BAB VI. SAYUR-SAYURAN AN DAN BUAH-BUAHAN A. SAYUR-SAYURAN Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relatif pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Setiap jenis dan varietas sayur-sayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang berbeda-beda, sehingga sebagai bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah variasi makanan. Ditinjau dari segi nilai gizinya, sayur-sayuran mempunyai arti penting sebagai sumber mineral dan vitamin berupa vitamin A dan C. Contoh dari beberapa sayur-sayuran yang dapat dilihat sehari-hari misalnya kubis, wortel, kentang, buncis, daun sawi, petsai, kangkung, bayam, lobak, kacang panjang, kapri, bakung, seledri, selada, asparagus, kacang merah dan sebagainya. Beberapa macam bumbu-bumbuan seperti cabe, bawang, kunyit, sereh, daun salam, jahe, laos, dan sebagainya juga biasa dimasukkan dalam golongan sayuran. Gambar 15. Beberapa jenis sayur-sayuran 1. Struktur Sayur-sayuran 70
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB VI. SAYUR-SAYURAN AN DAN BUAH-BUAHAN
A. SAYUR-SAYURAN
Sayuran adalah tanaman hortikultura, umumnya mempunyai umur relatif
pendek (kurang dari setahun) dan merupakan tanaman musiman. Setiap jenis dan
varietas sayur-sayuran mempunyai warna, rasa, aroma, dan kekerasan yang
berbeda-beda, sehingga sebagai bahan pangan sayur-sayuran dapat menambah
variasi makanan. Ditinjau dari segi nilai gizinya, sayur-sayuran mempunyai arti
penting sebagai sumber mineral dan vitamin berupa vitamin A dan C. Contoh
dari beberapa sayur-sayuran yang dapat dilihat sehari-hari misalnya kubis, wortel,
kentang, buncis, daun sawi, petsai, kangkung, bayam, lobak, kacang panjang,
kapri, bakung, seledri, selada, asparagus, kacang merah dan sebagainya. Beberapa
macam bumbu-bumbuan seperti cabe, bawang, kunyit, sereh, daun salam, jahe,
laos, dan sebagainya juga biasa dimasukkan dalam golongan sayuran.
Gambar 15. Beberapa jenis sayur-sayuran
1. Struktur Sayur-sayuran
Struktur sayur-sayuran dibagi menjadi sistem jaringan, yaitu sistem
jaringan kulit atau selubung pelindung luar, sistem dasar atau fundamental, dan
sistem pembuluh.
a. Sistem Jaringan Kulit
Sistem jaringan kulit yang diwakili oleh epidermis merupakan lapisan
pelindung luar tanaman. Pengaturan permulaan berbagai proses fisika dan
fisiko-kimiawi pada sayur-sayuran yang telah dipanen bergantung pada sifat
Air, Garam, asam organic, gula, pigmen yang larut air, asam amino, vitamin, butir lemak(oil droplet)Protein, lipoprotein fospolipid, asam viruvatNukleoprotein, asam nukletat, enzim(protein)
Granula patiKhloropilPigmen(terutama karotenoid)
Asam lemak (trigliserida)
Kalsium oksalatEnzim, asam nukleat, hasil sementara metabolismEnzim, Fe, Cu, VitaminNukleoprotein, Enzim, asam nukleat
Selulosa, hemiselulosa, zat piktik polisakarida non- selilosaZat pektik, polisakarida non selullosa, Mg, CaHidrikarbon, asam lemak, keton alcohol, ester, eter, senyawa aromatic.
3. Sklerenkima
Sel-sel sklerenkima mempunyai dinding sel sekunder tebal dan berkayu.
Dalam keadaan dewasa sel-selnya biasa mati dan hanya berfungsi sebagai
penunjang organ-organ tumbuhan. Di dalamnya mungkin masih terdapat sisa-sisa
protoplasma yang telah keriput dan zat-zat lain seperti zat penyamak dan lendir.
Sel-sel sklerenkima dibedakan dalam dua tipe, yaitu sel-sel serabut dan sel batu.
Sel-sel serabut merupakan komponen umum jaringan xilem, susunan serabut yang
kompak secara membujur memberikan kekuatan dan ketegaran pada jaringan.
Sel-sel batu banyak terdapat dalam kulit dan floem buah-buahan dan biji-bijian.
Bentuknya sangat beraneka ragam dan mempunyai peranan yang penting dalam
sifat teksturalnya.
4. Sistem Berkas Pengangkut
Sistem berkas pengangkut terdiri atas dua jaringan pengangkut utama yaitu
xilem dan floem. Xilem mengangkut air dan nutrient mineral yang larut,
73
sedangkan floem mengangkut zat makanan yang disentetis di daun. Jaringan-
jaringan pengangkut juga merupakan jaringan penunjang, karena adanya sel-sel
berdinding tebal, terutama dalam xilemnya. Bila sel-sel serabut terdapat dalam
jumlah yang besar, sayuran tidak begitu disukai karena kaku dan alot. Antara
buah-buahan dan sayuran terdapat perbedaan mengenai distribusi dan susunan
sistem berkas pengangkutannya.
Pada sayuran daun sejumlah besar berkas-berkas jaringan pengangkut
terdapat dalam daging daun, sel ini dapat jelas terlihat dengan suatu percobaan
yaitu jika potongan-potongan mentimun dimasukkan ke dalam larutan garam,
maka air akan cepat keluar dari sel-sel ketimun sehingga sel-selnya menjadi lemas
atau mengecil dan ketimun menjadi berkerut.
