Top Banner
MAKALAH Sejarah Perkembangan Farmasi Disusun Oleh : Ai Nurhizjah Merlin Christiyan Muhammad Noerzamzam Rahayu Fadillah Laila Raida Widyani Risyda Fauziah Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIVERSITAS GARUT Jl. Jati No. 42 B. Tarogong, Garut, Jawa Barat. Telp/Fax. (0262) 540007
15

sejarah kefarmasian

Oct 27, 2015

Download

Documents

Raida Widyani
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: sejarah kefarmasian

MAKALAH Sejarah Perkembangan Farmasi

Disusun Oleh :

Ai Nurhizjah

Merlin Christiyan

Muhammad Noerzamzam

Rahayu Fadillah Laila

Raida Widyani

Risyda Fauziah

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

UNIVERSITAS GARUT Jl. Jati No. 42 B. Tarogong, Garut, Jawa Barat. Telp/Fax. (0262) 540007

Page 2: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena

berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun

makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Dalam makalah ini

kami akan membahas mengenai “Sejarah Perkembangan Farmasi”.

Makalah ini berisikan tentang sejarah perkembangan farmasi dari masa ke

masa, dari zaman yunani hingga zaman modern. Dan di dalamnya membahas

tentang momentum, tokoh-tokoh, perkermbangan farmasi di indonesia dan tren

dunia farmasi ke depan.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada

makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran

serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat

kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Garut, 03 Oktober 2013

Penyusun

Page 3: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................ 2

Daftar Isi ......................................................................................... 3

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................... 4

1.2 Rumusan Masalah.......................................................... 4

1.3 Tujuan Penulisan............................................................ 5

1.4 Manfaat penulisan.......................................................... 5

1.5 Metode Pengumpulan Data............................................ 5

1.6 Batasan Masalah............................................................. 5

PEMBAHASAN

2.1 Farmasi Jaman Pra Sejarah............................................. 6

2.2 Farmasi Jaman Babylonia-Assyria....................................6

2.3 Sejarah Dunia Farmasi......................................................7

2.4 Sejarah Farmasi di Indonesia........................................... 9

2.5 Tokoh-Tokoh yang Berjasa dalam

Pengembangan Kefarmasian........................................ ...10

PENUTUP

3.1 Kesimpulan ..................................................................... 14

3.2 Saran................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................15

Page 4: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmasi merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang

merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai

tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang

lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan

dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan

dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik,

evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Perkembangan Farmasi dari zaman dahulu sampai

sekarang?

2. Siapa saja tokoh dalam kefarmasian?

3. Bagaimana perkembangan farmasi di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan Makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Farmasi” ini

tidak sekedar tulisan saja tetapi memiliki suatu tujuan tertentu. Tujuan dari

penulisan makalah ini adalah:

1. Mengetahui dengan jelas sejarah perkembangan farmasi

2. Mengetahui apa momentum-momentum dalam farmasi 3. Memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah

Pengantar Farmasi

1.4 Manfaat Penulisan

Ketika penulis menulis makalah tersebut, penulis berharap makalah ini

bisa bermanfaat bagi para pembaca dan penulis berharap manfaat dari makalah

tersebut adalah :

1. Pembaca bisa mengetahui momentum-momentum dalam ke farmasian

2. Pembaca bisa mengetahui sejarah perkembangan kefarmasian

3. Pembaca bisa mengetahui tokoh-tokoh yang mengembangkan Ilmu

kefarmasian

Page 5: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

1.5 Metode Pengumpulan Data

Selama proses penulisan makalah tersebut, penulis menggunakan Metode

Browsing. Metode Browsing adalah penulis mengambil referensi dari Internet,

penulis mencari dan mengumpulkan data dan sumber-sumber pendukung materi

makalah dengan cara mencari di internet (browsing).

