Top Banner
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya tekstil berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model kriya tekstil serta sebagai alat komunikasi melalui symbol, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan Sedang dalam pembelajarannya ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan 1 1
39

Seni Budaya

Aug 07, 2015

Download

Documents

Herdina Pratiwi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Seni Budaya

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kriya tekstil berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui

kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan

masalah melalui pola pikir dan model kriya tekstil serta sebagai alat komunikasi

melalui symbol, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan

Sedang dalam pembelajarannya ada kecenderungan dalam dunia pendidikan

dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika

lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak

“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya.

Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam

kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak

memecahkan persoalan dalam kehidupan jangkan panjang. Dan, itulah yang

terjadi di kelas-kelas sekolah kita. Pendekatan kontekkstual adalah suatu

pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu.

Sekarang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli

pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal.

Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar

sekolah yang sedemikian cepat.

1

1

Page 2: Seni Budaya

Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru

senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada

pembelajaran struktural dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta

didik atau siswa berbeda.

Khususnya dalam pembelajaran Kria Tekstil, agar siswa dapat memahami

materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran

kontektual, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata

kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan

memberikan soal-soal kepada siswa.

Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti terdorong untuk

melihat pengaruh pembelajaran diskusi kelompok terhadap prestasi belajar siswa.

Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Meningkatkan

hasil belajar membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa

terapan nusantara Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten

Trenggalek Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 Dengan Metode Diskusi Kelompok

”.

B. Rumusan Masalah

Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji beberapa

permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar membuat karya seni kriya tekstil

dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara Siswa Kelas VIII A

2

Page 3: Seni Budaya

SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun Pelajaran

2009/2010 dengan diterapkannya metode diskusi kelompok?

2. Bagaimanakah pengaruh metode diskusi kelompok terhadap motivasi belajar

Siswa Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek

Pada Tahun Pelajaran 2009/2010?

C. Tujuan Penelitian

Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan

penelitian ini adalah:

1. Untuk mengungkap pengaruh metode diskusi kelompok terhadap

Kemampuan membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni

rupa terapan nusantara Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan

Kabupaten Trenggalek Pada Tahun Pelajaran 2009/2010.

2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran

seni budaya setelah diterapkannya metode diskusi kelompok pada siswa

Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun

Pelajaran 2009/2010.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode

diskusi kelompok dalam pembelajaran seni budaya dalam membuat karya

seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara Siswa

Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun

Pelajaran 2009/2010.

3

Page 4: Seni Budaya

2. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi

belajar siswa khususnya pada mata pelajaran seni budaya.

3. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran

yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.

4. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk

saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.

4

Page 5: Seni Budaya

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar Secara Kooperatif

Pada pembelajaran teater di kelas, belajar teater dengan kerja kelompok

adalah kelompok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, meskipun pada

suatu keadaan khusus hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ini sekelompok

siswa belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan tugas-tugas yang

diberikan gurunya, saling membantu menyelesaikan tugas atau memecahkan

masalah. Kegiatan kelompok kooperatif terkait dengan banyak pendekatan atau

metode, seperti eksperimen, investigasi, eksplorasi, dan pemecahan masalah.

Davidson (1985) mencatat bahwa sejak tahun 1960-an, berbagai jenis

belajar berkelompok telah banyak dikembangkan untuk berbagai jenis tugas atau

pembelajaran. Ausubel (1968) menyebutnya “group centered approach”, yang dalam

grup atau kelompok itu terjadi interaksi dan saling mempengaruhi antara siswanya.

Pengaruh itu terjadi dengan berbagai alasan sesuai motivasi dan orientasi setiap

siswanya.

Kelman (1971) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling

pengaruh secara sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia

memang berharap untuk menerimanya. Yang kedua, memang ia ingin mengadopsi

atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena

sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu

5

Page 6: Seni Budaya

kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh

kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.

Slavin (1991) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja

dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Lowe (1989)

menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan

pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai

sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif

meningkatkan kepositipan sikap sosial dan kemampuan kognitif sesuai tujuan

pendidikan.

