Top Banner
SCR, DIAC, TRIAC PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR OLEH : PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050) JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2010
22

SCR, DIAC, TRIAC

Jun 19, 2015

Download

Documents

rusdi ariawan

SCR, DIAC, TRIAC
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: SCR, DIAC, TRIAC

SCR, DIAC, TRIAC

PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DASAR

OLEH :

PUTU RUSDI ARIAWAN (0804405050)

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2010

Page 2: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

BAB IV

SCR, DIAC, TRIAC

4.1 Tujuan Percobaan

1. Mengamati pengaturan daya dengan SCR, DIAC, TRIAC.

2. Mengetahui cara kerja SCR, DIAC, TRIAC.

4.2 Tinjauan Pustaka

4.2.1 SCR

SCR singkatan dari Silicon Control Rectifier. SCR adalah diode yang

mempunyai fungsi sebagai pengendali. SCR merupakan thyristor yang paling

sering digunakan. SCR dapat melakukan penyaklaran untuk arus yang besar.

Disamping itu, pemicuan gerbang lebih mudah dibandingkan dengan pemicuan

breakover. Karena itu banyak digunakan untuk mengatur motor, pemanas, AC,

dan pemanas induksi. Adapun bagian-bagiannya adalah sebagai berikut,

komponen dengan tiga pemicu yaitu Anoda(A),Katoda(K) dan Gate(G).

Logo pada skema elektronik untuk SCR:

Gambar 4.2.1 Logo SCR

Page 3: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Diagram dan skema SCR:

Gambar 4.2.2 Diagram dan Skema SCR

a) Susunannya. (b) Susunan ekivalen. (c) Rangkaian ekivalen. (d) Lambang

rangkaian

Kegunaan SCR:

Sebagai rangkaian Saklar (switch control)

Sebagai rangkaian pengendali (remote control)

Ada tiga kelompok besar untuk semikonduktor ini yang sama-sama

dapat berfungsi sebagai Saklar (Switching) pada tegangan 120 volt sampai 240

volt. Ketiga kelompok tersebut adalah SCR ini sendiri, DIAC dan TRIAC.

4.2.1.1 Cara Kerja SCR

Adapun cara kerja dari SCR kita bisa terangkan ini dengan sebuah

rangkaian elektronik persegi sebagai berikut:

Gambar 4.2.3 Cara Kerja SCR

Page 4: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Saat kita menghubungkan SCR ke sumber tegangan, plus(+) dan

minus(-) ke K dan jangan menyuplai tegangan ke gate(G), kedua transisitor

dalam keadaaan cutoff. Menyuplai pulsa (bahkan untuk waktu yang sangat

pendek) ke gate menyebabkan transistor Q2 terhubung. Penghubungan ini

menciptakan aliran arus yang pokok untuk transisitor Q1. Arus ini terhubung dan

menyebabkan aliran yang rata ke base Q2. Aliran ini menjaga transistor Q2

dalam keadaan terhubung, yang mana menjaga transistor Q1 dalam keadaan

terhubung walaupun pulsa dalam gate dalam keadaan berhenti. Tipe dari

penekanan tombol ini disebut penekanan regeneratif termasuk umpan balik

positif.

Karakter SCR terlihat pada gambar berikut:

Gambar 4.2.4 Karakter SCR

Dalam tegangan belakang SCR seperti diode.Ini tidak akan terhubung

sampai alat ini breaks-over. Komponen SCR dirancang untuk brek-over tegangan

yang tinggi(dalam hal ini untuk menghindari situasi ini). Vx lebih besar dari 400 V.

Di tegangan depan SCR bisa breaks-over dalam satu dari tiga kasus berikut:

Tegangan di dalam ini lebih besar dari VH (Holding Voltage) dan arus pulsa

yang tetap diterima di gate.

