Lampiran 17. Cerita Pendek
SEJUTA PESONA LEMBAH BALIEMWAMENA, JAYAWIJAYABy: Mohammad Haris
Muzakki, S.PdGuru SM-3T SMP Negeri Walelagama, Jayawijaya,
Papua
Mungkin bagi orang yang belum pernah menginjakkan kaki di Papua
akan merasa asing jika mendengar kata lembah baliem. Mereka pasti
akan menerka-nerka apa itu lembah baliem. Awal saya ke Papua dulu
saya juga tidak tahu apa itu Lembah Baliem, dan ternyata setelah
saya sampai di daerah tersebut saya langsung terpesona dengan
lukisan alamnya yang sangat indah. Lembah Baliem merupakan lembah
yang sangat besar yang berada di dataran tinggi pegunungan tengah
Papua atau sering disebut pegunungan Jayawijaya. Sepanjang mata
memandang berjajar pegunungan tinggi mengelilingi lembah. Lembah
Baliem merupakan sebutan untuk salah satu kabupaten di Papua, yaitu
Kabupaten Jayawijaya, dengan ibukotanya di Wamena yang merupakan
daerah tugas dari guru-guru SM-3T LPTK Universitas Negeri Malang.
Sungguh tidak terasa, satu tahun sudah saya mengabdikan diri
mendidik mutiara-mutiara hitam di Kabupaten Jayawijaya, Propinsi
Papua. Memang saya tidak pernah berpikir sebelumnya akan berada di
Propinsi paling timur Indonesia ini. Jika orang mendengar kata
Papua pasti yang ada dipikiran mereka macam-macam, mulai dari Papua
merupakan pulau yang menakutkan, banyak perang suku, adanya suku
kanibal, dan sebaginya. Akibatnya jika orang akan pergi merantau ke
Papua pasti pada awalnya dirasuki dengan rasa cemas. Yah, memang
wajar jika orang-orang, khususnya masyarakat di luar Papua
berpikiran seperti itu.Jayawijaya, mendengar kata tersebut
nampaknya tidak terasa asing di benak saya. Karena telah banyak
orang ketahui bahwa Jayawijaya merupakan pegunungan tertinggi di
Indonesia dengan puncak yang tertutup salju abadi. Setelah saya
tahu ditempatkan di Kabupaten Jayawijaya, saya langsung kaget dan
diam beberapa menit. Sejenak saya berpikir bahwa saya ditempatkan
di daerah pegunungan yang memiliki salju, dalam pikiran saya pasti
daerah tersebut suhunya dingin sekali. Setelah itu saya mencari
informasi tentang Jayawijaya melalui internet, dan ternyata ibukota
dari Kabupaten Jayawijaya adalah Wamena. Untuk menempuh lokasi
tersebut hanya bisa dengan transportasi udara.Rabu, 18 September
2013, sekitar pukul 15.30 WIT, akhirnya kaki saya telah menginjak
daerah Jayawijaya, tepatnya di Kota Wamena setelah melakukan
perjalanan jauh dari Surabaya ke Sentani, Jayapura dilanjutkan
dengan pesawat yang berbeda dari Sentani menuju Wamena. Setelah
tiba di Wamena saya diherankan dengan suasana pemandangan yang
sangat indah. Suhu dingin langsung menyambut kami. Masyarakat Papua
menyebut Jayawijaya atau Wamena ini sebagai Jantungnya Papua,
karena letaknya persis di tengah-tengah pulau Papua. Kalau belum ke
Wamena berarti belum ke Papua, itulah yang sering penduduk asli
katakan kepada orang yang merantau ke Wamena. Hal itu memang bukan
mengada-ada, untuk sampai ke Wamena dibutuhkan usaha yang keras,
karena satu-satunya alat transportasi yang bisa menjangkau Wamena
adalah transportasi udara, dan untuk menerbangkan sebuah pesawat
menuju Wamena dibutuhkan keahlian khusus karena daerahnya yang
berada di ketinggian kurang lebih 1.600 meter di atas permukaan
laut dan di kelilingi oleh pegunungan tinggi. Topografi Jayawijaya
yang berupa pegunungan memang sangat mengagumkan. Coba bayangkan,
di daerah yang setinggi itu, yaitu di atas 1600 meter di atas
permukaan laut terdapat beberapa sumber/mata air yang mengandung
garam. Fenomena tersebut hanya bisa dijumpai di pegunungan tengah
Papua ini. Berdasarkan kajian ilmiah memang gunung-gunung yang
menjulang tinggi di Papua bagian tengah ini dulunya berasal dari
dasar lautan yang mengalami pengangkatan. Sungguh sangat sulit
untuk dinalar bukan? Tapi itulah fenomena alam yang sudah terjadi.
