SASARAN BELAJAR1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ORGAN LIMFOIDStruktur
anatomi yang berpartisipasi dalam respon imun : timus, lien, KGBa.
Organ limfoid primer (tempat pembentukan dan pematangan limfosit) :
sumsum tulang dan timusb. Organ limfoid perifer (tempat proliferasi
dan diferensiasi limfosit) : lien, KGB, tonsil, appendix, plaque
peyeri, etc1.1 Organ MakroskopisTHYMUSANATOMI THYMUS Organ limfoid
terletak pada sternum bagian atasbelakang di daerah pubertas
mediastinum superior dan bertumbuh terussampai pubertas. Setelah
mulai pubertas, thymus mengalami involusi dan setelah dewasa
semakin mengecil, tapi masih dapat berfungsi untuk menghasilkan
limfosit tyang baru Thymus yang besar terlihat setelah lahir pada
saatbayi dan neonates. Pada cadaver orang dewasa sewaktu praktikum
anatomi jarang kita temukan lagi. Mempunyai 2buah lobus, mempunyai
bagian cortexdan medulla, berbentuk segitiga,gepeng, dan kemerahan.
Secara anatomi thymus :Mempunyai batas-batas sbb:1. Batas anterior
: Manubrium sterni dan rawan costae 1V2. Batas posterior : Region
colli inferior (trachea),
TONSILANATOMI TONSIL
Tonsil termasuk salah satu dari organ limfoid yang terdiri dari
atas 3 buah tonsila sbb :1. Tonsila palatine = di depan2. Tonsila
lingualis = di belakang3. Tonsila pharyngealis = diatasKetiga
tonsila di atas membentuk satu cincin(melingkar) pada saluran limfe
yang dikenal dengan Ring of Waldeyer.
Tonsila palatina adalah organ limfoid yang terletak pada dinding
lateralis Oropharynx dextra dan sinistra.Terletak dalam satu
lekukan yang dikenal dengan Fossa Tonsillaris. Yang dibatasi oleh 2
buah ototyang melengkung berbentuk arcus yaitu : arcus
Palatoglossus danarcus Palatopharyngeus. DasarFossa tonsillaris
tersebut dinamakan dengan Tonsil Bed. Tonsil membuka ke cavum oris
terdiridari 12-15 crypta tonsilaris. Dapatdilihat hanya dengan buka
mulut baca aa..a, tonsila palatina terlihat normal
sedikitpenonjolan ke dalam pharynx, tetapi tidak keluar Fossa
tonsillaris. Ditutupi oleh selapis jaringan ikat fibrosa yang
berbentuk capsula.Tonsila Lingualis adalah salah satu organ limfoid
yang terletak di belakang lidah 1/3 bagian posterior, dan
tidakmempunyai papillasehingga terlihat permukaan berbenjol-benjol.
(FOLLICEL)
Tonsila Pharyngealis adalah organ limfoid yang terdapat di
daerah nasopharynx dibelakang pintu hidung belakang. Bila membesar
dikenal dengan ADENOID : terletak didaerah Nasopharynx tepatnya
diatas torus tubariusdan O.P.T.A. bila adenoidmembesar dapat
menyebabkan sesak nafas, sebab dapat menyumbat pintu naresposterior
(CHOANAE).
LIEN (LIMFA)Lien adalah organ limfoid yang terbesar, lunak,
rapuh dan vascular bewarna kemerahan dan bentuk oval.
ANATOMI LIEN :
Terletak pada region hipochondrium sinistra dalam ruangintra
peritoneal. Di proyeksikan dari luarpada costae 9, 10, dan 11,
setinggivertebraethoracalis 11 sampai 12. Besar lien sebesar
kepalan tangansendiri. Dibungkus oleh jaringan perlekatan
peritoneum pada permukaanyang dinamakan Capsula Lienalis. Fiksasi
lien ke ren(ginjal) melalui ligamentum Renolienalis dan ke lambung
(gaster) ligamentum gastrolienalis. Pembuluh darah masuk daerah
Hillus Lienalis adalah Arteria Lienalis, darah vena melalui Vena
Lienalis vena port untuk di bawah ke Hepar. Dalam lien terdapat
pusat imunologis yaitu folikellimfoid (folikel putih)yang
tersebardiseluruh sinusoid yang sangat vascular (folikelmerah)
Batas-batas Lien sbb : Anterior gaster, cauda pancreas, flexura
colli sinistra, ren sinistra. Posterior diaphragm, costae dari ix
sampai 12 Cauda PANCREAS menempel pada daerah hilluslienalis
bersamaan dengan masuknya arteria lienalis dan keluar vena
lienalis.
1.2 Organ MikroskopisTonsila PalatinaPermukaan tonsila palatina
ditutupi epitel berlapis gepeng yang juga melapisi invaginasi atau
kripti tonsila. Banyak limfonodulus terletak dibawah jaringan ikat
dan tersebar sepanjang kriptus. Limfonoduli terbenam didalam stroma
jaringan ikat retikular dan jaringan limfatik difus. Noduli sering
saling menyatu dan umumnya memperlihatkan pusat germinal. Jaringan
ikat fibroelastis terdapat dibawah tonsila dan membentuk simpainya.
Septa (trabekula) berasal dari simpai dan menyusup di antara
limfonoduli sebagai pusat jaringan ikat dan membentuk dinding
kripti. Serat otot rangka membentuklapisan dibawah tonsila.
TimusKelenjar timus adalah organ limfoid yang berlobul-lobul.
Timus diliputi oleh kapsul jaringan ikat tempat banyak trabekula
berasal. Trabekula meluas ke dan membagi kelenjar timus menjadi
lobulus yang tidak utuh. Setiap lobulus terdiri atas korteks
(diluar) yang terpulas gelap dan medula (didalam) yang terpulas
pucat. Karena lobulus tidak utuh, medula memperlihatkan kontinuitas
diantara lobulus di sebelahnya. Banyak pembuluh darah yang memasuki
kelenjar timus melalui jaringan ikat kapsul dan trabekula. Korteks
setiap lobulus mengandung limfosityang memadat tanpa pembentukan
limfonodus.
