SEJARAH PALESTINA DAN RAKYATNYA Muqaddimah Alhamdulillahirabbil ‘alamin, shalawat serta salam semoga terjurahkan kepada junjungan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga dan seluruh shabatnya. Tulisan yang ada di hadapan pembaca ini adalah bagian pertama dari seri “diraasat manhajiyah fiil qadhiyah al filistiniyah” (kajian sistematik/metodologis tentang issu Palestina). Kajian ini dimaksudkan untuk melakukan ekstensifikasi kepedulian intelektual dan kebangsaan berkenaan dengan issu Palestina. Ini merupakan seri kajian ilmiah dan dokumentatif yang membahas berbagai sisi dalam masalah issu Palestina, sebagai pengantar bagi siapa saja yang ingin - kelak di kemudian hari - melakukan kajian dalam bidang yang lebih spesifik (spesialis keilmuan tentang Palestina). Buku “ardhu filistin wa sya’buha” (Tanah dan Bangsa Palestina) ini berbicara tentang tanah Palestina dari sisi sejarah dan geografi, kedudukannya dalam Islam, menangkis klaim-klaim Yahudi yang menyatakan mereka lebih berhak atas tanah Palestina. Juga berbicara mengenai perkembangan permukiman Yahudi dan perampasan mereka atas tanah Palestina, mengungkapkan kebohongan dan kepalsuan klaim-klaim yang mengatakan bahwa rakyat Palestina telah menjual tanah mereka kepada orang-orang Yahudi. Kemudian berbicara mengenai al Quds dan tindak penodaan terhadap tempat-tempat suci Islam berupa upaya-upaya penggusuran, pencaplokan, penghancuran dan yahudisasi. Selanjutnya buku ini berbicara tentang pembentukan komunitas bangsa Palestina sepanjang sejarah, mengenai rakyat Palestina yang berada di wilayah-wilayah Palestina yang diduduki Israel sejak tahun 1948, mengenai kehidupan mereka di Tepi Barat dan Jalur Gaza, kondisi mereka di luar Palestina dan menjelaskan penderitaan orang-orang Palestina serta berbagai aksi pembantaian dan penyiksaan yang mereka alami. Kami memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar menjadikan amal ini tulus karena-Nya, Dzat Yang Maha Mulia. Penulis
49
Embed
SEJARAH PALESTINA DAN RAKYATNYA - · PDF filekemerdekaan Suriah pada tanggal 8 Maret 1920. Nama ini tidak pernah lenyap dari Palestina kecuali setelah pertempuran Meislon, penjajahan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
SEJARAH PALESTINA DAN RAKYATNYA
Muqaddimah
Alhamdulillahirabbil ‘alamin, shalawat serta salam semoga terjurahkan kepada
junjungan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga dan seluruh
shabatnya.
Tulisan yang ada di hadapan pembaca ini adalah bagian pertama dari seri “diraasat
manhajiyah fiil qadhiyah al filistiniyah” (kajian sistematik/metodologis tentang issu
Palestina). Kajian ini dimaksudkan untuk melakukan ekstensifikasi kepedulian
intelektual dan kebangsaan berkenaan dengan issu Palestina. Ini merupakan seri
kajian ilmiah dan dokumentatif yang membahas berbagai sisi dalam masalah issu
Palestina, sebagai pengantar bagi siapa saja yang ingin - kelak di kemudian hari -
melakukan kajian dalam bidang yang lebih spesifik (spesialis keilmuan tentang
Palestina).
Buku “ardhu filistin wa sya’buha” (Tanah dan Bangsa Palestina) ini berbicara tentang
tanah Palestina dari sisi sejarah dan geografi, kedudukannya dalam Islam, menangkis
klaim-klaim Yahudi yang menyatakan mereka lebih berhak atas tanah Palestina. Juga
berbicara mengenai perkembangan permukiman Yahudi dan perampasan mereka atas
tanah Palestina, mengungkapkan kebohongan dan kepalsuan klaim-klaim yang
mengatakan bahwa rakyat Palestina telah menjual tanah mereka kepada orang-orang
Yahudi. Kemudian berbicara mengenai al Quds dan tindak penodaan terhadap
tempat-tempat suci Islam berupa upaya-upaya penggusuran, pencaplokan,
penghancuran dan yahudisasi.
Selanjutnya buku ini berbicara tentang pembentukan komunitas bangsa Palestina
sepanjang sejarah, mengenai rakyat Palestina yang berada di wilayah-wilayah
Palestina yang diduduki Israel sejak tahun 1948, mengenai kehidupan mereka di Tepi
Barat dan Jalur Gaza, kondisi mereka di luar Palestina dan menjelaskan penderitaan
orang-orang Palestina serta berbagai aksi pembantaian dan penyiksaan yang mereka
alami. Kami memohon kepada Allah subhanahu wata’ala agar menjadikan amal ini tulus
karena-Nya, Dzat Yang Maha Mulia.
Penulis
BAGIAN PERTAMA
Tanah Palestina
Palestina:
Palestina adalah sebuah nama untuk menyebut wilayah Barat Daya negeri Syam.
Sebuah wilayah yang terletak di bagian barat benua Asia dan bagian pantai timur Laut
Tengah. Palestina terletak di titik strategis penting, karena dianggap sebagai
penghubung antara benua Asia dan Afrika, di samping sebagai sentra yang
mempertemukan wilayah dunia Islam.
Nama klasik yang terkenal untuk sebutan negeri ini adalah “tanah Kan’an”, karena
yang pertama kali bermukim di sini yang dikenal dalam sejarah adalah bangsa Kan’an,
mereka datang dari Jazirah Arab sekitar 2500 tahun S.M. Adapun nama Palestina
sendiri diambil dari salah satu bangsa-bangsa pelaut, kemungkinan mereka datang dari
daerah barat Asia kecil dan wilayah laut Ijah sekitar abad ke 12 S.M. Nama ini
diketemukan diukiran Mesir dengan nama “Ba Lam Sin Ta, PLST”. Adapun
penambahan Nun “N” kemungkinan untuk menunjukan kata plural atau jama’. Mereka
bermukim di wilayah-wilayah pesisir dan berasimilasi dengan orang-orang Kan’an
dalam waktu yang tidak terlalu lama. Namun orang-orang Kan’an memberikan nama
buat tanah wilayah tersebut dengan nama mereka (orang-orang Palestina).
