20
I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang
Perairan selat, pesisir maupun laut merupakan perairan yang
mempunyai nilai sumberdaya hayati yang tinggi, namun demikian
perairan ini mempunyai resiko yang tinggi terhadap perubahan
lingkungan yang disebabkan oleh aktifitas manusia, baik yang
berasal dari daratan disekitarnya maupun yang dilakukan diperairan
itu sendiri. Sumberdaya alam laut penting untuk kehidupan, seperti
ikan, tumbuhan dasar laut yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai
jenis kepentingan manusia.Wilayah pantai merupakan daerah dimana
terjadi interaksi antara tiga unsur alam utama, yaitu daratan,
lautan dan atmosfir. Proses interaksi tersebut berlangsung sejak
ketiga unsur ini terbentuk.
Sebagai salah satu sarana penting bagi perkembangan perekonomian
Kota Dumai khususnya daerah Riau pada umumnya, maka keberadaan
Selat Rupat perlu dipertahankan dan ditingkatkan fungsinya baik
sebagai bagian dari ekosistem lingkungan laut dan maupun fungsinya
sebagai penunjang aktifitas perekonomian, dengan pengertian
kepentingan ekonomi harus diperhitungkan secara berimbang dengan
kepentingan ekologi.
Pengendapan (sedimentasi) dan pengikisan (erosi) merupakan dua
peristiwa yang sangat mempengaruhi perairan. Jika proses
penegendapan dan pengikisan ini begitu cepat dan besar terjadi maka
akan sangat besar pengaruhnya terhadap aktivitas manusia maupun
ekosistim lainnya yang berada diperairan dimana proses itu terjadi
(Triadmojo, 1991). Selanjutnya Mubarak et al, 1998 mengatakan bahwa
Proses transport sedimen sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya pasang surut, debit sungai, dan kecepatan arah angin.
Sedimen tersuspensi akan tetap berada dalam keadaan suspensi jika
tegangan geser dasar yang ditimbulkan oleh aliran fluida berada
diantara tegangan kritis endap dan tegangan kritis erosi sedimen
dan akan mengendap jika kecepatan aliran kecil. Erosi sedimen akan
terjadi apabila tegangan geser lebih besar dari tegangan kritis
erosi dan sebaliknya akan terjadi pengendapan jika tegangan geser
lebih kecil dari pada tegangan kritis endapan.Pengetahuan fraksi
sedimen di daerah perairan selat rupat sangat berguna dalam
menentukan sumber sedimen dan juga kondisi ekologi daerah
ini1.2.Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan dan manfaat dari pelaksanaan pratikum ini adalah
untuk mengetahui kondisi lingkungan pengedapan yaitu fraksi
sediment yang menyusun sedimen permukaan pada perairan selat rupat.
Dan hasil pratikum ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi
mengenai fraksi sediment serta sebagai acuan untuk penelitian lebih
lanjut.
II. TINJAUAN PUSTAKAFriedman dan Suonders (1978), sedimen adalah
kerak bumi (regolith) yang ditranspormasikan melalui proses
hidologi suatu tempat ketempat lain, baik secara horizontal maupun
secara vertikal. Proses sedimentasi diperairan meliputi rangkaian
pelepasan (detachment), penghanyutan (transportasi) dan pengendapan
(deposit) dari partikel-partikel sedimen. Proses penghanyutan
meliputi 4 cara yaitu: 1). Butiran dalam bentuk suspensi
(suspension), 2). Melompat (saltasion), 3). Berputar (rolling), 4).
Menggelinding (sliding). Proses selanjutnya butiran-butiran
tersebut mengendap akibat aliran air tidak dapat mempertahankan
geraknya.
DARLAN dalam TATIN (1999) menyebutkan bahwa sedimen dalam artian
umum adalah sekumpulan rombakan material (batuan, mineral organic)
yang mempunyai ukuran butiran tertentu. Jadi sedimen pantai adalah
hasil rombakan dari erosi sungai, erosi tebing pantai dan erosi
batuan dari laut, sebagian sedimen pantai adalah berasal dari
sungai yang bermuara di sekitar pantai.Sedimen adalah partikel
organik dan anorganik yang terakumulasi secara bebas (Duxbury et
al, 1991). Sedangkan endapan sedimen adalah akumulasi mineral dan
fragmen batuan dari daratan yang bercampur dengan tulang-tulang
organisme laut dan beberapa partikel yang terbentuk melalui proses
kimiawi yang terjadi di dalam laut (Gross, 1993)Friedman (1978)
memberikan pengertian sedimen adalah kerak bumi yang
ditranspormasikan dari suatu tempat ke tempat lain baik secara
vertikal maupun secara horizontal. Selanjutnya Ongkosongo (1992)
menambahkan proses hidrologi tersebut akan terhenti pada suatu
tempat dimana air tidak sanggup lagi membawa kerak bumi yang
tersuspensi tersebut. Biasanya suatu kawasan perairan tidak ada
sedimen dasar yang hanya terdiri dari satu tipe substrat saja,
melainkan terdiri dari kombinasi tiga fraksi yaitu pasir, lumpur
dan tanah liat.
SEIBOLD dan BERGER (1982) menambahkan tiga jenis utama sedimen,
yaitu Lithogenous, yaitu partikel yang masuk ke laut yang tersebar
dan tersusun di lantai laut, Hydrogenous, yaitu sedimen yang berupa
larutan yang mengendap terus menerus secara langsung, dan
Biogenous, yaitu sedimen yang berasal dari organisme. Di daerah
tepi laut sedimen lithogenous adalah yang paling dominan sedangkan
hydrogenous dan biogenous adalah yang dominan di laut dalam.