Turgor sel dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
1. Konsentrasi bahan-bahan osmotik di dalam sel baik dalam bentuk larutan
maupun bahan koloid.
2. Permeabilitas dari protoplasma
3. Elastisitas dari dinding sel
Jika dinding sel mempunyai tingkat elastisitas tinggi maka kenaikan
kandungan (isi) sel mungkin tidak akan menyebabkan sel pecah, tetapi sebaliknya
jika isi sel berkurang maka turgor sel juga cepat menurun. Dinding sel yang kuat
dan kaku dapat mempertahankan tekstur bahan walaupun isi sel berkurang. Jika
sayuran atau buah dimasak atau direbus, protein akan mengalami denaturasi,
sel-sel mati dan protoplasma akan mengendap sehingga sifat permeabilitas sel
berubah. Akibatnya air dan larutan-larutan lainnya akan keluar dari sel akhirnya
tekstur bahan menjadi lemas. Akan tetapi bila di dalam vakuola terdapat banyak
granula-granula pati dimana bentuk molekul-molekulnya besar, maka granula-
granula pati tersebut tidak dapat keluar dari sel kecuali jika dinding sel pecah.
Selama perebusan granula pati tersebut akan membengkak, membentuk gel
dan mengikat air, jika prosesnya terjadi terus menerus maka air akan tertahan di
dalam vakuola sehingga sel menjadi bengkak (kembung). Sebagai contoh pada
perebusan kentang dan buncis.
74
3.Metabolisme dalam Bahan
Benda hidup melakukan metabolisme terutama ditunjukkan untuk
keperluan-keperluan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupannya.
Keperluan tersebut terutama dalam bentuk energi. Dengan adanya energi, maka
reaksi-reaksi metabolisme dapat berlangsung. Dalam sistem biologi energi dapat
diperoleh dengan beberapa cara yaitu dengan cara fotosintesa, respirasi dan
fermentasi. Fotosintesa adalah suatu proses metabolisme dalam tanaman untuk
membentuk karbohidrat dengan menggunakan CO2 dari udara dan air serta zat-zat
organik yang berasal dari tanah, sebagai sumber tenaganya adalah sinar matahari.
Khlorofil digunakan untuk mengabsorbsi sinar matahari tersebut dan
mengubahnya menjadi tenaga kimia. Reaksinya adalah sebagai berikut :
peresapan bahan-bahan kimia, ketahanan terhadap tekanan suhu, kerusakan
mekanis, penguapan senyawa-senyawa atsiri, dan perubahan-perubahan tekstural,
semuanya dimulai dari permukaan buah.
b. Sel-sel Epidermal
Sel-sel epidermal mempunyai bentuk yang beraneka ragam tergantung dari
letak sel itu di dalam organ tanaman. Buah-buahan mempunyai ukuran sel yang
86
lebih seragam. Pada umumnya sel-sel epidermal mempunyai ukuran yang lebih
kecil dan dinding yang lebih tebal daripada sel-sel di bawahnya. Sel-sel itu
tersusun rapat kecuali di daerah stomata dan lentisel.
c. Membran Kutikula
Penguapan air, masuknya patogen-patogen dan zat-zat kimia dipengaruhi
oleh derajat pembentukan kutin epidermis. Lapisan ini terletak diatas lapisan
epidermis dan permukaannya dilapisi oleh lapisan lilin.
d. Stomata
Stomata ini terdapat pada epidermis dan berfungsi sebagai katup-katup
kecil untuk pertukaran gas. Peranannya sangat penting dalam proses respirasi,
transpirasi dan pemasakan buah.
e. Lentisel
Lentisel ini selalu terbuka, yang memungkinkan pertukaran gas antara
sel-sel di bawah epidermis dengan uaara. Buah tua yang ranum dengan lentisel
yang lebih banyak cenderung lebih cepat menjadi layu dan lebih keriput daripada
buah yang lebih muda dengan lentisel yang lebih sedikit.
2. Sistem Dasar
a. Parenkim
Parenkim merupakan jaringan dasar yang paling umum. Sifatnya yang
menonjol adalah protoplasma yang sangat aktif. Sel-sel parenkim dapat
menimbun zat-zat seperti pati, protein,minyak, dan sebagainya. Pada umumnya
berdinding tipis, dan dapat tersusun rapat atau longgar. Sel-sel yang tersusun
longgar mempunyai ruang-ruang antar sel dan inilah yang menjadi sebab mengapa
buah tampak berkapur. Ukuran dan bentuk sel-sel sangat bervariasi.
b. Kolenkim
Merupakan jaringan penguat atau jaringan-jaringan penunjang. Dinding
selnya mampu berubah bentuk secara elastis. Sel-selnya berisi protoplas hidup.
87
c. Sklerenkim
Fungsinya sebagai penunjang organ-organ tumbuhan. Sel-selnya dapat
dibedakan dalam dua tipe yakni serabut dan sel-sel batu. Sel-sel serabut
merupakan komponen umum jaringan xylem. Sel-sel batu banyak terdapat dalam
kulit dan floem buah biji. Tekstur bertepung beberapa jenis buah jambu biji, sawo
manila, dan sebagainya dapat disebabkan oleh adanya sel-sel batu.
3. Sistem Berkas Pengangkutan
Terdiri atas dua jaringan pengangkut utama yaitu xylem dan floem.
