Top Banner
2 T I N J A U A N P U S T A K A 2.1. Jarak Pagar Jarak pagar (Jatropha curcas Linn) telah lama dikenal masyarakat luas di Indonesia sejak dikenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Tanaman ini merupakan tanaman tahunan yang mempunyai potensi untuk menghasilkan minyak nabati. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh hampir di semua wilayah Indonesia, termasuk daerah marjinal. Jarak pagar tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian sekitar 1000 m dpl (Waluyo, 2007). Menurut Syah (2006), tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di tempat dengan curah hujan 200-1500 mm/tahun. Suhu optimum yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman jarak adalah 20-26 o Secara taksonomi, tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaccae, genus Jatropha, spesies curcas L. Tanaman jarak pagar termasuk tanaman semak besar, berbentuk pohon kecil atau belukar dengan tinggi mencapai 5 m, dapat hidup sampai dengan 50 tahun, berbatang kayu berbentuk silindris, cabang tidak teratur dan bergetah, bentuk daun menjari yang tersusun berselang-seling. Menurut Faradisa et al., (2006) tanaman jarak pagar satu famili dengan karet dan ubi kayu dengan tinggi tanaman mencapai 1-7 m, termasuk jenis perdu yang memiliki percabangan yang tidak teratur. C. Tanaman jarak memiliki sistem perakaran yang mampu menahan air sehingga tahan terhadap kekeringan. Tanaman ini dapat tumbuh di atas tanah berpasir, tanah berbatu, tanah lempung, atau tanah liat. Tanaman jarak pagar mulai berbuah dan dapat dipanen sejak berumur 5 bulan sampai umur 50 tahun dengan produktivitas optimum dicapai ketika tanaman telah berumur 5 tahun. Menurut Hambali et al., (2006), tanaman jarak pagar menghasilkan biji yang memiliki kandungan minyak cukup tinggi, yaitu sekitar 30-50 %. Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan inti biji. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat, diameter 2 – 4 cm, berwarna hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi tiga ruang yang masing-masing ruang diisi tiga biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan warna coklat kehitaman. Inti biji merupakan sumber bagian yang menghasilkan minyak
12

saponifikasi sabun

Feb 18, 2015

Download

Documents

Sara Angestiana

saponifikasi sabun
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: saponifikasi sabun

2 T I N J A U A N P U S T A K A

2.1. Jarak Pagar

Jarak pagar (Jatropha curcas Linn) telah lama dikenal masyarakat luas di

Indonesia sejak dikenalkan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Tanaman ini

merupakan tanaman tahunan yang mempunyai potensi untuk menghasilkan

minyak nabati. Tanaman jarak pagar dapat tumbuh hampir di semua wilayah

Indonesia, termasuk daerah marjinal. Jarak pagar tumbuh di dataran rendah

sampai ketinggian sekitar 1000 m dpl (Waluyo, 2007). Menurut Syah (2006),

tanaman ini tahan kekeringan dan dapat tumbuh di tempat dengan curah hujan

200-1500 mm/tahun. Suhu optimum yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman

jarak adalah 20-26 o

Secara taksonomi, tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaccae,

genus Jatropha, spesies curcas L. Tanaman jarak pagar termasuk tanaman semak

besar, berbentuk pohon kecil atau belukar dengan tinggi mencapai 5 m, dapat

hidup sampai dengan 50 tahun, berbatang kayu berbentuk silindris, cabang tidak

teratur dan bergetah, bentuk daun menjari yang tersusun berselang-seling.

Menurut Faradisa et al., (2006) tanaman jarak pagar satu famili dengan karet dan

ubi kayu dengan tinggi tanaman mencapai 1-7 m, termasuk jenis perdu yang

memiliki percabangan yang tidak teratur.

C. Tanaman jarak memiliki sistem perakaran yang mampu

menahan air sehingga tahan terhadap kekeringan. Tanaman ini dapat tumbuh di

atas tanah berpasir, tanah berbatu, tanah lempung, atau tanah liat.

Tanaman jarak pagar mulai berbuah dan dapat dipanen sejak berumur 5

bulan sampai umur 50 tahun dengan produktivitas optimum dicapai ketika

tanaman telah berumur 5 tahun. Menurut Hambali et al., (2006), tanaman jarak

pagar menghasilkan biji yang memiliki kandungan minyak cukup tinggi, yaitu

sekitar 30-50 %.

