Top Banner

of 26

Sepsis Case

Apr 14, 2018

Download

Documents

Wisman Agustian
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/29/2019 Sepsis Case

    1/26

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    1.1 IDENTIFIKASINama : By. SA

    Umur : 0 hari

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Alamat : Dusun II P.Betung RT.07 RW.04 Kel.P.Betung

    Kebangsaan : Indonesia

    Agama : Islam

    No. RM : 09.18.66

    Pav/kelas : Neonatus / III

    MRS Tanggal : 18 Maret 2013

    1.2. ANAMNESIS(alloanamnesis)

    Bayi perempuan lahir SC atas indikasi JTH Preskep dari ibu G1P0A0, aterm,

    hamil 38 minggu, ditolong oleh dokter di ruang kebidanan RSUD

    Palembang Bari, saat lahir tidak langsung menangis, APGAR Score 7/8

    dilakukan pembersihan jalan nafas, Riwayat KPSW 2 hari, ketuban hijau

    (-), bau busuk (-), kental (-), mekonium (-), anus (+), BB 3400 gram, PB

    50 cm, LK 32 cm, LD 34 cm.

    Riwayat kehamilan

    Riwayat ibu demam (+)

    Riwayat ibu Hipertensi (-)

    Riwayat ibu diabetes melitus (-)

    Riwayat ibu anemia (-)

    Riwayat Penyakit dalam Keluarga

    Riwayat penyakit dalam keluarga (-)

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    2/26

    2

    Pedigree Keluarga:

    Tn. MDH 30 thn, Ny. E 23 thn,

    Buruh Ibu rumah tangga

    Riwayat Sosial Ekonomi

    Pasien adalah anak pertama dari Tn.MDH yang bekerja sebagai buruh,

    dan Ny.S yang bekerja sebagai ibu rumah tangga. Secara ekonomi,

    keluarga Os tergolong ekonomi menengah kebawah.

    1.3.PEMERIKSAAN FISIKPemeriksaan Umum

    Keadaan Umum :

    Tampak sakit sedang,

    Aktifitas: Aktif

    Refleks hisap: kuat

    Tangis: kuat

    Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)

    Heart Rate : 138 x/menit

    Pernapasan : 50 x/menits

    Suhu badan : 36,80C

    Berat badan : 3400 gram

    Panjang badan : 50 cm

    Lingkar kepala : 32 cm

    Lingkar dada : 34 cm

    Pemeriksaan Khusus

    Kepala :caput (+), normocephali

    Rambut : hitam

    Ubun-ubun : frontanemia mayor dan minor belum menutup.

    Muka : tidak ada kelainan bentuk, muka oval.

    Mata : simetris, sklera tidak icterus, conjungtiva tidak

    anemis.

    Hidung : NCH (-), sekret (-), epistaksis (-)

    os

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    3/26

    3

    Mulut : Sianosis (-), bibir kering (-)

    Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.

    Leher : Tidak ada pembesaran KGBThoraks

    Paru-paru

    Inspeksi : bentuk simetris, pergerakan simetris, retraksi (-)

    Palpasi : stemfremitus kanan = kiri

    Perkusi : sonor di kedua lapangan paru

    Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronchi (-), wheezing (-)

    Jantung

    Inspeksi : pulsasi (-), iktus (-), voussur cardiaque (-)

    Palpasi : iktus (-), thrill (-)

    Perkusi : dalam batas normal

    Auskultasi : HR= 138 x/menit, irama regular, murmur (-),

    gallop (-)

    Abdomen

    Inspeksi : datar

    Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba

    Perkusi : timpani

    Auskultasi : bising usus (+) normal

    Lipat paha dan genitalia : Anus (+)

    Ekstremitas : akral dingin (-), sianosis (-), CRT < 2 detik,

    sindactyly -/-, polidactily -/-

    1.4.DIAGNOSA SEMENTARA

    Neo : Aterm 38 minggu/AGAIbu : G1P0A0

    Lahir : SC

    Bayi : Asfiksia ringan + Tersangka infeksi

    1.5.DIAGNOSIS KERJA

    Asfiksia ringan + Sepsis

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    4/26

    4

    1.6. PENATALAKSANAAN

    Awal :

    1. Inj. Vit K 1 x 1 mg (Intramuskular)2. Zalf mata Kloramfenicol 1 %3. Perawatan tali pusat4. Stopper5. Inj. Ampicilin 2 x 170 mg (1) iv6. Inj. Gentamicin 8,5 mg/18 jam (1) iv7. Jaga suhu tubuh 36,537,50C8. Cek Laboratorium (darah rutin, golda dan CRP)

    Setelah diagnosis Sepsis :

    1. IVFD Dextrose 10% 500cc + Ca Glukonas 17cc2. Inj. Ampicilin 2 x 170 mg IV3. Inj. Ceftazidime 2 x 85 mg IV4. Jaga suhu tubuh 36,537,50C5. Cek Laboratorium (darah rutin)6. ASI On Demand

    1.7.PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Darah Rutin (18 Maret 2013)

    Hb : 21,1 g/dl

    Ht : 58 %

    Leukosit : 38.900 /mm3

    Trombosit : 266.000/mm

    3

    LED : 4 mm/jam

    Diff count : 0/0/2/73/15/10

    CRP : (+)

    Gol.Darah : B rh.+

    Darah Rutin (20 Maret 2013)

    Hb : 15 g/dl

    Ht : 37 %

    Leukosit : 13.400 /mm3

    Trombosit : 266.000/mm3

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    5/26

    5

    1.8.PEMERIKSAAN LANJUTAN

    Lumbal Pungsi

    1.9.PROGNOSIS

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad fungsional : dubia ad bonam

    1.10. RESUMEPada tanggal 18 Maret 2013 lahir seorang bayi perempuan, berkebangsaan

    Indonesia, beragama Islam, lahir SC dari ibu G1P0A0, Aterm, ditolong oleh

    dokter di ruang kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir tidaklangsung menangis, APGAR Score 7/8 dilakukan pembersihan jalan nafas,

    Riwayat KPSW 2 hari, ketuban hijau (-),kental (-), berbau busuk (-),

    mekonium (-), anus(+) LK : 34 cm, anus (+), BB= 3400 gram, PB 50 cm.

    Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit sedang, aktifitas: aktif,

    refleks hisap: kuat, tangis: kuat, HR 138 x/menit, pernapasan 50 x/menit,

    suhu badan 36,8 oC. dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil:

    hb 21,1 g/dl, ht 46 %, leukosit 38.900/mm

    3

    trombosit 266.000/mm

    3

    , LED 4mm/jam, diff count : 0/0/2/73/15/10, CRP (+) Golda B rhesus +. pasien

    lalu dirawat ke Neonatus RSUD Palembang bari untuk dilakukan

    perawatan.

    1.11. FOLLOW UP(Tanggal 18 Januari 2013)

    S : (-) BBL: 3400 gr

    O: KU= Sens: CM BBS: 3400 gr

    Aktifitas: Aktif U: 0 hr

    Tangis: Kuat

    R. Hisap: Kuat

    Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)

    HR : 138x/m

    RR : 50 x/mnt

    Suhu : 36,8oC

    KS: Kepala : NCH (-)

    Leher : >KGB (-)

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    6/26

    6

    Thorax : Simetris, retraksi(-)

    Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)

    Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)

    Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N

    Extremitas: Akral dingin (-)

    A: Asfiksia ringan + T. Infeksi

    Penatalaksanaan

    Inj. Vit K 1 1 mg (Intramuskuler) Zalf mata Kloramfenicol 1 % Perawatan tali pusat Stopper Inj. Ampicilin 2 x 170 mg (1) iv Inj. Gentamicin 8,5 mg/18 jam (1) iv Jaga suhu tubuh 36,537,50C Cek Laboratorium (darah rutin, golda dan CRP)

    (Tanggal 19 Maret 2013)

    S : (-) BBL: 3400 gr

    O: KU= Sens: CM BBS: 3200 gr

    Aktifitas: Aktif U: 1 hr

    Tangis: KuatR. Hisap: Kuat

    Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)

    HR : 137x/m

    RR : 48 x/mnt

    Suhu : 37,5oC

    KS: Kepala : NCH (-)

    Leher : >KGB (-)

    Thorax : Simetris, Retraksi (-)

    Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)

    Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N

    Extremitas: Akral hangat (-)

    A: Asfiksia ringan dengan perbaikan + Sepsis

    Penatalaksanaan

    Asi On Demand IVFD D10% gtt 6/menit Inj. Ampicilin 2 x 145 mg (2) iv Inj. Ceftazidime 2 x 65 mg (1)

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    7/26

    7

    (Tanggal 20 Maret 2013)

    S : (-) BBL: 3400 gr

    O: KU= Sens: CM BBS: 3350 gr

    Aktifitas: Aktif U: 2 hr

    Tangis: Kuat

    R. Hisap: Kuat

    Anemis (-), ikterik (-), dypneu (-), sianosis (-)

    HR : 135x/m

    RR : 48 x/mnt

    Suhu : 36,6oC

    KS: Kepala : NCH (-)

    Leher : >KGB (-)

    Thorax : Simetris, Retraksi (-)

    Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)

    Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N

    Extremitas: Akral hangat (-)

    A: Asfiksia ringan dengan perbaikan + Sepsis

    Penatalaksanaan

    Asi On Demand IVFD D10% gtt 6/menit Inj. Ampicilin 2 x 145 mg (3) iv Inj. Ceftazidime 2 x 65 mg (2)

    (Tanggal 21 Maret 2013)

    S : (-) BBL: 3400 gr

    O: KU= Sens: CM BBS: 3400 gr

    Aktifitas: Aktif U: 3 hr

    Tangis: Kuat

    R. Hisap: Kuat

    Anemis (-), ikterik (+), dypneu (-), sianosis (-)

    HR : 135x/m

    RR : 47 x/mnt

    Suhu : 36,7oC

    KS: Kepala : NCH (-)

    Leher : >KGB (-)

    Thorax : Simetris, Retraksi (-)

    Cor : BJ I/II (+) N, m(-), g(-)

    Pulmo: Vesikular (+) N, wh (-), rh(-)

    Abdomen: Datar, lemas, BU (+) N

    Extremitas: Akral hangat (-)

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    8/26

    8

    A: Asfiksia ringan dengan perbaikan + Sepsis

    Penatalaksanaan

    Asi On Demand IVFD D10% +NaCl 6cc/kolf gtt 6/menit Inj. Ampicilin 2 x 145 mg (4) iv Inj. Ceftazidime 2 x 65 mg (3) Fototherapy

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    9/26

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiSepsis neonatorum adalah infeksi aliran darah yang bersifat invasif dan

    ditandai dengan ditemukannya bakteri dalam cairan tubuh seperti darah, sumsum

    tulang atau air kemih.1

    Sejak adanya kosensus dariAmerican College of Chest Physicians/Society

    of Critical Care Medicine (ACCP/SCCM) telah timbul berbagai istilah dan

    definisi di bidang infeksi yang banyak pula dibahas pada kelompok bayi baru lahir

    dan penyakit anak. Istilah/definisi tersebut antara lain:

    1

    - Sepsis merupakan sindrom respons inflamasi sistemik (Systemic

    inflammatory respons syndrome-SIRS) yang terjadi sebagai akibat infeksi

    bakteri, virus, jamur ataupun parasit.

