4
BAB IPENDAHULUAN
1. 1.1 Latar BelakangBertambah majunya kehidupan ekonomi,
meningkatnya berbagai teknologi dan fasilitas kesehatan menyebabkan
meningkatnya angka harapan hidup manusia.Meningkatnya angka harapan
hidup ini berdampak pada meningkatnya jumlah penduduk
lansia.Berdasarkan data dari BPS tahun 1992, pada tahun 2000
diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99% dari jumlah
seluruh penduduk Indonesia (22juta) dan jumlah ini diperkirakan
meningkat menjadi 11,9% pada tahun2020.Menua merupakan fenomena
universal, namun derasnya atau lajunya berbeda-beda antar individu.
Dengan melanjutnya usia terjadi berbagai perubahan pada tubuh kita.
Orang usia lanjut pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih
lambat dan mobilisasinya kurang begitu baik dibandingkan masa muda
mereka. Perubahan dalam kemampuan mobilisasi ini disebabkan oleh
pengaruh fisik dan psikologis.Mobilisasi adalah kemampuan untuk
bergerak secara aktif baik itu yang bersifat fisikatau mental.
Mobilisasi dapat juga diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
melakukan gerakan secara aktif dengan sendirinya tanpa bantuan
orang lain.Faktor yang mempengaruhi mobilisasi lansia adalah factor
fisik dan psikis salah satunya yaitu depresi.Depresi merupakan
salah satu bentuk gangguan mood yang dapat mempengaruhi pemikiran,
pengambilan keputusan, perilaku, hubungan interpersonal dan fungsi
tubuh secara keseluruhan pada si penderita. Depresi adalah suatu
gangguan psikiatri yang paling sering menyerang manusia pada segala
usia, khususnya Lansia.Lansia sering merasa sedih dan pesimis yang
berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat berupa serangan yang
ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam.Data
yang diperoleh dari Depkes (1998), populasi lansia diatas 60 tahun
adalah 7,2% (populasi lansia kurang lebih 15 juta). Peningkatan
angka kejadian kasus depresi berbanding lurus dengan meningkatnya
harapan hidup suatu populasi.Kira-kira 5% usialanjut 65-70 telah
menderita depresi dan meningkat dua kali lipat setiap 5 tahun
mencapai lebih 45% dari usia diatas 85 tahun.Studi pendahuluan yang
dilakukan peneliti pada 22 September 2013 di Panti Werdha, Natar,
Lampung Selatan.Informasi yang diperoleh dari pengurus panti
didapatkan lansia yang tidak bias melakukan mobilisasi ada 5%, yang
melakukan mobilisasi tapi dengan bantuan ada 78% dan yang melakukan
mobilisasi tanpa bantuan ada 17% serta yang mengalami depresi ada
90% dari seluruh lansia yang tinggal di Panti Werdha, Natar,
Lampung Selatan. Adanya peningkatan yang cukup tinggi terkait
fenomena depresi depresi pada lansia turut mempengaruhi aktivitas
keseharian lansia, termasuk mobilisasi. diIndonesia sendiri belum
banyak penelitian yang melihat hubungan depresi dengan mobilisasi.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara depresi dengan mobilisasi lansia
diPanti Werdha, Natar, Lampung Selatan.
1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan uraian di atas, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian inia dalah : Apakah Ada
hubungan antara tingkat depresi dengan gangguan mobilisasi lansia
di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung tahun 2013?
1.3 Tujuan Penelitian1.3.1. Tujuan UmumTujuan umum dalam
penelitian ini adalah diketahuinya hubungan antara tingkat depressi
dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung
Selatan, Lampung tahun 2013.
1.3.2. Tujuan Khusus1. Untuk mengetahui tingkat depresi pada
lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan2. Untuk mengetahui
gangguan mobilisasi lansia Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan3.
Untuk mengetahui Hubungan antara tingkat depresi dengan gangguan
mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan1.4
Manfaat Penelitian1. Bagi Tempat PenelitianSebagai bahan referensi
bagi instansi Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan untuk mengetahui
tingkat depresi dan pengaruhnya pada mobilisasi lansia sehingga
dapat dilakukan penanganan yang lebih baik.2. Bagi Institusi
PendidikanSebagai penambah informasi untuk mahasiswa jurusan
Program Study Ilmu Keperawatan dalam melakukan penelitian terutama
yang berkaitan dengan Depresi pada Lansia.3. Bagi
PenelitiMenerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan
penelitian dan menambah pengetahuan penulis tentang hubungan antara
tingkat depresi dengan gangguan mobilisasi lansia.4. Bagi Peneliti
SelanjutnyaDiharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan ilmu
pengetahuan dalam melakukan penelitian selanjutnya tentang
kesehatan jiwa lansia khususnya mengenai tingkat depresi pada
lansia
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis2.1.1 Lansia2.1.1.1. Pengertian
LansiaMenurut UU no.4 tahun 1969 yang termuat dalam pasal 1
seseorang dikatakan lansia setelah 55 tahun, tidak mampu atau tidak
berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari
dan menerima nafkah dari orang lain (Nugroho, 2000). Menurut
organisasi kesehatan dunia dan undang-undang no.13 tahun 1998
seseorang dikatakan lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun keatas. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diatas
bisa disebutkan bahwa yang disebut lansia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. Dimana pada masa ini seseorang
mengalami kemunduran fisik, mental, sosial, dan spiritual yang akan
mempengaruhi semua aspek kehidupan yang akan dialami oleh semua
orang karena lansia merupakan tahapan dari hidup manusia yaitu
lanjutan dari usia dewasa.
2.1.1.2. Batasan-Batasan Lanjut UsiaBerdasarkan WHO Lanjut usia
meliputi:a. Usia pertengahan (middle age) = usia 45-59 tahunb.
Lanjut usia (elderly)= usia 60-74 tahunc. Lanjut usia tua (old) =
usia 75-90 tahund. Usia sangat tua (very old) = usia > 90
tahun
2.1.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketuaan :a.
Hereditas/keturunanb. Nutrisi/makananc. Status kesehatand.
Pengalaman hidupe. Lingkunganf. Stress
2.1.1.4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia
:Berbagai masalah fisik/biologis dan sosial akan muncul pada lanjut
usia sebagai proses menua atau penyakit degeneratif yang muncul
seiring dengan menuanya seseorang. Menua merupakan proses yang
alamiah yang akan dialami oleh setiap individu. Hal ini ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh dalam penyesuaian diri terhadap
perubahan-perubahan terkait usia. Perubahan-perubahan terkait usia
melalui perubahan fisik, perubahan psikososial, dan perkembangan
spiritual. Pada lanjut usia umumnya akan mengalami perubahan fisik
dan psikososial :a. Perubahan fisikSel lebih sedikit jumlahnya,
kecil ukurannya, cairan tubuh dan intraseluler berkurang, hubungan
persyarafan lambat dalam respon, berkurangnya penglihatan,
hilangnya pendengaran, rendahnya ketahanan terhadap dingin, tekanan
darah menurun (mengakibatkan pusing mendadak) dan juga tekanan
darah meninggi, jantung berdebar-debar, otot-otot pernafasan hilang
kekuatannya dan menjadi kaku, paru-paru kehilangan elastisitas,
menarik nafas lebih berat, nyeri dada, kehilangan gigi, hilangnya
sensitivitas dari syaraf pengecap di lidah terutama rasa manis dan
asin, rasa lapar menurun, konstipasi, dan berat badan menurun,
ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, frekuensi buang air seni
meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga mengakibatkan meningkatnya retensi urin, sukar menahan
buang air kecil (inkontinensia urin), produksi dari hampir semua
hormon menurun, menurunnya hormon kelamin, misal: progesteron,
estrogen, testoteron, kulit-kulit keriput akibat hilangnya lemak
dan menurunnya turgor kulit, kulit kepala dan rambut menipis, warna
kelabu, kuku jari menjadi keras dan rapuh, mudah gatal-gatal,
otot-otot kram, nyeri pinggang, dan mudah jatuh.b.
Perubahan-perubahan mental Pertama-tama dipengaruhi oleh perubahan
fisik, khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan,
keturunan (hereditas), dan lingkungan. c. Perubahan-perubahan
psikososialPensiun, kesepian, gangguan gizi, penyakit kronis.
Merasakan atau sadar akan kematian, gangguan syaraf dan panca
indra, hilangnya kekuatan organ-organ tubuh yang mengakibatkan
ketegangan fisik serta hilangnya hubungan dengan teman-teman sebaya
dan sanak-saudara atau famili.
2.1.2 Mobilisasi2.1.2.1. Pengertian MobilisasiMobilisasi mengacu
pada kemampuan seseorang untuk berjalan, bangkit, berdiri dan
kembali ke tempat tidur, kursi, kloset, duduk dan sebagainya,
disamping menggunakan ekstremitas.Mobilisasi mempunyai banyak
tujuan, seperti mengekspresikan emosi, dengan gerakan nonverbal,
pertahanan diri, pemenuhan kebutuhan dasar, aktivitas hidup
sehari-hari, dan kegiatan rekreasi. Dalam mempertahankan mobilisasi
fisik secara optimal maka sistem saraf, otot, dan skeletal harus
tetap utuh dan berfungsi baik.Mobilisasi merupakan salah satu aspek
yang paling penting dilihat dari sudut pandang fungsi psikologis
karena mobilisasi adalah hal yang sangat mendasari untuk
mempertahankan atau memelihara kebebasan karena konsekuensi yang
serius akan terjadi ketika kebebasan itu hilang.
2.1.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasia. Faktor
fisikAdanya penyakit-penyakit seperti rematik (arthritis) pada
lutut atau tulang belakang, patah tulang akibat osteoporosis,
stroke, gangguan pada telapak kaki atau jari-jari kaki juga
menyebabkan lansia tidak ingin atau tidak mampu berjalan dan
lain-lain.b. Faktor psikisAdanya Parkinson, demensia, depresi,
kekhawatiran jatuh pada diri lansia atau kondisi keluarga juga
mempengaruhi mobilisasi pada lanjut usia. Berbagai penyebab psikis
yang mempengaruhi perubahan dalam kemampuan gangguan mobilisasi
berasal dari kesadaran tentang merosotnya dan perasaan akan rendah
diri kalau dibandingkan dengan orang yang lebih muda dalam arti
kekuatan, kecepatan dan ketrampilan. Tekanan emosional, yang
berasal dari sebab-sebab psikis dapat mempercepat mobilisasi untuk
mencoba melakukan sesuatu yang mungkin akan membahayakan baginya.
c. Faktor lingkungan1) Rumah harus memiliki ventilasi, jendela,
atap dan pintu yang memadai untuk sirkulasi udara dan cahaya.2)
Lantai tidak licin dan menggunakan warna yang mencolok untuk lantai
yang bertingkat.3) Kamar mandi atau toilet dibangun di area yang
mudah dijangkau olah lansia. Tersedianya halaman depan atau halaman
belakang yang cukup luas dan asri.4) Tempatkan perabotan jauh dari
area mobilisasi lansia.5) Pasang pegangan sepanjang area mobilisasi
lansia.
2.1.2.3. Komponen-komponen MobilisasiTerdapat beberapa komponen
dalam mobilisasi lansia, diantaranya yaitu:a. Kemandirian
Kemandirian seorang lansia akan menimbulkan keberanian lansia dalam
mobilisasi.b. Latihan pertahanan (Resistance training). Latihan
pertahanan meliputi kecepatan gerak sendi luas lingkup gerak sendi
(Range ofmotion) dan jenis aktivitas fisik bersifat untuk
ketahanan, dapat membantu jantung, paru-paru, otot, dan sistem
sirkulasi darah tetap sehat dan membantu tubuh mereka bertenaga.
Contoh berjalan kaki, lari ringan, berkebun ataupun di sawah
kekuatan yang dihasilkan karena pemendekan atau pemanjangan otot.c.
Daya tahan (Endurance). Daya tahan akan meningkatkan kekuatan yang
didapatkan dari latihan pertahanan. Aktivitas fisik yang bersifat
untuk kekuatan dapat membantu kerja otot tubuh dalam menahan
sesuatu beban yang diterima, tulang tetap kuat, dan mempertahankan
bentuk tubuh serta membantu meningkatkan pencegahan terhadap
penyakit seperti osteoporosis (keropos pada tulang). d.
KelenturanKelenturan merupakan komponen yang sangat penting ketika
lansia melakukan kegiatan karena pada lansia banyak terjadi
pembatasan luas lingkup gerak sendi akibat kekakuan otot dan
tendon. Aktivitas fisik yang bersifat untuk kelenturan dapat
membantu pergerakan lebih mudah, mempertahankan otot tubuh tetap
lemas (lentur) dan sendi berfungsi dengan baik. Contoh mencuci
piring, mencuci pakaian mobil dan mengepel lantai.e.
KeseimbanganKeseimbangan pada lansia harus dipertahankan karena
gangguan keseimbangan pada lansia saat kegiatan dapat menyebabkan
lansia mudah terjatuh. Komponen yang terkait dengan mobilisasi
lansia diantaranya, yaitu:1) Sistem skeletalSkelet adalah rngka
pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang. Skelet
merupakan tempat melekatnya otot dan ligamen. Iakatan ini yang
menyebabkan mobilisasi dari gerakat skelet, seperti : membuka dan
menutup mulut atau meluruskan lengan atau kaki
2) Karakteristik tulangKarakteristik tulang meliputi kekokohan,
kekuatan dan elastisitas. Kekokohan tulang itu merupakan hasil dari
adanya garam anorganik seperti kalsium dan fosfat yang tersebar
dalam matrik tulang. Kekokohan berhubungan dengan kekakuan tulang,
yang penting untuk mempertahankan tulang panjang tetap lurus, dan
membuat tulang tetap lurus serta membuat tulang dapat menyangga
berat badab saat berdiri. Selain itu, tulang mempunyai tingkat
elastisitas dan fleksibilitas skelet yang dapat berubah sesuai
usia.3) SendiSendi adalah hubungan diantara tulang. Setiap sendi
diklasifikasikan sesuai dengan struktur dan tingkat
mobilisasinya.4) LigamenLigamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang
berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu
dan menghubungkan tulang dengan kartilago. Ligamen bersifat elastis
sehingga membantu fleksibilitas sendi dan mendukung sendi.5)
TendonTendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih,
mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon bersifat
kuat, fleksibel dan tidak elastis.
6) KartilagoKartilago adalah jaringan penyambung yang tidak
mempunyai vaskuler, yang terletak terutama di sendi dan di toraks,
trakhea, laring, hidung, dan telinga. Kartilago permanen tidak
mengalami osifikasi kecuiali pada lansia dan penyakit
osteoartritis.7) Otot skeletOtot skelet mempunyai kemampuan untuk
berkontransi dan berelaksasi, merupakan elemen kerja dari
pergerakan
2.1.2.4. Macam-macam MobilisasiMacam-macam mobilisasi menurut
Miller, 2004 yaitu :a. Mobilisasi penuhMobilisasi penuh ini
menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu mengontrol seluruh
area tubuh. Mobilissi penuh mempunyai banyak keuntungan bagi
kesehatan, baik fisiologi maupun psikologis bagi seseorang untuk
memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan
interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari-hari.b.
Mobilisasi sebagianSeseorang yang mengalami mobilisasi sebagian
umumnya mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area
tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi :1) Mobilisasi
temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistem
muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang2) Mobilisasi
permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistem syaraf yang
reversibel.
2.1.2.5. Mobilisasi Pada LansiaManfaat mobilisasi yang tepat dan
benar bagi lansia :a. Meningkatkan kemampuan dan kemauan seksual
lansiab. Kulit tidak cepat keriput atau menghambat proses penuaanc.
Meningkatkan keelastisan tulang sehingga tulang tidak mudah patahd.
Menghambat pengecilan otot dan mempertahankan atau mengurangi
kecepatan penurunan kekuatan otot.
