Top Banner
i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION Buku Fasilitator UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861 e-mail: [email protected]
41

SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

Feb 05, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

i

SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN

FOCUS GROUP DISCUSSION

Buku Fasilitator

 UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia

Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861 e-mail: [email protected]

Page 2: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

ii

Pedoman Pembelajaran dan Focus Group Discussion Semester 3

Edisi Kedua

2015

Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada

Dicetak di Yogyakarta

Didesain oleh: Tim FGD

Page 3: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

1

Buku FGD untuk Fasilitator

Semester 3

Skenario 1-4

Integrasi dan Sinergi Mata Kuliah:

l   Anatomi Terapan l   Histologi Sistem Organ Hewan

l   Fisiologi Veteriner II l   Ilmu Pemuliaan Hewan

l   Bakteriologi dan Mikologi Veteriner l   Ilmu Penyakit Parasit Veteriner

Edisi Kedua Tahun 2015

UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

Alamat: Jl. Fauna No. 2, Karangmalang, Yogyakarta 55281, Indonesia Telp. 0274-560862, Fax. 0274-560861

e-mail: [email protected]

Page 4: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

2

TIM PENYUSUN

Koordinator Ketua: Prof. Dr. drh. Siti Isrina Oktavia Salasia Sekretaris: •   Dr. drh. Untari, MP

•   Dr. drh. Amelia Hana, MP •   Drh. Christin Marganingsih S., M.Si.

Anggota: Pelaksana Teknis:

•   Dr. drh. Prabowo Purwono Putro, M. Phil. •   Dr. drh. Hery Wijayanto, MP. •   drh. Teguh Budipitojo, MP., Ph.D •   Dr. drh. R. Wisnu Nurcahyo •   Prof. Dr. drh. Pudji Astuti, MP •   Heru Dwiatma. S.Pt., M.Si •   Erlita Cahyaningtyas, S.Kom.

Fasilitator: •   drh. Sarmin, MP •   Dr. drh. Amelia Hana, MP •   Prof. Dr. drh. Pudji Astuti, MP •   drh. Yudha Heru Fibrianto, MP., Ph.D. •   Dr. drh. Claude Mona Airin, MP. •   Dr. drh. Hery Wijayanto, MP. •   drh. Teguh Budipitojo, MP., Ph.D •   Dr. drh. Tri Wahyu Pangestiningsih, MP. •   drh. Dewi Kania Musana, MP •   drh. Ariana, M.Phil •   drh. Dwi Liliek Kusindarta, MP., Ph.D •   Dr. drh. R. Wisnu Nurcahyo •   drh. Dwi Priyowidodo, MP. •   drh. Eryl Sri Rohayati, SU. •   Dr. drh. Joko Prastowo, M.Si. •   drh. Ana Sahara, M.Si. •   Dr. drh. Prabowo Purwono Putro, M. Phil. •   Dr. drh. Asmarani Kusumawati, MP •   drh. Sri Gustari, MP. •   drh. Agung Budiyanto, MP., Ph.D. •   Dr. drh. Untari, MP •   Prof. drh. Widya Asmara, SU., Ph.D. •   Dr. drh. Surya Amanu, MS •   Dr. drh. A.E.T.H. Wahyuni, MSi. •   Dr. drh. M. Haryadi Wibowo, MP. •   drh. Sidna Artanto, M.Biotech.

Page 5: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

3

KATA PENGANTAR

Tujuan pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan UGM yang telah ditetapkan dalam Renstra FKH UGM 20013-2017 adalah menghasilkan dokter hewan yang cakap menangani penyakit-penyakit hewan dan menyelaraskan kesehatan hewan, kesehatan manusia dan lingkungannya, sebagai pelopor problem solver persoalan kesehatan hewan, serta siap mengemban tugas-tugas teknis yang memenuhi standar kompetensi profesi dokter hewan. Untuk itu diperlukan kurikulum Pendidikan Tinggi yang senantiasa disesuaikan dan diselaraskan dengan kebutuhan dan perkembangan yang ada, dikaji secara periodik minimal 5 (lima) tahun sekali agar sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat pengguna lulusan Pendidikan Tinggi. Fakultas Kedokteran Hewan UGM selanjutnya mengembangkan kurikulum baru dengan basis kompetensi dengan SK Rektor Nomor: 484/SK/HT/2013 tertanggal 24 Juli 2013, efektif mulai berlaku sejak tahun akademik 2013/2014.

Kompetensi utama lulusan Program Studi FKH UGM yang dikembangkan dalam kurikulum tersebut disesuaikan dengan kesepakatan bersama dalam Ketetapan Majelis Pendidikan Profesi Kedokteran Hewan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (9 kompetensi), ditambah dengan 9 kompetensi penunjang yang merupakan pengembangan dan penciri kompetensi Fakultas Kedokteran Hewan UGM.

Metode pembelajaran yang diterapkan adalah Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR) atau Student Centered Learning plus (SCL+) yaitu memadukan secara proporsional antara Teacher Centered Learning (TCL) dan Student Centered Learning (SCL) sesuai learning outcome yang akan dicapai dalam pembelajaran. Prinsip STAR adalah adanya hubungan yang serasi dan harmonis antara dosen dengan mahasiswa, peningkatan mitra pembelajaran timbal-balik antara mahasiswa dan dosen, sehingga tercipta Patrap Triloka ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, sudah sewajarnya dosen di depan menjadi contoh bagi mahasiswa, di tengah memotivasi, dibelakang memberi dukungan dengan kewibawaan dosen agar peserta didik berkembang. Hubungan serasi antara dosen dengan mahasiswa diciptakan sejak awal perkuliahan melalui interaksi di kelas dan lebih fokus melalui tutorial dalam Forum Group Discussion (FGD), dan ditambah dengan adanya bimbingan kepada mahasiswa untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life learner).

Metode penyampaian perkuliahan di kelas dilakukan dengan metode pembelajaran kooperatif (cooperative learning), dosen menyampaikan materi dan diskusi, menyampaikan apa yang akan dipelajari dan mengapa perlu dipelajari oleh mahasiswa. Pada kuliah perdana, koordinator Mata Kuliah (MK) menyampaikan kontrak pembelajaran kepada para mahasiswa, isi kontrak pembelajaran sesuai Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) yang telah disusun oleh tim dosen, memperkenalkan semua dosen pengampu beserta kepakaran masing-masing dengan tujuan agar mahasiswa mengenal dosen dan keahliannya sejak dari awal perkuliahan, sehingga diharapkan dosen dapat menjadi teladan untuk dicontoh mahasiswa. Setelah perkuliahan di kelas dilaksanakan diikuti pula dengan kegiatan tutorial pada kelas-kelas kecil melalui FGD untuk penerapan SCL. Metode penyampaian dalam FGD pada semester awal dilakukan dengan metode pembelajaran kolaboratif (collaborative learning), sedangkan untuk semester berikutnya dapat dilakukan dengan cara competitive learning, case-based learning, research-based learning, problem-based learning, dan lain-lain cara yang digunakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Buku pedoman pembelajaran dan FGD ini dipakai untuk dosen/fasilitator dalam memberikan materi kuliah dan dalam memandu proses FGD dan mahasiswa dalam menjalankan program FGD. Semoga output yang dihasilkan dalam proses pembelajaran dan pendidikan di Fakultas Kedokteran Hewan UGM mampu mengedepankan kemampuan intelektualitas untuk mengasah hard skills dan peningkatan soft skills yang dilandasi moral dan

Page 6: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

4

etika veteriner, dapat menghantarkan mahasiswa untuk mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

Yogyakarta, September 2015 Dekan

Page 7: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

5

PENDAHULUAN

Forum Group Discussion dilakukan melalui diskusi dalam kelas-kelas kecil untuk membahas tugas-tugas yang ada dalam skenario yang dirancang agar mahasiswa mampu memahami secara lebih bermakna, lebih tajam, tidak hanya dalam bentuk teori tapi lebih realistis dalam bentuk skenario melalui sinergi dan integrasi MK Anatomi Terapan, Histologi Sistem Organ Hewan, Fisiologi Veteriner II, Ilmu Pemuliaan Hewan, Bakteriologi dan Mikologi Veteriner, dan Ilmu Penyakit Parasit Veteriner. Diskusi secara integral dari berbagai MK bertujuan untuk mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran kurikulum Fakultas Kedokteran Hewan.

Page 8: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

6

DAFTAR ISI

hal

TIM PENYUSUN ...................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 5

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 6

TUJUAN PEMBELAJARAN ................................................................................................... 7

SKEMA PEMBELAJARAN ..................................................................................................... 8

LEARNING OUTCOME ............................................................................................................ 9

AKTIVITAS PEMBELAJARAN ............................................................................................ 11

RUBRIK PENILAIAN FGD ................................................................................................... 14

PENILAIAN UMUM .............................................................................................................. 16

BLUE PRINT PENILAIAN ..................................................................................................... 17

PETUNJUK UNTUK FASILITATOR .................................................................................... 18

REFERENSI ............................................................................................................................ 34

Skenario 1: Pedet sapi potong dan sapi perah silangan ........................................................... 36

Skenario 2: Sapi menikmati makanan ...................................................................................... 37

Skenario 3: Anjing kampung kencing darah ............................................................................ 38

Skenario 4: Sistem sensorik anjing .......................................................................................... 39

Page 9: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

7

TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami MK yang dipelajari melalui implementasi integrasi dan sinergi antar MK untuk saling melengkapi/ meningkatkan/ mempertajam dan berbagi konsep keilmuan, keterampilan dan perilaku. Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu memahami secara lebih bermakna MK Anatomi Terapan, Histologi Sistem Organ Hewan, Fisiologi Veteriner II, Ilmu Pemuliaan Hewan, Bakteriologi dan Mikologi Veteriner, dan Ilmu Penyakit Parasit Veteriner yang saling disinergikan dan diintegrasikan dalam suatu skenario untuk diskusi.

Page 10: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

8

SKEMA PEMBELAJARAN

FGD Semester 3

Anatomi Terapan

Histologi Sistem Organ Hewan

Fisiologi Veteriner

II

Bakteriologi dan

Mikologi Veteriner

Ilmu Pemuliaan

Hewan

Skenario 1: memahami prinsip pemuliaan hewan,

anatomi dan histologi teracak, bakteri penyebab gangguan teracak

dan parasit penyebab omphalitis

dalam konteks terpadu dan holistik

Skenario 4: menganalisis

perbedaan struktur dan fungsi organ sensoris antar

spesies, gangguan saraf sensoris, fungsi sistem organ, infeksi

jamur dan parasit sebagai dasar

diagnosa dalam konteks terpadu

dan holistik

Skenario 2: memahami anatomi

eksternal dan visceral daerah abdomen sapi,

struktur histologic dan proses

metabolisme sistem pencernaan, bakteri

non patogen dan patogen, dan

diagnosis penyakit cacing dalam saluran

pencernaan dalam konteks

terpadu dan holistik

Skenario 3: memprediksi kelainan dan analisis hubungan

antar struktur histologic dan fungsi organ saluran urinasi,

homeostatis tubuh, diagnosis dan

penanganan penyakit parasite saluran urin,

dalam konteks terpadu dan holistik

Sinergi dan integrasi antar mata kuliah untuk membangun pemahaman secara lebih dalam dan komprehensif

untuk mencapai kompetensi  

Ilmu Penyakit Parasit

Veteriner

Page 11: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

9

LEARNING OUTCOME

Diskusi secara integral dari berbagai MK melalui skenario dalam FGD bertujuan untuk mendukung tercapainya kompetensi pembelajaran kurikulum Fakultas Kedokteran Hewan. Learning outcome MK Anatomi Terapan:

Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan anatomi eksternal (area pemeriksaan untuk auskultasi, perkusi, prediksi posisi organ berdasarkan body landmark), anatomi satwa liar dan exotic, postur dan konformasi kuda dan anatomi teracak, dasar-dasar arkeologi hewan dan anatomi forensik, peta daging.

Mahasiswa mampu memprediksi kelainan/gangguan hewan berdasarkan anatomi eksternal tubuh hewan, letak organ visceral berdasarkan eksternal body landmark, pengenalan jenis hewan berdasarkan konformasi tubuh; mampu memprediksi kelas hewan dan fungsi organ berdasarkan struktur anatomi dan tingkat perkembanganan organnya; mampu membedakan antara gangguan syaraf motorik dan sensorik.

Learning outcome MK Histologi Sistem Organ Hewan:

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami terminologi histologi dalam bahasa Latin dan Inggris; mampu memahami dan menjelaskan organisasi organ secara histologik, struktur histologik semua sistem organ dalam tubuh hewan domestik (saraf, kardiovaskuler, endokrin, limfatik dan imunitas, pencernaan, genital jantan, genital betina, respirasi, sensoris); mampu memahami, menjelaskan dan menganalisis hubungan antar struktur histologik semua organ di dalam tubuh hewan beserta fungsinya; mampu memahami, menjelaskan dan menganalisis adanya perbedaan dan/atau persamaan struktur dan fungsi organ antar spesies hewan dan antar kelas hewan domestik; terampil dalam mengamati struktur histologi organ, mengidentifikasi perbedaan struktur antar organ atau sistem organ dan perbedaan struktur organ antar spesies. Learning outcome Fisiologi Veteriner II:

Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dasar integrasi sistem urinasi, organ sensorik, metabolisme, reproduksi hewan jantan dan betina, dan homeostasis. Learning outcome MK Ilmu Pemuliaan Hewan:

Mahasiswa mampu menerapkan ilmu genetika pada hewan; mampu memahami istilah-istilah genetika. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip-prinsip pemuliaan hewan (animal breeding) pada hewan ternak (farm animals) maupun hewan piara atau hewan kesayangan (companion animals). Learning outcome MK Bakteriologi dan Mikologi Veteriner:

Mahasiswa mampu memahamai dasar-dasar agen penyebab penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur serta mampu dalam pengendalian dan pengamanan lingkungan. Learning outcome MK Ilmu Penyakit Parasit Veteriner:

Mahasiswa mampu memahami pengertian penyakit-penyakit parasiter dalam peranannya di bidang kedokteran hewan, memahami emigrasi, cara penularan, patogenesis, perubahan patologis, gejala klinis, metode diagnosis dan cara pengendaliannya; memahami keragaman parasit yang bersifat patogen dan pola-pola kehidupanya; menguasai permasalahan

Page 12: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

10

penyebab penyakit pada hewan dan dapat menggunakannya dalam suatu diferensial diagnosa suatu penyakit.