Mengenai bentuk dan batas-batas wilayah Palestina pada zaman dahulu belum dikenal
secara konkrit seperti sekarang, kecuali pada masa penjajahan Inggris atas Palestina
tahun 1920-1923. Dalam perjalanan sejarahnya, penetapan batas wilayah ini terkadang
menyempit dan meluas, namun secara umum ada hal yang konstan tentang wilayah ini
bahwa ia tetap terletak di antara Laut Tengah, Laut Mati dan Sungai Jordan sebagai
bagian dari wilayah negeri Syam.
Sangat sulit menetapkan batas-batas wilayah Palestina secara historis, karena kajian
yang kami lakukan di sini tidak mengarah kepada kajian yang bersifat tafsili daqiq (rinci
dan detail). Namun demikian kami akan membahas sekilas tanda-tanda perkembangan
historis terpenting bagi batas-batas ini. Pada masa Bizantium, dan sampai
pertengahan abad IV masehi, wilayah Palestina terbagi menjadi tiga daerah
administratif, yaitu:
1. Palestina I: Batas wilayah ini meliputi sebelah utara mulai dari selatan gunung
Karmel dan padang Ibnu Ameer, sebelah selatan berupa garis yang membentang dari
selatan Rafah ke arah timur sampai pertengahan Laut Mati. Perbatasan timur wilayah
ini meliputi bagian-bagian timur Yordania, garis perbatasannya melewati selatan Bisan
dan membelah sungai Yordan yang mengelilingi wilayah antara Ajlon untuk sebelah
utara dan ujung Laut Mati untuk sebelah tenggara. Yang menjadi jantung Palestina I
ketika itu adalah kota Qasariyah yang meliputi kota al Quds, Nablus, Yafa, Gaza dan
Asqalan.
2. Palestina II: Wilayah ini meliputi pegunungan el Jalil, Maraj Ibn Ameer dan
dataran-dataran tinggi yang membentang ke arah timur dari danau Thabriyah, yakni
wilayah-wilayah bagian timur Yordania dan Suriyah sekarangn ini.
3. Palestina III: Wilayah ini mencakup daerah-daerah yang terletah di sebelah selatan
garis Rafah - Laut Mati, sampai Teluk Aqabah. Wilayah ini berpusat di kota al-Betraa
yang sekarang ini terletak di wilayah bagian timur Yordania.1
Ketika Palestina masuk di bawah pemerintahan Islam pada masa kekhalifahan Umar bin
Khathab radiyallahu ‘anhu maka dianggap sebagai bagian dari negeri Syam. Saat itu
negeri Islam dibagi menjadi tujuh wilayah, dan Syam adalah salah satu dari ketujuh
wilayah tersebut. Pada masa khulafaur Rasyidin, secara administratif negeri Syam
terbagi menjadi beberapa kota administratif, yakni kota administratif Himsh, Damaskus,
Palestina dan Yordania.
Sedang pada masa kekhalifahan Bani Umayah ditambah kota administratif yang kelima,
yaitu kota administratif Qanisrain. Wilayah kota administratif Palestina membentang
dari Rafah yang berbatasan dengan Sinai sampai ke el Lajun, yaitu sebuah kota yang
terletak setelah 18 kilometer barat laut kota Jenin. Wilayah administratif Palestina
beribukotakan Alladu sampai akhirnya Sulaiman bin Abdul Malik menjadi wali wilayah ini
pada masa kekhalifahan saudaranya, Khalifah Alwalid bin Abdul Malik, pada tahun 86 -
97 Hijriah. Kemudian Sulaiman memerintahkan pembangunan kota Remlah yang
kemudian menjadi ibukota wilayah ini.
Selanjutnya Palestina menjadi wilayah yang terlepas berdiri sendiri pada masa
kekhalifahan Bani Abbasiyah, yaitu setelah masa pemerintahan Abu Abbas al Sifah
dengan Remlah tetap menjadi sentral pemerintahan. Setelah terlepas berdiri sendiri,
Palestina terbagi menjadi 12 Kurah (kota). Yaitu Remlah, Eilia (al Quds), Amwas,
bergabung ke dalamnya wilayah pinggiran, Zagar, Diyar Qaum, Lud, Syara dan
pegunungan hingga Aila di Teluk Aqabah.
Adapun kota administratif Yordania, berdasarkan fakta-fakta kontemporer, sekarang
ini menjadi bagian wilayah timur Yordania, wilayah utara Palestina dan selatan Lebanon.
Ketika itu, Yordania merupakan kota anministratif terkecil dari negeri Syam yang
berpusat (ibukota) Thabriya, yang terdiri dari 13 Kurah. Yaitu Thabriya, Samira, Bisan,
Fuhl, Jursy, Beit Ras, Jadr, Abil, Susiya, Shafwariya, Aka, Qadas (utara Shafad) dan
Shur.
Pada masa pemerintahan Mamalik (th 1250 - 1517), secara administratif negeri Syam
terbagi menjadi beberapa wilayah perwakilan (niyabah). Wilayah Palestina terdiri dari
tiga niyabah, yaitu Shafad, al Quds dan Gaza. Niyabah Shafad meliputi wilayah dari
utara Palestina dan selatan Lebanon sampai ke sungai Lithani. Pada masa kekhalifahan
Turki Utsmani di Syam (th 1516 - 1918), negeri ini terbagi menjadi tiga iyalah (distrik),
yaitu iyalah Damaskus, Halb dan Tharablus. Setiap iyalah terdiri dari beberapa daerah
administratif yang disebut sanajiq. Ketika itu sanajiq Nablus, Gaza, al Quds, Lajun dan
Shafad berada dalam iyalah Damaskus. Sanajiq Nablus meliputi bagian-bagian wilayah
timur Yordania. Ketika dibentuk iyalah baru Shaida pada tahun 1660, masuk dalam
distrik ini wilayah Shafad yang kemudian sentral pemerintahan berpindah ke Aka pada
tahun 1777. Setelah itu turut bergabung dalam iyalah Shaida kota al Quds, Nablus dan
Balqa. Dan ketika terbit sistem kewilayahan baru pada tahun 1864 iyalah Shaida
bergabung dalam wilayah (propinsi) Suriah. Dan ketika dibentuk wilayah (propinsi)
Beirut pada tahun 1887, Aka, Balqa dan tiga kota lainya pisah dari wilayah Suriah
membentuk propinsi-propinsi (wilayah) baru. Wilayah Beirut membentang sampai
penghujung jalan antara Nablus dan al Quds, yang mencakup kota Aka dan Balqa yang
berpusat di Nablus yang meliputi pinggiran Jenin, Bani Sha’b, Jamain dan Salth. Saat
itu kota Aka mencakup pinggiran Haifa, Nashira, Thabriya dan Shafad. Wilayah-wilayah
utara Palestina ini masih tetap menjadi bagian wilayah Beirut sampai tahun 1914.
