11. Menjelaskan tentang mediator-mediator kimia yang berperan
pada proses radangMEDIATOR KIMIA PADA RADANG AKUT :1.
HISTAMINDilatasi vaskuler, meningkatkan permeabilitasvaskuler dan
bertanggung jawab pada fase segera yang sementara (immediate
transient response)2. SEROTONINEfek = histamin 3. SISTEM KOMPLEMEN
C5a dan C3a peningkatan permeabilitas vaskuler dengan cara
menstimulasi pelepasan histamin dari sel mast, selain itu C5a
merupakan agen kemotaktik yang kuat untuk netrofil. Komplemen C3b
adalah opsonin yang penting.4. SISTEM KININ Bradikinin, merupakan
produk akhir sistim kinin, menyebabkan peningkatan permeabilitas
vaskuler dan merangsang reseptor n PERJALANAN RADANG AKUT :a)
Resolusi sempurna: semua reaksi radang yg berhasil menetralisir
stimulus cedera dgn perbaikan tempat radang akut menjadi normal
kembali disebut RESOLUSI b) Pembentukan abses: terutama terjadi
pada infeksi oleh organisme piogenik c) Penyembuhan melalui
penggantian jaringan ikat (fibrosis):bila cedera radang terjadi
pada jaringan yg tidak dapat beregenerasi atau ada destruksi
jaringan luas maka terjadi proses menjadi massa jaringan fibrous
(FIBROSIS), disebut juga ORGANISASI d) Perlangsungan respon
jaringan ke radang kronik hal ini dpt mengikuti radang akut atau
sebagai respons yg seluruhnya kronik sejak serangan. Transisi
radang akut menjadi kronik dpt disebabkan o.k.: respons radang akut
tidak mengalami resolusi
RESOLUSI :1. Permeabilitas vaskuler kembali normal2. Drainase
cairan edema dan protein ke dalam sal.limfatik 3. Melalui
pinositosis (agen pencedera) masuk ke dalam makrofag 4. Fagositosis
dari PMN apoptosis5. Fagositosis dari debris nekrotik 6.
Pembersihan oleh makrofag makrofag juga memproduksi growth factors
yang menginisiasi proses pemulihan
RADANG KRONIKradang yang berlangsung lama (minggu-minggu atau
bulan-bulan) radang tsb.aktif, ada destruksi jaringan, dan adanya
tanda-tanda penyembuhan berjalan bersama-sama.Dapat terjadi pada
:1) Infeksi persisten: oleh mikroorganisme tertentu. Biasanya
toksisitas rendah, tetapi menimbulkan reaksi imunologik disebut
delayed hypersensitivity contoh: tbc, jamur, treponema 2) Kontak
dengan agen yang potensial toksik, dalam waktu yang lama; secara
eksogen atau endogen. Contoh: silikosis, aterosklerosis 3) 3.
Otoimunitas: reaksi imun tertentu menyerang jaringannya sendiri
pada keadaan tertentu reaksi ototimun. Otoantigen menyebabkan
reaksi imun terus menerus menyebabkan penyakit radang kronik.
Contoh: peny.rheumatoid arthritis, Lupus Erythematosus
Gambaran morfologi (histologi) radang kronik:1. Infiltrasi
sel-sel mononuklear yg mencakup: makrofag, limfosit, dan sel
plasma. mencerminkan suatu reaksi yg menetap terhadap cedera.2.
Destruksi/kerusakan jaringan dan paling banyak dicetuskan oleh
sel-sel radang.3. Proses penyembuhan melalui pembentukan jar.ikat
menggantikan jaringan yg rusak,disertai proliferasi pemb.darah
kecil (angiogenesis)
Makrofag 1. Infiltrasi sel-sel mononuklear MAKROFAG Salah satu
komponen dari sistim fagosit mononuklear. Sistim fagosit
mononuklear terdiri dari sel-sel yang berasal dari sumsum tulang
mencakup: Monosit darah dan Makrofag jaringan Makrofag jaringan
antara lain: Berada dalam jaringan ikat atau Dalam organ, misalnya:
Sel Kupffer hati Sinus histiosit limfonodus Makrofag alveoli
rongga/alveoli paru-paru Semuanya berasal dari prekursor di dalam
sumsum tulang (stem cell) monosit darah
Makrofag unsur yg sentral dalam radang kronik karena makrofag
dapat menghasilkan produk yang aktif. Beberapa produk aktif
makrofag adalah: Toksik terhadap sel: misalnya metabolit O2 dan NO;
atau matriks ekstraseluler misalnya protease Menyebabkan influks
jenis sel-sel lain, seperti: sitokin, faktor kemotaksis Menyebabkan
proliferasi fibroblast dan deposito kolagen (growth factor)Jadi
senjata mediator yang dibuat makrofag sangat kuat untuk pertahanan
tubuh, tetapi pada waktu yang sama senjata ini juga menginduksi
kerusakan jaringan bila makrofag diaktifkan secara tidak tepat Sel
sel lain dalam radang kronik :limfosit, sel plasma,eosinofil
LIMFOSIT Limfosit pada reaksi imun diperantarai antibodi dan sel;
dan radang diperantarai non imun Limfosit jenis T, B, atau states
menggunakan pelbagai molekul adhesi (VCAM-1; ICAM-1; dan LFA-1);
dan mediator-mediator kimia (terutama sitokin) untuk bermigrasi ke
tempat radang Limfosit dapat diaktifkan melalui kontak dengan
antigen. Limfosit aktif produksi limfokin dan merupakan suatu
stimulator utama untuk kemotaksis monosit, pengaktifan dan
diferensiasi makrofag oleh IFN- SEL MAST Sel mast berdistribusi
secara luas dalam jaringan ikat dan berpartisipasi pada proses
radang akut Sel mast mengekspresi reseptor permukaan yang mengikat
bagian Fc dari antibodi IgE EOSINOFIL Adalah karakteristik pada
reaksi imun diperantarai IgE dan infeksi parasit Penarikan
eosinofil dari dalam sirkulasi darah dan kemudian berada dalam
jaringan melalui proses yang sama seperti terjadi pada sel lekosit
lain seperti PMN Eosinofil mempunyai granula-granula yang
mengandung Mayor Basic Protein (MBP): adalah protein yang sangat
kationik yang toksik terhadap parasit. RADANG GRANULOMATIK pola
lain dari reaksi radang kronik dimana jenis sel yang dominan adalah
activated macrophage yang mengalami modifikasi seperti sel epitel
sehingga disebut sel EPITELOID TBC adalah pola dasar dari RADANG
GRANULOMATIK
12. Menjelaskan tentang radang kronik, bagaimana terjadi radang
kronik, serta menjelaskan sel radang kronik seperti makrofag,
lomfosit, sel eosinofil, sel mast.
Radang kronik merupakan lanjutan dari radang kronik. Radang
kronik adalah radang yang berangsung lama (minggu-minggu atau
bulan-bulan). Radang ini aktif, ada destruksi jaringan, dan adanya
tanda-tanda penyembuhan berjalan bersama-sama. Dapat terjadi pada
:1. Infeksi persisten : oleh mikroorganisme tertentu. Kumannya
selalu ada, dan biasanya toksisitasnya rendah melalui rekasi
imunologik delayed hypersensitivity. Contoh pada penyakit TBC,
jamur, dan treponema.2. Kontak dengan agen yang potensial toksik,
dalam waktu yang lama (eksogen atau endogen). Contoh ; silikosis,
aterosklerosis.3. Otoimunitas adalah reaksi imun menyerang jaringan
sendiri pada keadaan tertentu melalui reaksi otoimun. Otoantigen
adalah rekasi imun yang terjadi terus menerus sehingga menyebabkan
radang kronik. Contoh RA, Lupus Erythematosus.
Gambaran morfologi (histologi) radang kronik :1. Infiltrasi
sel-sel mononuklear yang mencakup : makrofag, limfosit dan sel
plasma.2. Destruksi atau kerusakan jaringan paling banyak
dicetuskan oleh sel-sel radang. Radang yang sudah terlalu lama akan
merusak jaringan sekitar.3. Proses penyembuhan melalui pembentukan
jaringan ikat menggantikan jaringan yang rusak, disertai poliferasi
pembentukan darah kcil (angiogenesis).
Peranan seluler yang paling dominan pada radang kronis adalah
jaringan makrofag ( tissue macrophage)
Kemudian bergabung dengan limfosit dan sel plasma, namun sel
mast dan eosinofil terlibat juga dalam penyakit alergi kronis.
Infiltrasi sel-sel mononuklear1. MakrofagKomponen dari sistim
fagosit mononuklear. Makrofag memilik fungsi yang sangat banyak.