    - Sepsis berat adalah keadaan sepsis yang disertai disfungsi organkardiovaskuler dan gangguan napas akut atau terdapat gangguan dua organ

    lain (seperti neurologi, hematologi, urogenital, dan hepatologi)

    - Syok sepsis terjadi apabila bayi masih dalam keadaan hipotermi walaupuntelah mendapatkan cairan adekuat

    - Sindroma disfungsi multi organ terjadi apabila bayi tidak mampu lagimempertahankan homeostasis tubuh sehingga terjadi perubahan fungsi dua

    atau lebih organ tubuh.

    B. EpidemiologiInsiden sepsis neonatorum beragam menurut definisinya, dari 1-5/1000

    kelahiran hidup di Negara maju dan fluktuasi yang besar sepanjang waktu dan

    tempat geografis. Keragaman insidens dari rumah sakit ke rumah sakit lainnya

    dapat dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, pelaksanaan

    persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. Angka sepsis neonatorum

    meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah dan bila

    ada faktor resiko ibu (obstetrik) atau tanda-tanda korioamnionitis.3

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    10/26

    10

    C. KlasifikasiDari sisi waktu terjadinya, sepsis dibagi menjadi sepsis awitan dini, awitan

    lambat, dan infeksi nosokomial. Sepsis awitan dini atau infeksi perinatal terjadi

    segera dalam periode pascanatal dan biasanya diperoleh pada saat proses

    kelahiran atau in utero. Sepsis awitan lambat atau infeksi neonatal kemungkinan

    diperoleh pada saat lahir tetapi bermaninfestasi lambat (setelah 3 hari), atau

    diperoleh pascanatal sebagai infeksi nosokomial.1,4,5

    Selain perbedaan waktu paparan kuman, kedua bentuk infeksi juga

    berbeda dalam macam kuman penyebab infeksi. Selanjutnya baik patogenesis,

    gambaran klinis ataupun penatalaksanaan penderita tidak banyak berbeda dan

    sesuai dengan perjalanan sepsisnya yang dikenal dengan cascade sepsis.1

    D. EtiologiEtiologi sepsis neonatorum untuk setiap rumah sakit atau daerah tidak

    selalu sama. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis. Sepsis

    pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri. Kuman penyebab sepsis awitan

    dini berturut-turut adalah A. calcoaceticus, S. epidermidis, Klebsiella sp.,

    Pseudomonas sp., danE. coli. Sedangkan penyebab sepsis awitan lambat berturut-

    turut adalahA. calcoaceticus,E. aerogenes, Staphylococcus sp.,Klebsiella sp., S.

    marcescens, danPseudomonas sp.4,5

    E. Patofisiologi dan PatogenesisSelama dalam kandungan relatif aman terhadap kontaminasi kuman karena

    terlindung oleh berbagai organ tubuh seperti plasenta, selaput amnion, khorion,

    dan beberapa faktor anti infeksi pada cairan amnion. Walaupun demikian

    kemungkinan kontaminasi kuman dapat timbul melalui berbagai jalan yaitu :1,5

    1. infeksi kuman, parasit atau virus yang diderita ibu dapat mencapai janinmelalui aliran darah menembus barier plasenta dan masuk sirkulasi janin.

    Keadaan ini ditemukan pada infeksi TORCH, Trieponema Pallidum atau

    Listeria dll.

    2. prosedur obstetri yang kurang memperlihatkan faktor aseptik/antiseptikmisalnya saat pengambilan contoh darah janin, bahan villi khorion atau

    amniosintesis.paparan pada cairan amnion saat prosedur dilakukan akan

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    11/26

    11

    menimbulkan amnionitis dan pada akhirnya terjadi kontaminasi kuman pada

    janin.

    3. pada saat ketuban pecah, paparan kuman yang berasal dari vagina akanlebih berperan dalam infeksi janin. Pada keadaan ini kuman vagina masuk

    ke dalam rongga uterus dan bayi dapat terkontaminasi kuman melalui

    saluran pernapasan ataupun saluran cerna. Kejadian kontaminasi kuman

    pada bayi yang belum lahir akan meningkat apabila ketuban telah pecah

    lebih dari 18-24 jam.

    Setelah lahir, kontaminasi kuman terjadi dari lingkungan bayi baik karena

    infeksi silang ataupun karena alat-alat yang digunakan bayi, bayi yang mendapat

    prosedur neonatal invasif seperti kateterisasi umbilikus, bayi dalam ventilator,

    kurang memperhatikan tindakan a/antisepsis, rawat inap yang terlalu lama dan

    hunian terlalu padat, dll.1

    Sepsis biasanya akan dimulai dengan adanya respon sistemik tubuh

    dengan gambaran proses inflamasi, koagulopati, gangguan fibrinolisis yang

    selanjutnya menimbulkan gangguan sirkulasi dan perfusi yang berakhir dengan

    gangguan fungsi organ. Berlainan dengan pasien dewasa, pada bayi baru lahir

    terdapat berbagai tingkat defisiensi sistem pertahanan tubuh, sehingga respons

    sistemik pada janin dan bayi baru lahir akan berlainan dengan pasien dewasa.