Bukti-bukti juga sudah banyak ditemukan, selain ditemukannya mata
air garam, juga pegunungan tengah Papua ini merupakan pegunungan
kapur yang merupakan unsur utama penyusun dasar lautan, selain itu
di puncak tertingginya juga ditemukan fosil binatang yang hidup di
lautan.
Gambar Salah Satu Sisi dari Lembah BaliemSebuah panorama alam
yang sangat menakjubkan juga terdapat di Jayawijaya ini, yaitu
sebuah danau yang diklaim sebagai danau tertinggi di Indonesia.
Danau tersebut bernama Danau Habema yang terletak di ketinggian
3200 m di atas permukaan laut. Pemandangan sekitar danau sangat
indah. Di sekililing danau terlihat rangkaian gunung Trikora yang
merupakan salah satu gunung yang puncaknya bersalju di Papua. Suhu
di sekitar danau sangat dingin sekali. Terdapat juga binatang
endemik penghuni danau, yakni udang selingkuh yang tidak akan bisa
ditemukan di wilayah Papua manapun. Udang selingkuh merupakan
sejenis udang air tawar namun berukuran besar serta memiliki capit
yang menyerupai kepiting, oleh karena itulah disebut udang
selingkuh.
Gambar Panorama Alam Danau HabemaSelain terkenal dengan fenomena
alamnya, Lembah Baliem ini juga terkenal dengan kebudayaannya yang
khas. Jika kalian pernah meilhat dari tayangan televisi maupun
film, masyarakat Papua yang hampir telanjang karena hanya bagian
tubuh vitalnya saja yang tertutup, ya tempatnya ya di Lembah Baliem
ini. Mereka adalah penduduk asli pegunungan tengah Papua yang
terdiri dari beberapa suku, yaitu Suku Dhani yang memiliki populasi
terbesar, Suku Lani, dan Suku Yali. Suku-suku tersebut sangat
terkenal dengan rumah adat honai dan pakaian adat koteka nya
semuanya bisa kita jumpai di Jayawijaya ini. Penduduk di Jayawijaya
ini masih sangat erat memegang adat dan budaya mereka. Oleh karena
itu hukum adat di daerah ini lebih berlaku dibandingkan hukum yang
tertulis dalam undang-undang. Sehingga jika kita jalan-jalan di
Wamena atau Jayawijaya, kita harus sangat berhati-hati. Jika kita
mengendari motor/mobil kemudian menabrak orang, anjing, babi,
maupun yang lainnya maka akan dikenakan hukum adat berupa denda.
Denda yang paling besar yaitu jika kita menabrak babi, karena babi
di sini harganya sangat mahal mencapai puluhan juta rupiah. Babi di
kalangan masyarakat Jayawijaya merupakan hewan adat. Setiap orang
di sini pasti mempunyai babi sebagai harta mereka karena babi
selalu digunakan dalam upacara-upacara dan kegiatan adat seperti
tunangan, perkawinan, dan kematian.