I.6 Batasan Masalah

Melihat dari latar belakang masalah dan materi yang akan dibahas dalam

makalah tersebut, maka penulis memiliki batasan masalah agar permasalahan

yang dibahas tidak terlalu luas. Batasan masalahnya adalah :

1. Momentum-momentum dalam kefarmasian

2. Tokoh-tokoh dalam kefarmasian

3. Perkembangan farmasi di dunia

4. Perkembangan farmasi di indonesi

Page 6: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Farmasi Jaman Pra Sejarah

Diantara beberapa karakteristik yang unik dari Homo sapiens adalah

kemampuannya untuk mengatasi penyakit, baik fisik maupun mental dengan

menggunakan obat-obatan. Dari bukti arkeologi didapatkan bahwa pencarian

terhadap obat-obatan setua pencarian manusia terhadap peralatan lain. Seperti

halnya bebatuan yang digunakan untuk pisau dan kapak, obat-obatan pun jarang

sekali tersedia dalam bentuk siap pakai. Bahan-bahan obat tersebut harus

dikumpulkan, diproses dan disiapkan; kemudian digabungkan menjadi satu untuk

digunakan dalam pengobatan. Aktivitas ini, telah dilakukan jauh sebelum sejarah

manusia dimulai dan sampai sekarang tetap menjadi fokus utama praktek

kefarmasian.

Manusia purba belajar dari insting atau naluri, dengan melakukan

pengamatan terhadap hewan. Pertama kali mereka menggunakan air dingin,

sehelai daun, debu, bahkan lumpur untuk pengobatan4. Naluri untuk

menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamnya dalam air dingin atau

menempelkan daun segar pada luka tersebut atau menutupinya dengan lumpur,

hanya berdasarkan kepercayaan. Manusia purba belajar dari pengalaman dan

mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain. Dari sinilah

permulaan terapi dengan obat dimulai. Mereka menularkan pengetahuan ini

kepada sesamanya. Walupun metode yang mereka gunakan masih kasar, akan

tetapi banyak sekali obat-obatan yang ada saat ini diperoleh dari sumbernya

dengan metode sederhana dan mendasar seperti yang telah mereka lakukan.

2.2 Farmasi Jaman Babylonia-Assyria

Pada daerah selatan kerajaan Babylonia (sekarang Iraq), bangsa Sumeria

telah mengembangkan sistem tulis-menulis sekitar tahun 3000 SM sehingga

mereka telah memasuki periode sejarah. Bangsa Babylonia melakukan observasi

terhadap planet-planet dan bintang-bintang yang mendasari ilmu astronomi dan

astrologi saat ini. Kedudukan dan gerakan bintang-bintang diduga mempengaruhi

kejadian di bumi. Kepercayaan ini kemudian diadopsi oleh ilmu kedokteran dan

kefarmasian berikutnya. Bangsa Sumeria dan pewarisnya yakni bangsa Babylonia

dan Assyria telah meninggalkan ribuan tablet lempung dalam puing-puing

peninggalan mereka sebagai salah satu peninggalan peradaban manusia yang

paling berharga. Sejarah mereka terkubur rapat-rapat dalam tablet lempung

tersebut hingga berabad-abad berikutnya sekelompok sejarahwan berhasil

mengungkap “bagian yang hilang” dari catatan-catatan kuno ini.

Dari penelitian terhadap catatan-catatan kuno tersebut disebutkan 3 aspek

yang paling berpengaruh dalam ilmu pengobatan Babylonia-Assyria yakni :

ketuhanan (divination), pengusiran roh jahat/setan (excorcism) dan penggunaan

obat-obatan. Tiga aspek tersebut merupakan satu-kesatuan yang sulit untuk

Page 7: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

dipisahkan. Penyakit adalah kutukan atau hukuman Tuhan, sedangkan pengobatan

adalah pembersihan/pensucian dari kedua hal tersebut. Konsep tersebut dikenal

sebagai katarsis (catharsis). Konsep ini menjelaskan makna asli kata “pharmakon”

(Yunani), yang merupakan asal kata pharmacy (farmasi). Konsep pharmakon

dijelaskan sebagai berbagai usaha penyembuhan atau pensucian dengan cara

mengeluarkan atau membersihkan. Yang menarik, di dalam farmakologi (ilmu

tentang obat dan mekanisme kerjanya) dikenal obat katartik atau pencahar, yakni

obat yang bekerja meningkatkan motilitas kolon (usus besar) sehingga

meningkatkan pengeluaran tinja (feses).