Xylem mengangkut air dan mineral yang larut, sedangkan floem mengangkut zat
makanan yang disintesis di daun. Pada tanaman tertentu, misalnya mangga dan
sawo manila, system pengangkutannya mencakup sel-sel getah. Sel-sel dari
buah-buahan merupakan sel tanaman yang mempunyai ciri khas. Sel-sel tanaman
dikelilingi oleh dinding sel yang keras dan kaku yang terdiri atas serat-serat
sellulosa, dan polimer lain seperti zat-zat pektik, hemisellulosa dan lignin.
Lapisan dari zat pektik membentuk middle lamella dan bertindak mengikat sel-sel
untuk saling berdekatan. Sel-sel yang berdekatan mempunyai rantai penghubung
yang kecil, disebut plasmadesmata yang menghubungkan cytoplasma. Dinding sel
permeabel terhadap air dan larutan. Di dalam plasmalemma, muatan sel terdiri
dari cytoplasma satu dan satu atau lebih vakuola.
Cairan sel mengandung bermacam-macam larutan, seperti gula, asam-
asam amino dan organik, dan garam-garam dan dikelilingi oleh membran semi
permeable, yang disebut tonoplas. Bersama-sama dengan plasmalemma, tonoplas
akan mempertahankan tekanan hidrostatik dari isi sel. Cytoplasma juga
mengandung beberapa organel yang penting seperti nukleus, mitokondria,
kloroplas, kromoplas, amyloplas, badan-badan golgi, dan retikulum endoplasma.
4.Komposisi Buah-buahan dan Perubahan-perubahannya
Setiap macam buah-buahan mempunyai komposisi yang berbeda-beda dan
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan varietas, keadaan iklim tempat
tumbuh, pemeliharaan tanaman, cara pemanenan, tingkat kematangan, waktu
dipanen, kondisi selama pemeraman dan kondisi penyimpanan. Umumnya
88
buah-buahan mempunyai kadar air yang tinggi yaitu 65-90% tetapi rendah dalam
kadar protein dan lemak, kecuali buah adpokat (Tabel 24).
Tabel 24. Komposisi beberap jenis buah-buahan
Buah Air(%) Protein(%) Lemak(%) Karbohidrat(%)AdpokatApelArbelJambu airJambu bolJeruk keprokMangga golekNenasPapayaPisan ambonPisang raja
84.384.189.987.084.587.382.285.386.772.065.8
0.550.260.770.540.400.570.330.210.380.900.84
3.970.350.480.180.200.200.130.11
-0.150.14
4.7013.117.9710.629.517.7410.867.269.1519.3522.26
a. Karbohidrat
1). Pati
Buah-buahan mengandung pati sebagai hasil fotosintesa. Pada buah yang
masih muda banyak mengandung pati, seperti apel, pisang, dan mangga.
Kandungan pati beberapa jenis buah-buahan akan terus bertambah selama
pendewasaan sel, sedang beberapa jenis buah-buahan lain kandungan pati
mula-mula meningkat kemudian menurun lagi.
2).Gula
Kandungan beberapa jenis buah-buahan klimaterik kadang-kadang
meningkat selama pendewasaan sel (misalnya mangga), dan ada juga
buah-buahan klimaterik yang selama pertumbuhan dan pendewasaan sel kenaikan
kandungan gulanya sangat sedikit atau tidak ada sama sekali (misalnya tomat).
Pada beberapa jenis buah-buahan non-klimaterik kandungan gula yang mula-mula
tinggi sebelum sel dewasa, kadang-kadang menurun sedikit selama pendewasaan
sel (misalnya pada beberapa jenis jeruk).
3). Pektin
Pektin dalam buah terdapat dalam bentuk zat pektik yang mudah
terhidrolisa. Zat pektik ini terdapat di dalam "middle lamella" dari sel-sel buah.
Kandungan zat pektik di dalam buah akan mempengaruhi kekerasan (tekstur)
89
buah tersebut. Selama proses pematangan buah, zat pektik akan terhidrolisa
menjadi komponen-komponen yang larut air sehingga total zat pektik akan
menurun kadarnya, dan komponen yang larut air akan meningkat jumlahnya yang
mengakibatkan buah menjadi lunak.
Tabel 25. Hubungan antara kekerasan buah apel serta kandungan protopektin dan pektin.
Tekanan(kg/m2) Protopektin Pektin yang larut Total pektin(% berat segar)
61503934
0.760.580.560.51
0.030.170.220.23
0.790.750.780.72
4). Vitamin dan Mineral
Buah-buahan umumnya merupakan sumber vitamin C dan provitamin A
(karoten), disamping B1 serta beberapa macam mineral seperti kalsium dan besi.
pada Tabel 26. dapat dilihat kandungan vitamin dan mineral beberapa jenis
buah-buahan.
Tabel 26. Kandungan vitamin dan mineral beberapa jenis buah-buahan
Buah Vit.A(I.U) Vt.B1(mg) Vit.C(mg) Kalsium(mg) Besi(mg)
AdpokatJambu bolJambu keprokMangga golek NangkaNenasPapayaPisang raja
1108729824159269274665
0.030.010.050.050.020.040.060.04
8152220213597
619239138177
0.50.80.30.50.30.21.30.6
5). Pigmen
Di dalam buah-buahan umumnya terdapat pigmen klorofil, karotenoid dan
grup flavonoid yang terdiri dari antosianin, antosantin dan tanin.
i. Klorofil
Klorofil banyak terdapat buah-buahan yang berwarna hijau. Pada
buah-buahan yang masih muda, jumlah klorofil relatif lebih banyak dibandingkan
dengan karotenoid atau pigmen-pigmen lainnya, sehingga buah berwarna hijau.
