Top Banner
“ Dampak Kenaikan Muka Laut Terhadap Wilayah Pesisir “ MAKALAH diajukan sebagai tugas pengganti UTS mata kuliah bahasa indonesia keilmuan Oleh Asmaul Fauziah NIM 074274073
19

sEa LeVeL RiSe

Jul 03, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: sEa LeVeL RiSe

“ Dampak Kenaikan Muka Laut Terhadap Wilayah Pesisir “

MAKALAH

diajukan sebagai tugas pengganti UTS mata kuliah bahasa indonesia keilmuan

Oleh

Asmaul Fauziah

NIM 074274073

Universitas Negeri Surabaya

Fakultas Ilmu Sosial

Jurusan Pendidikan Geografi

2008

Page 2: sEa LeVeL RiSe

I. Pendahuluan

Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, telah terjadi perubahan iklim yang

sangat terasa di bumi. Hal ini sangat berpengaruh pada alam dan segala aktivitas

manusia. Karena antara alam dan manusia terdapat hubungan timbal balik yang

saling memengaruhi.

Indonesia yang merupakan negara kepulauan, memiliki luas wilayah laut

yang besar. Dan dengan panjang pantai 81.000 km, wilayah Indonesia sangat

dipengaruhi oleh sifat-sifat dan keadaan laut. Hal ini meliputi pasang surut air

laut, gelombang laut, arus laut. Wilayah yang dipengaruhi oleh sifat-sifat dan

keadaan laut disebut wilayah pesisir.

Akhir-akhir ini, wilayah pesisir sangat terganggu oleh frekuensi kenaikan

muka laut yang signifikan. Hal ini memberi dampak yang cukup serius pada

wilayah pesisir, seperti banjir, erosi dan intrusi air laut. Misalnya , banjir yang

terjadi di Jakarta, padahal pada daerah ini tidak turun hujan. Peristiwa ini hanya

dapat diselesaikan dengan cara penanganan yang berwawasan lingkungan. Oleh

karena itu, diperlukan pembahasan tentang masalah kenaikan muka laut terhadap

wilayah pesisir .

Dalam makalah ini, pemaparan tentang pengertian kenaikan muka laut akan

dijelaskan beserta apa saja dampak yang ditimbulkan oleh peristiwa ini. Selain itu

juga, dalam makalah ini akan memberikan solusi, bagaimana penanganan dan

penyelamatan wilayah pesisir dari dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan muka

laut melalui pengetahuan berwawasan lingkungan.

Page 3: sEa LeVeL RiSe

II. Pembahasan

Dewasa ini, frekuensi kenaikan muka laut global yang signifikan,

diperkirakan akan terus naik dengan rata-rata 1,5mm per tahun. Kenaikan muka

laut global tidak hanya mengancam lingkungan alami daerah pesisir tetapi juga

negara-negara juga pusat-pusat pemukiman dataran rendah.

Kenaikan muka laut asal mulanya merupakan serangkaian proses pasang

surut air laut. Karena semakin tingginya muka laut yang bukan hanya proses dari

pasang surut air laut, akan tetapi pengaruh dari perubahan iklim global dan

aktivitas manusia. Kenaikan muka air laut dapat disebabkan oleh pengaruh

eustatic (naik turunnya muka air laut karena pengaruh mencairnya es di kutub)

secara global yang berkaitan dengan perubahan glasial, fenomena laut / iklim

seperti El Nino (salah satu bentuk penyimpangan iklim di Samudera Pasifik yang

ditandai dengan kenaikan suhu permukaan laut di daerah katulistiwa bagian

tengah dan timur), pembentukan cekungan geologis yang lebar dan dangkal dan

oleh berbagai pengaruh kegiatan manusia pada skala lokal. Kegiatan manusia ini

meliputi kegiatan pembangunan bendungan di daerah muara sungai yang

mengakibatkan berkurangnya material sedimen pada daerah delta. Keseimbangan

antara sedimen yang dibawa sungai dengan kecepatan pengangkutan sedimen di

muara sungai akan menentukan berkembangnya dataran pantai. Apabila jumlah

sedimen yang dibawa ke laut dapat segera diangkut oleh ombak dan arus laut,

maka pantai akan dalam keadaan stabil. Sebaliknya apabila jumlah sedimen

melebihi kemampuan ombak dan arus laut dalam pengangkutannya, maka dataran

pantai akan bertambah. Selain itu aktivitas manusia yang memanfaatkan pantai

Page 4: sEa LeVeL RiSe

untuk berbagai kepentingan juga dapat merubah morfologi pantai menjadi rusak

apabila pengelolaannya tidak memperhatikan kelestarian lingkungan. Selain itu

juga, kegiatan pemadatan substrat untuk menembus lapisan cadangan air,

maksudnya adalah jalan-jalan di wilayah pesisir yang telah diaspal, akan

menyulitkan air sulit terserap ke dalam permukaan tanah.