    Sebagai contoh, pada infeksi awitan dini respon sistemik pada bayi baru lahir

    mungkin terjadi saat bayi masih dalam kandungan. Keadaan ini dikenal dengan

    fetal inflammatory response syndrome (FIRS), yaitu infeksi janin atau bayi baru

    lahir terjadi karena perjalanan infeksi kuman vagina (ascanding infaction) atau

    infeksi yang menjalar secara hematogen dari ibu yang menderita infeksi. Dengandemikian konsep infeksi pada bayi baru lahir, khususnya pada infeksi awitan dini,

    perjalanan penyakit bermula dengan FIRS kemudian sepsis, sepsis berat, syok

    septik/renjatan septik, disfungsi multi organ dan akhirnya kematian.1,4

    Pada infeksi awitan lambat perjalanan penyakit infeksi tidak berbeda

    dengan definisi pada anak. Dengan demikian, definisi sepsis neonatal ditegakkan

    apabila terdapat keadaan SIRS/FIRS yang dipicu infeksi baik berbentuk tersangka

    (suspected) infeksi ataupun terbukti (proven) infeksi. Selanjutnya dikemukakan,

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    12/26

    12

    sepsis bayi baru lahir ditegakkan bila ditemukan satu atau lebih kriteria

    FIRS/SIRS yang disertai gambaran klinis sepsis.1

    Gambaran klinis sepsis bayi baru lahir tersebut bervariasi, karena itu

    kriteria diagnostik harus pula mencakup pemeriksaan penunjuang baik

    pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan khusus lainnya. Kriteria tersebut

    terkait dengan perubahan yang terjadi dalam perjalanan penyakit infeksi.

    Perubahan tersebut dapat dikelompokkan dalam berbagai variabel, antara lain

    variabel klinik, variabel hemodinamik, variabel perfusi jaringan, dan variabel

    inflamasi.Berbagai variable inflamasi tersebut di atas merupakan respons sistemik

    yang ditemukan pada keadaan FIRS/SIRS. 1,3

    Dalam system imun, salah satu respon sistemik yang penting pada pasien

    FIRS/SIRS adalah pembentukan sitokin. Sitokin yang terbentuk dalam proses

    infeksi berfungsi sebagai regulator reaksi tubuh terhadap infeksi, inflamasi atau

    trauma. Jumlah sitokin yang terkait dengan SIRS terus bertambah dan mencakup

    faktor nekrosis tumor (TNF), interleukin (IL)-1,-6, dan -8, factor pengaktif

    trombosit (platelet activating factor[PAF]) dan interferon. Sebagian sitokin (pro-

    inflammatory cytokine seperti IL-1, IL-2 dan TNF-) dapat memperburuk keadaan

    penyakit tetapi sebagian lainnya (anti-inflammatory cytokine seperti IL-4 dan IL-

    10) bertindak meredam infeksi dan mempertahankan homeostasis organ vital

    tubuh.1,6

    Baik sendirian ataupun kombinasi, produk-produk bakteri dan sitokin

    proradang memicu respons fisiologis untuk menghentikan penyerbu (invader)

    mikroba. Respons ini adalah: (1) aktivasi system komplemen; (2) aktivasi faktor

    Hagenam (faktor XII), yang kemudian mencetuskan tingkatan-tingkatan

    koagulasi; (3) pelepasan hormon adrenokortikotropin dan beta-endorfin; (4)rangsangan neutrofil polimorfonuklear; dan (5) rangsangan sistem kalikrein-

    kinin.TNF dan mediator radang lain meningkatkan permeabilitas vascular,

    menimbulkan kebocoran kapiler difus, mengurangi tonus vaskuler, dan terjadi

    ketidakseimbangan antara perfusi dan kenaikan kebutuhan metabolik jaringan.6

    Perubahan sistem imun penderita sepsis menimbulkan perubahan pula

    pada sistem koagulasi. Pada sistem koagulasi tersebut terjadi peningkatan

    pembentukan Tissue Factor (TF) yang bersamaan dengan faktor VII darah akan

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    13/26

    13

    berperan pada proses koagulasi. Kedua faktor tersebut menimbulkan aktivasi

    faktor IX dan X sehingga terjadi proses hiperkoagulasi yang menyebabkan

    pembentukan trombin yang berlebihan dan selanjutnya meningkatkan produksi

    fibrin dari fibrinogen. Pada pasien sepsis, respon fibrinolisis yang biasa terlihat

    pada bayi normal juga terganggu. Supresi fibrinolisis terjadi karena pembentukan

    plasminogen-activator inhibitor-1 (PAI-1) yang dirangsang oleh mediator

    proinflamasi (TNF-). Demikian pula pembentukan trombin yang berlebihan

    berperan dalam aktivasi thrombin-activatable fibrinolysis inhibitor (TAFI) yaitu

    faktor yang menimbulkan sepresi fibrinolisis. Kedua faktor yang berperan dalam

    supresi ini mengakibatkan akumulasi fibrin darah yang dapat menimbulkan

    mikrotrombin pada pembuluh darah kecil sehingga terjadi gangguan sirkulasi.

    Gangguan tersebut mangakibatkan hipoksemia jaringan dan hipotensi sehingga

    terjadi disfungsi berbagai organ tubuh. Manifestasi disfungsi multiorgan ini secara

    klinis dapat memperlihatkan gejala-gejala sindrom distres pernapasan, hipotensi,

    gagal ginjal dan bila tidak teratasi akan diakhiri dengan kematian pasien.1,6

    Gambar 1. Patofisiologi sepsis

    Dikutip dari :

    http://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuem

    of.html

    F. Diagnosis

    http://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.htmlhttp://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.htmlhttp://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.htmlhttp://www6.ufrgs.br/favet/imunovet/molecular_immunology/pathohomotissuemof.html
  • 7/29/2019 Sepsis Case

