Top Banner
Bab I PENDAHULUAN - Mitos dan fakta asal Keaslian kebudayaan Karo itu diawali dari lahirnya peradaban sampai datangnya kolonialisme. Mengapa sampai datangnya kolonialisme? Kolonialisme telah mengintimidasi kebudayaan dengan kultur barat. Kebudayaan diceraiberaikan demi kepentingan politik imperialisme. Awal kolonial menduduki Karo Jahe dan Karo Langkat mulailah timbul larangan untuk begini dan begitu. Dan di awal abad 20 mulailah kolonial merengsek ke Karo Gugung, maka para Sibayak, Raja Urung, dan Pengulu diperalat oleh satu pernyataan adat yang berkembang adalah keputusan dan hukum pimpinan adat. Satu doktrin yang diharamkan oleh adat Karo dengan kebiasaan runggu dengan tatanan Sangkep Nggeluh. Hal ini semakin berkembang dengan dominasi kolonialisme. Masyarakat Karo tidak berdaya membela kebudayaannya. Kebudayaan yang ada diharamkan. Dan di era keluarnya kolonialisme dari negeri pertiwi, kebudayaan Karo sudah tidak lagi utuh dalam menjalan fungsinya. Nah disinilah era dimana kebudayaan Karo tidak asli lagi. Memasuki abad 21 kecondongan dari orang Karo adalah memakai adat simpel, ringkas dan hemat. Terutama di kota-kota besar yang tidak lagi menjunjung tinggi pola keaslian kebudayaan. Bisa dimaklumi, selain alasan biaya dan efektifitas, multikultur masyarakat perkotaan telah menyeret masyarakat Karo pada arus modernisasi pola hidup. Hal ini sedikit demi sedikit mengikiskebudayaan Karo itu sendiri. Budaya Karo sudah tidak berdaya lagi dalam mengarungi perkembangan jaman. Ada kecendrungan dua sampi tiga generasi ke depan malah adat dan budaya sudah tidak dipakai lagi sebagai akhlak kehidupan. Jadi kembali kepada pertanyaan Ninta yang dikaitkan pada keaslian kebudayaan Karo. Bagaimana menanggulanginya?"Kembali ke alam pikir Karo," kata Malem Ukur Ginting dari Goteborg,Sweden, dalam satu tulisannya. Hal ini tidak bisa dikaitkan dengan animisme dan dinamisme kepercayaan Karo tempo dulu. Dan jika sampai disana, tentu akan timbul pertanyaan pada agama yang kau dan aku anut. Manakah adat yang harus dipakai dan mana yang harus diharamkan. Dan sejak itu pula kebudayaan Karo sudah tidak asli lagi. Desa Budaya Dokan adalah desa yang dikenal sebagai desa tradisional yang menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Karo. Alasannya adalah karena desa ini merupakan salah satu dari tiga desa yang mewakili sejarah dan peradaban budaya karo. Desa lainnya adalah Desa Lingga dan Desa Peceran. Lain ini ditandai masih berdirinya Rumah adat Siwaluh Jabu,rumah
29

Sejarah Arch Batak Karo

Aug 10, 2015

Download

Documents

Firda Amalia

Keaslian kebudayaan Karo itu diawali dari lahirnya peradaban sampai datangnya kolonialisme.
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sejarah Arch Batak Karo

Bab I PENDAHULUAN

- Mitos dan fakta asal

Keaslian kebudayaan Karo itu diawali dari lahirnya peradaban sampai datangnya kolonialisme. Mengapa sampai datangnya kolonialisme? Kolonialisme telah mengintimidasi kebudayaan dengan kultur barat. Kebudayaan diceraiberaikan demi kepentingan politik imperialisme. Awal kolonial menduduki Karo Jahe dan Karo Langkat mulailah timbul larangan untuk begini dan begitu. Dan di awal abad 20 mulailah kolonial merengsek ke Karo Gugung, maka para Sibayak, Raja Urung, dan Pengulu diperalat oleh satu pernyataan adat yang berkembang adalah keputusan dan hukum pimpinan adat. Satu doktrin yang diharamkan oleh adat Karo dengan kebiasaan runggu dengan tatanan Sangkep Nggeluh. Hal ini semakin berkembang dengan dominasi kolonialisme.

Masyarakat Karo tidak berdaya membela kebudayaannya. Kebudayaan yang ada diharamkan. Dan di era keluarnya kolonialisme dari negeri pertiwi, kebudayaan Karo sudah tidak lagi utuh dalam menjalan fungsinya. Nah disinilah era dimana kebudayaan Karo tidak asli lagi. Memasuki abad 21 kecondongan dari orang Karo adalah memakai adat simpel, ringkas dan hemat. Terutama di kota-kota besar yang tidak lagi menjunjung tinggi pola keaslian kebudayaan. Bisa dimaklumi, selain alasan biaya dan efektifitas, multikultur masyarakat perkotaan telah menyeret masyarakat Karo pada arus modernisasi pola hidup. Hal ini sedikit demi sedikit mengikiskebudayaan Karo itu sendiri.

Budaya Karo sudah tidak berdaya lagi dalam mengarungi perkembangan jaman. Ada kecendrungan dua sampi tiga generasi ke depan malah adat dan budaya sudah tidak dipakai lagi sebagai akhlak kehidupan. Jadi kembali kepada pertanyaan Ninta yang dikaitkan pada keaslian kebudayaan Karo. Bagaimana menanggulanginya?"Kembali ke alam pikir Karo," kata Malem Ukur Ginting dari Goteborg,Sweden, dalam satu tulisannya. Hal ini tidak bisa dikaitkan dengan animisme dan dinamisme kepercayaan Karo tempo dulu. Dan jika sampai disana, tentu akan timbul pertanyaan pada agama yang kau dan aku anut. Manakah adat yang harus dipakai dan mana yang harus diharamkan. Dan sejak itu pula kebudayaan Karo sudah tidak asli lagi.