Para pendeta di masa itu berperan sebagai rohaniwan (diviner) dan

pengusir setan, yang mendukung peran mereka sebagai penyembuh/dokter. Dalam

literatur lain disebutkan bahwa terdapat pemisahan profesi penyembuh di antara

bangsa Babylonia, yakni penyembuh empiris dan penyembuh yang spiritualis.

Penyembuh spiritualis dikenal sebagai asipu, yang menekankan pada penggunaan

mantra/doa-doa bersama dengan batu-batu bertuah/jimat-jimat dalam pengobatan.

Pada salah satu tablet lempung tercatat adanya mantra/doa yang tertulis di

awal dan di akhir suatu formula obat. Mantra/doa tersebut diharapkan memberi

kekuatan menyembuhkan kepada obat-obatan yang telah dibuat. Fenomena ini

mungkin masih sering dijumpai di berbagai pengobatan tradisional atau

pengobatan alternatif bangsa kita. Penyembuh empiris dikenal sebagai asu, yang

menggunakan obat/ramuan tertentu dalam bentuk sediaan farmasi yang sekarang

masih digunakan seperti : pil, supositoria, enema, bilasan, dan salep. Kedua

penyembuh tersebut seringkali bekerjasama dalam menangani penyakit yang

berat/sulit disembuhkan. Selain kedua penyembuh tersebut terdapat sekelompok

orang yang juga meracik obat dan kosmetik yang disebut pasisu. Akan tetapi

peranan dan kedudukan mereka dalam pengobatan belum diketahui secara pasti.

2.3 Sejarah Dunia Farmasi

Farmasi dalam bahasa Inggris adalah pharmacy, bahasa Yunani adalah

pharmacon, yang mempunyai arti obat. Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu

profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu fisika

dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung jawab memastikan efektivitas dan

keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi sangat luas

termasuk penelitian, pembuatan, peracikan, penyediaan sediaan obat, pengujian,

serta pelayanan informasi obat atau berhubungan dengan layanan terhadap pasien

di antaranya layanan kefarmasian.

Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu

Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Saat itu seorang “Dokter”

yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang Apoteker yang

menyiapkan obat. Semakin berkembangnya ilmu kesehatan masalah penyediaan

obat semakin rumit, baik formula maupun cara pembuatannya, sehingga

dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman

Frederick II memerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan

Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu

Page 8: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

hal yang perlu digarisbawahi adalah akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah

sama.

Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah

yang dipakai pada tahun 1400 - 1600an.

Sejarah Perkembangan Farmasi :

1. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit

dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi.

2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran”

dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis

tumbuhan.

3. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode

pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan

sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan

pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia,

dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik.

4. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan

obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari

bahan yang sudah diketahui zat aktifnya

5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek

farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan

:”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by

experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian

farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada

hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan

persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia.

6. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf

Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya

Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain

menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor

obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep

tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J.

Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman.

Pendidikan farmasi berkembang seiring dengan pola perkembangan

teknologi agar mampu menghasilkan produk obat yang memenuhi

persyaratan dan sesuai dengan kebutuhan, dampak revolusi industri

merambah dunia farmasi dengan timbulnya industri-industri obat,

sehingga terpisahlah kegiatan farmasi di bidang industri obat dan di bidang

penyedia atau peracik obat. Dalam hal ini keahlian kefarmasian jauh lebih

dibutuhkan di sebuah industri farmasi dari pada apotek. Dapat dikatakan

bahwa farmasi identik dengan teknologi pembuatan obat. dilihat dari sisi

pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum merupakan

bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA (Matematika

dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni

(basic science) dan buku Pharmaceutical handbook menyatakan bahwa

farmasi merupakan bidang yang menyangkut semua aspek obat, meliputi :

Page 9: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

isolasi atau sintesis, pembuatan, pengendalian, distribusi dan penggunaan.

