Top Banner
7/23/2019 Sejarah Broiler http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 1/12 9 II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sejarah Ayam Ras Pedaging  Ayam ras pedaging (broiler)  yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam ras pedaging ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980 dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler  telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 56 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 1999). Menurut Kartasudjana dan E. Suprijatna (2010), ayam ras pedaging mulai dipelihara dan dikenal di Indonesia sekitar tahun 1950. Dalam sejarah perkembangannya, periode perkembangan ayam ras pedaging dapat dibagi menjadi berbagai tahapan sebagai berikut: 1) periode tahun 19501961 (tahap perintisan); 2) periode tahun 19611971 (tahap landasan); 3) periode tahun 19711981 (tahap pertumbuhan); 4) periode tahun 19811987 (tahap konsolidasi) ; dan 5) periode tahun 19882000 (tahap ketangguhan). Dampak sosial ekonomi dari perkembangan perunggasan yang sangat cepat pada periode tahun 19811987 melahirkan pertentangan kepentingan antara peternak ayam skala besar (komersial) dengan peternak skala keluarga
12

Sejarah Broiler

Feb 18, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 1/12

9

II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sejarah Ayam Ras Pedaging

 Ayam ras pedaging (broiler)  yang merupakan jenis ras unggulan hasil

persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi,

terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam ras pedaging ini

baru populer di Indonesia sejak tahun 1980 dimana pemegang kekuasaan

mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu

semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler   telah dikenal masyarakat

Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5—6 minggu sudah bisa

dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan,

maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan

diberbagai wilayah Indonesia (Rasyaf, 1999).

Menurut Kartasudjana dan E. Suprijatna (2010), ayam ras pedaging mulai

dipelihara dan dikenal di Indonesia sekitar tahun 1950. Dalam sejarah

perkembangannya, periode perkembangan ayam ras pedaging dapat dibagi

menjadi berbagai tahapan sebagai berikut: 1) periode tahun 1950—1961 (tahap

perintisan); 2) periode tahun 1961—1971 (tahap landasan); 3) periode tahun

1971—1981 (tahap pertumbuhan); 4) periode tahun 1981—1987 (tahap

konsolidasi) ; dan 5) periode tahun 1988—2000 (tahap ketangguhan). Dampak

sosial ekonomi dari perkembangan perunggasan yang sangat cepat pada

periode tahun 1981—1987 melahirkan pertentangan kepentingan antara

peternak ayam skala besar (komersial) dengan peternak skala keluarga

Page 2: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 2/12

10

(backyard ). Kemelut ini melahirkan kebijakan pemerintah pada tahun 1981

dengan ditetapkan Keppres No.50/1981 (restrukturisasi usaha peternakan ayam

dan stabilisasi). Untuk memantapkan sasaran stabilisasi, pada tahun 1984

ditetapkan pelaksanaan Pola Perusahaan Inti Rakyat (PIR) perunggasan.

Munculnya peternakan besar menyebabkan terdesaknya para peternak

kecil/usaha ternak keluarga. Hal ini disebabkan adanya persaingan harga

produksi dalam pemasaran, dimana harga produksi yang dihasilkan oleh

peternak rakyat. Akibatnya, tidak sedikit dari peternakan rakyat yang gulung tikar.

Untuk mengatasi keadaan tersebut, pemerintah mengeluarkan Keppres No.50

tahun 1981 dalam rangka menata kembali struktur usaha peternakan. Kebijakan

ini dikeluarkan karena perkembangan yang pesat dari produksi tidak diikuti

dengan pemasaran yang sehat. Pada akhirnya kondisi tersebut menimbulkan

dampak negatif bagi perkembangan usaha ternak berskala kecil. Tujuan dari

Keppres No.50 tahun 1981 adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan

meningkatkan pendapatan para peternak kecil/usaha keluarga.

Untuk mempercepat keberhasilan usaha peternakan berdasarkan

Keppres tersebut, ditempuh pembinaan usaha secara tertutup yang saling

menguntungkan antara penyalur produksi (sebagai inti) dengan peternak kecil

dengan bentuk PIR (Perusahaan Inti Rakyat). Program ini dikukuhkan dengan

SK Menteri Pertanian No. 330/342/Kpts/5.84. Namun, dengan SK ini

kenyataannya peternak yang berskala kecil tidak mengalami perbaikan, bahkan

banyak peternak yang gulung tikar.

