Top Banner
77 SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) PADA HTI Acacia mangium DI PT. MUSI HUTAN PERSADA SUMATERA SELATAN Preliminary Attack of Long Tail Macaque (Macaca fascicularis) in Acacia mangium Plantation of PT. MUSI HUTAN PERSADA, South Sumatera Agus Kurniawan Balai Penelitian Kehutanan Palembang Jl. Kol. H. Burlian KM. 6.5 Kotak Pos 179 Puntikayu, Palembang Telp./Fax. (0711) 414864 Naskah masuk : 17 Februari 2009 ; Naskah diterima : 1 September 2009 ABSTRACT The existence of long tailed macaque (Macaca fascicularis Raffles) in area of industrial forest plantation has high potency to become a harmful pest. Long tailed macaque can adapt to various habitat such as coastal area, swamp forest, low land rain forest and mountain forest up to 1,800 meters above sea level. Therefore, long tailed macaque can live well in land including in Sumatra island. This animal has high potency to become invasive species. Supported by appropriate environmental condition, long tailed macaque can spread to new area and increases its population fastly. Long tailed macaque is an opportunistic omnivore, this animal can get any available food in its habitat. Not only fruits, the animal also eat meat and vegetable. In South Sumatra, in Forest Plantation Industries PT. Musi Hutan Persada, long tailed macaque has been long known to have caused damage in area of Acacia mangium plantation, although still in low percentage but it has caused serious damage. Long tailed macaque has a potency to cause high damage forest along with its population growth. Keywords : long tailed macaque (Macaca fascicularis), Acacia mangium, PT. Musi Hutan Persada ABSTRAK Keberadaan kera ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) di areal HTI sangat berpotensi menjadi hama yang sangat merugikan. Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, sampai ke hutan pegunungan pada ketinggian 0 - 1.800 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor panjang dapat berkembang dengan baik di seluruh daratan termasuk di Sumatera. Satwa ini mempunyai potensi tinggi menjadi invasif. Kera ekor panjang dapat menyebar ke daerah baru dan meningkatkan populasinya dengan sangat cepat pada kondisi lingkungan yang mendukung. Kera ekor panjang merupakan satwa opportunistic omnivore, yaitu satwa yang dapat memperoleh bahan makanan dari apapun yang tersedia di lingkungan habitatnya. Di samping memperoleh makanan dari buah-buahan satwa ini juga memakan daging dan tumbuh-tumbuhan. Di Sumatera Selatan, tepatnya di PT. Musi Hutan Persada, diketahui keberadaan kera ekor panjang telah menyebabkan kerusakan di wilayah HTI Acacia mangium, meskipun masih dalam persentase yang rendah. Keberadaan kera ekor panjang ini berpotensi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar seiring dengan perkembangan jumlah populasinya. Kata kunci: kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Acacia mangium, PT. Musi Hutan Persada
6

SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca … · Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, ... permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor

Mar 03, 2019

Download

Documents

ngotruc
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca … · Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, ... permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor

77

SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) PADA HTI

Acacia mangium DI PT. MUSI HUTAN PERSADA SUMATERA SELATAN

Preliminary Attack of Long Tail Macaque (Macaca fascicularis) in Acacia mangium

Plantation of PT. MUSI HUTAN PERSADA, South Sumatera

Agus Kurniawan

Balai Penelitian Kehutanan Palembang

Jl. Kol. H. Burlian KM. 6.5 Kotak Pos 179 Puntikayu, Palembang

Telp./Fax. (0711) 414864

Naskah masuk : 17 Februari 2009 ; Naskah diterima : 1 September 2009

ABSTRACT

The existence of long tailed macaque (Macaca fascicularis Raffles) in area of industrial forest plantation

has high potency to become a harmful pest. Long tailed macaque can adapt to various habitat such as coastal

area, swamp forest, low land rain forest and mountain forest up to 1,800 meters above sea level. Therefore,

long tailed macaque can live well in land including in Sumatra island. This animal has high potency to

become invasive species. Supported by appropriate environmental condition, long tailed macaque can spread

to new area and increases its population fastly. Long tailed macaque is an opportunistic omnivore, this animal

can get any available food in its habitat. Not only fruits, the animal also eat meat and vegetable. In South

Sumatra, in Forest Plantation Industries PT. Musi Hutan Persada, long tailed macaque has been long known

to have caused damage in area of Acacia mangium plantation, although still in low percentage but it has

caused serious damage. Long tailed macaque has a potency to cause high damage forest along with its

population growth.