Sedangkan distrik al Quds, melihat dari urgensi dan kekhawatiran Daulah Utsmaniyah
dari ketamakan zionis Yahudi, serta masuknya campur tangan negara asing dalam
urusan al Quds, pihak daulah memisahkannya dari Propinsi Suriah, dan dinyatakan
sebagai wilayah otonomi yang berdiri sendiri dan langsung terikat oleh pemerintah
pusat sejak tahun 1874. Wilayah ini meliputi bagian tengah dan selatan Palestina, yang
diikuti wilayah pinggiran al Quds, Yafa, Gaza dan Hebron (al Khalil). Pada tahun 1909
dibangun pinggiran Bi’r Sebaa yang sebelumnya merupakan bagian dari pinggiran Gaza.
Melihat kuatnya kekuasaan al Quds, beberapa kali terjadi penggabungan wilayah
Nablus (Balqa’) juga pinggiran Nashira selama tahun 1906 - 1909. Kekuasaan otonomi
al Quds ini terus berlanjut hingga akhir kekhalifahan Daulah Utsmaniyah.2
Dari pembahasan yang agak melebar tentang batas-batas geografis Palestina ini, kami
sebenarnya hanya ingin menegaskan beberapa makna:
Bahwa penamaan Palestina adalah penamaan sudah ada sejak lama (klasik).
Yang secara ghalib meliputi daerah antara Laut Tengah, Laut Mati dan Sungai
Yordan.
Bahwa Palestina adalah wilayah bagian dari negeri Syam. Karenanya,
pembagian wilayah secara administratif, penamaan wilayah-wilayah, perluasan
sebagian wilayah dan penyempitan sebagian yang lain, tidak pernah
mempengaruhi perasaan penduduk aslinya, bahwa mereka adalah bagian tak
terpisahkan dari umat Islam yang utuh. Bahwa loyalitas mereka kepada
pemerintah takkan pernah goyah selama pemerintahnya adalah muslim.
Bahwa pembagian wilayah secara administratif tidak lain hanyalah pembagian
secara tekhnis belaka, untuk membudahkan kontrol yang dilakukan oleh Daulah
Islamiyah dalam rangka mengelolah propinsi-propinsi yang ada. Bahwa
perubahan itu tidak memberikan dampak sensitif apapun pada masyarakat
umum. Bahwa perubahan ini terjadi sebagaimana terjadi pada negeri manapun
saat ini. Mulai dari perluasan, penyempitan atau penamaan kembali terhadap
propinsi-propinsi, distrik dan yang sejenisnya tanpa harus merombak esensi
kehidupan manusia. Oleh karena itu, hal yang alami apabila wilayah utara
Palestina menjadi bagian kota Yordania, juga wilayah-wilayah timur Yordania
menjadi bagian Palestina. Kemudian wajar juga bila terjadi wilayah-wilayah
utara Palestina menjadi bagian wilayah (propinsi) Beirut, atau kota Nablus
menjadi pusat propinsi Balqa’, dan seterusnya.
Bahwa perasaan dan wawasan sempit dan terkungkung tidak pernah terjadi di
antara mayarakat negeri Syam (dan kaum muslimin secara umum). Bahwa
kebebasan untuk berpindah-pindah, bergerak, bermukim, bekerja dan
kepemilikan adalah hal yang wajar dan alami yang bisa dilakukan oleh semua
masyarakat negeri Syam tanpa ada perasaan sempit dan terikat.
Bahwa pembatasan-pembatasan berdasarkan territorial serta status
kebangsaan berdasarkan domisili wilayah sangat jauh dari kehidupan
masyarakat muslim sepanjang masa pemerintahan Islam sampai akhir
kekhalifahan Daulah Utsmaniyah. Benih-benih kebangsaan dan nasionalisme
sempit tidak pernah tumbuh kecuali setelah jaman penjajahan Barat. Namun
sayang sekali hal itu tidak mengakar, kecuali dengan munculnya negara-negara
domestik Arab dan negara-nagara Islam yang berdiri sendiri.
Telah menjadi kebiasaan orang-orang Arab menyebut tanah Palestina dengan nama
Suriah Selatan. Ini tidak lain karena adanya anggapan bahwa Palestina merupakan
bagian dari Suriah (negeri-negeri Syam). Pada masa pemerintahan Arab di Damaskus
(sejak awal Oktober 1917 sampai Juli 1920), Palestina - meskipun dijajah Inggris -
menjadi perwakilan dalam muktamar umum Suriah. Bahkan surat kabar Arab yang
pertama kali terbit setelah penjajahan Inggris mengusung nama Suriah Selatan (Suriya
al Janubiyah). Kebanyakan tokoh-tokoh Palestina berada di Suriah (Damaskus),
diantaranya adalah para wakil dalam muktamar Suriah yang memproklamirkan
kemerdekaan Suriah pada tanggal 8 Maret 1920. Nama ini tidak pernah lenyap dari
Palestina kecuali setelah pertempuran Meislon, penjajahan Perancis atas Suriah dan
jatuhnya pemerintahan Arab di Suriah pada Juli 1920.3
Di bawah kolonialisme Inggris, perbatasan antara Palestina dengan Lebanon di satu
pihak dan Lebanon dengan Suriah di pihak lain. Ini berdasarkan perjanjian Inggris -
Perancis yang diadakan pada 23 Desember 1920, yang kemudian ada beberapa
perubahan pada tahun 1922 -1923. Adapun perbatasan Palestina dengan wilayah timur
Yordania ditetapkan oleh perutusan Palestina dan wilayah timur Yordania pada awal
September tahun 1922. Dengan penetapan perbatasan ini, maka luas wilayah Palestina
mencapai 27009 kilometer persegi, yang membentang antara garis 29 300 dan 33 150
lintang utara, dan antara garis 34 150 dan 35 400 bujur timur. Panjang perbatasan
Palestina dengan wilayah timur Yordania mencapai 360 kilometer, dengan Suriah
mencapai 70 kilometer, dengan Lebanon mencapai 79 kilometer dan dengan Mesir
mencapi 210 kilometer. Sedang pantai Palestina di Laut Tengah panjangnya mencapai
224 kilometer.4
- Secara mendasar, wilayah Palestina mungkin dapat kita bagi (dengan memotong
garis bujur) menjadi tiga wilayah. Yaitu wilayah pinggiran pantai, dataran tinggi
pegunungan yang menyebar di hampir seluruh wilayah Palestina dan galur Yordan
(wilayah dataran rendah Yordan). Wilayah pinggiran Palestina menyempit karena
bersebelahan dengan gunung Karmel di Haifa sampai 200 meter dan meluas ke arah
selatan mencapai 30 kilometer di wilayah Gaza. Di wilayah inilah terkonsentrasi
pemukiman penduduk dan kegiatan ekonomi dalam skala besar. Saat itu sekitar tiga
perempat penduduk Palestina terkonsentrasi di wilayah ini, di tambah aktifitas
ekonomi di pelabuhan khususnya di Haifa, wilayah-wilayah ini merupakan pusat
kegiatan pertanian strategis terutama produksi asam. Adapun dataran tinggi di wilayah
tengah Palestina, meliputi pegunungan Nablus, al Khalil (Hebron) dan perbukitan Nagev
yang luasnya mencapai 1000 meter. Kemudian gunul Halhul mencapai 1020 meter,
gunung Jurzaim dan ‘Aibal mencapai 940 meter. Dan di rangkaian pegunungan el Jalil
di wilayah utara Palestina, di situ ada gunung tertinggi di Palestina, menjulang gunung
el Jurmeq luasnya mencapai 1208 meter.