Bertitik tolak dari adanya kelemahan-kelemahan dari Keppres No.50

tahun 1981 dalam rangka meningkatkan kesempatan berusaha dan

Page 3: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 3/12

11

kesejahteraan rakyat, maka dikeluarkan kebijakan baru berupa Keppres No.22

tahun 1990 tentang pembinaan usaha ternak ayam ras. Dilengkapi dengan SK

Menteri No.362/Kpts/T.N.120/5/1990 tentang tata cara perizinan usaha

peternakan. Selanjutnya dalam pengembangan usaha peternakan lebih

diarahkan melalui pola Kawasan Industri Peternakan (KINAK). Model

perusahaan dalam pola KINAK adalah sebagai berikut: 1) KINAK PRA

(Peternakan Rakyat Agribisnis); 2) KINAK PIR (Peternakan Inti Rakyat); dan 3)

KINAK SUPER (Sentra Usaha Peternakan Ekspor). Kebijakan pola KINAK,

menurut beberapa peneliti belum berjalan sebagaimana mestinya (Kartasudjana

dan E. Suprijatna, 2010).

Di pasaran telah beredar berbagai jenis strain, yang mana hal ini akan

semakin banyak pilihan buat peternak. Dalam menentukan pilihan strain  apa

yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktivitas atau prestasi

bibit yang dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang

banyak beredar di pasaran, yaitu: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 

202, Hyline, Vdett , Missouri , Hubbard , Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor

arcres, Tatum, Indian river , Hybro, Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler , 

Ross, Marshall”m” , Euribrid , A.A 70 , H&N , Sussex , Bromo, dan CP 707 .

Menurut Rasyaf (1995), ayam broiler sebagai ayam ras pedaging

bertumbuh sangat cepat dan mampu mengubah makanan yang ia makan

menjadi daging dengan sangat efisien, tetapi kelebihannya itu harus ditunjang

dengan pemeliharaan yang baik, tanpa pemeliharaan yang baik daya tahan

tubuhnya akan menurun dan mudah terserang penyakit. Menurut Amrullah

(2002), secara genetis ayam broiler mampu mengolah makanan dengan cepat

Page 4: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 4/12

12

begitu makanan dikonsumsi olehnya. Sifat pertumbuhan yang sangat cepat ini

dicerminkan dari tingkah lakunya yang sangat lahap. Frekuensi makan ayam

broiler lebih tinggi dibandingkan dengan ayam petelur, apalagi dimasa akhir

pemeliharaan.

Menurut Cahyono (1995), ayam broiler   adalah istilah yang biasa dipakai

untuk menyebut ayam hasil budidaya teknologi peternakan. Ayam broiler

memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas penghasil daging dengan

konversi makanan irit, dan siap dipotong usia relatif muda. Ciri khas daging ayam

broiler adalah dagingnya empuk dan banyak, serta pengolahannya mudah tetapi

akan hancur dalam perebusan yang lama. Menurut Rahayu (2011), ayam ras

pedaging memiliki karakteristik ekonomi dengan ciri khas pertumbuhannya

sangat cepat. Dalam waktu 30 hari telah mencapai 1,5 kg. Biasanya berbulu

putih dengan daging dada yang montok dan kaki yang gemuk kokoh.

1.2 Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging

Pengertian peternak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

orang yang pekerjaannya memelihara dan membiakkan ternak. Menurut Priyadi

(2004), dalam menjalankan usaha ayam ras pedaging terdapat dua jenis

pengelolaan, yakni:

1. Dikelola secara mandiri (peternak mandiri). 

2. Dikelola secara kemitraan (peternak mitra).

Para pedagang dalam menjalankan usahanya benar-benar dikelola

sebagai usaha memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Lain halnya dengan para peternak yang dalam menjalankan usahanya relatif

Page 5: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 5/12

13

kurang memberikan keuntungan, sehingga sebagian besar para peternak dalam

melakukan usahanya sebagai usaha sampingan (Priyadi, 2004).