Berdasarkan asalnya sedimen dapat digolongkan atas tiga golongan
utama yaitu : 1) Lithogenous sediment, yaitu sedimen yang berasal
dari pengikisan batu-batuan dari darat baik yang berupa batu asli
atau yang sudah mengalami proses mekanik kimiawi; 2) Biogenous
sediment, yaitu sedimen yang berasal dari organik seperti sisa-sisa
kerangka hewan dan tumbuh-tumbuhan; 3) Hydrogenous sediment, yaitu
sedimen yang dihasilkan dari hasil reaksi kimia di laut (Hutabarat
dan Evans (1985)
Di perairan pesisir proses sedimentasi dipengaruhi oleh dinamika
perairan seperti pasang surut, gelombang, arus, penghancuran massa
air akibat perbedaan densitas antara ait tawar dan air laut, proses
biologi dan kimia perairan (Rusnak dalam Lauff, 1967). Disamping
itu proses sedimentasi juga dipengaruhi oleh sifat-sifat sedimen
itu sendiri yaitu ukuran, bentuk dan densitas dari buturan sedimen
(Dyer, 1986)
Carefoot (1977) menyatakan bahwa butiran sedimen dapat
dipindahkan dari perairan muara dalam jumlah yang besar karena
aktivitas arus dan gelombang yang intensif di muara. Jadi proses
erosi, pengangkutan dan pengendapan sedimen tergantung pada dua
faktor yaitu sifat kimia fisika sedimen itu sendiri dan kondisi
hidrologi di sekitarnya. Allen (1991) menambahkan muara sungai
menerima sedimen yang berasal dari tiga sumber utama : 1. Berasal
dari aliran sungai (darat). 2. Batuan dasar atau deposit yang
menyatu dengan dasar muara dan tebing karang, dan 3. Batuan dasar
yang berasal dari erosi yang terjadi di mulut muara ke arah
laut.
Umumnya endapan material yang dijumpai di daerah pesisir tidak
selalu merupakan endapan murni, tetapi merupakan hasil erosi,
material-material tersebut berpeluang untuk terbawa lebih jauh lagi
oleh arus. Material-material seperti ini dinamakan deposisi.
Selanjutnya dinyatakan bahwa transportasi oleh aliran lumpur
cenderung melenyapkan lapisan (stratafikasi) yang bisa terjadi pada
endapan dan bisa menyebabkan timbulnya pnumpukan jenis kuarsa
(pasir) dan bahan-bahan yang tidak halus di perairan dasr dekat
pantai (Perkins, 1974).
Ukuran partikel sedimen sering digunakan dalam klasifikasi
sedimen. Dalam klasifikasi sedimen ini partikel yang paling kasar
adalah boulder yang berdiameter lebih dari 256 mm ( sekitar 10
inchi). Boulder, cobel dan peble pada sebagian besar sedimen laut
pada fase berikutnya membentuk partikel yang lebih halus seperti
pasir, silt dan clay (Garrison, 2002)
Sedimen pantai diklasifikasikan berdasarkan ukuran butiran
menjadi lempung, lumpur (Mud), pasir (sand), kerikil (Garvel),
koral (pebble), cobble dan batu (boulder). Berdasarkan klasifikasi
menurut skala Wenworth lebih lanjut dijelaskan pasir mempunyai
diameter antara 0, 063 dan 2, 0 mm yang selanjutnya dibedakan
menjadi lima kelas. Material yang sangat halus seperti lempung
berdiameter dibawah 0, 063 mm yang merupakan sedimen kohesif
(Triatmodjo, 1999)
Hutabarat dan Evans (1985) menyatakan bahwa sedimen terutama
terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran
batu-batuan dan potongan-potongan cangkang (Shell) serta sisa-sisa
rangka-rangka organisme laut. Sebagian besar dasar laut yang
ditutupi oleh jenis partikel-partikel yang berukuran kecil yang
terdiri dari sedimen halus, sedangkan hampir semua pantai-pantai
ditutupi oleh jenis partikel-parikel yang berukuran besar yang
terdiri dari sedimen kasar.
Material berukuran besar akan lebih cepat terendapkan dari pada
material yang berukuran halus, sehingga dalam penyebarannya
partikel dipengaruhi oleh perbedaan energi yang nyata. William Dan
Richard Dalam Tatin (1999) menyatakan bahwa material berukuran
kasar akan lebih cepat terendapkan dari pada material berukuran
halus sehingga dalam penyebarannya material kasar lebih
terkonsentrasi di sekitar daratan dan material halus penyebarannya
lebih mengarah ke laut.
Thurman (1983) mengatakan bahwa pergerakan sedimen yang
dipengaruhi oleh kecepatan arus tergantung pada ukuran sedimen,
semakin besar ukuran partikelnya maka kecepatan arus yang
dibutuhkan juga semakin besar. Pergerakan sedimen merupakan factor
yang cukup dominan pada pembentukan morfologi wilayah pantai maupun
morfologi laut (Anonimus, 1994). Pergerakan sedimen dipengaruhi
oleh aksi gelombang, pasang surut, arus, morfologi laut dan pantai.
Butiran sedimen dapat dipindahkan dari muara dalam jumlah yang
besar karena aktifitas arus dan gelombang yang relatif di
muara.
Seibold Dan Berger (1982) mengatakan bahwa pada kecepatan 0.5
ms-1 dapat menggerakkan butiran sedimen yang berukuran 1 mm, hal
ini dapat disimpulkan bahwa butiran halus akan lebih sering
bergerak dari pada butiran kasar. Arus yang kuat frekuensinya lebih
rendah dari pada arus yang lemah.
Rifardi (2001) menyatakan partikel yang mempunyai ciri-ciri yang
dapat dikenal dari endapan induknya disebut fragmen batuan.
Kualifikasi ciri-ciri yang dapat dikenal ini penting dan perlu
karena dalam pengertian yang luas dapat dikenal. Oleh karena itu
partiekl-partikel yang terdiri dari individu-individu material
tidak digolongkan dalam fragmen batuan.
Pemilahan atau sortasi merupakan keseragaman butiran yang
mencerminkan tipe pengendapan, karakteristik arus pengendapan serta
kecepatan atau waktu pengendapan dari suatu populasi sedimen.
Skewness atau kemiringan merupakan cirri keseragaman dari suatu
populasi sedimen. Dyer (1986) menambahkan kurtosis merupakan suatu
ukuran untuk menilai selisih penyimpangan dari penyebaran yang
normal sampai ke yang sangat ekstrim.