Di wilayah dataran tinggi ini berkembang sejumlah kota-kota penting Palestina seperti
al Quds (Jerusalem), Nablus, el Khalil (Hebron), Bethlehem dan Ramallah. Meskipun
wilayah-wilayah ini terbuka, namun sejak ribuan tahun tetap menjadi markas penduduk
yang bercirikan pedesaan. Sebagian besar wilayahnya tanah subur bagus untuk
pertanian. Para petani Palestina memanfaatkannya untuk memproduksi
kacang-kacangan, sayuran, pertanian zaitun, chrom, perkebunan buah badam dan di
tambah lagi padang gembala ternak.
Sedang bukit Nagev, yang luasnya mencapai 10 ribu kilometer persegi, merupakan
wilayah padang pasir yang sedikit sekalai memiliki potensi alam, kecuali daerah
pinggiran utara. Selebihnya tidak pernah mendapatkan curah hujan kecuali 50 mm atau
lebih kecil dari itu. Merupakan wilayah Palestina yang paling sedikit penduduknya.
Adapun wilayah dataran rendah (galur) Yordan, luasnya membentang 460 kilometer
dari kaki gunung Syaikh (sebelah utara) sampai teluk Aqabah (sebelah selatan),
membentang sepanjang garis perbatasan Palestina - Yordania, di bagian utara dilewati
sungai Yordan kemudian masuk danai Thabriya kemudia keluar dan bermuara di laut
Mati yang kedalamannya kurang dari 395 meter di bawah permukaan laut. Laut Mati
sendiri luasnya 940 kilometer persegi, airnya sangat asin bila dibandingkan dengan
danau atau laut-laut yang ada di dunia ini, tak satupun ada kehidupan laut di dalamnya.
Lembah Yordan dan Laut Mati merupakan wilayah yang paling rendah dari permukaan
air laut dibandingkan dengan tempat-tempat lain di dunia. Kekhasan wilayah ini adalah
panas yang tinggi sepanjang tahun. Penduduknya bertani kurma, pisang dan sayuran. Di
wilayah ini terdapat kota tertua dalam sejarah Palestina, yaitu kota Jericho (Ariha),
yang sudah berkembang pada tahun 8000 SM. Ke arah selatan dari Laut Mati
membentang galur Yordan lebih dari 150 kilometer, yang dinamakan dengan lembah
Arabah. Namun semakin ke arah selatan wilayah ini semakin bertambah tinggi,
kemudian kembali menurun sampai setinggi permukaan air laut di pantai teluk Aqabah.
Iklim yang berlaku di Palestina adalah iklim Laut Tengah secara umum, yaitu panas
kering di waktu musim panas dan hangat berhujan pada musim dingin (hujan). Curah
hujan berkisar antara 600 - 800 mm setiap tahun di wilayah dataran tinggi el Jalil,
Nablus, dan Khalil (Hebron). Di wilayah pinggiran pantai, semakin ke selatan curah
hujan semakin turun, mulai dari wilayah Karmel yang bercurah hujan 800 mm pertahun
sampai di Rafah yang bercurah hujan tinggal 150 mm pertahun. Sedangkan di wilayah
lembah Yordan, curah hujan mencapai 200 mm pertahun, di Nagev hanya mencapai 50
mm pertahun.
Sedang tingkat derajat panas secara umum beriklim sedang. Suhu terendah paling
dingin terjadi di kota al Quds (Jerusalem) pada bulan Januari sekitar 8º, dan pada bulan
Agustus 25º merupakan suhu panas tertinggi di al Quds. Di wilayah pantai suhu
terendah tidak kurang dari 19º dan pada bulan Agustus suhu panas tidak lebih dari 26º.
Namun pada situasi paling ekstrim, pada musim dingin suhu terendah bisa mencapai 0º,
terutama di wilayah dataran tinggi pegnungan, dan suhu tertinggi pada musim panas
bisa mencapai 40º terutama di wilayah lembah Yordan.5
Status Keislaman Palestina
Tanah Palestina memiliki status yang cukup istimewa dalam persepsi Islam, status
yang membuatnya menjadi pusat perhatian kaum muslimin dan menjadi tambatan hati
mereka. Berikut kami isyaratkan beberapa point yang menjadikan Palestina memiliki
status istimewa dalam Islam.