Kecenderungan global yang menyebabkan kenaikan muka air laut, rata-

rata diramalkan dengan memperhatikan pencairan es asal darat pada kondisi dunia

yang memanas, bersama-sama dengan keperluan energi panas pada lapisan air laut

teratas. Ketidakpastian kecenderungan global ini menimbulkan masalah tersendiri,

tetapi pendugaan terbaik dapat dipakai dalam perencanaan di masa mendatang,

asalkan informasi mengenai kecenderungan lokal dan regional terdokumentasi

dengan baik.

Pengubahan ekosistem mangrove secara luas untuk tujuan budi daya laut

atau produksi pada sawah, secara serius mengurangi kemampuan perlindungan

pesisir terhadap badai dan energi gelombang serta menurunkan laju akresi

sedimen di daerah pesisir. Demikian pula pengeringan rawa asin (salt marsh) dan

rawa pesisir (coastal wetland) menyebabkan penurunan permukaan tanah

sehingga mempercepat kenaikan muka laut.

Dampak primer yang ditimbulkan akibat menaiknya permukaan laut

adalah :

a. Terjadinya peningkatan frekuensi banjir di wilayah pesisir, akan tetapi

meningkatkan frekuensi banjir ini dapat juga disebabkan oleh perubahan

arus pesisir yang mempengaruhi iklim gelombang, perubahan pola badai

Page 5: sEa LeVeL RiSe

dan perubahan curah hujan yang mungkin meningkatkan volume banjir

asal sungai dalam sistem sungai besar.

b. Membatasi volume persediaan air tawar dan intrusi. Intrusi laut ke darat

merupakan masalah serius bagi wilayah pesisir. Adanya pemanfaatan air

tanah yang tidak memperhitungkan keseimbangan, mengakibatkan

turunnya permukaan air tanah yang kemudian memberikan kemudahan

terjadinya intrusi air laut ke darat. Hal ini menyebabkan perubahan

vegetasi, pertanian dan kesuburan tanah pesisir. Dengan kenaikan muka

laut juga mengakibatkan volume air laut yang mendesak ke dalam sugai

semakin besar. Pemasukan air laut ke sungai akan mengubah pemasukan

salinitas perairan pesisir. Selain itu, air tanah juga akan mengubah

pemasukan material sedimen ke wilayah pesisir.

c. Penyusunan kembali sedimen dan tanah pesisir yang renggang.

d. Peningkatan salinitas tanah di daerah-daerah yang semula tidak

terpengaruh.

e. Perubahan iklim gelombang. Hal ini menyebabkan nelayan di wilayah

pesisir tidak berani menangkap ikan di laut dan merusak bangunan di

sekitar pesisir karena tingginya gelombang laut.

Page 6: sEa LeVeL RiSe

f. Peningkatan laju erosi pantai dan bukit pasir.

g. Kemunduran ke arah darat batas antara perairan tawar dan payau.

h. Perubahan vegetasi yang tumbuh di rawa dan tebing. Hal ini dikarenakan

perubahan muka laut yang semakin tinggi, menyebabkan vegetasi di

daerah rawa dan tebing harus menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungan, bila vegetasi ini tidak mampu menyesuaikan diri maka akan

musnah.

i. Perubahan lokasi fisik, yaitu batas perairan darat, pengurangan luas

kawasan pantai dan semakin menegecilnya garis pantai. Hal ini

berpengaruh pada luas administratif kota-kota atau negara-negara di

kawasan pesisir.

Page 7: sEa LeVeL RiSe

j. Perubahan kebersihan dan sirkulasi perairan pesisir.

k. Perubahan volume sedimen yang tenggelam.