Sebaliknya, medula mengandung limfosit lebih sedikit,tetapi
mempunyai sel reticular epitel yang lebih banyak. Medula juga
mengandung Badan Hassal yang menjadi ciri yang sangat karakteristik
pada kelenjar timus. Histologi kelenjar timus bervariasi,
tergantung usia individu. Kelenjar ini mencapai perkembangan
terbesarnya segera setelah lahir, namun kelenjar ini mulai
berinvolusi pada masa pubertas. Produksi limfosit menurun dan badan
Hassal menjadi lebih besar. Selain itu, parenkim kelenjar secara
bertahap digantikan oleh jaringan ikat longgar dan sellemak.
LimpaLimpa dibungkus sebuah simpai jaringan ikat padat yang
menjulurkan
trabekulajaringanikatkebagiandalamlimpa.Trabekulautamamemasukilimpadihilusdan
bercabang-cabang menyusup seluruh organ. Pada trabekula, terdapat
arteri trabekularis dan vena trabekularis. Trabekula yang terpotong
melintang tampak bulat atau nodular.Limpa ditandai dengan sejumlah
agregat limfonodulus, noduli ini membentuk pulpa alba organ.
Limfonoduli mengandung pusat germinal, jumlahnya secara progresif
berkurang bersama dengan penambahan umur. Arteri sentralis melewati
setiap limfonodulus, namunarteri ini umumnya tidak terletak di
pusat. Arteri sentralis adalah cabang dari arteri trabekularis yang
mendapat selubung jaringan limfatik saat meninggalkan trabekula.
Selubung ini juga membentuk limfonodulus yang kemudian membentuk
pulpa alba limpa.Disekitar limfonodulus dan trabekula, terdapat
anyaman sel merata yang membentukbagian terbesar organ dan secara
kolektif membentuk pulpa rubra atau pulpa limpa. Sediaan segar
pulpa rubra tampak merah karena jaringan vaskularnya. Pulpa rubra
juga mengandung arteri pulpa, sinus venosus dan korda limpa
(Billroth), hal ini tampak sebagai untaian difusi jaringan
limfatikdi antara sinus venosus. Korda limpa membentuk anyaman
longgar jaringan ikat retikular yang biasanya tertutup jaringan
padat lain.Limpa tidak memperlihatkan adanya korteks dan medula
seperti pada limfonodi,namun limfonodulus terdapat di seluruh
bagian limpa. Selain itu, limpa mengandung sinusvenosus, berbeda
dengan sinus limfatik pada limfonodi. Namun, pada limpa tidak ada
sinus subkapsularis ataupun sinus trabekularis. Simpai dan
trabekula pada limpa lebih tebal daripada simpai dan trabekula di
limfonodus, dan mengandung sedikit sel ototpolos.
2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN IMUNITAS DALAM TUBUH2.1
DEFINISIImunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama
infeksi. (Imunologi Dasar, 2014)Imunitas adalah kemampuan tubuh
untuk menahan atau menghilangkan benda asing atau sel abnormal yang
berpotensi merugikan. (Sherwood, 2011) 2.2 JENIS2.3 SIFAT2.4
MEKANISME
I. RESPON IMUN NON SPESIFIKCiri2 : Dapat memberikan respon
langsung Tidak ditujukan kepada mikroorganisme tertentu Berfungsi
sejak lahir Merupakan pertahanan terdepan1. NON SPESIFIK (FISIK)a.
Kulitb. Selaput lendirc. Silia saluran napasd. Batuk & bersin2.
NON SPESIFIK (LARUT)Biokimia :a. Lisozim:Terdapat pada keringat,
air susu ibu, air mata, dan ludah. Dapat menghancurkan lapisan
peptidoglikan dinding bakteri (Bakteri gram +)b. Laktooksidase
& Neuraminik:Terdapat pada air susu ibu dan saliva (di saliva
hanya laktooksidase). Mempunyai sifat anti bakterial terhadap
E.Coli dan Stafilokokus. Laktooksidase yang terdapat pada saliva,
dapat merusak dinding sel mikroba dan mengandung antibodi serta
komplemen (Antibodi dan Komplemen untuk opsonisasi).c. Sekresi
sebasea dan pH asam keringat : pH asam keringat dan asam lemak yang
di sekresi oleh sebasea mempunyai efek denaturasi terhadap protein
membran sel sehingga mengurangi resiko terinfeksid. Asam
hidroklorida:Terdapat pada lambung. Dapat membuat suasana asam
sehingga bakteri tidak dapat hidup dalam suasananyae. Laktoferin
& Transferin:Terdapat pada serum. Mengikat besi yang merupakan
metabolit essensial untuk hidup bakteri pseudomonas3. NON SPESIFIK
(HUMORAL)Respon imun non Spesifik humoral adalah Respon imun non
spesifik yang terjadi di cairan tubuh.Ada 5 yaitu :a.
KomplemenTerdiri dari sejumlah besar protein. Memberikan proteksi
terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi (bila di
aktifkan). Berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis
sebagai faktor kemotaktik. Menimbulkan destruksi / lisis bakteri
dan parasit (Antibodi + Komplemen). MAC dari sistem komplemen dapat
membentuk lubang-lubang kecil dalam sel membran sehingga terjadi
kebocoran (MAC = gabungan dari C5, C6, C7, C8, dan C9)a. Jalur
klasikb. Jalur lektinc. Jalur alternative
b. Protein fase akut (APP)1. CRP (C-Reactive Protein): Meningkat
kadarnya saat infeksi akut. Berfungsi sebagai opsonin. Dapat
mengaktifkan komplemen jalur klasik2. LektinMolekul larut yang
dapat mengikat manan / manosa. Sering disebut MBL (Mannan Binding
Lektin). Berperan sebagai opsonin dan mengaktifkan komplemen3.
Protein fase akut lainContohnya : amyloid serum A, haptoglobin, C9,
Faktor B, dan fibrinogen. Dibentuk jauh lebih lambat dari CRPc.
Mediator asal fosfolipid (PG &Leukotrin)d. Sitokin IL-1, IL-6,
TNF-e. IFN-Berfungsi mengaktifkan sel NK untuk membunuh virus dan
sel neoplasma serta mengaktifkan makrofag untuk membunuh mikroba
yang sudah dimakannya4. NON SPESIFIK (SELULER)Fagosit, sel NK, sel
mast dan eosinofil berperan dalam sistem imun nonspesifik selular.