    14/26

    14

    Diagnosis dini sepsis neonatal penting artinya dalam penatalaksanaan dan

    prognosis pasien. Keterlambatan diagnosis berpotensi mengancam kelangsungan

    hidup bayi dan memperburuk prognosis pasien. Diagnosis sepsis neonatal sulit

    karena gambaran klinis pasien tidak spesifik. Gejala sepsis klasik yang ditemukan

    pada anak lebih besar jarang ditemukan pada bayi baru lahir. Tanda dan gejala

    sepsis neonatal tidak berbeda dengan gejala penyakit non infeksi berat lain pada

    bayi baru lahir. Selain itu tidak ada satu pun pemeriksaan penunjang yang dapat

    dipakai sebagai pegangan tunggal dalam diagnosis pasti pasien sepsis. Dalam

    menentukan diagnosis diperlukan berbagai informasi antara lain: 1,3,4

    1. Faktor resiko2. Gambaran klinik3. Pemeriksaan penunjang

    ketiga faktor ini perlu dipertimbangkan saat mengahadapi pasien, karena

    salah satu faktor saja tidak mungkin dipakai sebagai pegangan dalam menegakkan

    diagnosa pasien.2

    Faktor resiko

    Faktor resiko sepsis dapat bervariasi tergantung awitan sepsis yang

    diderita pasien. Pada awitan dini berbagai faktor yang terjadi selama kehamilan,

    persalinan ataupun kelahiran dapat dipakai sebagai indikator untuk melakukan

    elaborasi lebih lanjut sepsis neonatal. Berlainan dengan awitan dini, pada pasien

    awitan lambat, infeksi terjadi karena sumber infeksi yang terdapat dalam

    lingkungan pasien.1

    1. Faktor resiko ibu1,4,8 Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban

    pecah lebih dari 24 jam maka kejadian sepsis meningkat sekitar 1%,dan bila disertai korioamnionitis maka kejadian sepsis meningkat

    menjadi 4 kali

    Infeksi dan demam (lebih dari 38C) pada masa peripartum akibatkorioamnionitis, infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh

    Streptokokus grup B, kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi

    obstetrik lainnya

    Cairan ketuban hijau keruh dan berbau

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    15/26

    15

    2. Faktor resiko neonatus1,4,8

    Prematuritas dan berat lahir rendah Resusitasi pada saat kelahiran misalnya pada bayi yang mengalami fetal

    distress, dan trauma pada proses persalinan

    Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, kateter, infus, danpembedahan

    Bayi dengan galaktosemia (prediposisi untuk sepsis olehE. coli), defekimun, atau asplenia

    Asfiksia neonatorum Cacat bawaan Tanpa rawat gabung Pemberian nutrisi parenteral Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lamaFaktor resiko awitan dini maupun lambat ini walaupun tidak selalu

    berakhir dengan infeksi, harus tetap mendapatkan perhatian khusus terutama bila

    disertai gejala klinis. Hal ini akan meningkatkan identifikasi dini dan tatalaksana

    yang lebih efisien pada sepsis neonatal sehingga dapat memperbaiki mortilitas dan

    morbiditas pasien.1

    Manifestasi klinik

    Pada bayi baru lahir, infeksi harus dipertimbangkan pada diagnosis

    banding tanda-tanda fisik. Bila banyak system terlibat atau bila tanda-tanda

    kardiorespirasi menunjukkan sakit berat, maka sepsis harus dipikirkan. Pada

    sepsis awitan dini janin yang terkena infeksi mungkin menderita takikardi, lahir

    dengan asfiksia dan mememerlukan resusitasi karena Apgar yang rendah. Setelah

    lahir, bayi terlihat lemah dan tampak gambaran klinis sepsis seperti

    hipo/hipertermia, hipoglikemia dan kadang-kadang hiperglikemia. Selanjutnya

    akan terlihat berbagai kelainan dan gangguan fungsi organ tubuh.1,3

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    16/26

    16

    Tabel 1. Manifestasi klinis sepsis neonatorum.3,4,8

    Keadaan umum Demam, hipotermia, tidak merasa

    baik,tidak mau makan, sklerema

    Sistem Gastointestinal Perut kembung, muntah, diare,

    hepatomegali

    Sistem Pernapasan Apnea, dispnea, takipnea, retraksi,

    grunting, sianosis

    Sistem Saraf Pusat Iritabilitas, lesu, tremor, kejang,

    hiporefleksia, hipotonia, refleks Moro

    abnormal, pernapasan tidak teratur,

    fontanela menonjol, tangisan nada

    tinggi

    Sistem Kardiovaskuler Pucat, mottling, dingin,kulit lembab,

    takikardi, hipotensi, bradikardi

    Sistem Hematologi Ikterus, splenomegali, pucat, petekie,purpura, perdarahan

    Sistem Ginjal oliguria

    Manfestasi akhir sepsis meliputi tanda-tanda edema serebral dan/atau

    trombosis, gagal napas sebagai akibat sindrom distres respirasi didapat (ARSD),

    hipertensi pulmonal, gagal ginjal, hepatoseluler dengan hiperbilirubinemia dan

    peningkatan enzim, waktu protrombin (prothrombin time [PT]) dan waktu

    tromboplasitin parsial ( partial thromboplastin time [PTT]) yang memanjang,

    syok septik, perdarahan adrenal disertai insufisiensi adrenal, kegagalan sumsumtulang (trombositopenia, netropenia, anemia) dan koagulasi intravaskular

    diseminata (diseminated intravascular coagulation [DIC]).4

    Pemeriksaan penunjang

    Bervariasinya gejala klinik dan gambaran klinis yang tidak seragam

    menyebabkan kesulitan dalam menentukan diagnosis pasti. Untuk hal itu

    pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium ataupun pemeriksaan

    khusus lainnya sering dipergunakan dalam membantu menegakkan diagnosis.