III. METODE PRATIKUM
3.1. Waktu dan TempatPratikum ini dilaksanakan pada bulan 18-19
Mei 2008. Sampel sedimen diambil dari perairan Dumai Provinsi Riau.
Pratikum dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Riau 3.2. Bahan dan Alat
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum sedimen fraksi
sedimen yang menyusun sedimen permukaan pada perairan selat rupat
yaitu sampel sedimen yang diambil pada setiap titik sampling,
Hidrogen Peroksida (H2O2) 3% untuk memisahkan fraksi yang saling
lengket satu sama lain sehingga tidak terdapat kesalahan
analisis
Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum sedimen
fraksi sedimen yang menyusun sedimen permukaan pada perairan selat
rupat yaitu: Pratikum Di Lapangan yaitu :1). Kompas berfungsi untuk
mengetahui arah datangnya angin, dan juga arah arus laut.
Sehubungan kompas tangan yang akan dipakai mengalami kerusakan,
maka dipergunakan kompas pada kapal. 2). Peralatan Menulis
dipergunakan seperti pena, pensil, penggaris, kertas dan penghapus.
3). Grab Sampler berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang
ketebalannya tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk ke
dalam lapisan sedimen. Alat ini biasanya dipergunakan pada perairan
yang memiliki kedalaman relatif dangkal, karena mudah untuk
mengambil sample. Kelebihan dalam memakai grab sampler adalah
lokasi smpel dapat ditentukan dengan pasti, prakiraan kedalaman
dapat diketahui, sedangkan kerugiannya adalah kapal harus berhenti
sewaktu alat dioperasionalkan, sample mudah teraduk dan beberapa
fraksi sedimen yang halus dapat hilang sewaktu mengangkatnya. 4).
Drag Meter berfungsi hampir sama dengan Current meter, namun
berbeda dalam pengoperasionalannya. Current meter merupakan semacam
alat yang dapat menghitung kecepatan arus secara otomatis apabila
dicelupkan kedalam air, sementara drag meter berupa lembaran
plastik yang diapungkan ke permukaan perairan lalu dihitung berapa
panjang tali dan kemudian catat waktunya. 5). Global Positioning
System untuk penentuan lokasi sampling sedimen berdasarkan input
data dari satelit. Gps lebih akurat untuk penentuan lokasi sampling
atau lokasi suatu daerah secara teliti dan mendetail. 6). Secchi
Disc berfungsi untuk mengukur tingkat kecerahan perairan lokasi
sampling sedimen, yaitu dengan cara mencelupkan alat ini ke dalam
air lalu ukur panjang tali sampai secchi disc mulai menghilang dan
mulai tampak oleh mata baru hasilnya dirata-ratakan. 7).
Thermometer untuk mengukur suhu perairan lokasi pengambilan sample
sedimen, dengan cara mencelupkan thermometer ke dalam air laut.8).
Eccho Sounder untuk melakukan pendugaan kedalaman suatu
perairan.
9). Kantong Plastik sebagai tempat atau wadah setelah sample
sedimen diperoleh untuk dapat dibawa ke laboratorium.
Pratikum di laboratorium alat alat yang di gunakan yaitu 1)
Ayakan Bertingkat Alat ini berguna untuk memisahkan partikel
sedimen berdasarkan kelas ukurannya mulai dari fraksi kerikil
sampai pasir. Ukuran Mesh Size alat ini adalah ; 2 mm, 500 um, 250
um, 125 um, 62 um, 31 um, 16 um, 8 um, 4 um, 2 um. Ukuran ini
berdasarkan pada skala dan kelas butiran sedimen seperti yang
dikemukakan oleh Wenworth (1922). 2). Cawan Porselin dipergunakan
memiliki kapasitas 100 gr sample basah sebanyak satu buah,
berfungsi sebagai wadah untuk sample yang akan digerus supaya
menjadi lebih halus. 3) Tabung Silinder ini memiliki kapasitas 1000
ml sebanyak satu tabung untuk setiap sample. Tabung ini berfungsi
untuk analisa fraksi Lumpur dengan metoda pipet, dimana air hasil
bilasan yang lolos ayakan bertingkat dengan mesh size 63 um yaitu
fraksi Lumpur. 4) Pipet Volumetrik Pipet berukuran 25 ml sebanyak
dua buah per sample, yang dapat dipergunakan untuk analisa fraksi
Lumpur (bersamaan dengan tabung silinder dalam penggunaannya). 5)
Oven/Kompor untuk melakukan proses pengeringan sample sedimen guna
mendapatkan sedimen yang telah kering (berat kering; DW). 6)
Timbangan berguna dalam penentuan berat sample sedimen, baik berat
basah maupun berat kering. Sampel dengan mesh size yang berbeda
akan ditimbang satu per satu untuk mengetahui berta masing-masing
sample, dimana timbangan yang dipakai adalah timbangan Analitik
Digitan dan Neraca Ohauss7). Stopwatch Alat ini sangat penting
dalam tahap analisa fraksi Lumpur yang menggunakan metoda pipet.
8). Kertas Timah sebagai wadah sample sedimen, baik yang basah
maupun yang telah kering.
3.3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam pratikum ini adalah metode survei,
dimana perairan Dumai dijadikan lokasi pengambilan sampel. Sampel
yang diperoleh dari lokasi dianalisis ukuran partikel-partikel di
laboratorium, selanjutnya data yang diperoleh dibahas.3.4. Prosedur
Pratikum
1. Ambil sample sedimen dengan menggunakan Grab Sampler pada
lokasi sampling yang telah ditentukan.
2. Tempatkan sample yang telah didapat kedalam kantong plastik,
usahakan tidak ada gelembung udara pada saat membungkus sample hal
ini untuk menghindari kemungkinan kantong plastik pecah. Kemudian
ukur parameter lingkungan lainnya seperti Suhu perairan, Kecepatan
dan Arah Arus, Kecerahan dan kedalaman perairan lokasi
sampling.
