Top Banner
1 UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA KARASIBAZHU (Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur) Memahami Faktor-faktor Penyebab Kehadiran dan Lenyapnya Hidayah Allah Hidayah Allah merupakan karunia Allah yang diberikan olehNya kepada siapa pun yang dikehendaki olehNya. Dan, menurut pandangan para ulama, dikarenakan inti dan hakikat hidayah (petunjuk) adalah (karena) taufiq (bimbingan) dari Allah Ta’âlâ, maka berdoa dan memohon hidayah kepada Allah Ta’âlâ merupakan sebab yang paling utama untuk mendapatkan hidayahNya. Dalam hadits qudsi (yang shahih), Allah Ta’âlâ berfirman:
13

Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

Apr 14, 2017

Download

Education

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

1

UNIVERSITY RESIDENCE - UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

KARASIBAZHU (Kajian Rabu Siang Ba’da Zhuhur)

Memahami Faktor-faktor Penyebab

Kehadiran dan Lenyapnya Hidayah Allah

Hidayah Allah merupakan karunia Allah yang diberikan olehNya kepada siapa pun yang dikehendaki olehNya. Dan, menurut pandangan para ulama, dikarenakan inti dan hakikat hidayah (petunjuk) adalah (karena) taufiq (bimbingan) dari Allah Ta’âlâ, maka berdoa dan memohon hidayah kepada Allah Ta’âlâ merupakan sebab yang paling utama untuk mendapatkan hidayahNya.

Dalam hadits qudsi (yang shahih), Allah Ta’âlâ berfirman:

Page 2: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

2

"Hai hamba-Ku, sesungguhnya Aku telah mengharamkan diri-Ku untuk berbuat zalim dan perbuatan zalim itu pun Aku haramkan di antara kamu. Oleh karena itu, janganlah

kamu saling berbuat zalim! Hai hamba-Ku, kamu sekalian berada dalam kesesatan,

kecuali orang yang telah Aku beri petunjuk. Oleh karena itu, mohonlah petunjuk

kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikannya kepadamu! Hai hamba-Ku, kamu

sekalian berada dalam kelaparan, kecuali orang yang telah Aku beri makan. Oleh karena itu, mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku akan memberimu makan! Hai hamba-Ku, kamu sekalian telanjang dan tidak mengenakan sehelai pakaian, kecuali orang yang Aku beri pakaian. Oleh karena itu, mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku akan

memberimu pakaian! Hai hamba-Ku, kamu sekalian senantiasa berbuat salah pada malam dan siang hari, sementara Aku akan mengampuni segala dosa dan kesalahan. Oleh karena itu, mohonlah ampunan kepada-Ku, niscaya aku akan mengampunimu! Hai hamba-Ku, kamu sekalian tidak akan dapat menimpakan mara bahaya sedikitpun

kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Selain itu, kamu sekalian tidak akan dapat memberikan manfaat sedikitpun kepada-Ku, tetapi kamu merasa dapat melakukannya. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta manusia dan jin, semuanya berada pada tingkat ketakwaan yang paling tinggi, maka hal itu sedikit pun tidak akan menambahkan kekuasaan-Ku.

Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan serta jin dan manusia semuanya berada pada tingkat kedurhakaan yang paling buruk, maka hal itu sedikit pun tidak akan mengurangi kekuasaan-Ku. Hai hamba-Ku, seandainya orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang belakangan

serta semua jin dan manusia berdiri di atas bukit untuk memohon kepada-Ku, kemudian masing-masing Aku penuh permintaannya, maka hal itu tidak akan mengurangi kekuasaan yang ada di sisi-Ku, melainkan hanya seperti benang yang menyerap air ketika dimasukkan ke dalam lautan. Hai hamba-Ku. Sesungguhnya amal perbuatan

kalian senantiasa akan Aku hisab (adakan perhitungan) untuk kalian sendiri dan kemudian Aku akan berikan balasannya. Barangsiapa mendapatkan kebaikan, maka

Page 3: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

3

hendaklah ia memuji Allah Subhânahu wa Ta'âlâ. Dan barangsiapa yang

mendapatkan selain itu (kebaikan), maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri."1

Oleh karena itu, Allah Subhânahu wa Ta'âlâ yang maha sempurna rahmat dan kebaikannya, memerintahkan kepada hamba-hambaNya untuk selalu berdoa memohon hidayah dan taufiq kepadaNya, sebagaimana tersebut dalam kitab suci al-Quran,