Sistim Fagosit Mononuklear terdiri dari sel-sel yang berasal dari
sumsum tulang : Monosit darah Makrofag jaringanMakrofag jaringan,
antara lain: Dalam jaringan ikat Dalam organ, misalnya :a. Sel
kupffer di hatib. Sinus histiosit di limfonodusc. Makrofag alveoli
di rongga/alveoli paru-paru
Jika diaktifkan akan ada banyak peran dalam Kematian jaringan
dan fibrosisMakrofag adalah unsur sentral dalam radang kronik yang
menghasilkan produk yang aktif. Beberapa produk aktif makrofag
adalah :a. Toksik terhadap sel : metabolit O2 dan NO; atau matriks
ekstraseluler misalnya proteaseb. Menyebabkan influks jenis sel-sel
lain : sitokin, faktor kemotaksisc. Menyebabkan poiferasi
fibroblast dn deposit kolagen (growth factor)Jadi, mediator yang
dibuat makrofag sangat kuat untuk pertahanan tubuh, tetapi pada
waktu yang sama hal ini juga menginduksi kerusakan jaringan bila
makrofag diaktifkan secara tidak tepat.
2. LimfositTerjadi pada reaksi imun yang diperantarai antibodi
dan sel. Limfosit jenis T, B memerlukan molekul adhesi (VCAM-1;
ICAM-1; dan LFA-1) dan mediator-mediator kimia (terutama sitokin)
untuk bermigrasi ke tempat radang.Limfosit diaktifkan melalui
kontak dengan antigen. Limfosit aktif produksi limfokin stimulator
utama untuk kemotaksis monosit, pengaktifan dan diferensiasi
makrofag IFN_
3. Sel mastSel mast berdistribusi secara luas dalam jaringan
ikat dan berpartisipasi pada proses radang akut. Sel mast
mengekspresi reseptor permukaan yang mengikat bagian Fc dari
antibodi IgE.
4. EosinofilYaitu karakteristik pada reaksi imun diperantarai
IgE dan infeksi parasit. Penarikan eosinofil dari dalam sirkulasi
darah ke jaringan seperti sel lekosit, PMN. Eosinofil mempunyai
granula-granula yang mengandung Mayor Basic Protein (MBP) yaitu
protein yang sangat kationik yang toksik terhadap parasit.
13. Menjelaskan gambaran morfologi radang akut dan kronik!
Jawaban: RADANG AKUTRadang akut adalah respons awal dan cepat
terhadap agen pencedera Etiologi :1. infeksi
(bakteri,virus,parasit) dan toksin mikroba 2. Trauma tumpul dan
tajam 3. Agen fisik dan kimia (cedera panas,mis.luka bakar,
dingin/frostbite, iradiasi, kimia lingkungan 4. Jaringan nekrosis
o.k. macam-macam sebab 5. Benda asing (serpihan, glas, kotoran,
jahitan luka, benang)6. Reaksi imun reaksi hipersensitivitas Dua
komponen utama mekanisme pertahanan melawan mikroba/cedera dll =
antibodi & leukosit dalam sirkulasi darah komponen vaskuler
berperan penting dalam respons radang akut.3 peristiwa utama pada
radang akut :1. Perubahan diameter pembuluh darah aliran darah
meningkat. 2. Meningkatnya permeabilitas pembuluh protein plasma
dan lekosit keluar dari sirkulasi. 3. Transmigrasi / emigrasi
lekosit akumulasi ke tempat jejas
Perubahan diameter vaskular : Vasokontriksi Vasodilatasi :
Aliran darah meningkat Plasma keluar ke ekstravasc, sel darah
tertinggal Viskositas meningkat Perlambatan sirkulasi (stasis)
Peningkatan permeabilitas vaskuler : Permeabilitas vaskuler
meningkat Cairan kaya protein keluar ke ekstravascular Tekanan
osmotik intravaskuler menurun Tekanan hidrostatik intravaskuler
meningkat Penimbunan cairan ekstravaskuler (edema).
VASCULAR LEAKAGE
Beberapa kemungkinan penyebab terjadinya peningkatan
permeabilitas (vascular leakage) :1. Kontraksi sel endotel Akibat
rangsangan histamin, bradikinin, lekotrin dan beberapa mediator
kimia lainnya. Terjadi segera, reversibel (15-30 menit), disebut
juga immediate transient response.2. Reorganisasi sitoskeletal dan
junctional Dirangsang oleh sitokin, mulai lambat (4-6 jam) dan
berlangsung lama (24 jam atau lebih 3. Jejas langsung pada endotel
sehingga terjadi nekrosis dan robekan sel endotel. disebabkan oleh
luka bakar hebat, jejas bakteri litik. Terjadi segera dan bertahan
beberapa jam sampai pembuluh darah yang rusak terperbaiki,
immediate sustained response. 4. Delayed prolonged leakage Muncul
lambat, setelah 2 12 jam atau berhari-hari. Biasa karena thermal
injury, X-ray / radiasi ultraviolet dan beberapa toksin bakteri.
Mekanismenya belum jelas. Fungsi radang adalah untuk mengantarkan
lekosit ke tempat jejas. Tahapan dimana lekosit mencapai jejas :a)
Marginasi, rollingb) Adhesi c) Transmigrasi d) Migrasi e)
Fagositosis dan pengeluaran produk lekosit
Berdasarkan studi-studi dewasa ini, maka dipostulatkan adhesi
dan transmigrasi lekosit pada radang akut,sbb.:
1. Aktivasi endotelial: mediator-mediator yg ada pada tempat
radang utk meningkatkan ekspresi endotel selektin-E dan
selektin-P2. Rolling: adhesi awal cepat, dan relatif regang, akibat
dari interaksi antara selektin dan ligand karbohidratnya 3. Adhesi
kuat: selanjutnya lekosit diaktifkan oleh kemokin, atau oleh
agen-agen lain untuk meningkatkan aviditas integrin 4.
Transmigrasi: hal ini diperantarai oleh interaksi antara
ICAM-I/INTEGRIN DAN PECAM-1 pada lekosit dan endotel.PECAM-I:
platelet endothel cell adhesion mol-1ICAM-1: intercellular adhesion
molecule-1VCAM-1: vascular cell adhesion molecule-I
FAGOSITOSIS : oleh PMN & makrofag Fagositosis mencakup 3
langkah berbeda, tetapi saling berhubungan, yaitu:1. Recognition
and attachment, dari partikel yang dicerna oleh lekosit 2.
Engulfment: disusul dengan pembentukan vakuola fagositik 3. Killing
atau degradation: dari bahan-bahan yang telah dicerna.
14. Menejelaskan tentang radang granulomatik, radang serosa,
fibrinoid, supuratif, dan hemoragik 1. Radang Kronis SerosaEksudat
serosa menetap dalam tubuh, jumlah limfosit bervariasi, akibat
jejas ringan.Contoh : gelembung kulit akibat luka balar derajat
ringan. juga sebagai radang permulaan dari permukaan serosa sperti
pleura, peritoneum.2. Radang Kronis SupuratifResolusi dan drainase
gagal, pus tertimbun, enkapsulasi fibroticpus : cairan kental,
terdiri atau banyak sel-sel leukosit baik yang hidup/ yang mati dan
jaringan nekrotik terutama yang dicairkan oleh jaringan-jaringan
enzyme-enzym dari leukosit yang mati, seperti protease, peptidase,
lipase dan fibrinolisin. disamping itu terdapat pula : cholesterol,
letichin, lemak, sabun dll. ada organism tertentu yang menyebabkan
suppurasi ( bacteri pyogenik ) : taphilococcus, basil gram,
meningococcus, gonococcus, pneumococcus. juga terbentuk akibat
perlukaan bahan khemis tertentu, contoh terpentin atau ag-nitrat.3.
Radang Kronis FibrotikPenyembuhan fibrosis, limfosit bervariasi,
jejas lebih berat, kenaikan permeabilitas, molekul besar ikut
keluar ( fibrin )Contoh : karditis rehumatika akuta dengan
perikanditis fibrinosa eksudat fibrin dihilangkan dengan
fibrinolisis pengangkutan debris oleh makrofagresolution. tetapi
bila fibrin tidak dihilangkan akan menstimuli pertumbuhan
proliferasi fibroblast dan pembuluh darah jaringan parut dan
terjadi perlekatan dan gangguan fungsi alat tubuh. Contoh :
pericardium dan epikardium, pleura parietalis-visceralis,
peritoneum parietal-viscerale.4. Radang GranulomatosaLesi
proliferatif kelompok sel epiteloid dikelilingi limfosit kadang
dengan sel raksasaSuatu bentuk khusus radang kronik dimana
didapatkan predominasi makrofag yang aktif dengan modifikasi gambar
sel epiteloidGranuloma merupakan daerah fokal radang granulomatosa,
yang terdiri atas agregasi makrofag yang bertransformasi menjadi
sel seperti epitel, dikelilingi sebukan sel mononukleus terutama
limfosit.5. Radang HemoragikKeluarnya eritrosit dari pembuluh ialah
secara pasif, tidak dengan cara gerak ameboid. Eritosit dapat
keluar dari pembuluh agaknya karena terdorong tekanan darah melalui
dinding kapiler yang cedera. Bila banyak eritrosit yang keluar dari
pembuluh, maka cairan radang berwarna kemerah-merahan dan dinamai
radang hemoragik.