Ketika tegangan diantara anoda dan katoda kenaikan setinggi break-over

depan VB (Break-over Voltage). Dalam keadaan ini, hambatan aliran tetap

berhembus dalam transistor Q1, yang menyebabkan hubungan Q2 dan

dengan demikian meningkatkan hubungan untuk Q1 sampai kedua

transistor terhubung. Hal ini biasanya bukan hubungan yang diinginkan,

dengan demikian SCR diprogram untuk VB yang sangat tinggi (lebih dari

400 V).

Perubahan yang sangat cepat dari tegangan dari VAK (tegangan diantara

anoda dan katoda), walaupun jika VAK lebih kecil dari VB. Untuk

Page 5: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

menghindari situasi ini kapasitor kadangkala ditambahkan dalam pararel ke

SCR yang dijelaskan pada contoh berikut:

Gambar 4.2.5 Rangkaian SCR

4.2.1.2 Jenis-jenis SCR

Dalam prakteknya, dikenal berbagai piranti pnpn yang serupa dengan

SCR. Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai jenis SCR tersebut.

a. LASCR ( light-activated SCR)

LASCR atau SCR aktivasi-cahaya ditunjukkan pada gambar 4.2.6 di

bawah ini. Tanda-tanda panah menunjukkan cahaya datang yang akan

menembus jendela piranti dan mengenai lapisan-lapisan pengosongan transistor.

Bila cahaya itu cukup kuat, elektron-elektron valensi akan dilepaskan dari orbit-

orbitnya menjadi elektron-elektron bebas. Ketika elktron-elektron ini mengalir

keluar dari kolektor dan memasuki basis transistor, maka proses regenerasi akan

berlangsung sampai LASCR menjadi tertutup atau menyambung.

Setelah LASCR ditutup oleh suatu picu cahaya, keadaan ini akan bertahan terus

walaupun tidak mendapat masukan cahaya selanjutnya. Untuk memberi

sensitivitas maksimum terhadap cahaya, gerbang SCR dibiarkan terbuka seperti

ditunjukkan oleh Gambar 4.2.6. Jika dikehendaki tingkat alih (tingkat acuan) yang

dapat diubah-ubah, maka rangkaian pengatur dapat ditambahkan seperti

diperlihatkan pada Gambar 4.2.6. Hambatan gerbang akan mengalihkan

sebagian dari elektron elektron yang dihasilkan oleh cahaya masuk dan dengan

demikian mengubah kepekaan rangkaian terhadap cahaya yang masuk.

Page 6: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.6 Rangakaian LASCAR (a) Sensitivitas maksimum (b) Titik alih yang

variabel

b. GCS ( gate-controlled switch)

Seperti yang telah diketahui, pemutusan arus rendah merupakan cara

yang normal untuk membuka saklar SCR. Namun saklar kendali gerbang (GCS)

adalah saklar yang dirancang untuk dibuka secara mudah dengan picu

prategangan balik. Untuk GCS penutupan dilakukan dengan picu positif dan

pembukaan dilakukan dengan picu negatif (atau dengan pemutusan arus

rendah). Rangkaian GCS diberikan pada Gambar 4.2.7. Setiap picu positif akan

menutup saklar tersebut dan setiap picu negatif akan membukanya. Sebagai

akibatnya akan diperoleh keluaran gelombang persegi seperti terlihat dalam

gambar. Piranti GCS digunakan dalam rangkaian-rangkaian pencacah,

rangkaian-rangkaian digital , dan penerapan-penerapan lain yang menyediakan

picu negatif untuk penghentian operasi.

Page 7: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.7 Rangkaian GCS

c. SCS ( silikon-controlled switch)

Daerah-daerah pengandung tak-murnian dari suatu saklar kendali

silikon (SCS) diperlihatkan pada Gambar 4.2.8. Masing-masing daerah tersebut

dihubungkan dengan penyalur luar. Bayangkan bahwa piranti ini terdiri dari dua

bagian yang terpisah seperti ditunjukkan pada Gambar 4.2.8. Dengan demikian

sistem ini ekuivalen dengan saklar penahan yang menyediakan saluran kepada

kedua basisnya. Suatu picu prategangan maju yang diberikan kepada salah satu

basis tersebut akan menutup SCS. Begitu pula suatu picu prategangan balik

pada salah satu basisinya akan membuka piranti saklar ini.