Sel sel sistem imun tersebut dapat ditemukan dalam sirkulasi atau
jaringan. Contoh sel yang dapat ditemukan dalam sirkulasi adalah
neutrofil, eosinofil, basofil, monosit, sel T, sel B, sel NK, sel
darah merah dan trombosit. Contoh sel sel dalam jaringan adalah
eosinofil, sel mast, makrofag, sel T, sel plasma dan sel NK. a.
Monosit : Fagositosis, Anti viral, Anti tumor, Produksi komponen
komplemen, Perbaikan jaringan, Presentasi limfosit dan aktivasi
limfosit, dllb. Makrofag : Monosit yang hidup didalam jaringan,
Dapat mengikat dan memakan partiken antigen serta dapat
mempresentasikannya ke sel T, Bertindak sebagai fagosit
professional dan APC
c. Neutrofil : Sel pertama yang dikerahkan ke tempat bakteri
masuk, mempunyai reseptor untuk IgG dan komplemen, merupakan
sebagian besar dari leukosit dalam sirkulasid. Eosinofil : Fungsi
utama eosinofil adalah melawan infeksi parasit dan memakan kompleks
antigen antibodi, mengandung MBP, ECP, EDN, dan EPO yang bersifat
toksik dan menghancurkan sel sasaran, memiliki reseptor untuk IgE,
MBP (myelin basic protein), ECP (Eosinophil Chemotactic Factor),
EDN (Eosinophil Derived Neurotoxin, dan EPO (Eosinophil
Peroksidase)e. Basofil dan sel mast : Dapat berfungsi sebagai
fagosit (basofil), melepas mediator inflamasi, sel mast ditemukan
dalam jaringan dan basofil dalam darah, terdapat granul-granul yang
mengandung histamin, heparin, leukotrin, dan ECF, degranulasi
dipacu oleh ikatan antigen dan IgE pada permukaan, sel mast dapat
pula diaktifkan dan melepas mediator atas pengaruh C3a, dan C5a,
dllf. NKC (Natural killer cell) : Membunuh berbagai sel tanpa
bantuan tambahan untuk aktivasinya, merupakan sumber IFN- yang
mengaktifkan makrofag dan berfungsi dalam imunitas nonspesifik
terhadap virus dan sel tumor, mengandung perforin atau sitolisin
yang dapat membuat lubang-lubang kecil pada membran sasaran
(seperti MAC), dapat mengenal MHC-I abnormalg. Sel Dendritik : Sel
dendritik berasal dari monosit, berfungsi sebagai APC yang berperan
pada awal pengenalan protein asing, merupakan APC profesional
terpenting, mengawali respons imunitas selular dan humoral yang
mengaktifkan sel T naif, Th, CTL dan sel B, Sumsum darah
mempresentasikan peptida ke sel T CD4+ melalui MHC-II atau ke sel T
CD8+ melalui MHC-III. RESPON IMUN SPESIFIKCiri - ciri : Spesifitas
sangat tinggi Mempunyai memori Perlindungan lebih baik pada pajanan
berikut Respon lambat Terdapat 2 jenis sistem imun : Humoral
(Diperantarai oleh sel B) & Selular (Diperantarai oleh sel
T)
A. SEL Ba) Berasal dari sel multipoten di sumsum tulangb) Sel B
akan mengalami proliferasi dan diferensiasi menjadi sel plasma dan
membentuk antibodi bila sel B di rangsang benda asingc) Beberapa
sel B yg aktif menjadi sel B memori yg akan bereaksi cepat pada
paparan kedua terhadap Ag yg sama
B. SEL T Tempat pematangan di Thymus Membantu sel B dalam
memproduksi antibodi Mengenal dan menghancurkan sel yang terinfeksi
virus Mengaktifkan makrofag untuk fagositosis Mengontrol ambang dan
kualitas imun Pada umumnya terbagi 4 :a. Sel T naifSel limfosit
yang meninggalkan timus namun belum berdiferensiasi. Ditemukan
dalam organ limfoid perifer. Bila terpajan antigen, akan berkembang
menjadi Th0 (Th0 selanjutnya dapat berkembang menjadi Th1 dan
Th2)b. Sel T CD4+ (Th1 & Th2)Sel Th1 dan Th2 terbentuk
tergantung dari kondisi atau tergantung dari sitokin yang
diterimanya
c. Sel T CD8+ (CTL)Berfungsi menghancurkan sel yang terinfeksi
virus, menghancurkan sel ganas dan histoimkompatible yang
menumbulkan penolakan pada TRANSPLANTASI, serta menghancurkan sel
yang terinfeksi bakteri intraseld. Sel T supressorMenekan aktivitas
sel yang efektor T yang lain dan sel B bila sudah berlebihan.