Keywords : long tailed macaque (Macaca fascicularis), Acacia mangium, PT. Musi Hutan Persada

ABSTRAK

Keberadaan kera ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) di areal HTI sangat berpotensi menjadi hama

yang sangat merugikan. Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir,

hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, sampai ke hutan pegunungan pada ketinggian 0 - 1.800 meter di atas

permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor panjang dapat berkembang dengan baik di seluruh daratan

termasuk di Sumatera. Satwa ini mempunyai potensi tinggi menjadi invasif. Kera ekor panjang dapat

menyebar ke daerah baru dan meningkatkan populasinya dengan sangat cepat pada kondisi lingkungan yang

mendukung. Kera ekor panjang merupakan satwa opportunistic omnivore, yaitu satwa yang dapat memperoleh

bahan makanan dari apapun yang tersedia di lingkungan habitatnya. Di samping memperoleh makanan dari

buah-buahan satwa ini juga memakan daging dan tumbuh-tumbuhan. Di Sumatera Selatan, tepatnya di

PT. Musi Hutan Persada, diketahui keberadaan kera ekor panjang telah menyebabkan kerusakan di wilayah

HTI Acacia mangium, meskipun masih dalam persentase yang rendah. Keberadaan kera ekor panjang ini

berpotensi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar seiring dengan perkembangan jumlah populasinya.

Kata kunci: kera ekor panjang (Macaca fascicularis), Acacia mangium, PT. Musi Hutan Persada

Page 2: SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca … · Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, ... permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor

78

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. , 2 2 Agustus 2009, 77 - 82

I. PENDAHULUAN

Kekurangan pasokan bahan baku industri kehutanan dari hutan alam akibat pesatnya industi perkayuan

menuntut upaya perolehan bahan baku dari sumber lain, salah satunya adalah dari Hutan Tanaman Industri

(HTI). Usaha mendapatkan tegakan yang sehat adalah dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman dan

mengamankan investasi adalah sebuah keharusan, sehingga tujuan pembangunan hutan dapat berhasil.

Keberadaan monyet ekor panjang atau kera ekor panjang (Macaca fascicularis Raffles) di areal HTI

sangat berpotensi menjadi hama yang sangat merugikan. Diketahui, satwa ini telah menimbulkan kerusakan

pada tanaman HTI Acacia mangium di PT Musi Hutan Persada mulai pertengahan tahun 2007. Serangan yang

terjadi pada awalnya masih dalam persentase kecil. Meskipun demikian, keberadaan kera ekor panjang ini

berpotensi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar seiring dengan perkembangan jumlah populasinya.

Pengamatan pada bulan Juni 2008, dilaporkan kerusakan tanaman A. mangium di PT MHP telah mencapai

ratusan hektar. Serangan kera ekor panjang dilaporkan terjadi di Wilayah 1 Suban Jeriji dan Wilayah 2 Air

Kemang PT. MHP. Tulisan ini bertujuan untuk menggali informasi potensi kerusakan HTI Acacia mangium

oleh serangan kera ekor panjang.

II. KERA EKOR PANJANG (Macaca fascicularis)

Kera ekor panjang ditemukan di Asia Tenggara, yaitu di Burma, Filipina, Malaysia dan Indonesia. Kera

ekor panjang mempunyai rentang habitat yang luas. Kera ekor panjang dapat dijumpai di hutan primer,

sekunder bahkan di hutan mangrove. Di Sumatera, kera ekor panjang dapat dijumpai di hutan bakau, bukit dan

kadang dijumpai di padang rumput, perkebunan karet maupun di areal HTI. Di Thailand satwa ini dijumpai di

hutan bambu sedangkan di Malaysia dapat dijumpai di hutan pinggiran pantai.

Klasifikasi kera ekor panjang menurut Bonadio (2000) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Class : Mammalia

Order : Primates

Suborder : Haplorrhini

Family : Cercopithecidae

Subfamily : Cercopithecinae

Genus : Macaca

Species : Macaca fascicularis

Gambar (Figure) 1. Kera ekor panjang (long failed macaque)

(Foto: Myers, P et. al., at The Animal Diversity Web at www.http://animaldiversity.org.)