Desa Budaya Dokan adalah desa yang dikenal sebagai desa tradisional yang menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Karo. Alasannya adalah karena desa ini merupakan salah satu dari tiga desa yang mewakili sejarah dan peradaban budaya karo. Desa lainnya adalah Desa Lingga dan Desa Peceran. Lain ini ditandai masih berdirinya Rumah adat Siwaluh Jabu,rumah adat berusia ratusan tahun yang menyiratkan kekayaan adat masyarakat setempat. Dikatakan rumah siwaluh jabu karena di dalam rumah ini terdapat delapan jabu yang dihuni oleh delapan kepala rumah tangga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tentram.Bahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dri kayu bulat,papan,bambu, dan beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu. Desa Dokan merupakan sebuah desa yang indah, memiliki 8 rumah tradisional dan tinggal 7 rumah yang masih digunakan. Dari 300 keluarga yang tinggal di desa Dokan, 56 keluarga tinggal di rumah tradisional ini, hampir 20% dari jumlah penduduk. Batas dari satu keluarga dengan keluarga lainnya ditandai dengan adanya tirai kain panjang. Pesta tahunan biasanya diselenggarakan pada bulan Juli namun empat tahun belakangan ini, pesta tahunan diselengarakan pada bulan April. Alasannya adalah karena pada bulan Juli adalah bulan masuk sekolah anak-anak. Jadi kemungkinan besar akan banyak mengeluarkan biaya. Semua rumah tradisional Karo mempunyai pemilik, dimana pemiliknya haruslah seorang ayah yang sudah tua agar mengerti tradisi masyarakat Karo.

Page 2: Sejarah Arch Batak Karo

- Mata Pencaharian

Mata pencaharian masyarakat desa dokan sekarang sama seperti dulu yaitu bertani/ menanam padi dan jagung.

- Hubungan KekeluargaanSetiap rumah terdiri dari 8 keluarga yang memiliki marga yang sama.Tutur

siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:

1. puang kalimbubu2. kalimbubu3. senina4. sembuyak5. senina sipemeren6. senina sepengalon/sedalanen7. anak beru8. anak beru menteri

Dalam pelaksanaan upacara adat, tutur siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1. Puang kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang2. Kalimbubu adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini dapat

dikelompokkan lagi menjadi: Kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri kepada

kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.

Kalimbubu simada dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.

Kalimbubu iperdemui, berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.

3. Senina, yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.4. Sembuyak, secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah

orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat).

5. Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang bersaudara.

6. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.

7. Anak beru, berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan

Page 3: Sejarah Arch Batak Karo

secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas: anak beru tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga

generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.

Anak beru cekoh baka tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.

8. Anak beru menteri, yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.

- Pemerintahan Adat & Sistem Kepemimpinan

Cara pemilihan kepala desanya dulu yaitu secara turun-temurun, tapi sekarang

sudah dilakukan dengan memilih langsung dengan peungutan suara.

- Agama & Kepercayaan Dewa-dewa & mitos :

Konsep rumah ini tergolong bagus. Arsiteknya memikirkan hingga ke keutuhan rumah, bila terjadi gempa. Palas (antara batu pondasi dan tiang kayu penyangga rumah), dilapisi batang ijuk. Gunanya, bila digoyang gempa, maka rumah akan mengikuti arah goyangan. Yang menurut orang dulu rumah ini selalu dijaga, karena diberi doa oleh dukun.

Peran datu, guru, doa-doa, permohonan dan kutukan :Salah satu peran JABU SEDAPUREN LEPAR UJUNG KAYU Merupakan

kedudukan bagi Guru (dukun/ tabib). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu juga disebut Jabu Bicara guru (yang mampu mengobati). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu berperan sebagai penasehat spiritual bagi penghuni Jabu Bena Kayu, mengumpulkan ramuan-ramuan dari alam untuk pembuatan obat-obatan bagi seisi rumah, menilik hari baik dan buruk, menyiapkan pagar (tolak bala) bagi seisi rumah, selain itu dia juga berperan dalam pelaksanaan upacara terhadap leluhur (kiniteken pemena) dan upacara-upacara yang menyangkut dengan kepercayaan pada masyarakat karo jaman dahulu. Jadi Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu atau Jabu Bicara Guru berperan dalam hal pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat Karo pada jaman dahulu.

Page 4: Sejarah Arch Batak Karo

- Upacara ritual adat Upacara perkawinan dan kematian

Upacara perkawinan dan kematian bagi masyarakat desa dokan dilaksanakan di jambur, yang dulu berfungsi sebagai bangunan tempat berkumpul biasanya untuk para tetua adat dan lelaki.

- Kesenian Ukiran :

Warna-warna yang menghiasi rumah memiliki makna. Warna hitam mempunyai makna dunia di luar manusia dengan kekuatan tersembunyi. Warna putih bermakna kesucian leluhur. Warna biru bermakna air. Warna hijau bermakna hutan yang mendampingi manusia. Warna kuning bermakna matahari. Warna merah bermakna keberanian. Simbol-simbol penting dalam Si Walu Jabu ada 9 buah yang dikaitkan dengan folklore.

Kebudayaan Tradisional

Suku Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, di antaranya tari tradisional:

a. Piso Suritb. Lima Serangkaic. Tari Terang Buland. Tari Roti Manis

Suku Karo juga memiliki drama tradisional yang disebut dengan kata Gundala.

Page 5: Sejarah Arch Batak Karo

Kegiatan Budaya

a. Merdang merdem = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".b. Mahpah = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".c. Mengket Rumah Mbaru - Pesta memasuki rumah (adat - ibadat) baru.d. Mbesur-mbesuri - "Ngerires" - membuat lemang waktu padi mulai bunting.e. Ndilo Udan - memanggil hujan.f. Rebu-rebu - mirip pesta "kerja tahun".g. Ngumbung - hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).h. Erpangir Ku Lau - penyucian diri (untuk membuang sial).i. Raleng Tendi - "Ngicik Tendi" = memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena

terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.j. Motong Rambai - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi

(balita) yang terjalin dan tidak rapi.k. Ngaloken Cincin Upah Tendi - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari

keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain).l. Ngaloken Rawit - Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk lada) atau belati atau celurit

kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.