“Berikanlah kepada kami hidayah ke jalan yang lurus”.2

Syaikh ‘Abdur Rahman as-Sa’di berkata: “Doa (dalam ayat ini) termasuk doa yang paling menyeluruh dan bermanfaat bagi manusia, oleh karena itu, wajib bagi setiap muslim untuk berdoa kepadaNya dengan doa ini di setiap rakaat dalam shalatnya, karena kebutuhannya yang sangat besar terhadap hal tersebut.”3

Dalam banyak hadits yang shahih, Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita doa untuk memohon hidayah kepada Allah Subhânahu wa Ta'âlâ. Misalnya doa yang dibaca dalam qunut shalat:

“Ya Allah, berilah aku petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku kesehatan seperti orang yang telah Engkau beri kesehatan. Pimpinlah aku bersama-sama orang-orang yang telah Engkau pimpin. Berilah berkah pada segala apa yang telah Engkau pimpin. Berilah berkah pada segala apa

1Hadits Riwayat Muslim dari Abu Dzar al-Ghiffari, Shahîh Muslim, juz VIII,

hal. 16, hadits no. 6737. 2 QS al-Fatihah/1: 6 3Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah as-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân Fî

Tafsîr Kalâm al-Mannân, juz I, hal. 39

Page 4: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

4

yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan peliharalah aku dari kejahatan yang Engkau pastikan. Karena, sesungguhnya Engkaulah yang menentukan dan tidak ada yang menghukum (menentukan) atas Engkau. Sesungguhnya tidaklah akan hina orang-orang yang telah Engkau beri kekuasaan. Dan tidaklah akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha berkahlah Engkau dan Maha Luhurlah Engkau.”4

Juga doa beliau (Rasulullah) Shallallâhu’alaihi wa sallam:

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri (dari segala keburukan) dan kekayaan hati (selalu merasa cukup dengan pemberian-Mu).”5

Sebaliknya, keengganan atau ketidaksungguhan untuk berdoa kepada Allah Ta’âlâ memohon hidayahNya merupakan sebab besar yang menjadikan seorang manusia terhalangi dari hidayahNya.

Oleh karena itu, Allah Subhânahu wa Ta'âlâ sangat murka terhadap orang yang enggan berdoa dan memohon kepadaNya, sebagaimana sabda Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam:

“Sesungguhnya barangsiapa yang enggan untuk memohon kepada Allah maka Dia akan murka kepadanya.”6

Hal-hal lain yang menjadi sebab datangnya hidayah Allah Subhânahu wa Ta'âlâ selain yang dijelaskan di atas adalah sebagai berikut:

4Hadits Riwayat Abu Dawud, Sunan Abî Dâwud, juz I, hal. 536, hadits no. 1427; Hadits Riwayat an-Nasa-i, Sunan an-Nasâiy, juz III, hal. 248, hadits no. 1745; Hadits Riwayat Ibnu Majah, Sunan ibn Mâjah, juz II, hal. 252, hadits no. 1178 dan Hadits Riwayat Ahmad bin Hanbal, Musnad Ahmad ibn Hanbal, juz I, hal. 199, hadits no. 1718, dari Al-Hasan bin Ali

5Hadits Riwayat Muslim dari Abdullah bin Mas’ud, Shahîh Muslim, juz VII, hal. 81, hadits no. 7079.

6Hadits Riwayat at-Tirmidzi dari Abu Hurairah, Sunan at-Tirmidzi, juz V, hal. 456, hadits no. 3373.

Page 5: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

5

1. Tidak bersandar kepada diri sendiri dalam melakukan semua kebaikan dan meninggalkan segala keburukan

Makna kalimat di atas, artinya selalu bergantung dan bersandar kepada Allah Ta’âlâ dalam segala sesuatu yang dilakukan atau ditinggalkan oleh seorang hamba, serta tidak bergantung kepada kemampuan diri sendiri.

Ini merupakan sebab utama untuk meraih taufiq dari Allah Subhânahu wa Ta'âlâ yang merupakan hidayah yang sempurna, bahkan inilah makna taufiq yang sesungguhnya sebagaimana yang dijelaskan oleh para ulama Ahlus Sunnah.