Gambar Festival Budaya Lembah Baliem 2014Ada sebuah festival
yang paling ditunggu-tunggu oleh wisatawan lokal maupun
mancanegara. Festival tersebut bernama Festival Budaya Lembah
Baliem yang diadakan setiap satu tahun sekali oleh pemerintah
Kabupaten Jayawijaya. Waktu pelaksanaan festival tersebut yaitu di
pertengahan bulan Agustus. Atraksi pertunjukan budaya asli penduduk
lembah baliem disajikan dalam festival tersebut selama 3 hari
berturut-turut. Misalnya atraksi perang antar suku, tarian-tarian
adat, karapan babi, lomba tiup alat music tradisional, dan bakar
batu. Setiap ada acara tersebut wisatawan lokal maupun mancanegara
selalu berbondong-bondong mengunjungi acara tersebut. Menurut
mereka festival budaya tersebut sangat langka dan tidak akan
dijumpai di wilayah manapun.Sekarang kita beranjak ke Wamena, Ibu
Kota dari Kabupaten Jayawijaya. Wamena berasal dari bahasa
masyarakat setempat yang berate babi jinak. Penamaan kota tersebut
berdasarkan atas adat istiadat masyarakat setempat yang selalu
memelihara babi dikarenakan babi merupakan hewan adat. Pada saat
sekarang ini masyarakat Wamena sudah tidak terdiri dari Suku Dhani
saja, melainkan sudah berbaur dengan suku-suku pendatang seperti
Jawa, Batak, Toraja, Bugis, Madura, dan sebagainya. Satu hal yang
membuat saya kaget juga yaitu barang-barang di Wamena harganya bisa
sampai 4 kali lipat daripada harga di Jawa. Memang hal tersebut
sangat wajar karena mendatangkan barang-barang supaya bisa sampai
ke Wamena dibutuhkan biaya yang sangat besar. Sebagaian besar
barang-barang kebutuhan sehari-hari didatangkan dari luar Papua,
kecuali sayur-sayuran karena sayuran disini kualitasnya sangat
bagus sekali yang disebabkan oleh daerah Wamena yang sangat subur.
Masyarakat asli Jayawijaya mengkonsumsi keladi dan ubi atau orang
sini menyebutnya hipere sebagai makanan pokok mereka
sehari-hari.
Gambar Salah Satu Sudut Kota WamenaDari segi keamanan memang di
Wamena maupun Jayawijaya ini belum bisa dikatakan aman seratus
persen. Sebagian besar masyarakat belum bisa berpikir rasional
sehingga gampang terpengaruh oleh omongan-omongan orang yang tidak
bertanggung jawab. Akibatnya masih sering terjadi konflik seperti
perkelahian antar kelompok. Untuk perang suku sudah jarang terjadi
di wilayah ini. Kebiasaan masyarakat yang selalu minum minuman
keras juga sangat mengganggu keamanan. Penduduk yang ada di Wamena
disarankan untuk tidak berkeliaran di malam hari karena banyak
sekali orang-orang yang mabuk yang sewaktu-waktu bisa mengancam
keamanan.Setelah diputuskan pembagian lokasi tugas, akhirnya saya
mendapat tugas untuk mengajar di SMP Negeri Walelagama yang berada
di Distrik Walelagama, Kabupaten Jayawijaya yang jaraknya sekitar
15 km dari kota Wamena. Setelah tahu lokasi tugas, saya langsung
bertanya-tanya kepada masyarakat tentang kondisi distrik
Walelagama. Namun kenyataannya banyak orang yang tidak tahu di mana
itu letak Walelagama, bahkan orang asli pun juga ada yang belum
mengetahui lokasi distrik Walelagama itu. Saya sempat berpikir,
pasti lokasinya sangat terpencil tidak ada jaringan telepon seluler
dan listrik. Akhirnya keesokan harinya saya diantar kepala sekolah
pergi ke SMPN Walelagama bersama dengan teman SM-3T juga dari LPTK
Unmul. Untuk dapat sampai ke lokasi sekolah ternyata tidak ada
angkutan umum yang memiliki trayek sampai Walelagama, akhirnya kami
naik ojek karena satu-satunya transportasi umum yang bisa sampai ke
lokasi. Ongkosnyapun sangat fantastis, mencapai Rp. 100.000,-.