Page 6: Sejarah Arch Batak Karo

Bab II Arsitektur Tradisional

- Pola perkampunganNama, Posisi dan Peran Jabu dalam Rumah Adat Karo (Rumah Siwaluh Jabu) :

a. JABU BENA KAYU Merupakan tempat bagi keluarga simanteki Kuta/ Bangsa Taneh (keluarga yang pertama mendirikan Kuta). Jabu Bena Kayu juga disebut Jabu Raja, posisinya sebagai pimpinan seluruh anggota Jabu dalam sebuah Rumah Adat, berperan sebagai pengambil keputusan dan penanggung jawab (baik internal maupun eksternal) untuk segala permasalahan dan pelaksanaan adat menyangkut kepentingan rumah dan seisi penghuni rumah.

b. JABU UJUNG KAYU Merupakan tempat bagi Anak Beru (pihak perempuan/saudari) dari Jabu Bena Kayu. Jabu ujung Kayu berperan untuk membantu Jabu Bena Kayu dalam menjaga keharmonisan seisi rumah dan mewakili Jabu Bena Kayu dalam menyampaikan perkataan atau nasehat-nasehatnya kepada setiap penghuni rumah. Dengan kata lain Jabu ujung Kayu adalah pembantu utama dari Jabu Bena Kayu baik di dalam urusan dalam rumah maupun di dalam lingkup adat.

c. JABU LEPAR BENA KAYU Merupakan tempat bagi pihak saudara dari Jabu Bena Kayu. Jabu Lepar Bena Kayu disebut juga Jabu Sungkun-Sungkun Berita (Tempat bertanya Kabar/berita). Penghuni Jabu ini masih termasuk golongan bangsa taneh. Jabu Lepar Bena Kayu berperan untuk mengawasi keadaan rumah dan keadaan Kuta (kampung) kemudian memberi kabar kepada Jabu Bena Kayu. Jika ada permasalahan di dalam rumah atau di Kuta seperti terjadi pencurian atau akan terjadi perang, maka Jabu Lepar Bena Kayu harus menyelidikinya terlebih dahulu kemudian mengabarkannya kepada Jabu Bena Kayu.

d. JABU LEPAR UJUNG KAYU Merupakan tempat bagi pihak Kalimbubu (Pihak dari Klan ibu) dari Jabu Bena Kayu. Penghuni Jabu ini sangat dihormati dan disegani karena kedudukannya sebagai Kalimbubu. Kalimbubu dalam masyarakat karo merupakan derajat tertinggi dalam struktur adat. Jabu Lepar Ujung Kayu disebut juga sebagai Jabu Simangan Minem (pihak yang makan dan minum). Jika Jabu Bena Kayu mengadakan pesta adat maka Jabu Lepar Ujung Kayu akan menduduki posisi yang terhormat, dia tidak ikut bekerja hanya hadir untuk makan dan minum.

e. JABU SEDAPUREN BENA KAYU Merupakan tempat bagi anak beru menteri dari Jabu Bena Kayu. Jabu Sedapuren Bena Kayu juga disebut Jabu Peninggel-ninggel (Pihak yang mendengarkan). Perannya adalah untuk mendengarkan segala pembicaraan di dalam suatu Runggu (musyawarah) para anggota Rumah Adat. Selain sebagai pihak pendengar, Jabu Sedapuren Bena Kayu juga berperan sebagai saksi untuk berbagai kepentingan setiap anggota Rumah Adat, baik di lingkup rumah maupun di lingkup Kuta.

f. JABU SEDAPUREN UJUNG KAYU Merupakan tempat anak atau saudara dari dari penghuni Jabu Bena Kayu. Jabu ini disebut juga sebagai Jabu Arinteneng (yang memberi ketenangan). Posisinya diharapkan dapat menjadi penengah setiap permasalahan, memberikan ketenangan dan ketentraman bagi seluruh Jabu di Rumah Adat. Jabu arinteneng sering juga ditempati oleh Penggual atau Penarune (pemain musik tradisional, yang terkadang menghibur seisi rumah dengan alunan musiknya yang menentramkan.

Page 7: Sejarah Arch Batak Karo

g. JABU SEDAPUREN LEPAR BENA KAYU Merupakan tempat bagi anak atau saudara penghuni Jabu Ujung Kayu. Jabu Sedapuren Lepar Bena Kayu juga disebut Jabu Singkapuri Belo (penyuguh sirih). Jabu Sedapuren Lepar Bena Kayu berperan dalam membantu Jabu Bena Kayu dalam menerima dan menjamu tamunya. Jabu Singkapuri Belo secara umum berperan sebagai penerima tamu keluarga di dalam sebuah Rumah Adat dan bertugas menyuguhkan sirih bagi setiap tamu keluarga yang menghuni Rumah Adat.

h. JABU SEDAPUREN LEPAR UJUNG KAYU Merupakan kedudukan bagi Guru (dukun/ tabib). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu juga disebut Jabu Bicara guru (yang mampu mengobati). Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu berperan sebagai penasehat spiritual bagi penghuni Jabu Bena Kayu, mengumpulkan ramuan-ramuan dari alam untuk pembuatan obat-obatan bagi seisi rumah, menilik hari baik dan buruk, menyiapkan pagar (tolak bala) bagi seisi rumah, selain itu dia juga berperan dalam pelaksanaan upacara terhadap leluhur (kiniteken pemena) dan upacara-upacara yang menyangkut dengan kepercayaan pada masyarakat karo jaman dahulu. Jadi Jabu Sedapuren Lepar Ujung Kayu atau Jabu Bicara Guru berperan dalam hal pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat Karo pada jaman dahulu.

- Tipologi bangunan

1. Ijuk pada pondasi, mempunyai makna pengusir roh jahat berwujud ular.2. Ornamen Tutup Dadu pada hiasan melmelen mempunyai makna sindiran terhadap orang

Karo yang suka berjudi.3. Ornamen Cuping (kuping) mempunyai makna bahwa orang Karo mempunyai pendengaran

yang tajam, dapat memilih berita mana yang baik dan harus didengar dan juga berita mana yang tidak baik dan tidak perlu dibesar-besarkan.

4. Pengeret-ret, ornamen berbentuk cicak atau biawak atau kadal ini mempunyai fungsi menolak bala dan melambangkan kewaspadaan karena dipercaya tidak pernah tidur.

5. Kain Putih pada pertemuan kolom dan balok kayu. Makna yang terkandung adalah adanya kehidupan dan jenis kelamin disetiap mahluk hidup termasuk kayu-kayu yang digunakan untuk mendirikan rumah. Kain putih sebagai alas atau batas agar kayu-kayu yang saling berhubungan tidak langsung berhubungan karena ditakutkan mereka berasal dari marga yang sama. Perkawinan sumbang sangat dihindari orang karo.

6. Kite-kite kucing mempunyai makna kasih sayang keluarga terutama antara ibu dan anaknya. Kite-kite kucing merupakan balok tempat para-para bergantung, biasanya kegiatan ibu atau perempuan mengambil tempat di wilayah ini.

