Top Banner
1 *) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016 Potensi Bioaktivator dan Biokompos (Mengandung Jamur Tichroderma spp. dan Mikoriza) dalam Meningkatkan Kesehatan, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai di Lahan Kering *) Sardian dan I Made Sudantha **) Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program Pascasarjana Universitas Mataram **) Corresponding author: [email protected] ABSTRAK Bioaktivator merupakan bahan yang mengandung senyawa hidup yang menguntungkan yang mampu memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman. Biokompos adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba lignoselulolitik yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia hayati pengendali penyakit tanaman dan agensia pengurai bahan organic. Pemanfaatan bioaktivator yang mengandug jamur Trichoderma spp dan mikoriza mampu meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Biokompos yang mengandug jamur Trichoderma spp. dapat memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan fitohormon (asam indol asetat, sitokinin, giberelin) dan menghasilkan senyawa anti mikroba yang mampu menekan pertumbuhan mikroba patogen. FMA memiliki peran penting dalam adaptasi tanaman kedelai pada kondisi cekaman kekeringan. FMA berperan dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan organisme tanah dari akar tanaman. Sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P . Kombinasi bioaktivator dan biokompos (mengandung Trichoderma spp. dan FMA) mampu meningkatkan hasil kedelai di lahan kering. ___________________________________________________________ Kata Kunci: Bioaktivator, biokompos, Trichoderma spp., mikoriza, kedelai, lahan kering.
37

Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

Aug 13, 2019

Download

Documents

lekien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

1

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Potensi Bioaktivator dan Biokompos (Mengandung Jamur Tichroderma spp. dan

Mikoriza) dalam Meningkatkan Kesehatan, Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Kedelai di Lahan Kering*)

Sardian dan I Made Sudantha**)

Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Program

Pascasarjana Universitas Mataram

**)Corresponding author: [email protected]

ABSTRAK

Bioaktivator merupakan bahan yang mengandung senyawa hidup yang

menguntungkan yang mampu memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman.

Biokompos adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba

lignoselulolitik yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia

hayati pengendali penyakit tanaman dan agensia pengurai bahan organic.

Pemanfaatan bioaktivator yang mengandug jamur Trichoderma spp dan

mikoriza mampu meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai

di lahan kering. Biokompos yang mengandug jamur Trichoderma spp. dapat

memacu pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan fitohormon (asam indol

asetat, sitokinin, giberelin) dan menghasilkan senyawa anti mikroba yang mampu

menekan pertumbuhan mikroba patogen. FMA memiliki peran penting dalam

adaptasi tanaman kedelai pada kondisi cekaman kekeringan. FMA berperan dalam

siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan

organisme tanah dari akar tanaman. Sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat

meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P . Kombinasi bioaktivator dan

biokompos (mengandung Trichoderma spp. dan FMA) mampu meningkatkan hasil

kedelai di lahan kering. ___________________________________________________________

Kata Kunci: Bioaktivator, biokompos, Trichoderma spp., mikoriza, kedelai, lahan

kering.

Page 2: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

2

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kedelai (Glycine (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan utama

ketiga setelah padi dan jagung serta menjadi salah satu komoditas yang

diprioritaskan dalam program Revitalisasi Pertanian. Selain mengandung protein

nabati yang cukup tinggi yang dibutuhkan untuk meningkatkan gizi masyarakat,

kedelai juga aman dikonsumsi, dan harganya cenderung terjangkau disemua

lapisan masyarakat (Arsyad dan Syam, 1998: Direktorat Kacang-kacangan dan

Umbi-umbian, 2004). Kedelai memiliki nilai komersial dan prospek yang baik

untuk dikembangkan karena sangat dibutuhkan oleh penduduk Indonesia sebagai

sumber protein nabati. Dalam 100 gram biji kedelai mengandung protein ( 34,9 g),

lemak (18,1 g), karbohidrat (34,8 g), Ca (227 mg), P (585 mg), Fe (8,0 mg),

vitamin A dan thiamine (Suprapto, 1998). Selain itu, kedelai digunakan sebagai

bahan baku industri seperti pembuatan tahu, kecap, tempe, tauco, susu kedelai,

serta limbahnya sebagai pakan ternak (Rukmana dan Yuniarsih, 1996).

Karena memiliki banyak manfaaat maka Kebutuhan kedelai di Indonesia

terus mengalami peningkatan setiap tahun. Peningkatan kebutuhan konsumsi

kedelai sebesar 1,6 % pertahun. Dari jumlah tersebut, produksi dalam negeri hanya

mampu mencukupi 35-40% sehingga kekurangannya (60-65%) dipenuhi dari

impor (Hapsoh, 2008). Data terakhir memperlihatkan bahwa kebutuhan kedelai

nasional mencapai 2,5 juta ton per tahun, sementara produksi nasional baru sekitar

800 ribu ton, sehingga volume impor mencapai 1,7 juta ton (BTP NTB, 2013).

Oleh karena itu, pemerintah menempatkan kedelai sebagai salah satu komoditi

tanaman pangan yang menjadi perioritas utama selain padi dan jagung untuk di

kembagkan guna memenuhi kebutaha masyarakat.

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah sentra

kedelai nasional. Secara nasional NTB merupakan daerah penghasil kedelai nomor

Page 3: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

3

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

tiga setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pada acara panen raya kedelai di

Kabupaten Lombok Tengah pada tanggal 29 September 2013, pemerintah melaluai

menteri pertanian mengharapkan agar provinsi NTB dapat terus mengembangkan

usahatani kedelai dan menjadi daerah sentra kedelai nasional. Diharapkan NTB

dapat menghasilkan satu juta ton kedelai, sehingga Indonesia mampu mencapai

swasembada kedelai (Sudjatmiko, 2013).

Berdasarkan data menunjukan produksi kedelai mengalami peningkatan

sebesar dari 141, 34 ribu ton pada tahun 2013 meningkat menjadi 921,34 ribu ton

pada tahun 2014 atau mengalami peningkatan sebesar 18, 12 %. Akan tetapi

peningkatan produksi tersebut tersebut lebih ditentukan oleh areal tanam dari pada

tingkat produktivitas. Namun demikian, peluang peningkatan produksi melalui

perbaikan teknologi masih terbuka lebar, mengingat produktivitas pertanaman

kedelai di tingkat petani masih rendah ( 1,3 t/ha ) dengan kisaran 0,6 – 2,0 t/ha

(BPS NTB, 2014).

Pengembangan komoditi kedelai di NTB saat ini tidak hanya pada lahan

sawah akan tetapi juga pada lahan kering. Pengembangan kedelai lebih di arahkan

pada lahan kering karena terjadinya alih fungsi lahan menjadi pemukiman,

perkatnoran dan lain-lain. Lahan sawah yang dikelola oleh petani kini menjadi

sangat sedikit yaitu kurang dari 16 %. Oleh sebab itu, dibutuhkan penambahan

lahan untuk penanaman kedelai salah satunya adalah di lahan kering (Suwardji,

2013)

Produktivitas kedelai di tingkat petani masih tergolong rendah. Sudantha et

al., (1997) menyatakan bahwa produktivitas hasil kedelai di tingkat petani baru

mencapai 1,0 ton/ha, dan hasil ini masih tergolong rendah karena potensi biologis

hasil kedelai pada lahan kering di NTB dapat mencapai 3,3 ton/ha, dan hasil

penelitian rata-rata telah mencapai 2,5 ton/ha atau 75 persen dari potensi

biologisnya. Hal ini berarti tanaman kedelai berpotensi untuk dikembangkan dan

ditingkatkan produktivitasnya.

Page 4: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

4

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa salah satu faktor pembatas utama

dalam pengembangan tanaman kedelai pada lahan kering di wilayah ini adalah

kesehatan tanaman kedelai karena adanya serangan patogen tular tanah seperti

jamur Sclerotium rolfsii dan Fusarium oxysporum f. sp. glycine penyebab penyakit

rebah kecambah dan layu. Masalah yang lain adalah ketidak mampuan tanaman

kedelai beradaptasi pada kondisi cekaman kekeringan terutama pada fase

perkecambahan, pertembuhan vegetatif dan pembungaan. Patogen tular tanah ini

sulit untuk dikendalikan, salah satu alasan sulitnya dalam pengendalian patogen ini

disebabkan kemampuan patogen untuk mempertahankan dirinya dalam tanah

sekalipun tak tersedia tanaman inang dalam bentuk struktur istirahat yang tahan

terhadap kondisi tanah yang ekstrim berupa sclerotium dengan kemampuan

bertahan bisa mencapai 10 tahun lebih. Propagul ini sangat penting sebagai

inokulum primer bagi terjadinya infeksi pada musim tanam berikutnya (Sudantha

et al., 1997).