Jarak pagar memiliki buah yang terdiri dari daging buah, cangkang biji dan

inti biji. Buah berupa buah kotak berbentuk bulat, diameter 2 – 4 cm, berwarna

hijau ketika masih muda dan kuning jika masak. Buah jarak terbagi tiga ruang

yang masing-masing ruang diisi tiga biji. Biji berbentuk bulat lonjong dan warna

coklat kehitaman. Inti biji merupakan sumber bagian yang menghasilkan minyak

Page 2: saponifikasi sabun

6

dengan proses awal ekstraksi. Kandungan minyak yang terdapat dalam biji, baik

cangkang maupun buah berkisar 25-35% berat kering biji. Jarak pagar mampu

menghasilkan 7,5-10 ton/ha/tahun tergantung dari mutu benih, agroklimat, tingkat

kesuburan tanah dan pemeliharaan (Hambali et al., 2006). Sebagai perhitungan

kasar produksi minyak jarak mentah, Crude Jatropha Oil (CJO), dari 1 ton biji

kering maka dapat diperoleh minyak hasil ekstraksi sebesar 250-270 kg minyak

jarak. Minyak jarak pagar berwujud cairan bening berwarna kuning dan tidak

menjadi keruh sekalipun disimpan dalam jangka waktu lama (Hambali et al.,

2006).

2.2. Minyak Jarak Pagar

Ekstraksi minyak jarak dari biji jarak dapat dilakukan dengan metode

pengepresan (pressing) dan ekstraksi pelarut (solvent extraction). Pada umumya

metode pengepresan dilakukan dengan menggunakan pengepres hidrolik atau

pengepres berulir. Walaupun relatif lebih sederhana, metode pengepresan

menghasilkan ampas yang masih mengandung minyak sebesar 7-10 %, sedangkan

metode ekstraksi pelarut mampu memisahkan minyak secara optimal, hingga

kandungan minyak pada ampas kurang dari 0,1 % berat keringnya (Syah, 2006).

Walaupun demikian, metode pengepresan merupakan metode yang umum

digunakan dalam ekstraksi minyak jarak. Metode pengepresan merupakan metode

terbaik untuk biji-bijian yang mengandung minyak sebesar 30-70 %.

Alat pengepres yang umum digunakan ada dua tipe, yaitu tipe batch dan tipe

kontinyu. Alat pengepres yang umum dijumpai pada umumnya bekerja dengan

mekanisme press hidrolik untuk tipe batch, dan screw press (alat pengepres

berulir) untuk tipe kontinyu. Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan

ulir (screw) merupakan teknologi yang lebih maju dan banyak digunakan di

industri pengolahan minyak jarak saat ini. Dengan cara ini, biji jarak dipress

menggunakan pengepresan berulir (screw) yang berjalan secara kontinyu. Teknik

ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji jarak yang akan

diekstraksi. Biji jarak kering yang akan diekstraksi dapat langsung dimasukkan

ke dalam screw press. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa

pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (twin

Page 3: saponifikasi sabun

7

screw press). Rendemen minyak jarak yang dihasilkan dengan teknik pengepres

berulir tunggal (single screw press) sekitar 25 - 27 persen, sedangkan dengan

teknik pengepres berulir ganda (twin screw press) dihasilkan rendemen minyak

sekitar 27 - 30 persen (Hambali et al., 2006).

Umumnya, minyak hasil pengepresan masih memiliki nilai asam lemak

bebas (FFA) yang tinggi. Untuk menurunkan kadar asam lemak bebas tersebut,

maka dilakukan proses degumming, kandungan fosfolipid dalam minyak

dihilangkan serta dilakukan pencucian dengan air panas dan penambahan asam

fosfat atau asam sitrat. Dari hasil penelitian yang dilakukan Qazuini dan Saloko

(2008) diketahui bahwa pencucian dengan air panas yang selanjutnya dikocok

selama 30 detik dapat menurunkan kadar asam lemak bebas dari 17,49% menjadi

0,71%.

Dari seluruh bagian tanaman jarak pagar, biji jarak pagar memiliki

kandungan minyak tertinggi. Senyawa kimia yang terkandung dalam biji jarak

pagar antara lain: alkaloida, saponin, tripsin dan sejenis protein beracun (kursin).