Usaha peternakan ayam ras pedaging merupakan usaha yang banyak

diminati masyarakat, karena periode pemeliharaannya yang singkat. Ayam ras

pedaging bisa dijual umur 5—6 minggu, sehingga perputaran modalnya relatif

cepat. Peternakan ayam pedaging banyak yang merugi, terutama setelah krisis

moneter tahun 1996, hal ini disebabkan kondisi turbulens misalnya harga anak

ayam bibit, pakan, obat-obatan, dan hasil produksi yang fluktuatif. Sejak krisis

moneter tersebut beberapa perusahaan pakan dan pembibitan mengajak

peternak ayam ras pedaging menjadi peternak mitra (Rasyaf, 1999).

Usaha peternakan ayam pedaging ada yang dilakukan pola kemitraan

dan ada yang dilakukan secara mandiri. Kondisi tersebut didukung dengan

diterbitkannya SK Menteri Pertanian No 472/Kpts/TN.330/96. tentang petunjuk

pelaksanaan pembinaan usaha peternakan ayam ras. Salah satu hal terpenting

dari SK tersebut adalah adanya peraturan yang jelas mengenai kemitraan

dibidang usaha ayam ras. Kemitraan pada ayam ras ada tiga bentuk yaitu

Perusahaan Inti Rakyat (PIR), Penghela dan Pengelola. Perusahaan Inti Rakyat

adalah jenis kemitraan antara perusahaan peternakan sebagai inti dengan

peternak sebagai plasma.

Perusahaan Penghela adalah perusahaan bidang peternakan yang

mengadakan kemitraan dengan pola penghela yang berkewajiban melakukan

bimbingan teknis, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi

peternakan rakyat ayam ras, tidak mengusahakan permodalan dan tidak

melaksanakan budidaya ayam ras sendiri. Perusahaan Pengelola adalah

Page 6: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 6/12

14

perusahaan dibidang peternakan yang mengadakan kemitraan dengan pola

pengelola yang berkewajiban menyediakan sarana produksi, bimbingan teknis

dan manajemen, menampung, mengolah dan memasarkan hasil produksi

peternakan rakyat ayam ras, mengusahakan permodalan tetapi tidak

melaksanakan budidaya ayam ras sendiri (Thoreli, 1996).

2.3 Pasar dan Pemasaran

Pengertian pasar secara tekstual dalam teori ekonomi mengandung unsur

permintaan, penawaran dan harga. Pasar dalam pengertian ini hanyalah sekedar

alat teknis untuk mengalokasikan barang dan jasa. Adam Smith sebagai orang

yang pertama memperkenalkan teori ekonomi pasar menyebutkan bahwa pasar

dimaksudkan untuk mengatur pengalokasian sumberdaya yang optimum untuk

mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui kebebasan

individu dan kapital yang dimiliki oleh swasta.

Struktur pasar adalah sifat-sifat pasar yang menunjukkan pengaruh

perbedaan dan interaksi antara pembeli dan penjual. Unsur-unsur dasar sebagai

penyusun struktur pasar yang terpenting, yaitu: 1) jumlah dan ukuran relatif

penjual dan pembeli; 2) derajat perbedaan produk; dan 3) derajat kesulitan

pembeli dan penjual masuk dan keluar sistem (Sunu, 1986).

Pengertian pasar adalah arena untuk mengorganisasikan dan

memfasilitasi aktivitas bisnis, dan untuk menjawab pertanyaan ekonomi dasar,

yaitu: 1) apa yang diproduksi; 2) berapa banyak hasil produksi; 3) bagaimana

memproduksinya; dan 4) bagaimana mendistribusikan hasil produksi. Pasar juga

dapat diartikan sebagai: 1) lokasi; 2) produk; 3) waktu; dan 4) tingkat lembaga.

Page 7: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 7/12

15

Pilihan pengertian pasar tergantung dari masalah yang akan dianalisis (Kohl dan

Uhl, 2002).

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang

atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui

penciptaan, pertukaran, dan nilai produk (Philips, 1993). Pemasaran adalah

bagian yang sangat penting dalam suatu rangkaian proses produksi, salah satu

faktor yang berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan yang akan dicapai

oleh para pelaku rantai pemasaran ayam ras pedaging, sehingga hal ini

ditentukan oleh proses pemasarannya. Adapun proses pemasaran, yaitu

(Philips, 2008):

1. Menganalisis kebutuhan konsumen akan output  jasa.

2. Menentukan sasaran dan kendala pelaku rantai pemasaran.

3. Meneliti dan memilih tempat untuk dipasarkan.

4. Mengembangkan strategi pemasarannya.

5. Merancang program pemasaran.

6. Mengorganisir, melaksanakan, dan mengevaluasi.

Pemasaran didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara

fisik dan ekonomi, dari produsen melalui pedagang perantara ke konsumen

(Downey dan Erickson, 1987). Di dalam teori pemasaran terdapat beberapa

materi pemasaran diantaranya, yaitu: rantai pemasaran, marjin pemasaran, biaya

pemasaran, dan harga pasar.

Menurut Philips (2008), rantai pemasaran terdiri dari seperangkat

lembaga yang melakukan semua kegiatan (fungsi) yang digunakan untuk

memasarkan produk dan status pemilikannya dari produsen ke konsumen.

Page 8: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 8/12

16

Tujuan pemasaran adalah mempertemukan penawaran dan permintaan. Rantai

pemasaran bertugas memasarkan barang dari produsen ke konsumen. Panjang

atau pendeknya rantai pemasaran ayam ras pedaging yang menentukan harga

eceran di tingkat pedagang pengecer, sedangkan menurut Hanafiah dan

Saefudin (1986) panjang atau pendeknya rantai pemasaran yang dilalui oleh

suatu produk tergantung pada beberapa faktor:

1. Jarak antara produsen dan konsumen

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen biasanya semakin

panjang rantai yang ditempuh oleh produk.

2. Cepat tidaknya produk rusak

Produk yang cepat atau mudah rusak harus segera diterima konsumen.

Dengan demikian, rantai pemasaran yang dikehendaki rantainya akan

pendek dan cepat.

3. Skala produksi

Bila produksi berlangsung dalan ukuran-ukuran kecil maka jumlah produk

yang dihasilkan berukuran kecil pula, maka tidak akan menguntungkan bila

produsen langsung menjual ke pasar. Dengan demikian, diharapkan peranan

pedagang perantara dalam rantai pemasarannya yang akan dilalui produk

cenderung rantainya panjang.

4. Posisi keuangan perusahaan

Produsen yang posisi keuangannya kuat cenderung untuk memperpendek

rantai pemasaran.

Menurut Angipora (2002), rantai pemasaran menurut bentuknya dibagi

menjadi dua, yaitu:

Page 9: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 9/12

17

1. Rantai pemasaran langsung adalah bentuk pemasaran barang atau jasa dari

produsen ke konsumen dengan tidak melalui perantara.

2. Rantai pemasaran tidak langsung adalah bentuk pemasaran barang atau

 jasa dengan menggunakan jasa perantara dan agen untuk memasarkannya

kepada konsumen.

Marjin pemasaran adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan

konsumen dengan harga yang diterima produsen, dan kumpulan balas jasa yang

diterima oleh pemasaran sebagai akibat adanya penawaran dan permintaan

(Napitupulu, 1986). Perubahan biaya, keuntungan dari perantara, harga yang

dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima oleh produsen, sifat barang

yang diperdagangkan dan tingkat pengolahan barang merupakan faktor-faktor

yang mempengaruhi besarnya marjin pemasaran.

Besarnya marjin pemasaran berkaitan dengan harga barang, jumlah

barang yang dijual, dan laba yang diperhitungkan sebagai cadangan

penanggulangan resiko. Oleh karena itu, umumnya marjin pemasaran dapat

berubah menurut waktu, keadaan ekonomi dan bergantung kepada harga yang

dibayar oleh konsumen terhadap setiap barang yang dibelinya (Saefudin, 1996).

Menurut Shausan (2000), perbedaan rantai pemasaran dan perlakuan

dari setiap pelaku rantai pemasaran ayam ras pedaging menyebabkan

perbedaan harga jual. Semakin banyak pelaku rantai pemasaran yang terlibat

dalam memasarkan komoditas, maka semakin besar perbedaan harga yang

harus dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen. Hal ini

dikarenakan setiap pelaku pemasaran yang terlibat dalam sistem pemasaran

tertentu pada dasarnya mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan.