Lambang rangkaian SCS diperlihatkan pada Gambar 4.2.8.Gerbang di bawah

disebut gerbang katode. Gerbang di atas disebut gerbang anode. Dibandingkan

dengan SCR, SCS terhitung sebagai piranti daya rendah. Arus yang dihadapi

berukuran mili ampere dan bukan berukuran ampere seperti dijumpai dalam

operasi SCR.

Page 8: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

(a) (b) (c)

.

(d)

Gambar 4.2.8 SCS

(a) Susunannya. (b) susunan ekuivalen. (c) Rangkaian ekuivalen. (d) Lambang

rangkaian.

d. Crowbar SCR

Salah satu aplikasi penting dari SCR adalah melindungi beban seperti

IC digital terhadap kelebihan tegangan yang berasal dari catu daya, dimana

kelebihan tegangan ini dapat menyebabkan kerusakan pada piranti tersebut.

Gambar 4.2.9 menunjukkan catu daya CCV yang digunakan pada beban yang

diproteksi. Dibawah kondisi normal, CCV lebih kecil dari tegangan breakdown

dida zener. Dalam kasus ini, tidak ada tegangan pada R, dan SCR akan tetap

terbuka. Beban akan menerima tegangan CCV dan semuanya baik.

Page 9: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.9 Crowbar SCR

Apabila tegangan catu daya naik sehingga CCV terlalu besar, dioda

zener akan breakdown dan tegangan akan terlihat pada hambatan R. Apabila

tegangan ini lebih besar daripada tegangan pemicu SCR, SCR akan tersulut dan

menjadi grendel yang tertutup. Tindakan ini mirip dengan melempar sebuah

crowbar melalui terminal beban. Karena SCR akan hidup sangat cepat (1ms

untuk 2N4441), beban akan secara cepat dilindungi dari efek yang merusakkan

karena kelebihan tegangan. Kelebihan tegangan yang menyulut SCR adalah :

CCV = GTZ VV

Crowbar, melalui bentuk proteksi yang drastis, merupakan hal yang

perlu untuk banyak IC digital yang tidak dapat menahan kelebihan tegangan

yang cukup besar. Daripada merusakkan IC yang mahal, kita dapat

menggunakan SCR crowbar untuk mempersingkat terminal beban pada saat

pertama kali ada tanda kelebihan tegangan. Dengan SCR crowbar, sebuah

sekering atau pembatas arus dibutuhkan untuk mencegah kerusakan pada catu

daya.

Crowbar pada Gambar 4.2.9 merupakan sebuah prototipe, sebuah

rangkaian dasar yang dapat dimodifikasi dan dikembangkan. Prototipe ini tepat

bagi banyak aplikasi . Akan tetapi tidak memiliki soft turn-on karena sudut pada

zener berbentuk melengkung dan tidak bersudut tajam. Ketika kita melakukan

perhitungan toleransi tegangan zener , soft turn-on tersebut dapat

Page 10: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

mengakibatkan tegangan daya menjadi sangat berbahaya sebelum SCR

terbakar.

Salah satu cara untuk mengatasi soft turn-on adalah dengan

menambahkan sedikit perolehan tegangan seperti Gambar 4.2.10. Umumnya,

transistor dalam keadaan mati. Namun ketika tegangan keluaran meningkat,

transistor akhirnya menyala dan menghasilkan tegangan tegangan tinggi diluar

4R. Karena transistor menyediakan perolehan tegangan swamped kira-kira

4R/ 3R

, sedikit kelebihan tegangan dapat menggerakkan SCR.

Gambar 4.2.10 Penambahan perolehan transistor ke crowbar

Dioda yang digunakan akan mengkompensasikan temperature dioda

emitter dasar transistor. Penyesuaian pelatuk ini menyebabkan kita mengatur trip

point dari rangkaian tersebut, yang secara tipikal berada 10 sampai 15 persen di

atas tegangan normal.

Crowbar dapat ditambah dengan amplifier IC seperti Gambar 4.2.11.

