Date post: | 14-Jan-2017 |
Category: | Documents |
View: | 224 times |
Download: | 0 times |
VOLUME NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015 www.ekon.go.id
PENGENDALIAN INFLASI NASIONAL
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Tinjauan Ekonomi & Keuangan
S T R A T E G I
http://www.philosophyofmoney.net/
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
PEMBINA:
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian
PENGARAH:
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan
Keuangan
KOORDINATOR:
Bobby Hamzar Rafinus
EDITOR:
Edi Prio Pambudi
Puji Gunawan
Ratih Purbasari Kania
ANALIS:
Puji Gunawan, Thasya Pauline, Benito Rio Avianto,
Sri Purwanti, Hesti Wahyudi Surasmono, Susiyanti,
Trias Melia, Desi Maola Ayu Saputri
KONTRIBUTOR:
Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor
DAFTAR ISI 03
02
E d i t o r i a l
Ekonomi Internasional
04 Liberalisasi Suku Bunga Tiongkok
06 Carry Trade dan Instabilitas Keuangan
Keuangan
10 Update Perkembangan Deregulasi
Masyarakat Ekonomi ASEAN
12 Menjelang Implementasi Penuh MEA
Infrastruktur
14 Membangun Dari Desa
Koordinasi Kebijakan Ekonomi
Laporan Utama
Urgensi Penambahan Jumlah TPID 21
08 Paket Kebijakan Ekonomi Jilid VI
18 Roadmap Pengendalian Inflasi
Fiskal dan Regulasi Ekonomi
23 APBN 2016
Ekonomi Domestik
Tol Laut 25
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
EDITORIAL
03
The Fed terakhir kali menurunkan suku bunga sebesar 0,25 persen 7 tahun yang lalu. FOMC berpotensi
menaikan suku bunga Fed Fund pada bulan Desember 2015. Jika melihat perbaikan perekonomian
Amerika dan meningkatnya penyerapan tenaga kerja, maka secara teori hal ini akan berpotensi
meningkatkan ekspektasi inflasi yang pada akhirnya bisa dijadikan justifikasi utama kenaikan suku
bunga. Walaupun tingkat inflasi saat ini masih di bawah target inflasi yang ditargetkan oleh the Fed,
yaitu sebesar 2%, membaiknya kondisi perekonomian dapat mendorong terjadinya inflasi yang lebih
tinggi dengan ekspektasi melebihi 2% dalam jangka menengah.
TABEL TINGKAT INFLASI DAN TINGKAT PENGANGGURAN AS (BLOOMBERG, 2015)
-1%
0%
1%
1%
2%
2%
3%
Jan-14
Mar-14
May-14
Jul-14
Sep-14
Nov-14
Jan-15
Mar-15
May-15
Jul-15
Sep-15
Nov-15
0%
1%
2%
3%
4%
5%
6%
7%Mar-14
Apr-14
May-14
Jun-14
Jul-1
4
Aug-14
Sep-14
Oct-14
Nov-14
Dec-14
Jan-15
Feb-15
Mar-15
Apr-15
May-15
Jun-15
Jul-1
5
Aug-15
Sep-15
Membaiknya perekonomian Amerika di tahun 2015 juga dapat dilihat dari kegiatan ekonomi Amerika
yang terus berkembang cukup baik dengan kecepatan yang moderat. Selain itu belanja rumah tangga
dan investasi mengalami peningkatan dalam beberapa bulan terakhir, dan sektor perumahan terus
mengalami peningkatan. Bagusnya kondisi pasar tenaga kerja AS dan rendahnya suku bunga saat ini
mendorong peningkatan permintaan perumahan di AS. Jika tidak diantisipasi dengan kenaikan suku
bunga saat ini maka tingkat inflasi ke depan yang terjadi bisa jauh lebih tinggi dari target inflasi.
Masih relatif rendahnya inflasi Amerika saat ini dipicu oleh rendahnya harga minyak mentah dunia
sehingga membuat harga bahan bakar minyak dan biaya transportasi AS turun. Namun sejak awal tahun
2015, inflasi Amerika kembali menunjukan trend peningkatan setelah mengalami trend penurunan sejak
pertengahan tahun 2014.
Dari kondisi ketenagakerjaan, tingkat pengangguran mengalami tren penurunan. Pengangguran pada
November 2015 sebesar 5% atau lebih rendah 0,8 persen dibandingkan November 2014. Sejak
berakhirnya krisis keuangan global, pengangguran Amerika terus mengalami penurunan mencapai 5
persen. Dalam perkembangannya, penurunan tingkat pengangguran ternyata lebih besar dibandingkan
dengan perkiraan. Penurunan tingkat pengangguran juga diikuti dengan peningkatan upah
memperlihatkan bahwa perekonomian Amerika terus mengalami perbaikan.
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
EKONOMI INTERNASIONAL
KEBIJAKAN
LIBERALISASI
SUKU
BUNGA
DI TIONGKOK
Liberalisasi suku bunga merupakan upaya untuk
membuat pasar keuangan lebih efisien dan
berorientasi pasar. Dengan adanya liberalisasi
tingkat suku bunga menggeser paradigma
kebijakan dari sistem yang dikontrol ketat oleh
bank sentral berubah menjadi sistem pasar di
mana kebijakan suku bunga ditentukan oleh
kekuatan pasar.
