudian menganggap
Gin’ougo sebagai sahabatnya. Yamamoto bahkan memperlakukan Gin’ougo
layaknya manusia, dengan selalu memprioritaskan kebutuhan Gin’ougo bahkan
saat Gin’ougo sakit.
Dari data-data di atas, dapat dilihat bahwa terdapat perubahan sikap yang
terjadi pada Yamamoto sebagai pemelihara. Yamamoto dan Gin’ougo sudah
melewati tahap kedekatan pemelihara dan hewan peliharaan. Pada masing-masing
tahap terdapat perubahan yang terjadi. Terdapat tiga tahap yang masing-masing
tahapnya mengalami perubahan. Pertama adalah tahap interaksi, Yamamoto dan
Gin’ougo melakukan penyesuaian sikap yang kemudian merubah Yamamoto dari
pribadi yang kerius menjadi pribadi yang leibih menyenangkan. Tahap kedua
adalah attachment, pada tahap ini terdapat perubahan sikap Yamamoto yang
awalnya kasihan menjadi sayang kepada Gin’ougo. Tahap ketiga adalah tahap
dimana Yamamoto sudah menganggap Gin’ougo sebagai sahabat. Pada tahap ini
hubungan yang terjalin sudah lebih dekat, terlihat dari sikap Yamamoto yang
sudah menganggap Gin’ougo sebagai sahabatnya.
66
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil proses analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ditemukan 9 gambaran sikap amae yang terjadi dalam hubungan
pemelihara dan hewan peliharaan, diantaranya adalah:
a. Tanomu
Sikap tanomu terjadi pada saat Yamamoto memberikan Gin’ougo
makan.
b. Higamu
Sikap higamu terjadi saat Gin’ougo mendapatkan penolakan dari
Yamamoto.
c. Futekusareru
Sikap futekusareru terjadi pada saat Gin’ougo memakan makananan
Yamamoto sebagai sikap protes kepada Yamamoto.
d. Toriiru
Sikap toriiru terjadi saat Gin’ougo mencari perhatian kepada Yamamoto.
Yamamoto.
e. Sumanai (maaf)
Sikap sumanai (maaf) terjadi saat Yamamoto meminta maaf kepada
Gin’ougo.
67
f. Hinekureru
Sikap hinekureru terjadi pada saat Yamamoto bersikap acuh tak acuh
kepada Gin’ougo.
g. Amanzuru
Sikap amanzuru terjadi saat Yamamoto mengetahui Gin’ougo menderita
penyakit yang sangat parah.
h. Sumanai (terima kasih)
Sikap sumanai (terima kasih) terjadi pada saat Gin’ougo mengucapkan
terima kasih kepada Yamamoto yang sudah menemani dan merawat
Gin’ougo.
i. Uramu
Sikap uramu terjadi pada saat Gin’ougo meninggalkan Yamamoto.
2. Ditemukan 3 perubahan sikap yang terjadi dalam hubungan pemelihara dan
hewan peliharaan, yakni:
a. Yamamoto berubah dari pribadi serius menjadi pribadi yang
menyenangkan
b. Yamamoto yang awalnya merasa kasihan berubah menjadi menyayangi
Gin’ougo.
c. Yamamoto menganggap Gin’ougo sebagai sahabat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa terdapan 9 jenis gambaran
sikap amae yang terjadi antara Yamamoto sebagai pemelihara dan Gin’ougo
sebagai hewan peliharaan, serta terdapat perubahan sikap Yamamoto kepada
Gin’ougo dalam film Kimi to Boku.
68
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian tentang perilaku amae antara pemelihara dan
hewan peliharaan dalam film Kimi to Boku karya sutradara Takashi Kubota.