.Di Inggris, sejak tahun 1962, dimulai suatu era baru dalam pendidikan

farmasi, karena pendidikan farmasi yang semula menjadi bagian dari

MIPA, berubah menjadi suatu bidang yang berdiri sendiri secara utuh

berkembang ke arah “patient oriented”, memuculkan berkembangnya

Clinical Pharmacy (Farmasi klinik).

Di USA telah disadari sejak tahun 1963 bahwa masyarakat dan profesional

lain memerlukan informasi obat yang seharusnya datang dari para

apoteker. Temuan tahun 1975 mengungkapkan pernyataan para dokter

bahwa apoteker merupakan informasi obat yang “parah”, tidak mampu

memenuhi kebutuhan para dokter akan informasi obat. Apoteker yang

berkualits dinilai amat jarang atau langka, bahkan dikatakan bahwa

dibandingkan dengan apoteker, medical representatif dari industri farmasi

justru lebih merupakan sumber informasi obat bagi para dokter.

Perkembangan terakhir adalah timbulnya konsep “Pharmaceutical Care”

yang membawa para praktisi maupun para “profesor” ke arah “wilayah”

pasien.

Secara global terlihat perubahan arus positif farmasi menuju ke arah

akarnya semula yaitu sebagai mitra dokter dalam pelayanan pada pasien.

Apoteker diharapkan setidak-tidaknya mampu menjadi sumber informasi

obat baik bagi masyarakat maupun profesi kesehatan lain baik di rumah

sakit, di apotek, puskesmas atau dimanapun apoteker berada.

2.4 Sejarah Farmasi di Indonesia

Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia (1997) dalam “informasi

jabatan untuk standar kompetensi kerja” menyebutkan jabatan Ahli Teknik Kimia

Farmasi, (yang tergolong sektor kesehatan) bagi jabatan yang berhubungan erat

dengan obat-obatan, dengan persyaratan : pendidikan Sarjana Teknik Farmasi.

Dilihat dari sisi pendidikan Farmasi, di Indonesia mayoritas farmasi belum

merupakan bidang tersendiri melainkan termasuk dalam bidang MIPA

(Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) yang merupakan kelompok ilmu murni

(basic science) sehingga lulusan S1-nya pun bukan disebut Sarjana Farmasi

melainkan Sarjana Sain.

Bagaimana dengan perkembangan farmasi di Indonesia? Perkembangan

farmasi boleh dibilang dimulai ketika berdirinya pabrik kina di Bandung pada

tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar tahun 1950 di mana

pemerintah mengimpor produk farmasi jadi ke Indoneisa. Perusahaan-perusahaan

lokal pun bermunculan, tercatat ada Kimia Farma, Indofarma, Dankos, dan

lainnya. Di dunia pendidikan sendiri, sekolah tinggi atau fakultas farmasi juga

dibuka di berbagai kota.

Page 10: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

Tonggak sejarah munculnya profesi apoteker di Indonesia dimulai dengan

didirikannya Perguruan Tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946, yang

kemudian menjadi Fakultas Farmasi UGM, dan di bandung tahun 1947.

2.5 Tokoh-Tokoh yang Berjasa dalam Pengembangan Kefarmasian

Dimulai pada abad ke-9, tanah Arab dan Islam berhasil membangun

jembatan ilmu yang menghubungkan antara sumbangan Yunani dengan dunia

farmasi modern sekarang ini. Tahap ilmu yang diperoleh dari Yunani terus

ditingkatkan dan usaha ini diteruskan hingga abad ke-13 melalui berbagai karya,

Peningkatan ilmu pada zaman-zaman berikutnya. Untuk pertama kalinya dalam

sejarah, farmasi dipraktekkan secara terpisah dari profesi medis yang lain. Puncak

sumbangan dunia Arab-Islam dalam farmasi dicapai dengan siapnya satu panduan

cara meracik obat pada tahun 1260.