Coba renungkan pemaparan Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah: “Kunci pokok segala kebaikan adalah dengan kita mengetahui (meyakini) bahwa apa yang Allah kehendaki (pasti) akan terjadi dan apa yang Dia tidak kehendaki maka tidak akan terjadi. Karena pada saat itulah kita yakin bahwa semua kebaikan (amal shaleh yang kita lakukan) adalah termasuk nikmat Allah (karena Dia-lah yang memberi kemudahan kepada kita untuk bisa melakukannya), sehingga kita akan selalu mensyukuri nikmat tersebut dan bersungguh-sungguh merendahkan diri serta memohon kepada Allah agar Dia tidak memutuskan nikmat tersebut dari diri kita. Sebagaimana (kita yakin) bahwa semua keburukan (amal jelek yang kita lakukan) adalah karena hukuman dan berpalingnya Allah dari kita, sehingga kita akan memohon dengan sungguh-sungguh kepada Allah agar menghindarkan diri kita dari semua perbuatan buruk tersebut, dan agar Dia tidak menyandarkan (urusan) kita dalam melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan kepada diri kita sendiri.

Telah bersepakat Al-‘Ârifûn (orang-orang yang memiliki pengetahuan yang dalam tentang Allah dan sifat-sifatNya) bahwa asal semua kebaikan adalah taufiq dari Allah Subhânahu wa Ta'âlâ kepada hambaNya, sebagaimana asal semua keburukan adalah khidzlân (berpalingnya) Allah Subhânahu wa Ta'âlâ dari hambaNya. Mereka juga bersepakat bahwa (makna) taufiq itu adalah dengan Allah tidak menyandarkan (urusan kebaikan/keburukan) kita kepada diri kita sendiri, dan (sebaliknya arti) al-khidzlân (berpalingnya Allah Subhânahu wa Ta'âlâ dari

Page 6: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

6

hamba) adalah dengan Allah membiarkan diri kita (bersandar) kepada diri kita sendiri (tidak bersandar kepada Allah Subhânahu wa Ta'âlâ).”7

Inilah yang terungkap dalam doa yang diucapkan oleh Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam:

“ Wahai Dzat yang Maha Hidup lagi Maha Berdiri Sendiri dengan rahmat-Mu aku

meminta pertolongan, jadikanlah baik semua urusanku dan janganlah Engkau

membiarkan diriku bersandar kepada diriku sendiri (meskipun cuma) sekejap

mata.”8

Oleh karena inilah makna dan hakikat taufiq, maka kunci untuk mendapatkannya adalah dengan selalu bersandar dan bergantung kepada Allah Subhânahu wa Ta'âlâ dalam meraihnya dan bukan bersandar kepada kemampuan diri sendiri.

Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyyah berkata: “Kalau semua kebaikan asalnya (dengan) taufiq yang itu adanya di tangan Allah (semata) dan bukan di tangan manusia, maka kunci (untuk membuka pintu) taufiq adalah (selalu) berdoa, menampakkan rasa butuh, sungguh-sungguh dalam bersandar, (selalu) berharap dan takut (kepadaNya). Maka ketika Allah telah memberikan kunci (taufiq) ini kepada seorang hamba, berarti Dia ingin membukakan (pintu taufiq) kepadanya.Dan ketika Allah memalingkan kunci (taufiq) ini dari seorang hamba, berarti pintu kebaikan (taufiq) akan selalu tertutup baginya.”9

2. Selalu mengikuti dan berpegang teguh dengan agama Allah Subhânahu

wa Ta'âlâ

7Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Al-Fawâ-id”, juz I (Beirut: Dâr al-Kitâb al-

‘Ilmiyyah, 1393 H./1973 M.), hal. 97. 8Hadits Riwayat an-Nasa-i dari Anas bin Malik, Sunan an-Nasâiy, juz IX, hal.

212, hadits no. 10330 9Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Al-Fawâid, … hal. 97.

Page 7: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

7

Allah Subhânahu wa Ta'âlâ berfirman:

“Maka jika datang kepadamu (wahai manuia) petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, maka dia tidak akan tersesat dan tidak akan sengsara (dalam hidupnya).”10

Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa orang yang mengikuti dan berpegang teguh dengan petunjuk Allah Subhânahu wa Ta'âlâ yang diturunkanNya kepada RasulNya (Muhammad) Shallalâhu ‘alaihi wa sallam, dengan mengikuti semua perintahNya dan menjauhi segala laranganNya, maka dia tidak akan tersesat dan sengsara di dunia dan akhirat, bahkan dia selalu mendapat bimbingan petunjukNya, kebahagiaan dan ketenteraman di dunia dan akhirat.9