    Upaya inipun tampaknya masih belum dapat diandalkan. Sampai saat ini

    pemeriksaan laboratorium tunggal yang mempunyai sensitifitas dan spesifisitas

    tinggi sebagai indikator sepsis, belum ditemukan.2,5

    Pertanda diagnostik yang ideal memiliki kriteria yaitu nilai cut off tepat

    yang optimal, nilai diagnostik yang baik yaitu sesitivitas mendekati 100%,

    spesifisitas lebih dari 85%, Positive Probable Value (PPV) lebih dari 85%,

    Negative Probable Value (NPV) mendekati 100%, dan dapat mendeteksi infeksi

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    17/26

    17

    pada tahap awal. Kegunaan klinis dari pertanda diagnostik yang ideal adalah

    untuk membedakan antara infeksi bakteri dan virus, petunjuk untuk penggunaan

    antibiotik, memantau kemajuan pengobatan, dan untuk menentukan prognosis.4

    Teknik direk1, 7

    Metode paling definitif dalam mendiagnosa sepsis neonatal terdiri atas

    isolasi mikroorganisme dari darah neonatus bergejala. Biasanya dengan

    menggunakan teknik yang steril, punksi vena perifer digunakan untuk

    mendapatkan 0,5 1,0 ml darah. Selain itu isolasi mikroorganisme dari cairan

    tubuh steril juga akan menguatkan diagnosis. Cairan tubuh ini termasuk cairan

    serebrospinal (LCS), urin, dan cairan sendi,pleura dan cairan peritoneal.

    Teknik indirek

    Pertanda hematologik yang digunakan adalah hitung sel darah putih total,

    hitung neutrofil, neutrofil imatur, rasio neutrofil imatur dengan neutrofil total

    (I:T), mikro Erytrocyte Sedimentation Rate (ESR), dan hitung trombosit. Tes

    laboratorium yang dikerjakan adalah CRP, prokalsitonin, sitokin IL-6, GCSF, tes

    cepat (rapid test) untuk deteksi antigen, dan panel skrining sepsis.1,4,5,7,8

    Sel darah putih dianggap lebih sensitif dalam menunjang diagnosis

    ketimbang hitung trombosit. Enam puluh persen pasien sepsis biasanya disertai

    perubahan hitung perubahan hitung neutrofil. Rasio antara neutrofil imatur dan

    neutrofil total (rasio I/T)sering dipakai sebagai penunjang diagnosa sepsis

    neonatal. Sensitifitas rasio I/T ini 60-90 %, karenanya untuk diagnosis, perlu

    disertai kombinasi dengan gambaran klinik dan pemeriksaan penunjang lain.1,5

    C-reactive protein (CRP), yaitu protein yang timbul pada fase akutkerusakan jaringan. Peninggian kadar CRP ini terjadi 24 jam setelah terjadi sepsis,

    meningkat pada hari ke 2-3 sakit dan menetap tinggi sampai infeksi teratasi. Nilai

    CRP akan lebih bermanfaat bila dilakukan secara serial karena dapat memberikan

    informasi respons pemberian antibiotik serta dapat pula dipergunakan untuk

    mentukan lamanya pemberian pengobatan dan kejadian kekambuhan pada pasien

    dengan sepsis neonatal.1,5,8

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    18/26

    18

    Saat ini, kombinasi petanda terbaik untuk mendiagnosis sepsis adalah

    sebagai berikut: IL6, dan IL1-ra untuk 1-2 hari setelah munculnya gejala; IL6

    (atau IL1-ra 0, IL8, G-CSF, TNF, CRP, dan hematological indices)pada hari ke-

    0; CRP, IL6 (atau GCSF dan hematological indices)pada hari ke-1; dan CRP

    pada hari-hari berikutnya untuk memonitor respons terhadap terapi. Tabel 3

    menjelaskan sensitivitas dan spesifisitas dari berbagai uji laboratorium.4

    Tabel 2. Komponen untuk Skrining Sepsis yang Dihubungkan dengan Sensitivitas

    dan spesifisitas.5

    Uji Nilai Abnormal Sensitivitas Spesifisitas

    C Reactive Protein (CRP) >10 mg/L 47-100% 83-94%

    Hitung Leukosit Total (TLC) 15000 17-89% 81-98%

    Hitung Neutrofil Absolut

    (ANC)

    20% 90-100% 50-78%

    Tabel 3. Kriteria Diagnosis Sepsis pada Neonatus8,9

    Variabel klinis

    Suhu tidak stabil Denyut Jantung >180 kali/menit, 60 kali/menit ditambah merintih/retraksi atau desatusari

    Letargis atau penurunan kesadaran Intoleransi glukosa (glukosa plasma >10 mmol/L) Intoleransi minum

    Variabel hemodinamik

    Tekanan darah 34.000/mL) Leukopenia (hitung leukosit 10% Immature : total neutrophil (IT) ratio >0,2 Trombositopenia 10 mg/dL atau >2 SD di atas nilai normal Prokalsitonin >8,1 mg/dL atau >2 SD di atas nilai normal IL-6 atau IL-8 > 70 pg/mL 16 s PCR positif

    SD: standar deviasi; CRP: C- reactive protein; PCR:polymerase chain reaction

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    19/26

    19

    G. Tatalaksana sepsis neonatorum

    Pengobatan sepsis neonatorum dapat dibagi menjadi terapi antimikrobia

    pada patogen yang dicurigai atau yang telah diketahui, dan perawatan pendukung.

    Cairan, elektrokit, dan glukosa harus dipantau dengan teliti, disertai dengan

    perbaikan hipovolemia, hiponatremia, hipokalsemia, dan hipoglikemia serta

    pembatasan cairan jika sekresi hormon antidiuretik tidak memadai. Syok,

    hipoksia, dan asidosis metabolik harus dideteksi dan dikelola dengan pemberian

    inotropik, resusitasi cairan, dan ventilasi mekanik.3

    Eleminasi kuman merupakan pilihan utama dalam manajemen sepsis

    neonatal. Pada kenyataannya menentukan kuman spesifik pasti tidak mudah

    Dengan dan membutuhkan waktu. Untuk memperoleh hasil yang optimal

    pengobatan sepsis harus cepat dilaksanakan. Sehubungan dengan hal tersebut

    pemberian antibiotika secara empiris terpaksa cepat diberikan untuk

    menghindarkan berlanjutnya perjalanan penyakit. Pemberian pengobatan pasien

    biasanya dengan memberikan antibiotik kombinasi yang bertujuan untuk

    memperluas cakupan mikroorganisme patogen yang mungkin diderita pasien.