Hasil kajian pendahuluan penggunaan jamur endofit Trichoderma

polysporum isolat ENDO-04 dan jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07

secara in-vitro dan in-vivo (di laboratorium) dan secara in-situ (di rumah kaca)

efektif mengendalikan penyakit rebah semai pada tanaman kedelai yang

disebabkan oleh jamur S. rolfsii dan penyakit layu yang disebabkan oleh jamur F.

oxysporum f. sp. glycine hingga mencapai 90%. Demikian pula kedua jenis jamur

Trichoderma spp. ini sebagai bioaktivator dapat memacu pertumbuhan vegetatif

dan pembentukan bunga lebih awal. Dilaporkan pula bahwa jamur T. harzianum

dapat berperan sebagai dekomposer yaitu mempercepat penguraian seresah daun

menjadi kompos (Sudantha, 2010). Selain itu Sudantha (1997) melaporkan

penggunaan jamur Trichoderma spp. pada pada kadar lengas tanah 40 – 60 %

dapat meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman kedelai terhadap cekaman

kekeringan.

Page 5: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

5

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Dengan demikian untuk mengatasi permasalahan ini perlu adanya penerapan

teknologi inovasi. Salah satu alternatif untuk pemecahan masalah ini adalah

memperbaiki kondisi fisik dan biologis tanah menuju pertanian yang

berkelanjutan berbasis pertanian organik dengan pengelolaan tanaman kedelai

secara terpadu, yaitu dengan memadukan berbagai komponen teknologi biologis

yang memberikan pengaruh sinergistik antara lain penggunaan bioaktivator,

biokompos, dan varietas kedelai unggul, shingga tanaman kedelai mampu

menginduksi ketahanan tanaman kedelai terhadap patogen tular tanah dan

ketahanan terhadap kekeringan, sehingga mampu memacu pertumbuhan dan

pembungaan serta meningkatkan hasil kedelai. Salah satu unsur yang mendukung

terlaksananya sistem pertanian organik adalah penggunaan bahan-bahan akrab

lingkungan seperti bioaktivator, dan biokompos yang mengandung Jamur

trichoderma spp. dan FMA serta mengurangi penggunaan pupuk atau pestisida

kimiawi.

Bioaktivator merupakan bahan yang mengandung senyawa hidup yang

menguntungkan yang mampu memacu pertumbuhan dan pembungaan tanaman

(Sullivan, 2011, Sudantha, 2015). Salah satu bioaktivator yang merupakan

inokulan unggul lokal NTB adalah biaktivator yang di produksi oleh fakultas

Petanian Unram yang merupakan hasil penemuan Prof. I Made Sudantha.

Bioaktivator tersebut mengandung bahan aktif jamur saprofit T. harzainum isolat

SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04. Jamur T.

polysporum isolat ENDO-04 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 yang dibiakan

pada berbagai substrat dapat diformulasi dalam bentuk cair, tablet dan

granula/butiran. Kelebihan bioaktivator tersebut adalah mampu memacu

pertumbuhan dan pembungaan tanaman.

Biokompos adalah kompos yang diproduksi dengan bantuan mikroba

lignoselulolitik yang tetap bertahan di dalam kompos dan berperan sebagai agensia

hayati pengendali penyakit tanaman dan agensia pengurai bahan organik (Abu dan

Page 6: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

6

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Purnomo, 2010, Sudantha, 2010). Salah satu mikroba yang terbukti mampu

menghancurkan bahan organik dalam waktu yang relatif singkat adalah jamur

Trichoderma spp. Selain mampu bertindak sebagai agen dekomposer, jamur yang

terkandung pada biokompos tersebut dapat memberikan pengaruh positif bagi

tanaman antara lain: meningkatkan kesehatan tanaman, mempercepat umur

berbunga dan membantu tanaman dalam proses pertumbuhan (Sudantha, 2008).

Fungi mikoriza arbuskular (FMA) merupakan salah satu anasir biologi

tanah yang memiliki kemampuan tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang

kurang menguntungkan bagi pertumbuhan mikroba tanah lainnya (Sasli, 2004).

Mikoriza merupakan istilah bagi suatu bentuk asosiasi antara jamur dengan akar

tanaman yang terinfeksi, dan ini membedakan dengan jamur akar yang bersifat

patogenik. Di dalam asosiasi ini terdapat keseimbangan metabolisme antara kedua

organisme tersebut (Alexopoulus dan Mims, 1979). Jamur mikoriza berperan

dalam menstimulir tanaman dalam penyerapan unsur immobil seperti P, Zn, dan

Cu serta unsur-unsur yang mobil seperti S, Ca, K, Fe, Mg, Mn, Cl, Br dan N dari

tanah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dan lebih

sehat dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza, terutama pada tanah

dengan tingkat kesuburan rendah (Linderman, 1988).

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa FMA dapat memperluas

bidang serapan akar, sehingga dapat menyerap hara seperti P, Ca, N, Cu, Mn, K,

dan Mg, dengan hifa eksternal yang tumbuh dan berkembang melalui bulu akar

(Sasli, 2004). FMA mampu meningkatkan ketahanan tanaman kedelai terhadap

cekaman air, sedangkan biokompos dapat mengurangi penggunaan pupuk

anorganik atau pestisida kimiawi. Hal ini karena jamur ini dapat menghasilkan

material yang mendorong agregasi tanah sehingga dapat meningkatkan aerasi,

penyerapan air dan stabilitas tanah (Sasli, 2004). S

Aplikasi bioaktivator dan biokompos yang mengandung jamur Trichoderma

spp. dan FMA secara bersamaan pada tanaman kedelai akan mampu meningkakan

Page 7: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

7

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

kesehatan tanamanserta memacu pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Oleh

karena itu, berdasarkan uraian diatas maka perlu di kaji tentang “Potensi Bioaktivator

dan Biokompos (Mengandung Jamur Tichroderma spp. dan Mikoriza) dalam

Meningkatkan Kesehatan, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai di Lahan

Kering”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian pada latar belakang di atas, dapat disampaikan rumusan masalah

yakni “Apakah Bioaktivator dan Biokompos (Mengandung Jamur Tichroderma spp.

dan Mikoriza) berpotesi dalam Meningkatkan Kesehatan, Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Kedelai di Lahan Kering”.

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari kajian topik khusus ini adalah untuk mengetahui potensi

Bioaktivator dan Biokompos (Mengandung Jamur Tichroderma spp. dan Mikoriza)

dalam Meningkatkan Kesehatan, Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai di

Lahan Kering.

1.4 Kegunaan

Adapun kegunaan dari kajian topik khusus ini adalah sebagai berikut:

a. Sebagai bahan refrensi untuk mengkaji lebih lanjut tentang potensi

Bioaktivator dan Biokompos (Mengandung Jamur Tichroderma spp. dan

Mikoriza) dalam Meningkatkan Kesehatan, Pertumbuhan dan Hasil

Tanaman Kedelai di Lahan Kering

b. Sebagai bahan informasi kepada masyarakat tani untuk lebih mengedepankan

pertanian organik yakni menggunakan teknologi pertanian yang sehat dan

ramah lingkungan yaitu dengan memanfaatkan Bioaktivator dan Biokompos

(Mengandung Jamur Tichroderma spp. dan Mikoriza) dalam

mengoptimalkan produksi pertanian khususnya di lahan kering NTB.

Page 8: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

8

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

BAB II

METODELOGI PENULISAN

2.1 Metode Penulisan

Metodelogi yang digunakan dalam penulisan Topik Khusus ini adalah

metode library research (metode kepustakaan), yaitu metode yang dilakukan

dengan mencari literature (kepustakaan) sebagai sumber informasi baik berupa

buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan identifikasi wacana dan buku-buku, makalah atau artikel,

majalah, jurnal, web (internet), ataupun informasi lainnya yang berhubungan

dengan tujuan dari penulisan Topik Khusus ini.Cara penarikan kesimpulan

dilakukan dengan metode deduksi dan induksi.Metode deduksi dilakukan dengan

pengkajian pernyataan yang bersifat umum kemudian dibuktikan dengan fakta-

fakta yang bersifat khusus.Metode induksi dilakukan dengan hasil kajian-kajian

dan fakta yang bersifat khusus, kemudian dipadukan sehingga diproleh pernyataan

atau kesimpulan yang bersifat nyata (Hasan, 2002).

2.2 Prosedur Penulisan

Penulisan kajian topik khusus ini mengikuti diagram alir krangka oprasional

penulisan sebagai berikut :

Page 9: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

9

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Kedelai Lahan Kering

Bioaktivator Biokompos FMA

Cair Granular Tablet Terdekomposer Biokompos Paket (Trichoderma dan FMA)

Aplikasi

- Meningkatkan Ketahanan Terhadap Penyakit

- Meningkatkan Ketahanan Terhadap Kekeringan

- Meningkatkan Pertumbuhan

Peningkatan Hasil Kedelai di Lahan Kering

Page 10: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

10

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Bioaktivator

Bioaktivator merupakan inokulan pemacu pertumbuhan dan pembungaan

tanaman (Sudantha, 2015). Sedangkan menurut Sullivan (2011), yang dimaksud

dengan bioaktivator tanaman adalah bahan yang mengandung senyawa hidup,

umumnya mikroorganisme yang menguntungkan, yang bila diaplikasikan dalam

budidaya tanaman dapat berpengaruh pada perbaikan dari tanaman tersebut. Pada

dasarnya pengaruh dari inokulasi mikroorganisme pada tanaman tergantung dari

sumber mikroorganisme tersebut, metoda aplikasinya dan kondisi lingkungan

tempat aplikasi. Mikroorganisme akan efektif hanya bila diaplikasikan pada

kondisi lingkungan yang optimum untuk perkembangannya.