Menurut Gubitz et al., (1999) biji jarak mengandung 35-45 % minyak yang

terdiri dari berbagai trigliserida asam oleat, linoleat, dan linolenat. Komposisi

asam lemak minyak jarak pagar dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi asam lemak minyak jarak

Asam lemak Komposisi (% berat)

Asam miristat (14:0) 0 – 0,1

Asam palmitat (16:0) 14,1 – 15,3

Asam palmitoleat (16:1) 0 – 1,3

Asam stearat (18:0) 3,7 – 9,8

Asam oleat (18:1) 34,3 – 45,8

Asam linoleat (18:2) 29,0 – 44,2

Asam linolenat (18:3) 0 – 0,3

Asam arakhidat (20:0) 0 – 0,3

Asam behenat (22:0) 0 – 0,2

Sumber : Gubitz et al.,(1999).

Page 4: saponifikasi sabun

8

Karakteristik suatu sabun sangat dipengaruhi oleh karakteristik minyak yang

dipakai. Tiap-tiap minyak juga memiliki jenis asam lemak yang dominan. Asam-

asam lemak inilah yang nantinya akan menentukan karakteristik dari sabun yang

dihasilkan. Asam laurat dan palmitat banyak ditemukan pada minyak kelapa dan

minyak kelapa sawit, yang merupakan bahan baku yang biasa digunakan dalam

pembuatan sabun. Asam oleat dan stearat ditemukan secara dominan pada minyak

atau lemak hewan dan memberikan efek melembutkan. Asam palmitat dan stearat

memberikan sifat mengeraskan/memadatkan sabun dan menghasilkan busa yang

stabil dan lembut. Hubungan antara asam lemak dan karakteristik sabun yang

dihasilkan diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Hubungan antara asam lemak dan karakteristik sabun

Jenis asam

lemak

Karakteristik sabun

Keras Bersih Busa

lembut

Lembab Busa

stabil

Asam laurat

Asam Linoleat

Asam miristat

Asam Oleat

Asam Palmintat

Asam Ricinoleat

Asam Stearat

Sumber : Cavitch (2001)

2.3. Sabun

Cavitch (2001) menjelaskan bahwa sabun adalah produk yang dihasilkan

dari reaksi antara asam lemak dengan basa kuat. Sementara itu, sabun yang

didalam SNI (1994) disebut sebagai sabun mandi didefinisikan sebagai sabun

natrium yang pada umumnya ditambahkan zat pewangi atau antiseptik dan

digunakan untuk membersihkan tubuh dan tidak membahayakan kesehatan. Yui

(1996) mengatakan bahwa sabun adalah senyawa garam dari asam

monokarboksilat rantai panjang (C12-C18) dengan logam alkali yang umumnya

berupa natrium. Fungsi utama sabun mandi adalah mengangkat kotoran, sel-sel

Page 5: saponifikasi sabun

9

kulit mati, mikroorganisme dan bau badan. Sabun dapat mengangkat kotoran dari

kulit karena sabun memiliki dua gugus yang berbeda kepolarannya dalam satu

molekulnya, yaitu gugus polar dan gugus non polar. Gugus non polar adalah

gugus yang bersifat hidrofobik yang mengikat kotoran berupa lemak pada kulit,

sedangkan gugus polar adalah gugus yang bersifat hidrofilik sehingga jika dibilas

dengan air maka kotoran yang terikat gugus nonpolar akan terbawa air bilasan.

(Wiliam et al., 1998). Secara umum, panjang rantai atom karbon dalam trigliserida (minyak) yang

kurang dari 12 adalah tidak diinginkan, karena reaksi penyabunan minyak tersebut

akan menghasilkan sabun yang dapat menyebabkan iritasi kulit. Panjang rantai

atom karbon yang lebih dari 20 dalam minyak akan membentuk sabun yang tidak

mudah larut dalam air. Selain itu, semakin besar proporsi asam-asam lemak tidak

jenuh dalam minyak akan menghasilkan sabun yang tidak stabil karena proses

sifat asam lemak tidak jenuh yang mudah teroksidasi. Minyak atau lemak yang

dapat digunakan sebagai bahan sabun adalah lemak sapi, grease, lemak babi,

minyak kelapa sawit, minyak kelapa, minyak inti sawit, minyak ikan, minyak

zaitun, minyak kacang, minyak jagung dan lain sebagainya (Yui, 1996).

