BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kriya tekstil berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan masalah melalui pola pikir dan model kriya tekstil serta sebagai alat komunikasi melalui symbol, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan Sedang dalam pembelajarannya ada kecenderungan dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya. Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan 1 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kriya tekstil berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar melalui
kegiatan penyelidikan, eksplorasi, dan eksperimen, sebagai alat pemecahan
masalah melalui pola pikir dan model kriya tekstil serta sebagai alat komunikasi
melalui symbol, grafik, diagram dalam menjelaskan gagasan
Sedang dalam pembelajarannya ada kecenderungan dalam dunia pendidikan
dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika
lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan ‘mengetahui’-nya.
Pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam
kompetisi ‘mengingat’ jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak
memecahkan persoalan dalam kehidupan jangkan panjang. Dan, itulah yang
terjadi di kelas-kelas sekolah kita. Pendekatan kontekkstual adalah suatu
pendekatan pengajaran yang dari karakteristiknya memenuhi harapan itu.
Sekarang ini pengajaran kontekstual menjadi tumpuan harapan para ahli
pendidikan dan pengajaran dalam upaya menghidupkan kelas secara maksimal.
Kelas yang hidup diharapkan dapat mengimbangi perubahan yang terjadi di luar
sekolah yang sedemikian cepat.
1
1
Hal tersebut dapat dicapai apabila dalam aktivitas belajar mengajar, guru
senantiasa memanfaatkan teknologi pembelajaran yang mengacu pada
pembelajaran struktural dalam penyampaian materi dan mudah diserap peserta
didik atau siswa berbeda.
Khususnya dalam pembelajaran Kria Tekstil, agar siswa dapat memahami
materi yang disampaikan guru dengan baik, maka proses pembelajaran
kontektual, guru akan memulai membuka pelajaran dengan menyampaikan kata
kunci, tujuan yang ingin dicapai, baru memaparkan isi dan diakhiri dengan
memberikan soal-soal kepada siswa.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti terdorong untuk
melihat pengaruh pembelajaran diskusi kelompok terhadap prestasi belajar siswa.
Oleh karena itu dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Meningkatkan
hasil belajar membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa
terapan nusantara Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten
Trenggalek Pada Tahun Pelajaran 2009/2010 Dengan Metode Diskusi Kelompok
”.
B. Rumusan Masalah
Merujuk pada uraian latar belakang di atas, dapat dikaji beberapa
permasalahan yang dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar membuat karya seni kriya tekstil
dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara Siswa Kelas VIII A
2
SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun Pelajaran
2009/2010 dengan diterapkannya metode diskusi kelompok?
2. Bagaimanakah pengaruh metode diskusi kelompok terhadap motivasi belajar
Siswa Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek
Pada Tahun Pelajaran 2009/2010?
C. Tujuan Penelitian
Berdasar atas perumusan masalaah di atas, maka tujuan dilaksanakan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengungkap pengaruh metode diskusi kelompok terhadap
Kemampuan membuat karya seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni
rupa terapan nusantara Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan
Kabupaten Trenggalek Pada Tahun Pelajaran 2009/2010.
2. Ingin mengetahui seberapa jauh pemahaman dan penguasaan mata pelajaran
seni budaya setelah diterapkannya metode diskusi kelompok pada siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun
Pelajaran 2009/2010.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil dan temuan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang metode
diskusi kelompok dalam pembelajaran seni budaya dalam membuat karya
seni kriya tekstil dengan teknik dan corak seni rupa terapan nusantara Siswa
Kelas VIII A SMP Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek Pada Tahun
Pelajaran 2009/2010.
3
2. Sekolah sebagai penentu kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar siswa khususnya pada mata pelajaran seni budaya.
3. Guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran
yang dapat memberikan manfaat bagi siswa.
4. Siswa, dapat meningkatkan motiviasi belajar dan melatih sikap sosial untuk
saling peduli terhadap keberhasilan siswa lain dalam mencapai tujuan belajar.
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar Secara Kooperatif
Pada pembelajaran teater di kelas, belajar teater dengan kerja kelompok
adalah kelompok kerja yang kooperatif lebih dari kompetitif, meskipun pada
suatu keadaan khusus hal tersebut dapat terjadi. Pada kegiatan ini sekelompok
siswa belajar dengan porsi utama adalah mendiskusikan tugas-tugas yang
diberikan gurunya, saling membantu menyelesaikan tugas atau memecahkan
masalah. Kegiatan kelompok kooperatif terkait dengan banyak pendekatan atau
metode, seperti eksperimen, investigasi, eksplorasi, dan pemecahan masalah.