2.1.2.6. Alat Ukur MobilisasiAlat ukur mobilisasi menggunakan
Indeks Barthel yang sudah dimodifikasi yang diambil dari buku yang
berjudul Medical Care yang terdiri dari 10 pertanyaan diantaranya
yaitu : melakukan makan, mengenakan pakaian atas, mangenakan
pakaian bawah, mengenakan pelindung, mencuci pakaian, cuci
muka/mandi, mengendalikan kandung kemih, mengendalikan usus besar,
melakukan perawatan perineum, berpindah ke/dari kursi, berpindah
ke/dari toilet, berpindah ke/dari kamar mandi, berjalan sepanjang
50 meter, naik/turun tangga satu lantai, menggunakan kursi roda
sepanjang 50 meter. Dari pertanyaan diatas diperoleh hasil
tertinggi 100 dan terendah 1, dengan pembagian kriteria mandiri
utuh 100 skor, mandiri terbatas 80 skor dan bantuan (pembantu) 40
skor.
2.1.3 Depresi 2.1.3.1. Pengertian Depresi adalah suatu perasaan
sedih dan pesimis yang berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat
berupa serangan yang ditujukan pada diri sendiri atau perasaan
marah yang dalam. Gejala-gejala umum: pandangan kosong, kurang atau
hilangnya perhatian pada diri, orang lain atau
lingkungannya,inisiatif menurun, ketidakmampuan untuk
berkonsentrasi, aktivitas menurun, kurangnya nafsu makan, sedih dan
mungkin susah tidur di malam hari, dan bangun terlambat.Depresi
merupakan salah satu bentuk gangguan mood yang dapat mempengaruhi
pemikiran, pengambilan keputusan, perilaku, hubungan interpersonal
dan fungsi tubuh secara keseluruhan pada si penderita. Depresi
adalah suatu gangguan psikiatri yang paling sering menyerang
manusia pada segala usia, khususnya Lansia.Depresi adalah gangguan
emosional yang bersifat tertekan, sedih, tidak bahagia, tidak
berharga, tidak berarti, tidak mempunyai semangat dan pesimis
terhadap hidup. Depresi adalah suatu bentuk gangguan kejiwaan dalam
alam perasaan. Berdasarkan PPDGJ III (Pedoman Penggolongan Dan
Diagnosis Gangguan Jiwa III), disebut sebagai depresi berat bila
ditemukan 5 dari gejala-gejala ini: 1. Mood depresi hampir
sepanjang hari, 2. Insomnia atau hipersomnia, 3. Hilang minat dan
rasa senang secara nyata dalam aktivitas normal, 4. berat badan
menurun atau bertambah, 5. agitasi atau retardasi psikomotor, 6.
kelelahan atau tidak punya tenaga, 7. sulit konsentrasi, 8. rasa
tidak berguna atau rasa bersalah yang berlebihan, 9. pikiran
berulang tentang kematian, 10. percobaan/ide bunuh diri dan
gejala-gejala ini bukanlah akibat dari tindakan medis atau karena
pengaruh zat kimia. Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan untuk
mengatasi depresi, di antaranya mengadakan kontak dengan Lansia
sesering mungkin secara verbal maupun non verbal, libatkan Lansia
dalam aktivitas sehari-hari, menyediakan waktu untuk menemaninya,
dan memberi motivasi.
2.1.3.2. Ciri-ciri DepresiCiri-ciri depresi antara lain: 1.
perasaan sedih berlebihan, 2. merasa tidak berharga, 3. berpusat
pada kegagalan, 4. tidak ada harapan, 5. merasa kosong, 6. ide
bunuh diri, 7. murung, 8. tidak berminat pada pemeliharaan diri,
dan 9. aktivitas sehari-hari.
2.1.3.3. Tingkatan DepresiAdapun menurut Lenze et al (2001),
tingkatan depresi dibagi atas 3 tingkat, yaitu:a. Depresi
ringanSementara, alamiah, adanya rasa sedih, perubahan proses
pikir, komunikasi sosial, dan tidak nyaman.b. Depresi sedang1)
Afek: murung, cemas, kesal, marah, menangis, rasa bermusuhan, dan
harga diri menurun.2) Proses pikir: perhatian sempit, berpikir
lambat, ragu-ragu, bimbang, konsentrasi menurun, putus asa,
pesimis.3) Sensasi somatik dan aktivitas motorik: bergerak lambat,
tugas terasa berat, sakit kepala, mual, dan muntah.4) Pola
komunikasi: berbicara lambat, komunikasi verbal kurang, komunikasi
non-verbal meningkat.5) Partisipasi sosial: menarik diri, tidak mau
bekerja, mudah tersinggung, tidak memperhatikan kebersihan diri.c.