Berdasarkan jenisnya, sabun dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sabun

opaque, sabun transparan dan sabun translusen. Ketiga jenis sabun tersebut

dapat dibedakan dengan mudah dari penampakannya. Sabun opaque adalah jenis

sabun yang biasa digunakan sehari-hari yang berbentuk kompak dan tidak

tembus cahaya; sabun transparan merupakan sabun yang paling banyak

meneruskan cahaya jika pada batang sabun dilewatkan cahaya; sedangkan sabun

translucent merupakan sabun yang sifatnya berada di antara sabun transparan dan

sabun opaque. Sabun transparan mempunyai harga yang relatif lebih mahal dan

umumnya digunakan oleh kalangan menengah atas (Jungermann, 1990).

2.4. Sabun Transparan

Sabun transparan adalah sabun yang memiliki tingkat transparansi paling

tinggi. Ia memancarkan cahaya yang menyebar dalam partikel-partikel kecil,

sehingga obyek yang berada dibelakang sabun akan terlihat jelas. Obyek dapat

terlihat jelas hingga berjarak sampai panjang enam cm (Paul, 2007).

Page 6: saponifikasi sabun

10

Sabun transparan dapat dihasilkan dengan sejumlah cara yang berbeda.

Salah satu metode yang tertua adalah dengan cara melarutkan sabun dalam

alkohol dengan pemanasan untuk membentuk larutan jernih, yang kemudian

diberi pewarna dan pewangi. Warna sabun tergantung pada pemilihan bahan awal

dan bila tidak digunakan bahan yang bermutu baik, kemungkinan sabun yang

dihasilkan akan berwarna sangat kuning (Butler, 2001).

2.5. Proses Pembuatan Sabun

Sabun dapat dibuat melalui reaksi saponifikasi (penyabunan) dan reaksi

netralisasi. Pada reaksi saponifikasi, sabun dihasilkan dari proses hidrolisis

minyak/lemak oleh alkali dengan sedikit hasil samping berupa gliserin. Pada

reaksi netralisasi, sabun dihasilkan oleh reaksi asam lemak secara langsung

dengan alkali (Mitsui, 1997). Pada Gambar 1 berikut diperlihatkan persamaan

reaksi saponifikasi minyak/lemak dan netralisasi asam lemak.

(C17H35COO)3C3H5) + 3NaOH 3C17H35COONa +

C3H5(OH)3

Minyak/lemak Basa Sabun Gliserin

...(1)

RCOOH + NaOH RCOONa + H2

Asam lemak Basa Sabun Air

O…………………………….(2)

Gambar 1. Reaksi saponifikasi dan netralisasi (Mitsui, 1997)

Mula-mula reaksi penyabunan berjalan lambat, karena minyak dan larutan

alkali merupakan larutan yang tidak saling larut (immiscible). Setelah terbentuk

sabun, maka kecepatan reaksi akan meningkat, sehingga reaksi penyabunan

bersifat sebagai reaksi autokatalitik, dan pada akhirnya kecepatan reaksi akan

menurun lagi karena jumlah minyak yang sudah berkurang.

Reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis sehingga harus

diperhatikan pada saat penambahan minyak dan alkali agar tidak terjadi panas

yang berlebihan. Pada proses penyabunan, penambahan larutan alkali (KOH atau

NaOH) dilakukan sedikit demi sedikit sambil diaduk dan dipanasi untuk

Page 7: saponifikasi sabun

11

menghasilkan sabun cair. Untuk membuat proses yang lebih sempurna dan

merata, maka pengadukan harus lebih baik. Sabun cair yang diperoleh kemudian

diasamkan untuk melepaskan asam lemaknya (Levenspiel, 1999). Ada beberapa

faktor yang mempengaruhi reaksi penyabunan, antara lain:

1. Konsentrasi larutan KOH/NaOH

Konsentrasi basa yang digunakan dihitung berdasarkan

kesetimbangan reaksinya, dan penambahan basa harus sedikit

berlebih dari minyak agar tersabunnya sempurna. Jika basa yang

digunakan terlalu pekat akan menyebabkan terpecahnya emulsi pada

larutan, sehingga fasenya tidak homogen, sedangkan jika basa yang

digunakan terlalu encer, maka reaksi akan membutuhkan waktu yang

lebih lama.