Bank Sentral Tiongkok atau dikenal juga dengan
People's Bank of China (PBOC) telah melakukan
beberapa kebijakan liberalisasi suku bunga dalam
beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2013, PBOC
melakukan kebijakan liberarlisasi suku bunga
berupa penghapusan batas bawah suku bunga
pinjaman (lending interest rate floor). PBOC
berharap kebijakan ini dapat menekan beban
pengeluaran perusahaan untuk mendapatkan
pinjaman dari perbankan. Dengan adanya
kebijakan ini, bank-bank di Tiongkok memiliki
kebebasan untuk memberi pinjaman dengan suku
bunga di bawah level yang ditentukan. Walaupun
begitu dalam penerapannya hanya sedikit bank
yang melakukan hal tersebut.
Baru-baru ini di bulan Oktober tahun 2015, PBOC
kembali melakukan liberalisasi suku bunga yaitu
penghapusan aturan batas atas suku bunga
deposito (deposit interest rate ceiling) dengan
tujuan untuk mendorong perekonomian.
Penghapusan suku bunga deposito akan
mendorong kompetisi antara institusi keuangan.
Bank-Bank kecil dapat melakukan peningkatan
sumber dana dari dana pihak ketiga (DPK) dengan
cara memberikan suku bunga yang lebih tinggi.
Hal ini tidak akan diikuti oleh bank besar
dikarenakan bank besar sudah memiliki DPK
dengan jumlah yang cukup besar dan karena
menaikan suku bunga hanya akan menyebabkan
naik nya biaya untuk bank tersebut. Dengan
kebijakan ini diharapkan industri perbankan di
Tiongkok menjadi semakin kompetitif sehingga
dapat mengatasi masalah monopoli dalam industri
perbankan.
Ilwa Nuzul Rahma
04
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Tidak semua negara melakukan kebijakan
liberalisasi suku bunga karena dapat menimbulkan
efek negatif yaitu terjadinya persaingan suku
bunga yang membuat suku bunga menjadi sangat
tinggi dan tidak wajar. Tingginya suku bunga ini
pada gilirannya akan berdampak pada high cost
economy, perlambatan ekspansi kredit,
peningkatan risiko kredit, penurunan aktivitas
perekonomian, dan terhambatnya pertumbuhan
ekonomi. Namun ini bukan hal yang perlu
dikhawatirkan oleh PBOC karena dilihat dari Chart
1, ketika PBOC meningkatkan batas atas suku
bunga deposito, bank-bank di Tiongkok
meresponnya dengan wajar masih dibawah batas
atas yang ditetapkan. Bank-Bank kecil melakukan
peningkatan sumber dana dari dana pihak ketiga
(DPK). Sedangkan bank besar cenderung menurun
jumlah DPK dikarenakan bank besar sudah
memiliki DPK dengan jumlah cukup besar seperti
terlihat pada Chart 2.
Meskipun bank-bank di Tiongkok telah memiliki
kebebasan dalam menentukan suku bunga
pinjaman dan suku bunga tabungan, sebenarnya
masih ada kontrol tidak langsung terhadap suku
bunga yaitu masih adanya tingkat suku bunga
acuan. Salah satu alasannya dikarenakan
pemerintah China masih meminjam pada tingkat
suku bunga acuan. Pemerintah Tiongkok memiliki
komposisi terbesar dalam investasi domestik di
Tiongkok yaitu sebesar 90 persen. Jadi secara tidak
langsung walaupun dilakukan liberarlisasi suku
bunga, pemerintah sebagai investor domestik
terbesar punya peran dalam menggerakan suku
bunga kearah suku bunga acuan.
05
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
KEUANGAN
CARRY TRADE
&
INSTABILITAS
KEUANGAN
Ilwa Nuzul Rahma
Carry trade merupakan salah satu strategi yang digunakan
oleh investor untuk menghasilkan keuntungan dari
perdagangan aset keuangan. Strategi carry trade diterapkan
dengan cara meminjam uang pada negara dengan tingkat
suku bunga yang rendah untuk kemudian diinvestasikan
pada instrumen keuangan di negara lain yang memberikan
suku bunga atau imbal hasil yang tinggi. Sehingga
keuntungan diperoleh dari perbedaan tingkat suku bunga
tersebut.
Foto: www.wsj.com
06
TINJAUAN EKONOMI DAN KEUANGAN
VOLUME V NOMOR 12 EDISI DESEMBER 2015
Salah satu negara yang memiliki tingkat suku bunga yang
relatif rendah yaitu Jepang dengan suku bunga berkisar
1%, sehingga Jepang menjadi salah satu sumber dana
bagi investor untuk kemudian diinvestasikan pada
instrumen keuangan di negara berkembang termasuk di
Indonesia. Aksi ini memberikan keuntungan yang cukup
besar, investor meminjam dana dari bank di Jepang
dengan