2.5.1 Ibnu Al-Baitar

Lewat risalahnya yang berjudul Al-Jami fi Al-Tibb (Kumpulan Makanan

dan Obat-obatan yang Sederhana), beliau turut memberi kontribusi dalam dunia

farmasi. Di Dalam kitabnya itu, dia mengupas beragam tumbuhan berkhasiat obat

(sekarang lebih dikenal dengan nama herbal) yang berhasil dikumpulkannya di

sepanjang pantai Mediterania. Lebih dari dari seribu tanaman obat dipaparkannya

dalam kitab itu. Seribu lebih tanaman obat yang ditemukannya pada abad ke-13 M

itu berbeda dengan tanaman yang telah ditemukan ratusan ilmuwan sebelumnya.

Tak heran bila kemudian Al-Jami fi Al-Tibb menjadi teks berbahasa Arab terbaik

yang berkaitan dengan botani pengobatan. Capaian yang berhasil ditorehkan Al-

Baitar melampaui prestasi Dioscorides. Kitabnya masih tetap digunakan sampai

masa Renaisans di Benua Eropa.

2.5.2 Abu Ar-Rayhan Al-Biruni (973 M – 1051 M)

Al-Biruni mengenyam pendidikan di Khwarizm. Beragam ilmu

pengetahuan dikuasainya, seperti astronomi, matematika, filsafat dan ilmu alam.

Ilmuwan Muslim yang hidup di zaman keemasan Dinasti Samaniyaah dan

Ghaznawiyyah itu turut memberi kontribusi yang sangat penting dalam farmasi.

Melalui kitab As-Sydanah fit-Tibb, Al-Biruni mengupas secara lugas dan jelas

mengenai seluk-beluk ilmu farmasi. Kitab penting bagi perkembangan farmasi itu

diselesaikannya pada tahun 1050 M – setahun sebelum Al-Biruni tutup usia.

Dalam kitab itu, Al-Biruni tak hanya mengupas dasar-dasar farmasi, namun juga

meneguhkan peran farmasi serta tugas dan fungsi yang diemban seorang farmasis.

2.5.3 Abu Ja’far Al-Ghafiqi (wafat 1165 M)

Ilmuwan Muslim yang satu ini juga turut memberi kontribusi dalam

pengembangan farmasi. Sumbangan Al-Ghafiqi untuk memajukan ilmu tentang

komposisi, dosis, meracik dan menyimpan obat-obatan dituliskannya dalam kitab

Al-Jami‟ Al-Adwiyyah Al-Mufradah. Kitab tersebut memaparkan tentang

pendekatan metodologi eksperimen, serta observasi dalam bidang farmasi.

2.5.4 Al-Razi

Page 11: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

Sarjana Muslim yang dikenal di Barat dengan nama Razes itu juga ikut

andil dalam membesarkan bidang farmasi. Al-Razi memperkenalkan penggunaaan

bahan kimia dalam pembuatan obat-obatan seperti pada obat-obatan kimia

sekarang.

2.5.5 Sabur Ibnu Sahl (wafat 869 M)

Ibnu Sahal adalah dokter pertama yang mempelopori pharmacopoeia

(farmakope). Dia menjelaskan beragam jenis obat-obatan. Sumbangannya untuk

pengembangan farmasi dituangkannya dalam kitab Al-Aqrabadhin. dalam kitabnya

beliau memberikan resep kedokteran tentang kaedah dan teknik meracik obat,

tindakan farmakologisnya dan dosisnya untuk setiap penggunaan. formula ini

ditulis untuk ahli-ahli farmasi selama hampir 200 tahun.

2.5.6 Ibnu Sina

Dalam kitabnya yang fenomenal, Canon of Medicine, Ibnu Sina juga

mengupas tentang farmasi. Ia menjelaskan lebih kurang 700 cara pembuatan obat

dengan kegunaannya. Ibnu Sina menguraikan tentang obat-obatan yang sederhana.

2.5.7 Al-Zahrawi

Bapak ilmu bedah modern ini juga ikut andil dalam membesarkan farmasi.

Dia adalah perintis pembuatan obat dengan cara sublimasi dan destilasi.

2.5.8 Yuhanna Ibnu Masawayh (777 M – 857 M)

Orang Barat menyebutnya Mesue. Ibnu Masawayh merupakan anak seorang

apoteker. Kontribusinya juga terbilang penting dalam pengembangan farmasi.