90
Selama proses pematangan buah, akan terjadi degradasi klorofil dan muncul
warna dari pigmen-pigmen lain, sehingga buah berubah warnanya menjadi
kuning, orange atau merah.
ii. Karotenoid
Pigmen karotenoid yang terdapat pada buah misalnya likopen yang
terdapat pada buah tomat, semangka, dan pepaya akan memberikan warna merah,
karoten yang terdapat dalam jagung akan memberikan warna orange, serta
xantofil yang terdapat dalam jagung, peach, dan squash, akan memberikan warna
kuning- orange.
iii. Antosianin
Antosianin terdapat pada buah-buahan yang terutama yang berwarna ungu,
biru atau merah, seperti pada anggur dan cherry. Antosianin dapat membentuk
garam dengan logam yang menyebabkan warna berubah menjadi keunguan,
seperti pada pengalengan buah-buahan yang menggunakan kaleng dimana bagian
dalamnya tidak dilapisi enamel. Antosantin merupakan pigmen yang memberikan
warna putih atau kuning, misalnya pada buah apel dan pisang. Pigmen ini bersifat
peka terhadap perubahan pH. Di dalam larutan alkali pigmen ini akan berubah
warnanya menjadi kuning karena terbentuk senyawa calkon.
iv. Flavonoid
Tanin merupakan pigmen yang tidak berwarna dan terdapat dalam buah
apel, salak, pisang dan sebagainya. Selama proses pematangan, kadar tanin dalam
buah akan turun. Tanin dapat mencegah pertumbuhan mikroba dengan cara
mengaktifkan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh mikroba tersebut. Oleh karena
itu buah yang telah matang lebih peka terhadap serangan mikroba dibandingkan
buah yang masih muda. Dengan adanya ion-ion metal seperti Ca, Mg, dan Fe,
tanin dapat berubah warna menjadi pigmen yang berwarna coklat.
6). Asam-asam Organik
Pada buah-buahan yang masih muda banyak mengandung asam-asam
organik dimana selama proses pematangan buah, kandungan asam organik ini
akan menurun. Asam-asam organik ini disamping mempengaruhi rasa juga
91
mempengaruhi aroma buah, sehingga digunakan untuk menentukan mutu buah-
buahan. Asam-asam organik yang biasa terdapat dalam buah-buahan adalah asam
format, asetat, fumarat, malat, sitrat, suksinat, tartarat, oksaloasetat, kuinat,
sikimat, oksalat dansebagainya.
7). Kandungan Lain
Buah-buahan juga mengandung komponen-komponen lain seperti
sellulosa, heksosan, pentosan, gum, asam-asam amino, enzim-enzim, dan zat
pembentuk aroma seperti ester, alkohol, karbon, eter, hidrokarbon dan senyawa
aromatik lain.
5. Perubahan-perubahan Fisiologi Setelah Panen
a. Proses Pertumbuhan dan Respirasi
Pada umumnya tahap-tahap proses pertumbuhan atau kehidupan buah
meliputi pembelahan sel, pembesaran sel, pendewasaan sel (maturation),
pematangan (ripening), kelayuan (senescence) dan pembusukan (deterioration).
Proses pembelahan sel berlangsung segera setelah terjadinya pembuahan
kemudian diikuti dengan pembesaran atau pengembangan sel sampai mencapai
volume maksimum. Perbedaan buah yang tua (mature) dan yang matang (ripe)
adalah pada buah yang tua, keadaan sel-sel buah telah dewasa sedang buah yang
matang, warna, citarasa, dan kekerasanya telah berkembang sampai tingkat
maksimum. Buah yang tua (mature) biasa disebut dengan ranum.
1). Pematangan
Pematangan diartikan sebagai perwujudan dari mulainya proses kelayuan
dimana organisasi antar sel menjadi terganggu. Gangguan ini merupakan pelopor
dari kegiatan hidrolisa substrat oleh campuran enzim-enzim yang ada di
dalamnya. Selama proses hidrolisa terjadi pemecahan klorofil, pati, pektin dan
tanin. Dari hasil pemecahan senyawa-senyawat tersebut akan terbentuk
bahan-bahan seperti etilen, pigmen, flavor, energi dan polipeptida. Pematangan
dapat pula diartikan sebagai suatu fase akhir dari proses penguraian substrat dan
merupakan suatu proses yang dibutuhkan oleh bahan untuk mensintesa
enzim-enzim yang spesifik yang diantaranya akan digunakan dalam proses
kelayuan. Selama proses pematangan terjadi perubahan-perubahan warna dari
92
hijau menjadi kuning atau merah, rasa dari asam menjadi manis, tekstur menjadi
lebih lunak terbentuk.
2). Kelayuan (senescence)
Kelayuan adalah suatu tahap normal yang selalu terjadi dalam siklus
kehidupan tanaman. Dapat pula diartikan sebagai suatu tahap ketayuan
buah-buahan yang terjadi setelah proses pematangan, akan tetapi kelayuan dapat
pula terjadi tanpa melalui tahap pematangan, yaitu bila terjadi suatu kerusakan
pada buah-buahan tersebut.