Depresi beratMempunyai 2 episode yang berlawanan yaitu melancolia
(rasa sedih tertentu berat) dan mania (rasa gembira berlebihan
disertai gerakan hiperaktif).1) Gerakan afek: pandangan kosong,
perasaan hampa, putus asa, inisiatif berkurang.2) Gangguan proses
pikir: halusinasi dan wahana konsentrasi berkurang, pikiran merusak
diri.3) Sensasi somatik dan aktif motorik: diam dalam waktu lama,
tiba-tiba hiperaktif, bergerak tanpa tujuan, kurang merawat diri,
tidak mau makan dan minum, berat badan turun, bangun pagi sekali
dengan perasaan tidak enak, tugas yang ringan terasa berat.4) Pola
komunikasi dan peran sosial: komunikasi verbal kurang dan menarik
diri.
2.1.3.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi depresiFaktor-faktor
yang mempengaruhi depresi antara lain: penyakit kronik, usia, jenis
kelamin, stressor psikososial, dan lingkungan. Sejumlah faktor
pencetus depresi pada Lansia, antara lain faktor biologik,
psikologik, stres kronis, penggunaan obat. Faktor biologik misalnya
faktor genetik, perubahan struktural otak, faktor risiko vaskular,
kelemahan fisik. Sedangkan faktor psikologik pencetus depresi pada
lansia, yaitu tipe kepribadian, relasi interpersonal. Peristiwa
kehidupan seperti berduka, kehilangan orang dicintai, kesulitan
ekonomi dan perubahan situasi, stres kronis dan penggunaan
obat-obatan tertentu.
2.1.3.5. Pengukuran Tingkat DepresiStatus depresi Lansia dapat
diukur dengan menggunakan instrumen terstruktur GDS-15 (Geriatric
Despression Scale 15-Item/Skala Depresi Geriatri) dengan rentang
nilai 0 s.d. 15. Alat ukur ini memiliki sensitivitas 88,9% dan
spesifisitas 47,8%.
2.2 Kerangka TeoriLansia adalah akhir dari penuaan, tahap yang
mengalami banyak perubahan fisik maupun mental. Dengan perubahan
fisik lansia mengalami penurunan pendengaran dan penglihatan,
lansia yang sehat secara mental yaitu lansia yang menyenangi
aktivitas sehari-hari. Gerakan motorik yang berulang atau kompulsif
bisa merupakan indikasi kelainan obsesif-kompulsif. Berulang
memungut sesuatu ataukotoran dari pakaian terkadang dikaitkan
dengan demensia atau kondisitoksik. Lansia yang mengalami Depresi
akan mengakibatkan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan
sehari-hari.Kerangka teori adalah hubungan antar konsep berdasarkan
studi empiris. kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan
penelitian yang dilakukan.
Faktor Lingkungan :Keadaan lingkungan sekitarFaktor Psikis
:DemensiaDepresiFaktor Fisik :Penyakit yang mengganggu
mobilisasiKemandirianLatihan pertahananDaya
tahanKelenturanKeseimbanganSistem skeletalKarakteristik
tulangSendiLigamenTendonMobilisasi Lansia
Gambar 2.1 Kerangka Teori Hubungan Antara Depresi Dengan
Mobilisasi Lansia (Sumber: Soejono, 2002)
2.3 Kerangka KonsepKerangka konsep adalah abstarksi yang
terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus (Notoatmodjo,
2012). Jika kerangka teori digunakan untuk memberikan landasan
penelitian yang dilakukan, maka konsep dimaksudkan untuk
menjelaskan makna dan maksud teori yang dipakai, untuk menjelaskan
kata-kata yang mungkin masih abstrak dalam teori
IndependenDepresi DependenMobilisasi lansia.