    Diupayakan kombinasi antibiotik tersebut mempunyai sensitifitas yang baik

    terhadap kuman gram positif ataupun gram negatif. Selain pola kuman hendaknya

    diperhatikan pula resistensi kuman. Namun lama pemberian antibiotik begantung

    pada hasil kultur darah, dan segera setelah didapatkan hasil kultur darah, jenis

    antibiotika yang dipakai disesuaikan dengan kuman penyebab dan pola

    reistensinya.1,3,4,8

    Tabel 3. Waktu/durasi pemberian antibiotik pada sepsis neonatal.8

    Diagnosis Durasi

    Meningitis 21 hari

    Kultur darah (+), tanda-tanda sepsis (+) 1014 hariKultur darah (-), komponen skrining sepsis (+) 710 hari

    Kultur darah (-), komponen skrining sepsis (-) 57 hari

    Mempertimbangkan pola kuman yang tersering ditemukan, Divisi

    Perinatologi RSCM menggunakan obat golongan Ceftasidim sebagai antibiotik

    pilihan pertama dengan dosis yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari, 2 kali

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    20/26

    20

    sehari. Beberapa kuman Gram negatif saat ini hanya sensitif terhadap imipenem

    atau meropenem dengan dosis 25 mg/kgBB/dosis, 2 kali sehari.2,6

    Dalam kepustakaan dikemukakan bahwa kuman Streptokokus Grup B dan

    kuman Gram positif lainnya masih sensitif terhadap penisilin (dosis 100.000-

    200.000 U/kgBB/hari) atau ampisilin (dosis 100-200 mg/kgBB/hari). Sedangkan

    kuman Listeria masih sensitif terhadap kombinasi antibiotik ampisilin dan

    aminoglikosid, serta golongan Pseudomonas umumnya sensitif terhadap

    sefalosporin. Lamanya pengobatan sangat bergantung kepada jenis kuman

    penyebab. Pada penderita yang disebabkan oleh kuman Streptococcus dan

    Listeria, pemberian antibiotik dianjurkan selama 10-14 hari, sedangkan penderita

    yang disebabkan oleh kuman Gram negatif pengobatan kadang-kadang diteruskan

    sampai 2-3 minggu.4,8

    Berdasarkan Standar Penatalaksanaan Bagian Ilmu Kesehatan anak RSMH :9

    Ceftazidime 50mg/KgBB/Hari dibagi dalam 2 dosis Bila dicurigai infeksi karena stafilokokus maka diberikan

    sefalosporin generasi ke-2, 50mg/KgBB/Hari dalam 2 kali

    pemberian, bila tidak ada perbaikan klinis dalam 48 jam atau

    keadaan umum semakin memburuk, pertimbangkan pindah ke

    antibiotik yang lebih poten misalnya meropenem 20mg/KgBB IV

    tiap 8 jam atau sesuai dengan tes resistensi. Antibiotika diberikan

    7-10 hari (antibiotik dihentikan setelah klinis membaik 5 hari.

    Pemberian cairan :o IVFD Dextrose 7,5% ATAU 10% 500CC + Ca glukonas

    dengan jumlah sesuai kebutuhan bayi

    o Mulai hari ketia baru ditambahkan NaCl 15% 6cc/kolfo Bila ada tanda dehidrasi atasi rehidrasio Jika ada asidosis berikan dekstrose dan Bicnat (4 : 1)

    sampai secara klinis tidak ada tanda asidosis. Bila dapat

    diperiksa analisa gas darah, asidosis dapat dikoreksi

    langsung dengan pemberian Bicnat 4,2% secara perlahan-

    lahan.

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    21/26

    21

    o Bila belum bisa makan peroral beri larutan asam amino 2-3g/KgBB/hari. Bila sudah makan peroral beri asi atau susu

    formula.

    Pengobatan suportifo Oksigen intranasal 1-2 liter/menit bila sianosis.o Bila ada apneu disertai bradikardi dan sianosis lebih dari 2

    episode sehari cari etiologinya, hipoglikemi, hiponatremi,

    dll. Dapat dipertimbangkan permberian nafas mekanik.

    Edukasio Penjelasan mengenai faktor risiko infeksi dan

    penatalaksanaan serta komplikasi.

    H.PencegahanPenatalaksanaan yang agresif diberikan pada ibu yang dicurigai menderita

    korioamnionitis dengan antibiotika sebelum persalinan, persalinan yang cepat bagi

    bayi baru lahir, kemoprofilaksis intrapartum selektif nampak dapat menurunkan

    tingkat morbiditas dan mortilitas pada sepsis neonatal.3

    Kondisi lingkungan dan prosedur invasif yang diberikan pada neonatus

    merupakan predisposisi sepsis yang sangat penting. Tindakan-tindakan yang

    mengkatkan koloni bakteri non-patogen sambil mencegah bakteri patogen pada

    bayi baru lahir merupakan kepentingan utama.3,4

    Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya

    infeksi pada bayi neonatus. Pembersihan dan dekontaminasi peralatan ruang bayi

    secara teratur, penekanan masalah dasar pencucian tangan, pengawasan teratur

    adanya infeksi dalam ruangan bayi dan unit perawatan intensif bayi neonatus dan

    pengenalan sumber-sumber ledakan infeksi umum mempunyai arti penting

    menurunkan resiko infeksi.4

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    22/26

    22

    I. PrognosisAngka kematian bayi dengan sepsis neonatal 2-4 kali lebih tinggi pada

    bayi dengan berat lahir rendah. Dengan angka kematian 15-40 % pada sepsis

    neonatal awitan cepat (sekitar 2-30% disebabkan oleh Streptokokus grup B

    [SGB]) dan 10-20 % pada sepsis neonatal awitan lambat (2 % disebabkan oleh

    SGB). Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari waktu timbulnya

    penyakit, penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya penyakit dan tempat