15. Menyebutkan penyakit/cedera yang diinduksi oleh lekosit1.
Human immunodeficiency virus (HIV) adalah virus yang menyerang
jenis leukosit (limfosit) yang bekerja untuk melawan infeksi.
Infeksi virus dapat menyebabkan AIDS (acquired immunodeficiency
syndrome), mengakibatkan tubuh rentan terhadap infeksi dan penyakit
tertentu lainnya. Bayi yang baru lahir dapat terinfeksi dengan
virus dari ibu yang terinfeksi ketika di dalam rahim, saat
persalinan, atau dari menyusui, walaupun infeksi HIV pada janin dan
bayi baru lahir biasanya dicegah dengan pengobatan medis yang tepat
ibu selama kehamilan dan persalinan. Remaja dan orang dewasa bisa
mendapatkan HIV dari hubungan seks dengan orang yang terinfeksi
atau dari berbagi jarum terkontaminasi yang digunakan untuk
menyuntikkan obat-obatan atau tinta tato.
1. Leukemia adalah kanker dari sel-sel yang memproduksi
leukosit. Kanker ini termasuk leukemia myeloid akut (AML), leukemia
myeloid kronis (CML), leukemia limfositik akut (ALL), dan leukemia
limfositik kronis (CLL). Jenis yang paling umum dari leukemia
mempengaruhi anak-anak adalah ALL dan AML. Dalam 25 tahun terakhir,
para ilmuwan telah membuat kemajuan besar dalam mengobati beberapa
jenis leukimia.
1. Anemia aplastik. Anemia aplastik adalah penyakit di mana
kerusakan pada sumsum tulang menghambat produksi sel darah baru.
Gejala anemia aplastik termasuk kelelahan, kulit pucat, murmur
jantung, nadi cepat, pusing, sakit kepala, ruam kulit, infeksi
persisten, memar dan pendarahan dari luka berkepanjangan. Hal ini
dapat disebabkan oleh radiasi dan kemoterapi, beberapa obat,
gangguan autoimun, bahan kimia beracun atau infeksi virus.
Pengobatan dapat meliputi transfusi darah secara keseluruhan, sel
darah merah atau platelet, transplantasi sumsum tulang,
imunosupresan, antibiotik dan antivirus atau perangsang sumsum
tulang.
1. Neutropenia terjadi ketika tidak cukup dari jenis tertentu
sel darah putih untuk melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri.
Orang yang mengkonsumsi obat kemoterapi tertentu untuk mengobati
kanker dapat berkembang menjadi neutropenia.
1. Hipertiroidisme. Hipertiroidisme adalah suatu penyakit dimana
terlalu banyak tiroksin, suatu hormon yang mempercepat metabolisme,
diproduksi oleh kelenjar tiroid Anda. Termasuk gejala penurunan
berat badan mendadak, nafsu makan meningkat, berkeringat, denyut
jantung yang cepat, gelisah, kelelahan, masalah tidur, perubahan
usus dan sensitivitas terhadap panas. Hipertiroidisme bisa
disebabkan oleh penyakit Graves, gangguan autoimun, tiroiditis,
peradangan pada kelenjar tiroid atau hyperfunctioning nodul tiroid.
Perawatan termasuk obat anti-tiroid seperti propylthiouracil dan
methimazole, yodium radioaktif, beta blocker atau operasi.
1. Gangguan autoimun. Rendahnya jumlah darah putih dapat menjadi
hasil dari penyakit autoimun lainnya, seperti lupus dan rheumatoid
arthritis. Lupus adalah kondisi peradangan kronis yang dapat
mempengaruhi sendi, ginjal, sel darah, kulit, jantung dan
paru-paru. Rheumatoid arthritis adalah kondisi peradangan yang
mempengaruhi sendi, menyebabkan pembengkakan, rasa sakit dan dari
waktu ke waktu, cacat.
1. Gangguan kongenital. Kelainan bawaan termasuk sindrom dan
myelokathexis Kostmann itu. Kedua penyakit mempengaruhi neutrofil,
yang menurut Merck, menebus antara 45 persen dan 75 persen dari
sel-sel darah putih Anda. Dengan sindrom Kostmann itu, produksi
sel-sel rendah, dan myelokathexis, neutrofil gagal untuk memasuki
aliran darah. Keduanya mengakibatkan neutropenia, yang merupakan
penurunan sel darah putih dan meningkatkan risiko infeksi dan
kemungkinan terkena leukemia.
16. Menjelaskan tentang penyembuhan dan pemulihan jaringan yang
melibatkan 2 hal yaitu regenerasi dan pergantian dengan jaringan
penyambung
Healing RepairPada proses peradangan, pemulihan dimulai sangat
dini dan melibatkan dua proses yang sangat berbeda. Regenerasi
jaringan yang mengalami jejas oleh sel parenkim dari jenis yang
sama Penggantian oleh jaringan ikat (fibrosis), yang menimbulkan
suatu jaringan parutPemulihan jaringan (penyembuhan) umumnya
melibatkan kombinasi kedua proses. Yang menarik adalah bahwa
regenerasi dan pembentukan jaringan parut yang sesungguhnya
melibatkan mekanisme yang serupa, yaitu migrasi, proliferasi, dan
diferensiasi sel, serta sintesis matriks. Meskipun faktor terlarut
mengendalikan banyak unsur pada berbagai proses ini, interaksi
dengan matriks ekstraseluler menjadi sangat penting pula.
Regenerasi epitel yang urut memerlukan matriks basalis yang utuh.
Jika matriks ekstraseluler telah dihancurkan oleh suatu jejas,
jaringan hanya dapat sembuh melalui pembentukan jaringan
parut.Regenerasi SelPengendalian Pertumbuhan dan Diferensiasi
SelJumlah sel yang ada pada suatu jaringan merupaka kumulatif dari
sel yang masuk dan keluar. Banyaknya sel yang masuk dalam jaringan
bergantung pada kecepatan proliferasi suatu sel, sedangkan sel
dapat meninggalkan suatu jaringan karena adanya kematian sel
ataupun diferensiasi menjadi sel lain.Proliferasi sel dapat
dirangsang oleh pertumbuhan intinsik, jejas, kematian sel, atau
deformasi mekanis jaringan. Mediator biokimiawi dan tekanan mekanis
yang terdapat dalam lingkungan mikro dapat merangsang atau
menghambat pertumbuhan sel. Kelebihan dan kekurangan inhibitor
menyebabkan pertumbuhan sel yang sesungguhnya. Meskipun pertumbuhan
dapat dicapai dengan memperpendek panjang siklus sel atau
menurunkan laju sel yang hilang. Kendali pengaturan yang terpenting
adalah pada penginduksian sel istirahat (fase G2) agar memasuki
siklus sel. Sinyal dari ;ingkungan ini tidak hanya mengubah
kecepatan proliferasi sel, tetapi juga mengubah kemampuan
diferensiasi dan sintesisnya.Masuk dan berkembangnya sel melalui
siklus sel dikendalikan melalui perubahan pada kadar dan aktivitas
suatu protein, siklin. Pada keadaan tertentu, kadar siklin
meningkat setelah didegradasi dengan cepat saat sel bergerak
melalui siklus sel tersebut. Siklin menjalankan fungsi regulasinya
melalui pembentukan kompleks dengan protein yang disebut CDK
(cyclin dependent kinase). Kombinasi ini memfosforilasi sekelompok
substrat terpilih; protein kontraregulasi yang disebut desfoforilat
kinase. Fosforilisasi dapat menimbulkan perubahan konformasi
bergantung pada proteinnya.Contoh spesifik adalah regulasi CDK1
oleh siklin B pada perubahan fase G2 M. Pengikatan siklin yang baru
disintesis terhadap CDK1 kinase inaktif pada permulaan G2
menghasilkan suatu kompleks yang dapat diaktifkan melalui
fosforilisasi. Kompleks kinase aktif ini kemudian memfosforilisasi
sejumlah protein penting dalam mengatur transisi G2 M. Setelah
mitosis, siklin B berdisiosiasi dari kompleksnya dan didegradasi,
meninggalkan kinase CDK1 inaktif, yang dapat memasuki kembali
siklus pada tahap G2 berikutnya.Selain dari sintesis dan pemecahan
siklin, kompleks siklin-CDK juga diatur melalui pengikatan
inhibitor CDK. Kompleks ini sangat penting dalam mengatur tahapan
siklus sel (G1S dan G2M), yaitu tahapan saat sel memeriksa bahwa
DNA-nya telah direplikasi dengan cukup atau semua kesalahan telah
dipulihkan sebelum bergerak lebih lanjut. Kegaglan pemantauan
secara memadai terhadap keakuratan replikasi DNA akan menyebabkan
akumulasi mutasi dan transformasi ganas yang mungkin terjadi. Oleh
karena itu, pada saat DNA dirusak, protein supressor tumor TP53
akan distabilkan dan menginduksi transkripsi CDKN1A, inhibitor CDK.