3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG ANTIGEN3.1 DefinisiAntigen
adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respon imun yang
dirangsang imunogen spesifik seperti antibody dan atau TCR (T cell
receptor). (Imunologi Dasar, 2014)3.2 Jenis(1) Pembagian antigen
menurut epitope(a) Unideterminan, univalent : hanya satu jenis
deteminan/spitop pada satu molekul, contoh : Hapten(b)
Unideterminan, multivalent : hanya satu jenis determinan tetapi dua
atau lebih determinan tersebut ditemukan pada satu molekul, contoh
: LPS(c) Multideterminan, univalent : banyak epitope yang bermacam
macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein),
contoh : protein(d) Multideterminan, multivalent : banyak macam
determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen
dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi),
contoh : kimia kompleks(2) Pembagian antigen menurut spesifitas(a)
Heteroantigen : dimiliki oleh banyak spesies(b) Zenoantigen :
dimiliki spesies tertentu(c) Alloantigen (isoantigen) : spesifik
untuk individu dalam satu spesies(d) Antigen organ spesifik :
dimiliki oleh organ tertentu(e) Autoantigen : dimiliki oleh alat
tubuh sendiri(3) Pembagian antigen menurut ketergantungan terhadap
sel T(a) T dependen : memerlukan pengenalan oleh sel T terlebih
dahulu untuk dapat menimbulkan respon antibody. Kebanyak antigen
protein termasuk dalam golongan ini(b) T independen : merangsang
sel B tanpa bantuan sel T untuk membentuk antibody. Kebanyakan
antigen golongan ini berupa molekul besar polimerik yang dipecah di
dalam tubuh secara perlahan, contoh : LPS(4) Pembagian antigen
menurut sifat kimiawi(a) Hidrat arang (polisakarida)(b) Lipid(c)
Asam nukleat(d) Protein3.3 SifatCiri - ciriSel BSel T
Interaksi dengan antigenMelibatkan komoleks biner membran
immunoglobulin dan antigenMelibatkan kompleks TCR, antigen dan
molekul MHC
Ikatan antigen larutYaTidak
Keterlibatan MHCTidak diperlukanDiperlukan untuk
mempresentasikan antigen yang sudah diproses
Kandungan kimiawi antigenProtein, polisakarida, lipidUmumnya
protein, tetapi beberapa lipid dan glikolipid ditemukan pada
molekul serupa MHC
EpitopMudah diakses, hidrofilik, peptide bergerak mengandung
asam amino sekuensial ata nonsekuensialPeptide internal linear yang
dihasilkan oleh antigen dan berikatan dengan MHC
3.4 Fungsi
4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG ANTIBODI4.1 DefinisiAntibody
adalah bahan glikoprotein yang diproduksi sel B sebagai respon
terhadap rangsangan imunogen4.2 Jenisa. Imunogloblin G
(IgG)Imunoglobulin G adalah divalen antigen. Antibodi ini adalah
imunoglobulin
yangpalingsering/banyakditemukandalamsumsumtulangbelakang,darah,lymfedancairan
peritoneal. Ia mempunyai waktu paroh biologik selama 23 hari dan
merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ia dapat
mengaglutinasi antigen yangtidak larut. IgG adalah satu-satunya
imunoglobulin yang dapat melewati plasenta. IgG adalah opsonin yang
baik sebagai pagosit pada ikatan IgG reseptor. Imunoglobulin ini
merangsang antigen-dependen cel-mediated cytotoxicity (ADCC)-IgG
Fab untukmengikat target sel, Natural Killer(NK) Fc-reseptor,
mengikat Ig Fc, dan sel
NKmembebaskansitotoksikpadaseltarget.IgFcjugamengaktifkankomplemen,
menetralkan toksin, imobilisasi bakteri dan menghambat serangan
virus.b. Imunogloblin A (IgA)Imunoglobulin A adalah antibody
sekretori yang dapat ditemukan dalam saliva, keringat, air mata,
cairan mukosa, susu, cairan lambung dan sebagainya. Imunoglobulin A
yang aktif dalam bentuk dimer (yy), sedangkan yang monomer (y)
tidak aktif. Jaringan yang mensekresi bentuk dimer ini ialah sel
epitel yang bertindak sebagai reseptor IgA yang kemudian sel
tersebut bersama IgA masuk ke dalam lumen. Fungsi dari IgA ini
ialah: Mencegah kuman patogen menyerang permukaan selmukosa Tidak
efektif dalam mengikat komplemen Bersifat bakterisida dengan
kondisinya sebagai lysozim yang ada dalam cairansekretori yang
mengandung IgA Bersifat antiviral dan glutinin yang efektifc.
Imunogloblin M(Ig M)Imunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B
yang matang. IgM mempunyai waktu paruh biologi 5 hari dan mempunyai
bentuk pentamer dengan lima
valensi.Imunoglobulininihanyadibentukolehfaetus.PeningkatanjumlahIgM
mencerminkan adanya infeksi baru atau adanya antigen
(imunisasi/vaksinasi). IgM adalah merupakan aglutinin yang efisien
dan merupakan isohem- aglutinin alamiah. IgM sngat efisien dalam
mengaktifkan komplemen. IgM dibentuk setelah terbentuk T-independen
antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependent antigen.d.
ImunogloblinD(IgD)Antibodi IgD tidak mengaktifkan sistem komplemen
dan tidak menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan
sel B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen
yang diperlukan untuk memulai diferensiasi sel-sel B menjadisel
plasma dan sel B memori.e. Imunogloblin E (IgE)Antibodi IgE
berukuran sedikit besar dibandingakan dengan molekul IgG dan
hanyamewakili sebagian kecil dari total antibodi dalam darah. Ig E
disekresikan oleh selplasma di kulit,mukosa, serta tonsil.Jika
bagian ujung IgEterpicu oleh antigen,akan menyebabkanselmelepaskan
histamine yang menyebabkan peradangan dan reaksi alergi4.3 Sifata.
IgG: Paling banyak ditemukan dalam cairan tubuh terutama
ekstravaskular untuk memerangi mikroorganisme dan toksinnyab. IgA:
Ig utama dalam sekresi seromukosa untuk menjaga permukaan luar
tubuhc. IgM: Aglutinator yang sangat efektif; diproduksi dini pada
respons imun. Pertahanan terdepan terhadap bacteremiad. IgD:
umumnya ditemukan di permukaan limfosite. IgE: pebgerahan agens
anti microbial. Meningkat pada infeksi parasite. Berperan pada
gejala atropi4.4 Fungsi Fungsi utama antibodi : mengikat antigen
dan menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan Tiga fungsi
efektor utama antibody : Opsonisasi yang memacu fagositosis antigen
oleh makrofag dan neutrophil Aktivasi komplemen yang mengaktifkan
jalur yang menghasilkan sejumlah protein yang dapat merusak membran
sel ADCC (antibody dependent cell cytotoxicity) yang dapat membunuh
sel sasaran yang mengikat antibody Fungsi Imunoglobulin :1. IgG:
Opsonisasi, ADCC (Antibody Dependent Cell Cytotoxity), Imunitas
neonatal2. IgA: ditemukan dalam sekresi (asam lambung), proteksi
terhadap mukosa disekresi dalam air susu3. IgM: mengikat komplemen,
opsonin baik4. IgE: menimbulkan alergo, syok anafilaksis,
pertahanan terhadap parasit
5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG VAKSIN5.1 DefinisiVaksin
adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan
aktif terhadap suatu penyakit sehingga dapat mencegah atau
mengurangi pengaruh infeksi oleh organisme alami atau liar. Vaksin
dapat berupa galur virus atau bakteri yang telah dilemahkan
sehingga tidak menimbulkan penyakit. Vaksin dapat juga berupa
organisme mati atau hasil hasil pemurniannya (protein, peptide,
partikel serupa virus, dsb). Vaksin akan mempersiapkan sistem
kekebalan manusia atau hewan untuk bertahan terhadap serangan
pathogen tertentu, terutama bakteri, virus atau toksin. Vaksin juga
bisa membantu sistem kekebalan untuk melawan sel sel degenerative
(kanker).5.2 KlasifikasiVaksin dapat dibagi menjadi vaksin hidup
dan vaksin mati. Vaksin hidup dibuat dalam penjamu, dapat
menimbulkan penyakit ringan, dan menimbulkan respon imun seperti
yang terjai pada infeksi alamiah. Vaksin mati merupakan bahan
(seluruh sel atau komponen spesifik) asal pathogen seperti toksoid
yang diinaktifkan tetapi tetap imunogen. Kelas
vaksinVirusCatatan
Virus vaksin hidupAdenovirusCacar airCampakParotitisPolio
(Vaksin Sabin)RotavirusRubellaCacarDemam kuningImunisasi akti
menggunakan galur tidak virulen yang dilemahkan. Efektif memacu
respon antibodi dan limfosit sitotoksik
Virus vaksin matiHepatitis AInfluenzaPolio (vaksin
Salk)RabiesImunisasi aktif menggunakan partikel virus panas atau
kimia yang tidak aktif. Vaksinasi dapat dikombinasikan dengan virus
lainnya (polivalen).