Bioaktivator tanaman yang diperdagangkan umumnya mengandung berbagai

jenis mikrooragisme tanah, baik mikrobia simbiotik seperti Rhizobium dan

Mycorrhiza, maupun mikrobia bebas, dan berbagai senyawa antara lain enzym,

hormon dan nutrisi. Mikrobia tanah seperti semua mahluk hidup, akan

berkembang hanya bila berada pada kondisi lingkungan yang sesuai, seperti

kelembaban, oksigen, temperatur, pH, makanan dan naungan/cahaya (Higa and

Parr, 1994). Bila kebutuhannya tidak terpenuhi, mikroba akan berhenti

berkembang dan akan mati.

Bioaktivator yang diinroduksi dari luar pada umumnya kurang efektif jika di

aplikasikan pada lahan pertanian di Nusa Tenggara Barat. Hal ini karena mikroba

yang terdapat pada bioaktifator tersebut memerlukan waktu untuk beradaptasi

dengan lingkunga yang baru. Oleh karena itu diperlukan mikoorganisme yang

spesifik lokasi sehingga efektivitas bioaktifator tersebut semakin lebih baik. Salah

satu mikroorganisme lokal yang memiliki potensi untuk meningkatkan

pertumbuhan dan hasil tanaman serta menjadikan tanaman lebih tahan terhadap

Page 11: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

11

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

serangan organisme penggaggu tanaman (OPT) adalah jamur Trichoderma sp.

yang dikembangkan oleh fakultas Pertanian Universitas Mataram.

Bioaktivator lokal NTB merupakan bioaktifator yang mengandung jamur

saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan jamur endofit T. polysporum isolat

ENDO-04) yang memiliki fungsi sebagai pemacu pertumbuhan dan pembungaan.

Jamur T. polysporum isolat ENDO-04 dan T. harzianum isolat SAPRO-

(Sudantha, 2010)

3.1.1 Teknik Formulasi Bioaktivator Trihoderma

1. Formulasi Cair

Formulasi dalam bentuk cair merupakan formulasi bioaktivator yang dibuat

dalam bentuk cairan dan diaplikasikan dalam bentuk cair. Pada kajian ini

digunakan contoh bioaktivator Biotricon. Formulasi cair dapat dibuat di

laboratorium dengan empat macam medium cair yaitu :

a. Glukosa Pepton Yeast (GPT)

Bahan yang di gunakan yaitu : Glukosa 15 g, pepton 2 g, Yeast 5 g,

Asparagin 1 g.K2HPO4 0,5 g, MgSO4. 7H2O : 25 g. Thiamin HCL 0,001 g,

Aquades 1L.

Cara pembuatannya sebagai berikut:

1) Masukkan aquades ke dalam gelas Erlenmeyer 250 ml.

2) Dua lempengan PDA yang berisi jamur T. Harzianum isolat SAPRO-07

dan T. Polysporum isolat ENDO-04 (diameter 5 mm) di inokulasi dalam

gelas erlenmyer

3) Selanjutnya diinkubasi pada temperatur 270 C pada engaduk berputar

dengan kecepatan 120 putaran permenit.

4) Setelah media dalam gelas Erlenmeyer di padati oleh miselia, kemudian di

homogenkan dengan mixer.

5) Suspensi miselia siap untuk di gunakan.

Page 12: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

12

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

b. Alioshina

Bahan yang di gunakan yaitu : NaNO4 9,0 g, KH2PO2 0,75 g, MgSO4 0,75

g, CaCl2 12,5 g, Sukrosa 10 g, dan Aquades 1 L.

Alat-alat yang digunakan antara lain: Aerator (pompa aquarium sebagai

penghasil udara), tabung kaca, Erlenmeyer, selang plastik, gabus penutup,

pipet kaca, glass wool (untuk penyaring), dandang atau autoclaf (untuk

sterilisasi bahan dan alat). Fiter medifeel dan alat ferintor.

Cara pembuatannya adalah sebagai berikut :

1. Timbang bahan sesuai dengan ukuran masing-masing

2. Siapkan erlenmeyer steril

3. Masukkan setiap bahan secara hati-hati ke dalam erlenmeyer tersebut

4. Tambahkan 1,0 L aquades dan aduk sampai homogen

5. Inokulasikan starter jamur T. harzianum isolat SAPRO – 07 dan T.

polysporum isolat ENDO – 04 ke dalam media cair sebanyak 5 – 10 ml

yang mengandung 104-5 spora.

6. Inkubasikan dengan alat fermentor.

c. Ekstrak Kentang Gula

Bahan yang di gunakan yaitu ; Kentang 20 g, gula 10 g dan aqudes 1 L.

Cara membuatnya sebagai berikut :

1. Bersihkan kentang dan timbang sesuai kebutuhan.

2. Kentang dipotong kotak-kotak ( 1 x 1 x 1 cm2).

3. Siapkan pemanas (kompor/hot plate).

4. Siapkan glass beaker yang berisi 1 L aquades.

5. Masukkan kentang ke dalam glass beaker yang berisi aquades.

6. Panaskan sampai kentang lunak (± 20 menit).

7. Keluarkan kentang dan ambil ekstraknya.

8. Tambahkan 10 g gula pasir dan aduk sampai larut.

9. Ekstrak ketang-gula disaring, kemudian sterilkan dengan autoclaf.

Page 13: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

13

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

10. Pindahkan ekstrak kentang-gula ke dalam erlenmeyer steril.

11. Inokulasikan starter jamur T. harzianum isolat SAPRO – 07 dan T.

polysporum ENDO – 4 ke dalam media cair.

12. Inkubasikan dengan alat fermintor.

d. Medium Water Agar

Jamur T. harzianum isolat ENDO – 07 dan T. polysporum isolat ENDO – 4

ditumbuhkan pada medium WA (Water Agar) yang mengandung 1 %

ekstrak msing-masing bahan. Ekstrak dapat berupa seresah daun kopi ,

seresah daun lamtoro, seresah daun kemiri, dedak, sekam padi, serbuk

gergaji, ampas aren dan bahan lain. Salah satu dari bahan-bahan di atas

dilarutkan dengan air steril (10 g bahan/100 ml air steril). Kemudian

disaring dengan kertas saring Whatman No. 1 serta disterilkan dengan

metode penyaringan menggunakan membran filter (diameter pori-pori/um).

Ekstrak bahan sebanyak 100 ml dicampur dengan 900 ml medium WA

untuk mendapatkan ekstrak bahan 1 %, ditambahkan gula sebanyak 10 g

dan yeast 0,2%, selanjutnya aduk sampai larut, pindahkan bahan ke dalam

erlenmeyer atau botol steril (Gambar 1), inokulasi stater berupa jamur T.

harzianum isolat ENDO – 07 dan T. polysporum isolat ENDO – 4 ke dalam

media cair dan inkubasikan dengan alat fermintor.

Page 14: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

14

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Gambar 1. Bioaktivator formulasi cair (a) dan populasi jamur

Trichoderma spp. pada medium PDA (Sumber : Sudantha 2010)

2. Formulasi Butiran Ca- Alginant.

Massa jamur dibiakkan dalam fermnetasi cair dengan menggunakan

medium Glukosa Pepton Yeast (GPY) dengan formula 15 gr glukosa, 2 g pepton, 5

g yeast, 1 g asparagin, 0,5 K2HPO4, 0,25 g MgSO4.7 H2O, 0,001 g thiamin HCl, 1 l

H2O dimasukkan dalam gelas Erlenmeyer 250 ml, kemudian dua lempengan PDA

berisi jamur (diameter 5 mm) diinokulasi dalam gelas Erlenmeyer. Selanjutnya

diinkubasi pada temperatur 270 C pada pengaduk berputar dengan kecepatan 120

putaran per menit. Setelah media dalam gelas Erlenmeyer dipadati oleh miselia.

Kemudian dihomogenkan dengan mixer dan suspensi miselia siap untuk

diformulasikan.

100 g kaolin dan 10 g sodium alginat ditambahkkan kedalam satu liter air

dalam Erlenmayer dan disterilkan dalam autoclave. 800 ml. Campuran kaolin-

alginat steril dicampur dengan 200 ml suspensi miselia yang disiapkan melalui

fermentasi cair. Untuk skala industri disesuaikan dengan produksi yang akan

dibuat. Campuran kaolin-alginat ini kemudian dicampur dengan pengaduk

magnetis dalam gelas Erlenmeyer 2 liter, kemudian diteteskan melalui pipet pastur

ke dalam suspensi Ca – glikonat 0,1 M. Tetesan langsung menggumpal

b a

Page 15: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

15

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

membentuk butiran setelah menyentuh Ca – glukonat. Butiran dikeluarkan dari

suspensi Ca – glukonat secara teratur dan dikeringkan dalam lainar air flow selama

60 jam. Semua langkah kegiatan dalam proses ini dikerjakan dalam keadaan

aseptik. Selanjutnya ditimbang berat basah dan berat kering 1 butiran kaolin-

alginat dan diamati kadar lengas butiran kering.