Inhibitor ini menahan sel pada fase G1 dan G2 sampai DNA dapat
diperbaiki (kadar TP53 menurun, CDKN1A berkurang, dan sel
melanjutkan tahapan). Jika kerusakan terlalu luas, TP53 akan
melakukan suatu kaskade untuk membuat sel melakukan
apoptosis.Mediator TerlarutPertumbuhan sel tergantung pada sinyal
ekstrasel yang berasal dari mediator terlarut dan matriks ECM.
Faktor paling penting adalah faktor pertumbuhan polipeptida yang
beredar di dalam serum atau yang diproduksi secara lokal oleh sel.
Sebagian besar faktor pertumbuhan memiliki efek pleiotropik, yaitu
selain merangsang proliferasi sel, faktor ini juga berperan untuk
memerantarai beragam aktivitas lain seperti migrasi dan
diferensiasi sel serta remodelling jaringan pada berbagai tahap
penyembuhan luka. Faktor pertumbuhan menginduksi proliferasi sel
dnegan memengaruhi pengeluaran sel yang terlibat dalam pengendalian
pertumbuhan normal, protoonkogen.Pemberian sinyal antara sel
terdekat menggunakan empat bentuk yang berbeda. Empat bentuk
tersebut meliputi autoktin, parakrin, sinaptik, dan endokrin.
Sinyal ini kemudaian diterima oleh reseptor, pengikatan ligan yang
mengakibatkan pembentukan resptor-ligan secara jinokejs yang
berhubungan langsung dengan DNA inti sel dan kemudian mengaktifkan
atau menghentikan transkripsi gen.Untuk reseptor permukaan sel,
pengikatan ligan diawali dengan kenikan kalsium intrasel, AMP
siklik, dan inositol trifosfat (IP3), atau aktivasi kinase. Hasil
akhirnya adalah translokasi faktor transkripsi aktif ke dalam
nukleus. Pengikatan faktor transkripsi ini mngubah konformasional
DNA yang memodifikasi transkripsi gen ini berikutnya.Pengikatan
tersebut dapat mengaktifkan atau menekan transkripsi gen bergantung
pada faktor transkripsi. Empat jenis reseptor permukaan sel ada
reseptor kanal ion, reseptor dengan aktivitas kinase intrinsik,
reseptor protein-G-berpasangan, reseptro tanpa aktivitas enzimatik
intrinsik. Tidak semua ligan menginduksi sinyal rangsang, teptapi
dalam kenyataanya sinyal penghambat pertumbuhan juga penting
keberadaannya. Interaksi Matrik Ektraselular dan Sel-MatriksECM
merupakan suatu kompleks makrimolekul yang mengalami remodeling
secara dinamis dan konstan yang disintesi secara lokal dan menyusun
bagian penting pada setiap jaringan. ECM terdapat dalam dua bentuk
dasar ; matrik interstisial dan membran basalis (BM) Matriks
interstisial. Bentuk ini terdapat dalam ruang antar sel dalam
jaringan ikat, serta antara epitel dan struktur pembuluh darah dan
otot polos yang menopang; matriks ini disentesis oleh sel masenkim
(misalnya, fibroblast) dan cenderung membentuk suatu amorf tiga
demensi. Penyusun utamanya adalah kolagen fibril dan non fibril,
serta unsur proteoglikan dan glikoprotein lain yang akan
digambarkan kemudian Membran basalis. Tampaknya matriks
interstisial yang tersusun acak dalam jaringan ikat menjadi sangat
tertata rapi di sekitar sel epitel, sel endotel, dan selotot polos,
dan membentuk membran-basalis yang khusus. BM terletak dibawah
epitel dan disentesis oleh epitel diatasnya dan oleh sel masenkim
bawahnya; membran ini cenderung membentuk suatu anyaman jala ayam
menyerupai cakram. Unsur utamanya adalah kolagen tipe IV nonfibril
amorf glikoprotein adhesif.Peranan Matriks ektrakseluler. ECM lebih
dari sekedar bahan pengisi ruang sekeliling sel; berbagai macam
peranannya, yaitu : Penyokong mekanis untuk berlabuhnya sel.
Penentuan orientasi sel (polaritas). Pengendalian pertumbuhan sel.
Pemeliharaan diferensiasi sel. Scaffolding (dasar) untuk membangun
jaringan. Pembentukan lingkungan mikrojaringan. Penyimpanan dan
penyajian molekul pengatur.Komponen Matriks Ektraselular. Terdapat
tiga komponen dasar ECM: protein struktural fibrosa yang memberikan
kekuatan regang dan rekoil, gel yang dihidrasi oleh air yang
memungkinkan adanya daya pegas dan pelumasan, serta glikoprotein
adhesif yang melekatkan pada sel. Kolagen. Kolagen merupakan
protein struktural fibrosa yang memberikan kekuatan regang.
Elastin. Meskipun kekuatan regang berasal dari kolagen fibril,
kemampuan jaringan untuk mengerut kembali (rekoil) dan kembali ke
struktur dasaranya setelah terjadi tekanan fisik, dilakukan oleh
jaringan elastis. Proteoglikan dan hialuronan. Molekul ini
membentuk gel yang sangat berair dan dapat dimampatkan yang
memberikan daya pegas dan pelumasan. Glikoprotein adhesif dan
integrin. Gilkoprotein adhesif merupakan molekul yang strukturnya
bermacam macam yang peran utamanya adalah melekatkan komponen ECM
satu sama lain dan melekatkan pada sel malaui integrin permukaan
sel. Fibronektin merupakan suatu heterodimer besar (450 KD) yang
dihubungkan oleh disulfida yang disintesis oleh berbagai sel, yaitu
fibroblast, monosit dan endotel dan berhubungan dengan permukaan
sel, BM, serta matrik periselular. Fibronektrin mempunyai tempat
khusus untuk berikatan pada suatu komponen ECM berspektrum luas
(misalnya kolagen, fibrin, heparin, dan proteoglikan) dan dapat
pula berlekatan pada integrin sel melalui motif tripetida
argininglisin- asam aspartat (disingkat RGD). Rangkaian pengenalan
RGD ini berperan kunci pada perlekatan sel-ECM. Laminin merupakan
glikoprtotein yang paling berlimpah dalam BM; laminin menghubungkan
sel dengan komponen ECM di bawahnya. Selain itu laminin juga
mengatur kelangsungan hidup,proliferasi , deferensiasi, dan
motilitas sel. Intregrin merupakan kelompok glikoprotein
heterodimer transmembran (rantai dan ) yang daerah intraselna
berhubungan dengan unsur sitoskeletal (misalnya, vinkulin dan aktin
pada kompleks perlekatan fokal). Beberapa integrin sebagai molekul
permukaan leukosit yang memerantai perlekatan erat dan transmigrasi
melewati endotel pada tempat inflamasi.Pemulihan Oleh Jaringan Ikat
(FIBROSIS)Gambaran Umum. Jejas jaringan berat atau menetap yang
disertai kerusakan pada sel parenkim dan kerangka stroma
menimbulkan suatu keadaan yang pemulihannya tidak dapat
dilaksanakan melalui regenenerasi parenkim saja. Dalam kondisi ini
pemulihan terjadi pada sel parenkim non generatif oleh jaringan
ikat. Empat komponen umum proses ini ; Pembentukan pembuluh darah
baru (angiogenesis) Migrasi dan proliferasi fibrolas Deposisi ECM
Maturasi dan reorganisasi jaringan fibrosa (remodeling)Angiogenesis
Pembuluh darah bangun melalui 2 proses : vaskulogenesis, yang
jaringan pembuluh darah primitifnya dibentuk dari angioblas
(prekursor sel endotel) selama perkembangan embrionik; dan
angiogenesis, atau neo vaskularisasi, yaitu proses saat pembuluh
darah yang telah ada sebelumnya akan mengeluarkan tunas kapiler
untuk menghasilkan pembuluh darah baru. Angiogenesis merupakan
suatu proses penting dalam penyembuhan pada lokasi jejas, dalam