3. Sampel yang telah siap di laboratorium tempatkan pada wadah
(kertas timah) kemudian ditimbang berat basahnya, yaitu 150 gram
untuk setiap sample dengan menggunakan timbangan analitik.
4. Sampel basah yang telah ditimbang beratnya, dikeringkan
dengan menggunakan oven/kompor pada suhu 105 0C sampai tidak ada
lagi kandungan airnya.
5. Sampel yang telah kering tempatkan dalam cawan porselin
tambahkan larutan Hidrogen Peroksida 3% secukupnya lalu gerus
hingga agak halus.
6. Sampel yang telah digerus, rendam dalam air lalu bilas dengan
menggunakan ayakan bertingkat untuk mendapatkan fraksi sedimen yang
berbeda sesuai dengan ukurannya masing-masing.
7. Ambil masing-masing sample yang tertahan pada masing-masing
tingkat ayakan, tempatkan ke dalam wadah sementara itu fraksi
sedimen yang masih lolos tempatkan dalam wadah botol untuk analisi
fraksi Lumpur.
8. Keringkan fraksi sample pasir yang telah didapat sesuai
ukuran mesh size dengan menggunakan oven. Setelah kering timbanglah
berat masing-masing sample.
9. Masukkan data berat masing-masing fraksi ke dalam table
perhitungan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
10. Fraksi pasir dapat dianalisis dengan menggunakan metoda
Settling Tube dan Metoda Pengayakan.
11. Fraksi Lumpur dianalisis dengan menggunakan metoda Pipet3.
5. Analisis Data.
3. 5. 1. Analisis Fraksi Lumpur.
Secara umum fraksi Lumpur dianalisa dengan menggunakan metoda
pipet, yaitu metoda yang sering digunakan karena simple dalam
penggunaannya, akurat dan hanya memerlukan peralatan sederhana.
Prosedur Analisis Fraksi Lumpur, yaitu ;
1. Sedimen yang lolos dari saringan ukuran mesh size 63 um
bersama airnya ditampung dalam sebuah wadah kemudain masukkan ke
dalam tabung silinder berukuran 1000 ml.2. Catat waktunya sesaat
menjelang air yang bercampur sedimen mendekati batas 1000 ml pada
tabung silinder. Tunggu selama 4 menit untuk mendapatkan fraksi
sedimen yang pertama.3. Setelah 4 menit pertama selesai dan sample
diambil, tunggu selama 15 menit lalu dengan menggunakan pipet ambil
sample sedimen tersebut.4. Setelah stopwatch menunjukkan waktu 30
menit maka lakukan lagi pengambilan yang terakhir. Tiap-tiap air
sapel yang telah diambil ditempatkan kedalam wadah, lalu keringkan
dengan menggunakan oven selama 24 jam.5. Hitung berat sample yang
telah kering beserta berat wadahnya.3. 5. 1. Analisis Fraksi
Pasir.
Fraksi pasir dianalisis dengan menggunakan metoda Pengayakan
baik pengayakan basah maupun pengayakan kering, yang paling efektif
adalah pengayakan kering karena sample tidak perlu mendapatkan
pemanasan dalam oven sehingga dapat menghemat waktu.
Pada saat akan melakuka analisi fraksi pasir dapat digunakan
ayakan bertingkat untuk memisahkan berbagai fraksi yang ada, yaitu
dengan ayakan bertingkat.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN4.1. HasilBerdasarkan analisis sampel
sedimen yang telah dilakukakan di laboratorium maka didapat hasil
sebagai berikut:Tabel 1. Analisa Sampel Sedimen pada Stasiun 1.
BK TotalPhiBCFraksigrPhi(gr)gr Fraksi% Fraksi%Phi% Kumulatif
-11.2933kerikil1.85220.55890.55890.65390.65390.6539
01.29962.70751.40791.64722.3011
11.27362.86871.59511.86624.1673
22.5959pasir4.53611.940232.489838.01192.27006.4373
85.472731.262719.498118.235421.334827.7720
41.980511.29179.311210.893838.6658
52.39662.48840.09180.107438.7732
61.27471.34510.07040.082438.8556
71.7681lumpur2.88431.116252.42461.33421.305940.1615
>73.447351.145659.8385100
Diketahui : 5= 1,6Ditanya : Mean Size=
16= 2,9
Sorting=
50= 7,2
Skewness=
84= 7,4
95= 7,6
Jawab;
MZ=
=5,83
SO=
=1,125 + 1,39
=2,5
SKL=
=(-6,77) + (-6,26)
=-32.77
% Fraksi: Kerikil= 0.6539%
Pasir= 38.0119%
Lumpur= 52.424%
Jenis fraksi pada Stasiun 1. adalah Fraksi Lumpur.Tabel 2.
