Top Banner

of 21

Sesi 3 Kode Etik Penerbitan

Oct 10, 2015

Download

Documents

kode etik
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • ETIKA TERBITAN BERKALA ILMIAH H. M. Nur Kholis SetiawanFakultas Syariah dan HukumUIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected]@gmx.deHp: 081328725909

  • Fungsi Berkala Ilmiah: Merekam adanya kegiatan ilmuwan dan ilmuwan itu sendiri.Menyertifikasi mutu produk ilmiahnya.Mendiseminasikan temuan riset dan mengarsipkannya. Memberi kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  • Fungsi Berkala Ilmiah:

    Mengukur perkembangan mutakhir disiplin ilmu.Meningkatkan prestis dan gengsi penulis.Mempromosikan reputasi institusi.Memberi kepuasan pribadi penulis.Bukan sarana/fasilitas kenaikan pangkat.

  • ETIKA: Penegasan IstilahEtika - Konsep yang mengarah pada perilaku yang baik dan pantas. Terkait dengan moralitas, pranata, norma, baik kemanusiaan maupun agama.

  • A. ETIKA BERKALA ILMIAHMenerbitkan karya penulis secara berkala sesuai dengan jadwal yang ditetapkan.Menempatkan diri sebagai institusi penerbitan yang profesional.Menjaga kerahasiaan informasi yang dimiliki penulis naskah sampai naskah tersebut diterbitkan.Menjawab surat-surat yang dilayangkan oleh penulis.Memberi manfaat kepada masyarakat pengguna.

  • A. ETIKA BERKALA ILMIAH (lanjutan) Membina hubungan yang baik dengan mitra bebestari.Menjalin pakar serumpun sebanyak mungkin yang membantu menjaga mutu naskah yang akan diterbitkan.Menjaga keajegan berkala sebagai wadah diseminasi temuan ilmiah yang menjadi cakupannya.Menjaga wibawa berkala dari intervensi penulis dengan menggunakan peer review, atau blind review.

  • A. ETIKA BERKALA ILMIAH (lanjutan) Bagi berkala sangat disarankan memiliki waktu yang cukup dari mulai seleksi naskah, komunikasi perbaikan dengan penulis, serta pra-cetak untuk proof reading bagi penyunting agar tidak ditemukan kesalahan ketik, tanda baca dan seterusnya. Oleh karenya, tertib dengan jadwal yang telah digariskan menjadi amat penting.

  • B. ETIKA PENYUNTINGTerkait dengan tata krama, aturan main, serta pranata penyunting.Kerja penyuntingan semestinya memperhatikan apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan.

  • Penyunting: editor, redactor, editus, edere yang berarti: menghasilkan atau mengeluarkan ke depan umumPenyunting: orang yang mengatur, memperbaiki, merevisi, mengubah gaya naskah orang lain serta menyesuaikannya dengan satu pola yang dibakukan untuk membawanya ke depan umum dalam bentuk terbitan (Rifai, 2004)

  • Untuk dapat memenuhi fungsinya dengan baik, seorang penyunting mestinya:Mempunyai waktu cukupKemauanKemampuan Disiplin kerjaMemiliki pegangan (kamus, tesaurus, buku pegangan dsb)

  • Penyunting: tugas dan etikaMenggariskan kebijakan dalam menentukan tingkat keteknisan berkala yang diasuhnya.Memutuskan bentuk penampilan berkala, ukuran kertas, tata letak perwajahan, tebal atau jumlah halaman per nomor atau per jilid.- Memperbaiki, merevisi, mengatur kembali sarat yang dibakukan.

  • - Menyelaraskan dan mengubah gaya karya ilmiah sesuai dengan selingkung berkala yang diasuh.Mentaati semua prosedur dan langkah kerja yang sudah digariskan.- Menjadi dewan pengawas, bekerjasama dengan mitra bebestari bagi tulisan yang dikirim penulis agar tidak terjadi kasus plagiasi.