pengembangan sirkulasi kolateral pada lokasi iskemia, dan dalam
memberi kemungkinan pada tumor untuk semakin membesar melampui
desakan pasokan darahnya semula. Oleh karena itu, banyak hal telah
dilakukan untuk memahami mekanisme yand mendasari neovaskulirisasi
semacam itu, dan terapi unutuk memacu ataupun menghambat proses
tersebut (untuk menghambat pertumbuhan tumor) mulai segera
muncul.Empat tahapan umum yang terjadi dalam perkembangan pembuluh
darah kapiler yang baru: Degradasi proteolitik pada pembuluh darah
indukBM, memungkin kan pembentukan suatu tunas kapiler Migrasi sel
endotel dari kapiler asal menuju suatu rangsang angiogenik
Prolifeasil sel endotel dibelakang ujung terdepan sel yang
bermigrasi Maturasi sel endotel dengan penghambatan pertumbuhan dan
penataan menjadi pembuluh kapiler.Pembuluh darah baru ini mengalami
kebocoran karena tidak terbentruknya interendothelial junction
secara sempurna dan meningkatkan tansitosis. Sesungguhnya ,
kebocoran ini mejelaskan mengapa jaringan granulasi sering kali
mengalami edema. Beberapa faktor menginduksi angiogenesis, tetapi
yang terpenting adalah faktor pertumbuhan dasar fibrobalast (bFGF)
dan faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF) . Keduanya
disekresikan oleh sejumlah sel stroma dan bFGF dapat berikatan
dengan proteoglikan BM. Kemungkinan akan dilepaskan saat struktur
tersebut rusak. Meskipun faktor angiogenik dihasilkan oleh berbagai
jenis sel, pada sebagian besar reseptor. Hal tersebut terbatas pada
sel endotel saja. Selain menyebabkan proliferasi, faktor tersebut
menginduksi sel endotel dan mengarahkan (bersama laminin)
pembentukan pembuluh darah dari populasi sel endotel yang semakin
meluas. Protein ECM struktural juga mengatur pembentukan tunas
pembuluh darah angiogenesis.Fibrosis(Pembentukan Jaringan
Parut)Fibrosis atau pembentukan jaringan akut, menambah kerangka
jaringan granulasi pada pembuluh darah baru dan ECM longgar yang
berkembang dini pada tempat pemulihan. Proses fibrosis berlangsung
dalam dua langkah : (1) emigrasi dan proliferasi fibroblast kedalam
tempat jejas, dan (2) deposisi sel ini pada ECM. Rekrutmen dan
stimulasi fibroblast dikendalikan oleh banyak faktor pertumbuhan ,
meliputi faktor pertumbuhan yang berasal dari trombosit (PDGF),
bFGF, TGF-. Salah satu sumber dari berbagai faktor ini adalah
endotel teraktivasi. Namun, dan mungkin lebih penting adalah faktor
yang dihasilkan oleh sel radang.Remodeling Jaringan ParutPerubahan
dari jaringan granulasi menjadi jaringan parut melibatkan perubahan
dalam komposisi ECM ; bahkan setelah sintesis dan deposisinya, ECM
jaringan parut akan terus diubah dan dilakukan remodeling. Hasil
akhir dari setiap tahapan adalah keseimbangan antara sintesis dan
degedrasi ECMFAKTOR PERTUMBUHAN PADA REGENERASI SEL DAN FIBROSIS
Meskipun terdapat susunan faktor pertumbuhan yang mengesankan (dan
faktor pertumbuhan baru terus ditemukan) , disini hanya meninjau
ulang faktor yang mempunyai suatu kerja bersasaran luas, atau yang
terlibat khusus dalam mengarahkan proses penyembuhan pada tempat
jejas. EGF bersifat mitogenik untuk sejumlah sel epitel dan
fibroblas. EGF merangsang pembelahan sel dengan berikatan pada
reseptor tirosin kinase pada membran sel (ERB B-1), diikuti dengan
fosforilasi serta peristiwwa aktivasi lain. PDGF merupakan suatu
heterodimer rantai-A dan rantai-B kationik. PDGF dihasilkan oleh
makrofag teraktivasi, sel endotel, dan sel otot polos, serta
berbagai macam tumor. PDGF menginduksi migrasi dan proliferasi
fibroblast, sel otot polos, dan monosit, tetapi mempunyai perangkat
proinflamasi juga. FGF berikatan erat dengan heparin dan molekul
anionik lain (sehingga afinitas yang kuat pada BM); selain
merangsang pertumbuhan, FGF menunjukkan aktivitas lain. Secara
khusus, bFGF merekrut makrofag dan fibroblast di tempat luka dan
mampu menginduksi semua tahapan yang diperlukan agiogenesis. TGF-
mempunyai efek pleiotropik dan sering kali menimbulkan efek yang
betentangan. Meskipun penghambat pertumbuhan untuk sebagian besar
tipe sel epitel dalam kultur, TGF- mempunyai efek yang bermacam-
macam pada proliferasi sel masenkim. Pada konsentrasi rendah
menginduksi sintesis dan sekresi PDGF, pada kosentrasi tinggi
menajdi inhibitor pertumbuhan karena memblok reseptor PDGF. TGF-
juga merangsang kemotaksis fibroblast, produksi kolagen dan
fibronektin oleh sel, pada saat sama menghambat pemecahan
ektraseluler oleh metaloproteinase. Semua efek ini cenderung
membantu fibrogenesis, dan TGF- mempunyai peranan yang semakin
besar pada fibrosis yang terdapat pada keadaan peradangan kronik.
VEGF sesungguhnya merupakan suatu rangkaian isoform glikoprotein
dimerik yang memiliki homologi parsial terhadap PDGF. Aktivitas
VEGF pada mulanya di isolasi tumor dan mempunyai peran sentral bagi
pertumbuhan angiogenesis tumor.VEGF juga meningkatkan angiogenesis
pada perkembangan embrionik normal, penyembuhan luka, radang
kronis, serta peningkatan permeabilitas vaskular. Sitokin dalam
berbagai kasus juga merupakan faktor pertumbuhan. IL-1 dan TNF,
misalanya menginduksi proliferasi fibroblast.PENYEMBUHAN
LUKAPenyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks, tetapi
umumnya terjadi secara teratur. Jenis sel khusul secara beruntun
pertama- tama akan membersihkan jejas, kemudian secara progesif
membangun dasar (scaffolding) untuk mengisi setiap defek yang
dihasilkan. Diringkas menjadi serangkaian proses seperti yang telah
kami bahas sebelumnya: Induksi respon terhadap peradangan akut oleh
jejas awal. Regenerasi sel parenkim. Migrasi dan proliferasi, baik
sel parenkim maupun sel jaringan ikat. Sintesis protein ECM.
Remodeling unsur parenkim untuk mengembalikan fungsi jaringan.
Remodeling jaringan ikat untuk memperoleh kekuatan luka.Penyembuhan
PrimerSalah satu contoh paling sederhana pemulihan luka adalah luka
penyembuhan suatu insisi bedah yang bersih tidak terinfeksi di
sekitar jahitan bedah. Proses ini adalah penyatuan primer , atau
penyembuhan primer. Dalam waktu 24 jam, neutrofil akan muncul pada
tepi insisi dan bermigrasi menuju bekuan fibrin. Dalam waktu 24
sampai 48 jam, sel epitel kedua tepi irisan telah mulai bermigrasi
dan berproliferasi di sepanjang dermis dan mendepositkan komponen
membran basalis. Pada hari ke 3 neutrofil sebagian besar digantikan
makrofag, dan jaringan granulasi, serat kolagen ditepi timbul.
Proliferasi sel epitel berlanjut dan menghasilkan lapisan epidermis
penutup yang menebal.Pada hari ke 5, neovaskulirasi mencapa
puncaknya karena jaringan granulasi mengisi ruangan insisi.
Epidermis mnegembalikan ketebalan normalnya.Minggu kedua,
penumpukan kolagen dan profilerasi fibroblast masih berlanjut.