Dalam kitab yang ditulisnya, Ibnu Masawayh membuat daftar sekitar 30

macam aromatik. Salah satu karya Ibnu Masawayh yang terkenal adalah kitab Al-

Mushajjar Al-Kabir. Kitab ini merupakan semacam ensiklopedia yang berisi

daftar penyakit berikut pengobatannya melalui obat-obatan serta diet.

2.5.9 Abu Hasan ‘Ali bin Sahl Rabban at-Tabari

At-Tabari lahir pada tahun 808 M. Pada usia 30 tahun, dia dipanggil oleh

Khalifah Al-Mu‟tasim ke Samarra untuk menjadi dokter istana. Salah satu

sumbangan At-Tabari dalam bidang farmasi adalah dengan menulis sejumlah

kitab. Salah satunya yang terkenal adalah Paradise of Wisdom. Dalam kitab ini

dibahas mengenai pengobatan menggunakan binatang dan organ-organ burung.

Dia juga memperkenalkan sejumlah obat serta cara pembuatannya.

2.5.10 Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi (809-873)

Beliau adalah anak dari seorang apoteker. Hunayn diantar ke Baghdad,

yang pada masa itu merupakan pusat pendidikan Islam terpenting untuk mengikuti

pendidikan dalam perawatan. Hunayn memainkan peranan yang penting dalam

Page 12: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

penterjemahan atau penentuan ketepatan terjemahan yang dilakukan (termasuk

penulis Hippocrate, Gelen dan penulis Yunani lain) di samping menulis buku-

bukunya sendiri. Antara buku dan tulisan Hunayn adalah tentang aspek

kebersihan mulut, pecuci dan penggunaan bahan-bahan pergigian.

mereka adalah para tokoh Islam yang sangat berjasa pada dunia kesehatan

khususnya Ilmu kefarmasian dan kedokteran, hasil penemuan dan buku-buku

yang ditulis merupakan cikal bakal penelitian bidang farmasi setelah zaman

mereka sampai sekarang. Semoga bermanfaat

MOMENTUM PERKEMBANGAN KEFARMASIAN

Pada tahun 1240, Kaisar Frederick II mengeluarkan maklumat (Magna

Carta) untuk memisahkan ilmu farmasi dan kedokteran, sehingga masing-

masing ahli mempunyai kesadaan, standar etik, pengetahuan dan

keterampilan sendiri.

Pd thn 1453 Konstantinopel (Istambul) jatuh ke tangan Turki akademisi

Yunani kuno ke Barat dgn membawa buku2 & pengetahuannya

Obat2 baru dari dunia baru (Columbus & Vasco da Gama) mulai masuk

Mesin cetak Johann Gutenberg meningkatnya studi ttg tanaman obat

Valerius Cordus (1515-1544) menulis Dispensatorium standar yg

resmi u/ pembuatan obat-obatan di Nuremberg farmakope

(pharmacopoeia) yg pertama

TREN DUNIA FARMASI KE DEPAN

Pengembangan obat baru

Pengembangan bahan obat diawali dengan sintesis atau isolasi dari

berbagai sumber yaitu dari tanaman (glikosida jantung untuk mengobati lemah

jantung), jaringan hewan (heparin untuk mencegah pembekuan darah), kultur

mikroba (penisilin G sebagai antibiotik pertama), urin manusia

(choriogonadotropin) dan dengan teknik bioteknologi dihasilkan human insulin

untuk menangani penyakit diabetes.

Dengan mempelajari hubungan struktur obat dan aktivitasnya maka

pencarian zat baru lebih terarah dan memunculkan ilmu baru yaitu kimia

medisinal dan farmakologi molekular.

Setelah diperoleh bahan calon obat, maka selanjutnya calon obat tersebut

akan melalui serangkaian uji yang memakan waktu yang panjang dan biaya yang

tidak sedikit sebelum diresmikan sebagai obat oleh Badan pemberi izin. Biaya

yang diperlukan dari mulai isolasi atau sintesis senyawa kimia sampai diperoleh

obat baru lebih kurang US$ 500 juta per obat. Uji yang harus ditempuh oleh calon

obat adalah uji praklinik dan uji

klinik.