Perjalanan menuju SMPN Walelagama dengan naik ojek benar-benar saya
nikmati, pemandangan berupa rangkaian pegunungan jayawijaya sungguh
sangat menakjubkan. Setelah sekitar 40 menit perjalanan dari kota
Wamena akhirnya sampai juga di distrik Walelagama. Sampai di
distrik Walelagama jalan sudah tidak beraspal lagi, jalanan sangat
jelek dan berlumpur jadi motor yang lewat harus sangat
berhati-hati. Daerah ini juga belum tersentuh oleh jaringan listrik
dan jaringan telepon. Setelah melewati gereja, puskesmas, dan
kantor distrik Walelagama, sampai juga di SMP Negeri
Walelagama.
Gambar SMP Negeri WalelagamaLokasi tugas saya memang di Distrik
Walelagama, namun tempat tinggal terletak di Distrik Wamena Kota
yang jaraknya 15 km. Sebenarnya saya kepingin bertempat tinggal
dekat sekolah saja supaya bisa melaksanakan tugas dan program kerja
secara maksimal, namun tidak diperbolehkan oleh kepala sekolah dan
guru-guru untuk tinggal sekitar sekolah. Hal tersebut dikarenakan
selain tidak ada rumah dinas untuk ditinggali, daerah Walelagama
masih belum aman, dan bisa dikatakan sebagai zona merah. Atas dasar
keamanan akhirnya saya mengikuti saran tersebut dan tinggal di
Wamena Kota. Perjalanan rumah sampai sekolah memang cukup jauh,
sekitar 30-40 menit jika memakai motor dengan jalanan yang menurut
saya juga cukup ekstrim, berupa tanjakan, turunan curam, jalanan
yang belum beraspal jika setelah hujan jalanan menjadi sangat becek
dan licin sehingga motor tidak bisa lewat. Namun hal tersebut
menjadi tantangan tersendiri buat saya dan harus tetap dilakukan
demi mencerdaskan anak bangsa. Dalam perjalanan pun harus ekstra
hati-hati, karena banyak hewan peliharaan seperti babi yang
berkeliaran di jalanan. Jika kita sampai menabrak babi tersebut
kita akan terkena denda adat yang jumlahnya bisa mencapai puluhan
juta bahkan sampai ratusan juta rupiah. Jarak rumah dengan sekolah
yang jauh tersebut memang memiliki banyak kelemahan, diantaranya
yaitu tidak bisa tepat waktu dan setiap hari pergi ke sekolah. Hal
tersebut dikarenakan juga karena tidak adanya kendaraan. Saya jika
ke sekolah diberi pinjaman motor oleh seorang guru, sehingga kita
harus bergantian. Jika guru tersebut tidak ada jam mengajar maka
motor saya pakai ke sekolah, dan sebaliknya. Akibatnya program yang
direncanakan tidap dapat terealisasi secara maksimal. Tetapi memang
begitulah kondisinya, memang tidak dapat dipaksakan juga. Meskipun
begitu saya tetap berusaha maksimal untuk menjalankan tugas-tugas
saya.Pada akhirnya saya sangat berterima kasih sekali kepada
program SM-3T ini karena telah memberikan banyak pengalaman
berharga pada diri saya. Meskipun dalam kondisi apapun, meskipun
dalam keterbatasan kita harus tetap peduli terhadap saudara-saudara
kita yang memang kondisinya sangat tertinggal dari daerah lain.
Papua khususnya pegunungan tengah ini menyimpan kekayaan alam yang
sangat banyak dan berharga mahal, oleh karena itu jangan biarkan
kekayaan alam Indonesia ini dieksploitasi oleh bangsa asing.
Generasi penerus pegunungan tengah ini yang harus bisa mengelola
kekayaan alam sendiri. Oleh karena itu, kita harus terus berjuang
demi mewujudkan generasi emas Papua pada khusunya, dan Indonesia
pada Umumnya. Salam maju bersama mencerdaskan Indonesia..!!!!!