1. Di Palestina ada Masjid al Aqsha al Mubarak.
Masjid al Aqsha merupakan qiblat pertama kaum muslimin dalam shalat mereka. Selain
itu, al Aqsha dianggap sebagai masjid ketiga baik status maupun kedudukanya setelah
masjidil Haram dan masjid Nabawi. Disunnahkan untuk pergi dan mengunjunginya,
shalat di dalamnya dilipatgandakan sampai 500 kali shalat di masjid lain. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidak
boleh memaksakan perjalanan kecuali pergi ke tiga masjid: al Masjidil Haram, masjid
saya ini (masjid Nabawi - petj.) dan al Masjidil Aqsha.”6 Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Shalat di Masjidil Haram sebanding dengan 100 ribu kali shalat, dan
shalat di masjid saya sebanding dengan 1000 kali shalat, dan shalat di Baitul Maqdis
(Masjidil Aqsha) sebanding dengan 500 kali shalat.”7 Diriwayatkan dari al Barra’ bin
Azib radhiyallahu ‘anhu, “Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika
pertama kali tiba di Madinah adalah mengunjungi kerabatnya (keluarga ibunya, pent)
dari Anshar, bahwasanya beliau shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis.”8
Imam Thabari dalam kita tarikhnya meriwayatkan dari Qatadah berkata, “Mereka
(kaum muslimin Madinah) shalat menghadap ke arah Baitul Maqdis, sedang Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam waktu itu berada di Mekah belum hijrah. Ketika Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam hijrah ke Madinah beliau shalat menghadap ke arah Baitul
Maqdis selama 16 bulan, kemudia setelah itu kiblat berubah ke arah Ka’bah Baitul
Haram.”9
Diriwayatkan dari Abu Dzar al Ghifari radhiyallahu ‘anhu berkata, saya bertanya
kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang masjid yang pertama kali
dibangun di atas bumi, beliau bersabda, “al Masjidul Haram.” Saya bertanya, kemudian
apa lagi?, beliau menjawab, “al Masjidul Aqsha.”10 Dan dari Maimunah (hamba sahaya
yang dimerdekakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam) radhiyallahu ‘anhu berkata,
wahai Rasulullah berikan fatwa kepada kami mengenai Baitul Maqdis. Maka Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Datangilah ia dan shalatlah kalian didalamnya.
Sekiranya kalian tidak bisa datang dan shalat di sana maka kirimlah minyak untuk
pelita-pelitanya.”11
Diriwayatkan dari Ummul Mukminin Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya
dia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa
memulai haji atau umrah dari Masjidil Aqsha sampai ke Masjidil Haram, maka diampuni
dosa-dosanya yang telah lalu dan yang akan datang,” atau dalam riwayat lain, “Dia
berhak mendapatkan surga.” Kemudian beliau bersabda, “Allah merahmati orang yang
berihram dari Baitul Maqdis (yakni ke Mekah).”12 Juga diriwayatkan oleh al Baihaqi dan
Ibnu Hibban di dalam kitab shahihnya yang lafadznya, saya mendegar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa memulai umrah dari Masjidil
Aqsha, diapuni dosany yang telah lalu dan yang akan datang.” Dikatakan, kemudian
Ummu Hakim berangkat ke Baitul Maqdis dan memulai umrah dari sana.
2. Palestina adalah tanah yang diberkati Allah subhanahu wa ta’ala.
Hal ini sesuai dengan apa yang ditegaskan dalam al Quran al Karim,
من ءایاتنآ إنھ ھو الحرام إلى المسجد األقصا الذي باركنا حولھ لنریھ سبحان الذي أسرى بعبده لیال من المسجد البصیر السمیع
Artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam
dari Al-Masjidil Haram ke Al-Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar
Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia
adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”13
Allah berfirman,
ناه ولوطا إلى األرض التي باركناونجی فیھا للعالمین
“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri yang Kami telah
memberkahinya untuk sekalian manusia.” 14
Ibnu Katsir berkata, maksudnya adalah negeri Syam.15
Allah berfirman,
عالمین األرض التي باركنا فیھا وكنا بكل شىء ولسلیمان الریح عاصفة تجري بأمره إلى
Artinya: “Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang
tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah
memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu.”16
Ibnu Katsir Berkata: maksudnya adalah negeri Syam.17
Allah berfirman,
وأیاما ءامنین فیھا السیر سیروا فیھا لیالىفیھا قرى ظاھرة وقدرنا وجعلنا بینھم وبین القرى التي باركنا
Artinya: “Dan kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami
limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan
antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan.Berjalanlah kamu di kota-kota itu
pada malam dan siang hari dengan aman.” 18
Ibnu Abbas berkata, maksud dari al qura allati barakna fiha (antara negeri-negeri yang
Kami limpahkan berkat kepadanya ) adalah Baitul Maqdis.19 Berkah di sini bisa berarti
secara fisik dan maknawi; berupa buah-buahan yang dihasilkan maupun kekayaan
alamnya, atau kekhususan status dan kedudukannya juga karena Palestina merupakan
tempat diutusnya para nabi dan tempat turunnya para malaikat.
3. Palestina adalah tanah suci.
Ini berdasarkan nash al Quran, di mana Allah subhanahu wa ta’ala berfirman lewat
lisan Nabi Musa ‘alaihis salam,
خاسرین اهللا لكم وال ترتدوا على أدباركم فتنقلبوا یاقوم ادخلوا األرض المقدسة التي كتب
Artinya: “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah
bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena kamu takut kepada musuh), maka
kamu menjadi orang-orang yang merugi.” 20
Az Zajjaj berkata, yang dimaksud dengan ardhul muqaddasah adalah tanah suci (at
thahirah). Konon dinamakan muqaddasah karena bersih dari kesyirikan dan dijadikan
tempa tinggal bagi para nabi dan orang-orang beriman. Al Kalabi berkata, yang
dimaksud ardhul muqaddasah adalah Damaskus, Palestina dan sebagian Yordania.
Qatadah berkata, yang dimaksud adalah seluruh negeri Syam.21
4. Palestina adalah tanah para nabi dan tempat diutusnya mereka.
Di antara para nabi dan rasul yang pernah hidup di Palestina, seperti disebutkan dalam
al Quran al Karim, adalah Ibrahim dan Ismail, Ishak, Ya’qub, Yusuf dan Lud, Dawud,
Sulaiman, Shaleh, Yakariya, Yahya dan Isa ‘alaihimus salam. Dan Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah mengunjunginya. Juga telah
tinggal di Palestina nabi-nabi Bani Israel; kaum yang memang banyak dihiasi oleh
nabi-nabi, setiap kali nabi wafat Allah utus nabi baru. Dan di antara nabi mereka yang
tersebut di dalam hadits shahih adalah Nabi Yusha’ ‘alaihis salam.22 Oleh karena itu,
mana kala kaum muslimun membaca al Quran al Karim mereka merasakan adanya
ikatan yang agung antara diri mereka dengan tanah suci Palestina ini, karena
pertarungan antara yang hak dan yang bathil terpusat di tanah ini. Karena mereka juga
meyakini bahwa mereka adalah pengusung warisan para nabi dan yang mengangkat
panji-panji mereka.