Davidson (1985) mencatat bahwa sejak tahun 1960-an, berbagai jenis
belajar berkelompok telah banyak dikembangkan untuk berbagai jenis tugas atau
pembelajaran. Ausubel (1968) menyebutnya “group centered approach”, yang dalam
grup atau kelompok itu terjadi interaksi dan saling mempengaruhi antara siswanya.
Pengaruh itu terjadi dengan berbagai alasan sesuai motivasi dan orientasi setiap
siswanya.
Kelman (1971) menyatakan bahwa di dalam kelompok terjadi saling
pengaruh secara sosial. Pertama, pengaruh itu dapat diterima seseorang karena ia
memang berharap untuk menerimanya. Yang kedua, memang ia ingin mengadopsi
atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena
sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu
5
kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh
kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.
Slavin (1991) menyatakan bahwa dalam belajar kooperatif, siswa bekerja
dalam kelompok saling membantu untuk menguasai bahan ajar. Lowe (1989)
menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan
pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai
sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif
meningkatkan kepositipan sikap sosial dan kemampuan kognitif sesuai tujuan
pendidikan.
Meskipun dalam praktiknya sering dikeluhkan sebagai suatu kegiatan yang
sulit dilaksanakan karena berbagai sebab, namun banyak penelitian yang mendorong
terselenggaranya kegiatan belajar secara berkelompok ini. Keuntungan yang
ditunjukkan para peneliti adalah keuntungan baik yang menyangkut sikap sosial yang
positif maupun meningkatnya hasil belajar.
B. Diskusi Kelompok
Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/
pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran
(gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat
saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran
inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti:
penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, permainan, dan lain-lain
6
Diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran
antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan
untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling
menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang
masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan
metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau
mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan.Setelah diskusi kelompok,
proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk
diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok
yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok.
7
BAB III
METHODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Design penelitian dalam penelitian ini adalah Penelitian tindakan kelas
(PTK). PTK adalah penelitian tindakan yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas.
PTK pada hakikatnya merupakan rangkaian “riset-tindakan”, yang dilakukan secara
siklik, dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu terpecahkan.
Sependapat dengan uraian tersebut, Dr. Karwono (1988:42) mendefinisikan PTK
sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tinakan mereka dalam
melaksanakan tugas.
Menurut Kurt Lewin (1991:70), PTK terdiri dari empat komponen, yaitu : (1)
perencanaan (planning), (2) tindakan (acting), (3) pengamatan (observing), dan (4)
refleksi (reflecting). Hubungan keempat komponen itu dipandang sebagai satu siklus.
dan dapat diilustrasikan sebagai berikut:
(diadaptasi dari Kurt Lewin, 1991:70)
8
Studi awalIdentifikasi Masalah
dalam kelas
PerencanaanPembuatan
RPP
Pelaksanaan Tindakan& Observation Refleksi
Revisi
Belum mencapai
target
Telah mencapai
target
Tindakan dihentikan
B. Methode penentuan tempat penelitian
Berdasarkan pertimbangan bahwa peneliti sebagai pengajar telah
menemukan permasalahan yang signifikan dalam Kelas VIII A SMP Negeri 1
Bendungan Kabupaten Trenggalek. Oleh karenanya, peneliti mimilih kelas
tersebut sebagai tempat penelitian. Penentuan tempat tersebut didasarkan pada
metode purposive atau purposive sampling area. yaitu suatu metode penelitian
yang didasarkan pada pertimbangan dari peneliti itu sendiri guna memperoleh
data yang diperlukan.
C. Methode penentuan subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas Kelas VIII A SMP Negeri 1
Bendungan Kabupaten Trenggalek. Subyek ini ditentukan menggunakan metode
purposive dengan pertimbangan bahwa siswa tersebut masih mengalami kesulitan
di kelas. Subjek penelitian adalah obyek yang diteliti, baik berupa manusia,
benda, peristiwa maupun gejala yang terjadi (Ali, 1985:54).
D. Teknik pengumpulan data
Data dalam Penelitian Tindakan Kelas ini akan diambil dari test dan hasil
observasi pelaksanaan tiap siklus. Methode pengumpulan data akan dijabarkan
sebagai berikut:
3.4. 1 Test
Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data primer
berkaitan dengan kemampuan siswa. Arikunto (1998:139) mendefinisikan Test
sebagai seperangkat pertanyaan, latihan, atau alat pengukur, yang digunakan
9
untuk mengukur suatu kemampuan, pengetahuan, dari seorang individu atau
kelompok.