Senescence merupakan hasil perubahan-perubahan yang terjadi dalam sel,
dinding menjadi lebih tipis, degradasi mitokondria, klorofil menghilang,
kandungan protein menurun, kegiatan pernafasan dan fotosintesa menurun, dan
sifat permeabilitas membrane sel juga berubah.
Terjadinya bunga pada tanaman dapat mempercepat berlangsungnya
senescence karena adanya mobilisasi zat-zat makanan untuk pertumbuhan biji
(buah), contohnya pohon tomat setelah berbunga, pertumbuhannya menjadi
lambat, dan setelah berbuah pohon akan mati. Gejala-gejala kelayuan pada
tanaman ditandai dengan mulai menguningnya daun, perontokan daun buah dan
bagian bunga, pematangan buah, serta pengurangan daya tahan terhadap penyakit.
Beberapa hormon yang berperan mempengaruhi proses senescence adalah auksin,
etilen, gibberellin, asam absisat, dan sitokinin. Auksin berperanan dalam sintesa
etilen, makin tinggi kadar auksin maka jumlah auksin yang disintesa makin
banyak.
Secara langsung auksin dapat menghambat teradinya senescence,
hilangnya auksin dapat menyebabkan teradinya senescence. Hormon gibberellin
yang bekerja secara spesifik pada tanaman, yaitu dapat menghambat terjadinya
pematangan, yang berarti dapat menghambat terjadinya senescence. Tidak semua
tanaman memberikan respon yang baik terhadap hormon ini, misalnya pisang dan
tomat dapat dipengaruhi sedangkan apeI dan arbei tidak. Pemberian asam absisat
mempercepat proses penuaan pada buah-buahan yang telah dipetik dari pohonnya,
namun peranannya dalam senescence belum diketahui secara jelas.
93
Hormon sitokinin dapat menghambat terjadinya senescence. Banyak
tanaman yang peka terhadap hormon ini. Sedangkan hormon etilen dapat
mempercepat proses senescence.
3). Respirasi
Pada waktu masih berada dipohon, buah-buahan melangsungkan proses
kehidupannya dengan cara melakukan pernafasan (respirasi), ternyata setelah
dipanen buah-buahan juga masih melangsungkan proses respirasi. Respirasi
adalah proses biologis dimana oksigen diserap untuk digunakan pada proses
pembakaran yang menghasilkan energi dan diikuti oleh pengeluaran sisa
pembakaran dalam bentuk CO2 dan air. Contoh:
C6H1206 + 6 02 6 CO2+ 6 H2O+ energi
Apabila persediaan oksigen berkurang maka buahbuahan cenderung untuk
melakukan fermentasi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Senyawa organik
yang biasa digunakan dalam proses fermentasi pada umumnya adalah glukosa
yang akan menghasilkan beberapa bahan lain seperti aldehida, alkohol atau asam.
Bila buah-buahan melakukan fermentasi, maka energi yang diperoleh lebih sedikit
per satuan substrat dibandingkan dengan cara pernafasan (respirasi). Oleh karena
itu bila buah-buahan melakukan proses fermentasi untuk memenuhi kebutuhan
energi, diperlukan substrat (glukosa) dalam jumlah yang banyak, sehingga dalam
waktu yang singkat persediaan substrat akan habis dan akhirnya buah tersebut
akan mati dan busuk. Selama proses pertumbuhan atau respirasi buah akan
dihasilkan gas CO2 dan H2O yang jumlahnya kira-kira 99% dari seluruh gas yang
dihasilkan, serta gas-gas yang mudah menguap yang terdiri dari alkohol, aldehida,
keton, dan ester-ester.
Faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi dapat dibedakan atas dua yaitu
faktor internal (dari dalam bahan sendiri) seperti tingkat perkembangan organ,
komposisi kimia jaringan, ukuran produk, adanya pelapisan alami pada
permukaan kulitnya, dan jenis jaringan. Faktor eksternal (dari luar atau
lingkungan di sekeliling bahan) seperti suhu, penggunaan etilen, ketersdiaan
oksigen, karbon dioksida, terdapatnya senyawa pengatur pertumbuhan, dan
adanya luka pada buah.
94
b. Klimaterik
Klimaterik didefinisikan sebagai suatu fase yang kritis dalam kehidupan
buah, dan selama terjadinya proses ini banyak sekali perubahan yang berlangsung.
Disamping itu juga dapat diartikan sebagai suatu keadaan "auto stimulation" dari
dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya
peningkatan proses respirasi. Selain itu klimaterik dapat diartikan sebagai suatu
masa peralihan dari proses pertumbuhan menjadi layu. Dari semua pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa klimaterik adalah suatu periode mendadak yang
unik bagi buah-buahan tertentu, dimana selama proses ini terjadi serangkaian
perubahan biologis yang diawali dengan proses pembuatan etilen. Proses ini
ditandai dengan mulainya proses pematangan. Buah-buahan yang tidak pernah
mengalami periode tersebut diatas digolongkan ke dalam golongan non klimaterik
seperti semangka, jeruk, nenas, anggur dan sebagainya.
6. Peranan Etilen pada Proses Pematangan Buah-buahan
Etilen adalah senyawa hidrokarbon tidak jenuh. Yang pada suhu ruang
berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan tanaman hidup pada waktu-
waktu tertentu. Senyawa ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan
yang penting dalam proses pertumbuhan dan pematangan hasil-hasil pertanian.