7. Atap rumah yang berbahan ijuk mempunyai makna pengorbanan seorang perempuan dalam menjaga nama baik keluarga.

Page 8: Sejarah Arch Batak Karo

8. Tanduk kerbau pada bahagian puncak bermakna memberi kekuatan dan semangat orang Karo untuk bekerja keras. Fungsinya menolak bala.

9. Tiga bagian dari bentuk dasar rumah adat dan 3 lubang pada gagang pintu dan angka 5 pada tangga bagian depan. Melambangkan keberadaan 3 tuhan atau 3 kekuatan. Angka 5 melambangkan 5 marga.

- Upacara & tahap-tahap pendirian bangunanMembangun rumah dilakukan dengan ritual panjang. Kayu yang dipilih harus atas

seizin dukun,karena dulu belum ada agama. Dulu beberapa pemuda beranjak ke hutan untuk melihat kayu-kayu besar. Tapi, tidak semua kayu bisa dipotong. Mereka hanya mengiris kayu-kayu itu, untuk kemudian irisan kecil tersebut dibawa ke dukun. Oleh dukun, semua kayu-kayu kecil tersebut didoakan, dimimpikan, untuk kemudian ditunjuk, kayu mana yang boleh dipotong.Tiga jenis kayu tersebut adalah ndarasi, ambertuah, dan sibernaek. Ndarasi merupakan jenis kayu yang berfungsi agar keluarga dalam rumah tersebut bisa hidup serasi. Ambartuah digunakan agar mereka dapat tuah atau keturunan dan sibernaek agar mereka mendapatkan rezeki yang banyak terutama dalam hal bercocok tanam sebagai mata pencaharian sehari-hari penduduk di tempat itu.

Page 9: Sejarah Arch Batak Karo

- Upacara memasuki rumah

Karena letak pintunya yang miring ke luar, jadi apabila kita masuk atau keluar dari rumah tersebut harus menunduk. Itu menunjukkan bahwa setiap orang yang memasuki rumah tersebut harus menunduk atau sopan kepada pemilik rumah dan harus mendapatkan izin oleh pemilik rumah. Dan setiap keluar dari rumah tersebut harus memberikan beberapa bungkus garam kepada pemilik rumah, dalam kepercayaan mereka agar tamu atau orng yang datang ke rumah tersebut memiliki tutur bahasa yang sopan dan manis yang tidak melukai perasaan orang lain.

- Anatomi bangunan

Badan rumah terlertak dibagian tengah atau dalam mitologi batak disebut dunia tengah, dunia tengah melambangkan tempat aktivitas manusia seperti masak, tidur, bersenda gurau. Bagian badan rumah dilengkapi hiasan berupa ornamen-ornamen. Dinding yang miring diikat dengan tali yang membentuk jajaran cicak dengan kepala dan ekor yang saling berhadapan, hal ini berarti bahwa penghuni rumah saling menghormati.

Berbagai makna filosofis mempengaruhi bentuk dari rumah. Pinggiran atap rumah yang sama di semua sisi bermakna bahwa keluarga yang mendiami memiliki tujuan yang sama. Gevel atas atap diberi hiasan yang memiliki lambang tertentu menggambarkan sifat pemilik rumah.

Gambar kuda-kuda atap

Page 10: Sejarah Arch Batak Karo

Cara menyambung kayunya tidak dipaku atau dibaut, tapi dikunci seperti gambar di atas

- Analisa struktur rumah tradisionalKonsep rumah ini tergolong bagus. Arsiteknya memikirkan hingga ke keutuhan

rumah, bila terjadi gempa. Palas (antara batu pondasi dan tiang kayu penyangga rumah), dilapisi batang ijuk. Gunanya, bila digoyang gempa, maka rumah akan mengikuti arah goyangan. Yang menurut orang dulu rumah ini selalu dijaga, karena diberi doa oleh dukun. Bahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dri kayu bulat,papan,bambu, dan beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu.

- Upacara adat pendirian bangunanDelapan tahapan upacara yang dilewati dalam pembuatan rumah adat ini adalah

padi-padiken tapak rumah, ngempak, ngerintak kayu, pebelit-belitken,mahat, ngampeken tekang, ngampeken ayo, dan memasang tanduk. Rumah adat Karo adalah “rumah yang terjalin rapat dalam sistem adat-istiadat Karo asli, dimana pembangunannya didasarkan pada kepercayaan dan diiringi.

Page 11: Sejarah Arch Batak Karo

- Pengelompokan ruangSemua rumah tradisional Karo mempunyai pemilik, dimana pemiliknya haruslah

seorang ayah yang sudah tua agar mengerti tradisi masyarakat Karo. Rumah kayu ini tak dilengkapi kamar tidur dan ruang tamu. Semua anggota keluarga tidur di jabu atau ruangan tanpa penyekat. Khusus untuk bapa (bapak) dan nande (ibu) diberi penyekat berupa kain panjang yang setiap pagi dilepas. Ruangan tadi berfungsi ganda: tempat memasak, tempat makan dan berkumpul, sekaligus tempat tidur keluarga. Karena tidak ada pemisah ruangan, maka pada setiap jam masak, semua ruangan dipenuhi asap kayu bakar yang dipakai sebagai bahan bakarnya. Kecilnya ukuran pintu perik alias jendela juga tak membantu pertukaran udara di dalam rumah sehingga kepengapannya sangat menyesakkan dada.

Urutan ruangan dalam rumah Siwaluh jabu adalah sebagai berikut :

*Jabu bena kayu yaitu ruangan di depan sebelah kiri, didiami oleh pihak marga tanah dan pendiri kampung. Ia merupakan pengulu atau pemimpin rumah tersebut. *Jabu sedapur bena kayu yaitu ruangan berikutnya yang satu dengan jabu bena kayu, juga dinamai Sinenggel-ninggel. Ruang ini didiami oleh pihak Senina yakni saudara-saudaranya yang bertindak sebagai wakil pemimpin rumah tersebut. Sedapat artinya satu dapur, karena setaip 2 ruangan maka di depannya terdapat dapur yang dipakai untuk 2 keluarga. * Jabu ujung kayu, dinamai Jabu Sungkun Berita, didiami oleh anak Beru Toa, yang bertugas memecahkan setiap masalah yang timbul. * Jabu sedapur ujung kayu yaitu ruangan sedapur dengan jabu ujung kayu, dinamai Jabu Silengguri. Jabu ini didiami oleh anak beru dari jabu Sungkun Berita. * Jabu lepan bena kayu, yakni ruangan yang terletak berseberangan dengan jabu bena kayu, dinamai jabu simengaloken didiami oleh Biak Senina. * Jabu sedapur lepan bena kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan jabu lepan bena kayu, didiami oleh Senina Sepemeren atau Separiban. * Jabu lepan ujung kayu, didiami oleh Kalimbuh yaitu pihak pemberi gadis, ruangan ini disebut Jabu Silayari. * Jabu sedapur lepan ujung kayu yaitu ruangan yang sedapur dengan jabu lepan ujung kayu. Ruangan ini didiami oleh Jabu Simalungun minum, didiami oleh Puang Kalimbuh yaitu Kalimbuh dari jabu silayari. Kedudukan Kalimbuh ini cukup dihormati didalam adat.