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Hubungan Antara Depresi Dengan
Mobilisasi Lansia
2.4 HipotesisHipotesa adalah suatu jawaban sementara dari
pertanyaan penelitian. Biasanya hipotesa ini dirumuskan dalam
bentuk hubungan antara dua variabel, yaitu variabel bebas dan
variabel terikat. Hipotesa berfungsi untuk menentukan kearah
pembuktian, artinya hipotesa ini merupakan pertanyaan yang harus
dibuktikan. Rumusan hipotesa sudah akan tercermin variabel-variabel
yang akan diamati atau diukur, dan bentuk hubungan antara
variabel-variabel yang akan dihipotesiskan.Hipotesis dalam
penelitian ini adalah : Ha= Ada hubungan antara tingkat depresi
dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha Natar, Lampung
Selatan Tahun 2013.Ho= Tidak Ada hubungan antara tingkat depresi
dengan gangguan mobilisasi lansia di Panti Werdha Natar, Lampung
Selatan Tahun 2013.
BAB IIIMETODE PENELITIAN
2.5 Jenis PenelitianJenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah deskriptif analitik yaitu suatu metode
penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk membuat gambaran
dengan mencari hubungan antara dua variable pada suatu situasi atau
sekelompok subjek. Penelitian ini menggambarkan korelasi antara
depresi dengan mobilisasi lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung
Selatan, Lampung tahun 2013.
2.6 Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan pendekatan
cross sectional di mana data yang menyangkut variable bebas atau
risiko dan variable terikat atau variable akibat, akan dikumpulkan
dalam waktu yang bersama. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah depresi, sedangkan variable terikatnya adalah mobilisasi
lansia di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung.
2.7 Lokasi Dan Waktu PenelitianPenelitian ini dilaksanakan di
Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan, Lampung.Waktu penelitian
dimulai pada tanggal 10 November 2013 22 Desember 2013.2.8 Populasi
dan Sampel2.1.4 PopulasiPopulasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.Populasi yang diteliti adalah
seluruh lansia yang tinggal di Panti Werdha, Natar, Lampung
Selatan, Lampung yang pada saat ini berjumlah 60 orang.
2.1.5 Sampel dan Teknik SampelSampel adalah sebagian atau wakil
populasi yang diteliti.Teknik sampel yang digunakan pada penelitian
ini adalah Random Sampling yaitu teknik penentuan sampel yang
dilakukan secara acak. Pengambilan sampel harus memperhatikan
kriteria-kriteria sebagai berikut :1. Kriteria inklusi adalah
karakteristik umum subjek penelitian dari suatu populasi target
yang terjangkau, yang diteliti yaitu:a. Lansia yang bersedia untuk
ditelitib. Mampu berkomunikasi secara verbal dan kooperatifc. Mampu
mengingat kejadian yang baru saja dialamid. Mampu melakukan
mobilisasi2. Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan subjek yang
tidak memenuhi criteria inklusi dari studi karena berbagai sebab,
yaitu :a. Status hubungan keluargab. Karena usiac. Karena dibuang
keluarganyad. Lansia yang cacatJumlah sampel yang akan diteliti
dihitung berdasarkan rumus slovin sehingga diperoleh jumlah sampel
sebagai berikut:
Keterangan : n = Jumlah SampelN = Jumlah Populasid = Nilai
ToleransiDari perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak
52,17 maka dibulatkan menjadi 52 sampel.
2.9 Definisi OperasionalDefinisi operasional variable adalah
unsure penelitian yang mengungkapkan bagaimana mengukur suatu
variabel. Definisi operasional berguna untuk mengarahkan kepada
pengukuran terhadap variabel yang bersangkutan serta
mengembangkannya.
Tabel 3.1 Definisi OperasionalVariabelPenelitianDefisi
OperasionalAlat Ukur Cara UkurHasilUkurSkalaPengukuran
DepresiDepresi adalah suatu perasaan sedih dan pesimis yang
berhubungan dengan suatu penderitaan, dapat berupa serangan yang
ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang dalamBeck
Depression InventoryWawancaraSkor : 1-63
Interval
MobilisasiMobilisasiadalahkemampuanseseoranguntukberjalan,
bangkit,berdiri, dankembaliketempattidur, kursi,kloset,
dudukdansebagainyapadalansiadi Panti Werdha NatarIndex Barthel
WawancaraSkor: 1-100Interval
2.10 Metode Pengumpulan Data3.6.1 Cara Pengumpulan
DataPengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara kepada sampel
penelitian (data primer). Data sekunder didapatkan dengan cara
mencatat data yang ada di Panti Werdha, Natar, Lampung Selatan,
Lampung. Setelah mendapat ijin dari Pengurus Panti Werdha, Natar,
Lampung Selatan, Lampung yang terlebih dahulu mengajukan ijin
penelitian.