Etilen adalah suatu gas yang dalam kehidupan tanaman dapat digolongkan
sebagai hormon yang aktif dalam proses pematangan. Etilen disebut hormon
karena dapat memenuhi kriteria sebagai hormon tanaman, bersifat mobil (mudah
bergerak) dalam jaringan tanaman, dan merupakan senyawa organik.
Pada system akar, etilen dapat menyebabkan terpilinnya akar,
menghambat kecepatan pertumbuhan, memperbanyak tumbuhnya rambut-rambut
akar dan cepat menyebabkan terjadinya kelayuan. Aktifitas etilen dalam
pematangan buah akan menurun dengan turunnya suhu ruang penyimpanan.
Pembentukan etilen pada jaringan tanaman dapat dirangsang oleh kerusakan-
kerusakan mekanis dan infeksi, sehingga akan mempercepat pematangan. .
Penggunaan sinar radioaktif dapat merangsang pembentukan etilen bila
diberikan pada saat pra-klimaterik. Tapi bila diberikan pada saat klimaterik,
penggunaan sinar radioaktif ini dapat menghambat produksi etilen.
95
7. Perubahan Fisik dan kimia Selama Pematangan
Perubahan-perubahan buah selama pematangan dapat dilihat dalam hal
wama, kekerasan (tekstur), citarasa dan flavor, yang menunjukkan terjadinya
perubahan komposisi. Berubahnya warna dapat disebabkan oleh proses degradasi
maupun proses sintesis dari pigmen-pigmen yang terdapat dalam buah.
Pelunakan buah dapat disebabkan oleh terjadinya pemecahan protopektin menjadi
pektin, maupun karena terjadinya hidrolisis pati atau lemak, dan mungkin juga
lignin.
Pematangan akan menyebabkan naiknya kadar gula sederhana untuk
memberikan rasa manis, penurunan kadar asam organik dan senyawa fenolik
untuk mengurangi rasa asam dan sepat, serta kenaikan produksi zat-zat volatil
untuk memberikan flavor karakteristik buah.
a. Turgor Sel
Tekanan turgor sel selalu berubah selama proses perkembangan dan
pematangan. Perubahan ini umumnya disebabkan karena komposisi dinding sel
berubah. Adanya perubahan ini mempengaruhi kekerasan buah bila buah matang.
Pengempukan buah disebabkan menurunnya jumlah protopektin yang tidak larut
air dan naiknya jumlah pektin yang larut air.
b. Karbohidrat (pati)
Karbohidrat oleh tanaman disimpan di dalam buah untuk persediaan
energi yang kemudian digunakan untuk melangsungkan keaktifan dari sisa
hidupnya, sehingga di dalam proses pematangan kandungan karbohidrat (pati) dan
gula selalu berubah.
Perubahan gula di dalam buah-buahan menyangkut sukrosa, glukosa, dan
fruktosa. Perubahan kandungan gula dapat dikelompokan menjadi :
1. Buah dengan kandungan pati tinggi : Secara teoritis bila pati dihidrolisis akan
terbentuk glukosa sehingga kadar gula dalam buah akan meningkat. Tetapi
kenyataanya perubahan tersebut relatif kecil atau kadang-kadang tidak
berubah. Hal tersebut mungkin disebabkan karena gula yang dihasilkan
terpakai dalam proses respirasi, atau diubah menjadi senyawa lain. Segera
setelah buah apel dipanen mempunyai kadar fruktosa yang lebih tinggi
96
dibandingkan dengan glukosa dan sukrosa, dan kadar glukosa paling rendah.
Selama penyimpanan akan terjadi perubahan-perubahan dimana kandungan
pati menurun, kandungan sukrosa akan naik, dan sukrosa yang terbentuk akan
dipecah Iagi menjadi glukosa dan fruktosa. Sebagian glukosa yang terbentuk
akan digunakan dalam proses respirasi untuk menyediakan energi yang akan
digunakan untuk metabolism buah.
2. Buah dengan kandungan pati rendah: seperti semangka sewaktu dipanen
mengandung kadar pati sangat sedikit, sehingga tidak dapat diharapkan bahwa
selama penyimpanan kadar gulanya akan meningkat. Jadi semangka yang
diperam tidak akan berubah menjadi manis.
c. Asam amino dan protein
Asam-asam amino seperti metionin dan beta alanin penting dalam
pematangan buah karena asam amino ini merupakan prekursor etilen dalam
jaringan buah-buahan. Pada buah apel yang telah matang, kandungan proteinnya
kurang dari 0,1% (dari berat segar), dan dari jumlah tersebut 80-90% terdapat
pada kulitnya
d. Lemak
Meskipun kadar lemak di dalam buah-buahan umumnya rendah, namun
peranannya dalam pembentukan tekstur, flavor dan pigmen buah sangat besar.
Pada buah tomat muda kandungan lipid terdapat dalam jumlah relatif besar.
Selama pematangan, lipid ini menurun jumlahnya, tetapi pada tingkat kematangan
penuh akan meningkat lagi.
e. Asam-asam organik
Asam organik non volatil adalah salah satu diantara komponen seluler
yang mengalami perubahan selama pematangan buah. Pada buah tomat, jumlah
asam nitrat dan malat adalah 60% dari total asam organik yang terdapat di dalam
buah. Selama pematangan, perbandingan asam malat dan asam sitrat akan
menurun, yang menunjukkan adanya konversi malat menjadi sitrat.