3. Formulasi Tablet

Jamur dibiakkan dalam fermentasi cair atau serbuk seperti pada proses

pembuatan formulasi butiran atau serbuk.kaolin atau tanah liat steril sebanyak 100

g disterilkan dalam autoclave. Selanjutnya kaolin atau tanah liat steril di camur

dengan 200 ml suspensi miselia yang disiapkan melalui fermentasi cair. Untuk

skala industri disesuaikan dengan produksi yang akan dibuat campuran kaolin-

miselia atau tanah liat-miselia ini kemudian diformuasikan dalam bentuk tablet.

Tablt dikeringkan dalam lamir air flow selama 60 jam. Semua kegiatan dalam

proses ini dikerjakan dalam keadaan aseptis. Selanjutnya ditimbang berat basah

dan berat kering 1 tablet dan diamati kadar lengas tablet kering (Gambar 2)

Gambar 2. Bioaktivator formulasi tablet (a) dan populasi jamur Trichoderma spp.

dalam formulasi tablet pada medium PDA (b) (Sumber: Sudantha

2010)

a b

Page 16: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

16

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

4. Formulasi Serbuk

Bahan pembawa atau substrat terlebih dahulu dikeringkan dan

dihancurkan, selanjutnya diayak dengan ayakan berdiameter 2 mm. Serbuk/tepung

yang tlah siap kemudian dibasahi dengan air steril secukupnya, sehingga diperoleh

campuran yang homogen, kemudian ditanak selama 60 menit. Serbuk/tepung yang

telah matang ini ditimbang sebanyak 200 g dan dikemas dalam kantong kaca tahan

panas dan disterilkan dalam autoclaf dan substrat ini kemudian diinokulasi dengan

suspensi jamur T. harzianum isolat ENDO – 07 dan T. polysporum isolat ENDO

– 4 (kerapatan spora 102/ml suspensi). Selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar

(Gambar 3).

Gambar 3. Bioaktifator formuasi serbuk (a) dan Populasi jamur Trichoderma.

spp.pada medium PDA (b). (Sumber: Sudantha, 2010)

3.1.2 Manfaat Bioaktivator

Salah satu faktor pembatas utama dalam pengembangan tanaman kedelai

pada lahan kering di wilayah ini adalah kesehatan tanaman kedelai yang

disebabkan oleh serangan patogen tular tanah seperti jamur Sclerotium rolfsii dan

Fusarium oxysporum f. sp. glycine penyebab penyakit rebah kecambah dan layu.

Masalah yang lain adalah ketidak mampuan tanaman kedelai beradaptasi pada

kondisi cekaman kekeringan terutama pada fase perkecambahan, pertembuhan

vegetatif dan pembungaan. Patogen tular tanah ini sulit untuk dikendalikan, salah

satu alasan sulitnya dalam pengendalian patogen ini disebabkan kemampuan

b a

Page 17: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

17

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

patogen untuk mempertahankan dirinya dalam tanah sekalipun tak tersedia

tanaman inang dalam bentuk struktur istirahat yang tahan terhadap kondisi tanah

yang ekstrim berupa sclerotium dengan kemampuan bertahan bisa mencapai 10

tahun lebih. Propagul ini sangat penting sebagai inokulum primer bagi terjadinya

infeksi pada musim tanam berikutnya (Sudantha et al., 1997).

Aplikasi bioaktivator lokal NTB pada budidaya tanaman kedelai di lahan

kering dapat meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan hasil tanaman. Sudantha

(2010) menyatakan bahwa penggunaan bioaktivator yang mengandung jamur

endofit Trichoderma polysporum isolat ENDO-04 dan jamur saprofit T.

harzianum isolat SAPRO-07 secara in-vitro dan in-vivo (di laboratorium) dan

secara in-situ (di rumah kaca) efektif mengendalikan penyakit rebah semai pada

tanaman kedelai yang disebabkan oleh jamur S. rolfsii dan penyakit layu yang

disebabkan oleh jamur F. oxysporum f. sp. glycine hingga mencapai 90%.

Demikian pula kedua jenis jamur Trichoderma spp. ini sebagai bioaktivator dapat

memacu pertumbuhan vegetatif dan pembentukan bunga lebih awal. Selain itu

Sudantha (1997) melaporkan penggunaan jamur Trichoderma spp. pada pada

kadar lengas tanah 40 – 60 % dapat meningkatkan ketahanan terinduksi tanaman

kedelai terhadap cekaman kekeringan.

Hasil penelitian pendahuluan di rumah kaca menunjukkan bahwa

bioaktivator yang mengandung jamur saprofit T. harzianum isolat SAPRO-07 dan

endofit T. polysporum isolat ENDO-04 dapat meningkatkan ketahanan terinduksi

tanaman kedelai terhadap penyakit layu Fusarium pada varietas kedelai Willis dan

Anjasmoro. Aplikasi jamur endofit T. polysporum isolat ENDO-04 lebih memacu

pertumbuhan tinggi tanaman kedelai, sedang jamur saprofit T. harzianum isolat

SAPRO-07 lebih memacu keluarnya bunga lebih awal, menambah polong isi dan

bobot biji kering kedelai per tanaman (Sudantha, 2010 b).

Pada percobaan aplikasi bioaktivator pada bibit vanili di rumah kaca

menunjukkan bahwa aplikasi jamur Trichoderma sp. ENDO-02 (T. koningii) atau

Page 18: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

18

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

ENDO-04 (T. polysporum) dan SAPRO-07 (T. harzianum) atau SAPRO-09 (T.

hamatum) efektif mengendalikan penyakit busuk batang Fusarium dan dapat

meningkatkan ketahanan induksi bibit vanili terhadap penyakit busuk batang

pada klon vanili Timbenuh NTB, klon vanili Jurang Malang NTB dan klon vanili

Malang JATIM (Sudantha dan Abadi, 2011).

Adanya kemampuan jamur endofit dan saprofit Trichoderma spp. Dalam

menekan serangan penyakit disebabkan karena jamur Trichoderma spp. yang

diaplikasikan dapat beradaptasi dan bersporulasi dengan baik di rhizosfer,

sehingga populasinya di rhizosfer tinggi dan akibatnya jamur Trichoderma spp.

dapat menekan perkembangan jamur F. oxysporum f. sp. glycine di rhizosfer,

selain itu jamur endofit dapat berkembang dengan baik di jaringan batang tanaman

kedelai

3.2 Biokompos

Biokompos adalah kompos yang diperoleh dari hasil pengomposan sisa-sisa

tanaman dengan menggunakan mikroba penghancur (dekomposer) yang

mempunyai kemampuan tinggi dalam proses pengomposan. Sedangkan

pengomposan adalah proses bahan organik mengalami penguraian secara biologis,

khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai

sumber energi (Sutanto, 2002).

Biokompos dibuat dari bahan organik yang berasal dari bermacam-macam

sumber. Dengan demikian, kompos merupakan sumber bahan organik dan nutrisi

tanaman. Kemungkinan bahan dasar kompos mengandung selulosa 15 – 60 %,

hemiselulosa 10 – 30 %, lignin 5 – 30 %, protein 5 – 40 %, ban mineral (abu) 3 – 5

%. Selain itu, terdapat bahan larut air panas dan dingin (gula, pati, asam amino,

urea, garam amonium) sebanyak 2 – 30 % dan 1 – 15 % lemak larut eter da

alkohol, minyak dan lilin. Komponen organik ini mengalami proses dekomposisi

di bawah kondisi mesofilik dan termofilik. Pengomposan dengan metode

penimbunan di permukaan tanah, lubang galian tanah, indore menghasilkan bahan

Page 19: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

19

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

yang terhumifikasi berwarna gelap setelah 3 – 4 bulan dan merupakan sumber

bahan organik untuk pertanian berkelanjutan.

Mikroba-mikroba tanah banyak berperan didalam penyediaan maupun

penyerapan unsur hara bagi tanaman. Mikroba sebagai aktivator dapat

mempersingkat waktu pembuatan biokompos (Sudantha, 2010). Salag satu

mikroba yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai agen dekomposer bahan

organik menjadi kompos dalam jangka waktu yang cepat adalah jamur

Trichoderma spp. (Sudantha, 2010).

Kemampuan jamur Trichoderma spp. sebagai agen pengurai sampah organik

disebabkan karena kemampuannya untk memproduksi enzim yang dapat

menguraikan selulosa, hemi selulosa dan lignin yang tinggi menjadi senyawa yang

lebih sederhana. Harman dan Taylor (1988) mengemukakan bahwa jamur

Trichoderma spp. menghasilkan enzim chitinolitik dan selulose yang berperan

dalam proses dekomposer bahan organik. Sedangkan menurut Trautmann dan

Olynciw (1996) selulosa yang ada pada bahan organik dapat dipisahkan oleh

enzim selulose yang telah dihasilkan oleh jamur T. harzianum menjadi ligni–

selulose, kemudian merombaknya menjadi senyawa yang lebih sederhan yang

mampu larut dalam air, sehingga segera dapat dimanfaatkan langsung oleh

tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan.

3.2.1 Pembuatan Biokompos Untuk Tanaman Kedelai

Pada umumnya proses pengomposan dapat berlangsung melalui 2 (dua)

sistem yaitu pengomposan aerob dan pengomposan anaerob. Teknik

pengomposannya adalah sebagai berikut :

a. Pengomposan aerob; dalam sistem ini kurang lebih 2/3 unsur karbon (C)

menguap (menjadi CO2) dan sisanya 1/3 bagian bereaksi dengan nitrogen

dalam sel hidup. Selama proses pengomposan aerob tidak timbul bau busuk.

Selama proses pengomposan berlangsung akan terjadi reaksi eksotermik

sehingga timbul bau panas akibat pelepasan energi. Kenaikan temperatur

Page 20: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

20

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

dalam timbunan bahan organik menghasilkan temperatur yang

menguntungkan mikroorganisme termofilik.

b. Pengomposan anaerob; pada sistem ini peruraian bahan organik akan terjadi

pada kondisi anaerob (kelangkaan oksigen). Pertama kali bakteri fakultatif

penghasil asam menguraikan bahan organik menjadi asam lemak, aldehida

dll, kemudian bakteri kelompok lain mengubah asam lemak menjadi metana,

amoniak, CO2 dan hidrogen. Dengan demikian oksigen juga diperlukan

untuk proses dekomposisi anaerob tetapi sumbernya dari senyawa kimia lain

bukan berasal dari oksigen bebas.

Adapun teknik pembuatan biokompos untuk tanaman kedelai dilakukan sebagai

berikut :

1. Jerami padi dan seresah daun tanaman dipotong-potong terlebih dahulu

menjadi bagian yang lebih kecil, kemudian dikeringkan.

2. Bahan-bahan dikomposkan dengan cara mencampur dengan suplemen

berupa kotoran kuda dan dedak padi, kemudian disiramkan dengan larutan

jamur T. koningii isolat ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07

secara merata sambil bahan kompos diaduk, sampai kandungan air

mencapai 30 - 40 %.

3. Selanjutnya dibungkus rapat-rapat dan dibiarkan selama 2 minggu dengan

pembalikan setelah satu minggu. Medium yang digunakan untuk menanam

adalah campuran tanah dan pasir yang sudah disterilkan dengan

perbandingan 1 : 1 (v/v/) sebanyak 3 kg yang dimasukkan kedalam polybag

berukuran 15 x 35 cm.

4. Cara perlakuan biokompos yaitu dengan cara dibenamkan ke lubang tanam

sebanyak 100 g/polybag, selanjutnya benih kedelai ditanam sebanyak dua

biji per lubang tanam (Sudantha, 2011).

Page 21: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

21

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

3.2.2 Peran Biokompos

Dalam rangka menuju pertanian yang berkelanjutan (sustainable

agriculture) maka penggunaan bahan-bahan yang mengandung bahan kimia harus

dibatasi dan diganti dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan. Sebagaimana

telah dilaporkan bahwa dampak negatif dari penggunan bahan anorganik dalam

pertanian telah dirasakan saat ini diantaranya adalah; terjadinya pencemaran

lingkungan; terjadinya resistensi hama, penyakit dan gulma; terbunuhnya mahluk

bukan sasaran dan serangga bermanfat lainnya; serta mengancam keselamatan

manusia (Djafarudin, 2004).

Pemanfaatan biokompos sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan.

Biokompos hasil fermentasi jamur Trichoderma spp. dapat diaplikasikan pada

lahan kering sehingga dapat mengatasi keterbatasan lahan keringin dengan bahan

organik (Hermawan, 1996 dalam Hastuti, 2009). Menurut Retno dan Sri (2009),

penggunaan kompos dapat memperbaiki struktur tanah, tekstur tanah, tata air

tanah, udara tanah, menjadikan suhu tanah lebih stabil, meningkatkan retensi hara,

memperbaiki sifat kimiawi tanah dan daya tukar kation tanah yang besar, serta

dapat memperbaiki kehidupan mikroorganisme di dalam tanah.

Sutanto (2002) menyatakan bahwa keuntungan dari penggunaan biokompos

diantaranya adalah : (1) mempengaruhi sifat fisik tanah, yakni mampu

meningkatkan pembentukan ageregat tanah yang stabil dan kapasitas pertukaran

kation; (2) mempengaruhi sifat kimia tanah berupa terjadinya peningkatan N, P, K

dan Si tanah, dan (3) mampu mempengaruhi sifat biologi tanah, yakni dengan

meningkatkan aktivitas mikrobia penyemat nitrogen dan meningkatkan bahan

organik yang mudah terdekomposisi

Selain itu, pemanfaatan biokompos yang mengandung bahan aktif jamur

endofit T. polysporum, saprofit T. harzianum dapat meningkatkan ketahanan

tanaman terinduksi terhadap penyakit layu fusarium, mampu meningkatkan

kesehatan tanaman, memacu pertumbuhan vegetatif tanaman, memacu

Page 22: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

22

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

pembungaan dan meningkatkan hasil tanaman (Sudantha, 2010c). Lebih lanjut

Sudantha (2010) menyatakan bahwa biokompos hasil fermentasi jamur

T.harzianum isolat SAPRO-07 dan T. Polysporum isolat Endo-04 dapat berfungsi

untuk (1) sumber unsur hara bagi tanaman dan sumber energi bagi organisme

tanah, (2) memperbaiki sifat-sifat tanah, memperbesar daya ikat tanah berpasir,

memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga lebih ringan, mempertinggi

kemampuan tanah mengikat air, memperbaiki drainasedan tata udara pada tanah

berat sehingga suhu tanah lebih stabil, (3) membantu tanaman tumbuh dan

berkembang lebih baik, (4) substrat untuk meningkatkan aktivitas mikroba

antagonis, (5) untuk mencegah patogen tular tanah.

Peran Trichoderma spp. yang sebagai biodekomposer dalam pembuatan

biokompos, sehingga dapat menyuburkan tanah dan menekan perkembangan

patogen tular tanah (Sudantha, 2010a). Hal ini diperlihatkan pada tanaman kedelai

yang diaplikasikan dengan bioaktivator yang mengandung jamur Trichoderma spp.

dapat menekan perkembangan jamur F. oxysporum, akibatnya tanaman kedelai

tidak menunjukkan penyakit layu (Sudantha, 2010b). Lebih lanjut Sudantha dan

Abadi (2011) mengatakan bahwa jamur endofit Trichoderma spp. (isolat Endo-02

dan Endo-04) dan jamur saprofit Trichoderma spp. (isolat Sapro-07 dan Sapro-

09) yang diaplikasikan dalam bentuk bioaktivator dapat meningkatkan ketahanan

induksi bibit vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. Menurut Sudantha

(2014) dan Sudantha (2015), beberapa patogen tular tanah seperti jamur

Sclerotium rolfsii, Rhizoctonia sp., Phytium sp., Phytophthora sp., dan Verticilium

sp. dapat ditekan perkembangannya dalam tanah menggunakan jamur

Trichoderma spp. Bahkan menurut Sudantha dan Suwardji (2015 a), Sudantha dan

Suwardji (2015 b), penggunaan bioaktivator formulasi butiran dan cairan pada

lahan kering dapat meningkatkan hasil kedelai.

Page 23: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

23

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

3.3 Fungsi FMA pada Sistem Pertanian Lahan Kering

Mikoriza merupakan istilah bagi suatu bentuk asosiasi antara jamur dengan

akar tanaman yang terinfeksi, dan ini membedakan dengan jamur akar yang

bersifat patogenik. Di dalam asosiasi ini terdapat keseimbangan metabolisme

antara kedua organisme tersebut (Alexopoulus dan Mims, 1979). FMA sejenis

jamur yang keberadaannya pada sistem perakaran tanaman berhubungan secara

simbiotik mutualistik (saling memberikan keuntungan satu sama lain) antara

spesies FMA dan akar tanaman (Setiadi, 2001). Manfaat hubungan simbiotik

antara FMA dan tanaman telah diperkenalkan sejak pertengahan abad ke-19,

karena kemampuannya berasosiasi dengan banyak jenis tanaman, khususnya pada

jenis tanaman yang tumbuh pada sistem lahan kering (Wangiyana, 2009).

Manfaat mikoriza FMA dalam ekosistem sangat penting, yaitu berperan

dalam siklus hara, memperbaiki struktur tanah dan menyalurkan nutrisi yang

dibutuhkan organisme tanah dari akar tanaman (Feronika, 2003). Sedangkan

manfaat bagi tanaman yaitu dapat meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama

P (Sinwin et al., 2006), karena FMA dapat mengeluarkan enzim fosfatase dan

asam-asam organik, khususnya oksalat yang dapat membantu membebaskan P

Adapun pada lahan kering, FMA memiliki peran penting dalam adaptasi

tanaman kedelai pada kondisi cekaman kekeringan. Asosiasi antara akar tanaman

kedelai dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan

tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang

biak. Prinsip kerja dari mikoriza ini adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman

inang, memproduksi jalinan hifa secara intensif sehingga tanaman yang

mengandung mikoriza tersebut akan mampu meningkatkan kapasitas dalam

penyerapan unsur hara (Pujiyanto. 2001.). Sasali (2004), menyatakan bahwa FMA

memiliki banyak manfaat bagi tanaman inang seperti: meningkatkan absorpsi hara

dalam tanah, meningkatkan ketahanan hidup tanaman terhadap penyakit,

menangkal infeksi pathogen tular tanah, meningkatkan ketahanan inang terhadap

Page 24: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

24

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

kekeringan, meningkatkan hormon pemacu tumbuh, dan menjamin

terselenggaranya siklus biogeokimia (Sasli, 2004).