Kotak segitiga merupakan sebuah IC penguat yang disebut dengan pembanding

( comparator ). Penguat ini memiliki masukan nonpembalik(+) dan inverting (-).

Saat masukan nonpembalik lebih besar dari masukan pembalik , maka keluaran

akan positif. Ketika masukan pembalik lebih besar daripada masukan

nonpembalik, maka keluarannya akan menjadi negatif.

Penguat memiliki perolehan tegangan yang cukup besar, biasanya

100.000 kali atau lebih. Karena perolehan tegangan yang besar ini, rangkaian

dapat mendeteksi kelebihan tegangan yang paling kecil. Dioda zener

menghasilkan tegangan 10 V, yang diberikan ke masukan minus dari penguat.

Page 11: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Ketika tegangan catu 20 V (keluaran normal), penala pemicu diset untuk

menghasilkan tegangan sedikit lebih kecil daripada 10 V pada masukan positif.

Karena masukan negatif lebih besar daripada masukan positif, keluaran penguat

akan negative dan SCR terbuka.

Apabila tegangan catu di atas 20 V, masukan positif pada penguat menjadi lebih

besar daripada 10 V. Kemudian, keluaran penguat menjadi positif dan SCR

tersulut. Hal ini secara cepat akan memutus catu dengan crowbar terminal

beban.

Gambar 4.2.11 Penambahan amplifier IC ke crowbar

4.2.1.3 Keuntungan dan Kerugian SCR

Keuntungan SCR :

penekanan tombol yang sangat pendek berdasarkan penekanan tombol

yang regeneratif. Ini mengurangi penurunan tegangan di dalam ini dan

mengijinkan produksi komponen SCR, yang bisa menahan arus yang

sangat besar (100 ampere)

Sebuah transistor bisa juga menekan tombol arus dalam cara yang sama.

Keuntungan dari transistor adalah pematian ini dilakukan dengan

sederhana yaitu menghentikan arus di base.

Keburukan SCR :

Keburukan dari SCR adalah pematian ini. Pematian dari SCR hanya ada

satu cara yaitu mengurangi arus yang mengalir melalui ini disamping arus

yang utama.

Page 12: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Kerugiannya adalah waktu penekanan tombol lebih lama dan selama

penekanan tombol dalam keadaaan tegangan yang tinggi dibangun dalam

ini, dengan demikian ini tidak bisa digunakan untuk penekanan tombol

untuk arus yang besar.

4.2.2 TRIAC

TRIAC mempunyai kontruksi sama dengan DIAC, hanya saja pada

TRIAC terdapat terminal pengontrol (terminal gate). Sedangkan untuk terminal

lainnya dinamakan main terminal 1 dan main terminal 2 (disingkat mt1 dan mt2).

Seperti halnya pada DIAC, maka TRIAC pun dapat mengaliri arus bolak-balik,

tidak seperti SCR yang hanya mengalirkan arus searah (dari terminal anoda ke

terminal katoda).

Lambang TRIAC di dalam skema elektronika, memiliki tiga kaki, dua

diantaranya terminal MT1 (T1) dan MT2 (T2) dan lainnya terminal Gate (G)

Gambar 4.2.12 Lambang TRIAC skema Elektronika

Gambar dibawah memperlihatkan struktur dalam pada TRIAC

Gambar 4.2.13 Struktur TRIAC

Triac setara dengan dua SCR yang dihubungkan paralel. Artinya TRIAC

dapat menjadi saklar keduanya secara langsung. TRIAC digolongkan menurut

kemampuan pengontakan. TRIAC tidak mempunyai kemampuan kuasa yang

sangat tinggi untuk jenis SCR.

Page 13: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

4.2.2.1 Jenis- jenis TRIAC

Ada dua jenis TRIAC:

o Low-Current

Low-Current TRIAC dapat mengontak hingga kuat arus 1 ampere dan

mempunyai maksimal tegangan sampai beberapa ratus volt.

o Medium-Current.