Di Palestina banyak pemakaman, peninggalan, dan penziarahan para anbiya’. Semua
itu mengabadikan kenangan tinggal dan kunjungan mereka di tempat-tempat ini.
Ibrahim yang merupakan bapak para nabi, namanya diabadikan untuk sebutan sebuah
kota terpenting di Palestina, yaitu al Khalil (Hebron). Petilasannya ada di kota ini di
dalam al Haram al Ibrahimi. Untuk nabi Shaleh, ada tujuh tempat yang mengabadikan
kenangan bahwa dia pernah tinggal di Palestina, salah satunya ada di Ramelah, di sini
ada musim ziarah tahunan yang amat terkenal yaitu pada bulan April setiap tahun. Ada
sebuah desa di pinggiran kota Tulkarm bernama Ertah, secara estafet dari generasi ke
generasi orang menyebut bahwa nabi Ya’kub pernah beristirahat (Irtaha) di sana.
Di Palestina ada lebih dari satu maqam (petilasan) Nabi Syu’aib. Ada tempat yang
sangat terkenal petilasan Nabi Musa ‘alaihis salam dekat Jericho (Ariha). Di al Quds
ada makam Nabi Dawud ‘alaihis salam. Sementara Nabi Isa ‘alaihis salam memiliki
lebih dari satu tempat yang mengabdikan kenangannya di al Quds, Bethelehem,
Nashira dan yang lainnya.23
5. Palestina adalah tempat isra’nya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Allah subhanahu wa ta’ala telah memilih Palestina sebagai tempat isra’nya Nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha. Dari sini
pula Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bermi’raj ke langit. Dengan peristiwa ini Allah
memuliakan dan mengagungkan Masjidil Aqsha dan tanah Palestina, dengan
menjadikan Baitul Maqdis sebagai pintu menuju langit. Di Masjidil Aqsha Allah
kumpulkan para nabi bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk
shalat berjama’ah yang diimami oleh beliau. Semua itu adalah bukti-bukti
kelangsungan risalah tauhid yang dibawa oleh para nabi, juga berpindahnya imamah,
kepemimpinan dan tanggungjawab risalah (misi) kepada umat Islam.
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Saya diberi Buraq kemudian saya tunggangi hingga sampai di Baitul Maqdis
terus saya ikat dengan rantai yang biasa digunakan para nabi untuk mengikat. Kemudia
saya masuk masjid dan shalat dua rakaat. Selanjutnya saya dibawa mi’raj menuju
langit.” 24 25
6. Para Malaikat mengepakkan sayapnya di atas tanah Palestina.
Dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu
berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Duhai,
beruntungnya negeri Syam. Duhai, beruntungnya negeri Syam.” Kemudian para
shahabat bertanya, kenapa bisa begitu wahai Rasulullah? Beliau bersabda, “Mereka
para malaikat Allah mengepakkan sayapnya di atas negeri Syam.”26 Dan Palestina
adalah bagian dari negeri Syam.
7. Palestina adalah tanah Mahsyar dan Mansyar (tempat dikumpulkan dan disebarkan)
manusia.
Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanad dari Maimunah binti Sa’d radhiyallahu
‘anha, dia berkata, “Wahai Nabi Allah, fatwakan kepada kami mengenai Baitul Maqdis.
Beliau bersabada, “Tanah Mahsyar dan Mansyar.”27
8. Palestina adalah rumah negeri Islam saat terjadi cobaan dan fitnah begitu dahsyat.
Dari Salamah bin Nufail berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Rumah negeri Islam adalah di Syam.”28 Dan dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu
berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, “Saya melihat
tiang-tiang al Kitab (al Quran) tercerabut dari bawah bantalku. Maka saya lihat ketika
tiba-tiba ada cahaya yang berkilauan menyangga menuju Syam, ketahuilah iman itu ada
di Syam ketika terjadi fitnah.”29
9. Orang yang tinggal di Palestina dinilai layaknya mujahid dan murabith (penjaga
keamanan dari serangan musuh) di jalan Allah.
Dari Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
telah bersabda, “Penduduk Syam beserta istri-istri, keluarga, hamba sahaya mereka
baik yang laki-laki mapun perempuan, sampai ujung pulau adalah para murabith di jalan
Allah. Maka barang siapa menduduki salah satu kota dari kota-kotanya maka dia
sedang murabith, dan barang siapa menduduki satu benteng kota maka dia dalam
jihad.”30
10. Banyak hadits yang saling menjelaskan dan menguatkan bahwa thaifah manshurah
(kelompok yang mendapat pertolongan) yang konsisten dalam kebenaran (al haq) ada
di Syam, khususnya di Baitul Maqdis dan sekitarnya.
Diriwayatkan dari Abu Umamah, secara marfu’ kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, beliau bersabda, “Akan tetap ada sekelompok umatku berada dalam kebenaran,
tak terkalahkan oleh musuh-musuhnya sampai datangnya putusan Allah sedang
mereka tetap demikian.” Kemudian ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, “Wahai Rasulullah, dimanakah mereka?” Beliau bersabda, “Baitul Maqdis dan
daerah sekitarnya.”31
Hak Historis dan Religius Tanah Palestina
Argumentasi orang-orang Yahudi melakukan perampasan terhadap tanah Palestina
dan mendirikan entitas negara Yahudi di sana, didasarkan pada klaim-klaim agama dan
sejarah. Berikut ini kita coba mendiskusikan masalah Palestina dari dua sisi ini.
Pertama: Klaim-klaim Agama
Yang aneh berkaitan dengan klaim agama adalah bahwa orang-orang Yahudi
menginginkan orang lain merelakan dan mengimani apa yang mereka yakini dan imani.
Sekiranya kaum Muslimin meyakini dan mengimani hak Yahudi di Palestina tentu tidak
terjadi berbagai konflik dan perang. Titik temu kerelaan secara agamis mengharuskan
salah satu pihak mengimani apa yang ada pada pihak lain. Itulah yang menjadikan
masalah ini serba ganjil secara logika, dikarenakan tidak ada standar akurat yang dapat
diterima oleh kedua belah pihak, yang bisa dijadikan sandaran hukum kepadanya.