  • Plagiarisme/plagiasi

    Plagiarisme berasal dari bahasa Latin:Plagiari(us) = penculikPlagi(um) = menculikMelihat akar kata di atas, nyatalah bahwa plagiarisme dalam penulisan makalah ilmiah, mengandung unsur penganiayaan intelektual karena terjadi pengambilan cara paksa kata-kata/gagasan tanpa seizin pemiliknya.Ada berbagai definisi mengenai plagiarisme, namun pada intinya semua menyatakan bahwa plagiarisme merupakan pemanfaatan/penggunaan hasil karya orang lain yang diakui sebagai hasil kerja diri sendiri, tanpa memberi pengakuan pada penciptanya yang asli.

  • Jenis Plagiarisme/plagiasi

    Plagiarisme tidak hanya terbatas pada pencurian gagasan atau hasil karya orang lain di bidang ilmiah saja, namun juga berlaku di bidang lainnya seperti dunia seni, budaya, dsb. Bentuknya pun dapat beraneka macam tidak terbatas hanya pada tulisan.

  • Klasifikasi Plagiarisme Klasifikasi mengenai plagiarisme dapat dibuat tergantung dari berbagai aspek pandang:dari segi substansi yang dicuri,dari segi kesengajaan,dari segi volume/proporsidari pola pencurian, plagiasi dapat dilakukan kata demi kata, maupun dapat diseling dari berbagai sumber dan dengan kata-kata sendiri (mozaik). Berdasarkan individu sumber gagasan, ada pula yang dikenal sebagai Auto-plagiarisme/self-plagiarism:

  • Self-Plagiarism Apabila karya sendiri sudah pernah diterbitkan sebelumnya, maka tatkala kita mengambil gagasan tersebut, semestinya dicantumkan rujukan atau sitasinya.Bila tidak, ini dapat dianggap sebagai auto-plagiarisme atau self-plagiarism. Jenis plagiarisme ini sebenarnya dapat dianggap ringan, namun bila dimaksudkan atau di kemudian hari dimanfaatkan untuk menambah kredit akademik, maka dapat dianggap sebagai pelanggaran berat dari etika akademik.

  • Yang tidak boleh dilakukan penyunting:Tidak memiliki keajegan dalam penentuan tingkat keteknisan berkala yang diasuh. Misalnya, format dan tampilan berubah-ubah karena pengaruh jurnal lain.Tidak mentaati pelbagai informasi yang ditampilkan sebagai petunjuk buat calon penulis.Merubah substansi tulisan tanpa berkomunikasi dengan penulis. Teknik penyuntingan terkait banyak dengan penyeragaman gaya bertutur. Meski tugas tersebut semestinya adalah kewajiban penulis, namun, penyunting berkah untuk memberikan tanda ataupun pertanyaan kepada penulis mengenai kalimat tertentu, maupun bagian tertentu dari naskah.

  • Yang tidak boleh dilakukan penyunting:Tidak memperhatikan norma penyunting yang memiliki kewajiban agar naskah yang dimuat dalam berkala yang diasuh tidak memiliki kesalahan-kesalahan teknis yang mengganggu.Tidak konsisten karena menganggap remeh jadwal terbitan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan untuk setiap nomor.Tidak memiliki alat bantuyang memadahi ketika menyunting naskah. Proses penyuntingan didasarkan pada feeling pribadi, bukan berdasar data dari alat bantu.

  • Yang tidak boleh dilakukan penyunting:Tidak memperdulikan rekomendasi mitra bebestari karena ada kepentingan pribadi penyunting terhadap naskah seseorang.Mengabaikan komitmen bersama dalam pengelolaan berkala sebagai sarana akademis, beralih menjadi pemenuhan kepentingan pragmatis. Misalnya, desakan untuk syarat naik pangkat.Tidak membina hubungan dengan para mitra bebestari secara baik dan proporsional.

  • Daftar BacaanNeville C. Plagiarism. Dalam: The complete guide to referencing and avoiding plagiarism. New York: Open University Press, the McGraw-Hill; 2007. p. 27-41.Rifai, Mien A. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press; cet. 4. 2004.Setiawan, M Nur Kholis, Kode Etik Penulis dan Etika Kepenulisan, Materi Pelatihan Penulis Artikel Ilmiah 2011.Suryono, Isnani A.S. Plagiarisme dalam Penulisan Makalah Ilmiah. Naskah tidak diterbitkan.

  • WassalamSelamat Berkarya dan Sukses Selalu