Vaksin subunitAdenovirusImunisasi aktif menggunakan protein yang
dimurnikan
Vaksin polipeptidaHepatitis BImunisasi aktif menggunakan
sintesis urutan protein polipeptida
Vaksin DNA (hanya evaluasi)HIVInfluenzaPenelitian; bermanfaat
untuk memacu respom Tc
Antibody pasifHepatitis AHepatitis
BCampakParotitis3RabiesRSVRubellaVarisela zosterPenyuntikan
antibodi yang dimurnikan hasil dari sumber lainnya. Hanya sementara
dan hanya sedikit bermanfaat diberikan setelah awitan penyakit
5.3 Jenis 1. VaksinasiBCGVaksinasi BCG memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). BCG diberikan setiap 1
kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan
tidakdianjurkankarenakeberhasilannyadiragukan.Vaksin disuntikkan
secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari
satu tahun diberikan sebanyak 0,1 mL.
VaksininimengandungbakteriBacillusCalmette-Guerrinhidupyang
dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Kontra
indikasi untuk vaksinasi BCGadalahpenderitagangguansistem kekebalan
(misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
sterois jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin
terjadi:1. Reaksi lokal: 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada
tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba
keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung
berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka
ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8 12 minggu dengan
meninggalkan jaringan parut. 2. Reaksiregional:
pembesarankelenjargetahbeningketiakatauleher, tanpa disertai nyeri
tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:a. PembentukanAbses
(penimbunan nanah) di tempat penyuntikkan karena penyuntikan
terlalu dalam. Absesini akan menghilangsecaraspontan.
Untukmempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya
dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum)
danbukan disayat.b. Limfadenitis supurativa terjadi jika
penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi.
Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan
2. Vaksinasi DPTVaksinasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang
melindungi terhadap difteri,pertussisdantetanus yang dapat
diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun.Biasanya
vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan yang disuntikkan pada
otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali,
yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan
4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu.
Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia
prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap
vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT. Setelah
mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster
vaksin Td pada usia 14 16 tahun kemudian setiap 10 tahun karena
vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelahnya
diperlukan booster.
Hampir85%anakyangmendapatkanminimal3kalisuntikanyangmengandung
vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri
selama 10tahun. DPT sering menyebabkan efek samping yang ringan,
seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikkan selama
beberapa hari. Efeksampingtersebut terjadi karena adanya komponen
pertusis di dalam vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP
menyebabkan komplikasi berikut:a. Demam Tinggi (lebih dari
40,5Celsius)b. Kejangc. Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak
yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat
kejang dalam keluarganya)d. Syok(kebiruan,pucat, lemah, tidak
memberikan respon). Jikaanaksedang
menderitasakityanglebihseriusdaripadafluringan, imunisasi DPT bisa
ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang,
penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering
ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi
demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat
penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa
diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untukmengurangi nyeri di
tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih
sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkaiyang
bersangkutan.
3. Vaksinasi DTVaksinasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap
toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri
dantetanus.Vaksin DTdibuatuntukkeperluan khusus, misalnya pada anak
yang tidak bolehatau tidak perlu menerima imunisasi pertusis,tetapi
masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus .
Carapemberianimunisasidasardanulangansamadenganimunisasi DPT.
Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.
Vaksin ini tidakboleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat
atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi
adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan,
yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
4. Vaksinasi TTImunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid)
memberikan kekebalan aktif terhadappenyakit tetanus. ATS (Anti
Tetanus Serum) juga dapat digunakan untukpencegahan (imunisasi
pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil,
imunisasi TT diberikan sebanyak dua kali, yaitu pada kehamilan
berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksininidisuntikkanpadaototpaha
ataulengansebanyak0,5mL.Efeksampingdaritetanustoksoidadalah reaksi
lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan, pembengkakan
dan rasa nyeri.
5.4 Fungsi/tujuanTujuan vaksinasi adalah menstimulasi reaksi
kekebalan tanpa menimbulkan penyakit. Fungsi Imunisasi dan
Vaksinasi adalah untuk menjaga kesehatan masyarakat agar tidak
mudah terserang penyakit. Selain itu imunisasi dan vaksinasi juga
dapat menurunkan angka kejadian penyakit kecacatan maupun kematian
akibat dari infeksi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
dan vaksinasi (Vaccine-preventable disease). Imunisasi dan
vaksinasi tidak hanya memberikan perlindungan pada individu
melainkan juga pada komunitas terutama untuk penyakit yang
ditularkan melalui manusia.5.5 MekanismeDilihat dari berapa kali
pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam respons imun,yaitu
respons imun primer dan respons imun sekunder.
Respons imun primerRespons imun primer adalah respons imun yang
terjadipada pajananpertamakalinya denganantigen. Antibodi yang
terbentuk pada respon imun primer kebanyakan adalah IgM dengan
titer yang lebih rendah disbanding dengan respon imun sekunder,
demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai
dengan timbul antibodi(lag phase) lebih lama bila dibanding dengan
respons imun sekunder
Respons imun sekunderPada respons imun sekunder, antibodi yang
dibentukkebanyakan adalah IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih
tinggi, serta fase lag lebihpendek dibanding respons imun primer.