Page 12: Sejarah Arch Batak Karo

- Simbol dan pelambang

Ornamentasi Rumah Karo

Rumah tradisional Karo didesain tahan terhadap gempa dengan usia bangunan mencapai ratusan tahun dan dalam pembuatannya tidak memakai paku. Di samping itu peran guru (dukun) sangat penting terkait letak rumah tradisional yang akan didirikan. Masyarakat Karo percaya akan sifat tanah, bahwa ada tanah yang baik dan tidak baik untuk bermukim di atasnya. Dapat dikatakan seluruh proses dari awal sampai peresmian (mengket) rumah tidak lepas dari nasehat dan peran guru.

Rumah ini kaya akan hiasan-hiasan berupa ornamen yang terdapat pada rumah tinggal atau bangunan hunian biasa, rumah besar yang dihuni oleh delapan keluarga (rumah waluh jabu), dan bangunan istana (tempat tinggal para raja pada zaman dahulu). Ornamen merupakan suatu desain tradisional yang bernilai tinggi yang berkaitan dengan kepercayaan serta memiliki makna kebahagiaan bagi penghuninya.

Dalam pembuatannya, ada ornamen yang dipahat maupun diukir. Pengrajinnya disebut penggerga. Seiring dengan kemajuan zaman, para penggerga ini sudah tidak banyak lagi, karena berkurangnya minat masyarakat Karo dalam membangun rumah tradisional.

Simbol dan Kearifan Lokal

Ornamen rumah tradisional Karo berhubungan dengan lambang terkait dengan adat-istiadat. Sebagai suatu produk budaya yang diciptakan nenek moyang sebagai hasil dari belajar khususnya melalui alam yang dipercayai mengandung makna khusus. Lebih khusus lagi, ornamen dipercaya sebagai penolak bala, penangkal roh jahat, dan sebagai media pengobatan juga memperindah bangunan. Bangunan dan ornamen menjadi suatu kesatuan yang utuh serta memberikan kesan keagungan dan keindahan.

Keseluruhan ornamen dibuat atau diletakkan pada ayo-ayo (bagian depan rumah), dapur-dapur (bagian dapur), dan pada derpih (bagian dinding). Dan pada atap rumah diletakkan dua atau empat buah kepala kerbau lengkap dengan tanduknya yang dipercaya sebagai lambang kekuatan. Ornamen tersebut meliputi: Pangeret-ret, Embun Sikawiten, Bindu Matoguh, Tupak Salah Silima-lima, dan Tapak Raja Sulaiman.

Pengeret-ret. Bahan dasar ornamen ini adalah tali ijuk yang dipilin dan diikat ke dinding rumah (derpih) bagian depan—dimaksudkan sebagai pengganti paku. Lubang diatur terlebih dahulu sesuai dengan gambar dan berfungsi untuk memperkuat tiap lembar papan, sehingga dinding menjadi kuat. Motif ornamen berupa gambar seekor cicak yang diyakini memiliki kekuatan untuk menolak bala dan ancaman roh jahat yang mengganggu penghuni rumah. Ornamen ini melambangkan suatu kekuatan, penangkal setan, kewaspadaan, dan kesatuan keluarga.

Embun Sikawiten. Ornamen dengan motif alam ini merupakan tiruan dari rangkaian awan yang beriringan dibuat menyerupai gambar bunga yang menjalar berbentuk segitiga. Fungsinya adalah sebagai petunjuk hubungan antara kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan anak-beru (bayangan awan di bagian bawah). Kalimbubu adalah pelindung anak-beru dalam sistem hubungan masyarakat Karo. Bayangan awan di bawah akan bergerak mengikuti iringan gumpalan awal tebal di atasnya bila awan di bagian atas bergerak, sesuai dengan fungsi kalimbubu.

Bindu Matoguh. Motif ornamen berupa garis yang menyilang diagonal dan membentuk persegi, melambangkan keteguhan hati masyarakat Karo untuk bertindak baik, adil, tidak melanggar norma, dan tidak merugikan orang (encikep si mehuli). Nilai filosofis encikep si mehuli adalah sebagai penolak bala yang tidak akan datang melanda bila manusia berbuat baik dan jujur terhadap siapapun.

Tupak Salah Silima-lima. Motif ornamen ini adalah alam/geometris berupa garis menyilang yang membentuk gambar bintang di langit yang menerangi bumi di malam hari.

Page 13: Sejarah Arch Batak Karo

Melambangkan kesatuan/kekeluargaan merga silima (lima merga) sebagai sistem sosial masyarakat Karo yang utuh, dihormati, dan disegani. Kesatuan dimaknai sebagai kekuatan karena kekuatan masyarakat Karo pada hakikatnya terletak pada kebersamaan yang dibangun. Kelima merga tersebut adalah merga induk yang diikat oleh struktur sosial dan tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Fungsi ornamen tak lain sebagai penolak niat jahat dari adanya keinginan yang hendak mengganggu keutuhan merga silima.

Tapak Raja Sulaiman. Ornamen ini bermotif geometris berupa garis yang menyimpul dan membentuk jalinan motif bunga dan membentuk segi empat. Nama ornamen diambil dari nama raja yang dianggap sakti yang ditakuti oleh makhluk jahat mulai dari yang berukuran kecil hingga yang berukuran besar. Dengan status sebagai raja yang tinggi kedudukannya, Raja Sulaiman merupakan kekuatan yang dihormati sekaligus ditakuti. Masyarakat Karo percaya bahwa ornamen Tapak Raja Sulaiman akan menolong mereka agar terhindar dari ancaman niat jahat, baik yang datang secara nyata maupun tidak nyata. Makna yang terdapat pada ornamen ini adalah makna kekeluargaan dan makna kekuatan.