Page 10: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 10/12

18

Dari peternak sampai ke pedagang pengecer ayam ras pedaging bisa jadi

didalamnya dilakukan kegiatan pengolahan seperti mengubah ayam ras

pedaging hidup ke dalam bentuk ayam siap masak, sehingga sering di pasar-

pasar dijumpai ayam ras pedaging yang sudah dipotong, sudah dikuliti, dan

bahkan sudah dikeluarkan jeroannya. Mereka beranggapan ada sebagian

konsumen yang alergi bila memotong, menguliti, atau mengeluarkan jeroan ayam

ras pedaging. Hal ini terutama terjadi di pasar-pasar modern (Rasyaf, 2002).

Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang dikeluarkan dalam proses

pergerakan barang dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen akhir.

Besar kecilnya biaya pemasaran untuk hasil peternakan tergantung dari besar

kecilnya kegiatan lembaga-lembaga pemasaran dan jumlah fasilitas yang

diperlukan dalam proses pergerakan barang tersebut. Meningkatnya biaya

pemasaran belum tentu suatu pertanda bahwa pemasaran dari barang yang

diperdagangkan itu tidak efisien. Jika meningkatnya biaya-biaya diikuti dengan

meningkatnya pula tingkat kepuasan konsumen (misalnya meningkatkan kualitas

barang), maka pemasaran barang tersebut tetap efisien. Tetapi sebaliknya, jika

meningkatnya biaya tidak diikuti peningkatan kepuasan konsumen maka sudah

pasti dirasakan pemasaran barang tersebut tidak efisien (Hamid, 1972).

Umumnya biaya pemasaran masih lebih rendah dari biaya yang

dikeluarkan peternakan bila peternak mencari sendiri pasarnya. Ini dapat

dimengerti, karena belum tentu suatu pasar yang kita jumpai ingin membeli ayam

ras pedaging yang kita tawarkan. Akibatnya biaya peternak untuk memasarkan

ayam ras pedaging menjadi besar. Bahkan tenaga dan waktu akan terserap lebih

Page 11: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 11/12

19

banyak. Oleh karena itu, pelaku rantai pemasaran ayam ras pedaging berada di

rantai pemasaran ini merupakan satu kesatuan dalam pemasaran itu sendiri.

Menurut Soekartawi (2002), besar kecilnya biaya pemasaran disebabkan

oleh:

1. Macam komoditi.

2. Lokasi perusahaan.

3. Macam dan peran lembaga pemasaran.

4. Efektivitas pemasaran.

Sedangkan menurut Limbong dan Sitorus (1987), besar kecilnya marjin

pemasaran dipengruhi oleh perubahan biaya pemasaran, keuntungan perantara,

harga yang dibayarkan oleh konsumen dan harga yang diterima oleh produsen.

Selain faktor itu, sifat barang yang diperdagangkan dan tingkat pengolahan juga

mempengaruhi besarnya marjin pemasaran. Variasi marjin juga dipengaruhi pula

oleh jarak daerah produsen ke konmsumen, sifat barang yang secara

keseluruhan akan menambah biaya pemasaran. Menurut Hamid (1972), farmer’s

share  adalah bagian yang diterima oleh petani atau peternak dengan

membandingkan harga di tingkat produsen dengan harga di tingkat pengecer

dikali 100 persen. Keuntungan pemasaran merupakan selisih antara harga yang

diterima dari konsumen dengan harga yang dibayar kepada produsen (Limbong

dan Sitorus, 1987).

2.4 Karkas dan Mortalitas Ayam Ras Pedaging

Karkas ayam ras pedaging adalah ayam hasil pemotongan setelah

dipisahkan kepala, kaki tanpa jeroan. Rata-rata berat karkas ayam ras pedaging

Page 12: Sejarah Broiler

7/23/2019 Sejarah Broiler

http://slidepdf.com/reader/full/sejarah-broiler 12/12

20

berkisar antara 65—75 persen dari berat hidup ayam ras pedaging waktu siap

dipotong (Murtidjo, 1987).

Mortalitas ayam ras pedaging akibat transportasi bervariasi, diantaranya

yaitu: 1) jarak kirim; 2) perlakuan selama pengiriman; 3) penyakit; dan 4) stress.