Page 3: SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca … · Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, ... permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor

Agus Kurniawan

79

Kera ekor panjang merupakan satwa yang mempunyai potensi tinggi menjadi invasif. Kera ekor

panjang dapat menyebar ke daerah baru dan meningkatkan populasinya dengan sangat cepat pada kondisi

lingkungan yang mendukung. Satwa ini juga dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat

pesisir, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, sampai ke hutan pegunungan pada ketinggian 0 - 1.800 meter

di atas permukaan laut (Wheatley, 2001 dalam Mampioper, 2006). Oleh karena itu, kera ekor panjang dapat

berkembang dengan baik di seluruh daratan termasuk di Sumatera.

Kera ekor panjang merupakan satwa opportunistic omnivore, yaitu satwa yang dapat memperoleh

bahan makanan dari apa saja yang tersedia di lingkungan habitatnya. Disamping memperoleh makanan dari

buah-buahan, satwa ini juga memakan daging dan tumbuh-tumbuhan (Poirier and Smith, 1974 dalam

Mampioper, 2006). Satwa ini juga memakan binatang bertulang belakang jika mendapat kesempatan

dan diduga memangsa telur burung maupun burung dewasa (Carter and Bright, 2002; Richard Gibson, 2002;

Anon, 2001a, Novak, 1995, dalam Mampioper, 2006). Tidak seperti satwa mamalia yang lain, jenis kera ekor

panjang ini mempunyai tangan yang dapat dipakai untuk mengupas buah-buahan dan biji, sehingga dapat

mengeksploitasi lebih banyak jenis makanan. Perilaku seperti ini sangat berguna bagi suatu spesies tertentu

ketika mereka hendak memperluas daerah jelajahnya (baik dalam daerah aslinya maupun dalam habitat baru).

Perilaku tersebut merupakan suatu bentuk keuntungan ekologis yang memungkinkan jenis tersebut mengisi

wilayah yang sebelumnya kosong. Dengan kemampuan itu, kera ekor panjang menjadi satwa invasif

(Mampioper, 2006).

Menurut Mampioper (2006), kera ekor panjang dilaporkan menimbulkan kerusakan pada tanaman

pertanian dan menyebabkan kerugian bagi kehidupan petani di Papua. Sedangkan kerusakan tanaman hutan

yang disebabkan oleh kera ekor panjang selama ini belum banyak dilaporkan. Apabila melihat pola perilaku,

kemampuan fisik, dan daya jelajahnya, kera ekor panjang sangat berpotensi menyebabkan kerusakan

tanaman di daerah habitatnya, termasuk di areal HTI A. mangium. Dari pengamatan awal yang dilakukan oleh

PT. MHP, diketahui bahwa keberadaan kera ekor panjang telah menimbulkan kerusakan tanaman. Oleh

karena itu perlu diketahui deskripsi fisik, perilaku, kemampuan perkembangbiakan dan daya jelajah kera ekor

panjang untuk mendapatkan gambaran potensi kera ekor panjang sebagai hama pada HTI, khususnya jenis

A. mangium.

A. Deskripsi Fisik

Kera ekor panjang memiliki warna bulu cokelat keabu-abuan ke warna cokelat kemerah-merahan.

Warna muka abu-abu kecokelatan dengan jambang pipi. Mata mengarah ke depan, hidung pesek/kempes,

lubang hidung sempit dan berdekatan. Kera ekor panjang mempunyai gigi seri seperti anjing dan mempunyai

rumusan I 2/2 (Insisivus/gigi seri atas berjumlah 2, bawah 2), C 1/1 (Caninus/gigi taring atas 1, bawah 1),

PM 2/2 (Plemorale/gigi graham kecil atas 2, bawah 2), dan M 3/3 (Molare/gigi graham besar atas 3, bawah 3).

Panjang badan berkisar antara 40 - 47 cm belum termasuk ekor. Panjang ekor berkisar antara 50 - 60 cm.

Kera ekor panjang memperlihatkan dimorfisma sexual (perbedaan ukuran tubuh antara jantan dan betina)

dalam ukuran badan. Rata-Rata berat untuk jantan adalah 4.8 - 7 kg dan 3 - 4 kg, sedangkan ukuran betina

lebih kecil, kurang lebih 69% rata-rata berat kera ekor panjang jantan (Wheatley, 2001 dalam Mampioper,

2006).

B. Perkembangbiakan

Di Sumatera, kelompok sosial dari kera ekor panjang rata-rata terdiri dari 6 jantan dan 10 betina

dewasa. Jumlah betina dalam satu kelompok lebih banyak dibandingkan jantan, menunjukkan bahwa kera

ekor panjang adalah bertipe poligami dan dapat mengawini semua betina dalam kelompoknya. Jantan yang

paling kuat di kelompoknya berpotensi mendapatkan lebih banyak keturunan dari semua betina di dalam

kelompoknya. Kera ekor panjang jantan mencapai kedewasaan seksual kira-kira pada umur 6 tahun,

sedangkan kera ekor panjang betina dewasa sekitar umur 4 tahun. Betina yang lebih dewasa dalam

kelompoknya secara umum lebih produktif dan keturunannya relatif lebih aman dari bahaya kematian dari

Serangan Awal Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

pada HTI Acacia mangium di PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan

Page 4: SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca … · Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, ... permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor

pada betina yang lebih muda. Hal ini dikarenakan kera ekor panjang yang lebih dewasa lebih besar

kesempatannya dalam memperoleh makanan. Rata-rata lama masa kehamilan kera ekor panjang adalah 162

hari dan rata-rata selang kelahiran anak 390 hari. Pada umumnya masa kelahiran puncak terjadi pada bulan

Mei sampai dengan Juli. Kera ekor panjang betina merawat anaknya sampai umur 420 hari. Hal ini

menunjukkan bahwa kera ekor panjang betina dapat mengasilkan keturunan setiap tahunnya (Wheatley, 2001

dalam Mampioper, 2006).

C. Daerah Jangkauan

2Kera ekor panjang dapat menjangkau wilayah rata-rata 1900 m setiap hari. Satu kelompok kera ekor

panjang dapat memiliki daerah jelajah 50 hingga 100 ha. Luas daerah jelajah ini sangat erat hubungannya

dengan sumber pakan (Anonim, 2001). Sedangkan menurut Mampioper (2006), total jangkauan satwa ini

dapat mencapai rata-rata 125 ha. Daerah habitat satwa ini sangat luas. Kera ekor panjang dapat beradaptasi

dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, sampai ke hutan

pegunungan pada ketinggian 0 - 1.800 meter di atas permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor panjang dapat

berkembang dengan baik di seluruh daratan termasuk di Sumatera.

III. SERANGAN HAMA KERA EKOR PANJANG DI AREAL HTI

Kera ekor panjang telah merusak tanaman Acacia mangium di areal HTI PT. Musi Hutan Persada.

Hasil pengamatan awal oleh PT. MHP sampai dengan Mei 2007, kerusakan tanaman akibat serangan hama

kera ekor panjang telah mencapai ± 300 ha di Wilayah 1 Suban Jeriji (luas seluruhnya 55.000 ha) (Junarto,

2007 - komunikasi pribadi). Meskipun masih dalam persentase kecil, keberadaan kera ekor panjang ini

berpotensi menyebabkan kerusakan hutan yang lebih besar seiring dengan perkembangan jumlah populasinya.

Hal ini terbukti pada pengamatan pada bulan Juni 2008, kerusakan tanaman A. mangium di PT MHP

telah mencapai ± 300 ha. Serangan kera ekor panjang dilaporkan di Unit 7, Wilayah 2 PT MHP dan Wilayah 1

Suban Jeriji. Dilaporkan serangan di Unit 7 telah mencapai ± 30 ha dan yang telah disulam baru ± 9 ha.

Bahkan di Wilayah 1 Suban Jeriji, tanaman A. mangium yang mengalami kerusakan dan kematian oleh

serangan satwa ini telah mencapai ± 150 ha (Harnadi, 2008; komunikasi pribadi).