Medium-Current TRIACS dapat mengontak sampai kuat arus 40 ampere dan

mempunyai maksimal tegangan hingga 1.000 volt

4.2.2.2 Cara kerja TRIAC

Sebelum menghidupkan Triac, sebuah arus yang sangat kecil mengalir

pada beban dan semua sumber tegangan turun ke RC filter dobel. Tegangan ini

dibagi dan bergerak di fase VC. Ketika VG melewati penghidupan tegangan, triac

hidup dan terhubung sampai ke input tegangan setengah lingkaran dan berhenti.

Ketika input tegangan turun menjadi 0V, triac mati dan prosedur penghidupannya

berulang di tegangan yang terbalik.

Page 14: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.14 Rangkaian TRIAc

4.2.2.3 Karakteristik TRIAC

TRIAC tersusun dari lima buah lapis semikonduktor yang banyak

digunakan pada pensaklaran elektronik. TRIAC biasa juga disebut thyristor bi

directional. TRIAC merupakan dua buah SCR yang dihubungkan secara paralel

Berbeda dengan SCR yang hanya melewatkan tegangan dengan polaritas positif

saja, tetapi TRIAC dapat dipicu dengan tegangan polaritas positif dan negatif,

serta dapat dihidupkan dengan menggunakan tegangan bolak-balik pada Gate.

TRIAC banyak digunakan pada rangkaian pengedali dan pensaklaran.

TRIAC hanya akan aktif ketika polaritas pada Anoda lebih positif

dibandingkan Katodanya dan gate-nya diberi polaritas positif, begitu juga

sebaliknya. Setelah terkonduksi, sebuah TRIAC akan tetap bekerja selama arus

yang mengalir pada TRIAC (IT) lebih besar dari arus penahan (IH) walaupun

arus gate dihilangkan. Satu-satunya cara untuk membuka (meng-off-kan) TRIAC

adalah dengan mengurangi arus IT di bawah arus IH.

Page 15: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

4.2.3 DIAC

DIAC memiliki dua terminal (elektroda) saja. Simbol DIAC pada skema lektronik:

Gambar 4.2.15 simbol DIAC

DIAC ini dirancang (di posisi ke yang lain) untuk dihidupkan oleh tegangan

yang lebih besar dari VB –nya.Tegangan VB sangatlah kecil. Ada perbedaan diac

dengan VB tegangan berkisar antara +- 10 V sampai 15 V.

4.2.3.1 Karakter Diac

Gambar 4.2.16 Karakter DIAC

Ketika tegangan dari diac bergerak dari tegangan VB,diac break-over dan

berperan sebagai diode penghubung. Peranan ini sama pada kedua arah.

Menambahkan diac pada gerbang triac meningkatkan substansi tegangan

penghidupan dari triac dan dengan demikian didapatkan tenaga yang lebih

dalam pengontrolan dalam tegangan tinggi.

Dimer yang digunakan sebagai berikut:

Page 16: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.2.17 Rangkaian DIAC

Diac merupakan komponen yang paling sederhana dari keluarga

thyristor, semi konduktor yang terdiri dari tiga lapisan seperti pada transistor pnp.

Hubungan hanya dilakukan dengan tiga lapisan luarnya saja, sehingga dengan

demikian diac hanya mempunyai dua macam terminal, komponen ini dapat

bekerja pada tegangan AC maupun DC, dan dapat konduksi dari dua arah,

seperti thyristor lainnya diac mempunyai sifat seperti tabung tiratron.

Diac banyak di gunakan dalam rangkaian rangkaian pengendali,

penyaklaran, dan pemicu. Diac digunakan tersndiri atau digabungkan dengan

triac, transistor atau SCR.

Rangkaian ekuivalen dari diac adalah dua buah diode empat lapis yang

dipasang secara paralel seperti terlihat pada dibawah. Dilihat secara ideal ini

sama dengan sistem saklar penahan dalam Gambar (b). Diac tidak akan

menghantar sampai tegangan yang melaluinya melebihi tegangan breakover

dalam salah satu arahnya. Lambang dari Diac terlihat pada Gambar (d).

Gambar 4.2.18 Diac

(a) Rangkaian ekuivalen. (b) Sistem saklar-penahan ekuivalen.