    perawatannya. Gejala sisa neurologik yang jelas tampak adalah hidrosefalus,

    retardasi mental, buta, tuli dan cara bicara yang tidak normal.4,5,7

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    23/26

    23

    BAB III

    ANALISIS KASUS

    Bayi perempuan lahirSectio Cesarea dari ibu G1P0A0, Aterm, ditolong oleh

    dokter di ruang kebidanan RSUD Palembang Bari, saat lahir langsung menangis,

    APGAR Score 4/6/8 dilakukan pembersihan jalan nafas , Riwayat KPSW 2 hari ,

    ketuban hijau (-), kental (-), bau (-), mekonium (-), anus (+) LK : 34 cm, BB=

    3400 gram, PB 50 cm.

    Pada pemeriksaan umum didapatkan tampak sakit sedang, aktifitas: aktif,

    refleks hisap: kuat, tangis: kuat, HR 138 x/menit, pernapasan 52 x/menit, suhu

    badan 36,5o

    C. Dilakukan pemeriksaan darah rutin, didapatkan hasil: hb 21,1 g/dl,

    ht 58 %, leukosit 38.900/mm3, trombosit 266.000/mm3,diff count : 0/0/2/73/15/10,

    CRP (+), ini menunjukkan bahwa OS mengalami Sepsis Neonatorum. OS lalu

    dirawat di ruang Neonatus RSUD Palembang BARI.

    Pada saat lahir bayi tidak langsung menangis dan nilai APGAR SCORE

    menit pertama 7, menit kelima 8, yang menandakan bahwa bayi Ny. S mengalami

    asfiksia ringan. Pada pasien ini juga diperoleh data bahwa Riwayat KPSW 2

    hari, ketuban hijau (-),kental (-),bau busuk (-),dan terdapat mekonium hal inimenunjukkan adanya indikasi tersangka infeksi yaitu ditemukan satu atau lebih

    dari gejala temperatur ibu > 380c, Leukosit ibu > 25.000, KPSW 12 jam,

    ketuban hijau (+), kental (+), berbau busuk (+) dan partus kasep.Sehingga dalam

    kasus ini kemungkinan penyebabnya adalah dari faktor janin dan ibu, yaitu

    asfiksia neonatorum dan ketuban pecah lebih dari 18-24 jam.

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    24/26

    24

    BAB IV

    KESIMPULAN

    Bayi SA, perempuan, berusia 0 hari, lahir dengan Sectio Cesarea mengalamiasfiksia ringan dan sepsis neonatorum.

  • 7/29/2019 Sepsis Case

    25/26

    25

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Aminullah A. Sepsis Pada Bayi Baru Lahir. Dalam: M. Sholeh Kosim, AriYunanto. dkk (editor). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta: Ikatan DokterAnak Indonesia; 2008.hal171185

    2. The Merck Manuals Online Medical Library. Neonatal Sepsis (SepsisNeonatorum). Accessed Maret 2009. Available from URL:

    http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.html

    3. Gotoff SP. Sepsis dan Meningitis Neonatus. Dalam: Nelson, Behrman,Kliegman, Arvin (editor). Ilmu Kesehatan Anak. Vol 1.ed 15. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000. Hal 653655

    4. Rohsiswatmo R dr, SpA(K). Tatalaksana Sepsis Neonatorum. MediaAesculapius no.6/Jan-Feb 2007. Accessed Maret 2009. Available from

    URL

    http://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SK

    MA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdf

    5. Harianto A. Sepsis Neonatorum.SMF Ilmu Kesehatan Anak, FakultasKedokteran UNAIR Surabaya. Accessed Maret 2009. Available from URL

    http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori

    =pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htm

    6. Powell KR. Sepsis dan Syok. Dalam: Nelson, Behrman, Kliegman, Arvin(editor). Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2.ed 15. Jakarta: Penerbit Buku

    Kedokteran EGC; 2000. Hal 869870

    7. Sankar MJ, Ramesh A, dkk. Sepsis In The Newborn. Division ofNeonatologi Department of Pediatrics. . Accessed Maret 2009. Available

    from URL http://www.newbornwhocc.org/pdf/sepsis_innewborn.pdf

    8. Family Practice Notebook. Neonatal Sepsis. Accessed Maret 2009.Available from URL http://www.fpnotebook.com/Nicu/ID/NntlSps.htm

    9. Bermawi, Herman. 2012. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak:Infeksi Pada Neonatus. Palembang: Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSMH

    http://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.htmlhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.newbornwhocc.org/pdf/sepsis_innewborn.pdfhttp://www.fpnotebook.com/Nicu/ID/NntlSps.htmhttp://www.fpnotebook.com/Nicu/ID/NntlSps.htmhttp://www.newbornwhocc.org/pdf/sepsis_innewborn.pdfhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.pediatrik.com/isi03.php?page=html&hkategori=pdt&direktori=pdt&filepdf=0&pdf=&html=07110-tsyz266.htmhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.freewebs.com/mediaaesculapius/arsip%20skma%202007/SKMA_revisi_jan-feb07sudah%20terisi_edit4.pdfhttp://www.merck.com/mmpe/sec19/ch279/ch279m.html
  • 7/29/2019 Sepsis Case

    26/26