Dalam ayat lain, Allah Subhânahu wa Ta'âlâ berfirman:

“Dan orang-orang yang selalu mengikuti petunjuk (agama Allah Ta’âlâ) maka Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketaqwaannya.”11

3. Membaca al-Qur-an dan merenungkan kandungan maknanya

Allah Subhânahu wa Ta'âlâ berfirman:

10QS Thâhâ/20: 123 11QS Muhammad/47: 17

Page 8: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

8

“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mu’min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”12

Imam Ibnu Katsir berkata: “(Dalam ayat ini) Allah Subhânahu wa

Ta'âlâ memuji kitabNya yang mulia yang diturunkannya kepada RasulNya (Muhammad) Shallalâhu ‘alaihi wa sallam, yaitu al-Qur-an, bahwa kitab ini memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus dan jelas.”13

Maksudnya: yang paling lurus dalam tuntunan berkeyakinan, beramal dan bertingkah laku, maka orang yang selalu membaca dan mengikuti petunjuk al-Qur-an, dialah yang paling sempurna kebaikannya dan paling lurus petunjukNya dalam semua keadaannya.14

4. Menaati dan meneladani sunnah Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam

Allah Subhânahu wa Ta'âlâ menamakan wahyu yang diturunkankannya kepada Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam sebagai al-hudâ (petunjuk) dan dîn al-haq (agama yang benar) dalam firmanNya:

“Dialah (Allah Subhânahu wa Ta'âlâ) yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar dimenangkanNya terhadap semua agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi.”15

Para ulama Ahli Tafsir menafsirkan al-huda (petunjuk) dalam ayat ini dengan ilmu yang bermanfaat dan dîn al-haq (agama yang benar) dengan amal saleh.16

12QS al-Isrâ’/17: 9 13Lihat, Ibnu Katsir, Tafsir al-Qurân al-‘Azhîm, juz IV, hal. 209 dan as-Sa’di,

Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, hal. 335. 14Lihat As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân…, hal. 454. 15QS al-Fath/48: 28 16Lihat, Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, juz IV, hal. 209 dan As-Sa’di,

Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, hal. 335.

Page 9: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

9

Ini menunjukkan bahwa sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi Wasallam adalah sebaik-baik petunjuk yang akan selalu membimbing manusia untuk menetapi jalan yang lurus dalam ilmu dan amal.

Dalam hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

“Sesungguhnya sebenar-benar ucapan adalah kitab Allah (al-Qurân), sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan (baru dalam agama).”17

Inilah makna firman Allah Subhânahu wa Ta'âlâ:

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (balasan kebaikan pada) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”18

5. Mengikuti pemahaman dan pengamalan para Shahabat Radhiyallâhu ’anhum dalam beragama

Allah Subhânahu wa Ta'âlâ berfirman:

17Hadits Riwayat an-Nasa-i dari Jabir bin Abdullah, Sunan an-Nasâiy, juz II, hal.

308, hadits no. 1799. 18QS al-Ahzâb/33: 21.

Page 10: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

10

“Jika mereka beriman seperti keimanan yang kalian miliki, maka sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam perpecahan.”19

Ayat ini menunjukkan kewajiban mengikuti pemahaman para Shahabat radhiyallâhu ’anhum dalam keimanan, ibadah, akhlak dan semua perkara agama lainnya, karena inilah sebab untuk mendapatkan petunjuk dari Allah Ta’âlâ. Para Shahabat radhiyallâhu ’anhum adalah yang pertama kali masuk dalam makna ayat ini, karena merekalah orang-orang yang pertama kali memiliki keimanan yang sempurna setelah Rasulullah shallallâhu’alaihi wa sallam.20

6. Meneladani tingkah laku dan akhlak orang-orang yang shalih sebelum kita

Allah Subhânahu wa Ta'âlâ berfirman:

“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.”21

Dalam ayat ini Allah Subhânahu wa Ta'âlâ memerintahkan kepada Nabi Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam untuk meneladani petunjuk para Nabi ‘alaihimus salâm yang diutus sebelum beliau (Muhammad) shallalâhu ‘alaihi wa sallam, dan ini juga berlaku bagi umat Nabi Muhammad shallalâhu ‘alaihi wa sallam.22

7. Mengimani takdir Allah Subhânahu wa Ta'âlâ dengan benar

19QS al-Baqarah/2: 137. 20Demikian makna penjelasan yang penulis pernah dengar dari salah seorang

syaikh di kota Madinah, Arab Saudi. 21QS al-An’âm/6: 90. 22Lihat, Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, juz II, hal. 208.