Hal ini disebabkan sel memori yang terbentuk pada respon imun
primer akan cepat mengalami transformasi blast, proliferasi dan
diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibody.
Demikian puladengan imunitas selular, sel limfosit T akan lebih
cepat mengalami transformasi blast danberdiferensiasi menjadi selT
aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel memori.
Padaimunisasi,responsimunsekunderinilahyangdiharapkanakan memberi
respon adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak. Untuk
mendapatkan titer antibody yang cukup tinggi dan mencapai nilai
protektif, sifat respon imun sekunder ini diterapkan dengan
memberikan vaksinasi berulang beberapa kali. Keberhasilan imunisasi
tergantung pada beberapa faktor, yaitu status imun host, faktor
genetik host, serta kualitas dan kuantitas vaksin. Adanya antibody
spesifik pada host terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi
keberhasilan vaksinasi. Misalnyapadabayiyangsemasafetus mendapat
antibodi maternal spesifik terhadap virus campak, bila vaksinasi
campakdiberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih
tinggi akan memberikan hasil yang kurang memuaskan.Demikian pula
air susu ibu (ASI) yang mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap
virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan
vaksinasipolioyangdiberikansecaraoral.TetapiumumnyakadarsIgAterhadapviruspoliopadaASI
sudah rendahpadawaktu bayiberumurbeberapabulan. Padapenelitiandi
subbagian Alergi-Imunologi,Bagian IKAFKUI/RSCM,Jakarta ternyatasIgA
polio sudah tidak ditemukan lagi pada ASI setelah bayi berumur 5
bulan. Kadar sIgA tinggi terdapat pada kolostrum. Karena itu bila
vaksinasi polio secara oral diberikan padamasa kadar sIgA polio ASI
masih tinggi, hendaknya ASI jangan diberikan dahulu 2jam sebelum
dan sesudah vaksinasi.Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas
imunologik. Pada bayi neonates fungsi makrofag masih kurang,
terutama fungsi mempresentasikan antigen karena ekspresi HLA masih
kurang pada permukaannya, selain deformabilitasmembran serta
responskemotaktik yangmasih kurang. Kadarkomplemen
danaktivitasopsonin komplemen masih rendah, demikian pula aktivitas
kemotaktik serta daya lisisnya. Fungsi sel Ts relatif lebih
menonjol dibanding pada bayi atau anak karena memangfungsi imun
pada masa intrauterin lebih ditekankan pada toleransi, dan hal ini
masihterlihat pada bayi baru lahir. Pembentukan antibodi spesifik
terhadap antigen
tertentumasihkurang.Vaksinasipadaneonatusakanmemberikanhasilyangkurang
dibanding pada anak,karenaitu vaksinasi sebaiknyaditundasampai bayi
berumur 2bulan atau lebih. Status imun mempengaruhi pula hasil
imunisasi. Individu yang mendapat obat imunosupresan atau menderita
defisiensi imun kongenital atau menderita penyakit defisiensi imun
sekunder seperti pada penyakit keganasan, juga akan mempengaruhi
keberhasilan vaksinasi, bahkan adanya defisiensi imun merupakan
indikasi kontra pemberian vaksin hidup karena dapat menimbulkan
penyakit pada individu
tersebut.Vaksinasipadaindividuyangmenderitapenyakit infeksi
sistemik seperti campak atau tuberkulosis milier akan mempengaruhi
pula keberhasilan vaksinasi. Keadaan gizi yang buruk akan
menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofagdanlimfosit.
Imunitas selular menurun dan imunitas humoral spesifitasnya rendah.
Meskipunkadar globulin- normal atau bahkan meninggi, immunoglobulin
yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena
terdapat kekurangan asam amino yang dibutuhkan untuk sintesis
antibodi. Kadarkomplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag
berkurang, akibatnya respons terhadap vaksin atau toksoid
berkurang.
6. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG IMUNISASI6.1
DefinisiImunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan
terhadap penyakit yang sedang
mewabahatauberbahayabagiseseorang.Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit
hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu
saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan
imunisasi lainnya.6.2 KlasifikasiImunisasi :Imunisasi pasif terjadi
bila seseorang menerima antibodi atau produk sel dari orang ;ain
yang telah mendapat imunisasi aktif, sedangkan imunisasi aktif
menginduksi respon imun. a. Alamiah1. Pasif : antibody via plasenta
dan kolostrumVia Plasenta : Antibodi dalam darah ibu merupakan
proteksi pasif kepada janin. IgG dapat berfungsi antitoksik,
antivirus dan antibacterial terhadap H. influenza B atau S. aglacti
B. ibu yang mendapat vaksinasi aktif akan memberikan proteksi pasif
kepada janin dan bayiVia Kolostrum : ASI mengandung berbagai
komponen sistem imun. Beberapa diantaranya berupa Enhancement
Growth Factor untuk bakteri yang diperlukan dalam usus atau faktor
yang justru dapat menghambat tumbuhnya kuman tertentu. Antibodi
ditemukan dalam ASI dan kadarnya lebih tinggi dalam kolostrum. Daya
proteksi antibodi kelenjar susu tergantung dari antigen yang masuk
ke dalam usus ibu dan gerakan sel yang merangsang antigen. 2. Aktif
: infeksi kumanb. Buatan1. Pasif : antitoksin, antibodi [ Immune
serum globulin nonspesifik dan immune serum globulin
spesifik]Imunisasi pasif tidak diberikan secara rutin, hanya
diberikan dalam, keadaan tertentu kepada pendertita yang terpajan
dengan bahan yang berbahaya terhadapnya dan sebagai regimen jangka
panjang pada penderita dengan defisiensi antibodi. Imunisasi pasif
dapat berupa tindakan profilaktik atau terapeutik, tetapi sedikit
kurang berhasil sebagai terapi. 2. Aktif : toksoid,
vaksinasiImunisasi aktif untuk mendapatkan proteksi dapat diberikan
vaksin hidup/dilemahkan atau yang dimatikan.6.3 Jenis1. Imunisasi
PolioImunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
poliomielitis.
Poliobisamenyebabkannyeriototdankelumpuhanpadasalahsatumaupunkedualengan
/ tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot
pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisamenyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio :a. IPV (Inactivated Polio Vaccine,
Vaksin Salk ) mengandung virus polio yang telah dimatikan dan
diberikan melalui suntikanb. OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin)
mengandung vaksin hidup yangtelahdilemahkan dan diberikan dalam
bentuk pil atau cairan.Bentuk trivalent (TOPV
)efektifmelawansemuabentukpolio,bentukmonovalent(MOPV)efektifmelawan
1 jenis polio.Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,
III, dan IV) dengan interval tidakkurang dari 4 minggu. Imunisasi
polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasipolio IV,kemudian
padasaatmasuk SD(5-6 tahun)dan padasaatmeninggalkan SD (12tahun).
DiIndonesiaumumnyadiberikanvaksinSabin.Vaksininidiberikan sebanyak
2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan
sendokyang berisi air gula. Kontra indikasi pemberian vaksin
polio:a. Diare beratb. Gangguan kekebalan (karena obat
imunosupresan, kemoterapi ,kortikosteroid)c. Kehamilan.Efek samping
yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis
pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan
primer, sedangkandosisketigadankeempatdiperlukanuntukmeningkatkan
kekuatan antibody sampai pada tingkat yang tertinggi.
Setelahmendapatkanserangkaian imunisasidasar, kepadaorang dewasa
tidakperludilakukan pemberian boostersecara rutin, kecuali jika dia
hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyakditemukan.
Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio
danperlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada
orangyang pernah
mengalamireaksialergihebat(anafilaktik)setelahpemberianIPV,streptomisin,polimiksin
Batau neomisin, tidak boleh diberikan IPV, sebaiknyadiberikanOPV.
Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita
AIDS, infeksi HIV, leukemia,kanker,limfoma) dianjurkan untuk
diberikan IPV. IPVjuga diberikan kepada orangyang
sedangmenjalaniterapi penyinaran,terapi kanker,kortiko steroid atau
obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada anak yang
menderita diare. Jikaanaksedangmenderita penyakit ringan atau
berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampaimereka
benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada
tempatpenyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa
hari
2. ImunisasiCampakImunisasicampak memberikankekebalanaktif
terhadappenyakitcampak. Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis
pada saat anak berumur 9 bulanataulebih. Pada kejadian luar
biasadapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6
bulankemudian.Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5
mL. Kontra indikasi pemberian vaksin campak :a. infeksi akut yang
disertai demam lebihdari 38o Cb. Gangguan sistem kekebalanc.
Pemakaian obat imunosupresand. lergiterhadapproteintelure.
Hipersensitivitasterhadap kanamisin dan eritromisinf. Wanitahamil.
Efeksampingyangmungkinterjadiberupademam,ruamkulit, diare,
konjungtivitas dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang). 3.
ImunisasiMMRImunisasiMMR
memberiperlindunganterhadapcampak,gondongandan campak Jerman dan
disuntikkan sebanyak 2 kali. Vaksin MMR adalah vaksin 3-in-1 yang
melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman.
Vaksin
tunggaluntuksetiapkomponenMMRhanyadigunakanpadakeadaantertentu,
misalnya jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang
berumur 9-12bulan. Suntikan pertama diberikan pada saat anak
berumur 12-15 bulan. Suntikanpertama mungkin tidak
memberikankekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan
suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD)
ataupada saat anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP).
Imunisasi MMR juga diberikan kepada orang dewasa yang berumur 18
tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak yakin akan
status imunisasinya ataubaru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum
masuk SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun
1956, diduga telah
memilikikekebalankarenabanyakdarimerekayangtelahmenderitapenyaki
ttersebut pada masa kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang
menerimanya, suntikan
MMRakanmemberikanperlindunganseumurhidupterhadapcampak, campak
Jerman dan gondongan. Suntikankeduadiberikanuntuk
memberikanperlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh
masing-masing komponen vaksin:a. Komponencampak1-2 minggu setelah
menjalani imunisasi, mungkin akan timbul ruam kulit. Hal ini
terjadipada sekitar 5%anak-anak yang menerima suntikan MMR. Demam
39,5oCataulebihtanpagejalalainnya (bisaterjadipada5-15%anakyang
menerima suntikan MMR). Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2
minggu setelah disuntik dan berlangsung hanya selama1-2 hari. Efek
samping tersebutjarang terjadi pada suntikan MMR kedua.b. Komponen
gondonganPembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dibawah
rahang, berlangsungselamabeberapaharidanterjadidalamwaktu1-2minggu
setelahmenerima suntikan MMR.c. Komponen campak Jerman
Pembengkakankelenjargetahbeningdanatauruamkulityangberlangsung
selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima
suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14 15 % anak yang mendapat
suntikan
MMR.Nyeriataukekakuansendiyangringanselamabeberapahari,timbuldalam
waktu 1-3 minggu setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya
ditemukan pada1% anak-anak yang menerima suntikan MMR, tetapi
terjadi pada25% orang dewasa yang menerima suntikan MMR. Kadang
nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan
(hilang-timbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri)
berlangsung selama 1 minggu dan terjadi pada kurang dari 1%
anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang menerima
suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis
ini.Nyeriataumatirasapadatanganataukakiselamabeberapaharilebihseringditemukan
pada orang dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR,
anak-anak yang berumur dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas
kejang (misalnya kedutan). Hal ini biasanya terjadi dalam waktu 1
-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan
dengan demam tinggi.
KeuntungandarivaksinMMRlebihbesarjikadibandingkandenganefeksamping
yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman
merupakanpenyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat
serius. Jika anak sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak
pulih. Imunisasi MMRsebaiknya tidak diberikan kepada:a. anak
yangalergiterhadap telur, gelatinatau antibiotik neomisinb. anak
yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulinc.
anakyangmengalamigangguankekebalantubuhakibatkanker,leukemia,
limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi
penyinaran atau obati imunosupresand. wanitahamilatauwanitayang3
bulan kemudian hamil
4. Imunisasi VarisellaImunisasi varisella memberikan
perlindungan terhadap cacar air. Cacar
airditandaidenganruamkulityangmembentuklepuhan,kemudiansecaraperlahan
mengering dan membentuk keropeng yang akan mengelupas.