Kera ekor panjang merusak bagian pucuk daun dan merusak kulit batang tanaman A. mangium yang

masih muda. Akibat aktivitas hama ini adalah tanaman banyak mengalami patah dan pucuk tanaman rusak,

sehingga pertumbuhan tanaman tergganggu (Gambar 2). Berdasarkan pengamatan, areal yang menjadi

daerah sumber makanan kera ekor panjang mengalami kerusakan luka terbuka. Umumnya kulit batang

tanaman yang terserang terkelupas seluruhnya dan terdapat luka guratan pada daerah kambium tanaman

dari bagian pangkal sampai ujung tanaman. Diduga kera menyukai cairan kambium tanaman yang terasa

manis. Tanaman yang mengalami kerusakan, lama kelamaan akan mengering dan mati. Berdasarkan

pengamatan, serangan yang hebat terjadi pada tanaman A. mangium umur 1 - 2 tahun yang terletak di daerah

perbatasan dengan hutan milik rakyat atau areal hutan lindung/areal konservasi. Tipe kerusakan yang sama

juga terjadi pada tanaman HTI A. mangium, PT. Surya Hutani Jaya (Grup Sinar Mas) di Kalimantan Timur.

Tanaman A. mangium di HTI ini terserang pada kisaran umur 8 bulan sampai dengan 1 tahun (Alfian, 2008;

komunikasi pribadi).

Kecepatan dan intensitas kerusakan tergantung dari jumlah populasi kelompok kera ekor panjang yang

terdapat di areal tersebut. Pemantauan terhadap jumlah populasi, intensitas serangan dan daerah jangkauan

berguna dalam menentukan strategi pengendalian apabila suatu saat diperlukan.

Macaca fascicularis pada awalnya merupakan satwa yang dilindungi karena jumlahnya yang

semakin terbatas. Maraknya jual beli satwa ini yang tidak terkendali menyebabkan kera ekor panjang masuk

dalam daftar CITES Appendik II. Sedangkan dalam IUCN Red List, satwa ini termasuk dalam kategori

resiko rendah, mendekati terancam (low risk, near threatened) (Bonadio, 2006). Untuk keperluan

ekspor satwa, pemerintah dalam hal ini Departemen Kehutanan melalui Keputusan Menteri Kehutanan

80

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. , 2 2 Agustus 2009, 77 - 82

Page 5: SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca … · Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, ... permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor

Nomor 26/Kpts-II/94 mengatur tentang pemanfaatan jenis kera ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk

(Macaca nemestrina) dan ikan arowana (Scleropages formosus) untuk keperluan ekspor (Anonim, 2004).

Peraturan ini mencantumkan bahwa pemanfaatan jenis kera ekor panjang (Macaca fascicularis) untuk

keperluan ekspor harus berasal dari hasil penangkaran. Akan tetapi mulai tahun 1999, kera ekor panjang tidak

termasuk dalam daftar satwa yang dilindungi. Hal ini dicantumkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tanggal 27 Januari 1999 (Anonim, 2007a). Bahkan, dalam lampiran Keputusan

Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 461/Kpts-II/1999 tanggal 23 Juni 1999 tentang penetapan musim

berburu jenis-jenis satwa buru di taman buru dan areal buru, kera ekor panjang ditetapkan sebagai satwa yang

diperbolehkan untuk diburu (Anonim, 2007b).

Gambar ( ) 2. Kerusakan batang A. mangium oleh hama kera ekor panjang (

by long tailed macaque) (Foto : Agus, 2008)

Pemanfaatan kera ekor panjang selain untuk dipelihara adalah diambil dagingnya untuk dimakan.

Daging atau otak kera ekor panjang diyakini memiliki khasiat tertentu bagi kesehatan. Kera ekor panjang juga

sering dimanfaatkan sebagai binatang percobaan dalam penelitian medis. Penggunaan kera ekor panjang

terutama pada penelitian vaksin polio, riset biomedik dan psikologis. Laporan ekspor tumbuhan dan satwa liar

tahun 2007, sampai dengan 30 Juni 2007, ekspor satwa ini mencapai 3.989 ekor (Departemen Kehutanan, 2007).

Untuk menghindari kerusakan tanaman, jumlah populasi kera ekor panjang di areal HTI harus selalu

dipantau dan dibatasi. Akan tetapi sampai saat ini belum ada hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan untuk

mengatur jumlah populasi kera ekor panjang untuk menjamin kerusakan tanaman HTI sehingga tetap dibawah

ambang ekonomi. Usaha pengendalian terhadap kera ekor panjang yang mungkin dilakukan adalah dengan

menangkap dan menangkarkan satwa ini atau dengan cara menembak.