Peningkatan vaskularitas telah berkurang, proses pemutihan mulai
dilakukan melalui peningkatan deposisi kolagen dalam jaringan parut
dan regeresi saluran pembuluh darah.Pada akhir bulan pertama,
jaringan parut yang bersangkutan terdiri dari jaringan ikat sel
sebagian besar tanpa disertai sel radang dan ditutupi oleh suatu
epidermis yang sangat normal. Namun, tambahan dermis yang hancur
pada garis inisi akan mehilang permanenn.Penyembuhan sekunder :Jika
kehilangan sel atau jaringan terjadi lebih luas pada infarak ,
ulserasi radang, pembentukan abses, atau bahkan luka besar, proses
pemulihanmya lenih kompleks. Pada keadaan ini, regenerasi sel
parenkim saja tidak dapat mengembalikan ke arsitektur asal.
Akibatnya, terjadin pertumbuhan jaringan granulasi yang luas ke
arah dalam tepi luka,disertai penumpukan ECM serta pembentukan
jaringan parut.Perbedaan penyembuhan sekundar dengan primer Secara
intrinsik, kerusakan jaringan yang luas mempunyai jumlah diberis
nekrotik eksudat dan fibrin yang lebih besar. Akibatnya radang
lebih hebat , berpotensi menjadi cedera sekunder Jaringan granulasi
terbentuk dalam jumlah lebih besar. Penyembuhan sekunder
menunjukkan fenomena kontraksi lukaASPEK PATOLOGI PEMULIHANDalam
penyembuhan luka, pertumbuhan sel yang normal di fibrosis dapat
diubah oleh berbagai macam pengaruh, yang serinng kali mengurangi
kualitas ata kecukupan pemulihan. Faktor ini dapat bersifat
ektrinsik ( ex: infeksi) atau intrinsik terhaadap jaringan yang
cedera : Infeksi merupakan penyebab tunggal terpenting melambatnya
penyembuhan, dan memperpanjang fase peradangan dan berpotensi
meningkatkan jejas jaringan lokal Jenis (dan jumlah) jaringan yang
mengalami jejas merupakan faktor penitng. Pemulihan yang baik
daopat dilakukan pada sel yang stabil dan labil. Lokasi dan sifat
jaringan yang mengalami jejas Penyimpangan pertumbuhan sel serta
produksi ECM dapat terjadi, walaupn dimulai dengan penyembuhan luka
yang normal
17. Menjelaskan tentang cirri-ciri morfologi jaringan granulasi
yang merupakan tanda penyembuhan oleh jaringan ikat dan menjelaskan
tentang penyembuhan primer, sekunder, dan tertier
18. Menjelaskan tentang faktor-faktor local dan sistemik yang
mempengaruhi penyembuhanSecara umum, terdapat dua faktor yang
mempengaruhi yaitu, faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal
merupakan faktor yang secara langsung memengaruhi karakteristik
abnormalitas dari luka itu sendiri. Adapun yang termasuk faktor
lokal antara lain: Suplai darah dan oksigen; foreign body; ukuran,
jarak dan jenis luka; radiasi ion; edema. Sedangkan foktor sistemik
merupakan faktor yang berhubungan dengan keseluruhan kesehatan atau
penyakit dari pasien. Contoh dari faktor sistemik antara lain:
nutrisi, status metabolik, hormon, steroid, merokok, serta penyakit
renal dan hepar.Faktor-faktor lokal a.l.: - suplai darah- stres
mekanik - denervasi- jaringan nekrotik - infeksi lokal- proteksi
(jahitan) - benda asing- tehnik pembedahan - hematoma- jenis
jaringanFaktor-faktor sistemik, a.l.:- umur- malnutrisi- anemia-
obesitas/kegemukan- obat-obatan (steroid,- infeksi sistemik
medikasi sitotoksik,- suhu tubuh terapi antibiotik intensif)-
trauma, hipovolemia dan hipoksia- gangguan genetik (osteo-- uremia
genesis imperfecta, - defisiensi vitamin(vitamin C) Ehlers-Danlos
syndromes,- defisiensi mineral (seng, Marfan syndrome) tembaga).-
hormon-hormon- diabetes mellitus- penyakit kanker ganas.
Faktor Lokala. Suplai Darah dan Oksigen Untuk memulai proses
penyembuhan luka diperlukan aliran darah yang adekuat untuk
menjamin tersedianya suplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan
untuk proses penyembuhan. Selain itu, aliran darah yang adekuat
juga berfungsi untuk membuang zat sisa, toksin, bakteri dan
debris-debris yang terbentuk.Jika terjadi gangguan atau
berkurangnya aliran darah (Iskemia) pada pasien dapat menyebabkan
tidak sempurnanya proses penyembuhan luka. Kondisi ini dapat
disebabkan oleh kondisi luka yang tidak seharusnya
(seperti:bengkak) atau terdapat penyakit yang sebelumnya memang
telah ada. Selain itu, iskemia juga dapat disebabkan oleh kelainan
pembuluh darah arteri dan vena serta adanya aterosklerosis atau
kerusakan lokal pembuluh darah ketika terjadinya trauma.
kondisi-kondisi tersebut dapat menyababkan terjadinya hipoksia.
Hipoksia merupakan suatu keadaan kekurangan suplai oksigen yang
dapat menyebabkan permasalahan kesehatan. Suplai oksigen yang tidak
adekuat ini dapat menyababkan gangguan sintesis kolagen,
menghalangi migrasi fibroblas, dan meningkatkan risiko terkena
infeksi. Hal ini dikarenakan oksigen diperlukan untuk reaksi
hidroksilasi yang akan membantu proses cross- link kolagen. Kondisi
kekurangan oksigen dalam jangka waktu yang pendek dapat menyebabkan
pembentukan kolagen yang tidak stabil. Luka pada jaringan yang
iskemik memiliki peluang yang lebih besar untuk mengalami infeksi
jika dibandingkan dengan luka yang tervaskularisasi dengan baik.
Hal ini dikarenakan iskemik dapat menyebabkan hipoksia. Jika hal
ini terjadi, peranan oksigen terhadap imunitas dari host untuk
menghancurkan mikroorganisme patogen tidak terjadi secara optimal.
PMN dan makrofag membutuhkan oksigen untuk menghancurkan
mikroorganisme yang menginvasi area luka. Sebenarnya, sel-sel
tersebut dapat melakukan fagositosis di lingkungan yang relatif
kekurangan oksigen. Namun, sel-sel tersebut tidak akan dapat
mencerna materi yang difagosit dalam lingkungan seperti itu.
Penanganan masalah iskemik dan hipoksia agar suplai darah dan
oksigen dapat berlangsung normal kembali dapat dilakukan terapi
hiperbarik. Terapi hiperbarik merupakan terapi untuk menyediakan
oksigen yang adekuat pada penderita hipoksia. terapai ini diketahui
efektif untuk (1)meningkatkan proses penyembuhan luka, (2)
meningkatkan proses penghancuran bakteri oleh neutrofil, (3)
mengganggu pertumbuhan bakteri anaerob, dan (4) meningkatkan proses
angiogenesis dan aktivitas fibroblas.b. Foreign Body Foreign Body
merupakan benda asing yang terdapat pada luka yang dapat menghambat
proses penyembuhan luka. Keberadaan foreign body menyebabkan
stimulasi kontaminasi oleh bakteri dan dapat memperlambat proses
penyembuhan luka. Contoh dari foreign body yaitu potongan baja,
potongan kayu, kaca, besi dan bahan lainnya yang dapat masuk ke
luka sehingga mempersulit proses penyembuhan luka. Jahitan luka
walaupun dibutuhkan untuk menutup luka bekas operasi tetapi
termasuk kedalam foreign body yang dapat memperlambat proses
penyembuhan luka. Oleh sebab itu, jahitan akan dilepas secepat
mungkin pasca operasi. Alat bantu ortopedi, pacu jantung, dan
kateter yang ditanam dalam tubuh pasien umumnya juga berpeluang
untuk menyebabkan infeksi luka yang lebih besar.c. Lokasi dan
Ukuran Luka Luka yang terletak pada bagian yang mendapatkan suplai
darah yang besar seperti luka pada muka, umumnya akan sembuh lebih
cepat dibandingkan dengan luka yang terjadi pada loksai yang
sedikit suplai darahnya seperti luka di kaki. Selain itu, ukuran
dan jarak antara kedua tepi luka juga menentukan cepat atau
tidaknya proses penyembuhan luka. Semakin kecil jarak kedua tepi
luka, maka proses penyembuhannya akan semakin cepat dan bekas luka
(scar) yang dihasilkan juga lebih sedikit. Sedangkan jarak yang
besar antara kedua tepi luka, yang biasanya disebabkan oleh trauma
benda tumpul dapat memperlambat proses penyembuhan luka,
menimbulkan bekas luka yang besar atau bahkan kedua tepi luka tidak
akan bersatu.d. Radiasi Ion Luka yang mendapatkan paparan ion akan
menyebabkan abnormalitas pada proses penyembuhan luka. Manifestasi
awal dari abnormalitas penyembuhan luka ini adalah dengan adanya
eritema, edema dan hiperpigmentasi. Paparan radiasi ion pada luka
yang mengalami iskemik jaringan, atropi dan fibrosis dapat
menyebabkan luka memasuki fase kronik.e. Edema Terjadinya
pembengkakan akut pada daerah sekitar luka dapat menyebabkan
robeknya kulit serta hilangnya ketebalan kulit sehingga
memperlambat proses penyembuhan luka. Pada pembengkakan kronik yang
terjadi disekitar luka umumnya akan berakhir terbentuknya jaringan
fibrosis berlemak dibawah kulit yang dapat menyebabkan lipatan dan
celah yang irreguler. Kulit seperti ini cenderung untuk robek dan
mudah terinfeksi. Infeksi pada luka dapat memperlambat proses
penyembuhan luka karena fase inflamsi menjadi lebih panjang,
terjadi gangguan pembentukan jaringan granulasi, terjadi gangguan
proliferasi fibroblas serta terjadinya gangguan deposit serat
kolagen.