2. Suhu (T)

Ditinjau dari segi termodinamikanya, kenaikan suhu akan menurunkan

hasil, hal ini dapat dilihat dari persamaan Van`t Hoff :

Karena reaksi penyabunan merupakan reaksi eksotermis (∆H negatif),

maka dengan kenaikan suhu akan dapat memperkecil harga K

(konstanta keseimbangan), tetapi jika ditinjau dari segi kinetika,

kenaikan suhu akan menaikan kecepatan reaksi. Hal ini dapat dilihat

dari persamaan Arhenius berikut ini (Smith, 2001):

Dalam hubungan ini, k adalah konstanta kecepatan reaksi, A adalah

faktor tumbukan, E adalah energi aktivasi (cal/g.mol), T adalah suhu

(ºK), dan R adalah tetapan gas ideal (cal/g.mol.K). Berdasarkan

persamaan tersebut, maka dengan adanya kenaikan suhu berarti harga

k (konstanta kecepatan reaksi) bertambah besar. Jadi pada kisaran

suhu tertentu, kenaikan suhu akan mempercepat reaksi, yang artinya

menaikan hasil dalam waktu yang lebih cepat. Tetapi jika kenaikan

suhu telah melebihi suhu optimumnya, maka akan menyebabkan

Page 8: saponifikasi sabun

12

pengurangan hasil karena harga konstanta keseimbangan reaksi K

akan turun yang berarti reaksi bergeser ke arah pereaksi atau dengan

kata lain hasilnya akan menurun. Turunnya harga konstanta

keseimbangan reaksi oleh naiknya suhu merupakan akibat dari reaksi

penyabunan yang bersifat eksotermis (Levenspiel, 1999).

3. Pengadukan

Pengadukan dilakukan untuk memperbesar probabilitas tumbukan

molekul-molekul reaktan yang bereaksi. Jika tumbukan antar molekul

reaktan semakin besar, maka kemungkinan terjadinya reaksi semakin

besar pula. Hal ini sesuai dengan persamaan Arhenius dimana

konstanta kecepatan reaksi k akan semakin besar dengan semakin

sering terjadinya tumbukan yang disimbolkan dengan konstanta A

(Levenspiel, 1999).

4. Waktu

Semakin lama waktu reaksi menyebabkan semakin banyak pula

minyak yang dapat tersabunkan, berarti hasil yang didapat juga

semakin tinggi, tetapi jika reaksi telah mencapai kondisi

setimbangnya, penambahan waktu tidak akan meningkatkan jumlah

minyak yang tersabunkan.

Menurut Srivastava (1980) untuk keperluan pembuatan sabun transparan

dibutuhkan bahan berupa minyak kelapa, lemak sapi murni, asam stearat dan

minyak cair. Berdasarkan hasil penelitian sabun transparan yang dibuat minyak

jarak memiliki mutu tinggi, namun memiliki kekurangan yaitu sabun terkesan

lengket/lembab dan wangi sabun yang lekas hilang.

2.6. Bahan Tambahan Sabun

Mitsui (1997) menyebutkan bahwa sabun transparan biasanya terdiri atas

soda garam, yaitu garam kalium dan garam TEA. Untuk pembuatan sabun mandi,

bahan baku yang umum digunakan adalah lemak sapi, minyak kelapa dan minyak

zaitun. Pereaksi yang umum digunakan adalah alkali yang bersifat basa yaitu

NaOH atau KOH. Selain digunakan bahan baku, juga digunakan bahan tambahan

berupa propilen glikol, gliserin, gula, etil alkohol dan bahan lain yang dapat

Page 9: saponifikasi sabun

13

meningkatkan mutu sabun transparan. Bahan baku sabun adalah bahan yang

memiliki sifat utama sabun yaitu membersihkan dan menurunkan tegangan

antarmuka minyak-air. Bahan tambahan berfungsi untuk memberi efek-efek

tertentu yang umumnya diinginkan konsumen seperti efek melembutkan kulit,

melembabkan kulit (humektan), antiseptik, harum/wangi dan sebagainya serta

meningkatkan mutu sabun secara umum.