Begitulah di balik ornamen itu, termaktub sejumlah kearifan lokal masyarakat Karo. Walau berangsur surut, tak diminati lagi, sepatutnya generasi pelanjut, tak pongah untuk belajar dari nenek moyang.

Page 14: Sejarah Arch Batak Karo

- Furniture dan peralatanAlat-alat keperluan dapurUmumnya terbuat dari kayu, bambu, rotan , tanah dan tembagaantara lain :

Kudin taneh ( periuk memasak sayuran ) Belanga ( kuali ) Renceng ( periuk nasi ) Gelang-gelang (periuk nasi ) Capah ( piring kayu),dll Alat penangkap hewan dan ikanOrang Karo membuat alat penangkap hewan dan

ikan terbuat daribambu, kayu, lidi, ijuk, dan besi. Antara lain : Ragum ( penangkap tikus dari bahan kawat dan besi ) Kawil ( kail dari kawat ) Tuktak dan siding ( penangkap tikus, burung dan ular yang terbuatdari kayu dan

bambu),dll. Alat senjata keperluan sehari-hari Sekin ( parang ) Rawit ( pisau ) Sabi-sabi ( arit) Ketam ( alat pemotong padi ) Cuan (cangkul ) Bekong ( beliung ) Tarah-tarah ( sejenis parang ) Kapak ( kampak ) piso surit (sejenis belati piso gajah dompak (sebilahkeris yang panjang) hujur (sejenis tombak) podang (sejenis pedangpanjang).,dll

Page 15: Sejarah Arch Batak Karo

Bab III pembahasan pola-pola/kaidah/prinsip dasar/konsep desain lama

- Aspek-aspek metafisik/spiritual yang menjadi norma utama atau kaidah (spiritual) desain bisa merupakan petengan, dll

Palas (antara batu pondasi dan tiang kayu penyangga rumah), dilapisi batang ijuk. Gunanya, bila digoyang gempa, maka rumah akan mengikuti arah goyangan. Yang menurut orang dulu rumah ini selalu dijaga, karena diberi doa oleh dukun. Bahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dri kayu bulat,papan,bambu, dan beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu.

- Bentuk-bentuk simbolik/lambang budaya/ide untuk mengekspresikan makna pada anatomi denah & tampak

Denah rumahnya hanya dibagi dengan sekat-sekat yang terbuka menghadap ke tengah ruang rumah. Sebuah sekat diberi nama dan ditentkan penghuninya berdasarkan adat dengan rutan keluarga. Keluarga sebagai pemimpin rumah yang paling utama berperan dalam tradisi terletak pada ruangan sisi kiri depan. Ruang ini diberi nama ‘Jabu Bena Kayu’. Ruang-ruang lain ditempati keluarga dengan fungsinya masing-masing, sebagai wakil pemimpin, pemecah masalah keluarga, dll.

Setiap dua ruang dalam satu sekat terdapat sebuah perapian yang digunakan untuk memasak sekaligus menghangatkan ruang. Perapian yang berfungsi sebagai dapur ini terletak di lantai rumah panggung dengan cerukan berbentuk segiempat dalam level yang lebih rendah. Beberapa buah batu diletakkan untuk menahan panas agar tidak menyebabkan lantai rumah menjadi panas da terbakar. Posisi batu diatur sedemikian rupa dalam makna filosofis untuk keakraban keluarga.

Antara lain simbol terdapat di masyarakat Karo: Capah dan pinggan Pasu adalah simbol kenikmatan makan bersama Sekin, pisau belati dan tumpuk lada simbol sebagai pekerja dan peralatan senjata Ukat dan kudin simbol peralatan rumah tangga. Kampil dan isinya simbol pergaulan Gung, kulcapi, baluat,surdam sarunai, penganak dan gendang symbol kesenian Maba belo selambar symbol perkenalan keluarga dalam proses pelamaran Nganting manuk symbol satu keluarga melamar pihak perempuan Kerja symbol pengesahan secara peradatan perkawinan Luah kalimbubu singalo bere-bere simbol kemandirian dan berkat untuk berkeluarga Amak mbentar simbol keberadaan dan penghormatan Aron simbol kebersamaan dalam kesetiakawanan dalam bekerja. Rumah adat siwaluh jabu simbol kebersamaan , kesatuan keluarga dalam tata cara adat. Uis gara, Uis Nipes beka buluh, Gatip dan Kampuh simbol tata busana pakaian Karo. Jambur simbol tempat pertemuan musyawarah mufakat Ertutur merupakan symbol tata pergaulan Karo.

Dalam kehidupan peradaban dan peradatan Karo simbol ini banyak tidak dipakai disesuaikan dengan kondisi dan situasi. Ada juga menganggap itu tidak perlu atau seadanya saja. Kalau kita sepakat bahwa symbol ini menunjukkan tingginya peradaban dan peradatan maka perlu ditegaskan kembali arti pentingnya dan komitmen akan symbol tersebut. Filosofis symbol ini mungkin mempunyai makna yang mendalam dari nenek moyang sejak dahulu, apakah mestinya hal itu dilupakan. Sudah merupakan kewajiban generasi penerus untuk menjaga dan mengembangkan symbol ini di masa mendatang.

Page 16: Sejarah Arch Batak Karo

- Prinsip-prinsip dasar desain (geometri dan visual) yang diterapkan seperti : ritme, arah, kontras, pola, warna, dsb

Bentuk rumah adat Karo menyimbolkan perempuan yang sedang bersila dan dua tangan yang menangkup, menyembah tuhannya. Pintu rumah melambangkan rahim perempuan sesuai dengan bentuk tubuh perempuan. Pintu menyimpan makna daur hidup, selain makna rahim, dahulu pintu adalah tempat perempuan melahirkan sambil memegang pegangan pintu bagian luar rumah.

- Sistem tata ruang Semua rumah tradisional Karo mempunyai pemilik, dimana pemiliknya haruslah

seorang ayah yang sudah tua agar mengerti tradisi masyarakat Karo. Rumah kayu ini tak dilengkapi kamar tidur dan ruang tamu. Semua anggota keluarga tidur di jabu atau ruangan tanpa penyekat. Khusus untuk bapa (bapak) dan nande (ibu) diberi penyekat berupa kain panjang yang setiap pagi dilepas. Ruangan tadi berfungsi ganda: tempat memasak, tempat makan dan berkumpul, sekaligus tempat tidur keluarga. Karena tidak ada pemisah ruangan, maka pada setiap jam masak, semua ruangan dipenuhi asap kayu bakar yang dipakai sebagai bahan bakarnya. Kecilnya ukuran pintu perik alias jendela juga tak membantu pertukaran udara di dalam rumah sehingga kepengapannya sangat menyesakkan dada.