Meskipun dalam praktiknya sering dikeluhkan sebagai suatu kegiatan yang

sulit dilaksanakan karena berbagai sebab, namun banyak penelitian yang mendorong

terselenggaranya kegiatan belajar secara berkelompok ini. Keuntungan yang

ditunjukkan para peneliti adalah keuntungan baik yang menyangkut sikap sosial yang

positif maupun meningkatnya hasil belajar.

B. Diskusi Kelompok

Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/

pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran

(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat

saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran

inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan

sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti:

penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain

6

Page 7: Seni Budaya

Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran

antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan

untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling

menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang

masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan

metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau

mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok,

proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk

diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok

yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.

7

Page 8: Seni Budaya

BAB III

METHODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Design penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas

(PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.

PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan”, yang dilakukan secara

siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.

Sependapat dengan uraian tersebut, Dr. Karwono (1988:42) mendefinisikan PTK

sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk

meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam

melaksanakan tugas.

Menurut Kurt Lewin (1991:70), PTK terdiri dari empat komponen, yaitu : (1)

perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4)

refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.

dan dapat diilustrasikan sebagai berikut:

(diadaptasi dari Kurt Lewin, 1991:70)

8

Studi awalIdentifikasi Masalah

dalam kelas

PerencanaanPembuatan

RPP

Pelaksanaan Tindakan& Observation Refleksi

Revisi

Belum mencapai

target

Telah mencapai

target

Tindakan dihentikan

Page 9: Seni Budaya

B. Methode penentuan tempat penelitian

Berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti sebagai pengajar telah

menemukan permasalahan yang signifikan dalam Kelas VIII A SMP Negeri 1

Bendungan Kabupaten Trenggalek. Oleh karenanya, peneliti mimilih kelas

tersebut sebagai tempat penelitian. Penentuan tempat tersebut didasarkan pada

metode purposive atau purposive sampling area. yaitu suatu metode penelitian

yang didasarkan pada pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna memperoleh

data yang diperlukan.

C. Methode penentuan subjek penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas Kelas VIII A SMP Negeri 1

Bendungan Kabupaten Trenggalek. Subyek ini ditentukan menggunakan metode

purposive dengan pertimbangan bahwa siswa tersebut masih mengalami kesulitan

di kelas. Subjek penelitian adalah obyek yang diteliti, baik berupa manusia,

benda, peristiwa maupun gejala yang terjadi (Ali, 1985:54).

D. Teknik pengumpulan data

Data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan diambil dari test dan hasil

observasi pelaksanaan tiap siklus. Methode pengumpulan data akan dijabarkan

sebagai berikut:

3.4. 1 Test

Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data primer

berkaitan dengan kemampuan siswa. Arikunto (1998:139) mendefinisikan Test

sebagai seperangkat pertanyaan, latihan, atau alat pengukur, yang digunakan

9

Page 10: Seni Budaya

untuk mengukur suatu kemampuan, pengetahuan, dari seorang individu atau

kelompok.

Lebih lanjut, dalam penelitian ini menggunakan achievement test sebagai

instrument untuk memperoleh data primer. Achievement test digunakan untuk

mengukur kemampuan siswa setelah mendapat proses pengajaran di kelas.

berkaitan dengan penelitian ini, test yang diberikan harus valid dan reliable. Test

yang dibeikan valid apabila mewakili sample kemampuan siswa atau komponen

yang telah diajarkan dikelas berdasarkan kurikulum yang ada dan indikator yang

digunakan sebagai acuan.

Test yang valid harus reliable karena secara konsisten dapat digunakan

sebagai acuan atau ukuran. Berdasarkan pendapat Weir (1990:3) “jika sebuah test

valid, maka test itu juga reliable”. maka apabila test tersebut disusun berdasarkan

kurikulum yang ada dan indikator yang digunakan sebagai acuan, maka test

tersebut juga dianggap reliable. Oleh karenanya, test yang digunakan dalam

penelitian ini telah dianggap valid dan reliable karena telah memenuhi acuan

seperti tersebut diatas. Dan peneliti tidak perlu melaksanakan test untuk

mengetahui kevalidan dan kereliabelan dari test yang digunakan.

3.4.2 Observation

Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada setiap siklus. Observasi ini

digunakan untuk mendapatkan data proses pelaksanaan tindakan dalam kelas.