Jamur FMA telah diketahui mampu menstimulir tanaman dalam penyerapan

unsur immobil seperti P, Zn, dan Cu serta unsur-unsur yang mobil seperti S, Ca, K,

Fe, Mg, Mn, Cl, Br dan N dari tanah. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman

menjadi lebih cepat dan lebih sehat dibandingkan dengan tanaman yang tidak

bermikoriza, terutama pada tanah dengan tingkat kesuburan rendah (Sasli, 2004).

Meskipun FMA bersifat obligat, tetapi mempunyai inang yang lebih dari

satu jenis, seperti FMA Glomus sp. dapat menginfeksi kedelai dan kacang panjang

(Mosse, 1981). Jamur antagonis yang di inokulasikan dalam bentuk cair

(perendaman biji) kemudian dilapisi FMA memberikan hasil terbaik dalam

menekan serangan rebah semai kedelai, hal ini dapat diduga karena dengan

perendaman, maka baik koloni jamur antagonis maupun zat antifungal yang

dikandung didalamnya akan memasuki (penetrasi) lapisan biji bagian dalam

bersamaan dengan daya perkecambahan biji itu sendiri yang terangsang dengan

masuknya air (Mosse, 1981).

Yusnaini (1998), menemukan bahwa FMA dapat membantu meningkatkan

produksi kedelai pada tanah ultisol, meningkatkan produksi jagung yang

mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif juga meningkatkan

toleransi tanaman terhadap kondisi kekeringan. Peranan langsung FMA adalah

membantu akar dalam meningkatkan penyerapan air dari pori-pori tanah pada saat

akar tanaman mengalami kesulitan mengabsorbsi air (Setiadi, 2001). Hal ini

disebabkan hifa jamur FMA di luar akar membentuk percabangan hifa yang lebih

kecil dan halus dari rambut akar dengan diameter kira-kira 2µ m, sehingga respon

tanaman bermikoriza yang mengalami cekaman kekeringan cenderung lebih

bertahan dari kerusakan korteks dibandingkan tanaman tanpa FMA (Sasli, 2004).

Akar tanaman yang ber FMA akan terlindungi dari serangan patogen akar, karena

Page 25: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

25

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

akar tanaman yang mengandung FMA akan menjadi lebih keras sehingga lebih

sulit ditembus oleh patogen (Setiadi, 2001).

3.4 Peranan Biokompos mengandung Jamur Trichoderma spp. dan

Mikoriza untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai

Upaya peningkatan pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan kering

sekaligus untuk memperbaiki kondisi fisik dan biologis lahan menuju

pertanian yang berkelanjutan perlu dilakukan pengelolaan tanaman kedelai

secara terpadu, yaitu dengan memadukan berbagai komponen teknologi yang

memberikan pengaruh sinergistik antara lain penggunaan biokompos dan

biochar dalam rangka menuju pertanian yang berkelanjutan (Sustaniable

agriculture). Prinsip pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) pembatasan

atau meniadakan penggunaan bahan-bahan yang mengandung bahan kimia diganti

dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan (Kementerian Pertanian, 2012).

Penggunaan bahan kimia harus diminimalkan karena berdampak negatif

dalam pertanian seperti yang telah dirasakan saat ini diantaranya: terjadinya

pencemaran lingkungan, terjadi resistensi hama, penyakit dan gulma,

terbunuhnya mahkluk hidup bukan sasaran bukan maupun serangga

bermanfaat lainya, serta mengancam keselamatan manusia (Sudantha, 2008).

Praktik budidaya pertanian yang sehat dan ramah lingkungan mutlak

diperlukan agar keberlanjutan pertanian bisa terus terjaga. Pertanian organik

merupakan salah satu contoh praktik budidaya pertanian yang sehat dan ramah

lingkungan serta berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan merupakan pertanian

dengan memanfaatkan sumber daya yang dapat diperbaharui maupun sumber

daya tidak dapat diperbaharui dalam proses produksi pertanian dengan

menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin. Salah satu

sistem/model pertanian berkelanjutan yang memanfaatan sumberdaya yang dapat

Page 26: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

26

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

diperbaharui adalah pertanian menggunakan biokompos mengandung jamur

Trichoderma spp. dan mikoriza (Sudantha, 2011).

Jamur Trichoderma spp. dan jamur mikoriza arbuskular (FMA) selain

mampu memacu pertumbuhan dan hasil tanaman dapat pula berperan dalam

pengendalian penyakit tanaman karena menghasilkan antibiotik, dan memacu

perkembangan mikroba saprofitik di sekitar perakaran, sehingga patogen tidak

berkembang (sudantha, 2010, Djafarudin, 2000).

Pemanfaaatan biokompos mengandung jamur Trichoderma spp. dan

mikoriza pada budidaya tanaman kedelai di lahan kering mampu meningkatkan

kesehatan, pertumbuhan, dan hasil tanaman. Dengan aplikasi biokompos tersebut

Juga mampu meningkatkan ketahanan tanaman kedelai terhadap cekaman air,

sedangkan biokompos dapat mengurangi penggunaan pupuk anorganik atau

pestisida kimiawi. Banyak laporan yang menunjukan bahwa perlakuan pada

tanaman dengan bahan yang mngandung jamur Trichoerma spp. dan mikoriza

berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman.

Jamur T. harzianum selain digunakan nsebagai bioaktivator dapat juga

digunakan sebagai biofungisida untuk pengandialan penyakit yang disebabkan

oleh patogen tular tanah (Sudantha, 1997). Selain jamur Trichoderma spp. yang

bersifat saprofit antagonis terdapat juga yang bersifat endofit antagonis seperti

yang dilaporkan oleh Sudantha dan Abadi (2006); Sudantha (2007) dan Sudantha

dan Abadi (2007) bahwa jamur Trichoderma spp. endofit antagonis efektif

mengendalikan penyakit layu Fusarium pada tanaman vanili. Sudirman dan

Sudantha (2013) mengatakann bahwa jamur Trichoderma spp. yang dicampur

dengan MOL gula aren dan ekstrak daun legundi dapat mengendalikan jamur

Sclerotium rolfsii pada tanaman kedelai.

Biokompos yang mengandung jamur Trichoderma spp. dapat

meningkatkan ketahanan induksi penyakit busuk batang. Peran yang lain dari

biokompos adalah dapat merangsang pembentukan tunas bunga lebih awal pada

Page 27: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

27

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

fase vegetatif tanaman vanili (Sudantha, 2009), selanjutnya Sudantha, Kusnarta,

Rahayu dan Sudana (2009) melaporkan bahwa aplikasi biokompos pada tanaman

pisang juga dapat meningkatkan ketahanan induksi terhadap penyakit layu

Fusarium. Demikian pula Sudantha (2010) menyatakan bahwa pada tanaman

kedelai yang diperlakukan dengan bioaktivator juga dapat meningkatkan

ketahanan terinduksi terhadap penyakit layu Fusarium. Sukartono dan Sudantha

(2016) mengatakan bahwa kombinasi pemberian biochar dan biokompost dapat

meningkatkan pertumbuhan dan meningkatkan hasil kedelai pada tanah Entisol.

Sebagai contoh adalah tanaman jeruk yang terinfeksi FMA akan

menghambat pembentukan dan pelepasan zoosporangio dan zoosporangium

Phytopthora parasítica (Trappe et al., 1982). Penelitian yang dilakukan oleh

Sudantha, (1997), menunjukkan dengan penggunaan biokompos dari bahan jerami

padi atau seresah daun tanaman yang difermentasi dengan jamur T. koningii isolat

ENDO-02 dan T. harzianum isolat SAPRO-07 dapat meningkatkan ketahanan

terinduksi tanaman kedelai terhadap penyakit layu Fusarium.

Pemanfaatan biokompos dalam membantu pertumbuhan dan perlindungan

tanaman dilakukan secara langsung dan secara tidak langsung. Peran langsung

dilakukan dengan menambah N2 dan memacu pertumbuhan tanaman dengan

menghasilkan fitohormon (asam indol asetat, sitokinin, giberelin), dan melarutkan

P yang terikat menjadi tersedia melalui asam-asam organik dan enzim yang

dihasilkannya (Sudaryana, 2012.). Sedangkan peran tidak langsung dilakukan

dengan menghasilkan senyawa anti mikroba yang mampu menekan pertumbuhan

mikroba pathogen (Sudantha, 2010)

Adapun FMA telah diketahui mampu menstimulir tanaman dalam

penyerapan unsur immobil seperti P, Zn, dan Cu serta unsur-unsur yang mobil

seperti S, Ca, K, Fe, Mg, Mn, Cl, Br dan N dari tanah. Hal ini menyebabkan

pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat dan lebih sehat dibandingkan dengan

Page 28: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

28

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

tanaman yang tidak bermikoriza, terutama pada tanah dengan tingkat kesuburan

rendah (Sasli, 2004).

Yusnaini (1998), melaporkan bahwa FMA dapat membantu meningkatkan

produksi kedelai pada tanah ultisol, meningkatkan produksi jagung yang

mengalami kekeringan sesaat pada fase vegetatif dan generatif juga meningkatkan

toleransi tanaman terhadap kondisi kekeringan. Peranan langsung FMA adalah

membantu akar dalam meningkatkan penyerapan air dari pori-pori tanah pada saat

akar tanaman mengalami kesulitan mengabsorbsi air (Setiadi, 2001). Hal ini

disebabkan hifa jamur FMA di luar akar membentuk percabangan hifa yang lebih

kecil dan halus dari rambut akar dengan diameter kira-kira 2µ m, sehingga respon

tanaman bermikoriza yang mengalami cekaman kekeringan cenderung lebih

bertahan dari kerusakan korteks dibandingkan tanaman tanpa FMA (Sasli, 2004).

Akar tanaman yang ber FMA akan terlindungi dari serangan patogen akar, karena

akar tanaman yang mengandung FMA akan menjadi lebih keras sehingga lebih

sulit ditembus oleh patogen (Setiadi, 2001).

Pada percobaan di rumah kaca dengan menggunakan bioaktivator yang

mengandung jamur saprofit T. harzainum isolat SAPRO-07 dan FMA, (Gambar 4

dan Gambar 5) ternyata efektif mengendalikan jamur Sclerotium rolfsii dan

mampu meningkatkan pertumbuhan dan hasil kedelai (Muhtajali, Wangiyana dan

Sudantha, 2009).

Page 29: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

29

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Gambar 4. Spora jamur FMA yang ada di

rhizosfer atau daerah perakaran tanaman

kedelai.

Sumber:http://mundirun.wordpress.com/?a

ttachment‗id=143

Gambar 5. Spora jamur Glomus

sp. yang diisolasi dari jaringan

akar tanaman kedelai.

Sumber:http://mundirun.wordpres

s.com/?attachment‗id=144

Page 30: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

30

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pemaparan tersebut di atas dapat di ambil beberapa

kesimpulan sebagai berikut :

1. Pemanfaatan bioaktivator yang mengandug jamur Trichoderma spp dan

mikoriza mampu meningkatkan kesehatan, pertumbuhan dan hasil tanaman

kedelai di lahan kering

2. Biokompos yang mengandug jamur Trichoderma spp. dapat memacu

pertumbuhan tanaman dengan menghasilkan fitohormon (asam indol asetat,

sitokinin, giberelin) dan menghasilkan senyawa anti mikroba yang mampu

menekan pertumbuhan mikroba pathogen.

3. FMA memiliki peran penting dalam adaptasi tanaman kedelai pada kondisi

cekaman kekeringan. FMA berperan dalam siklus hara, memperbaiki

struktur tanah dan menyalurkan nutrisi yang dibutuhkan organisme tanah

dari akar tanaman. Sedangkan manfaat bagi tanaman yaitu dapat

meningkatkan penyerapan unsur hara, terutama P .

4. Kombinasi bioaktivator dan biokompos (mengandung Trichoderma spp. dan

FMA) mampu meningkatkan hasil kedelai di lahan kering.

4.2. SARAN

Adapun saran yang dapat diberikan terkait dengan kajian ini adalah sebagai

berikut :

a. Petani pisang sebaiknya memanfaatkan Biofungisida berbahan aktif

Trichoderma spp. dalam mengendalikan serangan penyakit layu F.

oxysporum f. sp. cubense

Page 31: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

31

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

b. Petani sebaiknya menggunakan bibit yang sehat, yakni yang sudah

diperlakukan dengan jamur Trichoderma spp.

c. Memberikn pemahaman kepada masyarakat khususnya kepada para petani

akan bahaya pertanian konvensional dan bealih ke pertanian yang lebih

berwawasan lingkungan serta berkelanjutan

Page 32: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

32

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

DAFTAR PUSTAKA

Abu dan Purnomo, S., 2010. Kajian Penggunaan Pupuk Organik “Bio Kompos”

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tebu. Website: http://jatim.litbang.

deptan.go.id/kajian-penggunaan-pupuk-organik-bio-kompos-terhadap-

pertumbuhan-dan-produksi-tebu. Akses: 2 pebruari 2016.

Arsyad dan Syam, 1998. Kedelai Sumber Pertumbuhan Produksi dan Teknik

Budidaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian 30 hal.

BPS NTB, 2011. Luas Panen Tanaman Padi dan Palawija Provinsi Nusa Tenggara

Barat Tahun 2004-2011 (Hektar). Website: http://ntb.bps.go.id/.

Diunduh: 22 Oktober 2014.

Djafarudin, 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Penerbit; Bumi

Aksara.

Direktorat Kacang-kacangan dan Umbi-umbian 2004. Program Bangkit Kedelai

Tahun 2004. Dirjen Bina Produksi Tanaman Pangan. Direktorat Kacang-

kacangan dan Umbi-umbian. Jakarta. 27 hal.

Hasan I. 2002. Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian & Aplikasinya. Ghalia

Indonesia. Bogor.

Hapsoh, 2008. Pemanfaatan Fungi Mikoriza Arbuskula pada Budidaya Kedelai

di Lahan Kering.

http://www.usu.ac.id/id/files/pidato/ppgb/2008/ppgb_2008_hapsoh.pdf.

Di akses pada tanggal 20 Januari 2015.

Lumyong, S., P. Lumyong and K. D. Hyde, 2004. Endophytes. In Jones, E. B. G.,

M. Tantichareon and K. D. Hyde (Ed.), Thai Fungal Diversity. Published

by BIOTEC Thailand and Biodiversity Research and Training Program

(BRTI/TRF. Biotec). 197 – 212.

Mosse, B. 1991. Vesicular-arbuscular mycorrhiza. Research for Tropical

Agriculture. Res. Bull. No. 194. Hawaii Inst. of Trop. Agric. and Human

Resource. Univ of Hawaii, Honolulu.

Page 33: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

33

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Retno dan Darmanti. 2009. Pengaruh Dosis Kompos Dengan Stimulator

Tricodherma terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung

varietas Pioner -11 pada lahan kering. Laboratorium Biologi struktur dan

fungsi tumbuhan , Biologi FMIPA UNDIP.

http://ejournal.undip.ac.id/index.php/bioma/article/viewfile/3365/3026.[

Di akses pada tanggal 20 Januari 2016].

Rukmana, Yuniarsih., 1996. Kedelai, Budidaya dan Pascapanen.Kanisius. Jakarta.

Sasli, I., 2004. Peranan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dalam

Meningkatkan Resistensi Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan.

Institut Pertanian Bogor. Bogor. Akses: 17 Januari 2016.

Setiadi, Y. 1990. Proses pembentukan VA Mikoriza dalam Pertanian dalam Arti

dan Kegunaan Mikoriza. Kerjasama PAU Bioteknologi IPB dengan PAU

Bioteknologi UGM. Bogor

Sudantha, I. M. 1997. Pemanfaatan Jamur Trichoderma harzianum Sebagai

Biofungisida Untuk Pengendalian Patogen Tular Tanah Pada Tanaman

Kedelai dan Tanaman Semusim Lainnya di NTB. Laporan Penelitian

Hibah Bersaing. Fakultas Pertanian Universitas Mataram, Direktorat

Pembinaan Penelitian dan pengabdian Pada Masyarakat Dirjen Dikti.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2006. Biodiversitas Jamur endofit Pada Vanili

(Vanilla planifolia Andrews) dan Potensinya Untuk Meningkatkan

Ketahanan Vanili Terhadap Penyakit Busuk Batang. Laporan Penelitian

Fundamenatal DP3M DIKTI. Fakultas Pertanian Universitas Mataram,

Mataram 107 hal.

Sudantha, I. M. 2007. Karakterisasi dan Potensi Jamur Endofit dan Saprofit

Antagonistik Sebagai Agens Pengendali Hayati Jamur Fusarium

oxysporum f. sp. vanillae Pada Tanaman Vanili di Nusa Tenggara Barat.

Disertasi Program Pascasarjana Universitas Brawijaya, Malang. 337 hal.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2007. Identifikasi Jamur Endofit dan Mekanisme

Antagonismenya terhadap Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada

Tanaman Vanili. Agroteksos, 17 (1). PP. 23-38.

Page 34: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

34

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Sudantha, I. M. 2008. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04

serta SAPRO-07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan

Bioaktivator Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Vanili dan

Pengembangannya pada Tanaman Hortikultura dan Pangan Lainnya di

NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M - Fakultas Pertanian

Universitas Mataram, Mataram. 117 hal.

Sudantha, I. M. 2009. Karakterisasi Jamur Saprofit dan Potensinya untuk

Pengendalian Jamur Fusarium oxysporum f. sp. vanillae pada Tanaman

Vanili. Agroteksos, 19 (3). PP. 89-100. ISSN 0852-8286

Sudantha, I. M.; I. G. M. Kusnarta, M. Rahayu; I. N. Sudana. 2009. Karakterisasi

dan Potensi Jamur Saprofit dan Endofit Antagonistik Untuk Meningkatkan

Ketahanan Induksi Tanaman Pisang terhadap Penyakit Layu Fusarium di

Nusa Tenggara Barat. Laporan Penelitian Kerjasama Kemitraan Pertanian

Perguruan Tinggi (KKP3T) Badan Litbang Deptan, Mataram. 109 hal.