Prosedur pengumpulan data yang dilakukan melalui tahap sebagai
berikut:1. Peneliti mengurus surat menyurat yang berkaitan dengan
persyaratan penelitian dan perijinan kapada kepala pengurusPanti
Werdha, Natar, Lampung Selatan2. Peneliti meminta persetujuan
responden untuk mengadakan wawancara.3. Peneliti melakukan
wawancara kemudian responden menjawab dan jawaban tersebut diisikan
peneliti kedalam angket yang telah tersedia.4. Jika wawancara telah
selesai, kemudian langsung dilakukan pengolahan dan analisis
data.
3.6.2 Instrumen PenelitianAlat yang digunakan untuk mengukur
variable depresi dengan gangguan mobilisasi lansia adalah Beck
Depression Inventory dan Index Barthel.Pada bagian Beck Depression
Inventory berisi 21 pertanyaan yang digunakan untuk mengukur
tingkat depresi lansia, setiap pertanyaan memiliki skor 0-3. Skor
maksimal adalah 63. Responden dikatakan tidak mengalami depresi
atau depresi rendah jika mendapatkan skor 1-16, mengalami depresi
sedang dengan skor 17-30, dan mengalami depresi berat dengan skor
31-63.Pada bagian Index Barthel terdapat 10 pertanyaan untuk
mengukur tingkat mobilisasi lansia. Skor diberikan sesuai dengan
kondisi responden. Responden diberi skor 0 jika tidak mandiri,
diberi skor 5 jika mandiri tetapi masih banyak memerlukan bantuan
orang lain, diberi skor 10 jika mandiri tetapi masih sedikit
bantuan orang lain, diberi skor 15 jika mandiri seutuhnya.
Responden dikatakan mandiri utuh jika mendapatkan skor 81-100,
dikatakan mandiri terbatas jika mendapatkan skor 41-80, dan
dikatakan tidak mandiri jika mendapatkan skor 0 40.
2.11 Pengolahan dan Analisis Data3.7.1 Pengolahan DataPada
penelitian ini data diolah dengan melalui tahap sebagai bentuk :1.
EditingPenelitian melakukan koreksi data untuk melihat kelengkapan
dan kebenaran jawaban kuesioner.2. CodingCoding merupakan kegiatan
pemberian kode numeric (angka) pada data yang terdiri atas beberapa
kategori :a. Variabel mobilisasi didapatkan dari kuesioner indeks
barthel dikelompokkan :1) Mandiri utuh2) Mandiri terbatas3) Bantuan
(pembantu)b. Variabel depresi didapatkan dari kuesioner Skala
Depresi Geriatrik dikelompokkan :1) Tidak depressi jika Skor Yang
Diperoleh 0-42) Depresi jika skor yang diperoleh >5
3. EntryEntri adalah memasukkan data yang diperoleh menggunakan
fasilitas computer dengan menggunakan system atau program
komputer.4. TabulatingTabulasi adalah mengelompokkan data sesuai
dengan tujuan penelitian, kemudian dimasukkan dalamtabel yang sudah
disiapkan.Setiap pertanyaan yang sudah diberi nilai, hasilnya
dijumlahkan dan dikategorikan sesuai dengan jumlah pertanyaan pada
kuesioner.Kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian
kedalamtabel-tabel sesuai kriteria.
3.7.2 Analisis Data1. UnivariatAnalisa univariat adalah analisa
yang dilakukan terhadap tiap variable dari hasil penelitian.
Penelitian melakukan analisis univariat dengan tujuan yaitu
analisis deskriptif variable penelitian yaitu depresi dan
mobilisasi lansia.Analisis univariat digunakan untuk mengestimasi
parameter populasi untuk data numeric terutama ukuran-ukuran
terdiri sentral, data kategorik dengan distribusi frekuensi.2.
BivariatAnalisa yang dilakukan terhadap duavariabel yang diduga
berhubungan.Dalam analisa ini menggunakan pengujian statistic
dengan Korelasi Pearson, dengan skala ukur convidance interval
sebesar 95%.28