(c) Saklar penahan kiri tertutup. (d) Lambang rangkaian.

Page 17: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Sebagai contoh apabila tegangan v mempunyai polaritas seperti pada

Gambar (a), maka dioda yang berada di sebelah kiri akan menghantar bila harga

v mulai melampaui tegangan breakover Diac. Dalam hal ini saklar penahan kiri

tertutup seperti yang terlihat pada Gambar (c) saat v memiliki polaritas yang

berlawanan dengan yang ditunjukkan dalam Gambar (a), maka saklar-penahan

kanan yang akan menutup bila v mulai melampaui tegangan breakover.

Saat penghantaran arus pada Diac sudah mulai berlangsung, satu-

satunya cara untuk membukanya kembali adalah dengan cara pemutusan arus

rendah. Ini berarti mengurangi arus sampai di bawah batas arus-penahan dari

piranti yang bersangkutan.

Pada komponen diac, konsentrasi pengotorannya tidak seperti pada

pengotoran transistor tetapi mempunyai jumlah yang sama pada kedua

pertemuannya sehingga memungkinkan terjadinya operasi yang simetris. Jadi

tidak ada yang dapat disebut anoda atau katoda secara eklusif. Karena lapisan p

dan n dalam komponen tersebut disusun secara seri maka diac tidak akan

konduksi dalam arah maju tetapi selalu mempunyai perilaku seperti diioda

bandangan yang diberi pra tegangan terbalik. Hal ini terjadi tanpa memandang

arah tegangan yang diberikan.

Pada saat suatu tegangan diberikan ke komponen, suatu arus bocor

yang sangat kecil akan mengalir. Keadaan ini disebut keadaan “off”dari diac.

Pada titik ini terjadi jebolan bandangan dan tiba-tiba akan mengalir arus yang

besar. Ini merupakan keadaan “on” diac. Sekali diac dijadikan on dengan

menggunakan tegangan postif atau negatif, komponen ini akan terus

menghantarkan arus sampai tegangannya dihilangkan atau dikurangi menjadi

nol.

Di sini, arus bocor yang kecil (IBO+ untuk tegangan positif atau IB0- untuk

tegangan negatif). Mengalir sampai tegangan yang diberikan mencpai tegangan

breakover. Pada saat tegangan breakover dicapai, arus akan meningkat dengan

tajam dari I+ atau I- . Efek resistansi negatif akan muncul seperti terlihat pada

kurva lengkung ke arah belakang. Akibatnya arus menaik jika teganganya sedikit

diturunkan.

Penggunaannya yang utama adalah untuk memberi denyut picu ke

triac. Tetapi tentu saja denyut pemicu dan sifat konduksi dua arahnya dapat

digunakan pada berbagai tujuan selain pengoperasian triac.

Page 18: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Salah satu penggunaan diac yang paling sederhana adalah sebagai

penyaklar otomatis. Sebuah diac akan memberikan resistansi yang sangat tinggi

baik dalam AC maupun DC sampai tegangan yang diberikan mencapai nilai VBO

kritis. Apabila nilai ini sudah tercapai atau dilampaui maka diac akan konduksi.

Dengan demikian komponen dua terminal yang sederhana ini dapat disakelarkan

dengan tegangan kendali yang menaik dan tetap terkonduksi sampai tegangan

tersebut diturunkan ke nol

Pada gambar 4.2.13 memperlihatkan sebuah rangkaian saklar peka

amplituda sederhana yang menggunakan sebuah diac 1N5411. tegangan

puncak AC atau DC sebesar 35 Volt akan menyebabkan diac terkonduksi dan

akan mengalirkan arus sebesar 14 mA melalui resistor keluaran R2. Diacnya

sendiri dapat konduksi pada tegangan dibawah 35 Volt. Dengan arus sebesar

14mA, tegangan keluaran yang terdapat pada resistor 1000 adalah 14 V.

Apabila sumber tegangannya mempunyai resistor dalam pada jalur keluarannya,

maka resistor R2 dapat di hilangkan.