Analisis Sedimen pada Stasiun 2.BK TotalPhiBCFraksiBC+ PhiPhi
(gr)gr fraksi% Fraksi% Phi%Kumulatif
75,7796-11,1349Kerikil1,23780,10290,10290,13580,13580,1358
00,9422Pasir1,20670,264511,584415,28700,34900,4848
11,04791,59520,54730,72221,2070
20,78551,59600,81051,06962,2760
30,95532,12411,16881,54243,8190
41,246010,03938,793311,603815,4228
50,9649Lumpur1,04460,079754,788584,57720,105215,5280
60,99301,05660,06360,083915,6119
71,23411,29260,05850,077215,6891
>71,125154,586784,3109100%
Diketahui : 5= 3,2Ditanya : Mean Size=
16= 4
Sorting=
50= 7,3
Skewness=
84= 7,5
95= 7,7
Jawab;
MZ=
=1,4
SO=
=0,875 + 4,5
=5,375
SKL=
=4,64 + 0,73
=5,37
% Fraksi: Kerikil= 0,1358%
Pasir= 15,2870%
Lumpur= 84,5772%
Jenis fraksi pada Stasiun 2 adalah Fraksi Lumpur
Tabel 3. Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 3.BK
TotalPhiBCFraksiBC+ PhiPhi (gr)gr fraksi% Fraksi% Phi%Kumulatif
104,3734-10,7011Kerikil0,81010,10900,10900.10440,10440,1044
01,1201Pasir1,22880,10799,62859,22500,10340,2078
10,45450,95760,49810,47720,6850
21,24732,15761,91031,83022,5152
31,17116,82905,65795,92017,9353
41,18832,64261,45431,39349,3287
50,6972Lumpur0,77380,076694,635990,67050,07349,4021
61,11951,17890,05940,05699,4590
70,56920,63890,06970,06689,5258
>70,969794,430290,4734100%
Diketahui : 5= 2,6Ditanya : Mean Size=
16= 7,1
Sorting=
50= 7,4
Skewness=
84= 7,5
95= 7,6
Jawab;
MZ=
=7,33
SO=
=0,1 + 0,83
=0,93
SKL=
=(-0,25) + (-18,4)
=-18,65
% Fraksi: Kerikil= 0.1044%
Pasir= 9,2250%
Lumpur= 90,6705%
=-18,65
% Fraksi: Kerikil= 0.1044%
Pasir= 9,2250%
Lumpur= 90,6705%
Jenis fraksi pada Stasiun 3 adalah Fraksi Lumpur
Tabel 4. Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 4.BK
TotalPhiBCFraksiBC+ PhiPhi(gr)gr Fraksi% Fraksi%Phi%
Kumulatif
-10.1346kerikil0.31660.1820.1820.25170.25170.2517
00.81731.21470.39740.54960.8013
10.04890.6160.56710.78421.5855
20.9716pasir1.31110.33952.00842.77740.46952.0550
72.312930.95181.26790.31610.43712.4921
41.22241.61070.38830.53703.0291
50.78611.46670.68060.94123.9703
61.31161.46670.15510.21454.1847
71.51lumpur1.71680.206870.122596.970940.28604.4707
>71.798669.0895.5293100
Diketahui : 5= 7 Ditanya : Mean Size=
16= 7,1
Sorting=
50= 7,3
Skewness=
84= 7,4
95= 7,5
Jawab:
MZ=
=7,26
SO=
=0,075 + 0,07
=0,145
SKL=
=(-3,33) + (-0,4)
=-3,73
% Fraksi: Kerikil= 0.2517%
Pasir= 2.7774%
Lumpur= 96.97094%
Jenis fraksi pada Stasiun 4 adalah Fraksi Lumpur
Tabel 5. Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 5.BK
TotalPhiBCFraksiBC+ PhiPhi (gr)gr fraksi% Fraksi% Phi%Kumulatif
65,8801-11,4377Kerikil1,51900,08130,08130,12340,12340,1234
01,3165Pasir1,54330,22688,574713,01560,34430,4677
11,43052,02260,59250,89941,3671
21,47933,40691,92762,92594,2930
31,42673,84102,41433,66477,9577
41,40614,81963,41355,181413,1391
52,6828Lumpur2,84790,165157,224186,86100,250613,3897
61,34071,51070,17000,258013,6477
72,88313,11060,22750,345313,9930
>72,668559,330056,661586,0070100%
Diketahui : 5= 2,2 Ditanya : Mean Size=
16= 7
Sorting=
50= 7,1
Skewness=
84 = 7,4
95= 75
Jawab;
MZ=
=7,16
SO=
=0,1 + 0,80
=0,9
SKL=
=0,25 + 2,25
=2,5
% Fraksi: Kerikil= 0,1234 %
Pasir= 13,0156%
Lumpur= 86,8610%
Jenis fraksi pada Stasiun 5 adalah fraksi Lumpur Pasiran
Tabel 6. Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 6.BK
TotalPhiBCFraksiBC+ PhiPhi (gr)gr fraksi% Fraksi% Phi%Kumulatif
100,6795-11,2747Kerikil1,29320,018510,01840,01840,01840,0184
01,2950Pasir1,48880,19386,69926,65400,19250,2109
11,15831,76990,61160,60750,8184
21,33333,34812,01482,00122,8196
31,47903,5909 2,11992,10564,9252
41,20232,9614 1,75911,74726,6724
51,2210Lumpur1,41280,191893,961893,32760,19056,8629
61,23971,43750,19780,19657,0594
71,16851,48090,31240,31037,3697
>71,164093,259892,6304100%
Diketahui : 5= 3,2 Ditanya : Mean Size= 6,2
16= 7
Sorting= 1,717
50= 7,2
Skewness= -1,095
84= 7,4
95= 7,5
Jawab;
MZ=
=7,16
SO=
=0,65
SKL=
=-4,68
% Fraksi: Kerikil= 0 %
Pasir= 5 %
Lumpur= 95 %
Jenis fraksi pada Stasiun 6 adalah fraksi LumpurTabel 7.
Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 7.BK
TotalPhiBCFraksigrPhi(gr)gr Fraksi% Fraksi%Phi% Kumulatif
-11.0254kerikil1.68810.66270.66271.53991.53991.5399
01.0146.02495.010911.643813.1837
10.97073.03672.0664.800817.9845
21.0304pasir2.48221.451810.475824.34263.373521.3580
43.034830.98712.30281.31573.057324.4153
41.01251.64390.63141.467225.8825
50.97341.05910.08570.199126.0817
61.00541.07530.06990.162426.2441
70.9996lumpur0.0567-0.942931.896374.11746-2.191024.0531
>71.01432.683675.9469100
Diketahui : 5= 2,9 Ditanya : Mean Size= 6,23
16= 3,6
Sorting= 1,727
50= 7,5
Skewness= 0,833
84= 7,6
95= 7,8
Jawab;
MZ=
=
=6,23
SO=
=
=1 + 0,727
=1,727
SKL=
=
=
=(-0,425) + (-0,458)
=-0,883
% Fraksi: Kerikil= 0 %
Pasir= 22,5 %
Lumpur= 77,5 %
Jenis fraksi pada Stasiun 7 adalah fraksi LumpurTabel 8.
Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 8.BK TotalPhiBCFraksiBC+
PhiPhi (gr)gr fraksi% Fraksi% Phi% Kumulatif
36,3221-10,7222Kerikil 2,23011,50791,50794,15154,15154,1515
00,9841Pasir
4,28373,299610,026027,60309,084313,2358
11,05452,77671,72224,741517,9795
20,73302,54991,81695,002222,9795
30,99003,23002,23106,142329,1218
41,10932,06560,95632,632831,7546
50,7945Lumpur0,85390,039424,788268,24550,106531,8631
60,73330,82070,08710,240632,1037
70,75930,80700,04770,131332,2350
>70,989524,613767,7651100%
Diketahui : 5= 3,4 Ditanya : Mean Size= 6,2
16= 3,9
Sorting=0,791
50= 7,1
Skewness= -0,704
84= 7,6
95= 7,8
Jawab;
MZ=
=
=6,2
SO=
=
=0,125 + 0,666
=0,791
SKL=
=
=
=(-0,364) + (-0,340)
=-0,704
% Fraksi: Kerikil= 0 %
Pasir= 22 %
Lumpur= 78 %
Jenis fraksi pada Stasiun 8 adalah fraksi LumpurTabel 9.
Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 9.BK TotalPhiBCFraksiBC+
PhiPhi (gr)gr fraksi% Fraksi% Phi%Kumulatif
42,0074-10,7111Kerikil0,94270,23160,23160,55130,55130,5513
00,6278Pasir1,22670.59894,07459,69951,42571,9770
10,67881,39720,71841,71023,6872
20,60011,69921,09912,61646,3036
30,59901,87041,27143,02669,3302
40,60360,99030,38670,920610,2508
50,6788Lumpur0,76400,085237,701389,74920,202810,4536
60,63760,79300,15540,369910,8235
70,66010,74130,08120,193311,0168
>70,615737,379588,9831100%
Diketahui : 5= 7,1 Ditanya : Mean Size= 7.6
16= 7,5
Sorting= 0,156
50= 7,6
Skewness= -0,214
84= 7,7
95= 7,8
Jawab;
MZ=
=
=7,6
SO=
=
=0,050 + 0,106
=0,156
SKL=
=
=
=0 + (-0,214)
=-0,214
% Fraksi: Kerikil=0%
Pasir= 3 %
Lumpur= 97 %
Jenis fraksi pada Stasiun 9 adalah fraksi Lumpur
Tabel 10. Analisis Sampel Sedimen pada Stasiun 10.
BK TotalPhiBCFraksiBC+ PhiPhi (gr)gr fraksi% Fraksi% Phi%
Kumulatif
47,6299-10,4770Kerikil0,57110,09410,09410,19760,19760,1976
00,4405Pasir0,53140,09090,37440,78610,19090,3885
10,46360,49750,03390,07120,4597
20,52070,56520,04450,09340,5531
30,46010,53290,07280,15290,7060
4 0,50400,63630,13230,27780,9838
50,4802Lumpur0,63520,155047,161499,01630,32541,3092
60,74910,88341,13430,28201,5912
70,76170,81860,05650,11861,7098
>70,756746,815698,2903100%
Diketahui : 5= 2,8 Ditanya : Mean Size= 6,26
16= 3,9
Sorting= 1,667
50= 7,3
Skewness= -0,836
84= 7,6
95= 7,7
Jawab;
MZ=
=
=6,26
SO=
=
=0,925 + 0,742
=1,667
SKL=
=
=
=(-0,418) + (-0,418)
=-0,836
% Fraksi: Kerikil= 0%
Pasir= 17%
Lumpur= 83%
Jenis fraksi pada Stasiun 10 adalah fraksi lumpur
4.2. Pembahasan
4.2.1. Suhu
Suhu air diperairan pantai muara sungai mesjid berkisar antara
27-100C. bervariasinya nilai suhu diseluruh stasiun dimungkinkan
karena adanya variasi dari kedalaman dan kecerahan disetiap stasiun
praktikum. Kedalaman dan kecerahan yang berbeda bisa mengakibatkan
suhu perairan bervariasi dari satu tempat ketempat lainnya.
Hal ini akibat dari intensitas cahaya matahari yang masuk
kedalam suatu perairan. Pada perairan yang dalam dan memiliki
kecerahan yang tinggi, suhu menyebar rata hingga pertengahan dan
dasar perairan. Sedangkan pada perairan yang dangkal dan memiliki
kecerahan yang rendah, maka suhu yang tidak merata dan bisa lebih
tinggi.
4.2.2. Arus
Arus merupakan gerakan mengalir dari suatu massa air yang dapat
disebabkan oleh gerakan bergelombang panjang, antara lain arus yang
disebabkan oleh pasang surut. Arus yang disebabkan oleh pasang
surut biasanya lebih banyak dapat diamati diperairan pantai,
terutama pada selat-selat yang sempit dengan kisaran pasang surut
yang tinggi. Pada permukaan lapisan permukaan perairan arus sangat
dipengaruhi oleh angin (Nontji, 1993)
Arus yang disebabkan oleh pasang surut dipengaruhi oleh dasar
perairan. Arus pasang surut yang kuat akan ditemui dekat permukaan
dan akan menurun kecepatannya semakin mendekati dasar perairan, hal
ini disebabkan adanya gesekan dasar (botton fraction). Bouden
(1983).
Uktoselya dalam Birowo (1976) menyatakan bahwa kwadaan arus laut
pada umumnya terjadi akibat pengaruh beberapa gaya yang bersamaan,
yang terdiri dari arus tetap arus periodik (arus pasang surut).
Ongkosongo (1980) menyatakan bahwa arus dan gelombang merupakan
parameter fisika yang dapat menyebabkan terjadinya erosi diperairan
pantai. Kemudian Hadikusumah (1988), mengemukakan bahwa sistem arus
atau pola sirkulasi air laut merupakan salah satu aspek dinamika
air yang sangat penting karena berpengaruh terhadap lingkungan
sekitarnya, misalnya sebaran biologi, kimia polusi, dan terhadap
sedimen transportasi.