IV. PENUTUP

Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) termasuk satwa yang memiliki daerah adaptasi dengan

berbagai habitat termasuk habitat pesisir, hutan rawa, hutan hujan dataran rendah, sampai ke hutan

pegunungan. Oleh karena kemampuan tersebut, satwa ini mempunyai potensi tinggi menjadi invasif. Kera ekor

panjang dapat menyebar ke daerah baru dan meningkatkan populasinya dengan sangat cepat pada kondisi

lingkungan yang mendukung. Satwa ini juga merupakan opportunistic omnivore, yaitu satwa yang dapat

memperoleh bahan makanan dari apa saja yang tersedia di lingkungan habitatnya. Di samping memperoleh

makanan dari buah-buahan, satwa ini juga memakan daging dan tumbuh-tumbuhan. Kerusakan tanaman

Figure Stem damage of A. mangium

81

Agus Kurniawan

Serangan Awal Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

pada HTI Acacia mangium di PT. Musi Hutan Persada Sumatera Selatan

Page 6: SERANGAN AWAL KERA EKOR PANJANG (Macaca … · Kera ekor panjang dapat beradaptasi dengan berbagai habitat termasuk habitat pesisir, ... permukaan laut. Oleh karena itu, kera ekor

Acacia mangium di areal HTI cukup sebagai peringatan bahwa satwa ini perlu diwaspadai keberadaannya.

Pemantauan jumlah populasi dan intensitas serangan merupakan informasi yang berguna bagi kepentingan

perlindungan tanaman HTI. Dengan demikian, diketahui kapan waktu yang tepat untuk melakukan

pengendalian dan sebagai dasar penentuan strategi pengendalian yang efektif.

Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) dapat dimanfaatkan untuk keperluan penelitian medis.

Ekspor primata ini dapat berupa binatang hidup maupun darah/serum. Pada tahun 2007 telah diekspor

± 3.000 ekor dan ± 1.000 tabung darah kera ekor panjang (Departemen Kehutanan, 2007). Pemanfaatan satwa

ini dapat dipergunakan untuk membatasi perkembangan populasi kera ekor panjang, sehingga kerusakan

tanaman A. mangium di areal HTI dapat dihindari atau dikurangi.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian, 2008. Komunikasi pribadi. Setember 2008.

Anonim. 2001. Monyet Ekor Panjang. Akses 1 Oktober 2007 di http:/www. Merbabu.com.

Anonim. 2004. Pro Fauna Indonesia: Keputusan Menteri Kehutanan nomor : 26/Kpts-II/94 tentang

Pemanfaatan Jenis Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Beruk (Macaca nemestrina) dan Ikan

Arowana (Scleropages formosus) untuk Keperluan Eksport. Akses 1 Oktober 2007 di

http://www.profauna.com

Anonim, 2007a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tentang

Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Akses 18 Oktober 2008 di http://www.profauna.

or.id/Indo/regulasi/pp7th1999.html

Anonim, 2007b. Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan. Akses 18 Oktober 2008 di

http://www.profauna.or.id/suarasatwa/ss2007/VolXI03-2007/konservasi-primata.html

Bonadio, C. 2000. Macaca fascicularis (On-line), Animal Diversity Web. Akses 1 Oktober 2007 di

http://animaldiversity.ummz.umich.edu/site/accounts/ information/Macaca_fascicularis.html.

University of Michigan Museom of zoology.

Departemen Kehutanan, 2007. Statistik Kehutanan 2007. Akses 1 Oktober 2007 di www.http://dephut.go.id.

Harnadi, 2008. Komunikasi Pribadi. Juni 2008. Unit 7 PT. Musi Hutan Persada.

Junarto, 2007. Komunikasi Pribadi. Mei 2007. RND PT. Musi Hutan Persada.

Mampioper, Dominggus A. 2006. Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Ancam Keanekaragaman

Hayati dan Hasil Panen di Papua. Beritabumi.com. Akses 3 Oktober 2007 di http://beritabumi.com

Myers, P., R. Espinosa, C. S. Parr, T. Jones, G. S. Hammond, and T. A. Dewey. 2006. The Animal Diversity

Web (online). Akses 1 Oktober 2007 di http://animaldiversity.org.

82

Tekno Hutan Tanaman

Vol. No. , 2 2 Agustus 2009, 77 - 82