Sebagai akibat dampak primer, berbagai macam dampak sekunder dapat

diidentifikasi yang mencakup antara lain : perubahan profil dasar lepas pantai,

perubahan laju pemasukan sedimen dan nutrien, perubahan produksi primer

wilayah pesisir, perubahan lingkungan biotik di sekitar kawasan pesisir.

Kompleksitas interaksi dan umpan balik yang hanya disebabkan oleh kenaikan

muka air laut saja.

Page 8: sEa LeVeL RiSe

Daerah dengan dampak kritis tertentu akibat perubahan-perubahan

sekunder atau tersier dan seterusnya mungkin bisa diidentifikasi. Sebagai contoh,

pengubahan bentuk pantai akan mengubah arus dan gelombang sehingga pola

lokal erosi dan pengendapan serta distribusi tipe substrat subtidal juga berubah.

Perubahan substrat akan mengubah pola distribusi organisme bentos, sedangkan

perubahan arus pesisir akan mengubah pola rekrutmen populasi organisme bentos

dan demersal. Perubahan-perubahan seperti ini mengubah kerentanan garis pesisir

terhadap serangan gelombang, banjir dan perendaman yang mempengaruhi

investasi modal dalam pendirian bangunan dan kelayakan daerah pesisir bagi

pemukiman penduduk.

Perubahan-perubahan konsentrasi nutrien di perairan pesisir bias mengubah

produktivitas nutrien berbasis laut dan mungkin mengubah frekuensi blooming

alga berbahaya yang berdampak bagi sumber daya ikan dan kerang. Sehinnga

mempengaruhi kegiatan-kegiatan komersial maupun kegiatan mata pencaharian.

Perubahan produksi primer laut akan mempengaruhi aliran energi, dan cadangan

tetap, ke tropik level yang lebih tinggi termasuk ikan konsumsi manusia.

Perubahan-perubahan ini bisa mengubah kelayakan ekonomis kegiatan-kegiatan

yang berkaitan dengan sumber daya hayati dengan mempengaruhi spesies-spesies

ekonomi penting seperti udang paneida. Perubahan salinitas rawa pesisir juga bisa

mengubah penularan faktor penyakit manusia dengan mengubah pola wabah

penyakit tersebut.

Di banyak daerah pesisir kegiatan-kegiatan sosial ekonomi saat ini

memperburuk situasi yang sebenarnya sudah kritis. Dampak potensial perubahan

Page 9: sEa LeVeL RiSe

iklim dan kenaikan muka laut bertumpang tindih di banyak daerah, dengan adanya

masalah lingkungan dan pembangunan saat ini yang tidak berwawasan

lingkungan akan memperbesar kerentanannya terhadap dampak perubahan iklim

global. Beberapa negara pesisir yang sangat rentan, misalnya antara 8 sampaia 10

juta orang hidup di dalam batas satu meter di atas muka laut pada delta-delta

sungai tak terlindung di Bangladesh, Mesir, dan Vietnam. Pusat-pusat

pemukiman utama seperti, Jakarta, Shanghai, New Orleans dan Bangkok sangat

rentan dengan perubahan iklim global. Kemampuan negara-negara berkembang

untuk menghadapi ancaman lokal atau nasional sangat dibatasi oleh

pertimbangan-pertimbangan ekonomis.

Biaya ekonomis perlindungan pesisir dan pengaturan air mungkin menjadi

penghalang bagi negara-negara berkembang semacam Bangladesh. Strategi

alternatif yang memaksimumkan perlindungan alami disediakan oleh ekosistem,

seperti hutan mangrove dan peningkatan laju sedimentasi alami mungkin

merupakan satu-satunya mekanisme untuk meringankan dampak potensial

kenaikan muka laut. Mahtab (1989,1991) memperkirakan bahwa biaya

pembangunan dan perawatan tanggul dan instalasi untuk meningkatkan kapasitas

pompa dalam Coastal Environment Polder (polder lingkungan pesisir) 1958 di

Bangladesh akan sama kira-kira dengan 700 juta US$ berdasarkan harga tahun

1984-1985. Lebih lanjut, ia memperkirakan bahaya-bahaya kenaikan muka laut

yang kecil bisa mengakibatkan polder tersebut menjadi tidak dapat dimanfaatkan .