Page 13: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

Uji praklinik merupakan persyaratan uji untuk calon obat, dari uji ini

diperoleh informasi tentang efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan

toksisitas calon obat. Pada mulanya yang dilakukan pada uji praklinik adalah

pengujian ikatan obat pada reseptor dengan kultur sel terisolasi atau organ

terisolasi, selanjutnya dipandang perlu menguji pada hewan utuh. Hewan yang

baku digunakan adalah galur tertentu dari mencit, tikus, kelinci, marmot, hamster,

anjing atau beberapa uji menggunakan primata, hewan-hewan ini sangat berjasa

bagi pengembangan obat. Hanya dengan menggunakan hewan utuh dapat

diketahui apakah obat menimbulkan efek toksik pada dosis pengobatan atau

aman.

Penelitian toksisitas merupakan cara potensial untuk mengevaluasi :

•Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis •Kerusakan genetik (genotoksisitas, mutagenisitas) •Pertumbuhan tumor (onkogenisitas atau karsinogenisitas) • Kejadian cacat waktu lahir (teratogenisitas)

Selain toksisitasnya, uji pada hewan dapat mempelajari sifat

farmakokinetik obat meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi obat.

Semua hasil pengamatan pada hewan menentukan apakah dapat diteruskan

dengan uji pada manusia. Ahli farmakologi bekerja sama dengan ahli teknologi

farmasi dalam pembuatan formula obat, menghasilkan bentuk-bentuk sediaan obat

yang akan diuji pada manusia. Di samping uji pada hewan, untuk mengurangi

penggunaan hewan percobaan telah dikembangkan pula berbagai uji in vitro untuk

menentukan khasiat obat contohnya uji aktivitas enzim, uji antikanker

menggunakan cell line, uji anti mikroba pada perbenihan mikroba, uji antioksidan,

uji antiinflamasi dan lain-lain untuk menggantikan uji khasiat pada hewan tetapi

belum semua uji dapat dilakukan secara in vitro. Uji toksisitas sampai saat ini masih tetap dilakukan pada hewan

percobaan, belum ada metode lain yang menjamin hasil yang menggambarkan

toksisitas pada manusia, untuk masa yang akan datang perlu dikembangkan uji

toksisitas secara in vitro.

Page 14: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Perkembangan ilmu farmasi dari zaman ke zaman berkambang sangat

pesat sesuai dengan perkembangan zaman.

2. Ada banyak tokoh yang berjasa dalam bidang farmasi diantaranya Abu Ar-

Rayhan Al-Biruni, Al-Razi, Ibu Sina, Yuhanna Ibnu Massawayh, Ibnu Al-

Albaitar, Abu Ja‟far Al-ghafiqi, Sabur Ibnu Sahl, Al-Zahrawi, Abu Hasan

„Ali bin Sahl Rabban at-Tabari, Zayd Hunayn b. Ishaq al-Ibadi

3. Perkembangan farmasi boleh dibilang dimulai ketika berdirinya pabrik

kina di Bandung pada tahun 1896. Kemudian, terus berjalan sampai sekitar

tahun 1950 di mana pemerintah mengimpor produk farmasi jadi ke

Indoneisa.

3.2. Saran

Saran yang dapat kami sampaikan adalah :

1. Seharusnya kita sebagai calon pendidik haruslah banyak mengetahui

tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, dan siapa saja penemu yang

berperan penting dalam kehidupan ini.

2. Sebagai umat islam, kita harus tahu bahwa yang berperan penting dalam

perkembangan ilmu pengetahuan saat ini tidak hanya orang Barat, namun orang

dari timur – tengah pun banyak.

Page 15: sejarah kefarmasian

Sejarah Perkembangan Farmasi Page 14

Daftar Pustaka

http://uwiiswold.wordpress.com

http://jadiwijaya.blog.uns.ac.id

http://jamaludinassalam.wordpress.com