Hasil observasi yang dilakukan akan dijadikan sebagai bahan refleksi di akhir

pelaksanaan tiap siklus. Peneliti menggunakan observsi participatif dimana

10

Page 11: Seni Budaya

peneliti ikut serta dalam melaksanakan tindakan sambil mengadakan pengamatan

dikelas.

E. Prosedur Penelitian

1. Deskripsi umum penelitan yang dilaksanakan

Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan berdasarkan urutan yang pasti.

Urutan ini mengikuti model siklus yang terdiri dari empat aktivitas, yaitu:

a. Planning/perencanaan

b. Action/Implementation/ pelaksanaan

c. Observation and evaluation/ pengamatan dan evaluasi

d. Reflection/ refleksi

(Dr. H. Karwono, M.Pd)

2. Deskripsi penelitian secara detail

a. Planning / perencanaan tindakan

dalam perencanaan tindakan disiapkan beberapa hal sebagai berikut:

1. memilih materi yang diajarkan sesuai kurikulum.

2. menyusun RPP siklus pertama

3. menyiapkan instrumen (test)

b. Implementation / pelaksanaa tindakan

pelaksanan siklus pertama dilaksanakan selama jam pelajaran aktif

disekolah sesuai dengan jadwal yang ada. Pelaksanaan siklus pertama

dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan pada akhir tindakan siswa

diberi test guna mengetahui peningkatan / ketuntasan belajar siswa setelah

mendapatkan perlakuan tindakan.

11

Page 12: Seni Budaya

c. Observation and Evaluation / pengamatan dan evaluasi

Observasi adalah hal yang penting guna mengetahui tindakan yang

dilakukan di kelas. Observasi akan dilaksanakan untuk mengetahui apakan guru

telah melaksanakn RPP dengan baik atau tidak. Selaen itu, observasi juga

digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.

Dalalm observasi ini guru menggunakan catatan lapangan atau field note sebagai

bahan evaluasi.

Data peningkatan kemampuan siswa atau ketuntasan belajar siswa diketahui

melalui hasil test yang diberikan setiap akhir pelaksanaan siklus. Berdasarkan

petunjuk pelaksanaan belajar mengajar yaitu seorang siswa telah tuntas belajar

bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di

kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama

dengan 65%.

d. Reflection / refleksi

Refleksi digunakan untuk mengetahui gambaran umum tingkat ketuntasan

belajar siswa dan pelaksanan siklus yang dilakukan. Apakah siklus yang

dilakukan telah mencapai target atau belum. Data yang diambil akan dianalisa

secara kuantitatif dan dideskripsikan untuk menjawab permasalahan yang ada.

Data tersebut dianalisa dengan menggunakan persentase sebagai berikut:

Σ siswa yang tuntas belajar Σ siswa

(Adopted from Ali, 1993: 189)

12

M = X 100 %

Page 13: Seni Budaya

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil data observasi berupa

pengamatan pengelolaan metode diskusi kelompok dan pengamatan aktivitas siswa

dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.

Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan

pengelolaan metode diskusi kelompok yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

penerapan model metode diskusi kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar

siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.

Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah

diterapkan metode diskusi kelompok.

A. Analisis Data Penelitian Persiklus

1. Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I

dilaksanakan pada tanggal 7 November 2009 di Kelas Kelas VIII A SMP

Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 28

13

Page 14: Seni Budaya

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah

dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan

pelaksaaan belajar mengajar

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada

siklus I adalah sebagai berikut:

Table Nilai Tes I

No. Urut

NilaiKeterangan No.