Anakyangberumur12 18 bulan dan belum pernah mederita cacar air
dianjurkan untuk imunisasi varisella. Anak-anakyangmendapatkan
suntikanvarisellasebelumberumur13tahunhanyamemerlukan1dosisvaksin.
Kepada anak-anakyangberumur13tahunataulebih,yangbelumpernah
mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar
air, sebaiknya diberikan 2 dosis vaksin denganselang waktu 4-8
minggu.
Cacarairdisebabkanolehvirusvaricella-zosterdansangatmenular.
Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal, tetapi
pada sejumlah kasust erjadi penyakit yang sangat serius sehingga
penderitanya harus dirawat di rumah sakit dan beberapa diantaranya
meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung menimbulkan
komplikasi yang lebih serius.Vaksin ini 90-100% efektif mencegah
terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita
cacar air meskipun telah mendapatkan suntikan varisella, tetapi
kasusnya biasanya ringan,hanyamenimbulkanbeberapalepuhan(kasus yang
komplit biasanya menimbulkan 250 500 lepuhan yang terasa gatal) dan
masa pemulihannya biasanya lebih cepat.
Vaksinvarisellamemberikankekebalanjangkapanjang, diperkirakan
selama 10-20 tahun, mungkin juga seumur hidup. Efek samping dari
vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:a. Demamb. Nyeri dan
pembengkakan di tempat penyuntikanc. Ruam cacar air yang
terlokalisir di tempat penyuntikan Efek samping yang lebih berat
adalah:a. Kejang demam, yang bisa terjadidalamwaktu1-6minggu
setelahpenyuntikanb. Pneumoniac. Reaksi alergi sejati
(anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan, kaligata,
bersin,denyutjantungyang cepat, pusing danperubahan perilaku. Hal
ini bisa terjadi dalam waktu beberapa menitsampai beberapa jam
setelah suntikandilakukan dan sangat jarang terjadid.
Ensefalitise.Penurunan koordinasi otot. Imunisasi varisella
sebaiknya tidak diberikan kepada:a. Wanitahamil atau wanita
menyusuib. Anak-anakatauorangdewasayangmemilikisistemkekebalanyang
lemahatau yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainanc.
Imunosupresifbawaand. Anak-anakatauorangdewasayang
alergiterhadapantibiotikneomisinatau gelatin karena vaksin
mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
6.4 Fungsi/tujuanTujuan imunisasi adalah merangsang sistem
imunologi tubuh untuk membentuk antibody spesifik sehingga dapat
melindungi tubuh dari serangan penyakit.6.5 Mekanisme
7. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG HUKUM VAKSIN DALAM
ISLAMSebelumRasulullah wafat, tepatnyaketikabeliau khutbah pada
haji wada, hajiterakhirbeliau atau dikenal sebagai haji perpisahan
beliau dengan umat Islam,sempat berwasiat:Taraktufiikum amraini.
Lantadillu abadamaintamassaktumbihimakitaba-llahi wasunnata Rasu
lihiArtinya: Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Kamu tidak akan
tersesat selamanya
selagiberpegangteguhkeduanya,yaitukitabullah(Alquran)danSunnahRasulnyaal-Hadis;
(Iwan Gayo, 2008: 36). Oleh karena masalah vaksinasi-imunisasi
belum terjadi pada masa Rasulullah, maka belum ada petunjuk
sedikitpun tentang imunisasi. Terhadap masalah yang bersifat
kontemporer menjadi lapangan dan lahan bagi para ulama untuk
melakukan
ijtihadmenemukansolusihukumperkaratersebutharamatauhalal,baikatauburuk,bermanfaat
atau berbahaya bagi kesehatan. Para ulama dalam berijtihad untuk
menetapkan hukum terhadap masalah-masalah kontemporer pasti tidak
pernah menghasilkan keputusan ijmayyah amiyyah (kesepakatan umum),
melainkan khlafiyyah (perbedaan pendapat diantara mereka). Bentuk
Khilafiyyah yang paling ekstrim adalah halal atau
haram.Tidakterkecualimengenaivaksinasi-imunisasi. DalamIlmu
Fikihmemang terdapatadagium Manlaa yalamu khilaafiyyatan
laayalamuraaihatalfiqhiArtinya :
Barangsiapatidakmengenalperbedaanpendapat, sesungguhnya ia tidak
mengenal baunya FikihParaulama,pemikir,mujtahid ada yang menghukumi
haram terhadap tindakan vaksinasi imunisasi. Argumen yang diajukan
antara lain memasukkan barang najis dan racun kedalam tubuh
manusia. Manusiaiu merupakan khaifatullah fi al-ard} dan
asyrafal-makhluq (makhluk yang paling mulia) dan memiliki kemampuan
alami melawan semua mikroba, virus, serta bakteri asing dan
berbahaya. Berbeda dengan orang kafir yang berpendirian manusia
sebagai makhluk lemah sehingga perlu vaksinasi untuk meningkatkan
imunitas pada manusia. Banyak jenis vaksin yang bersumber dari
bahan-bahan yang diharamkan. Seorang pakar dari Amerika mengatakan
bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel kanker
manusia, serta cairan tubuh hewan tertentu termasuk serum dari
sapi, bayi kuda, dan ekstrak mentah lambung babi. Selain itu,
beberapa vaksin juga diperoleh dari aborsi janin manusia yang
sengaja digugurkan. Vaksin untuk cacar air, Hepatitis A, dan MMR
diperoleh dengan menggunakan fetal cell line yang diaborsi, MRC-5,
dan WI-38. Vaksin yang mengandung MRC-5 dan WI-38 adalah beberapa
vaksin yang mengandung cell line diploid manusia.Penggunaan janin
bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan suat hal yang
dirahasiakan pada publik. Sel line yang biasa digunakan untuk
keperluan vaksin biasanyadiambil dari bagian paru-paru, kulit,
otot, ginjal, hati, thyroid, thymus, dan hati yang diperoleh dari
aborsi terpisah. Penamaan isolat biasanya dikaitkan dengan sumber
yang diperoleh misalnya WI-38 adalah isolat yang diperoleh dari
paru-paru bayi perempuan berumur 3 bulan.Usul FiqhAda kaidah usul
fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih didahulukan
daripada mengambil manfaatnya. Demikian alasanyang dijadikan dasar
hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin polio
sekalipun diketahui bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan
yang tidakdiperkenankan dalam Islam.