Natrium hidroksida yang dihasilkan melalui elektrolisis larutan NaCl

digunakan dalam pembersihan minyak tanah dan dalam pembuatan sabun, tekstil,

plastik dan bahan kimia lainnya (Petrucci, 1985). Natrium hidoksida sering

disebut sebagai kaustik atau soda api. NaOH dapat berbentuk batang, gumpalan

dan bubuk dan dengan cepat menyerap kelembaban kulit (Poucher, 2001).

Cavitch (2001) menjelaskan bahwa NaOH sangatlah reaktif baik pada

kondisi padatan kering maupun larutan. Serpihan kecil saja dapat membuat kulit

perih. Percikan larutan NaOH dapat membuat kulit perih dan mengalami

kebutaan. NaOH haruslah disimpan pada tempat yang aman dan dibungkus rapat,

jika dibiarkan pada keadaan terbuka, maka NaOH akan menyerap air dan

mengeras menjadi seperti batu. NaOH dalam bentuk cair akan lebih mudah

bercampur dengan minyak yang akan digunakan sebagai bahan dasar sabun

dibandingkan dengan NaOH dalam bentuk padatan. Cavitch (2001) menjelaskan

bahwa pembuatan larutan NaOH ialah dengan memasukkan NaOH padat ke

dalam air destilasi dan bukan sebaliknya. NaOH padat yang dimasukkan ke dalam

air akan memisah menjadi ion-ion natrium (Na+) dan ion-ion hidroksida (OH-)

yang prosesnya disebut dengan ionisasi dan akan melepaskan panas. Hasilnya

ialah ion-ion (Na+) dan (OH-

Propilen glikol adalah senyawa yang dikenal juga dengan nama propana-

1,2-diol dan merupakan senyawa organik. Propilen glikol memiliki rumus

C

) yang siap untuk bereaksi.

3H8O2.

Humektan seperti gliserin membantu mencegah kulit dari kekeringan

berlebihan setelah penggunaan sabun. Pengeringan kulit secara berlebihan dapat

Sifat fisik propilen glikol adalah tidak berbau manis. Propilen glikol

dalam dunia kosmetik digunakan sebagai pelarut yang mengandung pelembut dan

pelembab. Pada komposisi yang tepat, penggunaan propilen glikol tidak

membahayakan (Anonim, 2011).

Page 10: saponifikasi sabun

14

menyebabkan kulit menjadi kasar, kemerahan, pecah-pecah, iritasi dan gatal-gatal,

khusus nya pada kulit yang sensitif (Rahul et al., 2001). Gliserin telah lama

digunakan sebagai humektan dan sampai sekarang masih digunakan secara luas.

Gliserin dapat dihasilkan dari proses pembuatan biodiesel.

Natrium klorida (NaCl) merupakan garam yang digunakan dalam

pembuatan sabun harus bebas dari unsur besi, kalsium, dan magnesium. Garam

dapat digunakan dalam bentuk butiran halus atau larutan (Srivastava, 1980).

Natrium klorida merupakan elektrolit yang digunakan sebagai peningkat

kekentalan pada konsentrasi yang tepat (William et al., 1996).

2.7. Formulasi Sabun

Pembuatan sabun transparan memerlukan bahan baku murni dengan warna

yang minimum agar menjamin sabun tampak transparan pada produk akhirnya.

Lemak sapi, minyak sawit yang telah dimurnikan, minyak kelapa dan minyak

jarak umumnya digunakan sebagai bahan baku sabun. Poliglikol seperti gula,

gliserin dan alkohol sering digunakan untuk membantu meningkatkan transparansi

sabun (Yui, 1996). Proporsi bahan yang seimbang akan menghasilkan sabun

transparan yang bermutu tinggi (Srivastava, 1980; Corredoira et al., 1996).

Menurut Badenberg et al., (1999), sabun transparan dapat dibuat

menggunakan formula 15-25% (bobot) minyak kelapa atau minyak inti sawit, 0,6-

2% NaCl dan 7-20% alkohol. Proses pencampuran pada pembuatan sabun

transparan membutuhkan proses mekanis dan perlakuan yang intensif, sehingga

efek transparansi sabun lebih permanen.