Faktor SistemikNutrisi: mempunyai efek terhadap penyembuhan.
Misalnya defisiensi protein, dan terutama vitamin C menghambat
sintesis kolagen dan memperlambat penyembuhanStatus metabolik:
dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Contoh pada diabetes mellitus,
dihubungkan dengan penyembuhan luka yg lambat o.k. akibat adanya
mikroangiopati sebagai komplikasi penyakit diabetes
iniHormon-hormon: seperti glukokortikoid sdh dikenal mempunyai efek
anti-inflamasi yg mempengaruhi beberapa komponen
radangFaktor-faktor mekanik: misalnya pergerakan pada luka yang
dini, dapat menghambat penyembuhan luka oleh adanya penekanan pada
pembuluh darah dan pemisahan tepi-tepi luka
19. Menjelaskan efek-efek sistemik dari radang terutama demam
dan lekositosis
20. Menjelaskan sistem imun yang berperan pada infeksiApabila
tubuh mendapatkan serangan dari benda asing maupun infeksi
mikroorganisme (kuman, penyakit, bakteri, jamur, atau virus) maka
sistem kekebalan tubuh akan berperan dalam melindungi tubuh dari
bahaya akibat serangan tersebut. Ada beberapa macam imunitas yang
dibedakan berdasarkan cara mempertahankan dan berdasarkan cara
memperolehnya. Berdasarkan cara memperolehnya dibedakan menjadi
kekebalan aktif dan kekebalan pasif.Berdasarkan cara mempertahankan
diri dari penyakit, dibagi menjadi1. Imunitas non
spesifikPertahanan tubuh terhadap serangan (infeksi) oleh
mikroorganisme telah dilakukan sejak dari permukaan luar tubuh
yaitu kulit dan pada permukaan organ-organ dalam. Tubuh dapat
melindungi diri tanpa harus terlebih dahulu mengenali atau
menentukan identitas organisme penyerang. Imunitas non spesifik
didapat melalui tiga cara berikut :a. Pertahanan yang terdapat di
permukaan organ tubuhTubuh memiliki daerah-daerah yang rawan
terinfeksi oleh kuman penyakit berupa mikroorganisme, yaitu daeral
saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Saluran pencernaan
setiap hari dilewati oleh berbagai macam makanan dan air yang
diminum. Makanan tersebut tidak selalu terbebas dari kuman penyakit
baik berupa jamur maupun bakteri sehingga terinfeksi melalui
saluran pencernaan kemungkinan tinggib. Pertahanan dengan cara
menimbulkan peradangan (inflamatori)Mikroorganisme yang telah
berhasil melewati pertahanan dibagian permukaan organ dapat
menginfeksi sel-sel dalam organ. Tubuh akan melakukan perlindungan
dan pertahanan dengan memberi tanda secara kimiawi yaitu dengan
cara sel terinfeksi mengeluarkan senyawa kimia histamin dan
prostaglandin. Senyawa kimia ini akan menyebabkan pelebaran pada
pembuluh darah di daerah yang terinfeksi. Hal ini akan menaikkan
aliran darah ke daerah yang terkena infeksi. Akibatnya daerah
terinfeksi menjadi berwarna kemerahan dan terasa lebih hangat.
Apabila kulit mengalami luka akan terjadi peradangan yang ditandai
dengan memar, nyeri, bengkak, dan meningkatnya suhu tubuh. Jika
luka ini menyebabkan pembuluh darah robek maka mastosit akan
menghasilkan bradikinin dan histamin. Bradikinin dan histamin ini
akan merngsang ujung saraf sehingga pembuluh darah dapat semakin
melebar dan bersifat permeabel. Kenaikan permeabilitas kapiler
darah menyebabkan neutrofil berpindah dari darah ke cairan luar
sel. Neutrofil ini akan menyerang bakteri yang menginfeksi sel
selanjutnya neutrofil dan monosit berkumpul ditempat yang terluka
dan mendesak hingga menembus dinding kapiler. Setelah itu neutrofil
mulai memakan bakteri dan monosit berubah menjadi makrofag.
Makrofag berfungsi fagositosis dan merangsang pembentukna jenis sel
darah putih yang lain.
Gambar mekanisme pertahanan tubuh dengan respon inflamatori
1. Jaringan mengalami luka, kemudian mengeluarkan tanda berupa
senyawa kimia yaitu histamin dan senyawa kimia lainnya2. Terjadi
pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang menyebabkan
bertambahnya aliran darah, menaikkan permeabilitas pembuluh darah.
selanjutnya terjadi perpindahan sel-sel fagosit3. Sel-sel fagosit
(makrofag dan neutrofil) memakan patogen. Sinyal kimia yang
dihasilkan oleh jaringan yang luka akan menyebabkan ujung saraf
mengirimkan sinyal ke sistem saraf. Histamin bereran dalam proses
pelebaran pembuluh darah. makrofag disebut juga big eaters karena
berukuran besar, mempunyai bentuk tidak beraturan, dan membunuh
bakteri dengan cara memakannya. Bakteri yang sudah berada di dalam
makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim lisosom. Akrofag ini
juga bertugas untuk mengatasi infeksi virus dan partikel debu yang
berada di dalam paru-paru. Sebenarnya di dalam tubuh keberadaan
makrofag ini sedikit, tetapi memiliki peran sangat penting. Setelah
infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil akhirnya mati seiring
dengan matinya jaringan sel dan bakteri. Setelah ini sel-sel yang
masih hidup membentuk nanah. Terbentuknya nanah ini merupakan
indikator bahwa infeksi telah sembuh. Jadi reaksi inflamatori ini
sebagai sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah
putih memakan bakteri yang meginfeksi tubuh. Selain sel monosit
yang berubah menjadi makrofag juga terdapat sel neutrofil yang akan
membunuh bakteri ( mikroorganisme asing lainnya)c. Pertahanan
menggunakan protein pelindungJenis protein ini mampu menghasilkan
respons kekebalan, diantaranya adalah komplemen. Komplemen ini
dapat melekat pada bakteri penginfeksi. Setelah itu, komplemen
menyerang membran bakteri dengan membentuk lubang pada dinding sel
dan membran plasmanya. Hal ini menyebabkan ion-ion Ca+ keluar dari
bakteri, sedangkan cairan serta garam-garam dari luar sel bakteri
akan masuk ke dalam tubuh bakteri. Masuknya cairan dan garam ini
menyebabkan sel bakteri hancur.