Page 11: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

11

“Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa (seseorang) kecuali denga izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”23

Ibnu Katsir berkata: “Makna ayat ini: seseorang yang ditimpa musibah dan dia meyakini bahwa musibah tersebut merupakan ketentuan dan takdir Allah, sehingga dia bersabar dan mengharapkan (balasan pahala dari Allah Subhânahu wa Ta'âlâ), disertai (perasaan) tunduk berserah diri kepada ketentuan Allah tersebut, maka Allah akan memberikan petunjuk ke (dalam) hatinya dan menggantikan musibah dunia yang menimpanya dengan petunjuk dan keyakinan yang benar dalam hatinya, bahkan bisa jadi Dia akan menggantikan apa yang hilang darinya dengan yang lebih baik baginya.”24

8. Berlapang dada menerima keindahan Islam serta meyakini kebutuhan manusia lahir dan batin terhadap petunjukNya yang sempurna

Allah Subhânahu wa Ta'âlâ berfirman:

“Barangsiapa yang Allah kehendaki untuk Allah berikan petunjuk kepadanya, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan

23QS at-Taghâbun/64:11. 24Lihat, Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm, juz VIII, hal. 137.

Page 12: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

12

dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki kelangit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.”25

Ayat ini menunjukkan bahwa tanda kebaikan dan petunjuk Allah Ta’âlâ bagi seorang hamba adalah dengan Allah Subhânahu wa Ta'âlâ menjadikan dadanya lapang dan lega menerima Islam, maka hatinya akan diterangi cahaya iman, hidup dengan sinar keyakinan, sehingga jiwanya akan tenteram, hatinya akan mencintai amal shaleh dan jiwanya akan senang mengamalkan ketaatan, bahkan merasakan kelezatannya dan tidak merasakannya sebagai beban yang memberatkan.26

9. Bersungguh-sungguh dalam menempuh jalan Allah Subhânahu wa

Ta'âlâ dan selalu berusaha mengamalkan sebab-sebab yang mendatangkan dan meneguhkan hidayah Allah Subhânahu wa Ta'âlâ

Allah Subhânahu wa Ta'âlâ berfirman:

“Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan.”27

Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata: “(Dalam ayat ini) Allah Subhânahu wa Ta'âlâ menggandengkan hidayah (dariNya) dengan perjuangan dan kesungguhan (manusia). Maka orang yang paling sempurna (mendapatkan) hidayah (dari Allah Subhânahu wa Ta'âlâ) adalah orang yang paling besar perjuangan dan kesungguhannya.”28

Demikianlah pemaparan ringkas tentang sebab-sebab datangnya hidayah Allah Subhânahu wa Ta'âlâ, dan tentu saja kebalikan dari hal-hal tersebut di atas itulah yang merupakan sebab-sebab hilangnya/tercabutnya hidayah Allah Subhânahu wa Ta'âlâ, semoga Allah Subhânahu wa Ta'âlâ melindungi kita dari segala keburukan dan fitnah.

25QS al-An’âm/6: 125. 26Lihat, As-Sa’di, Taisîr al-Karîm ar-Rahmân, hal. 272. 27QS al-’Ankabût/29: 69. 28Lihat, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Al-Fawâ-id, hal. 59.

Page 13: Sebab datang dan hilangnya hidayah allah

13

Penutup

Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi motivasi bagi kita semua untuk lebih semangat mengusahakan sebab-sebab datangnya hidayah dari Allah Subhânahu wa Ta'âlâ.

Akhirnya kami akhiri tulisan ini dengan memohon kepada Allah Subhânahu wa Ta'âlâ dengan semua namaNya yang Maha Indah dan sifatNya yang Maha Sempurna, agar Dia (Allah) Subhânahu wa Ta'âlâ senantiasa melimpahkan, menyempurnakan dan menjaga taufiqNya kepada kita semua sampai kita berjumpa dengan-Nya di surgaNya kelak, sesungguhnya Dia (Allah) Subhânahu wa Ta'âlâ Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan Doa.

Semoga Allah Subhânahu wa Ta’âlâ senantiasa berkenan memberikan shalawat, salam dan barakahNya kepada Nabi kita, Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam.

Akhîrul kalâm, segala puji hanyalah bagi Allah seru sekalian alam.