97
f. Pigmen
1). Klorofil
Pada umumnya sebagian besar buah-buahan, tanda menghilangnya warna
hijau merupakan pertanda kematangan. Selama pematangan kandungan klorofil
pada buah menurun secara perlahan. Hilangnya warna hijau pada buah, mungkin
karena terjadinya oksidasi atau penjenuhan terhadap ikatan rangkap molekul
klorofil.
2). Karotenoid dan Flavonoid
Sintesa karotenoid dapat dipercepat dengan penggunaan asam askorbat
atau asam absisat. Sintesis karoten tidak tergantung pada suhu, tetapi sintesis dan
degradasi likopen dipengaruhi oleh suhu. Umumnya suhu antara 60-70°F adalah
optimum untuk sintesis likopen, tetapi suhu diatas 00F dapat menghambat
pembentukan likopen pada buah tomat.
3). Produk volatil
Senyawa kimia utama dalam aroma buah adalah ester, dari alkohol alifatik
dan asam-asam lemak berantai pendek. Senyawa volatil diproduksi dan
dikeluarkan oleh buah hanya apabila buah mulai matang.
4). Senyawa turunan fenol
Senyawa fenol berdasarkan kekomplekannya dapat dibagi dua golongan
yaitu senyawa fenol sederhana dan senyawa fenol kompleks. Senyawa fenol
sederhana terdiri dari asam amino tirosin, dehidroksifenilalanin (DOPA), katecol
dan asam kafeat. Senyawa fenol yang kompleks terdiri dari antosianin, lignin, dan
tanin. Tanin umumnya terdapat dalam setiap tanaman yang letak dan jumlahnya
berbeda tergantung pada jenis tanaman, umur tanaman, dan organ- organ tanaman
itu sendiri. Umumnya buah mengandung lebih banyak tannin dibanding bagian
tanaman lainnya, yang memberikan rasa sepat astringency pada buah. Senyawa
tanin umumnya mengalami perubahan setelah buah-buahan dipanen. Kandungan
yang ada pada buah sangat tergantung pada tingkat perkembangannya.
Tanin yang terdapat pada buah apel mencapai kandungan tertinggi pada
waktu buah masih muda, dan menurun setelah buah tua. Hal seperti ini juga
98
terjadi pada buah-buahan lainnya selain apel. Terjadinya penurunan tanin selama
pematangan buah buahan mungkin disebabkan karena terjadinya degradasi tannin,
adanya polimerisasi/depolimerisasi tannin, atau terjadinya oksidasi terhadap tanin.
7.Penanganan Lepas Panen
Penanganan buah-buahan memerlukan penanganan yang baik untuk tujuan
penyimpanan, transportasi dan pemasaran. Langkah yang harus dilaksanakan
meliputi pemilihan (sorting), pemisahan berdasarkan ukuran (sizing), pemilihan
berdasarkan mutu (grading) dan pengepakan. Beberapa jenis produk kadang-
kadang memerlukan penanganan tambahan seperti pre cooling, pencucian,
degreening, dan pelilinan (waxing).
a. pre cooling
Mutu buah-buahan dapat rusak oleh pengaruh suhu tinggi, karena itu pre
cooling bertujuan untuk menghilangkan panas lapang tersebut. Tujuan umum dari
pre cooling adalah untuk memperlambat respirasi, menurunkan kepekaan terhadap
serangan mikroba, mengurangi jumlah air yang hilang. dan memudahkan
pemindahan ke dalam ruang penyimpanan dingin atau system transportasi dingin,
metode yang biasa digunakan untuk pre cooling adalah air cooling (pendinginan
dengan air), dan vacuum cooling (pendinginan dengan vakum).
b. Pencucian
Kadang-kadang untuk beberapa buah-buahan memerlukan pencucian
setelah dipanen yang bertujuan untuk menghilangkan kotoran (tanah) yang
menempel, residu fungisida/insektisida dan penampakan yang baik. Pencucian
dapat dilakukan baik dengan mengunakan air, sikat muapun deterjen.
c. Degreening
Merupakan proses untuk dekomposisi pigmen hijau pada buah-buahan.
Cara ini dilakukan dengan menggunakan etilen atau bahan lain yang dapat
mengaktifkan metabolisme, agar buah mempunyai warna yang khas yang disukai
konsumen.
99
d. Pelilinan
Umumnya buah-buahan mempunyai lapisan liIin alami pada permukaan
kulitnya yang dapat hilang karena proses pencucian. Pemakaian liIin buatan pada
buah-buahan adalah untuk meningkatkan kilap sehingga penampakannya menjadi
lebih baik. Disamping itu luka atau goresan pada permukaan kulit buah dapat
ditutupi oleh Iilin.
e. Penyimpanan Dingin
Penanganan dengan cara ini diperlukan untuk buah-buahan yang mudah
rusak. Cara ini dapat mengurangi kegiatan respirasi dan kegiatan metabolik
lainnya, proses penuaan karena adanya proses pematangan, pelunakan dan
perubahan-perubahan warna serta tekstur, kehilangan air dan pelayuan, kerusakan
karena aktivitas mikroba (bakteri, kapang, dan khamir).
Proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki
Di dalam pendinginan, perlu diperhatikan mengenai mutu bahan yang
akan didinginkan, suhu ruang pendingin, kelembaban udara di dalam ruang
pendingin, dan sirkulasi udara serta jarak tumpukan di dalam ruang pendingin.