Gambar mekanisme penghancuran bakteri oleh protein komplemen
2. Imunitas spesifikImunitas spesifik diperlukan untuk melawan
antigen dari imunitas nonspesifik. Antigen merupakan substansia
berupa protein dan polisakarida yang mampu merangsang munculnya
sistem kekebalan tubuh (antibodi). Mikrobia yang sering menginfeksi
tubuh juga mempunyai antigen. Selain itu, antigen ini juga dapat
berasal dari sel asing atau sel kanker. Tubuh kita seringkali dapat
membentuk sistem imun (kekebalan) dengan sendirinya. Setelah
mempunyai kekebalan, tubuh akan kebal terhadap penyakit tersebut
walaupun tubuh telah terinfeksi beberapa kali. Sebagai contoh
campak atau cacar air, penyakit ini biasanya hanya menjangkiti
manusia sekali dalam seumur hidupnya. Hal ini karena tubuh telah
membentuk kekebalan primer. Kekebalan primer diperoleh dari B
limfosit dan T limfosit. Adapun imunitas spesifik dapat diperoleh
melalui pembentukan antibodi. Antibodi merupakan senyawa kimia yang
dihasilkan oleh sel darah putih. Semua kuman penyakit memiliki zat
kimia pada permukaan yang disebut antigen. Antigen sebenarnya
terbentuk atas protein. Tubuh akan merespon ketika tubuh
mendapatkan penyakit dengan cara membuat antibodi. Jenis antigen
pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik atau berbeda-beda
untuk setiap jenis kuman penyakit. Dengan demikian diperlukan
antibodi yang berbeda pula untuk jenis kuman yang berbeda. Tubuh
memerlukan macam antibodi yang banyak untuk melindungi tubuh dari
berbagai macam kuman penyakit. Tubuh dapat dengan cepat merespon
infeksi suatu kuman penyakit apabila di dalam tubuh sudah terdapat
antibodi untuk jenis antigen tertentu yang berasal dari kuman.
Bagaimana antibodi dapat terbentuk dalam tubuh ?a. Cara mendapatkan
antibodiBerdasarkan cara mendpatkan imun atau kekebalan, dikenal
dua macam kekebalan, yaitu kekebalan aktif dan pasif1. Kekebalan
aktifKekebalan aktif terjadi jika seseorang kebal terhadap suatu
penyakit setelah diberikan vaksinasi dengan suatu bibit penyakit.
Jika kekebalan itu diperoleh setelah orang mengalami sakit karena
infeksi suatu kuman penyakit maka disebut kekebalan aktif alami.
Sebagai contohnya adalah sesorang yang pernah sakit campak maka
seumur hidupnya orang tersebut tidak akan sakit campak lagi. Di
indonesia dilaksanakan imunisasi polio untuk anak-anak balita. Hal
ini dilakukan agar Indonesia terbebas dari virus polio. Vaksin
mengandung bibit penyakit yang telah mati atau dinonaktifkan,
dimana pada bibit penyakit tersebut masih mempunyai antigen yang
kemudian akan direspon oleh sistem imun dengan cara membentuk
antibodi. Sel B dan sel T (sel limfosit) ikut berperan dalam
menghasilkan antibodi. Sel B (B limfosit) membentuk sistem imunitas
humoral, yaitu imunitas dengan cara membentuk antibodi yang berbeda
di darah dan limfa. Sel B berfungsi secara spesifik mengenali
antigen serta berperan membentuk kekebalan tubuh terhadap infeksi
bakteri, seperti streptococcus, meningococcus, virus campak, dan
poiomeilitis. Antibodi ini kemudian melekat pada antigen dan
melumpuhkannya. Sel B ini juga mampu membentuk sel pengingat
(memory cell). Sel ini berfungsi untuk membentuk kekebalan tubuh
dalam jangka panjang. Sebagai contoh jika terdapat antigen yang
sama masuk kembali ke dalam tubuh maka sel pengingat ini akan
segera meningkatkan antibodi dan membentuk sel plasma dalam waktu
cepat. Sel plasma adalah sel B yang mampu menghasilkan antibodi
dalam darah dan limfa. Sel T membentuk sistem imunitas terhadap
infeksi bakteri, virus, jamur, sel kanker, serta timbulnya alergi.
Sl T ini mengalami pemtangan di glandula timus dan bekerja secara
fagositosis. Namun T limfosit tidak menghasilkan antibodi. T
limfosit secara langsung dapat menyerang sel penghasil antigen. Sel
T yang diproduksi dalam sumsum tulang.Gambar sel limfosit
melanjutkan pematangan selnya di sumsum tulang akan menjadi sel
B.
Baik sel B maupun sel T dilengkapi dengan reseptor antigen di
dalam plasma meembrannya. Reseptor antigen pada sel B merupakan
rangkaian membran molekul antibodi yang spesifik untuk antigen
tertentu. Reseptor antigen pada sel B merupakan rangkaian membran
molekul antibodi yang spesifik untuk antigen tertentu. Reseptor
antigen dari sel T berbeda dari antibodi, namun reseptor sel T
mengenali antigennya secara spesifik. Spesifikasi dan banyaknya
macam dari sistem imun tergantung reseptor pada setiap sel B dan
sel T yang memungkinkan limfosit mengidentifikasi dan merespon
antigen. Saat antigen berikatan dengan reseptor yang spesifik pada
permukaan limfosit, limfosit akan aktif untuk berdeferensiasi dan
terbagi memnaikkan populasi dari sel efektor. Sel ini secara nyata
melindungi tubuh dalam respon imun. Dalam sistem humoral, sel B
diaktifkan oleh ikatan antigen yang akan meningkatkan sel efektor
yang disebut dengan plasma. Sel ini mensekresi antibodi untuk
membantu mengurangi antigen.2. Kekebalan pasifSetiap antigen
memiliki permukaan molekul yang unik dan dapat menstimulasi
pembentukan berbagai tipe antibodi. Sistem imun dapat merespon
berjuta-juta jenis mikroorganisme atau benda asing. Bayi dapat
memperoleh kekebalan (antibodi) dari ibunya pada saat masih berada
di dalam kandungan. Sehingga bayi tersebut memiliki sistem
kekebalan terhadap penyakit seperti kekebalan yang dimilliki bunya.
Kekebalan pasif setelah lahir yaitu jika bayi terhindar dari
penyakit setelah dilakukan suntikan dengan serum yang mengandung
antibodi, misalnya ATS (Anti Tetanus Serum). Sistem kekebalan tubuh
yang diperoleh bayi sebelum lahir belum bisa beroperasi secara
penuh, tetapi tubuh masih bergantung pada sistem kekebalan pada
ibunya. Imunitas pasif hanya berlangsung beberapa hari atau
beberapa minggu saja.
b. Struktur AntibodiSetiap molekul antibodi terdiri dari dua
rantai polipeptida yang identik, terdiri dari rantai berat dan
rantai ringan. Struktur yang identik menyebabkan rantai-rantai
polipeptida membentuk bayangan kaca terhadap sesamanya. Empat
rantai pada molekul antibodi duhubungkan satu sama lain dengan
ikatan disulfida (-S-S-) membentuk molekul bentuk Y. Dengan
membandingkan deretan asam amino dari molekul-molekul antibodi yang
berbeda, menunjukkan bahwa spesifkasi antigen-antibodi berada pada
dua lengan dari Y. Sementara cabang dari Y menentukan peran
antibodi dalam respon imun. Gambar struktur antibodi
c. Cara kerja antibodiCara kerja antibodi dalam mengikat antigen
ada empat macam. Prinsipnya adalah terjadi pengikatan antigen oleh
antibodi, yang selanjutnya antigen yang telah diikat antibodi akan
dimakan oleh makrofag. Berikut ini adalah cara pengikatan antigen
oleh antibodi.1. Netralisasi Antibodi menonaktifkan antigen dengan
cara memblok bagian tertentu antigen. Antibodi juga menetralisasi
virus dengan cara mengikat bagian tertentu virus pada sel inang.
Dengan terjadinya netralisasi maka efek merugikan dari antigen atau
toksik dari patogen dapat dikurangi2. Pengumpulan Pengumpulan
partikel-partikel antigen dapat dilakukan karena struktur antibodi
yang memungkinkan untuk melakukan pengikatan lebih dari satu
antigen. Molekul antibodi memiliki sedikitnya dua tempat pengikatan
antigen yang dapat bergabung dengan antigen-antigen yang
berdekatan. Gumpalan atau kumpulan bakteri akan memudahkan sel
fagositik (makrofag) untuk menangkap dan memakan bakteri secara
cepat3. PengendapanPrinsip pengendapan hampir sama dengan
penggumpalan, tetapi pada pengendapan antigen yang dituju berupa
antigen yag larut. Pengikatan antigen-antigen tersebut membuatnya
dapat diendapkan, sehingga sel-sel makrofag mudah dalam
menangkapnya4. Aktifasi komplemenAntibodi akan bekerja sama dengan
protein komplemen untuk melakukan penyerangan terhadap sel asing.
Pengaktifan protein komplemen akan menyebabkan terjadinya luka pada
membran sel asing dam dapat terjadi lisisGambar reaksi antibodi
pada antigen dan sel asing dalam penonaktifan antigen
Sistem imun dapat mengenali antigen yang sebelumnya pernah
dimasukkan ke dalam tubuh, disebut memori imunologi. Dikenal respon
primer dan respon sekunder dalam sistem imun yang berkaitan dengan
memori imun. Gambaran respon promer dan sekunder