Arus dan gelombang adalah penyebab utama dalam pembentukan
pantai, karena gelombang mendorong tipe-tipe sedimen dasar laut
yang relatif kasar, menuju kearah pantai dengan puncak-puncak
terdepan. Faktor-faktor yang paling dominan dalam transport
sediemen adalah pergerakan massa air. Adanya aksi gelombang arus
pasang surut serta terjasinya suatu perubahan mendadak dilautan
isalnya tsunami yang akan mengakibatkan terjadinya proses erosi
sedimen (Perkins, 1974)
Olsen dan Burges (1967) menyatakan bahwa sedimen dala bentuk
suspended solid dibawa kekolom air. Lapisan yang emngandung
material terlarut ini akan teraduk begiru sampai kemuara, sehingga
sedimen terangkat kelapisan atas dan mungkin terbawa ketempat yang
lebih jauh oleh arus dan gelombang.
Proses pengangkutan dan pengendapan sedimen tergantung pada dua
faktor yaitu sifat fisika-kimia sediemn itu sendiri dan kondisi
hidrologi disekitarnya. Selanjutnya dijelaskan (Friedman dan
Sanders, 1978). Gelombang yang datang menyusur pantai dapat
menimbulkan arus pantai yang berperan terhadap proses sedimentasi
atau abrasi pantai, hasil dari abrasi tersebut adalah sedimen yang
terbentuk dihadapan pantai.
Arus ditandai oleh arah kecepatan serta gerakannya secara
horizontal. Untuk dapat membedakan macam-macam arus, perlu
ditentukan suatu klasifikasiarus antara lain adalah: 1) ditinjau
dari segi tenaga penyebabnya, 2) ditinjau dari segi letaknya
terhadap kedalaman air, 30 ditinjau dari sifat-sifat gerakannya,
4). Ditinjau dari segi sifat fisika-kimianya, 5) ditinjau dari segi
kestabilan arah,Parjaman (1997).
4.2.3. Kecerahan
Hasil pengukuran kecerahan perairan Muara Sungai Mesjid
kelurahan Dumai baratPurnama berkisar antara 1-1,6 meter.
(tabel-2). Kecerahan terendah adalah 1 meter, diperoleh pada
stasiun 3 dan 4. hal ini disebabkan karena cuaca yang tidak
mendukung pada saat pengukuran kecerahan distasiun tersebut.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kecerahan diperairan pantai
Muara Sungai Mesjid tidak terlalu tinggi, keadaan ini juga
dipengaruhi oleh cuaca yang tidak mendukung dan juga karena
perairan yang didominasi oleh jenis sedimen lumpur. Selain itu aus
yang tenang menyebabkan lokasi penelitian tersebut didominasi oleh
substrat lumpur, karena kemungkinan partikel yang halus tersuspensi
sangat besar.
Kenyataan ini sejalan dengan pendapat Ahmad et al (1991), yang
menyatakan akibat penetrasi cahaya matahari yang kuat, diduga bisa
melemahkan kandungan sedimen dalam kolom air dan melemahkan ikatan
antara partikel-partikel sedimen tidak lagi saling mengikat.
Akhirnya partikel sedimen itu jauh kedasar dan mengendap dan
mengendapkan kecerahan menjadi tinggi.4.2.4. Kecepatan arus
Kecepatan arus merupakan salah sau parameter yang dapat
mempengaruhi kecepatan pengendapan partikel sedimen. Semakin tinggi
kecepatan arus, maka semakin kecil kesempatan untuk mengendap.
Begitu juga sebaliknya, semakin besar kecepatan arus maka
kesempatan sedimen untuk mengendap semakin besar.4.2.5. Topografi
pantai
Panggabean (1994) mengemukakan bahwa arus akan dipengaruhi oleh
topografi dasar perairan, oleh karena itu distribusi fraksi sedimen
akan sanagt tergantung dari bentuk dasar perairan terutama keadaan
kedlaaman perairan yang akan mempengaruhi bentuk dan pola arus.
Ghalib (1999) mengemukakan bahwa pada perairan yang dangkal
(1/2) panjang gelombang maka kedalaman perairan merupakan variabel
yang memepengaruhi kecepatan gelombang, dimana kedalaman dari
setengah panjang gelombang secara progresif orbit menjadi mendatar
dengan meningkatnya kedalaman.
Kemudian Nontji (1993) menyatakan bahwa dalam garis besarnya
gelombang atau ombak yang pecah dapat dibagi menjadi dua macam
yaitu: ambak terjun dan ombak landai. Ombak terjun terjadi dipntai
yang dasar lautannya terjal dengan hempasan yang hebat. Ambak
landai terbentuk dipantai yang landai pada bagian depannya terdapat
sebaris buih yang senantiasa berjatuhan, ombak ini selamanya berada
dalam keadaan hampir pecah.
Ongkosono (1981) mengemukakan bahwa semakin datar keadaan
topografi pantai maka perairan tersebut semakin tenang dan energi
yang ditimbulkan arus dan gelombang yang membangkitkan arus
menyusur pantai.
Kondisi kelerengan dasar perairan cenderung datar menunjukkan
perairan tersebut relatif tenang dengan energi kinetik yang
ditimbulkan arus dan gelombang yang akan membangkitkan arus sejajar
pantai sebagai pengangkutan fraksi sedimen sehingga terjasi
beting.
Selanjutnya Ompi et al (1990) menyatakan bahwa pengandapan pasir
tergantung pada media angkut, dimana bila kecepatan berkurang,
media tersebut tidak mamapu mengangkut sedimen ini sehingga terjadi
pengendapan.
Adanya sedimen pasir menunjukkan bahwa arus dan gelombang sangat
kuat sehingga sedimen ini dijumpai pada daerah yang terbuka atau
langsung berhadapan dengan hempasan gelombang. Selanjutnya
pengendapan lumpur terjadi karen arus dan gelombang benar-benar
tenang dan dijumpai pada daerah-daerah dimana arus dan gelombang
terhalang oleh pulau-pulau.