Rumah adat ini umumnya dilengkapi empat dapur. Masing-masing dapur memiliki dua tungku untuk dua keluarga yang biasanya mempunyai hubungan kekerabatan sangat erat. Setiap tungku dapur menggunakan lima batu sebagai pertanda bahwa di suku Karo terdapat lima merga yakni Ginting, Sembiring, Tarigan, Karo-karo dan Perangin-angin. Di atas tungku terdapat para, tempat menyimpan bumbu dan ikan atau daging selain untuk rak piring dan tempat menyimpan segala sesuatu untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.

Di bagian depan dan belakang rumah terdapat ture seperti teras dilengkapi redan atau tangga. Kedua ujung atap masing-masing dilengkapi dua tanduk kerbau. Tanduk itu diyakini sebagai penolak bala. Ture biasanya menjadi tempat muda-mudi mengawali percintaannya. Gadis Karo dahulu kala menganyam tikar atau mbayu amak di atas tempat ini, sebelum menemukan jodoh. Rumah berbentuk panggung dan beratap ijuk ini memiliki dua pintun (pintu) dan delapan jendela. Ruangan setiap keluarga disebut jabu. Sedangkan kolong rumah dimanfaatkan sebagai kandang ayam, babi, kerbau serta tempat menyimpan kayu bakar.

- Prinsip-prinsip hitungan struktur/ sistem konstruksi bangunanBahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dri kayu bulat,papan,bambu, dan

beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu.

- Suasana ruangRumah kayu ini tak dilengkapi kamar tidur dan ruang tamu. Semua anggota keluarga

tidur di jabu atau ruangan tanpa penyekat. Batas dari satu keluarga dengan keluarga lainnya ditandai dengan adanya tirai kain panjang. Khusus untuk bapa (bapak) dan nande (ibu) diberi penyekat berupa kain panjang yang setiap pagi dilepas. Ruangan tadi berfungsi ganda: tempat memasak, tempat makan dan berkumpul, sekaligus tempat tidur keluarga. Karena tidak ada pemisah ruangan, maka pada setiap jam masak, semua ruangan dipenuhi asap kayu bakar yang dipakai sebagai bahan bakarnya. Kecilnya ukuran pintu perik alias jendela juga tak membantu pertukaran udara di dalam rumah sehingga kepengapannya sangat menyesakkan dada.

Rumah adat ini umumnya dilengkapi empat dapur. Masing-masing dapur memiliki dua tungku untuk dua keluarga yang biasanya mempunyai hubungan kekerabatan sangat erat.

Page 17: Sejarah Arch Batak Karo

Setiap tungku dapur menggunakan lima batu sebagai pertanda bahwa di suku Karo terdapat lima merga yakni Ginting, Sembiring, Tarigan, Karo-karo dan Perangin-angin. Di atas tungku terdapat para, tempat menyimpan bumbu dan ikan atau daging selain untuk rak piring dan tempat menyimpan segala sesuatu untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.

- Penghiasan & ornamentasi1. Ornamen Tutup Dadu pada hiasan melmelen mempunyai makna sindiran terhadap

orang Karo yang suka berjudi.2. Ornamen Cuping (kuping) mempunyai makna bahwa orang Karo mempunyai

pendengaran yang tajam, dapat memilih berita mana yang baik dan harus didengar dan juga berita mana yang tidak baik dan tidak perlu dibesar-besarkan.

3. Pengeret-ret, ornamen berbentuk cicak atau biawak atau kadal ini mempunyai fungsi menolak bala dan melambangkan kewaspadaan karena dipercaya tidak pernah tidur.

Page 18: Sejarah Arch Batak Karo

Bab IV Transformasi Konsep Lama ke Konsep Baru

- Pola-pola Desain Lama dijadikan alat untuk mengambil kaidah desain arsitektur masa lalu, yang di terapkan dalam bentuk baru, prinsip-prinsip dasar desain tersebut di defenisikan kembali dan digubah kedalam bentuk prinsip-prinsip baru, untuk di terapkan kembali kepada bangunan baru yang menunjukan kesamaan pemikiran.

- Makna desain dari bentuk simbolik/lambang budaya dapat digunakan prinsip dasar desain bangunan tradisional untuk menjadikannya lebih berjiwa dan bermakna.

- Sistem konstruksi arsitektur modern digunakan hanya sebagai alat untuk membangun, selebihnya pola yang di kembangkan masih merupakan pengembangan/tradisi yang di kembangkan dari pola-pola bentuk yang lama.

- Sistem ruang di reformasi atau di sesuaikan dengan kebutuhan saat ini, namun reformasi ini tidak bertentangan dengan kaidah/prinsip arsitektur masa lalu, terutama hierarki dan penataan ruang.

- Sistem ruang yang berkaitan dengan cara hidup saat ini tidak di ubah, dan perubahan yang terjadi akibat aplikasi kaidah desain peradaban masa lampau hanya di gunakan untuk kaidah desain yang tidak mengubah gaya hidup.

- Mentransformasikan atau mentranslasikan gaya/style desain masa lalu pada konsep style baru pada anatomi tampak, harus menjadikannya memiliki kekhasan yang lebih berjiwa dan bermakna, baru merupakan keberhasilan translasi peradaban arsitektur masa lalu dalam konstruksi modern.

Page 19: Sejarah Arch Batak Karo

Bab V Pembahasan Pola-Pola/Kaidah/Prinsip Dasar/Konsep Perencanaan

Konsep rumah ini tergolong bagus. Arsiteknya memikirkan hingga ke keutuhan rumah, bila terjadi gempa. Palas (antara batu pondasi dan tiang kayu penyangga rumah), dilapisi batang ijuk. Gunanya, bila digoyang gempa, maka rumah akan mengikuti arah goyangan. Yang menurut orang dulu rumah ini selalu dijaga, karena diberi doa oleh dukun. Bahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dri kayu bulat,papan,bambu, dan beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu.