Yahudi membangun klaim-klaim agama berdasarkan apa yang mereka nukil dari Taurat
yang telah dirubah, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan tanah
Palestina kepada Ibrahim dan anak keturunannya. Di antaranya yang termaktub dalam
Taurat mereka, “Tuhan telah berfirman kepada Ibrahim, ‘Pergilah engkau dari
negerimu, dari keluarga dan rumah bapakmu ke negeri yang Aku beritahukan
kepadamu’…Maka Ibrahim pergi sebagaimana firman Tuhan …Sampailah di negeri
Kan’an…Dan Tuhan menampakkan diri kepada Ibrahim dan berfirman, ‘Untuk
keturunanmu Ku-berikan negeri ini’.”32
Dalam Taurat yang telah dirubah itu juga termaktub, “Dan Ibrahim tinggal di negeri
Kan’an, Tuhan berfirman kepadanya, ‘Angkatlah kedua matamu dan lihatlah dari posisi
kamu berada ke arah utara, selatan, barat dan timur. Karena seluruh bumi yang kamu
lihat Aku berikan kepadamu dan anak keturunanmu untuk selama-lamanya’.”33 Juga
termaktub teks yang berbunyi, “Tuhan telah menegaskan janji dengan Ibrahim seraya
berfirman, ‘Untuk anak keturunanmu Aku berikan negeri ini dari sungai Mesir sampai
sungai besar, Sungai Efrat’.”34
Mereka juga berargumen dengan peninggalan-peninggalan para nabi Bani Israel di
tanah suci Palestina dan upaya perjalanan mereka untuk menempatkan
pengikut-pengikut mereka di sana, serta masa kekuasaan mereka atas negeri
Palestina seperti yang dilakukan oleh Musa, Yusya’, Dawud dan Sulaiman ‘alaihimus
salam. Namun Islam melihat masalah ini dari sisi yang berbeda. Secara global bantahan
Islam terhadap Yahudi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pertama: Umat Islam mengimani seluruh nabi yang ada, dan itu merupakan rukun iman
mereka. Mengingkari siapa pun dari mereka yang telah ditetapkan risalahnya -
termasuk di dalamnya adalah para nabi Bani Israel - adalah kufur yang dapat
mengeluarkan seseorang dari Islam. Namun umat Islam meyakini bahwa Yahudi telah
merubah Taurat, mereka telah mendustakan nabi-nabi mereka dan membunuh
sebagian dari mereka, tidak mau mengikuti petunjuk para nabi mereka. Umat Islam
berkeyakinan, merekalah pengikut para nabi yang sebenarnya dan menjadi pewaris
risalahnya, pada saat ini, bukan Yahudi.
Bila ikatan aqidah dan iman adalah asas yang menjadi pusat berhimpunnya umat Islam
meskipun mereka berbeda-beda jenis dan suku, maka umat Islam lah sebenarnya yang
berhak mewarisi risalah para nabi, termasuk di dalamnya nabi-nabi Bani Israel. Karena
umat Islam lah yang masih mengangkat panji yang dikibarkan para nabi. Umat Islam
menapaki jalan dengan mengikuti langkah dan jalan para nabi. Mereka para nabi adalah
orang-orang muslim (yang berserah diri) dan bertauhid sesuai dengan pemahaman
qur’ani. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
إن أولى الناس بإبراھیم للذین. نوماكان من المشركی إبراھیم یھودیا وال نصرانیا ولكن كان حنیفا مسلما ماكان
المؤمنین اتبعوه وھذا النبي والذین ءامنوا واهللا ولي
Artinya: “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi
dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah
dia termasuk golongan orang-orang musyrik”. Sesungguhnya orang yang paling dekat
kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta
orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua
orang-orang yang beriman.”35
Allah berfirman,
ربنا واجعلنا. تقبل منآ إنك أنت السمیع العلیم یرفع إبراھیم القواعد من البیت وإسماعیل ربنا وإذ مسلمین لك ومن ربنا. نآ إنك أنت التواب الرحیممناسكنا وتب علی ذریتنآ أمة مسلمة لك وأرنا وابعث فیھم رسوال منھم یتلوا علیھم ال من سفھ نفسھومن یرغب عن ملة إبراھیم إ. الحكیم ویعلمھم الكتاب والحكمة ویزكیھم إنك أنت العزیز ءایاتك
إذ قال لھ ربھ أسلم قال أسلمت لرب. الصالحین ولقد اصطفیناه في الدنیا وإنھ في األخرة لمن ووصى . العالمین
صطفى لكم الدین فال تموتن إال وأنتم مسلموناهللا ا بھآإبراھیم بنیھ ویعقوب یابني إن أم كنتم شھدآء إذ حضر .اق إالھا واحدا إبراھیم وإسماعیل وإسح تعبدون من بعدي قالوا نعبد إلھك وإلھ ءابآئك یعقوب الموت إذ قال لبنیھ ما مسلمون ونحن لھ
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa:”Ya Rabb-ku, jadikanlah negeri ini,
negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah
berfirman:”Dan kepada orang kafir pun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku
paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. Dan
(ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah beserta Ismail
(seraya berdoa):”Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Rabb kami, jadikanlah kami
berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak-cucu
kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara
dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. Ya Rabb kami, utuslah
untuk mereka seorang Rasul dari kalangan, yang akan membacakan kepada mereka
ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (al-Qur’an) dan hikmah
serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, kecuali orang yang
memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan
sesungguhnya dia di akhirat benar-benar termasuk orang yang saleh. Ketika Rabb-nya
berfirman kepadanya:”Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab:”Aku tunduk patuh kepada
Rabb semesta alam”. Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya,
demikian pula Ya’kub. (Ibrahim berkata):”Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama
Islam”. Adakah kamu hadir ketika Ya’kub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia
berkata kepada anak-anaknya:”Apa yang kamu sembah sepeninggalku”. Mereka
menjawab:”Kami akan menyembah Rabb-mu dan Rabb nenek moyangmu, Ibrahim,
Isma’il, dan Ishaq, (yaitu) Rabb Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk kepada-Nya.”36
al Baqarah 126-133
Secara umum, umat tauhid hanya satu sejak masa Nabi Adam ‘alaihis salam sampai
Allah mewariskan bumi beserta siapa yang ada di dalamnya. Para nabi dan rasul Allah
beserta para pengikutnya adalah bagian dari umat tauhid. Dakwah Islam adalah tongkat
estafet yang melanjutkan dakwah mereka, dan umat Islam adalah orang yang lebih
berhak (sebagai pewaris) nabi-nabi Allah dan rasul-Nya beserta peninggalannya.