Lebih lanjut, dalam penelitian ini menggunakan achievement test sebagai
instrument untuk memperoleh data primer. Achievement test digunakan untuk
mengukur kemampuan siswa setelah mendapat proses pengajaran di kelas.
berkaitan dengan penelitian ini, test yang diberikan harus valid dan reliable. Test
yang dibeikan valid apabila mewakili sample kemampuan siswa atau komponen
yang telah diajarkan dikelas berdasarkan kurikulum yang ada dan indikator yang
digunakan sebagai acuan.
Test yang valid harus reliable karena secara konsisten dapat digunakan
sebagai acuan atau ukuran. Berdasarkan pendapat Weir (1990:3) “jika sebuah test
valid, maka test itu juga reliable”. maka apabila test tersebut disusun berdasarkan
kurikulum yang ada dan indikator yang digunakan sebagai acuan, maka test
tersebut juga dianggap reliable. Oleh karenanya, test yang digunakan dalam
penelitian ini telah dianggap valid dan reliable karena telah memenuhi acuan
seperti tersebut diatas. Dan peneliti tidak perlu melaksanakan test untuk
mengetahui kevalidan dan kereliabelan dari test yang digunakan.
3.4.2 Observation
Observasi atau pengamatan dilaksanakan pada setiap siklus. Observasi ini
digunakan untuk mendapatkan data proses pelaksanaan tindakan dalam kelas.
Hasil observasi yang dilakukan akan dijadikan sebagai bahan refleksi di akhir
pelaksanaan tiap siklus. Peneliti menggunakan observsi participatif dimana
10
peneliti ikut serta dalam melaksanakan tindakan sambil mengadakan pengamatan
dikelas.
E. Prosedur Penelitian
1. Deskripsi umum penelitan yang dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan berdasarkan urutan yang pasti.
Urutan ini mengikuti model siklus yang terdiri dari empat aktivitas, yaitu:
a. Planning/perencanaan
b. Action/Implementation/ pelaksanaan
c. Observation and evaluation/ pengamatan dan evaluasi
d. Reflection/ refleksi
(Dr. H. Karwono, M.Pd)
2. Deskripsi penelitian secara detail
a. Planning / perencanaan tindakan
dalam perencanaan tindakan disiapkan beberapa hal sebagai berikut:
1. memilih materi yang diajarkan sesuai kurikulum.
2. menyusun RPP siklus pertama
3. menyiapkan instrumen (test)
b. Implementation / pelaksanaa tindakan
pelaksanan siklus pertama dilaksanakan selama jam pelajaran aktif
disekolah sesuai dengan jadwal yang ada. Pelaksanaan siklus pertama
dilaksanakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat dan pada akhir tindakan siswa
diberi test guna mengetahui peningkatan / ketuntasan belajar siswa setelah
mendapatkan perlakuan tindakan.
11
c. Observation and Evaluation / pengamatan dan evaluasi
Observasi adalah hal yang penting guna mengetahui tindakan yang
dilakukan di kelas. Observasi akan dilaksanakan untuk mengetahui apakan guru
telah melaksanakn RPP dengan baik atau tidak. Selaen itu, observasi juga
digunakan untuk mengetahui kegiatan siswa selama proses belajar mengajar.
Dalalm observasi ini guru menggunakan catatan lapangan atau field note sebagai
bahan evaluasi.
Data peningkatan kemampuan siswa atau ketuntasan belajar siswa diketahui
melalui hasil test yang diberikan setiap akhir pelaksanaan siklus. Berdasarkan
petunjuk pelaksanaan belajar mengajar yaitu seorang siswa telah tuntas belajar
bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di
kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama
dengan 65%.
d. Reflection / refleksi
Refleksi digunakan untuk mengetahui gambaran umum tingkat ketuntasan
belajar siswa dan pelaksanan siklus yang dilakukan. Apakah siklus yang
dilakukan telah mencapai target atau belum. Data yang diambil akan dianalisa
secara kuantitatif dan dideskripsikan untuk menjawab permasalahan yang ada.
Data tersebut dianalisa dengan menggunakan persentase sebagai berikut:
Σ siswa yang tuntas belajar Σ siswa
(Adopted from Ali, 1993: 189)
12
M = X 100 %
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil data observasi berupa
pengamatan pengelolaan metode diskusi kelompok dan pengamatan aktivitas siswa
dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif siswa pada setiap siklus.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
pengelolaan metode diskusi kelompok yang digunakan untuk mengetahui pengaruh
penerapan model metode diskusi kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa dan data pengamatan aktivitas siswa dan guru.
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan metode diskusi kelompok.
A. Analisis Data Penelitian Persiklus
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran
yang terdiri dari rencana pelajaran 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I
dilaksanakan pada tanggal 7 November 2009 di Kelas Kelas VIII A SMP
Negeri 1 Bendungan Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 28
13
siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses
belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksaaan belajar mengajar
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I
dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses
belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada