Top Banner
Modul 1 Sekilas tentang Teori Himpunan Dr. Susiswo, M.Si. impunan merupakan konsep dalam dari matematika. Semua pembahasan cabang matematika dimulai dari himpunan. Pada Modul 1, Anda akan belajar sekilas tentang teori himpunan yang meliputi materi aljabar himpunan, induksi matematika, dan himpunan tak hingga. Materi himpunan yang Anda pelajari pada modul ini akan sangat bermanfaat untuk kesuksesan Anda pada modul-modul berikutnya. Oleh karena itu, pada modul ini, Anda dituntut untuk belajar secara tekun, teliti, dan kritis. Kompetensi umum yang diharapkan setelah mempelajari modul ini adalah Anda diharapkan dapat memahami konsep aljabar himpunan, fungsi, induksi matematika, dan himpunan tak hingga. Adapun kompetensi khusus yang diharapkan adalah Anda dapat 1. menjelaskan kesamaan dua himpunan; 2. menjelaskan operasi dua himpunan; 3. menjelaskan fungsi sebagai pasangan berurutan; 4. menjelaskan bayangan lansung dan bayangan invers; 5. menjelaskan jenis-jenis suatu fungsi (injektif, surjektif, dan bijektif); 6. menjelaskan invers suatu fungsi; 7. menjelaskan komposisi fungsi; 8. membuktikan pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli dengan induksi matematika; 9. menjelaskan himpunan hingga; 10. menjelaskan himpunan tak hingga; 11. menjelaskan himpunan terhitung; 12. menjelaskan himpunan tak terhitung. H PENDAHULUAN
61

Sekilas tentang Teori Himpunan - Perpustakaan UT · 2019. 7. 23. · 1.4 Pengantar Analisis Riil ⚫ Selanjutnya, jika ada anggota B yang tidak termuat di A, Anda katakan bahwa himpunan

Oct 20, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • Modul 1

    Sekilas tentang Teori Himpunan

    Dr. Susiswo, M.Si.

    impunan merupakan konsep dalam dari matematika. Semua

    pembahasan cabang matematika dimulai dari himpunan. Pada Modul 1,

    Anda akan belajar sekilas tentang teori himpunan yang meliputi materi

    aljabar himpunan, induksi matematika, dan himpunan tak hingga. Materi

    himpunan yang Anda pelajari pada modul ini akan sangat bermanfaat untuk

    kesuksesan Anda pada modul-modul berikutnya. Oleh karena itu, pada modul

    ini, Anda dituntut untuk belajar secara tekun, teliti, dan kritis.

    Kompetensi umum yang diharapkan setelah mempelajari modul ini

    adalah Anda diharapkan dapat memahami konsep aljabar himpunan, fungsi,

    induksi matematika, dan himpunan tak hingga. Adapun kompetensi khusus

    yang diharapkan adalah Anda dapat

    1. menjelaskan kesamaan dua himpunan;

    2. menjelaskan operasi dua himpunan;

    3. menjelaskan fungsi sebagai pasangan berurutan;

    4. menjelaskan bayangan lansung dan bayangan invers;

    5. menjelaskan jenis-jenis suatu fungsi (injektif, surjektif, dan bijektif);

    6. menjelaskan invers suatu fungsi;

    7. menjelaskan komposisi fungsi;

    8. membuktikan pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli

    dengan induksi matematika;

    9. menjelaskan himpunan hingga;

    10. menjelaskan himpunan tak hingga;

    11. menjelaskan himpunan terhitung;

    12. menjelaskan himpunan tak terhitung.

    H

    PENDAHULUAN

  • 1.2 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Kegiatan belajar pada Modul 1 ini dibagi menjadi dua, yaitu Kegiatan

    Belajar 1 dan Kegiatan Belajar 2. Pada Kegiatan Belajar 1, Anda akan belajar

    materi aljabar himpunan dan fungsi. Pada Kegiatan Belajar 2, Anda akan

    belajar materi induksi matematika dan himpunan tak hingga.

    Untuk memantapkan pengetahuan yang Anda peroleh, silakan mencoba

    menyelesaikan latihan tanpa melihat penyelesaiannya terlebih dahulu.

    Dengan demikian, Anda akan dapat mengukur pemahaman yang Anda

    peroleh dari mempelajari uraian materi. Jika Anda menemui kesulitan, Anda

    dipersilakan untuk melihat penyelesaian atau mendiskusikannya dengan

    teman atau tutor Anda. Cobalah sekali lagi menyelesaikan latihan menurut

    Anda sendiri, usahakan sedapat mungkin Anda mencari alternatif

    penyelesaian yang lebih sederhana.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.3

    Kegiatan Belajar 1

    Aljabar Himpunan dan Fungsi

    A. ALJABAR HIMPUNAN

    Pembahasan tentang aljabar himpunan ini akan dimulai terlebih dahulu

    dengan pengertian anggota suatu himpuanan. Misalnya, A menyatakan suatu

    himpunan maka x anggota A dinyatakan sebagai x A . Sebaliknya, jika x

    bukan anggota A dinyatakan sebagai x A .

    Gambar 1.1

    Empat Kemungkinan Keanggotaan Himpunan

    Perhatikan Gambar 1.1. Pada tersebut, terdapat dua himpunan A dan B .

    Jika x adalah anggota, Anda akan mendapatkan empat kemungkinan berikut.

    1. x A dan x B 2. x A dan x B

    3. x A dan x B

    4. x A dan x B

    Perhatikan kembali Gambar 1.1 dan empat kemungkinan di atas. Jika

    kemungkinan (2) tidak ada, akan berlaku pernyataan bahwa jika x A maka

    x B . Anda dapat juga mengatakan bahwa A termuat di B atau B memuat

    A . Secara matematika, pernyataan tersebut dapat Anda nyatakan bahwa A

    himpunan bagian dari B dan Anda tulis sebagai berikut.

    atau A B B A

  • 1.4 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Selanjutnya, jika ada anggota B yang tidak termuat di A , Anda katakan

    bahwa A himpunan bagian sejati dari B dan Anda tulis sebagai A B .

    Pernyataan A B tidak secara otomatis bahwa B A . Jika Anda

    perhatikan kembali Gambar 1.1 dalam kasus kemungkinan (2), tetapi (3)

    tidak ada, Anda akan memperoleh hubungan tersebut, yaitu B A . Dalam

    hal himpunan A dan himpunan B mempunyai hubungan jika A B berakibat

    bahwa B A , Anda mengatakan bahwa dua himpunan A dan B sama.

    Berikut ini akan Anda pelajari tentang definisi kesamaan dua himpunan.

    Definisi 1.1

    Dua himpunan adalah sama jika mereka memuat anggota-anggota yang

    sama, ditulis .A B

    Berikutnya adalah salah satu cara penulisan himpunan yang akan sering

    Anda jumpai pada pembahasan-pembahasan berikutnya. Penulisan ini

    menggunakan sifat dari keanggotaan himpunan tersebut, yaitu

    : ( )x P x

    yang berarti bahwa himpunan dari semua anggota x yang mempunyai sifat

    P benar. Anda dapat pula membacanya sebagai “himpunan semua x

    sehingga ( )P x ”. Penulisan lain dalam hal penggunaan sifat himpunan ini

    adalah

    : ( )x S P x

    yang berarti bahwa himpunan bagian dari S yang mempunyai sifat P benar.

    Beberapa himpunan khusus mempunyai simbol baku seperti berikut.

    Simbol := berarti simbol di sebelah kiri didefinisikan di sebelah kanan.

    (i) Himpunan bilangan asli : 1, 2, 3, ...N .

    (ii) Himpunan bilangan bulat : 0, 1,-1,2,-2, ...Z .

    (iii) Himpunan bilangan rasional : : , , 0mn

    Q m n Z .

    (iv) Himpunan bilangan riil R , himpunan ini akan Anda kaji lebih

    mendalam pada Modul 2.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.5

    Contoh 1.1

    1, 2, 3, ...N menyatakan himpunan bilangan asli dan

    2: 3 2 0A x N x x menyatakan himpunan bilangan asli yang

    memenuhi persamaan yang diberikan. Anda tahu bahwa penyelesaian

    persamaan kuadrat 2 3 2 0x x adalah 1x dan 2x . Oleh karena itu,

    himpunan tersebut sama dengan himpunan 1,2B .

    Pembahasan selanjutnya adalah suatu cara yang dapat Anda gunakan

    untuk mengonstruksi himpunan baru dari himpunan-himpunan yang

    diberikan. Anda mulai dengan definisi tentang irisan dua himpunan berikut.

    Definisi 1.2

    Jika diberikan dua himpunan A dan B , irisan dari dua himpunan

    tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota

    himpunan A dan himpunan B . Irisan dua himpunan A dan B disimbolkan sebagai A B .

    Jika Anda menuliskan irisan kedua himpunan ini menggunakan sifat

    himpunan yang telah Anda pelajari sebelumnya, Anda dapat menuliskannya

    sebagai berikut.

    : danA B x x A x B

    Lebih jelas tentang irisan dua himpunan A dan B , dapat Anda lihat

    pada Gambar 1.2 berikut.

    Gambar 1.2

    Irisan Dua Himpunan A dan B

  • 1.6 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Contoh 1.2

    menyatakan himpunan bilangan riil.

    2: 4 3 0A x x x dan 2: 7 10 0B x x x

    Tentukan A B .

    Penyelesaian

    Langkah-langkah yang Anda gunakan pada penyelesaian pertidaksamaan

    pada mata kuliah Matematika Dasar dapat Anda gunakan untuk menentukan

    himpunan A dan B . Oleh karena itu, Anda akan mendapatkan

    :1 3A x X

    dan

    : 2 5B x x

    Jadi, Anda memperoleh berikut ini.

    : 2 3A B x x

    Definisi 1.3

    Jika diberikan dua himpunan A dan B , gabungan dari dua himpunan

    tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan anggota

    himpunan A atau himpunan B atau kedua himpunan A dan B . Gabungan

    dua himpunan A dan B disimbolkan sebagai A B .

    Seperti halnya pada irisan, pada gabungan dua himpunan ini, Anda dapat

    menuliskannya menggunakan sifat himpunan yang telah Anda pelajari

    sebelumnya seperti di bawah ini.

    : atauA x x A x B =

    Lebih jelas tentang gabungan dua himpunan A dan B , dapat Anda lihat

    pada Gambar 1.3 berikut.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.7

    Gambar 1.3

    Gabungan Dua Himpunan A dan B

    Contoh 1.3

    Ulangi Contoh 1.2 untuk menentukan gabungan dua himpunan A dan B yaitu A B

    Penyelesaian

    Dari Contoh 1.2, Anda telah mempunyai penyelesaian untuk himpunan

    A dan B seperti berikut ini.

    :1 3A x x= dan

    : 2 5B x x=

    Oleh karena itu Anda peroleh gabungan dua himpunan tersebut, yaitu

    :1 5A B x x =

    Pada pembahasan sebelumnya, Anda telah mendapatkan bahwa irisan

    dan gabungan dua himpunan adalah sebuah himpunan. Dalam hal irisan dua

    himpunan, Anda mungkin mendapatkan dua himpunan yang irisannya tidak

    mempunyai anggota. Sebagai contoh, jika

    :1 3A x x= dan : 4 6B x x= , irisan dua

  • 1.8 Pengantar Analisis Riil ⚫

    himpunan tersebut tidak mempunyai anggota. Kasus ini mengantar Anda

    pada definisi berikut ini.

    Definisi 1.4

    Sebuah himpunan yang tidak mempunyai anggota disebut himpunan

    kosong disimbolkan sebagai .

    Definisi 1.5

    Dua himpunan yang irisannya himpunan kosong disebut dua himpunan

    yang saling asing.

    Oleh karena itu dua himpunan A dan B pada pembahasan di atas adalah dua himpunan yang saling asing, karena A B

    Teorema berikut ini merupakan teorema dari sifat aljabar pada operasi

    himpunan yang telah Anda peroleh pada pembahasan di atas. Bukti dari

    sebagian teorema tersebut dijadikan sebagai latihan.

    Teorema 1.1

    Misalnya, , ,A B dan C adalah tiga himpunan sebarang. Maka

    (a) , ,A A A A A A

    (b) , ,A B B A A B B A

    (c) ( ) ( ),( ) ( ),A B C A B C A B C B C

    (d) ( ) ( ) ( ), ( ) ( ) ( ).A B C A B A C A B C A B A C

    Persamaan-persamaan di atas berturut-turut disebut idempotent,

    komutatif, asosiatif, dan distributif.

    Bukti

    Untuk membuktikan teorema di atas, Anda gunakan Definisi 1.1

    kesamaan dua himpunan. Ada dua langkah dalam membuktikan kesamaan

    dua himpunan yang menggunakan definisi tersebut. Pertama, dengan

    membuktikan bahwa jika x anggota himpunan ruas kiri, x anggota himpunan

    ruas kanan sehingga Anda peroleh himpunan ruas kiri himpunan bagian dari

    himpunan ruas kanan. Kedua, dengan membuktikan bahwa jika x anggota

    himpunan ruas kanan, x anggota himpunan ruas kiri sehingga Anda

    memperoleh himpunan ruas kanan bagian dari himpunan ruas kiri.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.9

    a) Pertama-tama, Anda buktikan A A A . Anda misalkan x A Amaka x A dan x A . Oleh karena itu, x A . Jadi, A A A . Sebaliknya,

    Anda misalkan x A maka x A dan x A . Oleh karena itu,

    x A A . Jadi, A A A . Berdasarkan Definisi 1.1, Anda

    memperoleh bahwa A A A . Kedua, Anda membuktikan A A A.

    Misalnya, x A A maka x A atau x A . Oleh karena itu, x A .

    Jadi,2

    A r A A= . Sebaliknya, Anda misalkan x A maka x A

    atau x A . Oleh karena itu x A A . Jadi, A A A . Berdasarkan

    Definisi 1.1, Anda memperoleh bahwa A A A.

    b) Pertama-tama, Anda buktikan bahwa A B C A B A C .

    Anda misalkan x A B C maka x A dan x B C . Ini berarti

    x A dan x B atau x C . Oleh karena itu, Anda memperoleh (i)

    x A dan x B atau (ii) x A dan x C . Selanjutnya, Anda

    memperoleh x A B atau x A C sehingga x A B A C .

    Jadi, A B C A B A C . Sebaliknya, x A B A C

    maka x A B atau x A C . Oleh karena itu, Anda mempunyai (i)

    x A dan x B atau (ii) x A dan x C . Maka itu, dapat Anda

    sederhanakan menjadi x A dan x B atau x C . Selanjtunya, Anda

    memperoleh x A dan x B C . Jadi, x A B C sehingga

    Anda memperoleh A B A C A B C . Berdasarkan

    Definisi 1.1, Anda memperoleh A B C A B A C . Kedua,

    Anda buktikan bahwa A B C A B A C . Anda misalkan

    x A B C maka x A atau x B C . Ini berarti x A atau

    x B dan x C . Oleh karena itu, Anda memperoleh (i) x A atau

    x B dan (ii) x A atau x C . Selanjutnya, Anda memperoleh

    x A B dan x A C sehingga x A B A C . Jadi,

    A B C A B A C . Sebaliknya, x A B A C

    maka x A B dan x A C . Oleh karena itu, Anda mempunyai (i)

    x A atau x B dan (ii) x A atau x C sehingga dapat Anda

    sederhanakan menjadi x A atau x B dan x C . Selanjutnya, Anda

    memperoleh x A atau x B C . Jadi, x A B C sehingga

  • 1.10 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Anda memperoleh A B A C A B C . Berdasarkan

    Definisi 1.1, Anda memperoleh A B C A B A C .

    Perhatikan kembali sifat asosiatif pada Teorema 1.1 bagian b. Dengan

    melihat sifat asosiatif tersebut, untuk menyederhanakan penulisan, Anda

    tidak perlu memberi tanda kurung sehingga cukup Anda tulis seperti berikut.

    ,A B C A B C

    Selanjutnya, untuk koleksi himpunan 1 2, , , nA A A irisan dan

    gabungan himpunan pada koleksi tersebut didefinisikan sebagai berikut.

    1 2 : : untuk semua n jA A A A x x A j

    1 2 : : untuk suatu n jA A A A x x A j

    Penyederhanaan penulisan irisan dan gabungan koleksi himpunan di atas

    sebagai berikut.

    1 : 1,2, ,ni j jA A A j n

    1 : 1,2, ,ni j jB A A j n

    Serupa dengan penulisan di atas, untuk masing-masing j J ada

    himpunan jA maka irisan sebarang himpunan tersebut dapat Anda tulis

    seperti simbol berikut.

    { : }jA j J

    Himpunan di atas menyatakan bahwa himpunan yang anggotanya adalah

    semua anggota himpunan jA untuk j J . Demikian juga untuk gabungan

    sebarang himpunan jA untuk masing-masing j J dapat Anda tulis seperti

    simbol berikut.

    { : }jA j J

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.11

    Himpunan di atas menyatakan bahwa himpunan yang anggotanya adalah

    paling sedikit satu anggota himpunan jA untuk j J . Pembahasan

    selanjutnya adalah Anda akan mengonstruksi sebuah himpunan yang

    diperoleh dari selisih dua himpunan yang diberikan.

    Definisi 1.6

    Jika A dan B dua himpunan, komplemen B relatif terhadap A adalah

    himpunan semua anggota 𝐴 yang bukan anggota B diberi simbol \A B (dibaca A dikurangi B atau A B atau A B ).

    Komplemen B relatif terhadap A dapat pula Anda sebut sebagai selisih

    dari himpunan A dengan himpunan B . Anda dapat menulisnya dalam

    bentuk sifat himpunan seperti berikut.

    \ : { : }A B x A x B

    Lebih jelas tentang komplemen relatif dua himpunan ini dapat Anda lihat

    pada Gambar 1.4 berikut.

    Gambar 1.4

    Komplemen B Relatif terhadap A

    Contoh 1.4

    Ulangi Contoh 1.2 untuk menentukan \A B .

    Penyelesaian

    Dari Contoh 1.2, Anda telah mempunyai penyelesaian untuk himpunan

    A dan B seperti berikut.

  • 1.12 Pengantar Analisis Riil ⚫

    :1 3A x x

    dan

    : 2 5B x x

    Oleh karena itu, Anda memperoleh komplemen B relatif terhadap A .

    \ :1 2A B x x

    Pembahasan selanjutnya adalah hukum De Morgan untuk tiga himpunan,

    sebagian bukti dijadikan sebagai latihan.

    Teorema 1.2

    Jika , ,A B dan C adalah sebarang tiga himpunan, maka

    \ \ \A B C A B A C

    \ \ \ .A B C A B A C

    Bukti

    Misal \x A B C maka x A , tetapi x B C . Oleh karena x A

    tetapi x B dan x C sehingga Anda memperoleh x A , tetapi x B

    dan x A , tetapi x C . Ini berarti \x A B dan \x A C . Jadi,

    \ \x A B x A C . Ini berarti \ \ \A B C A B A C .

    Sebaliknya, Anda misalkan \ \x A B A C . Maka itu, \x A B dan

    \x A C sehingga Anda peroleh x A , tetapi x B dan x A tetapi

    x C . Ini berarti x A , tetapi x B dan x C . Oleh karena itu, x A

    tetapi x B C . Jadi, \x A B C . Ini berarti

    \ \ \A B A C A B C . Oleh karena itu, berdasarkan definisi

    kesamaan dua himpunan, Anda memperoleh berikut ini.

    \ \ \A B C A B A C

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.13

    Bentuk umum komplemen relatif ini adalah relatif terhadap himpunan

    semesta S . Oleh karena itu, komplemen relatif A terhadap S yang diberi

    simbol \A S atau CA adalah

    :CA x S x A .

    Selanjutnya, Anda akan mengkaji beda simetrik dua himpunan yang

    merupakan pembahasan terakhir dari kegiatan belajar ini.

    Definisi 1.7

    Jika A dan B dua himpunan, beda simetris dari A dan B adalah

    himpunan yang anggotanya salah satu dari himpunan A atau himpunan B ,

    tetapi tidak keduanya. Beda simetris dari A dan B diberi simbol A B .

    Beda simetris dua himpunan ini dapat Anda tulis dalam bentuk sifat

    himpunan seperti berikut.

    : : atau , tetapi A B x x A x B x A B

    Lebih jelas tentang beda simetris dua himpunan ini dapat Anda lihat

    pada Gambar 1.5 berikut.

    Gambar 1.5

    Beda Simetris Dua Himpunan A dan B

    Contoh 1.5

    Ulangi Contoh 1.2 untuk menentukan A B .

  • 1.14 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Penyelesaian

    Dari Contoh 1.2, Anda telah mempunyai penyelesaian untuk himpunan

    A dan B seperti berikut.

    :1 3A x x

    dan

    : 2 5B x x

    Oleh karena itu, Anda memperoleh beda simetris dua himpunan A dan

    B seperti berikut.

    :1 2 atau 3 5A B x x x

    Jika Anda memperhatikan kembali Gambar 1.1, Anda akan mendapatkan

    bahwa anggota x akan memenuhi (1) untuk A B , (2) untuk \A B , (3)

    \B A , serta gabungan (2) dan (3) untuk A B .

    B. FUNGSI

    Fungsi yang akan Anda pelajari pada modul ini akan disajikan dalam

    bentuk pasangan berurutan. Pasangan berurutan ini merupakan unsur dari

    perkalian Cartesius (Cartesian product). Oleh karena itu, sebelum sampai

    pada pembahasan tentang fungsi, Anda perlu mempelajari terlebih dahulu

    definisi perkalian Cartesius.

    Definisi 1.8

    Jika A dan B adalah himpunan-himpunan tak kosong, perkalian

    Cartesius A B dari A dan B adalah himpunan semua pasangan berurutan

    ,a b dengan a A dan b B , yaitu

    , : ,A B a b a A b B .

    Contoh 1.6

    Misalnya, 1,2,3A dan 2,5B . Tentukan perkalian Cartesius

    A B .

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.15

    Penyelesaian

    1,2 , 1,5 , 2,2 , 2,5 , 3,2 , 3,5A B

    Sekarang, Anda telah siap untuk mengkaji fungsi yang dinyatakan

    sebagai pasangan berurutan. Pada mata kuliah Kalkulus, Anda telah

    mengenal definisi fungsi dari A ke B , yaitu suatu aturan yang mengaitkan

    masing-masing anggota x dalam A tepat ke satu anggota f x dalam B .

    Pada mata kuliah ini, khususnya pada Kegiatan Belajar 1 ini, fungsi akan

    dinyatakan sebagai pasangan berurutan. Hal ini dapat Anda lihat pada

    Definisi 1.9 berikut.

    Definisi 1.9

    Misalnya, A dan B adalah dua himpunan. Maka itu, sebuah fungsi dari

    A ke B adalah sebuah himpunan f dari pasangan berurutan dalam A B

    sehingga masing-masing a A ada tepat satu b B dengan ,a b f .

    Berdasarkan definisi di atas, Anda dapat memperoleh implikasi jika

    ,a b f dan ,a b f maka 'b b .

    Himpunan A disebut sebagai daerah asal atau domain dinyatakan

    sebagai D f dan himpunan B disebut daerah kawan atau kodomain.

    Himpunan semua unsur kedua dalam f disebut daerah hasil atau range dari

    f yang dinyatakan sebagai R f . Berdasarkan definisi fungsi, Anda juga

    akan memperoleh hasil D f A dan R f B .

    Notasi

    :f A B

    Anda gunakan untuk menyatakan fungsi f dari A ke B . Anda juga

    akan sering mengatakan bahwa f adalah sebuah pemetaan dari A ke B ,

    atau f memetakan A ke B . Jika ,a b f , maka Anda dapat menulisnya

    sebagai

    b f a atau a b .

  • 1.16 Pengantar Analisis Riil ⚫

    b Anda sebut sebagai nilai dari f pada a atau sebagai bayangan dari

    a di bawah f . Visualisasi fungsi f dari A ke B lebih jelas dapat Anda

    lihat pada Gambar 1.6 berikut ini, yaitu fungsi yang divisualisasikan sebagai

    grafik.

    Gambar 1.6

    Fungsi sebagai Grafik

    Di samping Anda dapat memvisualisasikan fungsi sebagai grafik, Anda

    dapat pula memvisualisasikan fungsi sebagai transformasi seperti terlihat

    pada Gambar 1.7 berikut ini.

    Gambar 1.7

    Fungsi f sebagai Transformasi

    Contoh 1.7

    Misal 1,2,3,4A dan 1,2,3B . Selidiki apakah himpunan

    pasangan berurutan 𝑔 dengan

    1,2 , 2,1 , 3,2 , 4,1g , merupakan fungsi dari A ke B ?

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.17

    Penyelesaian

    Untuk mempermudah melihatnya, gambarkan pasangan berurutan

    tersebut seperti pada gambar berikut.

    Karena masing-masing a A dipasangkan ke tepat satu b B dengan

    ,a b g , himpunan pasangan berurutan 1,2 , 2,1 , 3,2 , 4,1g

    adalah sebuah fungsi.

    Pembahasan berikutnya pada kegiatan belajar ini adalah jenis-jenis

    fungsi. Meskipun demikian, Anda akan membahas materi tentang bayangan

    langsung dan bayangan invers terlebih dahulu. Materi ini akan berguna

    terutama pada fungsi surjektif dan bijektif.

    Definisi 1.10

    Misal :f A B . Jika E adalah himpunan bagian dari A , bayangan

    langsung dari E di bawah f adalah himpunan bagian f E dari B yang

    diberikan oleh

    :f E f x x E .

    Jika H adalah himpunan bagian dari B , bayangan invers dari H di

    bawah f adalah himpunan bagian 1f H dari A yang diberikan oleh

    1 :f H x A f x H .

  • 1.18 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Oleh karena itu, jika Anda mempunyai sebuah himpunan E A , titik

    1y B adalah bayangan langsung dari f E jika dan hanya jika ada paling

    sedikit satu titik 1x E sehingga 1 1y f x . Serupa dengan itu, jika Anda

    mempunyai himpunan H B , titik 2x dalam bayangan invers 1f H jika

    dan hanya jika 2 2y f x anggota dari H . Ha ini dapat Anda lihat pada

    Gambar 1.8 berikut ini.

    Gambar 1.8

    Bayangan Langsung dan Invers

    Contoh 1.8

    Misal :f didefinisikan sebagai 2f x x . Maka itu, bayangan

    langsung dari himmpunan : 0 2E x x adalah himpunan

    : 0 4f E y y . Jika : 0 4G y y , bayangan invers dari G

    adalah 1 : 2 2f G x x . Oleh karena itu, dalam kasus ini, Anda

    melihat bahwa 1f G E .

    Sekarang, Anda telah siap untuk mempelajari jenis-jenis fungsi yang

    sangat penting dalam matematika.

    Definisi 1.11

    Misal :f A B adalah sebuah fungsi dari A ke B . Fungsi f

    dikatakan injektif (satu-satu) jika diberikan 1 2x x maka 1 2( ) ( )f x f x .

    Fungsi f dikatakan surjektif (pemetaan A pada B) jika f A B . Jika

    f kedua-duanya injektif dan surjektif, dikatakan bahwa f bijektif (satu-satu

    pada).

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.19

    Berdasarkan Definisi 1.11, dapat pula Anda katakan bahwa f dikatakan

    surjektif (pemetaan A pada B) jika R f B .

    Berikut ini adalah cara yang akan sering Anda gunakan berkaitan dengan

    pembuktian fungsi jenis injektif dan surjektif.

    Untuk membuktikan sebuah fungsi f injektif, Anda dapat menunjukkan

    bahwa untuk semua 1 2, x x dalam A 1 2 1 2f x f x x x .

    Untuk membuktikan ini secara grafik, jika y B , dari titik tersebut

    apabila ditarik garis horizontal sehingga “menyentuh” grafik f , kemudian

    ditarik garis vertikal, garis tersebut menyentuh sumbu x paling banyak

    sekali. Hal ini dapat Anda lihat pada Gambar 1.9 berikut.

    Gambar 1.9

    Grafik Fungsi Injektif

    Untuk membuktikan f fungsi surjektif, Anda harus menunjukkan

    bahwa untuk sebarang y B pasti ada paling sedikit satu x A sehingga

    f x b . Secara grafik, jika Anda menarik garis horizontal dari sebarang

    y B ke grafik f , kemudian Anda tarik garis vertikal, Anda akan

    menemukan paling sedikit satu titik x A . Hal ini dapat Anda lihat pada

    Gambar 1.10 berikut.

  • 1.20 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Gambar 1.10

    Fungsi Surjektif

    Pada Gambar 1.10, terlihat bahwa ketika Anda menarik garis horizontal

    dari sebarang y , ada 1x dan 2x sehingga 1f x y dan 2f x y . Jadi,

    f adalah fungsi surjektif.

    Contoh 1.9

    Misal :f sehingga 2f x x . Selidiki hal berikut.

    Apakah fungsi tersebut injektif? Jelaskan alasan jawaban Anda.

    Apakah fungsi tersebut surjektif? Jelaskan alasan jawaban Anda.

    Penyelesaian

    Ambil 1 2,x x di sehingga 1 2( )f x f x . Maka Anda memperoleh

    berikut ini.

    2 21 2x x

    2 21 2 0x x

    1 2 1 2( ) 0x x x x

    1 2x x atau 1 2 2x x x

    Jadi, f bukan fungsi injektif. Anda akan mendapatkan bahwa f fungsi

    injektif jika Anda membatasi domainnya, yaitu 0D f .

    Mengapa?

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.21

    Ambil 1y maka tidak ada x sehingga 2 1f x x .

    Jadi, f bukan fungsi surjektif. Anda akan mendapatkan f fungsi surjektif

    jika Anda membatasi kodomain dari f , yaitu 0 . Mengapa?

    Oleh karena itu, jika Anda membatasi domain dan komdomain adalah

    0 , Anda akan memperoleh fungsi bijektif f dari ke sehingga

    2f x x .

    Jika f sebuah fungsi dari A ke B , f merupakan himpunan bagian

    dari A B . Himpunan pasangan berurutan dalam B A diperoleh dengan

    menukar anggota-anggota pasangan berurutan dalam f yang tidak selalu

    merupakan fungsi. Meskipun demikian, jika f bijektif, hasil penukaran ini

    akan merupakan sebuah fungsi yang disebut sebagai fungsi invers. Hal ini

    dapat Anda lihat pada Definisi 1.12 berikut.

    Definisi 1.12

    Jika :f A B adalah fungsi bijektif dari A pada B maka

    , : ,g b a a b f

    adalah fungsi dari B pada A . Fungsi ini disebut fungsi invers dan

    dinyatakan sebagai 1f .

    Anda dapat mengekspresikan juga hubungan antara f dan 1f dengan

    mencatat bahwa 1D f R f dan 1R f D f dan bahwa

    b f a jika dan hanya jika 1a f b .

    Contoh 1.10

    Anda lihat kembali Contoh 1.9 yang sudah dibatasi domain dan

    kodomainnya, yaitu

    : 0 0f

  • 1.22 Pengantar Analisis Riil ⚫

    sehingga 2:f x x .

    Dari hasil sebelumnya, Anda sudah memperoleh bahwa fungsi tersebut

    bijektif. Oleh karena itu, fungsi tersebut mempunyai invers, yaitu

    1 : 0 0f

    sehingga

    1 :f x x atau 1f x x .

    Sejauh ini, Anda telah membahas fungsi, jenis-jenis fungsi, dan fungsi

    invers. Fungsi-fungsi yang telah Anda bahas tersebut hanya terdiri atas satu

    fungsi. Pada pembahasan selanjutnya, Anda akan membahas fungsi yang

    merupakan komposisi dari dua fungsi atau lebih. Hal ini seperti dapat Anda

    lihat pada Gambar 1.11 berikut ini.

    Gambar 1.11

    Fungsi Komposisi dari f dan g

    Definisi 1.13

    Jika :f A B dan g : B C dan jika R f D g B , fungsi

    komposisi g f adalah fungsi dari A ke C didefinisikan oleh

    g f x g f x untuk semua x A .

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.23

    Perlu Anda perhatikan bahwa secara umum urutan dalam penulisan di

    atas tidak berlaku sebaliknya, yaitu g f f g . Hal ini dapat Anda lihat

    pada Contoh 1.10 berikut.

    Contoh 1.11

    Misal f dan g dua fungsi yang terdefinisi pada bilangan riil

    yang

    diberikan oleh

    2f x x dan 23 1g x x .

    Tentukan g f f g .

    Penyelesaian

    Karena D f dan R f D g , domain ( )D g f juga

    sama untuk dan fungsi komposisi g f diberikan oleh berikut ini.

    2 23(2 ) 1 12 1g f x x x

    Domain fungsi komposisi f g juga , tetapi

    2 22 3 1 6 2f g x x x .

    Oleh karena itu, dalam kasus ini, Anda memperoleh g f f g .

    Dari Definisi 1.12, Anda sudah mendapatkan hubungan antara f dan

    ( 1) ,f yaitu

    b f a jika dan hanya jika 1a f b .

    Oleh karena itu, dengan menggunakan definisi fungsi komposisi ini,

    Anda akan mendapatkan hubungan berikut ini.

    1 1 1f f a f f a f b a

  • 1.24 Pengantar Analisis Riil ⚫

    untuk setiap a D f dan

    1 1f f b f f b f a b

    untuk setiap b R f .

    1) Misalnya, 2: 2 0A x x x dan 2{ : 4 0}B x x .

    Tentukan

    a. A B

    b. A B

    c. \A B

    d. \B A

    e. A B . 2) Buktikan bahwa A B jika dan hanya jika A B A .

    3) Buktikan

    A. Teorema 1.1 bagian (b),

    B. Teorema 1.1 bagian (c).

    4) Buktikan Teorema 1.2 bagian (b).

    5) Tunjukkan bahwa beda simetris dua himpunan

    \ \ .A B A B B A

    6) Diberikan dua himpunan A dan B . Tunjukkan bahwa A B dan \A B

    saling asing.

    7) Misal , , ,A a b c d dan 1,2,3,4B . Selidiki apakah himpunan

    pasangan berurutan berikut ini merupakan fungsi atau bukan

    ,2 , ,2 , ,3 , ,1 , ,1h a b c d a .

    8) Misal :f sehingga 3f x x . Buktikan bahwa

    A. fungsi tersebut injektif,

    LATIHAN

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

    kerjakanlah latihan berikut!

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.25

    B. fungsi tersebut surjektif,

    C. fungsi tersebut bijektif.

    9) Tentukan invers dari fungsi pada soal nomor 8.

    10) Misal f dan g dua fungsi yang masing-masing terdefinisi pada dan

    0 sehingga 1f x x dan g x x . Tentukan

    A. g f x dan D g f ,

    B. f g x dan D f g .

    Petunjuk Jawaban Latihan

    1) Penyelesaian pertidaksamaan 2 2 0x x adalah 1x atau 2x .

    Oleh karena itu, Anda memperoleh

    : 1 atau 2 , 1 2,A x x x .

    Penyelesaian pertidaksamaan2 4 0x adalah 2 2x . Oleh

    karena itu, Anda memperoleh : 2 2 2,2B x x .

    Jadi, diperoleh berikut ini.

    a. , 1 2, 2,2 2, 1 2A B

    b. , 1 2, 2,2A B

    c. \ , 2 2, A B

    d. \ 1,2B A

    e. , 2 1,2 2,A B

    2) Misal x A B maka x A . Jadi, A B A . Misal x A . Karena

    A B maka x B . Oleh karena itu, x A dan x B , jadi x A B .

    Oleh karena itu, A A B . Jadi, A A B .

    3) Untuk pembuktian ini dan pembuktian selanjutnya, Anda buktikan

    dengan cara penulisan yang lebih sederhana, yaitu dengan menggunakan

    ekuivalensi seperti berikut ini.

    a. Pertama-tama Anda buktikan A B B A .

    x A B x A dan x B

    x B dan x A

  • 1.26 Pengantar Analisis Riil ⚫

    x B A

    Jadi, A B B A . Kedua, Anda buktikan A B B A .

    x A B x A atau x B

    x B atau x A x B A

    b. Pertama-tama Anda buktikan A B C A B C .

    x A B C x A B dan x C

    x A dan x B dan x C

    x A dan x B dan x C

    x A dan x B C

    x A B C

    Jadi, A B C A B C .

    Kedua, Anda buktikan A B C A B C .

    x A B C x A B atau x C

    x A atau x B atau x C

    x A atau x B atau x C

    x A atau x B C

    x A B C

    4) Seperti pembuktian pada soal sebelumnya, pembuktian pada soal ini

    gunakan ekuivalensi.

    \x A B C x A , tetapi x B C

    x A , tetapi x B atau x C

    x A , tetapi x B atau x A , tetapi x A

    \x A B atau \x A C

    ( \ ) ( \ )x A B A C

    Jadi, \ ( \ ) ( \ )A B C A B A C .

    5) Akan Anda buktikan seperti berikut ini.

    x A B x anggota salah satu dari himpunan A atau himpunan B ,

    tetapi tidak keduanya A dan B . x A , tetapi x A atau x A , tetapi x B atau x B , tetapi

    x A atau x B , tetapi x B

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.27

    x A , tetapi x B atau x B , tetapi x A

    \x A B atau \x B A

    \ \x A B B A

    Jadi, \ \A B A B B A .

    6) Untuk pembuktian soal ini, Anda akan membuktikannya dengan bukti

    tidak langsung. Anda andaikan bahwa A B dan \A B tidak saling

    asing. Maka itu, ada x A B dan \x A B . Oleh karena itu, x A

    dan x B dan x A , tetapi x B . Ini berarti x A dan x B , tetapi

    x B . Pernyataan x B , tetapi x B adalah hal yang tidak mungkin.

    Oleh karena itu, pengandaian di atas adalah salah. Jadi, yang benar

    adalah A B dan \A B saling asing.

    7) Untuk mempermudah melihatnnya, Anda gambarkan pasangan berurutan

    tersebut seperti pada gambar berikut.

    Dapat Anda lihat bahwa ada a A yang dipasangkan kedua anggota ,B

    yatiu ,1a dan ,2a . Jadi, h bukan merupakan fungsi.

    8) Misal :f sehingga 3f x x .

    a) Misal 1 2x x maka 3 31 2x x . Oleh karena itu, 1 2( )f x f x .

    Jadi, f fungsi injektif.

    b) Ambil x sebarang anggota kodomain f maka ada 3 x anggota

    domain f sehingga 3

    3 3f x x x . Jadi, f surjektif.

    c) Karena f injektif dan surjektif maka f bijektif?

  • 1.28 Pengantar Analisis Riil ⚫

    9) Invers fungsi f adalah 1f sehingga 1 3f x x karena

    31 1 1 3 3( )f f x f f x f x x

    dan 31 1 3 3f f x f f x f x x x .

    10) Misal f dan g dua fungsi yang masing-masing terdefinisi pada dan

    0 sehingga 1f x x dan g x x . Maka itu,

    a) 1 1g f x g f x g x x ,

    karena itu : 1D g f x x ;

    b) 1f g x f g x f x x ,

    karena itu 0D f g .

    1) Misal A menyatakan suatu himpunan maka x anggota A dinyatakan sebagai x A . Sebaliknya, jika x bukan anggota A

    dinyatakan sebagai x A .

    2) Himpunan A termuat di himpunan B , itu berarti jika x A maka

    x B . Secara matematis, pernyataan tersebut dapat Anda

    nyatakan sebagai A B atau B A .

    3) Jika ada anggota B yang tidak termuat di A , Anda katakan bahwa

    A himpunan bagian sejati dari B dan Anda tulis sebagai A B .

    4) Dua himpunan adalah sama jika mereka memuat anggota-anggota yang sama dan ditulis A B .

    5) Jika diberikan dua himpunan A dan B , irisan dari dua himpunan tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya merupakan

    anggota himpunan A dan himpunan B . Irisan dua himpunan A

    dan B disimbolkan sebagai A B .

    6) Jika diberikan dua himpunan A dan B , gabungan dari dua himpunan tersebut adalah himpunan yang anggota-anggotanya

    merupakan anggota himpunan A atau himpunan B atau kedua

    RANGKUMAN

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.29

    himpunan A dan B . Gabungan dua himpunan A dan B

    disimbolkan sebagai A B . 7) Dua himpunan yang irisannya himpunan kosong disebut dua

    himpunan yang saling asing.

    8) Misal A , B , dan C adalah tiga himpunan sebarang. Maka

    a) , ,A A A A A A= =

    b) , ,A B B A A B B A= =

    c) ( ) ( ) ( ) ( ), ,A B C A B C A B C A B C= =

    d) ( ) ( ) ( ) ( )

    ( ) ( )

    ,

    .

    A B C A B A C A B C

    A B A C

    =

    =

    9) Jika A dan B dua himpunan, komplemen B relatif terhadap A adalah himpunan semua anggota A yang bukan anggota B diberi

    simbol \A B (dibaca A dikurangi B ) atau A B atau ~A B .

    10) Jika A, B, dan C adalah sebarang tiga himpunan maka

    a) ( ) ( ) ( )\ \ \A B C A B A C=

    b) ( ) ( ) ( )\ \ \ .A B C A B A C= 11) Jika A dan B dua himpunan, beda simetris dari A dan B adalah

    himpunan yang anggotanya salah satu dari himpunan A atau

    himpunan B , tetapi tidak keduanya. Beda simetris dari A dan B

    diberi simbol A B . 12) Jika A dan B adalah himpunan-himpunan tak kosong, perkalian

    Cartesius A B dari A dan B adalah himpunan semua pasangan

    berurutan ,a b dengan a A dan b B , yaitu

    , : ,A B a b a A b B .

    13) Misal A dan B adalah dua himpunan. Maka itu, sebuah fungsi

    dari A ke B adalah sebuah himpunan f dari pasangan berurutan

    dalam A B sehingga masing-masing a Aada tepat satu b B

    dengan ,a b f .

    14) Misal :f A B . Jika E adalah himpunan bagian dari A ,

    bayangan langsung dari E di bawah f adalah himpunan bagian

    f E dari B yang diberikan oleh :f E f x x E .

    15) Misal :f A B adalah sebuah fungsi dari A ke B .

  • 1.30 Pengantar Analisis Riil ⚫

    a) Fungsi f dikatakan injektif (satu-satu) jika diberikan

    1 2x x maka ( ) ( )

    1 2.f x f x

    b) Fungsi f dikatakan surjektif (pemetaan A pada B ) jika

    f A B .

    c) Jika f kedua-duanya injektif dan surjektif, dikatakan bahwa

    f bijektif (satu-satu pada).

    16) Jika :f A B adalah fungsi bijektif dari A pada B maka

    , : ,g b a a b f

    adalah fungsi dari B pada A . Fungsi ini disebut fungsi invers dan

    dinyatakan sebagai 1f .

    17) Jika :f A B dan g : B C dan jika R f D g B ,

    fungsi komposisi g f adalah fungsi dari A ke C yang

    didefinisikan oleh (g f x g f x untuk semua x A .

    1) Misal 2: 2 0A x x x dan 2: 1 0B x x . Maka

    itu, irisan dua himpunan A B adalah ….

    A. , 1,0,1,2

    B. 1,2,3,

    C. 1,1,2

    D. 1,0,1

    2) Berdasarkan soal nomor 1, A B adalah ….

    A. 0,1, 1,2, 2,

    B. 0, 1, 2,

    C. 1,0,1,2

    D. 1,2,3,

    TES FORMATIF 1

    Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.31

    3) Berdasarkan soal nomor 1, \A B adalah ….

    A. 1, 1,2, 2,

    B. 0,1,2,

    C. 0

    D.

    4) Berdasarkan soal nomor 1, A B adalah ….

    A. 2, 1,1,2,

    B. 2, 1,0,1,2,

    C. , 4, 3, 2,2,3,4,

    D. , 4, 3, 2,3,4,5,

    5) Himpunan A dapat dinyatakan dalam bentuk ….

    A. \A B A B

    B. \A B A B

    C. \A B A B

    D. \A B A B

    6) Di antara dua himpunan yang terbentuk di bawah ini, yang saling asing adalah …

    A. A B dan A B

    B. A B dan A B

    C. A B dan \A B

    D. A B dan \A B

    7) Misal 1,2,3,4A dan , , , , B a b c d e . Di antara himpunan

    pasangan berurutan berikut, yang merupakan fungsi dari A ke Badalah….

    A. 1, , 1, , 2, , 3, , 4,a b c a a

    B. 1, , 1, , 2, , 3,a b c a

    C. 1, , 2, , 3, , 4,b c a a

    D. 1, , 2, , 3,c a a

  • 1.32 Pengantar Analisis Riil ⚫

    8) Misal 1,2,3,4A dan , , , ,B a b c d e . Di antara fungsi yang

    dinyatakan sebagai himpunan pasangan berurutan berikut yang

    merupakan fungsi injektif dari A ke B adalah ….

    A. 1, , 2, , 3, , 4,b c a a

    B. 1, , 2, , 3, , 4,a c a b

    C. 1, , 2, , 3, , 4,a a a a

    D. 1, , 2, , 3, , 4,b c e a

    9) Misal f adalah fungsi yang terdefinisi pada sehingga

    2 1.f x x Maka itu, invers dari f adalah fungsi g sehingga ….

    A. 1

    12

    g x x

    B. 2 1g x x

    C. 1

    12

    g x x

    D. 1g x x

    10) Misal f dan g dua fungsi yang masing-masing terdefinisi pada

    sehingga 2 1f x x dan 3 1g x x . Maka itu, f g x

    adalah ….

    A. 3 2x

    B. 32 1x

    C. 32 1x

    D. 32( 1) 1x

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.33

    Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang

    terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

    Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

    Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

    Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

    80 - 89% = baik

    70 - 79% = cukup

    < 70% = kurang

    Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

    meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

    Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

    belum dikuasai.

    Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

    ×100%Jumlah Soal

  • 1.34 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Kegiatan Belajar 2

    Induksi Matematika dan Himpunan Tak Hingga

    A. INDUKSI MATEMATIKA

    Induksi matematika merupakan metode yang sangat kuat dalam

    pembuktian yang sering digunakan untuk membuktikan kesahihan

    pernyataan-pernyataan yang diberikan dalam suku-suku bilangan asli. Untuk

    keperluan ini, Anda ingat kembali simbol bilangan asli yang pernah Anda

    kenal pada Kegiatan Belajar 1 modul ini, yaitu

    1,2,3, .

    Pembahasan akan Anda mulai dengan sifat dasar bilangan asli berikut.

    1. Sifat Urutan Baik Bilangan Asli

    Setiap himpunan bagian tak kosong dari bilangan asli mempunyai

    anggota paling kecil. Sifat tersebut dapat Anda buat lebih perinci seperti

    berikut. Jika S adalah himpunan bagian dari dan jika S maka ada

    m S sehingga m k untuk semua k S .

    Berdasarkan sifat urutan di atas, Anda akan menurunkan prinsip induksi

    matematika yang dinyatakan dalam suku-suku himpunan bagian bilangan asli

    berikut.

    a. Prinsip Induksi Matematika

    Misal S merupakan himpunan bagian bilangan asli yang mempunyai

    sifat berikut:

    a. bilangan1 S ;

    b. untuk setiap k , jika k S maka 1k S .

    Maka itu, S .

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.35

    Bukti

    Anda akan membuktikannya dengan bukti tidak langsung, yaitu dengan

    mengandaikan S . Oleh karena itu, \ S sehingga oleh sifat urutan

    baik bilangan asli, Anda mempunyai bilangan terkecil, misal m . Berdasarkan

    hipotesis (1) 1 S maka 1m . Ini berakibat bahwa m – 1 merupakan

    bilangan asli S. Karena m – 1 < m dan karena m adalah bilangan terkecil

    dalam , tetapi bukan dalam S , yaitu m , tetapi m S maka dapat

    Anda simpulkan bahwa 1m S . Selanjutnya, Anda gunakan hipotesis (2)

    untuk anggota 1k m S maka 1 1 1k m m S . Hal ini

    bertentangan dengan m S . Oleh karena itu, pengandaian S salah.

    Jadi, S .

    Contoh 1.12

    Buktikan bahwa untuk masing-masing n , jumlah n bilangan asli

    pertama diberikan oleh

    11 2 1

    2n n n .

    Bukti

    Untuk membuktikan rumus ini, Anda misalkan S adalah himpunan

    semua n . Di sini, rumus ini benar. Anda harus menyelidiki kondisi (1)

    dan (2) dalam 1.2 memenuhi.

    Jika 1n , Anda mempunyai berikut ini.

    11 .1. 1 1

    2

    Oleh karena itu, 1 S .

    Anda asumsikan bahwa k S dan ingin menyimpulkan bahwa asumsi

    ini berakibat 1k S . Jika k S maka

    11 2 1

    2k k k .

  • 1.36 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Jika Anda tambahkan 1k pada kedua ruas pada asumsi di atas, Anda

    akan mendapatkan berikut ini.

    11 2 1 1 1

    2

    1 11 .2. 1

    2 2

    1 11 1 .2

    2 2

    11 2

    2

    k k k k k

    k k k

    k k k

    k k

    Karena rumus pernyataan ini untuk 1n k , Anda simpulkan bahwa

    1k S . Oleh karena itu, kondisi (2) dalam 1.2 terpenuhi. Kosekuensinya

    adalah dengan prinsip induksi matematika. Anda menyimpulkan bahwa

    rumus tersebut benar untuk semua n .

    Prinsip induksi matematika digunakan untuk himpunan yang

    keaggotaannya bersifat “terus”, yaitu dalam kerangka kerja pernyataan-

    pernyataan tentang bilangan asli. Jika P n adalah suatu pernyataan untuk

    n maka P n mungkin benar untuk suatu nilai n dan salah untuk nilai

    yang lainnya. Sebagai contoh, jika 1P n adalah suatu pernyaaan 2

    " "n n

    maka 1 1P adalah benar, sedangkan 1P n adalah salah untuk 1,n n .

    Di pihak lain, jika 2P n adalah pernyataan 2

    " 1"n maka 2 1P adalah

    pernyataan yang salah dan 2P n adalah pernyataan benar untuk 1,n n .

    Dalam konteks ini, prinsip induksi matematika dapat dirumuskan seperti

    berikut.

    b. Prinsip Induksi Matematika (Versi Pertama)

    Untuk masing-masing n , misalkan P n , adalah pernyataan tentang

    n. Anggap bahwa

    a. 1P adalah pernyataan benar;

    b. untuk setiap k , jika P k adalah pernyataan benar maka 1P k

    adalah pernyataan benar.

    Maka P n adalah pernyataan benar untuk semua n .

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.37

    Hubungan versi ini dengan versi sebelumnya, yaitu prinsip induksi

    matematika yang diberikan dalam 1.2, adalah dibuat dengan memisalkan

    : adalah benarS n P n . Oleh karena itu, (1) dan (2) pada 1.2

    berkorespondensi berturut-turut dengan (1’) dan (2’). Hubungan S

    dalam 1.2 bekorespondensi dengan kesimpulan bahwa P n adalah benar

    untuk semua n .

    Dalam (2’), asumsi “jika P k adalah pernyataan benar” disebut

    hipotesis induksi. Dalam pembuktian (2’), Anda tidak perlu memperhatikan

    kebenaran dan kesalahan dari P k , tetapi hanya dengan kesahihan

    implikasinya “jika P k maka 1P k ”.

    Contoh 1.13

    Anda perhatikan pernyataan :" 5"P n n n maka (2’) secara logika

    benar. Untuk itu, Anda dapat menambahkan 1 pada kedua ruas dari P k

    untuk memperoleh 1P k . Meskipun demikian, karena pernyataan

    perhatikan bahwa 1P : "1 6" adalah pernyataan salah, Anda tidak dapat

    menggunakan induksi matematika untuk menyimpulkan bahwa 5n n

    untuk semua n .

    Dapat terjadi bahwa P n adalah pernyataan salah untuk bilangan asli

    0n tertentu, tetapi benar untuk semua 0n n . Oleh karena itu, prinsip

    induksi matematika dapat Anda modifikasi berkaitan dengan kejadian ini,

    seperti berikut.

    c. Prinsip Induksi Matematika (Versi Kedua)

    Misal 0n dan P n adalah pernyataan untuk masing-masing bilangan

    asli 0n n . Anggap bahwa

    a. pernyataan 0( )P n adalah benar;

    b. untuk semua 0k n , kebenaran P k berakibat pada kebenaran

    1P k . Maka itu, P n benar untuk semua 0n n .

    Bilangan asli 0n dalam (1) disebut basis karena dia merupakan basis

    dimulainya kebenaran untuk 0( )P n yang berakibat pada kebenaran dalam

  • 1.38 Pengantar Analisis Riil ⚫

    (2), yaitu 1P k P k , yang disebut sebagai jembatan karena

    menghubungkan kasus k ke kasus 1k .

    Contoh 1.14

    Buktikan bahwa ketaksamaan

    2 2 1n n

    benar untuk semua bilangan asli 3n .

    Bukti

    Mula-mula Anda periksa untuk 1n , 12 2 , dan 2.1 1 3 serta

    untuk 2n , 22 4 dan 2.2 1 5 .

    Ketaksamaan 2 2 1n n salah untuk 1n dan 2n . Selanjutnya,

    Anda periksa untuk 3n , 32 8 2.3 1 7 .

    Jadi ketaksamaan benar untuk 3n . Selanjutnya, Anda periksa kondisi

    (2) dalam 1.3, yaitu untuk semua 0k n , kebenaran P k berakibat pada

    kebenaran 1P k . Anda anggap bahwa 2 2 1k k .

    Maka dengan mengalikan kedua ruas dengan 2, Anda memperoleh

    berikut ini.

    12 2 2 1 4 2 2 2 2 2 3

    2 1 1

    k k k k k k

    k

    Oleh karena itu, dengan basis 0 3n , Anda dapat menerapkan induksi

    matematika untuk menyimpulkan bahwa ketaksamaan 2 2 1n n benar

    untuk semua bilangan asli 3n .

    Pembahasan tentang induksi matematika ini akan Anda akhiri dengan

    prinsip induksi matematika versi lain, kadang-kadang sangat bermanfaat

    dalam pembuktian induksi. Prinsip ini disebut sebagai “prinsip induksi kuat”.

    Meskipun demikian, kenyataannya prinsip ini ekuivalen dengan prinsip

    induksi matematika 1.2 tidak dibuktikan dalam pembahasan ini.

    e. Prinsip Induksi Kuat

    Misal S adalah himpunan bagian dari sehingga

    a. 1 S ;

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.39

    b. Untuk setiap k , jika 1,2, ,k S maka 1k S .

    Maka S .

    2. Himpunan Hingga dan Tak Hingga

    Ketika Anda menghitung anggota suatu himpunan, Anda akan

    mengatakan “satu, dua, tiga, …,” berhenti saat anggota himpunan habis. Dari

    perspektif matematika, pekerjaan yang telah Anda lakukan tersebut sama

    artinya dengan Anda membuat pemetaan bijektif antara himpunan Anda

    dengan himpunan bagian bilangan asli. Dalam hal demikian, Anda

    mengatakan bahwa anggota himpunan tersebut hingga. Sebaliknya, ketika

    anggota yang Anda hitung tidak berhenti, seperti himpunan bilangan asli

    sendiri, Anda mengatakan himpunan tersebut sebagai tak hingga. Gagasan ini

    merupakan ilustrasi dari Definisi 1.14 berikut.

    Definisi 1.14

    a. Himpunan kosong dikatakan mempunyai 0 anggota.

    b. Jika n , sebuah himpunan S dikatakan mempunyai n anggota jika

    ada pemetaan bijektif dari himpunan 1,2, ,n n ke S .

    c. Sebuah himpunan S dikatakan hingga jika dia salah satu himpunan

    kosong atau mempunyai n anggota untuk suatu n . Selain itu,

    dikatakan himpunan tak hingga.

    Karena invers dari pemetaan bijektif merupakan pemetaan bijektif, Anda

    dapat pula mengatakan bahwa sebuah himpunan S mempunyai n anggota

    jika dan hanya terdapat pemetaan bijektif dari himpunan S pada himpunan

    1,2, ,n n . Juga, karena komposisi dari pemetaan bijektif adalah

    pemetaan bijektif, Anda dapat pula mengatakan bahwa sebuah himpunan 1S

    mempunyai n anggota jika dan hanya jika terdapat pemetaan bijektif dari

    himpunan 1S ke 2S yang mempunyai n anggota.

    Berikut ini adalah teorema-teorema tentang himpunan hingga dan tak

    hingga yang tidak dibuktikan dalam pembahasan ini.

    Teorema 1.3

    Jika S adalah himpunan hingga, banyak anggota dalam S adalah

    bilangan tunggal dalam .

  • 1.40 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Teorema 1.4

    Himpunan bilangan asli adalah himpunan tak hingga.

    Teorema berikut ini merupakan sifat dasar dari himpunan-himpunan

    hingga dan tak hingga.

    Teorema 1.5

    a. Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan B adalah himpunan

    dengan n anggota dan jika A B maka A B mempunyai m n

    anggota.

    b. Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah

    himpunan dengan 1 anggota maka \A C adalah himpunan dengan 1m

    anggota.

    c. Jika C adalah himpunan tak hingga dan B adalah himpunan hingga

    maka \C B adalah himpunan tak hingga.

    Bukti

    Misal f pemetaan bijektif dari m pada A dan 𝑔 pemetaan bijektif

    dari n pada B . Anda definisikan h pada m n oleh h i f i untuk

    1,2, ,i m dan h i g i m untuk 1, 2, ,i m m m n . Maka

    itu, h adalah pemetaan bijektif dari m n pada A B . Jadi, A B

    mempunyai m n anggota.

    Bukti (b) dan (c) ditinggalkan sebagai latihan.

    Teorema 1.6 berikut ini tentang hubungan himpunan hingga dan tak

    hingga antara suatu himpunan dengan himpunan bagiannya.

    Contoh 1.15

    Misal 1 2 3 4, , ,A a a a a dan 1 2 3 4 5, , , ,B b b b b b . Maka itu,

    perhatikan berikut ini.

    a. Anda memperoleh

    1 2 3 4 1 2 3 4 5, , , , , , ,A B a a a a b b b b b

    1 2 3 4 1 2 3 4 5, , , , , , , ,a a a a b b b b b .

    Anda lihat bahwa A B . Oleh karena itu, A B mempunyai

    4 5 9 anggota.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.41

    b. Jika 2C a maka 1 3 4\ , ,A C a a a sehingga \A C mempunyai

    4 1 3 anggota.

    Contoh 1.16

    Misal adalah himpunan bilangan asli dan 1,2, ,C n . Maka itu,

    \ 1, 2, 3,C n n n . Oleh karena itu, \ C adalah himpunan tak

    hingga.

    Teorema 1.6

    Anggap bahwa T dan S adalah himpunan-himpunan sehingga T S .

    a. Jika S himpunan hingga, T himpunan hingga.

    b. Jika T himpunan tak hingga, S himpunan tak hingga.

    Bukti

    a. Jika T , berdasarkan Definisi 1.14 bagian (c), T adalah himpunan

    hingga. Oleh karena itu, Anda dapat menganggap bahwa T . Anda

    buktikan dengan induksi matematika pada banyak anggota dalam S .

    Jika S mempunyai 1 anggota, T juga mempunyai satu anggota (karena

    T ). Oleh karena itu, T adalah himpunan hingga. Anggap setiap

    himpunan bagian tidak kosong dari suatu himpunan dengan k anggota

    adalah hingga. Dengan induksi matematika, Anda akan membuktikan

    bahwa setiap himpunan bagian tidak kosong dari suatu himpunan dengan

    1k anggota adalah hingga. Misalnya, S suatu himpunan yang

    mempunyai 1k anggota. Maka itu, ada pemetaan bijektif f dari

    1k pada S . Misalnya, T S . Jika 1f k T , Anda dapat

    memandang T sebagai himpunan bagian dari 1 \ 1S S f k yang

    mempunyai k anggota, yaitu berdasarkan Teorema 1.5 bagian (b). Oleh

    karena itu, berdasarkan hipotesis setiap himpunan bagian tidak kosong

    dari suatu himpunan dengan k anggota adalah hingga, Anda dapat

    menyimpulkan bahwa T adalah himpunan hingga. Di pihak lain, jika

    1f k T maka 1 \ 1T T f k adalah himpunan bagian dari

    1S . Karena 1S mempunyai k anggota, oleh hipotesis serupa 1T adalah

    himpunan hingga. Oleh karena itu, berdasarkan Teorema 1.5 bagian (a),

    1 1T T f k juga himpunan hingga.

  • 1.42 Pengantar Analisis Riil ⚫

    b. Bagian merupakan kontrapisosisi dari bagian (a), bukti selesai.

    Pembahasan selanjutnya adalah himpunan terhitung. Himpunan ini dapat

    berupa himpunan hingga maupun himpunan tak hingga. Untuk lebih jelasnya,

    Anda ikuti Definisi 1.15 berikut ini.

    Definisi 1.15

    a. Sebuah himpunan S dikatakan denumerable (contably infinite) jika ada

    pemetaan bijektif dari pada S .

    b. Sebuah himpunan S dikatakan terhitung jika salah satu hingga atau

    denumerable, selain itu dikatakan tak terhitung.

    Contoh 1.17

    Tunjukkan bahwa himpunan 2 :E n n adalah himpunan

    denumerable.

    Penyelesaian

    Buat pemetaan :f E yang didefinisikan sebagai 2f n n

    untuk n . Maka itu, pemetaan ini merupakan pemetaan bijektif. Jadi, E

    adalah himpunan denumerable.

    Teorema berikut ini berguna untuk menunjukkan bahwa himpunan

    bilangan rasional adalah denumerable. Bukti teorema akan Anda bahas

    secara informal.

    Teorema 1.7

    Himpunan adalah denumerable.

    Bukti

    Bukti informal Anda ingat bahwa terdiri atas semua pasangan

    berurutan ,m n , yaitu ,m n . Anda dapat menyebutkan satu per satu

    pasangan sebagai berikut.

    (1,1), (1,2), (2,1), (1,3), (2,2), (3,1), (1,4), ...

    Lebih jelas, dapat Anda sebutkan seperti pada Gambar 1.12 berikut.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.43

    Gambar 1.12

    Himpunan

    Penyebutan dengan gambar di atas dikatakan sebagai prosedur diagonal

    karena Anda bergerak sepanjang diagonal-diagonal yang masing-masing

    memuat sejumlah hingga suku-suku.

    Pemetaan bijektif yang ditunjukkan oleh diagram dapat diturunkan

    seperti berikut ini. Pertama, Anda catat bahwa diagonal pertama mempunyai

    hanya satu titik. Kedua, diagonal kedua mempunyai dua titik dan seterusnya

    diagonal ke k mempunyai k titik. Karena menggunakan jumlah suku-suku

    dalam rumus pada Contoh 1.12, Anda peroleh total jumlah titik-titik diagonal

    sampai ke k adalah

    11 2 1

    2φ k k k k .

    Titik (m,n) dilalui diagonal ke k ketika 1k m n dan dia adalah

    titik ke-m dalam diagonal, seperti Anda bergerak menurun dari kiri ke kanan.

    Sebagai contoh, titik (3,2) dilalui diagonal ke-4 karena 3 2 1 4 dan dia

    adalah titik ke-3 dalam diagonal tersebut. Oleh karena itu, dalam perhitungan

    seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.12, Anda dapat menghitung titik

    (m,n) oleh perhitungan pertama titik-titik dalam diagonal 1 2k m n

    pertama dan menambah m. Oleh karena itu, fungsi penghitung

    :h diberikan oleh berikut ini.

    , 2h m n φ m n m

  • 1.44 Pengantar Analisis Riil ⚫

    12 1

    2m n m n m

    Sebagai contoh, titik (3,2) dihitung sebagai 1

    3,2 .3.4 3 92

    h ,

    seperti ditunjukkan oleh Gambar 1.12. Serupa dengan hal itu, titik (17,25)

    dihitung sebagai jumlah 17,25 40 17 837h φ .

    Konstruksi secara eksplisit pemetaan bijektif di antara himpunan-

    himpunan sering menjadi masalah yang rumit. Dua teorema berikutnya dapat

    Anda gunakan untuk membuktikan dalam perhitungan himpunan-himpunan

    karena untuk mengerjakannya Anda tidak melibatkan pemetaan tertentu.

    Teorema 1.8 tidak dibuktikan dalam pembahasan ini. Bagian (b) dari teorema

    ini merupakan kontaposisi dari bagian (a).

    Teorema 1.8

    Anggap bahwa S dan T adalah dua himpunan sehingga T S .

    Jika S adalah himpunan terhitung, T adalah himpunan terhitung.

    Jika T adalah himpunan tak terhitung, S adalah himpunan tak

    terhitung.

    Teorema 1.9

    Pernyataan-pernyataan berikut adalah ekuivalen.

    S adalah himpunan terhitung.

    Ada fungsi surjektif dari pada S.

    Ada fungsi injektif dari S ke dalam .

    Bukti

    a. b jika S berhingga, ada pemetaan bijektif h dari suatu himpunan

    n pada S dan Anda definisikan H pada oleh berikut ini.

    , untuk 1,2, ,

    , untuk

    h k k nH k

    h n k n∶

    Oleh karena itu, H adalah pemetaan surjektif dari pada S. Jika S

    denumerable, ada pemetaan bijektif H dari pada S yang juga

    merupakan pemetaan surjektif dari pada S.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.45

    b. c jika H adalah pemetaan surjektif dari pada S, Anda

    definisikan 1 :H S dengan memisalkan 1H s anggota terkecil

    dalam himpunan 1 :H s n H n s . Untuk melihat bahwa

    1H adalah pemetaan injektif dari S ke , Anda catat bahwa jika

    ,s t S dan 1 1stn H s H t maka sts H n t .

    c. a jika 1H adalah pemetaan injektif dari S ke , dia adalah

    pemetaan bijektif dari S pada 1H S . Oleh Teorema 1.8 bagian

    (a), 1H S adalah himpunan terhitung. Jadi, S adalah himpunan

    terhitung.

    Contoh 1.18

    Buktikan bahwa himpunan bilangan rasional adalah denumerable.

    Bukti

    Ide dari pembuktian ini adalah mengamati himpunan bilangan rasional

    positif dengan menyebutkan seperti berikut ini.

    1 1 2 1 2 3 1, , , , , , , ,

    1 2 1 3 3 1 4

    yang merupakan “pemetaan diagonal”, seperti terlihat pada Gambar 1.12

    berikut.

    Gambar 1.13

    Himpunan

  • 1.46 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Berdasarkan Teorema 1.7, adalah himpunan denumerable maka

    dia merupakan himpunan terhitung (Definisi 1.15 bagian (b)). Oleh Teorema

    1.9 bagian (b), ada pemetaan surjektif f dari pada . Contohnya

    sebagai berikut.

    :g

    ,m

    g m nn

    .

    Maka itu, g adalah pementaan surjektif pada . Oleh karea itu,

    komposisi g f adalah pemetaan surjektif dari pada . Oleh Teorema

    1.9, dapat Anda simpulkan bahwa adalah himpunan terhitung. Serupa

    dengan itu untuk himpunan bilangan rasional negatif . Oleh karena itu,

    0 adalah himpunan terhitung. Karena memuat ,

    haruslah himpunan denumerable.

    Teorema selanjutnya adalah teorema tentang gabungan himpunan

    terhitung. Seperti halnya pada Teorema 1.9, Anda tidak perlu takut tentang

    kemungkinan tumpang-tindih dari himpunan-himpunan ini. Juga, Anda tidak

    perlu mengonstruksi pemetaan bijektif.

    Teorema 1.10

    Jika mA adalah himpunan terhitung untuk masing-masing m ,

    sebarang gabungan 1m mA A adalah himpunan terhitung.

    Bukti

    Untuk masing-masing m , misalkan m , pemetaan surjektif dari

    pada mA . Anda definisikan

    :β A

    : , mβ m n n .

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.47

    Anda duga bahwa β adalah pemetaan surjektif. Jika a A , ada anggota

    terkecil m sehingga ma A dan ada anggota terkecil n sehingga

    ma n . Oleh karena itu, ,a β m n . Karena adalah himpunan

    terhitung, berdasarkan Teorema 1.9, ada pemetaan bijektif :f , yaitu

    β f adalah pemetaan surjektif dari pada A . Selanjutnya, dengan

    menerapkan Teorema 1.9 lagi, Anda dapat menyimpulkan bahwa A adalah

    himpunan terhitung.

    Anda tutup pembahasan pada kegiatan belajar ini dengan teorema

    Cantor.

    Teorema 1.11 (Teorema Cantor)

    Jika A sebarang himpunan, tidak ada pemetaan surjektif dari A pada

    himpunan ρ A dari semua himpunan bagian A .

    Bukti

    Anda buktikan dengan bukti tidak langsung. Andaikan bahwa

    : A ρ A adalah pemetaan surjektif. Karena a adalah himpunan

    bagian dari A , salah satu a anggota untuk a atau bukan angota a .

    Anda misalkan

    :D a A a a .

    Karena D adalah himpunan bagian dari A , jika adalah surjektif

    maka 0D a untuk suatu 0a A . Anda harus mempunyai salah satu

    0a D atau 0a D maka karena 0D a , Anda harus mempunyai

    0 0a a , bertentangan dengan pendefinisian dari D . Serupa dengan itu,

    jika 0a D maka 0 0a a sehingga 0a D yang juga bertentangan.

    Jadi, tidak ada pemetaan surjektif dari A pada himpunan ρ A dari semua

    himpunan bagian A .

  • 1.48 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Contoh 1.19

    Misal A a . Maka itu, ,ρ A a . Oleh karena itu, tidak ada

    pemetaan surjektif dari himpuanan A pada himpunan ρ A .

    Akibat dari teorema Cantor ini adalah koleksi ρ itu himpunan tak

    terhitung karena tidak ada pemetaan surjektif dari pada ρ

    (berdasarkan Definisi 1.15).

    1) Untuk masing-masing n , tunjukkan bahwa jumlah kuadrat dari n

    bilangan asli pertama adalah

    2 2 2 11 2 1 2 16

    n n n n .

    2) Diberikan dua bilangan riil a dan b . Buktikan bahwa a b adalah

    faktor dari n na b untuk semua n .

    3) Buktikan bahwa ketaksamaan 2 1 !n n berlaku untuk semua n .

    4) Jika , 1r r , buktikan bahwa persamaan

    1

    2 111

    nn rr r r

    r

    berlaku untuk semua n . Rumus tersebut merupakan rumus jumlah

    dari deret geometri.

    5) Buktikan bahwa rumus jumlah dari deret geometri pada soal nomor 4

    dapat dibuktikan tanpa menggunakan induksi matematika.

    6) Buktikan Teorema 1.5 bagian (b).

    7) Buktikan Teorema 1.5 bagian (c). 8) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah

    himpunan dengan 2 anggota, buktikan bahwa \A C adalah himpunan

    dengan 2m anggota.

    LATIHAN

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,

    kerjakanlah latihan berikut!

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.49

    9) Buktikan bahwa himpunan semua bilangan bulat

    adalah

    denumerable.

    10) Tunjukkan bahwa gabungan dua himpunan yang saling asing yang

    masing-masing denumerable adalah denumerable.

    Petunjuk Jawaban Latihan

    1) Untuk menunjukkan rumus ini, Anda catat bahwa dia benar untuk 1n

    karena 21

    1 .1. 1 1 2.1 16

    . Anda anggap dia benar untuk n k

    maka 2 2 21

    1 2 1 2 16

    k k k k .

    Jika Anda menjumlahkan kedua ruas dengan 2

    1k , Anda

    memperoleh berikut ini.

    2 22 2 2

    22

    2

    2

    11 2 1 1 2 1 1

    6

    1 11 2 .6. 1

    6 6

    11 2 6 6

    6

    11 2 7 6

    6

    11 2 2 3

    6

    11 1 1 2 1 1

    6

    k k k k k k

    k k k k

    k k k k

    k k k

    k k k

    k k k

    Jadi, rumus 2 2 21

    1 2 1 2 16

    n n n n

    benar untuk semua n .

    2) Pertama, Anda perhatikan bahwa pernyataan benar untuk 1n , yaitu

    a b faktor dari 1 1a b . Kedua, Anda anggap pernyataan benar

    untuk n k , yaitu a b faktor dari k ka b . Selanjutnya, Anda

    buktikan bahwa pernyataan benar untuk 1n k seperti berikut.

  • 1.50 Pengantar Analisis Riil ⚫

    1 1 1 1k k k k k k

    k k k

    a b a ab ab b

    a a b b a b

    Berdasarkan hipotesis induksi a b adalah faktor dari k ka b .

    Oleh karena itu, a b adalah faktor k ka a b . Jelas bahwa a b

    adalah faktor kb a b . Jadi, a b adalah faktor dari 1 1k ka b .

    3) Pertama, Anda perhatikan bahwa ketaksamaan berlaku untuk 1n ,

    yaitu 12 1 1 ! . Kedua anggap ketaksamaan berlaku untuk n k

    maka 2 1 !k k .

    Selanjutnya, Anda buktikan bahwa ketaksamaan berlaku untuk

    1n k seperti berikut ini. Perhatikan kenyataan 2 2k untuk

    setiap bilangan asli k . Maka itu,

    12 2.2 2 1 ! 2 1 ! 1 !k k k k k k .

    Jadi, ketaksamaan 2 1 !n n berlaku untuk semua bilangan asli

    n .

    4) Persamaan berlaku untuk 1n , yaitu 1 1 1 11

    11 1

    r rrr

    r r.

    Anda anggap persamaan berlaku n k , yaitu 1

    2 111

    kk rr r r

    r.

    Selanjutnya, Anda buktikan bahwa persamaan berlaku 1n k . Anda

    tambahkan kedua ruas dengan 1kr . Maka itu, Anda memperoleh

    berikut ini.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.51

    12 1 1

    11

    1 11 1

    1 1

    11

    1

    11

    1 1

    1

    1

    1

    1

    kk k k

    kk

    kk k

    k

    rr r r r r

    r

    r rr

    r r

    r r r

    r

    r

    r

    Jika , 1r r , terbukti bahwa persamaan

    12 11

    1

    nn rr r r

    r berlaku untuk semua n .

    5) Anda misalkan 21 nns r r r .

    Anda kalikan masing-masing ruas dengan r maka Anda akan

    memperoleh

    2 1n n

    nrs r r r r .

    Jika Anda kurangkan persamaan pertama dengan persamaan kedua,

    Anda akan memperoleh

    11 1 nnr s r .

    Jika Anda bagi kedua ruas dengan 1 r , Anda memperoleh

    11

    1

    n

    n

    rs

    r.

    Jadi, rumus jumlah deret geometri 1

    2 111

    nn rr r r

    r

    berlaku untuk semua n .

    6) Misal f pemetaan bijektif dari m pada A dan misal C c .

    Karena C A maka ada mj sehingga f j c . Anda definisikan

    h pada 1m oleh h i f i untuk 1,2, , 1i j dan

  • 1.52 Pengantar Analisis Riil ⚫

    1h i f i untuk , 1, , 1i j j m . Maka itu, h adalah

    pemetaan bijektif dari 1m pada \A C . Jadi, \A C mempunyai 1m

    anggota.

    7) Anda buktikan dengan bukti tidak langsung seperti berikut ini. Andaikan

    \C B adalah himpunan hingga, misal mempunyai anggota m . Karena B

    himpunan hingga, Anda dapat memisalkannya mempunyai n anggota.

    Karena \C B B dan karena \C C B B , berdasarkan bagian

    (a), C mempunyai m n anggota. Jadi, C adalah himpunan hingga.

    Hal ini bertentangan dengan hipotesis C sebagai himpunan tak hingga.

    Jadi, pengandaian salah dan yang benar adalah \C B adalah himpunan

    tak hingga.

    8) Anda misalkan 1 2,C c c . Maka itu, 1 2C C C , yaitu 1 1C c

    dan 2 2C c . Oleh karena itu, menerapkan Teorema 1.5 bagian (b),

    himpunan 1 1\A A C mempunyai 1m anggota. Dengan cara serupa,

    himpunan 2\ \A C A C mempunyai 1 1 2m m anggota.

    9) Untuk mengonstruksi sebuah pemetaan bijektif dari pada , Anda

    dapat memetakan 1 ke 0. Anda petakan semua bilangan asli genap ke

    bilangan bulat positif dan Anda petakan bilangan asli ganjil lebih dari

    satu ke bilangan bulat negatif. Pemetaan yang Anda buat dapat didaftar

    seperti berikut ini.

    0,1, 1,2, 2,3, 3,

    10) Anda misalkan 1 2 3, , ,A a a a dan 1 2 3, , ,B b b b . Maka itu,

    Anda dapat mendaftar anggota-anggota dari A B seperti berikut.

    1 1 2 2 3 3, , , , , ,a b a b a b

    Jadi, gabungan dua himpunan yang saling asing yang masing-masing

    denumerable adalah denumerable.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.53

    1) Sifat urutan baik bilangan asli: setiap himpunan bagian tak kosong dari bilangan asli mempunyai anggota paling kecil.

    2) Prinsip induksi matematika: misal S merupakan himpunan bagian bilangan asli yang mempunyai sifat berikut:

    a) bilangan 1 S ,

    b) untuk setiap k , jika k S maka 1k S+ ,

    c) maka S .

    3) Prinsip induksi matematika (versi pertama): untuk masing-masing

    n , misalkan P n adalah pernyataan tentang

    n . Anggap

    bahwa

    a) P 1 adalah pernyataan benar,

    b) untuk setiap k , jika P k adalah pernyataan benar

    maka P k 1 adalah pernyataan benar,

    Maka itu, P n adalah pernyataan benar untuk semua n .

    4) Prinsip induksi matematika (versi kedua): misal 0n dan misal

    P n adalah pernyataan untuk masing-masing bilangan asli

    0n n . Anggap bahwa

    a) pernyataan 0P(n ) adalah benar,

    b) untuk semua 0k n , kebenaran P k berakibat pada

    kebenaran P k 1 .

    Maka itu, P n benar untuk semua 0n n .

    5) Prinsip induksi kuat: misal S adalah himpunan bagian dari

    sehingga

    a) 1 S ,

    b) untuk setiap k , jika 1,2, ,k S maka k 1 S .

    Maka S . 6) Himpunan kosong dikatakan mempunyai 0 anggota. 7) Jika n , sebuah himpunan S dikatakan mempunyai n anggota

    jika ada pemetaan bijektif dari himpunan 1,2, ,n n ke S .

    RANGKUMAN

  • 1.54 Pengantar Analisis Riil ⚫

    8) Sebuah himpunan S dikatakan hingga jika dia salah satu

    himpunan kosong atau mempunyai n anggota untuk suatu

    ,n selain itu dikatakan himpunan tak hingga.

    9) Jika S adalah himpunan hingga, banyak anggota dalam S adalah

    bilangan tunggal dalam .

    10) Himpunan bilangan asli adalah himpunan tak hingga. 11) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan B adalah

    himpunan dengan n anggota dan jika A B maka A Bmempunyai m n anggota.

    12) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah

    himpunan dengan 1 anggota maka \A C adalah himpunan dengan

    1m anggota.

    13) Jika C adalah himpunan tak hingga dan B adalah himpunan

    hingga maka \C B adalah himpunan tak hingga.

    14) Anggap bahwa T dan S adalah himpunan-himpunan sehinggaT S .

    a) Jika S himpunan hingga, T himpunan hingga.

    b) Jika T himpunan tak hingga, S himpunan tak hingga.

    15) Sebuah himpunan S dikatakan denumerable (contably infinite)

    jika ada pemetaan bijektif dari pada S .

    16) Sebuah himpunan S dikatakan terhitung jika salah satu hingga

    atau denumerable, selain itu dikatakan tak terhitung.

    17) Himpunan adalah denumerable.

    18) Anggap bahwa S dan T adalah dua himpunan sehingga T S .

    a) Jika S adalah himpunan terhitung, T adalah himpunan

    terhitung.

    b) Jika T adalah himpunan tak terhitung, S adalah himpunan

    tak terhitung.

    19) Pernyataan-pernyataan berikut adalah ekuivalen: a) S adalah himpunan terhitung,

    b) ada fungsi surjektif dari pada S ,

    c) ada fungsi injektif dari S ke dalam .

    20) Jika mA adalah himpunan terhitung untuk masing-masing m ,

    sebarang gabungan 1m mA A adalah himpunan terhitung.

    21) Teorema Cantor: jika A sebarang himpunan, tidak ada pemetaan

    surjektif dari A pada himpunan ρ A dari semua himpunan

    bagian A .

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.55

    1) Pada pinsip induksi matematika, misal S merupakan himpunan bagian

    bilangan asli yang mempunyai sifat berikut:

    a) bilangan 1 S ,

    b) untuk setiap k , jika k S maka 1k S . Dapat Anda

    simpulkan bahwa ….

    A. 1,2, , 1S k untuk suatu k

    B. 1, , 1S k k untuk suatu n

    C. 1,2, ,S n untuk suatu n

    D. 𝑆 = {1,2,3, … }

    2) Rumus dari penjumlahan 1 1 1

    1.2 2.3 1n n untuk semua n

    adalah ….

    A. 1

    .2

    n

    B. 1

    n

    n

    C. 1

    3

    n

    n

    D. 1

    1n n

    3) Rumus dari penjumlahan3 3 3

    1 2 ... n+ + + untuk semua 𝑛 ∈ ℕ adalah ….

    A. 3n

    B. 1

    12

    n n

    C.

    21

    12

    n n

    D. 2 2 2n n

    TES FORMATIF 2

    Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

  • 1.56 Pengantar Analisis Riil ⚫

    4) Ketaksamaan 2 !n n berlaku untuk ….

    A. semua n

    B. semua 4,n n

    C. hanya beberapa nilai belangan riil D. bukan permasalahan prinsip induksi matematika

    5) Ketaksamaan 22 3 2nn untuk semua 5,n n dapat Anda

    buktikan dengan ….

    A. bukan permasalahan prinsip induksi matematika B. prinsip induksi matematika versi pertama C. prinsip induksi matematika versi kedua D. prinsip induksi matematika

    6) Di antara pernyataan berikut ini yang benar untuk bilangan asliadalah….

    A. himpunan bilangan asli adalah himpunan tak terhitung

    B. himpunan bilangan asli adalah himpunan tak hingga

    C. himpunan bilangan asli adalah himpunan tak tentu

    D. himpunan bilangan asli adalah himpunan hingga

    7) Jika A adalah himpunan dengan m anggota dan C A adalah

    himpunan dengan n anggota, yaitu n m , maka himpunan \A C

    mempunyai anggota sebanyak ….

    A. 0 B. 1m

    C. 2m

    D. m n

    8) Sebuah himpunan S dikatakan denumerable (contably infinite) jika ….

    A. ada pemetaan injektif dan surjektif dari pada S

    B. ada pemetaan surjektif dari pada S

    C. S adalah himpunan tidak terhitung

    D. S adalah himpunan tak hingga

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.57

    9) Misal A adalah himpunan hingga dan B adalah himpunan terhitung. Di antara jawaban berikut ini yang paling tepat untuk himpunan A Badalah ….

    A. denumerable B. tak terhitung C. terhitung D. hingga

    10) Misal A adalah suatu himpunan sehingga ada pemetaan injektif dari A ke himpunan bilangan asli . Pernyataan berikut ini yang paling tepat

    untuk himpunan A adalah …. A. ada fungsi bijektif dari pada S B. A adalah himpunan tak hingga C. A adalah himpunan terhitung D. A adalah himpunan hingga

    Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang

    terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.

    Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan

    Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

    Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali

    80 - 89% = baik

    70 - 79% = cukup

    < 70% = kurang

    Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

    meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,

    Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang

    belum dikuasai.

    Tingkat penguasaan = Jumlah Jawaban yang Benar

    ×100%Jumlah Soal

  • 1.58 Pengantar Analisis Riil ⚫

    Kunci Jawaban Tes Formatif

    Tes Formatif 1

    1) C

    Untuk menentukan himpunan A , mula-mula Anda faktorkan seperti

    berikut. 2 2 0x x 1 2 0x x

    Oleh karena itu, Anda peroleh 1,0,1,2A

    Demikian juga untuk menentukan himpunan B , 2 1 0x

    1 1 0x x .

    Oleh karena itu, Anda peroleh , 3, 2, 1,1,2,3,B .

    Jadi, 1,1,2A B

    2) A

    Berdasarkan jawab nomor 1, Anda peroleh 0,1, 1,2, 2,A B .

    3) C

    Berdasarkan jawab nomor 1, Anda peroleh \ 0A B .

    4) D

    Berdasarkan jawab nomor 1, Anda peroleh

    , 4, 3, 2,3,4,5,A B .

    5) B

    Anda buktikan seperti berikut.

    x A x A atau x B , tetapi x B

    i x A dan x B atau (ii) x A , tetapi x B

    x A B atau \x A B

    \x A B A B

    6) B

    Anda buktikan bahwa A B A B , seperti berikut.

    C CA B A B A B B A A B

    C CA B A B B A A B

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.59

    C CA B B B A A

    7) C

    Masing-masing anggota A mempunyai pasangan tepat satu unsur di B .

    8) D

    Sudah jelas.

    9) A

    12 1 2 1 1

    2g f x g f x g x x x

    dan 1 1

    ( 1 2 1 12 2

    f g x f g x f x x x

    10) C 3 3 31 2 1 1 2 1f g x f g x f x x x

    Tes Formatif 2

    1) D

    Berdasarkan prinsip induksi matematika, dapat Anda simpulkan bahwa

    S . Hal ini sama artinya jika Anda menyatakan bahwa

    1,2,3,S .

    2) B

    Untuk memeriksanya, Anda masukkan untuk beberapa nilai n , misalkan

    1,2,3,4n . Untuk membuktikannya, Anda gunakan prinsip induksi

    matematika.

    3) C

    Untuk memeriksanya, Anda masukkan beberapa nilai n , misalkan

    1,2,3,4n . Untuk membuktikannya, Anda dapat menggunakan prinsip

    induksi matematika.

    4) B

    Untuk memeriksanya, Anda dapat memasukkan beberapa nilai n ,

    misalkan 1,2,3,4,5,6n . Untuk membuktikannya, gunakan prinsip

    induksi matematika versi dua.

    5) C

    Lihatlah prinsip induksi matematika versi kedua.

  • 1.60 Pengantar Analisis Riil ⚫

    6) A

    Lihat akibat dari teorema Cantor.

    7) D

    Terapkanlah hasil dari latihan pada Kegiatan Belajar 2 soal nomor 8

    secara berulang.

    8) A

    Lihat Definisi 1.15, yaitu sebuah himpunan S dikatakan denumerable

    (contably infinite) jika ada pemetaan bijektif dari pada S . Bijektif

    pada definisi ini berarti surjektif dan injektif.

    9) C

    Karena A adalah himpunan hingga maka A adalah himpunan terhitung.

    Oleh karena itu, A B adalah gabungan dua himpunan terhitung. Jadi,

    A B adalah himpunan terhitung.

    10) C

    Lihatlah Teorema 1.9.

  • ⚫ PEMA4423/MODUL 1 1.61

    Daftar Pustaka

    Bartle, Robert G., dan Donald R. Sherbert. 2011. Introduction to Real

    Analysis. Edisi keempat. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

    Larson, Lee. 2013. “Notes on Real Analysis.” Online.

    Lebl, Jirí. 2011. Introduction to Real Analysis. San Francisco, California:

    Creative Commons.

    Mabizela, Sizwe. 2009. Real Analysis Notes. Rhodes University: Department

    of Mathematics (Pure & Applied).

    Trench, William F. 2003. Introduction to Real Analysis. New Jersey: Pearson

    Education.

    Ziemer, William P. tt. Modern Real Analysis. Indiana: Department of

    Mathematics, Indiana University Bloomington.