Andayani, (1999) mengemukakan bahwa sedimen yang mengendap pada
muara ungai maupun pada daerah yang telah menjadi daratan, berasal
dari proses pengikisan yang dibawa oleh arus sungai. Sedimen ini
terdiri dari campuran lumpur, liat dan pasir sekitar 1%.
Michael (1974) menyatakan bahwa pengangkutan sedimen didasar
laut tidak hanya terdiri dari satu tipe substrat, tetapi juga
terdiri dari kombinasi tiga fraksi sedimen yaitu: pasir, lumpur dan
liat. 4.2.4. Kedalaman perairan
Pengukuran kedalaman dilakukan dengan menggunakan alat yang
disebut dengan EcoSounder. Karena topografi dasar perairan yang
berbeda maka kedalaman perairan juga berubah-ubah seiring dengan
frukuasi pasang surut.
DAFTAR PUSTAKA
Allen, J. R. L. 1991. Fine sediment and Its sources of Severn
Estuary and Inner Briston Channel, South West Britain. Sedimentary
Geology. 91: 56-105.
Carefoot, T. 1977. Sea Shore Ecology. University of Queensland
Press, St. Lucia. London. New York.
Dahuri, R., J. Rais., S. P. Ginting., M. J. Sitepu. 2001.
Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
Pradnya Paramita. Jakarta.
Duxbury, A. B., and Alison, B. Duxbury. 1991. Fundamental of
Oceanography. Wm C Brown. Dubuque.
Dyer, K. R. 1986. Coastal and Estuary Sediment Dynamic. A Willy
Interscience Publication. New York. 29 pp
Friedman, R. 1978. Kind of Sediment Particle. Mc. Graw Hill Book
Company. New York. 210 p
Friedman, G. M. and J. E. Sanders. 1978. Principle of
Sedimentary. Jhon Willey and Sons. New York. 470 pp
Garrison, T. 2002. Oceanographyan Invination to marine Science
4th Edition Brooks/cole. Stanford
Gross, M., Grant. 1993. Oceanography a View of Erath. 6th
Edition. Prentice Hall. New Jersey.
Hutabarat, S dan S. M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi.
Universitas Indonesia Press. Jakarta. 159 hal.Ongkosongo, O. S. R.
1992. Keadaan Lingkungan Fisik Pantai Jakarta. LON-LIPI. Jakarta.
15 hal.
Perkins, E. J. 1974. the Biology of Estuary and Coastal Water.
Departement of Biology. University Strathelyde. Scotland. 132-155
pSiagian, S. P., 2006. Kandungan Logam Berat (Pb, Cu, Cd, Ni dan
Zn) Dalam Air Laut Dan Sedimen Di Perairan Rupat Provinsi Riau.
Skripsi Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universita Riau.
Pekanbaru. (Tidak diterbitkan).
Triatmodjo, B. 1999. Tehnik Pantai. Beta Offset. Yogyakarta
Koesoemadinata,r. P. 1985. Prinsip-prinsip sedimentasi. Fakultas
Teknik Institute Tekniologi bandung. Bandung
Kusuma, P. 1991. Pemantauan pergerakan Sedimen DilagunaSegara
anakan jawa Tengah dengan Menggunakan Citra Landsat MSS. Skripsi.
Fakultas Perikanan Institut Pertanian bogor, bogor. 92 hal (tidak
diterbitkan)
McDowell, D. M. and B. A. O connor. 1977. Hedraulie Behavior of
Esturies. The Mac Millan Press Ltd., London. 213 pp.
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan, Jakarta. 368
hal.
Nybakken, j. W. A Guide to Clasification in Geology. Ellis
Horwood Limited. England. 110 pp.
Ongkosono, O. S. R., 1981. Keadaan Lingkungan Fisik Pantai
Jakarta. LON-LIPI. Jakarta. 16 hal.
Perkins, E. J., 1974. The Biology of Estuaries and coastal
Waters. Academic Press, London. 678 pp.
Rifardi. 1994. Penuntun Praktikum mata Kuliah Sedimentologi
Laut. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan UNRI,
Pekanbaru. 14 hal (tidak diterbitkan)
Uktoselyo, H., dan Birowo. S., 1992. Beberapa Aspek Fisika Laut
dan Peranannya Dalam Pencemaran Laut. Lembaga Oseanology nasional.
LIPI. 16-17 Mei 1976. Jakarta. 186 hal (tidak diterbitkan).
Lampiran 1.Gambar 1. Peta Lokasi
Gambar 4. GPS Garmin
Gambar 3.Saringan
Gambar 2. Kondisi PerairanGambar 4. Petersen GrabGambar 5.
GPS
Gambar 7. Cawan sampel
LAMPIRAN
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
20
20
20
75
75
75
Muddy sand
Muddy gravel
Gravely mud
Gravely sand
Sand
Gravel
Mud
Sandy gravel
Sandy mud
Gravel Sand Mud
100
100
100
_1274577191.unknown
_1274577199.unknown
_1274577207.unknown
_1274577211.unknown
_1274577215.unknown
_1274577217.unknown
_1274577219.unknown
_1274577220.unknown
_1274577221.unknown
_1274577218.unknown
_1274577216.unknown
_1274577213.unknown
_1274577214.unknown
_1274577212.unknown
_1274577209.unknown
_1274577210.unknown
_1274577208.unknown
_1274577203.unknown
_1274577205.unknown
_1274577206.unknown
_1274577204.unknown
_1274577201.unknown
_1274577202.unknown
_1274577200.unknown
_1274577195.unknown
_1274577197.unknown
_1274577198.unknown
_1274577196.unknown
_1274577193.unknown
_1274577194.unknown
_1274577192.unknown
_1274577182.unknown
_1274577186.unknown
_1274577188.unknown
_1274577189.unknown
_1274577187.unknown
_1274577184.unknown
_1274577185.unknown
_1274577183.unknown
_1274577178.unknown
_1274577180.unknown
_1274577181.unknown
_1274577179.unknown
_1274577176.unknown
_1274577177.unknown
_1274577175.unknown