Maka, kekayaan para nabi adalah kekayaan kita, pengalaman mereka adalah
pengalaman kita, sejarah mereka adalah sejarah kita dan syariat (legalitas) Allah yang
telah memberikan tanah Palestina kepada para nabi dan pengikut mereka dalam
memimpin tanah suci yang diberkati, adalah bukti legalitas dan hak kita untuk tinggal
dan memimpin negeri Palestina.
Kedua: Umat Islam meyakini bahwa Allah subhanahu wa ta’ala telah memberikan
negeri Palestina kepada Bani Israel dalam jangka waktu tertentu; ketika mereka berada
pada jalan yang lurus sesuai dengan perintah Allah dan ketika mereka memerankan
sebagai umat tauhid di masa-masa yang telah lalu. Kita tidak perlu sungkan dan
ragu-ragu menyebutkan hakikat yang sebenarnya ini. Karena kalau tidak, berarti kita
menyelisihi ketegasan al Quran. Di antaranya adalah ungkapan Musa ‘alaihis salam
kepada kaumnya,
على أدباركم فتنقلبوا خاسرین ادخلوا األرض المقدسة التي كتب اهللا لكم وال ترتدوا یاقوم
Artinya: “Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah
bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena kamu takut kepada musuh), maka
kamu menjadi orang-orang yang merugi.37
Namun syariat legalitas ini berlaku sepanjang mereka komitmen dengan tauhid dan
komitmen dengan manhaj (metode) Allah. Legalitas itu menjadi tidak berlaku manakala
mereka mengingkari (kufur) kepada Allah, tidak mentaati para rasul-Nya, membunuh
nabi-nabi mereka, mengingkari janji dan sumpah, serta menolak mengikuti risalah Islam
yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, seorang Rasul yang
telah dikabarkan oleh nabi-nabi Bani Israel. Allah berfirman,
ھاھم عن المنكر ویحلواإلنجیل یأمرھم بالمعروف وین النبي األمي الذي یجدونھ مكتوبا عندھم في التوراة الرسول
علیھم إصرھم واألغالل التي كانت لھم الطیبات ویحرم علیھم الخبائث ویضع عنھم
Artinya: “Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam
Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang
ma’ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan
membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka.” 38
Allah berfirman,
برسول یأتي من بعدي اسمھ أحمد مبشرا
Artinya: “memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan
datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).” 39
Allah berfirman,
لنا قلوبھم قاسیةنقضھم میثاقھم لعناھم وجع فبما یحرفون الكلم عن مواضعھ
Artinya: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami
jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka merubah perkataan (Allah) dari
tempat-tempatnya.” 40
Allah berfirman,
الطاغوت وغضب علیھ وجعل منھم القردة والخنازیر وعبد أنبئكم بشر من ذلك مثوبة عند اهللا من لعنھ اهللا قل ھل السبیل أوالئك شر مكانا وأضل عن سوآء
Artinya: “Katakanlah:”Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang
lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik ) itu di sisi Allah, yaitu orang-orang
yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi
(dan orang yang) menyembah Thagut”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih
tersesat dari jalan yang lurus.” 41
Karenanya, syariat legalitas penguasaan tanah suci Palestina berpindah kepada umat
yang berjalan di atas manhaj (metode) para nabi dan mengusung panji mereka, yaitu
umat Islam. Persoalannya dalam pemahaman kita bukan terletak pada suku, keturunan
maupun bangsa. Namun terletak pada komitmen mengikuti manhaj.
Orang-orang Yahudi telah merubah keindahan tauhid, mereka melakukan kebohongan
yang diada-adakan terhadap Allah dan memalsukan sejarah para nabi mereka. Sebagai
contoh adalah yang disebutkan Taurat yang sudah dirubah dan Talmud, bahwa Allah -
Maha Tinggi atas apa yang mereka katakan - bermain dengan hiu dan ikan-ikan setiap
hari selama tiga jam. Bahwa Dia menangis atas hancurnya Haikal (Sulaiman) sampai
mengecil ukurannya dari tujuh langit menjadi empat langit. Bahwa gempa bumi dan
badai topan terjadi akibat turunnya air mata Allah ke laut berupa darah atas
keroposnya Haikal.42 Belum lagi yang disebutkan al Quran mengenai klaim-klaim
mereka,
Allah berfirman,
قالوا الیھود ید اهللا مغلولة غلت أیدیھم ولعنوا بما وقالت
Artinya: “Orang-orang Yahudi berkata:”Tangan Allah terbelenggu”, sebenarnya tangan
merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah
mereka katakan itu.” 43
Allah berfirman,
ماقالوا وقتلھم األنبیآء بغیر حق ونقول ذوقوا عذاب قول الذین قالوا إن اهللا فقیر ونحن أغنیآء سنكتب لقد سمع اهللا الحریق
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang
mengatakan:”Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya”. Kami akan mencatat
perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang
benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka):”Rasakanlah olehmu azab yang
membakar”.44
Allah berfirman,
ذلك قولھم بأفواھھم یضاھئون قول الذین كفروا من الیھود عزیر ابن اهللا وقالت النصارى المسیح ابن اهللا وقالت قبل قاتلھم اهللا أنى یؤفكون
Artinya: “Orang-orang Yahudi berkata:”Uzair itu putra Allah” dan orang-orang Nasrani
berkata:”Al-Masih itu putra Allah”. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut
mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu. Dilaknati Allah-lah
mereka; bagaimana mereka sampai berpaling.” 45
Orang-orang Yahudi juga menyatakan Nabi Yakub sebagai pencuri patung emas
bapaknya, Yakub berkelahi dengan Allah (!!) di dekat Nablus, karena itu dia disebut
Israel. Mereka juga menisbatkan kepada Yakub telah menyuap saudaranya dan menipu
bapaknya, dia mendiamkan zina kedua putrinya dan telah menyekutukan Tuhannya…!!
Bandingkan semua itu terhadap apa yang mereka sebutkan mengenai nabi-nabi yang
lain.46
Orang-orang Yahudi sendiri mengakui kemungkaran yang mereka lakukan terhadap hak
Allah dan nabi-nabi-Nya. Mereka menyebutkan rajanya yang bernama Yuhaz Bin