Menurut Willcox (1998) sabun mandi umumnya mengandung emolien

(emolien, bahan pelembut). Emolien digunakan agar sabun tidak hanya memberi

efek membersihkan saja, tetapi juga memiliki efek melembutkan kulit. Dengan

demikian, emolien dapat mengurangi kemungkinan terjadinya iritasi kulit.

2.8. Uji Organoleptik

Penilaian dengan indra disebut penilaian organoleptik atau penilaian

sensorik merupakan suatu cara penilaian yang paling primitif, Stone dan Sidel

(1993) menyatakan bahwa penilaian sensori itu untuk menganalisi dan

Page 11: saponifikasi sabun

15

menginterpretasikan penilaian melalui indra, yaitu indra penglihatan, indra

penciuman, indra pendengaran, indra perasa, dan indra pengecap

Penilaian dengan indra banyak digunakan untuk meneliti mutu komoditi

hasil pertanian dan makanan. Penilaian cara ini banyak disenangi karena dapat

dilaksanakan dengan cepat dan langsung. Kadang-kadang penilaian ini dapat

memberikan hasil penelitian yang teliti. Dalam beberapa hal penilaian dengan

indra bahkan melebihi ketelitian alat yang paling sensitif.

Cara-cara pengujian organoleptik dapat digolongkan dalam beberapa

kelompok antara lain: kelompok pengujian pembedaan (different test), kelompok

pengujian pemilihan/penerimaan (preference test/acceptance test), kelompok

pengujian skalar, dan kelompok pengujian diskripsi. Kelompok uji pembedaan

dan uji pemilihan banyak digunakan dalam penelitian analisis proses dan

penilaian hasil akhir. Kelompok uji skalar dan uji deskripsi banyak digunakan

dalam pengawasan mutu (Quality Control).

Hal penting dalam uji pemilihan dan uji skala adalah diperlukannya

sampel pembanding. Yang perlu diperhatikan bahwa yang terutama dijadikan

faktor pembanding adalah satu atau lebih sifat sensorik dari bahan pembanding

itu. Jadi sifat lain yang tidak dijadikan faktor pembanding harus diusahakan sama

dengan contoh yang diujikan. Biasanya yang digunakan sebagai sampel

pembanding adalah komoditi baku, komoditi yang sudah dipasarkan, atau bahan

yang telah diketahui sifatnya.

2.9. Analisis Nilai Tambah

Menurut Gaspersz (1999), aktifitas produksi bukan hanya merubah satuan

input menjadi output, tetapi ada aktifitas penambahan nilai tambah yang dilakukan

oleh para pelaku industri dan komponennya. Proses pembuatan sabun transparan

dari minyak jarak pagar adalah salah satu proses peningkatan nilai tambah minyak

jarak pagar menjadi sabun transparan, proses penambahan nilai tambah tersebut

diharapkan ada kenaikan nilai dari minyak jarak menjadi produk sabun transparan.

Analisis nilai tambah produk dapat dihitung dengan menggunakan metode

Hayami (1987), dalam metode tersebut disebutkan bahwa untuk menambah nilai

tambah suatu produk terdapat tiga komponen pendukung yaitu: faktor konversi

Page 12: saponifikasi sabun

16

yang menunjukan output persatuan input, faktor tenaga kerja dan faktor nilai

produk. Menurut Clara (2008), metode hayami ini cocok sekali untuk produk-

produk pertanian.

Tabel 3. Model perhitungan metode Hayami (1987)

1. Output, input, harga Kode 1 Output (Kg) A 2 Input Bahan Baku (Kg) B 3 Input Tenaga kerja (jam/hari) C 4 Faktor konversi D= A/B 5 Koefisien Tenaga Kerja E=C/B 6 Harga Produk (Rp/Kg) F 7 Upah Rata-rata tenaga kerja (Rp/jam) G

2. Pendapatan dan Keuntungan 8 Harga Input bahan baku (Rp/Kg) H

9 Sumbangan Input lain (Rp/Kg bahan baku) I 10 Produk J= D x F 11 a. Nilai tambah (Rp/Kg) K=J-H-I

b. Rasio nilai tambah (%) L%=(K/J).100%

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) M=E x G

b. Bagian Tenaga Kerja (%) N%=(M/K).100%

13 a. Keuntungan (Rp/Kg) O=K-M

b. Tingkat Keuntungan (%) P%=(O/J).100%