Denah rumahnya hanya dibagi dengan sekat-sekat yang terbuka menghadap ke tengah ruang rumah. Sebuah sekat diberi nama dan ditentkan penghuninya berdasarkan adat dengan rutan keluarga. Keluarga sebagai pemimpin rumah yang paling utama berperan dalam tradisi terletak pada ruangan sisi kiri depan. Ruang ini diberi nama ‘Jabu Bena Kayu’. Ruang-ruang lain ditempati keluarga dengan fungsinya masing-masing, sebagai wakil pemimpin, pemecah masalah keluarga, dll.

Setiap dua ruang dalam satu sekat terdapat sebuah perapian yang digunakan untuk memasak sekaligus menghangatkan ruang. Perapian yang berfungsi sebagai dapur ini terletak di lantai rumah panggung dengan cerukan berbentuk segiempat dalam level yang lebih rendah. Beberapa buah batu diletakkan untuk menahan panas agar tidak menyebabkan lantai rumah menjadi panas da terbakar. Posisi batu diatur sedemikian rupa dalam makna filosofis untuk keakraban keluarga.

Page 20: Sejarah Arch Batak Karo

Bab VI Kesimpulan

Desa Budaya Dokan terletak di Kecamatan Merek Kabupaten Karo yang jaraknya kira-kira 20 kilometer dari Kota Kabanjahe.Apabila dari Kota Medan jaraknya sekitar 95km. Desa Dokan memiliki atmosfer yang menyenangkan dan tidak terlalu banyak yang mengunjungi. Desa Dokan adalah desa yang strategis yang terletak di antara kota Berastagi dan Danau Toba. Jadi,tidak rugi bila kita berwisata ke desa ini. Penduduk setempatnya juga sangatlah ramah-ramah. Di persimpangan sebelum memasuki Desa Dokan juga terdapat pasar buah yang menjual segala hasil pertanian yang dihasilkan oleh penduduk setempat.

Desa Budaya Dokan adalah desa yang dikenal sebagai desa tradisional yang menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Karo. Alasannya adalah karena desa ini merupakan salah satu dari tiga desa yang mewakili sejarah dan peradaban budaya karo. Desa lainnya adalah Desa Lingga dan Desa Peceran. Lain ini ditandai masih berdirinya Rumah adat Siwaluh Jabu,rumah adat berusia ratusan tahun yang menyiratkan kekayaan adat masyarakat setempat.

Dikatakan rumah siwaluh jabu karena di dalam rumah ini terdapat delapan jabu yang dihuni oleh delapan kepala rumah tangga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tentram.Bahan bangunan rumah tradisional ini terbuat dri kayu bulat,papan,bambu, dan beratapkan ijuk tanpa menggunakan paku ataupun kawat yang dikerjakan oleh tenaga arsitektur masa lalu.

Desa Dokan merupakan sebuah desa yang indah, memiliki 8 rumah tradisional dan tinggal 7 rumah yang masih digunakan. Dari 300 keluarga yang tinggal di desa Dokan, 56 keluarga tinggal di rumah tradisional ini, hampir 20% dari jumlah penduduk. Batas dari satu keluarga dengan keluarga lainnya ditandai dengan adanya tirai kain panjang. Pesta tahunan biasanya diselenggarakan pada bulan Juli namun empat tahun belakangan ini, pesta tahunan diselengarakan pada bulan April. Alasannya adalah karena pada bulan Juli adalah bulan masuk sekolah anak-anak. Jadi kemungkinan besar akan banyak mengeluarkan biaya. Semua rumah tradisional Karo mempunyai pemilik, dimana pemiliknya haruslah seorang ayah yang sudah tua agar mengerti tradisi masyarakat Karo. Rumah kayu ini tak dilengkapi kamar tidur dan ruang tamu. Semua anggota keluarga tidur di jabu atau ruangan tanpa penyekat. Khusus untuk bapa (bapak) dan nande (ibu) diberi penyekat berupa kain panjang yang setiap pagi dilepas. Ruangan tadi berfungsi ganda: tempat memasak, tempat makan dan berkumpul, sekaligus tempat tidur keluarga. Karena tidak ada pemisah ruangan, maka pada setiap jam masak, semua ruangan dipenuhi asap kayu bakar yang dipakai sebagai bahan bakarnya. Kecilnya ukuran pintu perik alias jendela juga tak membantu pertukaran udara di dalam rumah sehingga kepengapannya sangat menyesakkan dada.

Page 21: Sejarah Arch Batak Karo

Rumah adat ini umumnya dilengkapi empat dapur. Masing-masing dapur memiliki dua tungku untuk dua keluarga yang biasanya mempunyai hubungan kekerabatan sangat erat. Setiap tungku dapur menggunakan lima batu sebagai pertanda bahwa di suku Karo terdapat lima merga yakni Ginting, Sembiring, Tarigan, Karo-karo dan Perangin-angin. Di atas tungku terdapat para, tempat menyimpan bumbu dan ikan atau daging selain untuk rak piring dan tempat menyimpan segala sesuatu untuk kebutuhan keluarga sehari-hari.

Dibagian depan dan belakang rumah terdapat ture seperti teras dilengkapi redan atau tangga. Kedua ujung atap masing-masing dilengkapi dua tanduk kerbau. Tanduk itu diyakini sebagai penolak bala. Ture biasanya menjadi tempat muda-mudi mengawali percintaannya. Gadis Karo dahulu kala menganyam tikar atau mbayu amak di atas tempat ini, sebelum menemukan jodoh. Rumah berbentuk panggung dan beratap ijuk ini memiliki dua pintun (pintu) dan delapan jendela. Ruangan setiap keluarga disebut jabu. Sedangkan kolong rumah dimanfaatkan sebagai kandang ayam, babi, kerbau serta tempat menyimpan kayu bakar.

Pemilik rumah siwaluh jabu juga cenderung membangun rumah sendiri di tempat lain. Tidak zamannya lagi hidup bersama dengan delapan keluarga dalam satu rumah. Kini rumah tradisional masyarakat Karo terlantar dan menanti ajal. Beberapa rumah adat itu telah dipenuhi semak belukar.

Tanggung jawab memang tak sepenuhnya di tangan pemerintah. Warga sebagai pemilik rumah tua itu juga harus bersedia mempertahankan keberadaan rumah itu. Memang sekarang banyak suku Karo baik di Tanah Karo maupun di kota lain seperti Jakarta membangun rumah berornamen rumah siwaluh jabu yang umumnya hanya mengambil bagian atasnya saja. Sekarang ingin tahu bentuknya saja, di Taman Mini Indonesia Indah Jakarta berdiri sebuah rumah siwaluh jabu.