Untuk mengoperasikan rangkaian ini, atur tegangan masuk agar naik

secara perlahan ahan mulai dari nol sambil memperhatikan nilai keluarannya.

Sampai sekitar 30 volt tegangan keluarannya akan sangat kecil. Pada sekitar 35

Volt, diac secara tiba tiba akan jebol dan suatu tegangan akan muncul pada

resistor R2 apabila tegangan keluaran diac nol maka diac tersebut akan mati dan

perlu dipicu lagi dengan tegangan beramplituda sebesar 35 Volt.

Gambar 4.2.19. Diac 1N5411

Page 19: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

4.3 Daftar Komponen Alat

1. Modul Dasar Elektronika

2. Osoloskop

3. Multimeter

4. Steker T

5. Data Sheet SCR, TRIAC, DIAC

6. Disket / flashdisk

7. Milimeterblok

8. Penggaris / mistar

9. Pulpen / pensil

4.4 Cara Kerja

PERHATIAN :

1. Percobaan A dan B menggunakan tegangan tinggi langsung dari jala-jala.

Praktikan harus benar-benar memperhatikan keselamatan dirinya dan rekan

kerjanya.

2. gunakan probe 1:10 untuk melakukan pengamatan dengan osiloskop.

Hubungkan osiloskop dengan jala-jala tanpa menggunakan ground dengan

cara meggunakan steker T. dengan demikian bagian logam dari osiloskop

tidak boleh disentuh selama daya untuk modul ihidupkan karena terdapat

tegangan tinggi. Pengaturan osiloskop dilakukan sebelum melakukan

pengamatan.

Sebelum melakukan pengamatan, konsultasikan dulu hal-hal yang belum jelas

kepada asisten.

A. Silicon Controlled Rectifier (SCR)

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.4.1 saklar daya dalam keadaan

OFF (lampu indikator mati). Hubungkanrangkaian ke jala-jala listrik.

Page 20: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

Gambar 4.4.1 Percobaan dengan SCR

2. Atur osiloskop pada 10 Volt/Div, 5 mS/Div, kopling DC dan Trigger pada

posisi Internal. Gunakan hanya salah satu kanal saja. Amati bentuk

gelombang pada beban. Kemudian amati pula Anoda-Katoda SCR.

Perhatikan : Gunakan Probe 1:10. Selama memindah-mindahkan probe dari

suatu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lain, matikan saklar daya

pada modul.

3. Atur lagi osiloskop pada 0.5 Volt/Div (pengaturan lainnya tetap). Amati

bentuk gelombang pada kapasitor dan Gate-Katode SCR.

4. pengamatan langkah 2 dan 3 dilakukan untuk dua macam firing delay angle

yang berbeda dengan mengubah potensio 500K. Ukur besarnya hambatan

potensio untuk tiap pengamatan.

5. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.4.2 Lakukan pengamatan seperti

sebelumnya

Gambar 4.4.2 Percobaan SCR Gelombang Full Wave

Page 21: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

B. TRIAC dan DIAC

Gambar 4.4.3 Percobaan dengan TRIAC

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 4.4.3 lakukan pengamatan bentuk

gelombang pada beban (10 V/Div), A1 – A2 (10 V/Div), kapasitor (2 V/Div)

dan pada G – A1 (0.05 V/Div). Pengamatan dilakukan untuk dua sudut yang

berbeda. Apakah simetris sudut sulut belahan positif dan belahan negative ?

2. Ulangi percoban diatas dengan menggantikan resistor 1K dengan DIAC

(gambar 4.4.4). Bagaimanakah perbedaan dengan sebelumnya ?

Gambar 4.4.4 Percobaan dengan TRIAC DIAC

Page 22: SCR, DIAC, TRIAC

PUTU RUSDI ARIAWAN

BIODATA PENULIS

Nama : Putu Rusdi Ariawan

TTL : Denpasar. 19 April 1990

Agama : Hindu

Mahasiswa Teknik Elektro Unv. Udayana

Email : [email protected]

www.facebook.com/turusdi