Ia mengemukakan bahwa tidak bijaksana untuk melindungi terhadap banjir

dengan membangun tanggul terutama bila penenggelaman daratan sedang

Page 10: sEa LeVeL RiSe

berlangsung, karena hal ini akan mempertinggi biaya untuk mempertahankannya

terhadap kenaikan muka air laut yang terus-menerus. Dalam pengertian,

pembangunan tanggul di sekitar garis pantai merupakan suatu hal yang percuma.

Karena pembangunan tanggul merupakan suatu bentuk penyelesaian yang bersifat

sementara. Kenaikan muka laut akan terus terjadi, sehingga semakin lama tinggi

tanggul ini akan sejajar dengan muka laut bila tidak dipertinggi lagi. Untuk

mengatasi kenaikan muka laut di pesisir, sebaiknya menggunakan penyelesaian

yang bersifat primer dan berwawasan lingkungan.

Page 11: sEa LeVeL RiSe

III. Penyimpulan

Umumnya daerah di wilayah pesisir terletak di pantai dengan dataran

yang cukup landai dan dilalui oleh sungai-sungai. Ketika pasang, sebagian daerah

berada di bawah permukaan air laut. Hal ini mengakibatkan daerah tersebut sangat

rentan terhadap dampak yang diakibatkan oleh adanya kenaikan muka air laut

misalnya frekuensi banjir, erosi dan intrusi air laut.

Cara-cara untuk menghadapi kenaikan muka air laut yang dilakukan di

negara-negara maju berekonomi kuat mungkin tidak sesuai bagi negara-negara

berkembang berekonomi lemah. Di daerah dan negara-negara seperti negara

berkembang, upaya penanggulangan seperti peningkatan endapan lumpur melalui

penanaman kembali mangrove mungkin tidak hanya secara ekonomis lebih baik,

tetapi juga memberikan perlindungan jangka panjang yang lebih berwawasan

lingkungan.

Mangrove memiliki daya adaptasi yang khas untuk dapat terus hidup di

perairan meskipun terjadi perubahan muka laut. Daya adaptasi tersebut meliputi

perakaran yang kokoh yang mampu meredam pengaruh gelombang laut dan erosi.

Selain itu mangrove dapat memberikan keuntungan dalam bidang ekonomi, yaitu

hasil dari vegetasi mangrove yang diolah menjadi barang yang memiliki nilai jual.

Selain penanaman mangrove untuk menangani kenaikan muka laut,

masyarakat pesisir diharapkan melakukan segala aktivitas yang berwawasan

lingkungan. Misalnya, masyarakat sekitar yang bermukim di daerah pesisir,

sebaiknya memperhatikan posisinya berapa kilometer dari garis pantai. Selain itu,

pemerintah daerah yang akan mengembangkan wilayah ini sebagai daerah wisata

Page 12: sEa LeVeL RiSe

atau sudah dikembangkan menjadi daerah wisata, sebaiknya juga memerhatikan

acuan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan. Dan hal yang harus

diperhatikan oleh negara-negara industri adalah pengurangan kadar CO2 di

atmosfer hasil dari pembuangan kegiatan industri. Karena secara tidak langsung

tingginya kadar CO2 akan meningkatkan suhu bumi, yang berakibat mencairnya

daratan es di kutub dan pada gilirannya akan menyebabkan kenaikan muka laut.

Page 13: sEa LeVeL RiSe

Daftar Rujukan

Hutabarat, Sahala dan Evan, Stewart M. 1986. Pengantar Oceanografi.

Jakarta : UI-Press

Dahuri, R. J. Rais, S. P Ginting dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan

Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta : PT Paradya

Paramita

Yonohudiyono, E. dkk. 2007. Bahasa Indonesia Keilmuan. Surabaya.

Unesa University Press

Soepri, Wahyu Hantoro. 2007. Pengaruh Karakteristik Laut dan Pantai

Terhadap Perkembangan Kawasan Kota Pantai. http://sim.nilim.go.jp/.

Diakses 3 Desember 2008

Diposaptono, Subandono. 2007. Karakteristik laut Pada Kota Pantai.

http://sim.nilim.go.jp/. Diakses 1 Desember 2008

Putinella, Johanson. D. 2002. Permasalahan dan Dinamika Pantai Pada

Daerah Wisata Pantai Baron dan Krakal. http://www.geocities.com/.

Diakses 1 Desember 2008

http://www.inhabitat.com/

http://bp2.blogger.com/