Tiap jenis buah-buahan mempunyai sifat karakteristik penyimpanan tersendiri.
Sifat-sifatnya selama penyimpanan dipengaruhi oleh faktor varieitas, iklim tempat
tumbuh, kondisi tanah dan cara budidaya tanaman, derajat kematangan dan cara
penanganan sebelum disimpan. Penyimpanan dingin mempunyai pengaruh
terhadap bahan yang didinginkan seperti :
a. Kehilangan Berat
Kehilangan berat buah-buahan selama disimpan terutama disebabkan oleh
kehilangan air, disamping itu kehilangan air ini juga dapat menurunkan mutu dan
menimbulkan kerusakan. Kehilangan air ini disebabkan sebagian air dalam
jaringan bahan akan menguap atau terjadinya transpirasi. Kehilangan air yang
tinggi akan menyebabkan terjadinya pelayuan dan pengeriputan bahan. Hal ini
dapat dicegah dengan cara mengurangi transpirasi, yakni menaikan kelembaban
nisbi udara, menurunkan suhu, mengurangi gerakan udara, dan dengan
menggunakan bungkus atau kemasan.
100
b. Kerusakan dingin
Pada suhu yang rendah (0-10°C), buah-buahan dapat mengalami
kerusakan karena tidak dapat melakukan proses metabolisme secara normal.
Kerusakan dingin ini seperti adanya lekukan, cacat, bercak-bercak kecoklatan
pada permukaan, penyimpangan warna di bagian dalam, atau gagal matang pada
buah setelah dikeluarkan dari ruang penyimpanan. Pada Tabel 27 dapat dilihat
suhu penyimpanan terendah dan kerusakan-kerusakan dingin yang terjadi jika
suhu terendah tersebut dilampaui.
Tabel 27. Kerusakan dingin pada buah-buahan yang disimpan dibawah suhu rendah yang aman
Komditi Suhu terendah yang aman(oF)
Kerusakan yang terjadi jika disimpan pada suhu antara 32OF dan suhu bterendah yang aman
Apel
AdpokatPisangJeruk besarMangga
SemangkaPapaya
NenasTomat(matang)Tomat hijau(hijau tua)
36-38
40-4553-56
5050-55
4045
45-5045-50
55
Pencoklatan , bagian dalam,bagian tengah coklat,lembek,dan lepuhDaging buah coklat kehitamanWarna jelek jika matangLepuh,lubang cacat,benyekKulit seperti lepuh, kehitam-hitaman, pematangan tidak merataLubang cacat,busuk pada permukaanLubang cacat, gagal matang, citarasa menyimpang, busukWarna hijau jelek jika matangPelunakan,benyek dan busukWarna jelek jka matang dan busuk altemaria
Mekanisme terjadi kerusakan dingin antara lain (a) terjadinya respirasi
abnormal, (b) perubahan lemak dan asam lemak dalam dinding sel, (c) perubahan
permeabilitas membran sel, (d) perubahan dalam reaksi kinetik dan
termodinamika, (e) ketimpangan distribusi senyawa kimia dalam jaringan,
(g) terjadinya penimbunan metabolit beracun.
c. Kegagalan untuk Matang
Penyimpanan dingin yang terlalu lama pada beberapa komoditi dapat
menyebabkan gagal untuk matang.
101
d. Kebusukan
Sering terjadi kondensasi pada buah-buahan yang dikeluarkan dari ruang
penyimpanan dingin. Kondensasi ini terjadi pada permukaan bahan. Air yang
berkondensasi ini harus dikurangi, terutama untuk komoditi yang teksturnya
lunak, karena dapat merangsang kebusukan. Namun tidak semua bahan dapat
menjadi busuk akibat adanya kondensasi ini.
Kondensasi ini dapat dihindari dengan cara bahan yang dikeluarkan dari
ruang penyimpanan dingin ini mendapat perbedaan suhu dengan suhu di luar yang
tidak begitu besar. Biasanya bahan yang dipindahkan dari suhu 0°C ke suhu
sekitar 10°C tidak akan banyak berkeringat. Penyimpanan dingin yang baik antara
lain menggunakan suhu dan kelembaban nisbi yang tepat dan masa simpan yang
tepat atau tidak melampaui masa simpan.
f.CAS (Controlled Atmosphere Storage)
Merupakan penyimpanan dingin dimana kadar 02 dan CO2 dalam ruang
penyimpanan diatur. Dalam kondisi ini proses respirasi dan pematangan
dihambat. Pengaruh fisiologis dari penyimpanan atmosfir terkontrol ini meliputi :
1. Penurunan kandungan total asam dapat dihambat.
2. Penurunan kandungan klorofil (degradasi klorofil) dapat dihambat.
3. Perubahan zat pektik dapat dihambat, sehingga terhambatnya pelunakan
jaringan dan pembentukan zat volatil terhambat.
4. Kadang-kadang buah tidak mau matang setelah dikeluarkan dari ruang
penyimpanan karena buah kehilangan kapasitasnya untuk mensintesa protein.
Kesimpulan :
1. Sayur dan buah merupakan sumber vitamin, mineral dan pigmen sebagai
antioksidan
2. Struktur sayur-sayuran dibagi menjadi sistem jaringan, yaitu sistem jaringan
kulit atau selubung pelindung luar, sistem dasar atau fundamental, dan sistem
pembuluh.
3. Penanganan pasca panen sayur dan buah meliputi pendinginan, pelapisan lilin,