UrutNilai

KeteranganT TT T TT

1 60 √ 15 60 √2 50 √ 16 70 √3 80 √ 17 70 √4 70 √ 18 80 √5 60 √ 19 70 √6 80 √ 20 50 √7 50 √ 21 70 √8 70 √ 22 70 √9 80 √ 23 60 √10 50 √ 24 80 √11 60 √ 25 70 √12 60 √ 26 60 √13 80 √ 27 70 √14 70 √ 28 80 √

Jumlah 920 7 7 Jumlah 960 10 4Jumlah Skor 1880Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 % Skor Tercapai 67,14

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

14

Page 15: Seni Budaya

Jumlah siswa yang tuntas : 17

Jumlah siswa yang belum tuntas : 11

Klasikal : Belum tuntas

Tabel Rekapitulasi Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus I

No Uraian Hasil Siklus I123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

67,1417

60,71

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan

metode diskusi kelompok diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 67,14 dan ketuntasan belajar mencapai 60,71% atau ada 17 siswa

dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena

siswa yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 60,71% lebih kecil dari

persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini

disebabkan karena siswa masih baru dan asing terhadap metode baru

yang diterapkan dalam proses belajar mengajar.

2. Siklus II

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

15

Page 16: Seni Budaya

b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II

dilaksanakan pada tanggal 14 November 2009 di Kelas VIII A SMP

Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 28

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus I, sehingga kesalah atau kekurangan pada siklus I tidak

terulanga lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah

tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai

berikut.

Table Nilai Tes II

No. Urut

NilaiKeterangan No.

UrutNilai

KeteranganT TT T TT

1 80 √ 15 70 √2 70 √ 16 60 √3 90 √ 17 80 √4 50 √ 18 70 √5 70 √ 19 70 √6 70 √ 20 70 √7 70 √ 21 60 √8 60 √ 22 90 √9 70 √ 23 80 √10 80 √ 24 60 √11 80 √ 25 80 √

16

Page 17: Seni Budaya

12 70 √ 26 60 √13 70 √ 27 90 √14 70 √ 28 70 √

Jumlah 1000 11 3 Jumlah 1010 10 4Jumlah Skor 2010Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 % Skor Tercapai 71,79

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 21

Jumlah siswa yang belum tuntas : 7

Klasikal : Belum tuntas

Tabel Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus II

No Uraian Hasil Siklus II123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

71,7921

75,00

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa

adalah 71,79 dan ketuntasan belajar mencapai 75,00% atau ada 21 siswa

dari 28 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada

siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami

peningkatan sedikit lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil

belajar siswa ini karena siswa mambantu siswa yang kurang mampu

dalam mata pelajaran yang mereka pelajari. Disamping itu adanya

kemampuan guru yang mulai meningkat dalam prose belajar mengajar.

17

Page 18: Seni Budaya

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran

yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat

pengajaran yang mendukung.

b. Tahap kegiatan dan pengamatan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III

dilaksanakan pada tanggal 21 November 2009 di Kelas VIII A SMP

Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 28

siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses

belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan

revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II

tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan

bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.

Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III

dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses

belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah

tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah

sebagai berikut:

18

Page 19: Seni Budaya

Table Nilai Tes III

No. Urut

NilaiKeterangan No.

UrutNilai

KeteranganT TT T TT

1 60 √ 15 80 √2 80 √ 16 90 √3 80 √ 17 80 √4 70 √ 18 70 √5 70 √ 19 80 √6 90 √ 20 60 √7 80 √ 21 80 √8 60 √ 22 90 √9 80 √ 23 80 √10 90 √ 24 70 √11 70 √ 25 80 √12 80 √ 26 70 √13 90 √ 27 70 √14 70 √ 28 90 √

Jumlah 1070 12 2 Jumlah 1090 13 1Jumlah Skor 2160Jumlah Skor Mask. Ideal 2800 % Skor Tercapai 77,14

Keterangan: T : Tuntas

TT : Tidak Tuntas

Jumlah siswa yang tuntas : 25

Jumlah siswa yang belum tuntas : 3

Klasikal : Tuntas

Tabel Hasil Tes Formatif Siswa pada Siklus III

No Uraian Hasil Siklus III123

Nilai rata-rata tes formatifJumlah siswa yang tuntas belajarPersentase ketuntasan belajar

77,1425

89,29

19

Page 20: Seni Budaya

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif

sebesar 77,14 dan dari 28 siswa yang telah tuntas sebanyak 25 siswa dan

3 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal

ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 89,29% (termasuk kategori

tuntas). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari

siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi

oleh adanya peningkatan kemampuan siswa dalam mempelajari materi

pelajaran yang telah diterapkan selama ini serta ada tanggung jawab

kelompok dari siswa yang lebih mampu untuk mengajari temannya

kurang mampu.

c. Refleksi

Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik

maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan

penerapan metode diskusi kelompok. Dari data-data yang telah diperoleh

dapat duraikan sebagai berikut:

1. Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua

pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum

sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing

aspek cukup besar.

2. Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif

selama proses belajar berlangsung.

20

Page 21: Seni Budaya

3. Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami

perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.

4. Hasil belajar siswsa pada siklus III mencapai ketuntasan.

d. Revisi Pelaksanaan

Pada siklus III guru telah menerapkan metode diskusi kelompok

dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa

pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka

tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan

untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan

apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar

mengajar selanjutnya penerapan metode diskusi kelompok dapat

meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

B. Pembahasan

1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa

Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa metode diskusi

kelompok memiliki dampak positif dalam meningkatkan daya ingat siswa.

Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan

siswa terhadap materi yang telah disampaikan guru selama ini (ketuntasan

belajar meningkat dari sklus I, II, dan III) yaitu masing-masing 60,71%,

75,00%, dan 89,29%. Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal

telah tercapai.

21

Page 22: Seni Budaya

2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

metode diskusi kelompok dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini

berdampak positif terhadap proses mengingat kembali materi pelajaran yang

telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai

rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.

3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran

Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses

pembelajaran kria Tekstil dengan metode diskusi kelompok yang paling

dominan adalah, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi

antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas

isiwa dapat dikategorikan aktif.

Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah

melaksanakan langkah-langkah metode diskusi kelompok dengan baik. Hal

ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas

membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan,

menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan

balik/evaluasi/Tanya jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup

besar.

22

Page 23: Seni Budaya

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pembelajaran dengan metode diskusi kelompok memiliki dampak positif

dalam meningkatkan kemampuan apresiasi teater pada siswa yang ditandai

dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus

I (60,71%), siklus II (75,00%), siklus III (89,29%).

2. Penerapan metode diskusi kelompok mempunyai pengaruh positif, yaitu

dapat meningkatkan motivasi belajar siswa untuk mempelajari kembali materi

pelajaran yang telah diterima, hal ini ditunjukan dengan antusias siswa

sehingga mereka menjadi termotivasi untuk belajar.

3. Metode diskusi kelompok memiliki dampak positif terhadap kerjasama antara

siswa, hal ini ditunjukkan adanya tanggung jawab dalam kelompok dimana

siswa yang lebih mampu mengajari temannya yang kurang mampu.

B. Saran

Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses

belajar mengajar lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi

siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:

23

Page 24: Seni Budaya

1. Untuk melaksanakan metode diskusi kelompok memerlukan persiapan yang

cukup matang, sehingga guru harus mempu menentukan atau memilih topik

yang benar-benar bisa diterapkan dengan metode diskusi kelompok dalam

proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.

2. Dalam rangka meningkatkan kemampuan siswa, guru hendaknya lebih sering

melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran yang sesuai, walau dalam

taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan

baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau

mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.

3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya

dilakukan di SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek.

24

Page 25: Seni Budaya

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. 1996. Guru Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindon.

Arikunto, Suharsimi. 1989. Penilaian Program Pendidikan. Proyek Pengembangan LPTK Depdikbud. Dirjen Dikti.

Arikunto, Suharsimi. 1992. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Mengajar Secara Manusiawi. Jakarta: Rineksa Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineksa Cipta

Combs. Arthur. W. 1984. The Profesional Education of Teachers. Allin and Bacon, Inc. Boston.

Daroeso, Bambang. 1989. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral Pancasila. Semarang: Aneka Ilmu.

Dayan, Anto. 1972. Pengantar Metode Statistik Deskriptif, tt. Lembaga Penelitian Pendidian dan Penerangan Ekonomi.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineksa Cipta.

Hadi, Sutrisno. 1981. Metodogi Research. Yayasan Penerbitan Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Yoyakarta.

Hadi, Sutrisno. 1982. Metodologi Research, Jilid 1. Yogyakarta: YP. Fak. Psikologi UGM.

Hamalik, Oemar. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hamalik, Oemar. 1999. Kurikuum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasibuan. J.J. dan Moerdjiono. 1998. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

25