Peneliti menyarankan peneliti selanjutkan untuk melakukan penelitian tentang
perbandingan pandangan masyarakat terhadap hewan peliharan di Jepang dengan
Indonesia. Penelitian tersebut dapat dikaji menggunakan antropologi sastra,
karena sastra merupakan bagian dari kebudayaan. Selain itu, kebudayaan
merupakan cerminan masyarakat, dengan begitu dapat menghasilkan kesimpulan
yang berguna untuk menambah pengetahuan pembelajar tentang kebudayaan
Jepang.
69
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Data
Film Kimi To Boku, Takashi Kubota.14 Mei 2011.Jepang.
Sumber Buku
Basrowi dan Suwandi. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka
Cipta
Doi, Takeo. 1992. Anatomi Dependensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Koentjaraningrat. 1976. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara baru
Moleong, Loxy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Karya
Nazir, Moh. 2014. Metode Penelitian.Bogor: Ghalia
Ratna, Nyoman Kutha. 2015. Teori, Metode, Dan Teknik Penelitian Sastra.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Walgito, Bimo. 1994. Pengantar Psikologi (Suatu Pengantar) Yogyakarta: Andi
Offset
______. 2011 . Antropologi Sastra: Peranan Unsur-Unsur Kebudayaan Dalam
Proses Kreatif .Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sumber Website
Hermanto, Yobel. 2017. Manfaat Dari Memelihara Hewan Peliharaan.Diakses
dari https://keluarga.com/1533/manfaat-dari-memelihara-hewan-
peliharaan pada 3 Agustus 2017, 16.05
Jepang net. 2012. Kenapa Orang Jepang Lebih Memilih Memiliki Hewan
Peliharaan (Bagian 1). Diakses dari
http://www.jepang.net/2012/06/kenapa-orang-jepang-lebih-memilih-
hewan_26.html pada 16 September 2017, 16.13
70
______. 2016. Kenapa Orang Jepang Lebih Memilih Memiliki Hewan
Peliharaan (Bagian 2). Diakses dari
http://www.jepang.net/2012/06/kenapa-orang-jepang-lebih-memilih-
hewan_26.html pada 16 September 2017, 16.48
Nbakki. 2014. How Many Cat In Tokyo. Diakses dari
http://nbakki.hatenablog.com/entry/2014/04/23/220551 pada 16
September 2017, 18.09
______. 2015. How Many Cat In Japan 2014. Diakses dari
http://nbakki.hatenablog.com/entry/How_Many_Cats_Japan pada 16
September 2017, 18.43
Nippon. 2016. Going to the Dogs and Cats: Two of Japan’s Favorite Pets. Diakses
dari http://www.nippon.com/en/nipponblog/m00106/ pada 3 Agustus
2017, 09.18
Repiurepiupelem. 2012. Kimi To Boku, Romantisme Antara Kucing Dan Manusia.
Diakses dari https://repiurepiupelem.wordpress.com/2012/08/23/kimi-to-
boku-romantisme-antara-kucing-dan-manusia/ pada 3 Agustus 2017, 10.55
Repository. 2013. Gambaran Umum Terhadap Pet Boom Di Jepang. Diakses dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/54340/Chapter%20
II.pdf;jsessionid=C17CF2D9ACDB0AE14E11E018E59BBF6D?sequence
=4 pada 16 September 2017, 19.06
______. 2014.Dimensi Hubungan Pemelihara dan Hewan peliharaan. Diakses
dari http://e-Journal.uajy.ac.id/7006/3/EM218412.pdf pada 3 Agustus
2017.
Sumber Skripsi
Saadati, Alfi. 2015. Perilaku Amae Dalam Serial Drama Kimi Wa Petto Karya
Sutradara Kato Arata, Kaneko Fumimori Dan Takanari Mahoko. Skripsi.
Universitas Brawijaya
Sattvika, Ida Ayu. 2013. Fenomena Pet Boom Di Jepang Yang Tercermin Dalam
Drama Juui Dolittle Karya Katsuaki Setoguchi. Skripsi. Universitas
Brawijaya