Page 13: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

11

AKTIVITAS PEMBELAJARAN Rangkaian aktivitas pembelajaran berikut ini disiapkan untuk mengarahkan mahasiswa mencapai tujuan pembelajaran: 1.   Metode pembelajaran

Metode pembelajaran yang digunakan melalui Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR), dengan cara memadukan secara proporsional antara teacher centered learning (TCL) dan student centered learning (SCL) sesuai learning outcome yang akan dicapai. Prinsip STAR adalah ada hubungan yang serasi dan harmonis antara dosen dengan mahasiswa, peningkatan mitra pembelajaran timbal-balik antara mahasiswa dan dosen, tercipta Patrap Triloka ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani, sudah sewajarnya dosen di depan harus menjadi contoh baik bagi mahasiswa, di tengah memotivasi, dibelakang memberi dukungan dengan kewibawaan dosen agar peserta didik berkembang. Hubungan serasi antara dosen dengan mahasiswa diciptakan sejak awal perkuliahan melalui interaksi di kelas dan lebih fokus melalui kegiatan diskusi dalam forum group discussion (FGD), dan bimbingan mahasiswa menjadi pembelajar sepanjang hayat (long life learner).

2.   Kuliah

Metode perkuliahan dilakukan dengan cara dosen menyampaikan/ presentasi materi dan diskusi, menyampaikan apa yang akan dipelajari mahasiswa dan mengapa perlu dipelajari. Pada kuliah perdana, koordinator Mata Kuliah (MK) menyampaikan kontrak pembelajaran kepada para mahasiswa, isi kontrak pembelajaran sesuai Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) yang telah disusun oleh tim dosen, memperkenalkan semua dosen pengampu beserta kepakaran masing-masing dengan tujuan agar mahasiswa mengenal dosen dan keahliannya sejak dari awal perkuliahan, sehingga diharapkan dosen dapat menjadi teladan untuk dicontoh mahasiswa. Rencana Program Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) dan bahan ajar wajib diberikan kepada mahasiswa untuk diperbanyak (atau diberikan di Perpustakaan sebagai narasi/ referensi/ bahan pembelajaran mahasiswa). Koordinator MK memperkenalkan semua tim dosen dan fasilitator yang terlibat dari masing-masing Bagian beserta kepakaran masing-masing. Dalam penerapan kurikulum berbasis kompetensi, perkuliahan diselenggarakan dengan cara dikombinasikan dengan diskusi kelompok dalam kelas-kelas kecil, dengan tujuan mahasiswa memperoleh materi kuliah yang cukup dan diikuti dengan penambahan waktu belajar mandiri. Perkuliahan diselenggarakan sesuai dengan mata kuliah yang telah ditentukan learning outcome dalam mencapai kompetensi. Integrasi dan sinergi antar mata kuliah diselenggarakan melalui FGD yang membahas skenario tertentu, untuk meningkatkan dan mempertajam pemahaman mahasiswa. Diantara jadwal FGD dapat diselenggarakan perkuliahan, untuk memberi kesempatan mahasiswa untuk klarifikasi dan membahas pertanyaan mahasiswa yang tidak dapat dijawab dalam diskusi kelompok.

3.   Diskusi kelompok dalam FGD dengan pendampingan fasilitator

FGD dijadualkan 2 kali dalam seminggu. Jika fasilitator tidak hadir karena suatu halangan tertentu, harus digantikan oleh fasilitator pengganti. Apabila pada jadwal yang ditentukan fasilitator belum hadir, kelompok mahasiswa yang bersangkutan harus memberitahu bagian akademik sesegera mungkin. Selama proses diskusi, semua kelompok harus membawa sumber pembelajaran yang sesuai, yang mungkin dibutuhkan pada saat tutorial.

Page 14: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

12

Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada semester pertama, digunakan metode collaborative learning (pembelajaran kolaboratif), yang dilaksanakan dalam dua kali pertemuan diskusi dalam membahas satu skenario yang sama. Pertanyaan dasar yang harus digarisbawahi adalah: Apa yang sudah kita ketahui? Apa lagi yang kita harapkan untuk diketahui?

FGD pertama: l   Seluruh mahasiswa dibagi dalam 11 kelas, masing-masing kelas terdiri atas 15-18 orang l   Fasilitator menjelaskan proses diskusi dan skenario untuk diskusi l   Fasilitator membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 5-6 orang l   Fasilitator meminta masing-masing mahasiswa membaca skenario yang terkait dengan

materi yang dipelajari l   Fasilitator meminta mahasiswa mengerjakan tugas yang terkait dengan persepsi dan solusi

terhadap kasus/masalah dalam skenario l   Fasilitator meminta mahasiswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dalam kelompok kecil

masing-masing, dipimpin oleh salah satu mahasiswa (sebagai ketua) dibantu oleh salah satu mahasiswa (sebagai sekretaris)

l   Fasilitator meminta masing-masing kelompok kecil mendiskusikan kesepakatan kelompok l   Fasilitator meminta masing-masing mahasiswa membuat laporan hasil diskusi dengan

mencari sumber referensi seluas-luasnya. Isi laporan antara lain berisi: Topik diskusi, tujuan pembelajaran, skema pembelajaran, bahasan, kesimpulan, luaran pembelajaran (yang menguraikan tentang setelah diskusi topik dalam skenario, mahasiswa mampu apa), referensi.

l   Fasilitator meminta masing-masing kelompok kecil menyiapkan hasil diskusi dalam bentuk power point yang dipresentasikan oleh salah satu wakil kelompok pada pertemuan FGD kedua.

FGD kedua: l   Fasilitator meminta masing-masing mahasiswa mengumpulkan laporan lengkap l   Fasilitator meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya l   Fasilitator meminta kelompok lain untuk memberikan tanggapan hasil presentasi Tugas Fasilitator: l   Mengarahkan dan memfasilitasi diskusi, dosen menempatkan diri sebagai trend setter

menerapkan patrap triloka ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di depan menjadi contoh, di tengah memotivasi, dibelakang memberi dukungan dengan kewibawaan guru/dosen agar peserta didik berkembang).

l   Memberi penilaian aktivitas mahasiswa selama diskusi pada FGD pertama dan kedua, dengan penialaian melalui 3 aspek: 1. A = Attitude (sikap mental dan etika) = afektif 2. S = Skill (cakap, ahli, mampu adaptasi pada kompetensi positif) = psikomotor 3. K = Knowledge (membangun intellectual capital) = kognitif

4.   Diskusi kelompok tanpa pendampingan fasilitator

Sesuai dengan kebutuhan kelompok, mahasiswa dapat menyelenggarakan pertemuan tanpa kehadiran fasilitator. Tujuan diskusi tanpa fasilitator bervariasi, misalnya, mengidentifikasi pertanyaan teoritis, identifikasi tujuan pembelajaran kelompok, memastikan bahwa kelompok telah mengumpulkan semua informasi yang diperlukan, dan mengidentifikasi

Page 15: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

13

pertanyaan-pertanyaan praktis. 5.   Praktikum

Diselenggarakan oleh Laboratorium di Bagian untuk memperkaya pemahaman mahasiswa tentang konsep yang didiskusikan terkait dengan pengembangan ilmu. Latihan untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan seorang dokter hewan untuk memenuhi kompetensinya juga diberikan secara intensif (misal keterampilan komunikasi dengan klien, keterampilan klinik, dsb.)

6.   Konsultasi ahli

Aktivitas ini diselenggarakan berdasarkan kebutuhan dan diselenggarakan sendiri oleh kelompok-kelompok mahasiswa, dengan cara menghubungi langsung dengan dosen yang berkompeten/pakar yang sesuai. Sangat direkomendasikan agar ketua kelompok terlebih dahulu membuat janji dengan pakar yang bersangkutan.

7.   Belajar mandiri

Sebagai pembelajar dewasa, mahasiswa diharapkan mampu menerapkan cara belajar mandiri, suatu jenis ketrampilan yang penting untuk pengembangan pribadi dan karir di masa depan. Ketrampilan ini meliputi kemampuan menemukan interes pribadi, mencari lebih banyak informasi dari berbagai sumber pembelajaran, menentukan cara belajar yang sesuai, dan mengidentifikasi kebutuhan belajar selanjutnya. Mahasiswa tidak akan pernah merasa cukup hanya belajar dari catatan kuliah atau teksbook. Belajar mandiri merupakan ciri terpenting dari pendekatan SCL, dan pada tahap tertentu, belajar akan menjadi perjalanan tanpa ujung/batas.

8.   Diskusi kelas Diskusi kelas dapat diselenggarakan melalui kuliah diantara jadwal FGD. Tujuan diskusi ini adalah untuk memberi penjelasan dan membandingan proses pembelajaran diantara kelompok untuk menghindari adanya kelompok yang salah arah dalam diskusi. Semua kelompok boleh mengajukan isu tertentu untuk didiskusikan, dan fasilitator atau dosen akan menjawab pertanyaan sesuai kompetensi masing-masing.

Page 16: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

14

RUBRIK PENILAIAN FGD

Komponen Poin Penilaian

Attitude (afektif, sikap, etika,

disiplin)

Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa yang: •   datang tepat waktu •   berpenampilan rapi dan sopan •   bertutur kata santun •   menghargai atau menyanggah pendapat teman dengan sopan

Nilai dibawahnya diberikan sesuai keadaan pada saat diskusi

Skill (psikomotor, cakap, ahli, penampilan presentasi,

inovatif, aktif, kemampuan kerjasama, kemampuan leadership)

Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa yang: •   terampil dalam memunculkan topik yang dapat menjadikan diskusi •   berjalan dinamis dan hidup •   terampil dalam bicara secara verbal •   terampil dalam membuat presentasi •   terampil dalam memimpin kelompok •   kemampuan dalam kerjasama yang baik •   memberikan perhatian yang baik pada diskusi

Nilai dibawahnya diberikan pada mahasiswa yang aktivitasnya kurang dari semua yang disebut diatas. Nilai minimal 60 diberikan pada mahasiswa yang sangat pasif meski sudah dipancing oleh fasilitator, maupun teman-teman kelompoknya

Knowledge (kognitif, pemahaman)

Nilai maksimal 100 diberikan kepada mahasiswa yang: •   aktif menjawab/menjelaskan permasalahan/topik diskusi dengan •   penjelasan yang ilmiah, benar dan sesuai dengan topik

pembelajaran. •   penjelasan yang diberikan memiliki dasar pustaka yang jelas dan

sahih. Nilai dibawahnya diberikan sesuai bobot ilmiah yang disampaikan. Nilai minimal 60 diberikan kepada mahasiswa yang sama sekali tidak berkontribusi dalam menjawab permasalahan.

Tugas individu (hanya pada FGD kedua)

Nilai maksimal 100 jika: •   tulisan yang diserahkan menjawab semua tugas dengan jelas. •   tulisan runtut dan rapi •   mencantumkan referensi yang memadai dengan sumber yang

dipercaya •   minimal 3 pustaka

Nilai minimal 60 diberikan pada mahasiswa jika: •   tulisannya tidak menjawab tugas dengan tepat •   sumber kurang sahih. •   copy paste dari teman lain.

LAPORAN: (tugas mandiri) Masing-masing mahasiswa wajib menyusun laporan secara lengkap l   Judul/Topik diskusi l   Tujuan pembelajaran l   Skema pembelajaran l   Bahasan l   Kesimpulan l   Luaran pembelajaran (yang menguraikan tentang setelah diskusi topik dalam skenario,

mahasiswa mampu apa) l   Referensi l   Format laporan: bebas, kertas kuarto, diketik/atau tulis tangan

Page 17: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

15

PRESENTASI: (kerja kelompok) l   Waktu presentasi tiap sub-kelompok maksimal 35 menit:

-   Presentasi sekitar 10-15 menit -   Diskusi sekitar 20 menit

l   Bahan presentasi: -   Topik: Salah satu dari tugas dalam skenario (masing-masing sub-kelompok topik

berbeda) -   Bentuk power point -   Isi paparan singkat hasil diskusi kelompok

l   Dipresentasikan pada pertemuan FGD kedua.

Page 18: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

16

PENILAIAN UMUM Beberapa penilaian dilakukan untuk mengevaluasi pencapaian hasil belajar mahasiswa: 1.   Ujian Formatif

Mahasiswa akan diberi serangkaian pre-test atau post-test selama mengikuti perkuliahan. Test ini tidak dijadwalkan, sehingga akan memaksa mahasiswa mempelajari materi sejak dari awal pembelajaran. Test ini memberi kontribusi pada nilai akhir mahasiswa. Sehingga apabila mahasiswa terganggu dalam ujian akhirnya, test-test ini akan membantu hasil penilaian akhirnya.

2.   Ujian Summatif Ujian dilakukan pada tengah semseter (ujian tengah semester/UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Mahasiswa harus mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian summatif. Seorang pembelajar dewasa dapat mencapai hasil lebih baik karena dia dapat memanfaatkan waktu secara efektif untuk mencapai tujuan.

3.   Ujian Remidi

Mahasiswa dimungkinkan mengikuti ujian remidi untuk memperbaiki nilai MK tertentu yang tidak lulus. Ujian diselenggarakan pada akhir pelaksanaan ujian akhir semester.

Page 19: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

17

BLUE PRINT PENILAIAN

KOMPONEN PENILAIAN MAHASISWA ü   FGD 15 % ü   Praktikum 25% ü   Ujian UTS+UAS 60 % Jenis Soal: - MCQ dengan tipe jawaban a, b, c, d, e - Essay - dll.

Page 20: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

18

PETUNJUK UNTUK FASILITATOR

E PRINT PENILAIAN Landasan Teori ANATOMI TERAPAN I Regio abdomen Abdomen sebagai cavum terbesar tubuh berisi sebagian besar organ pencernaan dan urogenital. Hampir semua kasus sistem pencernaan akan melibatkan palpasi dan auskutasi abdomen pada pemeriksaan awalnya. Oleh karena itu, pengetahuan topografi anatomi organ visceral yang ada di cavum abdomen sangat penting untuk diajarkan kepada mahasiswa. Respirasi (memberi tekanan untuk expirasi ketika beraktifitas Membuat tekanan positif intra-abdominalis dengan menutup glotis (pada parturisi, micturisi, defaecasi). Bonylandmarks yang teraba: Costa terakhir dan archus costalis Processus transversus v. lumbalis Tuber coxae (pada hewan besar), crista iliaca dan spina iliaca (pada hewan kecil) Tuber sacral (di sebelah medial tuber coxae) pada ruminansia dan kuda Tuber ischia

  Suplai darah pada quadran yang berbeda thorax dan abdomen tampak lateral

Cavum abdominalis: Batas-batas: Cranial : diaphragma sampai costa ke 6 dan linea diaphragmatica Dorsal: columna vertebralis Caudal: pelvis Lateral: costae, mm. abdominalis Ventral: sternum dan mm. abdominalis Fungsi dinding abdomen: Mendukung dan melindungi organ viscera

Page 21: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

19

Catatan: 1. Pada sapi, karena adanya rumen, beberapa organ akan terdesak ke sebelah kanan bidang median, antara lain; duodenum ascenden, colon descenden, dan ren sinister 2. Pada babi, cecum terutama dijumpai di bagian kiri bidang median 3. Pada ungulata, colon ascenden dapat dijumpai di kuadran lain, atau menempati kuadran tambahan. Pada ruminansia, colon ascenden ini tergeser ke sebelah kanan oleh rumen, dan dijumpai pada kuadran kanan baik mcranial maupun caudal. Pada kuda colon mengisi keempat kuadran (colon besar). Pada babi menempati pertengahan cavum abdominalis 4. Lobus kiri pancreas mungkin melebar ke kuadran CrS pada beberapa species. Bagian terbesar hepar biasanya menempati kuadran CrD, tetapi sebagian lobus dapat dijumpai juga melebar melampaui bidang median, kecuali pada sapi.

Page 22: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

20

Ganguan syaraf sering terjadi pada hewan, tetapi kadang diagnosa mengalami kendala karena inervasi area tertentu kadang tidak hanya syaraf motorik, tetapi juga sensorik. Oleh sebab itu, harus diteguhkan diagnosa gangguan syaraf dengan tepat agar penanganan dapat memberikan hasil optimal. Neuron Ordo 3: • Thalamus • Corona radiata (substansia alba) • Cortex cerebri (substansia grisea) Reseptor Perifer: • Eksteroseptif (kulit, otot) • Proprioseptif (otot, ligamentum, sendi) • Interoseptif (viscerae) Sistem sensorik ada 3, yaitu: • Lemniscus medialis – collumna dorsalis: diskriminasi raba, posisi sendi, getar/ vibrasi • Tractus anterolateral : diferensiasi rasa raba, nyeri, suhu • Tractus trigeminal : diferensiasi raba, nyeri, suhu dari kepala Terminal serabut sensorik: • Informasi aferen yang disadari �thalamus � cortex cerebri � interpretasi/ persepsi • Informasi aferen yang tidak disadari � cerebellum � koordinasi otot � reflek spinal lokal • Informasi aferen lain � mesencephalon � reflek visual � formatio reticularis

HISTOLOGI SISTEM ORGAN HEWAN --

FISIOLOGI VETREINER II

Metabolisme Metabolisme adalah perubahan kimiawi dalam sel untuk mendapatkan energi guna

melaksanakan proses vital dan aktivitas serta membentuk bahan baru. Metaboliema juga dapat didefinisikan sebagai proses kimia yang membuat sel hidup terus, dimana selama proses metabolismesSemua aktivitas kimia yang terjadi di dalam tubuh hewan yaitu reaksi anabolik dan katabolik di dalam organisme hidup yang berkaitan dengan penggunaan semua nutrient. Bahan metabolisme berasal dari: Glukosa (merupakan hasil perombakan karbohidrat), Asam amino, Asam Lemak, dan Keton’s Bodies (benda keton).

Page 23: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

21

Energi disimpan di dalam tubuh hewan antara lain dalam bentuk Adenosin triphosphate (ATP). ATP terdapat di dalam sitoplasma dan nukleoplasma dari semua sel dan merupakan senyawa yang labil (karena energi yang terikat oleh fosfat radikal mudah melepaskan diri dari ikatannya). Jumlah yang terkandung di dalam setiap molekul ATP kurang lebih sebesar 8.000 kalori. Oleh tubuh energi ini selain disimpan juga dipergunakan untuk proses-proses vital misalnya, biosintesa, pembentukan panas, kontraksi otot, pemerasan isi kelenjar, absorpsi zat-zat makanan dari gastrointestinal dan sebagainya. Meskipun tahan permulaan peruraian bahan kimia makanan bervariasi, tapi hasil peruraian dari setiap bahan kimia tersebut akan masuk ke dalam siklus Krebs juga disebut siklus asam citrat atau siklus trikarboksilat melalui asetil CoA (untuk karbohidrat dan lemak) dan alfa ketoglutarat (untuk protein).

Berbeda dengan jenis hewan lain, ruminansia mengandalkan digesti fermentasi untuk memenuhi kebutuhan hidup selnya. Digesti karbohidrat terjadi didalam rumen selama proses digesti fermentasi. Hampir tidak ada karbohidrat yang dapat dicerna oleh glandula ataupun diserap sebagai glukosa saat masuk ke dalam usus, hal ini menyebabkan ruminansia sangat berpotensi untuk kekurangan glukosa. Untuk memenuhinya ruminansia mempunyai ‘proses” tersendiri untuk memproduksi dan mengkonversi glukosa. Prekusor glukosa yang terpenting pada ruminansia adalah volatil fatty acid (VFA) propionat. Substrat ini diperoleh dari peruraian rumput didalam rumen, dimana didalam rumen ada berbagai macam mikroorganisme yang bekerjasama untuk mengurai makanan pada ruminansia. Mikroorganisme termasuk bakteri, fungi dan protozoa tersebut bertanggung jawab pada setiap proses digesti fermentasi. Keberadaan mokroorganisme tersebut berimbang sehingga akan terjadi digesti yang maksimal. Jika ada salah satu mikroorganisme yang jumlahnya melebihi yang lain maka akan terjadi abnormalitas digesti fermentasi.

Organ Sensorik

Semua organ-organ sensasi menanggapi rangsangan dengan memproduksi impuls saraf yang berjalan ke pusat kesadaran di otak (korteks cerebri) melalui saraf sensorik, tetapi beberapa impuls-impuls afferen tersebut berfungsi dalam refleks somatik tanpa melalui pusat kesadaran, yang dapat diterangkan dengan terjadinya aktivitas-aktivitas refleks pada hewan yang didecerebri. Impuls tersebut kemudian diolah dan diinterpretasikan dalam otak sebagai sensasi (rasa) yaitu sensasi sakit, pembauan/penciuman, pengecapan, penglihatan, dan pendengaran-keseimbangan. Sensasi umum: Pada Tabel 1 ditunjukkan macam-macam reseptor, letaknya dan jenis-jenis sensasi yang ditimbulkan. Tabel 1. Macam-macam reseptor, letaknya, dan jenis-jenis sensasi yang ditimbulkan

Sensasi pembauan/ penciuman

Reseptor penciuman terletak di epitel olfaktorius di membrana mukosa hidung. Silia pada reseptor yang mendeteksi molekul udara (bau). Apabila silia terangsang, maka serabut saraf membawa impuls bergerak melalui bulbus olfaktorius, di sepanjang nervus olfaktorius ke otak. Otak menginterpretasikan impuls sebagai bau Hewan menggunakan pembauan untuk mencari makanan, menandai wilayah, mengidentifikasi anak mereka sendiri dan keberadaan dan kondisi seksual pasangan. Perkembangan sistem olfaktorius adalah sangat berbeda-beda diantara satu spesies dengan spesies lainnya. Pada manusia sensasi pembauan kurang berkembang dibandingkan dengan banyak hewan.

Reseptor Letak Jenis Sensasi Korpuskel Vater Pacinian

Jaringan ikat subkutan sekitar persendian, alat genital luar (jantan dan betina)

Tekanan dalam

Page 24: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

22

Korpuskel Ruffini, Bulbus ujung Krause

Sebagian besar jaringan ikat dalam Tubuh

Panas, dingin

Akhiran-akhiran saraf bebas dari neuron sensoris

Kulit, dan jaringan ikat kornea mata (rangsang panas, dingin,kimia, mekanik)

Rasa sakit

Korpuskel Meissner Cakram Merkel Akhiran-akhiran saraf bebas

Jaringan ikat dari papila-papila kulit, di sebelah dalam epidermis Epitel sensitif (seperti lidah) Mengelilingi folikel-folikel rambut (contoh: rambut takil di moncong) dan di dalam kornea

Sentuhan

Akhiran-akhiran saraf afferen

Yang mengelilingi serabut-serabut otot (contoh: sambungan otot dan tendo)

Propriosepsi (Otot / posisi)

Serabut saraf simpatis Serabut saraf parasimpatis

Pada organ-organ visceralis Refleks-refleks pada cor, paru (Hering Breur), ren (mikturisi)

Visceral

Saraf-saraf aferen visceral

Untuk rasa/aktivitas keinginan (lapar, haus, seksual, bila vesika urinaria penuh)

Organik

Sensasi pengecap/ cita rasa

Sensasi cita rasa merupakan bagian yang sangat penting dari kehidupan hewan. Pada manusia dikenal ada 4 modal dasar sensasi cita rasa (seperti rasa manis, rasa pahit, rasa asam dan rasa asin). Pada hewan fungsi sensasi cita rasa untuk untuk memilih makanan yang mengandung elemen-elemen yang defisiensi bagi hewan tersebut, sehingga dapat mengoptimalkan mencari makan dan mempertahankan homeostasis. Organ pengecap adalah lidah. Lidah adalah sensasi yang berfungsi untuk merasakan rangsangan rasa dari benda-benda yang masuk ke dalam mulut. Reseptor pengecapan pada lidah dsebut kemoreseptor, terdiri dari Taste bud (putik/ tombol kecap), yang menimbulkan respon pada zat-zat yang larut dalam saliva di kavum oris. Zat-zat ini menimbulkan potensial generator. Sebagian besar putik kecap terdapat di dalam sirkum vallate dan papilla fungiformis lidah dan sisanya terdapat di pallatum, faring dan laring. Sensasi cita rasa terletak pada 2/3 bagian anterior lidah dan di suplai oleh cabang saraf ke VII atau N.Facialis yang disebut khorda timpani dengan cabang saraf Trigeminus (N.V). Sedangkan 1/3 bagian posterior lainnya di suplai oleh cabang saraf Glossofaringeus. Apabila makanan ditempatkan di permukaan atas lidah akan merangsang silia pada putik kecap, sehingga memicu impuls saraf di serabut saraf di dekatnya, yang terhubung ke saraf kranial (saraf facialis dan glossopharingeus). Impuls berjalan sepanjang saraf kranial ke otak, yang menafsirkan kombinasi impuls dari berbagai jenis reseptor rasa sebagai sensasi yang berbeda. Informasi sensorik tentang bau makanan, rasa, tekstur, dan suhu diproses oleh otak untuk menghasilkan sensasi Sensasi pendengaran

Gelombang suara dari telinga luar, masuk melalui meatus kanalis akustikus eksternus, berjalan dalam kanalis menuju ke membrana timpani. Selanjutnya gelombang suara disalurkan ke dalam telinga bagian tengah. Gelombang suara yang masuk sampai ke jendela oval, tekanannya (baik positip maupun negatif) pada membran tersebut ditransmisikan ke perilimfe dan vestibulum ke osseous labirin dan membrana labirin. Oleh karena cairan bersifat tak dapat ditekan maka tiap gerakan, membran dari jendela oval harus dikompensasikan dengan gerakan yang berlawanan dari membrana yang menutup jendela bundar. Di dalam kokhlea (disuplai oleh cabang N. VIII (N. Audiori) jalannya transmisi mula-mula dari perilimfe dalam vestibulum, ke skala vestibuli, kemudian ke duktus kokhlearis dalam organon korti dan akhirnya ke skala timpani dan jendela bundar. Gelombang tekanan dari cairan tersebut mempengaruhi sel berambut. Apabila gerakan cairan ini merangsang sel-sel rambut, maka timbul respon di dalam koklea dengan menghasilkan impuls saraf pendengaran ke korteks serebri (otak) yang ditafsirkan sebagai suara. Frekuensi tinggi membelokkan membran basilaris dekat ke jendela oval dan frekuensi rendah jauh dari jendela. Defleksi ini mengaktifkan mekhanoreceptor, yang disebut sel-sel

Page 25: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

23

rambut yang memicu impuls saraf. Input sensorik bergerak sepanjang saraf kranial ke-VIII ke medula, otak tengah, talamus, dan korteks serebri.

Sensasi keseimbangan Di dalam organ vestibular dari membrana labirin terdapat area neuroepitel yang dapat menerima rangsangan perubahan-perubahan keseimbangan dan gerakan. Area tersebut tersusun oleh sel-sel penyokong dan sel-sel berambut yang mempunyai silia tak bergerak dan masing-masing sel tersebut mempunyai hubungan dengan akhiran saraf mielin dari N. Auditikus bagian vestibular. Area sensitif yang terdapat di dalam urtikulus dan sakulus, disebut makulla adusticae mempunyai fungsi yang ada hubungannya dengan statik ekuibrium (posisi kepala). Permukaan masing-masing makula (di dalam utrikulus dan sakulus) tertutup oleh suatu membran bersifat gelatinous yang disebut membran otolitik, mengandung sejumlah besar kristal kalsium karbonat (otolith). Rangsangan terhadap sel-sel berambut dari makula rupa-rupanya ditimbulkan oleh efek gravitasi pada membran otolitik, sehingga organ otolith dikenal sebagai reseptor gravitasi. Ketika kepala dimiringkan, atau bergerak tiba-tiba, otolit tarik pada sel-sel rambut, yang menghasilkan impuls saraf. Ini perjalanan saraf vestibular ke otak kecil. Dengan mengkoordinasikan impuls saraf dari kanalis semisirkularis dan organ otolith otak kecil membantu hewan menjaga keseimbangan nya. Impuls yang dibawa oleh N. Auditorius bagian vestibular ini bertanggung jawab terhadap refleks gerakkan mata, kepala, bagian-bagian lain dari tubuh dan mungkin dapat menimbulkan pusing seperti pada motion sickness. Karenanya sensasi posisi dan keseimbangan sebagian besar disebabkan oleh impuls tersebut. Sensasi penglihatan

Cahaya masuk mata melewati kornea, diteruskan ke pupil lalu humor aqueous, lensa dan humor vitreous dan difokuskan pada retina dengan menekuk sinar cahaya (refraksi), sehingga cahaya dari objek jatuh di retina (yang mengandung sel batang dan sel kerucut). Sel batang menangani penglihatan dalam cahaya rendah, dan sel kerucut menangani penglihatan dan warna. Ketika cahaya kontak dengan kedua jenis sel ini, rhodopsin diaktifkan yang mengubah cahaya menjadi impuls listrik yang dibawa ke saraf optik. Saraf optik membawa informasi visual tersebut ke otak, sehingga diintrepretasikan sebagian bayangan.

Fisiologi Ginjal Ginjal berkontribusi dalam menjaga asam-basa homeostastis. Sebagai tambahan, ginjal memproduksi hormon-hormon yang memegang peranan penting dalam kontrol sistem tekanan darah dan produksi sel darah merah. Ginjal melakukan ini dengan pertolongan sebuah perluasan jenis tipe-tipe sel, masing-masing ditunjang dengan suatu susunan fungsi individual dan dirancang untuk merespon suatu tanda langsung dan tak langsung. Sel-sel ini tersusun dalam suatu rangkaian khusus untuk membentuk unit fungsional dari ginjal, yaitu nephron.

Nephron tersusun atas glomerulus, tempat dimana darah disaring dan bermacam segmen yang tersendiri (nyata/beda dari yang lain) dari tubula ginjal, dimana zat-zat yang disaring tersebut diserap dan komponen-komponen plasma disekresikan ke cairan tubula. Di korteks renalis, nephron termasuk dalam sistem kumpulan pembuluh/saluran yang menjelajahi ginjal dan berakhir pada sistem kumpulan saluran medulla yang lebih dalam, dimana perubahan akhir dari cairan tubula berperan dalam formasi urine. Filtrasi bertempat tempat di glomerulus, yaitu sebuah rangkaian kapilaris dengan struktur yang spesifik didesain untuk mempertahankan komponen-komponen selular dan berat molekul prptein dari sedang ke tinggi dalam sistem vaskular ketika mengeluarkan cairan yang identik mendekati plasma di dalam elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini adalah filtrate glomerulus, dan prosesnya adalah filtrasi glomerulus. Tingkat dari filtrasi glomerulus adalah sebuah parameter dari fungsi ginjal yang sering ditetapkan dalam praktek klinis. Tingkat filtrasi glomerulus (GFR) dinyatakan sebagai milli liter dari filtrate glomerulus dalam per menit untuk tiap kilogram berat badan. Untuk memahami GFR, dapat dibantu dengan ketetapan sebagai berikut : Ukuran rata-rata anjing kecil, BB 113 kg dengan GFR 3,7 ml/menit/kg akan menghasilkan rata-rata 37 ml filtrate glomerulus per menit, atau 53,3 L (sedikit lebih banyak dari 14 galon) filtrate glomerulus per menit, hampir 27 kali volume cairan ekstraselular anjing tersebut.

Page 26: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

24

Kinerja GFR diatur dalam aturan fisiologi oleh: 1) penyesuaian ginjal dalam tekanan darah dan volume intravascular; 2) kontrol intrinsik aliran darah dan volume diperantarai faktor humoral, terutama sistem “renin-angiotensisn-aldosterone”. Kontrol intrinsik dalam perfusi kapiler glomerulus diperantarai oleh 2 sistem autoregulator yang mengontrol perlawanan aliran dalam arteriola afferent dan efferent: 1) refleks myogenic; 2) feedback tubuloglomerulus. Sistem “renin-angiotensisn-aldosterone” adalah mekanisme penting dalam kontrol GFR dan aliran darah renal. Renin adalah hormon yang diproduksi oleh sel spesial pada dinding arteriola afferent, sel granular ekstraglomerulus mesangial, yang dispesialisasikan sel juxtaglomerulus. Renin distimulasi oleh penurunan tekanan perfusi renal, kebanyakan disebabkan sistem hypotensi. Renin mengkatalisis transformasi dari angiotensinogen yang diproduksi oleh liver ke angiotensinogen I. Angiotensin I digantikan oleh angiotensin II yang lebih aktif oleh enzim pengganti angiotensin yang berlokasi pertama kali dalam endothelium vascular ginjal dan organ-organ lainnya. Kemudian perubahan dari angiotensin I ke angiotensin II dapat terjadi di dalam tempat ekstrapulmonary. Angiotensin II adalah vasokonstriktor keras yang bekerja langsung meningkatkan sistem tekanan darah dan tekanan perfusi renal. Sebagai tambahan, angiotensin II menstimulasi pelepasan mineral oxcorticoid aldosteron dari gladula adrenalin dan pelepasan pasopresin. Dalam saluran pengumpul, aldosteron menambah sodium dan reabsorpsi air, dan vasopresin menambah urea dan reabsorpsi air. Augmentasi air mengambil peningkatan volume intravascular sehingga meningkatkan perfusi renal. Pelepasan renin ditahan oleh: peningkatan perfusi renal dan penambahan tingkat dari plasma angiotensin II, menciptakan sistem arus balik negatif yang mengatur perfusi renal dan GFR pada susunan fisiologi. Peningkatan level angiotensin II juga menstimulasi produk dan melepaskan sedikitnya dua prostaglandins vasodilatasi renal: prostaglandin E2 dan I2 (protacyclin). Respon ini adalah pengaturan yang penting dalam sistem renin-angiotensin-prostagladins. Produksi intrarenal dalam vasodilator ini: 1) meng-halangi efek vasokonstriksi dari angiotensin II dalam vasculature intrarenal; 2) membantu mengatur perlawanan vascular renal dalam level normal/mendekati normal. Tanpa efek protektif ini, penyamarataan vasokonstriksi akan berefek dalam aliran darah renal dan GFR walaupun tekanan darah meningkat. Dalam ginjal itu sendiri, langsung mengontrol kapiler perpusi glomerulus oleh dua sistem yang telah disebutkan di atas: 1) refleks myogenic; 2) feedback tubuloglomerulus. Suatu mekanisme pada autoregulasi aliran darah dan GFR diajukan setelah observasi dimana arteriola glomerulus berubah dalam tegangan dinding arteriola. Respon ini disebut refleks myogenic, dan hasilnya adalah konstrisksi/pengerutan arteriola. Sebaliknya, penurunan di tegangan dinding arteriol menyebabkan dilatasi/pengembangan arteriola. Mekanisme kontrol intrinsic ke 2 adalah feeback tubuloglomerulus. Untuk mengerti konsep ini, penting untuk melihat kembali anatomi nephron. Khususnya, mengingat kembali bahwa tubulus distal berhubungan dengan glomerulus dalam nephron yang sama. Anatomi sekelompok sel epithel dikenal sebagai “macula densa”, yang berlokasi di cabang tebal dari lengkung henle. Macula densa berlokasi di antara arteriola afferent dan efferent, berbatasan dengan bagian mesangial ekstraglomerulus. Struktur ini dikenal sebagai apparatus juxtaglomerulus. Sebagai tambahan, untuk mengontrol ekskresi oleh ginjal itu sendiri, faktor sistemik dapat berkontribusi dalam perubahan GFR. Ini termasuk dalam kontrol sistemik volume darah dan denyut pembuluh darah. Banyak hormone mengatur volume darah seperti yang telah disebutkan di atas, aldosteron dan vasopressin (antidiuretik hormon) sekresi, menambah air dan reabsorbsi solutan oleh ginjal dan meningkatkan volume darah. Atrial natriuretik peptide, hormone yang diproduksi di atrium jantung menyebabkan natriuresis (pembuangan sodium) dan diuresis (pembuangan air) sehingga mengurangi volume darah. Faktor sistemik yang mempengaruhi denyut pembuluh darah juga mempengaruhi sistem tekanan darah, perfusi ginjal dan ultrafiltrasi. Vasopressin dan sirkulasi catecholamines dan menyebabkan sistem vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah. Stimulasi β-edrenergic dapat mengaktifkan sistem renin-angiostensin dan stimulasi α-adrenergic dapat menyebabkan vasokonstriksi renal. Kedua stimulasi ini menyebabkan reduksi dan redistribusi dari aliran darah ginjal. Sebagai tambahan, untuk mengubah perfusi ginjal, vasokonstriksi dapat mempengaruhi penetuan GFR, ultrafiltrasi koefisien Kf. Vasokonstriktor dapat menyebabkan kontraksi dari sel mesangial dalam glomerulus dan mengurangi tempat yang tersedia untuk filtrasi. Karena Kf adalah produk dari area yang

Page 27: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

25

digunakan untuk filtrasi dan hidrolik permeabilitas, kontraksi sel mesangial in vivo akan menyebabkan reduksi pada Kf dan kemudian pada GFR. Insulin-seperti faktor pertumbuhan dan protein menambah GFR pada ginjal hewan yang normal dan setelah eksperimen ginjal ischemia. Terlebih lagi, telah ditunjukkan bahwa level tinggi dari protein diet menyebabkan peningkatan aliran darah renal dan GFR. Parameter ini juga ditingkatkan setelah makanan dan single protein tinggi. Mekanisme dan implikasi klinis dan efek insulin faktor pertumbuhan dan protein diet tinggi dalam fungsi ginjal tidak sepenuhnya dipahami pada saat ini dan akan terus digali kebenarannya. Reabsorpsi solutan Sebagai ilustrasi yang penting dari reabsorpsi komponen ultra filtrat, 10 kg anjing yang terbentuk dari 53,3 L glomerulus filtrat tiap hari. Ultra filtrasi sebenarnya berisi konsentrasi garam dan glukosa yang sama dengan plasma. Oleh karena itu tanpa reabsorpsi tubulus, urinari kehilangan sodium, klorida, potasium, bikarbonat, dan glukosa sendiri. Totalnya akan sebanyak 500 gram solut. Saat reabsorpsi tubulus tidak ada, anjing akan membutuhkannya untuk penggantian senyawa kimia tersebut sehari-hari dengan memakan lebih dari 1 pon garam dan minum lebih dari 50 liter air pada ukuran yang sama sperti urine yang hilang untuk menjaga keseimbangan air dan garam. Untungnya, tubulus renalis dapat memperoleh air dan garam kembali secara efisien dan ultra filtrat lainnya. Mengilustrasikan presentasi dari berbagai filtrasi substan yang tertinggal di cairan tubulus pada berbagai poin selama dalam tubulus 100% dari filtrasi glukosa adalah reabsorpsi cepat oleh tubulus proximal. Pada waktu urine terakhir dibentuk pada ductus kolektifus terminalis, kira-kira 99% dari air filtrasi dan sodium telah diperoleh kembali.

Presentasi dari filtrasi yang diekskresikan di urine disebut standar fraksional ekskresi. Ini adalah hasil bersih dari tubulus reabsorpsi dan sekresi dari filtrasi substans. Secara matematika standar fraksional ekskresi di substan x adalah pertimbangan konsentrasi urine x (Ux) ke konsentrasi plasma x (Px) dibagi urinari atau perbandingan plasma dari substans acuan. Tubulus proksimal bertannggung jawab untuk reabsorpsi besar-besaran filtrasi solut

Tubulus proksimal juga bertanggung jawab terhadap reabsorpsi filtrat peptida dan molekul protein dengan berat rendah, perbandingan besar dari filtrat peptida diturunkan ke asam amino oleh enzim peptidase di sekat pembatas tubulus proksimal dan dereabsorpsi oleh cotrnsport dengan Na+ menyilang membran plasma apical. Terdapat juga bukti bahwa sebagian kecil peptida mentransport sendiri menyilang membran plasma apical melalui cotransport dengan H+, digerakkan oleh tubulus fluida ke gradien proton darah. Protein dengan berat molekul rendah juga direabsorpsi oleh tubulus proksimal, tetapi dengan mekanisme yang berbeda. Protein filtrat ini seperti insulin, glucagon, dan hormon paratiroid diambil dari tubulus fluida ke dalam tubulus proksimal sel oleh media pembawa endositosis sepanjang membran plasma apical. Protein diterima oleh protein pengangkut oleh endrisitik ke sistem organel interseluler yang disebut lisosom. Enzim proteolitik bersama lisosom menurunkan ke absorpsi protein yang menyebabkan rata-rata asam amino di transpor ke cairan interstisial dan dikembalikan ke darah. Segmen tubulus distal menyerap kembali garam dan tubulu fluida Segmen tubulus distal, yang meliputi segmen menaik yang tebal dari jerat Henle dan tubulus distal convoluted akan menyerap kembali Na+, K+, Cl-, dan divalent kation Ca2+, dan Mg2+. Segmen bisa menyerap kembali solutan terhadap suatu yang gradien tinggi dan waktu cairan tubulus meninggalkan tubulus distal convoluted, lebih dari 90% garam yang tersaring telah diserap kembali dan osmolalas dari cairan tubulus secara khas dikurangi menjadi 100mOsm/kg H2O. Saluran pipa pengumpul menyerap kembali NaCl dan dapat mengeluarkan atau menyerap kembali K+ Sistem pipa pengumpul dimulai pada segmen penghubung, yang merupakan daerah transisi dari tubulus distal convoluted sampai tubulus pengumpul pertama. Tergantung pada spesies segmen penghubung terdiri dari beberapa tipe sel, termasuk sel-sel tubulus distal convoluted, yang mempunyai sejumlah besar vesikel intrasitoplastik demikian juga mitikondria; dan sel-sel pokok yang mempunyai sedikit mitikondria tetapi involding membran plasma basolateral yang luas.

Page 28: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

26

Aldosteron meningkatkan reabsorpsi Na+ dan sekresi K+

Aldosteron adalah hormone mineralokortikoid yang disekresikan oleh adrenal korteks. Pelepasan aldosteron distimulasi oleh sistem hipotens melalui sistem renin-angisotenin dan bekerja pada sistem penghubung sel dan sel utama dari tubulus pengumpul untuk meningkatkan reabsorpsi Na+, yang mana pada peningkatan reabsorpsi air dalam rangka untuk mengkoreksi penipisan volume. Pada tingkatan sel aldosteron meningkatkan permeabilitas dari saluran membran plasma apical Na+ dan menstimulasi aktivitas Na+, K+-ATPase, demikian peningkatan reabsorpsi Na+. Rangsangan aldosteron secara terus-menerus bahkan dapat menyebabkan adaptasi struktural pada sel: poliferasi dari membran plasma basolateral, dimana terdapat Na+, K+-ATPase.

Pembebasan aldosteron juga dipicu oleh hyperkalemia (menaikkan tingkat Na+) dan mempunyai peranan penting dalam pengaturan homeostasis K+. Efek akut dari aldosteron pada K+ adalah untuk meningkatkan pemasukannya ke dalam sel aldosteron responsive oleh stimulasi dari aktivitas Na+, K+-ATPase, dengan tingkatan serum K+ rendah tetapi mempunyai pengaruh kecil pada ekskresi K+ ginjal. Rangsangan aldosteron yang lebih akut ialah menghubungkan segmen sel dan sel utama, meningkatkan jumlah saluran K+ di dalam membran plasma apppical dengan cara meningkatkan permeabilitas K+, dimana hasil dalam meningkatkan sekresi interseluler K+. Demikian efek paling cepat dari aldosteron adalah meredistribusi K+ dari kompartemen ekstrasel ke kompartemen intraseluler, akan tetapip dengan rangsangan aldosteron secara terus-menerus, pengeliminasian K+ dari ginjal semakin besar. Penyerapan ginjal mayoritas dari Ca2+ disaring dan sesuai dengan ukuran yang sistematik dengan Ca2+ sistemik. Kira-kira 65% dari Ca2+ disaring penyerapan dalam tubulus praksimal, mayoritas Ca2+ diserap kembali adalah paracellular dan pasif, dan dipandu dengan gradien kimia dan elektrik. Kira-kira 20% tentang Ca2+ yang disaring dan diserap dalam bagian dalam Henle. Ca2+ diserap kembali dalam segmen ini dan dipercaya terjadi secara pasif dan paracellular, diikuti dengan gradasi electrochemical, dan dengan secara aktif, transcellular pengangkutan. Adanya tubulus distal yang tergulung dan segmen yang menghubungkan penyerapan kembali suatu tambahan 10% dari Ca2+ yang disaring, terutama semata-mata terjadi oleh pengangkutan transcellular aktif. Selaput basolateral plasma sel di dalam tubulus distal berisi Ca2+-ATPase akan memompa dengan aktif dan memberikan tekanan intracellular Ca2+ ke dalam cairan interstisial. Ca2+ juga diangkut ke bagian selaput basolateral plasma oleh Na+/Ca2+. Adanya pertukaran antiporter itu bersifat ekstraseluler Na+ karena bersifat intraseluler Ca2+. Ca2+ di dalam cairan tubulus masuk sel ke bagian selaput plasma yang apical melalui Ca2+ saluran, dan difusi kepada basolateral sisi dari sel dimudahkan dengan suatu protein Ca2+ -sebagai pembanding dan calbindin 28k. Akhirnya, 1% sampai dengan 2% dari Ca2+ yang disaring dalam penyerapan dalam saluran pipa yang terkumpul; mekanisme Ca2+ terangkut dalam saluran pipa utama belum ditentukan. Adanya aturan pengangkutan Ca2+ terjadi di dalam tubulus distal yang tergulung, segmen tebal yang menghubungkan, dan yang menaik yang berupa selaput jerat henle. Hormon parathyroid, calcitonin, dan 1α, 25-(OH)2-vitamin D3 mempunyai peranan yang penting di dalam pengendalian Ca2+ berkenaan dengan kotoran badan yang disaring oleh ginjal. Hypocalcemia (plasma Ca2+ tingkatan rendah) merangsang pelepasan hormon parathyroid, yang berpengaruh terhadap tulang, isi perut, dan ginjal untuk menaikkan tingkatan plasma Ca2+. Adanya respon dari ginjal terjadi di dalam otot tebal yang berkenaan dengan selaput, tubulus distal yang tergulung, dan segmen yang menghubungan bagian itu. Hormon parathyroid dipercaya untuk meningkat-kan dan dapat menyerap air atau gas dari selaput plasma apical. Segmen ini dapat merangsang aktivitas dari saluran Ca2+ apical, suatu efek yang ditengahi oleh produksi siklis yang dapat meningkatkan adenosine 3’,5’-monophosphate. Lagi pula, jumlah yang sedikit dari penggulungan tubulus distal, hormon parathyroid meningkatkan Cl- konduktans di selaput basolateral plasma, yang mana hyperpolarizes sel bagian dalam menjadi lebih bersifat electronegative dan mampu meningkatkan daya penggerak untuk masukan Ca2+. Hormon 1α, 25-(OH)2-vitamin D3 dikonversi ke bentuk aktif ke dalam tubulus proksimal gulung; proses ini dirangsang oleh hormon parathyroid. Sel yang peka rangsangan untuk vitamin D3; terletak sebagian besar di dalam tubulus distal. Pada tempat tersebut terjadi peningkatan isi seluler dari Ca2+-bungkus protein calbindin 28k dan begitu berperan untuk Ca2+ditingkatkan penyerapan kembali di dalam tubulus distal gulung.

Page 29: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

27

Calcitonin mengurangi konsentrasi serum Ca2+, yang sebagian besar sebagai hasil pelepasan Ca2+ di dalam tulang. Walaupun dosis calcitonin farmakologis boleh tingkatkan kadar Ca2+ berkenaan dengan kotoran pada ginjal, dosis fisiologis mengurangi Ca2+ kotoran badan pada ginjal. Calcitonin telah digunakan untuk meningkatkan kadar Ca2+ dan menyerap kembali di dalam otot tebal, tubulus distal gulung, dan menghubungkan dengan segmen; hal ini dipercaya pada calcitonin sel hyperpolarizes di dalam segmen ini dan dengan demikian tingkatan Ca2+ mesukan dari cairan tubulus. Calcitonin mempunyai tambahan pada atas tubulus proksimal, dimana merangsang sintesis 1α, 25-(OH)2-vitamin D3 dan juga menghalangi penyerapan fosfat.

Salah satu fungsi penting ginjal adalah menjaga keseimbangan air dalam tubuh serta cairan plasma. Pada hewan terrestrial, ginjal didesain untuk reabsorpsi sebagian besar air pada filtrat glomerular. Selain itu, ginjal juga dapat merespon kelebihan air dalam tubuh dengan mengekskresikan urine hipotonik pada keadaan normal, 10 kg beagle menghasilkan 53,3 L dari filtrat glomerulus, dengan penyerapan 99% air yang terkandung dalam filtrat glomerulus sehingga urine yang diekskresikan hanya 0.2 – 0.25 L. Saat kehilangan air, anjing normal dapat memproduksi urine 7 hingga 8 kali osmolalitas plasma yaitu sekitar 2000 mosm/L. Sedangkan saat kelebihan air, anjing memproduksi urine dengan osmolalitas 100 mosm/L atau ⅓ dari plasma. Tubulus proksimal menyerap kembali 60% air yang telah disaring Reabsorpsi solutan dilakukann dengan menambah cairan ke dalamnya disebut cairan tubulus yang menyebabkan peningkatan gerakan perpindahan air ke sel dan ruang interseluler. Karena adanya brush border pada tubulus proksimal, maka tersedia permukaan luas untuk reabsorpsi. Dan epiteliumnya bersifat sangat permeable terhadap air. Adanya sedikit gradien/perubahan dapat mempercepat pergerakan air dalam skala besar dari cairan tubulus ke cairan interstisial. Tingginya tekanan oncotik serta rendahnya tekanan hidrostatik kapiler peritubular melemahkan pergerakan serta reabsorpsi air dan solutan dari cairan interstisial, sedangkan zat yang direabsorpsi akan kembali ke sistem aliran darah. Tiap harinya tubulus proksimal akan mereabsorpsi air 32 – 37 L. Namun, karena air yang direabsorpsi keisotonikannya mendekati garam, maka terjadi sedikit perubahan osmolalitas cairan tubulus di antara simpai bowman’s dan permulaan cabang descendens tipis dari loop henle.

Sistem ingenious meningkatkan kemampuan ginjal dalam mengekskresi-kan urine baik urine pekat maupun urine encer, tergantung keadaan plasma. Sistem tersebut dibagi menjadi tiga komponen utama. Pertama, hipertonik medulla interstitium yang membentuk formasi urine pekat. Kedua, pengenceran cairan tubulus oleh cabang ascenden tebal dan tubulus contulatus distal yang membentuk formasi urine encer. Ketiga adalah perubahan permeabilitas air pada duktus colectivus dalam merespon antidiuretik hormon (ADH) yang berperan dalam menentukan konsentrasi final urine. Hipertonik medulla interstitium membentuk formasi urine pekat Konsentrasi urine mamalia terrestrial biasanya lebih tinggi dari osmolalitas plasma. Konsentrasi ekskresi zat buangan, persediaan air, juga pengurangan volume air yang dikonsumsi tiap hari untuk menghindari dehidrasi. ILMU PEMULIAAN HEWAN

Dalam program pemuliaan (breeding program) sapi poyong banyak dilakukan persilangan (cross breeding) antara sapi potong lokal (misalnya sapi Bali = Bos sondaicus dan Peranakan Onggole = PO = Bos indicus) dengan sapi Bos taurus (misalnya Simmental, Limousin, Angus). Persilangan antara bangsa sapi lokal yang kecil dan pejantan yang besar ini dimungkinkan dengan implementasi teknologi reproduksi misalnya inseminasi buatan (IB, artificial insemination = AI) maupun transfer embrio (TE). Persilangan pada sapi potong antara Bos sondaicus/indicus dan Bos taurus menghasilkan turunan yang lebih baik produktivitasnya dengan daya adaptasi agroklimat yang memadai, namun juga terjadinya akibat ikutan yang kurang menguntungkan. Penurunan fertilitas merupakan salah satu akibat buruk tersebut, disamping juga semakin langkanya sapi-sapi lokal yang merupakan plasma nutfah lokal.

Pedet silangan sapi potong dengan pertumbuhan yang relatif cepat sering tidakmendapatkan susu yang cukup dari induk dalam lima bulan pertama usianya. Akibatnya berbagai penyakit pedet sering muncul dan menyerang pedet silangan ini, misalnya diarrhea, pneumonia, infeksi bakteri, jamur maupun infestsi parasit cacing. Radang antar teracak (interdigital phlegmon, foot-rot) disebabkan oleh

Page 30: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

28

komplikasi myasis dengan infeksi Bacillus necrophorus umum juga dijumpai pada pedet dengan sanitasi kandang yang jelek dan becek.

Sapi perah di Indonesia hanya baru dikenal satu bangsa saja, yaitu Friesian Holstein yang berwarna hitam belang putih. Dalam program pemuliaannya hanya diimplementasikan pure breeding (pemulia-biakan murni) antara sapi betina FH dengan pejantan atau semen beku FH. Program pemuliaan grading up, dengan upaya pemurunian sapi FH dari betina lokal dengan pejantan atau semen beku FH dilakukan secara terus menenerus untuk mencapai bangsa FH yang mendekati murni. Dalam kandang yang kurang higienis dan jelek sanitasinya berbagai penyakit pedet sering menyebabkan kematian pedet neonatus maupun pedet bawah lima bulan, seperti diarrhea akibat infeksi bakteri Escherechia coli maupun Salmonella sp. Penyebab kematian pedet neonatus sapi perah yang umum dijumpai pada di Indonesia adalah radang tali pusat (omphalitis atau navel ill). BAKTERIOLOGI DAN MIKOLOGI VETERINER

Bakteri sebagai organisme prokariotik yang merupakan organisme uniseluler memiliki struktur sel yang tidak memiliki membran inti. Struktur sel bakteri terdiri dari: nukleoid, membrane sitoplasma, mesosome, dinding sel, kapsul, pili, dan flagella. Masing-masing bagian tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Sel Eukariot memiliki struktur yang lebih komplek, serta memiliki membran inti yang memisahkan nukleus dengan sitoplasma. Sel ini juga memiliki struktur endomembran yang disebut dengan Organel.

Saluran pencernaan adalah saluran yang sangat berperan dalam tubuh. Saluran pencernaan merupakan suatu kesatuan dan bekerjasama dalam mencerna makanan baik melalui mekanis maupun enzimatis. Jika saluran pencernaan terganggu akan mengganggu aktivitas tubuh saat itu. Pada dasarnya dari seluruh mikroorganisme yang ada, hanya sebagian kecil saja yang merupakan bakteri patogen dan sebagian adalah bakteri non patogen. Bakteri non patogen membantu mencerna makanan menjadi sari-sari makanan agar mudah diserap oleh fili-fili usus. Mikroorganisme tersebut juga berfungsi untuk mengendalikan mikroorganisme patogen. Bakteri non patogen ini dapat menguntungkan inangnya tetapi dalam kondisi tertentu dapat juga menimbulkan penyakit Mikrobiologi rumen

Pada proses pencernakan ruminansia, pakan seperti rumput, jerami, biji-bijian atau jenis serat kasar lainnya yang dimakan, akan melewati esophagus dan masuk ke dalam rumen. Rumen merupakan kompartemen terbesar dan tempat terjadinya proses fermentasi utama dalam saluran pencernakan. Rumen tidak dapat mensekresikan mukus maupun enzim, satu-satunya cairan penyangga yang ada di dalam rumen berasal dari air liur. Secara alami, rumen dapat berkontraksi menekan isinya ke depan keluar dari kompartemen maupun sebaliknya untuk fungsi pencampuran. Dalam fungsi tersebut, pakan akan terinokulasi dengan mikroorganisme dan produk fermentasi asam dapat ditransfer ke bagian permukaan ephitelial sehingga dapat diabsorbsi.

Saluran pencernakan ruminansia merupakan habitat yang ideal bagi berbagai jenis mikroorganisme. Di dalam rumen, mikroorganisme memperoleh nutrisi dari bahan pakan yang terus menerus bercampur karena kontraksi, suhu yang teregulasi dengan baik, air dan liur yang mendukung kelembapan, serta berbagai jenis asam lemak volatil yang diabsorbsi rumen sehingga produk akhirnya tidak menjadi inhibitor pertumbuhan. Oksigen dikeluarkan bersama dengan gas hasil fermentasi atau dikonsumsi oleh populasi kecil namun sangat aktif bakteri anaerob fakultatif. Oleh karena itu, hampir seluruh mikroorganisme rumen bersifat anaerob obligat dan tidak mampu hidup maupun berkembang pada konsentrasi oksigen lebih besar dari 1ppm. Oksigen bersifat toksik karena mikroorganisme tersebut tidak mampu menghasilkan enzim detoksifikasi oksigen. Oksigen bereaksi dengan proton membentuk peroksida, sebagian besar bakteri aerob memiliki katalase yang dapat mendetoksifikasi peroksida. Sedangkan bakteri rumen tidak memiliki enzim tersebut. O2 + 2H+ + 2e- <---> H2O2 H2O2 -katalase-> H2O + ½O2

Oksigen juga bereaksi dengan elektron bebas menjadi superoxide yang lebih reaktif. Superoxide bereaksi dengan berbagai macam komponen seluler seperti flavins tereduksi, quinones,

Page 31: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

29

flavoprotein, thiols dan iron sulfur protein. Superoxide memiliki kemampuan untuk mengoksidasi komponen tersebut. Karena bakteri rumen membutuhkan molekul yang mengandung gugus –SH (sulfhidril (thiol)) untuk metabolisme, bakteri ini menjadi lebih sensitif terhadap oksigen dibandingkan dengan bakteri aerob, selain karena bakteri aerob mampu menghasilkan superokside dismutase yang melindunginya dari superoxide. O2 + e- <---> O2

-. O2

-. + O2-. –superoxide dismutase-> H2O2 + O2

Cairan rumen memiliki titik keseimbangan yang sama dengan plasma dan cairan intersisial

hewan tingkat tinggi, sehingga lingkungan kaya sodium ini sering diilustrasikan sebagai lautan yang berada di daratan, meskipun sebenarnya kadar garam air laut tetap lebih tinggi daripada cairan rumen (± 460:120mM sodium). Sangat banyak bakteri rumen yang tidak dapat hidup tanpa sodium di lingkungannya.

Konsentrasi bakteri dalam rumen sangat tinggi, lebih kurang 1010 sel/gram isi rumen, dengan variasi ukuran 1-5µm. Selain bakteri, di dalam rumen dapat ditemukan organisme yang lain yaitu protozoa dan jamur. Pada saat jumlah protozoa meningkat, jumlah bakteri akan menurun, dan sebaliknya. Jamur dalam rumen memiliki siklus hidup yang lebih komplek bervariasi dari zoospora hingga miselium. Jumlah biomasa fungi lebih kurang 6% dari total biomasa rumen. Rumen berisi lebih kurang 10% w/v pakan. Pakan mengandung polimer berukuran besar, sebagian tidak terlarut, dan terkadang komplek. Melalui bantuan enzim ekstraseluler, polimer tersebut didegradasi menjadi molekul yang lebih sederhana seperti oligosakarida, asam amino, peptida dan sebagainya sehingga dapat dimanfaatkan untuk proses metabolisme lebih lanjut. Pada saat bakteri mensekresikan enzim di dalam rumen, bakteri lain yang tidak mampu menghasilkan enzim tersebut tetap dapat memanfaatkan molekul hasil degradasi polimer tersebut. Sebagian bakteri berada secara bebas dalam cairan rumen dan memanfaatkan nutrien terlarut, sebagian mikroorganisme berkolonisasi pada dinding rumen, dan sebagian yang lain menempel pada material pakan yang tidak terlarut. Beberapa enzim hidrolisis yang dihasilkan mikroorganisme rumen adalah: selulase yang berfungsi mendigesti selulosa, amylase untuk degradasi pati, pektinase yang memiliki aktivitas pektinolitik, proteinase dan peptidase untuk degradasi protein, β-glukanase, xylanase, mananase dan sebagainya.

Di dalam rumen terdapat populasi bakteri anaerob obligat yang sangat komplek. Diversitas bakteri tersebut dipengaruhi oleh jenis pakan, seleksi alam terkait kemampuan biokemis dan oleh keberadaan bakteri yang paling adaptif yang mempengaruhi kondisi niche rumen sehingga bakteri lain mendapat kesempatan untuk berkembang. Beberapa bakteri yang telah berhasil diisolasi dari rumen dan memiliki peran penting dalam proses transformasi dapat dilihat dalam tabel berikut:

Page 32: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

30

Mekanisme gatal akibat infeksi dermatofit Selain bakteri, virus, maupun parasit, infeksi pada kulit dapat disebabkan oleh jamur dermatofit

yang terdiri dari tiga genera yaitu Trichophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Kasus infeksi oleh genus Epidermophyton lebih jarang ditemukan pada hewan dibanding manusia. Secara umum, jamur dibagi dalam kelompok besar yaitu kapang (mold) dan khamir (yeast). Kapang merupakan kelompok jamur multiseluler dengan struktur dasar berupa hifa, sedangkan khamir merupakan kelompok jamur uniseluler dengan struktur dasar tiga dimensi seperti bola (spherical) atau menyerupai oval (ovoid). Tiga genera dermatofit diatas termasuk dalam kelompok kapang.

Dermatofit memperoleh nutrisi dari material yang mengandung keratin seperti pada permukaan kulit, rambut, kuku maupun tanduk. Kolonisasi dermatofit pada jaringan tersebut dapat menyebabkan keradangan. Hal ini terjadi karena dermatofit melakukan digesti nutrisi secara ekstraseluler melalui produksi enzim kelas protease (khususnya proteinase yaitu endopeptidase), elastase dan keratinase untuk membongkar dan memecah keratin yang terjebak dalam sel-sel mati yang mengalami kornifikasi. Karena bersifat non-spesifik, enzim-enzim tersebut juga bereaksi dengan sel/jaringan disekitarnya sehingga menimbulkan radang. Enzim yang paling utama dalam menimbulkan sensasi gatal yaitu, protease akan berinteraksi dengan Proteinase-activated receptor 2 (PAR2) yang memegang peran penting dalam mekanisme ini. PAR2 merupakan reseptor yang berada pada permukaan keratinosit bagian epidermal dan serabut syaraf di kulit. Interaksi antara protease dengan reseptor PAR2 akan menstimuli keratinosit untuk menghasilkan mediator gatal seperti leukotriene (LT) B4. Selain LTB4, keratinosit dapat melepas neurotrophin seperti NGF, neurotropin-4, lipid mediator atau endothelin-1 yang dapat mengaktivasi serabut syaraf sensoris atau melalui aktivasi sel mast untuk menghasilkan mediator pruritogenik. Stimulus yang timbul diteruskan melalui serabut syaraf menuju sumsum tulang belakang kemudian diteruskan ke cerebrum dan dirasakan sebagai sensasi gatal. Antibiotika

Pemberian antibiotika yang tidak tepatbaik jenis maupun dosis dapat berpotensi meningkatkan jumlah bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Peningkatan populasi bakteri resisten antibiotika dapat melalui mekanisme survival selection, mutation, dan transfer gen resistensi antar bakteri. ILMU PENYAKIT PARASIT VETERINER

Cara parasit merugikan hospes

Dalam hubungan parasit dengan hospesnya, sebenarnya parasit tidak bertujuan untuk mematikan hospes atau memusnahkannya, karena kematian hospes berarti juga kematian parasit. Sehingga, semakin sempurna sifat keparasitan kerusakan hospes yang ditimbulkan oleh parasit semakin berkurang. Berat ringannya kerusakan pada hospes karena parasit ditentukan banyak faktor seperti faktor parasit (spesies, jumlah parasit), hospesnya (muda, dewasa, jenis kelamin, kondisi tubuhnya seperti lelah, lapar dan lain sebagainya) dan faktor eksternal seperti menejemen dan kondisi lingkungan. Bagian ini akan membahas cara-cara parasit merugikan hospesnya sehingga mahasiswa mengetahui bagaiamana parasit merugikan hospesnya. Cara-cara parasit merugikan hospesnya antara lain adalah sebagai berikut:

Menghisap pakan hospesnya. Cacing-cacing Ascaris, Ascaridia, Neoascaris, Parascaris, Toxocara dan berbagai spesies Trematoda dan Cestoda menghisap pakan hospesnya yang ada dalam usus selagi pakan itu dicerna dalam saluran pencernaan hospes. Trypanosoma yang merupakan parasit darah menghisap glukosa darah sebagai sumber energinya.

Menghisap darah, cairan tubuh atau memakan jaringan tubuh hospes. Arthropoda parasit menghisap darah atau menghisap cairan tubuh setelah melukai kulit hospesnya. Cara Arthropoda melukai kulit hospesnya antara lain dengan menusuk kulit hospes dengan probosisnya ( nyamuk, lalat), menggigit dengan chelicera ( caplak ). Dalam hal menghisap darah beberapa parasit sangat rakus seperti Haemonchus, Ancylostoma, walaupun sudah kenyang masih menghisap darah sehingga darah untuk beberapa saat tetap mengucur akibatnya hospes banyak kehilangan darah. Kutu seperti Haematopinus dan Pediculus menghisap cairan tubuh setelah melukai kulit hospesnya. Beberapa spesies cacing seperti Chabertia ovina selain menghisap darah juga memakan mukosa usus. Cacing hati selain menghisap cairan empedu juga merusak dan memakan jaringan dinding saluran empedu. Beberapa tungau selain menghisap cairan tubuh juga merusak dan memakan jaringan kulit. Dioctophyma renale (anjing) dan

Page 33: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

31

Stephaneurus dentatus merusak jaringan ginjal dan dinding vesica urinaria. Parasit-parasit intraseluler darah seperti Babesia, Plasmodium, Leucocytozoon, Leishmania dan intrseluler sel dinding usus seperti Eimeria akan merusak sel yang ditempati.

Menimbulkan gangguan mekanik. Cacing seperti Dirofilaria immitis, Dipetalonema sp., dalam jumlah yang banyak dapat mengumpul dalam jantung ventrikel kanan sehingga dapat menyumbat aliran darah ke paru. Sehingga hospes bisa pingsan karena kekurangan oksigen. Larva Filaria sp., dalam jumlah banyak dapat menyumbat pembuluh darah balik dan pembuluh limfe di kaki bagian bawah. Akibatnya dapat menyebabkan perembesan cairan limfa keluar pembuluh sehingga menyebabkan pembengkakan kaki yang disebut kaki gajah. Cacing hati dewasa dapat menyebabkan penyumbatan pada saluran empedu sehingga cairan empedu terserap oleh jaringan yang mengakibatkan penyakit kuning. Cacing Ascaris, Ascaridia galli dan cacing pita terutama pada ayam dalam jumlah besar dapat mengakibatkan sumbatan dan pecahnya dinding usus. Coenurus cerebralis dapat mengakibatkan tekanan pada otak sehingga menimbulkan gangguan saraf. Sista hidatida yang cukup besar dapat menekan alat-alat tubuh di sekitarnya yang mengakibatkan gangguan fungsinya. Strongylus vulgaris pada kuda dapat menyumbat saluran darah balik di alat penggantung usus (mesenterium) sehingga dapat menyebabkan aneurisma (pelebaran pembuluh darah) dan kolik (sakit perut) pada kuda.

Menimbulkan radang. Radang adalah perubahan jaringan yang ditandai dengan adanya rasa sakit (dolor), panas (kalor), kemerahan (rubor), bengkak (tumor) dan biasanya diikuti dengan rusaknya fungsi seluruh atau sebagian jaringan yang berubah tersebut. Akibat pertama adanya infeksi atau infestasi parasit adalah radang setempat. Radang karena parasit muda biasanya bersifat akut, sedang parasit dewasa menyebabkan radang kronis yang dapat mengakibatkan perlekatan parasit (misalnya adesi cacing gelembung), pengerasan (misalnya sirosis oleh karena cacing hati pada umumnya) hati, eksudasi (misalnya oleh cacing gastrointestinal pada umumnya), granulomatosa (misalnya oleh cacing Capillaria hepatica), serosis (keluarnya cairan serosa akibat ektoparasit dalam kulit), nekrosis (kematian sel jaringan akibat larva Trichinella ), pernanahan (supuratif oleh Demodex). Pada umumnya parasit menyebabkan radang traumatik dan berakibat berbagai macam reaksi jaringan tergantung spesies parasitnya. Produk reaksi jaringan tubuh hospes terhadap parasit atau produk parasitnya mungkin ditemukan atau terjadi di tempat lain yang jauh dari lokasi parasit. Cacing darah telurnya dikeluarkan melalui ginjal dan adanya telur tersebut dapat menyebabkan karsinoma pada ginjal. Granula bilharzia dapat ditemukan di dalam darah di mana saja dalam tubuh hospes. Parasit yang migrasinya melalui paru dapat menimbulkan radang paru verminosa sedang cacing yang memang predileksinya pada paru juga langsung dapat menyebabkan radang paru verminosa. Mempermudah masuknya mikroorganisme lainnya. Kerusakan kulit akibat luka gigitan atau tusukan parasit merupakan port d’entre mikroorganisme yang lain. Demikian pula liang-liang yang dibuat oleh tungau betina yang akan bertelur akan memfasilitasi masuknya bakteri pembuat nanah. Luka akibat menembusnya cacing berkepala berduri dan cacing askaris dan kerusakan jaringan akibat migrasi larva cacing akan menyebabkan masuknya kuman usus ke dalam jaringan sekitarnya. Luka pada dinding usus juga dapat disebabkan oleh Entamoeba histolytica dan Eimeria.

Meningkatkan sensitifitas hospes. Beberapa parasit mungkin memproduksi racun yang merugikan hospesnya, seperti T. evansi pada kuda, T. gambiense dan Plasmodium sp., diduga memproduksi racun sehingga menimbulkan gejala khas seperti sempoyongan pada kuda, tidur atau lemah saraf pada manusia. Dibothriocephalus latus dan Ascaris sp. dapat menyebabkan histeris masing-masing pada anjing dan manusia. Gigitan nyamuk dan caplak dapat menyebabkan gejala urtikaria (biduren), asma dan lumpuh caplak.

Menyebabkan penyebaran parasit dari satu hewan ke hewan lainnya. Parasit-parasit temporer/non periodik atau parasit datang pergi seperti Arthropoda parasit, baik penggigit, penghisap atau penusuk, sambil menghisap pakan hospesnya, mereka juga dapat menyemburkan mikroorganisme atau parasit dari hospes yang satu ke hospes yang lain. Parasit tersebut dapat membantu bertindak sebagai hospes perantara terhadap agen patogen lain dari golongan virus, rickettsia, mikoplasma, bakteri, jamur, atau perantara dari berbagai parasit itu sendiri. Penyakit yang disebabkan oleh Arthropoda parasit itu disebut dengan arthropod borne diseases.

Menurunkan ketahanan tubuh hospes. Parasit-parasit temporer/non periodik atau parasit datang pergi selain berperan sebagai perantara penyebaran mikro-mikroorganisme lainnya seperti yang telah diuraikan sebelumnya, dapat menyebabkan gangguan lainnya. Gangguan tersebut antara lain

Page 34: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

32

karena kontak parasit dengan hospesnya tidak periodik, maka modus kontak yang demikian itu dapat mengakibatkan kejengkelan atau gangguan ketenangan hospesnya. Akibat ketenangan hospes terganggu dapat mengakibatkan kelelahan hospes sehingga ketahanan tubuh dapat menurun dan hospes mudah terserang penyakit. Fasciolosis Penyebab :

Fasciola hepatica dan Fasciola gigantica

Lokasi

•   Pada ductus biliverus domba, kambing, sapi, ruminansia lain, babi, kelinci, gajah, kuda, anjing, kucing, kangguru, manusia.

•   Pada hospes yang tidak biasa (manusia, kuda), cacing dapat ditemukan di paru-paru, bawah kulit dan lokasi lain.

•   Parasit ini tersebar di seluruh dunia dan menyebabkan Fascioliasis/distomatosis pada domba dan sapi.

Patogenesis tergantung dari metaserkaria yang tertelan. Tidak ada kerusakan selama menembus dinding usus/cavum peritoneum. Lesi terpenting pada hati di parenkim dan atau ductus biliverus. Pada dasarnya penyakit dapat dibagi menjadi : bentuk akut dan kronis. Komplikasi yang terjadi sehubungan dengan infeksi distomatosis ini adalah infeksi Black disease yang disebabkan Clostridium oedematicus novyi.

Fasiolosis akut. Jarang terjadi di banding yang kronis (Pada domba sering terjadi). Terjadi hepatitis traumatis karena sejumlah besar cacing muda bermigrasi bersama-sama. Jumlah banyak sekali, kapsula hati akan robek, perdarahan ke cavum peritoneum, hewan mati. Pada bentuk sub akut hati tertutup jejak-jejak migrasi, terlihat fibrosis awal, mungkin jadi kronis. Kedua bentuk ini dapat terjadi pada hewan dari semua umur dan status nutrisi. Kematian dapat terjadi cepat atau setelah beberapa hari. Hewan malas bergerak, nafsu makan turun, abdomen membesar dan sakit bila disentuh. Komplikasi dari kondisi akut adalah “Black disease” yang disebabkan oleh Clostridium oedematicus novyi yang biasa menyerang domba umur 2-4 tahun

Fasiolosis kronis. Bentuk yang paling umum pada domba, sapi dan hewan lain termasuk manusia dapat menjadi fibrosis hepatis dan cholangitis hyperplastik dari parenkim hati, perdarahan, nekrosis. Migrasi cacing juga menyebabkan terbentuknya thrombus di vena hepatica sinusoid hati, melanjut obstruksi aliran darah, iscemia, nekrosis, coagulative di parenkim hati. Pada proses penyembuhan/regenerasi fibrosis, adanya cacing dewasa di ductus biliverus dapat mengakibatkan cholangitis hyperplastik, sucker/spina cacing, gerakan cacing melewati ductus biliverus, adanya telur dapat berakibat terjadinya fibrosis . Cacing dewasa menghisap darah yang dapat mengakibatkan hypoalbuminemia dan hypoproteinemia. Pada sapi dapat terjadi kalsifikasi dari lesi fibrotik. Dinding ductus biliverus dapat melanjut menjadi kalsifikasi mirip pipa tanah liat. Pada sapi cacing sering terdapat pada organ lain terutama paru-paru yang terkapsulir (sista) berisi material gelatinosa purulent warna coklat dan cacing yang hidup/lebih sering cacing mati/ terkalsifikasi.

Diagnosa dengan menemukan telur di tinja (bedakan dengan telur trematoda lain terutama paramphistomum). Telur fasciola kulit kuning, operculum tidak jelas dan sel embrional tidak begitu jelas. Telur Paramfistomum transparan, operculum jelas dan sel embrional lebih jelas, sering ada tonjolan kecil pada ujung posterior. Telur Paramphistomum lebih besar dari pada telur cacing hati.

Beberapa obat dapat digunakan untuk mengobatifasciolosis; seperti Nitroxynil secara s.c. 10 mg/kg untuk cacing dewasa (domba dan sapi) 15 mg/kg untuk cacing muda umur 4 minggu; Benzimidazole, Albendazole dan Oxfenbendazole efektif untuk cacing hati dan nematoda gastro intestinal Albendazole 7,5 mg/kg yang untuk sapi Oxyclozanide 10 mg/kg untuk kuda. Dioctophyma renale

D. renale dilaporkan juga berparasit pada mink, anjing, dan banyak spesies lain dan sering sekali ditemukan pada babi. Cacing betina memiliki ukuran panjang 75-100 cm dengan diameter > 1

Page 35: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

33

cm. Cacing dewasa hidup pada jaringan ginjal dan meruak parenkim ginjal secara gradual seiring dengan pertumbuhan cacing. Telur cacing berbintik dan berdinding tebal dengan sumbat dikedua kutubnya, dikeluarkan melalui urin Anelida golongan oligochaeta (lumbriculus variegatus) bertindak sebagai hospes intermedier. Infeksi pada hospes melalui ingesti larva atau hospes transport (ikan, katak) mengandung larva yang mengkista. Setelah larva termakan, larva bermigrasi dari lambung ke dalam kavum peritoneum dan hepar sebelum dewasa dalam ginjal. Infeksi D. renale adalah insidentil dan merupakan hal yang tidak biasa terjadi.

Diagnosis dilakukan dengan menemukan telur cacing dalam urin dan menemukan cacing dewasa dalam ginjal saat nekropsi.

Pengobatan dengan Benzimidazole modern efektif untuk menangani infeksi, dan jika memungkinkan melakukan operasi untuk menyingkirkan parasit.

Page 36: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

34

REFERENSI Anatomi Terapan •   Budras KD., Robert EH., Christoph K W., Mülling, Paul RG., Gisela J., Renate R., Diemut S.,

2011. Bovine Anatomy: An Illustrated Text, Second Edition, Schlutersche GmbH & Co, Germany, ISBN-10: 3899930525; ISBN-13: 978-3899930528

•   de Lahunta A., and Habel R.E., 1986. Applied Veterinary Anatomy, W.B. Saunders Company, Philadelphia.

•   Getty, R., 1966. Atlas for Applied Veterinary Anatomy, 2nd edition, Iowa State University Press, IOWA.

•   Kardong K.V., 2008. Vertebrates Comparative Anatomy, Function, Evolution, 5th edition, McGraw-Hill, ISBN 10:0-39-011705-6, ISBN-13:978-0-39-011705-2

•   McLelland J., 1990. A Colour Atlas of Avian Anatomy, Wolfe Publishing Ltd, Aylesbury, England, ISBN: 0-7234-1575-7

•   Orsini, PG and Sack, WO., 2003. Rooney’s Guide to the dissection of the horse, 7th edition, Veterinary Textbooks, Ithaca, New York, ISBN 0-9601152-4-2

•   Shively M.J., 1984. Veterinary Anatomy, Basic, Comparative, and Clinical, Texas A&M University Press, Texas.

Histologi Sistem Organ Hewan •   Fisiologi Veteriner II •   Cunningham, J. 2007. Textbook of Veterinary Physiology. Saunders, Santolouis, Missouri, USA. •   Frandson, R.D., Wilke, W.L., and Fails, A.D. 2005. Anatomy and Physiology of Farm Animals.

7th Edition. Willey. •   Guyton, A.C., and John, E.H. 2006. Textbook of Medical Physiology. 11th Edition. Elsevier

Saunders Philadelphia-Pennsylvania, USA. Ilmu Pemuliaan Hewan •   Anderson, H., 2012. Livestock Breeding Principles. Elsevier, Amsterdam. •   Hafez ., E. S. E., 2003, Reproduction in Farm Animals, 6TH ED., Lea and Febiger, Philadelphia. •   Noakes, J. J. et al., 2011. Veterinary Obstetrics and Reproduction. Balliere Tindall Publishing Co.,

Philadelphia, London, Toronto. •   Robertson, H, 2007, Applied Animals Reproduction. Werber Publishing Co., London. •   Turnbull, A., 2009. Principles of Animal Breeding. Carlston Publishing Co., Sydner.

Bakteriologi dan Mikologi Veteriner •   Black Jacquelyn G. 1999. Microbilogy: Principles and Exploration 4th New York, USA •   Jawetz, Melnick& Adelberg. 1995. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi Jakarta: EGC 1996 •   Madigan MT., Martinko JM., Parker J. 2000. Brock Biology of Microorganisms.9th ed. Prentice-

Hall, Inc. •   Tsugunobu Andoh, Yusuke Takayama, Yasushi Kuraishi, Involvement of leukotriene B4 in

dermatophyte-related itch in mice, Pharmacological Reports, Volume 66, Issue 4, August 2014, Pages 699-703, ISSN 1734-1140, http://dx.doi.org/10.1016/j.pharep.2014.01.003.

•   Fernandes, Elizabeth S. and Vong, Chi Teng and Quek, Samuel and Cheong, Jessica and Awal, Salma and Gentry, Clive and Aubdool, Aisah A. and Liang, Lihuan and Bodkin, Jennifer V. and Bevan, Stuart and Heads, Richard and Brain, Susan D., Superoxide generation and leukocyte accumulation: key elements in the mediation of leukotriene B4-induced itch by transient receptor potential ankyrin 1 and transient receptor potential vanilloid 1 FASEB J April 2013 27:1664-1673; published ahead of print December 27, 2012, doi:10.1096/fj.12-221218

Ilmu Penyakit Parasit Veteriner •   Chidini, P.L., Moody, A.H., and Manser, D.W. 2001. Atlas of Medical Helminthology and

Protozoology, fourth edition, Chirchii Livingstone, Toronto

Page 37: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

35

•   Kaufmann, J. 1996. Parasitic Infections of Domestic Animals: A Diagnostic manual, TCF., Berlin.

•   Olsen, O.W. 1962. Animal Parasites: Their Biology and Life Cycles. Burgess Publishing Company, Minesota, USA.

•   Roberts, L.S. & Janovy Jr, J. 2000. Foundations of parasitology. Sixth edition. W.B. Saunders, Co. Philadelphia.

•   Soulsby, E.J.L. 1982. Helminth Arthropods and Protozoa of Domesticated Animals, Seventh edition, Bailliere Tindal, London.

•   Urquhart, G.M., Armour, J., Duncan, J.P., Dunn, A.M. & Jennings, F.W. 1987. Veterinary Parasitology, First edition, ELBS, England.

•   Robert E. Hungate, 1991. The Rumen and Its Microbes. John Wiley & Sons, Ltd. •   Russell, J. B., 2002. Rumen Microbiology and its role In Ruminant Nutrition. Ithaca, N.Y.

Page 38: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

36

Skenario 1

(FGD Semester 3)

Pedet sapi potong dan sapi perah silangan

Pak Sastro, seorang peternak sapi memanggil dokter hewan poskeswan setempat, karena mempunyai 2 ekor pedet yang menderita sakit yang berbeda. Pedet pertama berumur 4 bulan (pedet bawah lima bulan = pedet balibu) silangan hasil inseminasi buatan dari induk bangsa peranakan Onggole (PO) dengan semen beku pejantan bangsa Simmental (Sim-PO). Pedet silangan ini mengalami kepincangan pada kaki depan sebelah kiri, ternyata dokter hewan menemukan ada peradangan akibat luka pada antar teracaknya (interdigital phlegmon) dan dari pemeriksaan laboratorium terindikasi sudah terinfeksi oleh bakteri Bacillus necrophorus. Pedet kedua merupakan pedet sapi perah bangsa Friesian Holstein murni, baru berumur dua minggu, juga menderita peradangan akut pada tali pusatnya (navel ill, omphalitis) yang ternyata sudah mengalami belatungan (myasis). Kata kunci: pedet balibu, peranakan Onggole, Simmental, kepincangan, interdigital

phlegmon, Bacillus necrophorus, Friesian Holstein, navel ill, omphalitis, myasis

Topik Diskusi:

1.   Diskusikan apa perbedaan prinsip dari kawin silang (crossbreeding, misal Sim-PO) dan kawin murni (pure breeding, misal Friesian Holstein). Diskusikan maksud crossbreeding pada sapi (Bos taurus >< Bos indicus), manfaat maupun kerugiannya.

2.   Pedet yang mengalami interdigital phlegmon dapat menyebabkan pincang. Diskusikan prediksi konformasi dan anatomi teracak, serta struktur tulang, tendo, kartilago, syaraf pada teracak pedet.

3.   Diskusikan bakteri penyebab interdigital phlegmon dan parasit pada pedet neonatus yang mengalami omphalitis.

Tujuan pembelajaran:

1.   Mahasiswa mampu mempelajari prinsip-prinsip pemuliaan pada sapi perah dan sapi potong (pure breeding dan cross breeding), keuntungan dan kerugian.

2.   Mahasiswa mampu memahami prediksi konformasi dan anatomi teracak, serta histologi teracak.

3.   Mahasiswa mampu memahami bakteri penyebab interdigital phlegmon dan parasit penyebab omphalitis.

4.   Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan perilaku dalam diskusi.

Page 39: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

37

1.   Skenario 2

(FGD Semester 3)

Sapi menikmati makanan

Mooo…. terdengar suara sapi yang tampak sedang menikmati lezatnya makanan. Pakan yang masuk kedalam saluran pencernaan sapi dapat dicerna dan diubah menjadi energi melalui proses metabolisme dengan bantuan makhluk hidup dalam pencernaan. Sungguh menakjubkan karena makhluk hidup tersebut sangat kecil, sehingga hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Makhluk hidup tersebut adalah bakteri yang secara normal ada di dalam saluran pencernaan yang bermanfaat untuk membantu proses pencernaan diantaranya adalah Escherichia coli, Lactobacillus sp., Enterococcus sp. Makhluk lain kadang dapat ditemukan dan dapat menyebabkan diare misalnya Salmonella sp. dan Fasciola sp. Untuk mengetahui ada tidaknya gangguan di daerah rumen, dokter hewan dapat melakukan pemeriksaan di daerah flank sinister. Kata kunci: saluran pencernaan, energi, metabolisme, Escherichia coli, Lactobacillus sp.,

Enterococcus sp., Salmonella sp., Fasciola sp., rumen, flank sinister Topik Diskusi:

1.   Diskusikan anatomi eksternal daerah abdomen dan identifikasi organ visceral di dalam cavum abdomen, mikroskopis systema digesti, dan proses metabolisme sistem pencernaan menjadi energi.

2.   Diskusikan bakteri non patogen dan patogen dalam saluran pencernaan, bagaimana bakteri dapat tumbuh dalam saluran pencernaan? Bagaimana morfologi dan struktur bakteri tersebut.

3.   Diskusikan berbagai cacing yang dapat menimbulkan penyakit dalam saluran pencernaan sapi.

Tujuan pembelajaran:

1.   Mahasiswa mampu memahami anatomi eksternal daerah abdomen sapi, mampu melakukan identifikasi organ visceral di dalam cavum abdomen, mampu struktur histologic systema digesti, dan proses metabolisme sistem pencernaan.

2.   Mahasiswa mampu membedakan bakteri non patogen dan patogen dalam saluran pencernaan.

3.   Mahasiswa mampu memahami dan mengenali keragaman cacing dalam saluran pencernaan, menguasai permasalahan dalam menyebabkan penyakit dan dapat digunakan sebagai dasar dalam diagnosa dan diferensial diagnosa suatu penyakit.

4.   Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan perilaku dalam diskusi.

Page 40: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

38

Skenario 3

(FGD Semester 2)

Anjing kampung kencing darah Seekor anjing kampung (anjing lokal) jantan milik pak Pendi terlihat sangat lesu ketika dibawa ke Rumah Sakit Hewan (RSH). Sebelum dilakukan pemeriksaan, dokter hewan jaga melakukan anamnesa. Dari anamnesa diperoleh informasi sebagai berikut: umur anjing 2 tahun, anjing tidak dipelihara dalam kandang dan menurut pemilik sering makan disembarang tempat termasuk ditempat sampah. Dua hari sebelum dibawa ke RSH, anjing tidak mau makan dan minum, diare, dan terlihat kencing disertai darah. Dokter hewan kemudian melakukan pemeriksaan fisik pada anjing tersebut dan mendapatkan hasil: perut membesar, ketika perut dipalpasi kesakitan, mukosa hidung kering, serta turgor kulit jelek menandakan dehidrasi berat. Adanya darah pada urin mengindikasikan adanya gangguan pada saluran urin. Hasil pemeriksaan feses tidak ditemukan adanya oosista maupun telur cacing, sedang pemeriksaan urin ditemukan telur cacing dengan ciri-ciri berdinding tebal, bintik-bintik dan memiliki sumbat pada kedua ujungnya. Kata kunci: anjing lokal, diare, kencing berdarah, turgor, dehidrasi, telur cacing, perut

membesar, palpasi Topik Diskusi:

1.   Diskusikan cacing yang menginfeksi anjing pada skenario di atas dan diskusikan penyakit-penyakit parasit yang biasa pada anjing dan kucing mulai dari etiologi, gejala klinis, diagnosis, terapi dan pencegahannya.

2.   Diskusikan mengapa anjing mengalami dehidrasi, bagaimana fisiologis terjadinya dehidrasi pada anjing tersebut dan proses homeostasis dalam tubuh.

3.   Diskusikan bagaimana cara memprediksi kelainan/gangguan pada saluran urin pada kasus anjing tersebut, dan jelaskan struktur histologi dan fungsi sistem sistem urinaria kemungkinan hubungan dengan organ lain pada anjing.

Tujuan Pembelajaran:

1.   Mahasiswa mampu mengenali gejala klinis penyakit-penyakit parasit pada anjing dan kucing, mengetahui cara diagnosis, pengobatan dan penanganan penyakit-penyakit parasit pada anjing dan kucing, serta mengetahui deferensial diagnose berbagai penyakit parasit pada anjing dan kucing.

2.   Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dasar sistem urinasi dan homeostasis pada anjing.

3.   Mahasiswa mampu memprediksi kelainan/gangguan saluran urin pada anjing berdasarkan anatomi eksternal tubuh hewan, letak organ visceral berdasarkan eksternal body landmark, dan mampu menganalisis hubungan antar struktur histologik organ saluran urinasi dan saluran pencernaan beserta fungsinya.

4.   Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan perilaku dalam diskusi.

Page 41: SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP …web32.opencloud.dssdi.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/1021/2018/10/... · i SEMESTER 3 PEDOMAN PEMBELAJARAN DAN FOCUS GROUP DISCUSSION

39

Skenario 4

(FGD Semester 3)

Sistem sensorik anjing Eddy mengikuti pelacakan narkoba dengan menggunakan anjing Herder sebagai

pelacak. Konon jenis anjing ini mempunyai 220.000.000 sel saraf penciuman, sehingga anjing dengan cepat dapat menemukan narkoba. Sesuatu yang lebih mengherankan, anjing juga dapat menemukan benda yang tenggelam di dasar laut, mengapa bisa demikian, bagaimana penjalaran sensor impuls ke pusat penciuman sampai timbul reaksi? Mekanisme diawali rangsang suara yang diterima oleh reseptor, selanjutnya dibawa oleh serabut saraf aferen menuju ke pusat pendengaran yang terletak di cohlea, menuju ke saraf eferen sampai timbul suara. Di samping penciuman, anjing juga bisa mendengar suara dari frekuensi yang sangat rendah 16Hz hingga 70 KHz (padahal manusia hanya mampu mendengar suara dengan frekuensi 20Hz-20 KHz). Pada jenis hewan nocturnal tertentu mempunyai penglihatan yang sangat tajam. Melihat keunikan system sensorik pada hewan, Eddy ingin membandingkan kekuatan indera dan mengetahui perbedaan struktur organ sensoris dari masing-masing spesies. Disisi lain, ternyata sistem sensorik pendengaran hewan dapat terganggu apabila telinga terinfeksi tungau atau berbagai jamur dalam telinga, yang menyebabkan sensitivitas pendengaran telinga menjadi berkurang. Untuk mengetahui gangguan tersebut Eddy harus mampu membedakan gangguan saraf sensorik berdasar ilmu anatomi terapan. Kata kunci: organ sensorik, sistem sensori syaraf sensorik, infeksi, tungau, jamur, Topik Diskusi:

1.   Diskusikan perbedaan atau persamaan struktur dan fungsi organ sensorik pada mata, telinga dan penciuman pada berbagai spesies hewan domestik. Bagaimana cara membedakan gangguan saraf sensorik berdasar ilmu anatomi terapan.

2.   Diskusikan secara fisiologis tentang mekanisme sejak penerimaan rangsang sampai timbulnya respon (peraba, pendengaran dan keseimbangan, penciuman, perasa, dan penglihatan).

3.   Diskusikan jenis-jenis parasit dan jamur yang dapat menimbulkan gangguan organ sensorik.

Tujuan pembelajaran 1.   Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan dan menganalisis adanya perbedaan

dan/atau persamaan struktur dan fungsi organ sensoris antar antar kelas hewan domestik, dan mampu membedakan gangguan saraf sensoris.

2.   Mahasiswa mampu menjelaskan fungsi dasar integrasi sistem organ sensorik (peraba, pendengaran dan keseimbangan, penciuman, perasa, dan penglihatan).

3.   Mahasiswa mampu memahami keragaman jamur dan parasit yang bersifat patogen pada telinga, menguasai permasalahan dalam menyebabkan penyakit dan dapat digunakan sebagai dasar dalam diagnosa dan diferensial diagnosa suatu penyakit.

4.   Mahasiswa dapat saling berkolaborasi, berbagi konsep, keterampilan dan perilaku dalam diskusi.