Sudantha, I. M. 2010 a. Buku Teknologi Tepat Guna: Penerapan Biofungisida dan

Biokompos pada Pertanian Organik. Fakultas Pertanian Universitas

Mataram, Mataram.

Sudantha, I. M. 2010 b. Pengujian beberapa jenis jamur endofit dan saprofit

Trichoderma spp. terhadap penyakit layu Fusarium pada tanaman

kedelai. Jurnal Ilmu Pertanian Agroteksos, Fakultas Pertanian

Universitas Mataram, Mataram. Vol. 20 No. 2 Desember 2010.

Sudantha I M. 2011. Uji aplikasi beberapa jenis biokompos (hasil fermentasi

jamur T. koningii isolat Endo-02 dan T. harzianum isolat Sapro-07) pada

dua varietas kedelai terhadap penyakit layu fusarium dan hasil kedelai.

Jurnal Ilmu Pertanian AGROTEKSOS, Fakultas Pertanian Universitas

Mataram, Mataram. Vol. 21 No. 1 April 2011.

Sudantha, I M. dan A. L. Abadi. 2011. Uji aplikasi jamur endofit Trichoderma

spp. (isolat Endo-02 dan Endo-04) dan jamur saprofit Trichoderma spp.

(isolat Sapro-07 dan Sapro-09) dalam meningkatkan ketahanan induksi

bibit vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. Jurnal Ilmiah

Budidaya Pertanian CROPAGRO, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Mataram, Mataram. Vol. 4 No. 2.

Page 35: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

35

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Sudantha, I. M. 2008. Aplikasi Jamur Trichoderma spp. (Isolat ENDO-02 dan 04

serta SAPRO-07 dan 09) sebagai Biofungisida, Dekomposer dan

Bioaktivator Pertumbuhan dan Pembungaan Tanaman Vanili dan

Pengembangannya pada Tanaman Hortikultura dan Pangan Lainnya di

NTB. Laporan Penelitian Hibah Kompetensi DP2M - Fakultas Pertanian

Universitas Mataram, Mataram. 117 hal.

Sudantha, I. M. 2010 b. Pengujian beberapa jenis jamur endofit dan saprofit

Trichoderma spp. terhadap penyakit layu Fusarium pada tanaman kedelai.

Jurnal Ilmu Pertanian Agroteksos, Fakultas Pertanian Universitas

Mataram, Mataram. Vol. 20 No. 2 Desember 2010.

Sudantha, I M. dan A. L. Abadi. 2011. Uji aplikasi jamur endofit Trichoderma

spp. (isolat Endo-02 dan Endo-04) dan jamur saprofit Trichoderma spp.

(isolat Sapro-07 dan Sapro-09) dalam meningkatkan ketahanan induksi

bibit vanili terhadap penyakit busuk batang Fusarium. Jurnal Ilmiah

Budidaya Pertanian CROPAGRO, Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas

Pertanian Universitas Mataram, Mataram. Vol. 4 No. 2.

Sudantha, I. M. dan A. L. Abadi. 2011. Uji efektivitas beberapa jenis jamur

endofit Trichoderma spp. isolat lokal NTB terhadap jamur Fusarium

oxysporum f. sp. vanillae penyebab penyakit busuk batang pada bibit

vanili. Jurnal Crop Agro Pertanian. Vol 4 No 2 (2011). 57 - 63.

Sudantha, I. M. 2014. Buku Patogen Tumbuhan Tular Tanah dan

Pengendaliannya. Percetakan Arga Puji Press. Mataram. ISBN: 978-979-

1025-56-0. 250 hal.

Sudantha, I. M. 2015. Kiat Mendapatkan Vanili Bebas Penyakit Busuk Batang

Menggunakan Jamur Endofit Antagonis. Percetakan Arga Puji Press.

Mataram. ISBN: 978-979-1025-55-3. 128 hal.

Sudantha, I. M. and Suwardji. 2015. The Use of Biocompost and Bioactivator in A

Granule Formulation Containing THE USE OF Trichoderma spp. to

Enhance Growth and Yield of Soybean in Tropopsamnet of North Lombok.

In: International Seminar on the Tropical Natural Resources 2015, 10-13

June 2015, Mataram.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2015. Pengaruh Pemberian Beberapa Formulasi

Bioaktivator Dari Bahan Dasar Jamur Antagonis Trichoderma Harzianum

Isolat Sapro-07 Dan Trichoderma Polysporom Isolat Endo-04 Terhadap

Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Kedelai. In: Seminar Nasional

Biologi Wallacea FMIPA UNRAM, 19 Agustus 2015, Mataram. 13 hal.

Page 36: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

36

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Sudantha, I. M. and Suwardji. 2016. Growth and Yield of Onion (Allium Cepa Var.

Ascalonicum) as CA Result of Addition of Biocompost and Boactivity

Fermented with Trichoderma spp. In: The 1st International Conference on

Science and Technology (ICST) 2016, 1-2 Desember 2016, Universitas

Mataram.

Sudantha, I. M.; M. T. Fauzi; Suwardji. 2016. Uji aplikasi fungi mikoriza

arbuskular (fma) dan dosis bioaktivator (mengandung jamur Trichoderma

spp.) Dalam mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman bawang

merah (Allium ascalonicum L.). In: Pengembangan Pertanian

Berkelanjutan yang Adaptif terhadap Perubahan Iklim Menuju Ketahanan

Pangan dan Energi, 12 November 2016, Universitas Mataram. 700 – 707.

Sudantha, I. M. dan Suwardji. 2016. Respon pertumbuhan dan hasil tanaman

kedelai terhadap pemberian biochar dan berbagai dosis bioaktivator yang

difermentasi dengan jamur trichoderma spp. di lahan kering. Seminar

Nasional Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lahan Sub-Optimal Untuk

Mendukung Terwujudnya Ketahanan dan Kedaulatan Pangan Nasional

Universitas Panca Bhakti Pontianak, 2–3 Mei 2015. 8 hal.

Sudirman, dan I. M. Sudantha. 2013. Pemanfaatan MOL gula aren dan ekstrak

daun legundi yang mengandung jamur trichoderma harzianum untuk

mengendalikan jamur sclerotium rolfsii dan ulat spodoptera pada tanaman

kedelai.. Working Paper. Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering, Mataram. 23 hal.

Sukartono and I. M. Sudantha. 2016. Agronomic Response of Soybeans and Soil

Fertility Status under Application of Biocompost and Biochar on Entisols

Lombok, Eastern Indonesia. IOSR Journal of Environmental Science,

Toxicology and Food Technology (IOSR-JESTFT), 10 (11). pp. 6-11.

ISSN e-ISSN: 2319-2402,p- ISSN: 2319-2399

Suwardji, S. Tejowulan, A. Rakhman, dan B. Munir (2003) Rencana Strategis

Pengembangan Lahan Kering Provinsi NTB. Bappeda NTB. 157

halaman.

Sullivan, P. 2001. Alternative soil amendments. ATTRA-National sustainable

agriculture information service. http://www.attra.org/attra-pub/PDF/altsoil.pdf Accessed Januri 2016

Suprapto, I. M., 1998. Bertanam Kedelai. Penerbit Swadaya. Jakarta. 74 hal.

Diakses: tanggal 11 Maret 2013.

Page 37: Sardian dan I Made Sudantha - eprints.unram.ac.ideprints.unram.ac.id/5358/1/SARDIAN DAN SUDANTHA-TOPIK KHUSUS PM-PSLK... · buku, maupun laporan hasil penelitian terdahulu.Teknik

37

*) Topik Kusus Program Magister Pengelolaan Sumberdaya

Lahan Kering Program Pascasarjana Unram Periode 10 Januari 2016

Suwardji, 2013. Lahan Kritis dan permasalahan Lingkungan Hidup. Makalah

disampaikan dalam Seminar Nasional pengelolaan Lahan Kritis Melalui

Pemberdayaan Masyarakat. Lembaga Peneltian Universitas

Muhammadiyah Mataram. l7 Desember 2003. Akses: 11 Maret 2013.

Trautman, N. and E. Olynciw, 1996. Compost microorganism. Cornell

Composting. Science and Engineering. Cornell University. 16 hal.

Wangiyana, I. W., 2009. Pentingnya Mikoriza Dalam Produksi Tanaman

di Lahan Kering Maupun Bagi Bibit Tanaman Penghijauan.

Seminar Nasional pada Acara Dies Natalis Fakultas Pertanian

Universitas Mataram.

Yusnaini, S., 1998. Pengaruh Inokulasi Ganda Rhizobium dan Vesikular

Arbuskular Mikoriza terhadap Nodulasi dan Produksi Kedelai pada

TanahUltisolLampung.JurnalTanahTropika.No.7:103108.Website:http://s

uksesirul.blogspot.com/2012/12/mikoriza.html. Diakses: tanggal 15

Januari 2015.