Top Banner
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Dasar Diabetes Mellitus 2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang di hubungkan dengan kekurangan secara absolute atau relative dari kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis dengan ciri khas hiperglikemia/ peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai normal (Mihardja,2009;awad dkk,2013). DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling banyak di temukan di masyarakat (Trisnawati 2013). Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan Heterogen yang di tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
64

rully BAB 2

Jul 11, 2016

Download

Documents

rendy

rully BAB 2
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: rully BAB 2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Dasar Diabetes Mellitus

2.1.1. Definisi Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang di hubungkan dengan kekurangan secara

absolute atau relative dari kerja dan atau sekresi insulin yang bersifat kronis

dengan ciri khas hiperglikemia/ peningkatan kadar glukosa darah di atas nilai

normal (Mihardja,2009;awad dkk,2013). DM tipe 2 adalah jenis DM yang paling

banyak di temukan di masyarakat (Trisnawati 2013).

Diabetes Mellitus merupakan sekelompok kelainan Heterogen yang di

tandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemia. (Brunner

dan Suddarth, 2002).

Diabetes Mellitus atau yang lebih dikenal sebagai penyakit kencing manis

adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat kadar glukosa darah

(GD) yang tinggi (hiperglikemi). Kadar GD tinggi disebabkan jumlah hormon

insulin kurang atau jumlah insulin cukup bahkan kadang-kadang lebih, tetapi

kurang efektif (resistensi insulin) (Waspadji,2007).

Diabetes Mellitus merupakan penyakit degenaratif yang memerlukan

upaya penanganan yang tepat dan serius. Apabila tidak di lakukan penanganan

Page 2: rully BAB 2

yang cermat, dampak dari penyakit tersebut dapat menyebabkan berbagai

komplikasi penyakit serius lainnya. Di antaranya jantung, strok, disfungsi ereksi,

gagal ginjal, dan kerusakan sistem syaraf (Ana,2009).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Diabetes

Mellitus merupakan syndrom gangguan metabolisme dalam tubuh yang di tandai

dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia) yang disebabkan

oleh defisiensi sekresi insulin relatif atau absolut yang mengancam hidup karena

dapat menimbulkan berbagai komplikasi sikronik baik pada mata, ginjal,

neurologis dan pembuluh darah.

2.1.2. Klasifikasi Diabetes Mellitus

Klasifikasi DM menurut (Sujono & Sukarmin, 2008) adalah:

a. Diabetes tipe I: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM).

Yaitu defisiensi insulin karena kerusakan sel-sel lanerhans yang

berhubungan dengan tipe HLA (Human Leucocyte Antigen) spesifik, Predisposisi

pada insulitis fenomena autoimun (cenderung ketosis dan terjadi pada semua usia

muda). Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunisasi (Kekebalan tubuh)

yang kemudia merusak sel-sel pulau Langerhans di pankreas. Kelainan ini

berdampak pada penurunan produksi insulin (Sujono & Sukarmin, 2008).

b. Diabetes tipe II: Diabetes Mellitus tidak bergantung insulin (Non Insulin

Dependent Diabetes Mellitus [NIDDM]).

Page 3: rully BAB 2

Yaitu Diabetes Mellitus resisten, lebih sering pada dewasa, tetapi dapat

terjadi pada semua umur. Kebanyakan penderita kelebihan berat badan, ada

kecenderungan familiar, mungkin perlu insulin pada saat hiperglikemik (Sujono

& Sukarmin, 2008).

c. Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindroma lainnya.

Adalah Diabetes Mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau

sindroma tertentu hiperglikemik terjadi karena penyakit lain, penyakit pankreas,

hormonal, obat atau bahan kimia, endokrinopati, kelainan reseptor insulin,

sindroma genetik tertentu (Sujono & Sukarmin, 2008).

d. Diabetes Mellitus Gestasional

Suatu bentuk Diabetes Mellitus yang berkembang pada beberapa wanita

selama kehamilan. Diabetes gestasional terjadi karena kelenjar pankreas tidak

mampu menghasilkan insulin yang cukup untuk mengkontrol gula darah

(glukosa) wanita tersebut pada tingkat yang aman bagi dirinya maupun janin yang

dikandungnya (Rudi & Sulis , 2013).

2.1.3 Etiologi Diabetes Mellitus

1. Diabetes Mellitus Tipe 1

Diabetes Mellitus tipe 1 atau biasa disebut diabetes tergantung insulin

(IDDM/Insulin Dependen Diabetes Mellitus), dicirikan dengan hilangnya sel beta

pengasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas sehingga terjadi

Page 4: rully BAB 2

kekurangan insulin pada tubuh. Diabetes tipe ini dapat di derita oleh anak-anak

maupun orang dewasa (Ana,2009).

2. Diabetes Mellitus tipe 2

Diabetes Mllitus tipe 2 atau sering di sebut diabetes tidak tergantung

insulin (NIDDM/Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Yakni tidak

tergantung insulin. Umumnya terjadi secara perlahan tidak diketahui adanya

selama bertahun-tahun. Walaupun demikian tidak berarti DM tipe 2 ini tidak

berbahaya. Walaupun tidak ada keluhan kalau tetap di biarkan kadar glukosanya

tinggi tentu akan menyebabkan terjadinya komplikasi menahan DM yang dapat

mengenai berbagai organ tubuh dan dalam jangka panjang tentu juga akan dapat

menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian. Banyak menyandang DM tipe 2

ini datang terlambat dan sudah mengidap komplikasi DM saat pertama kali di

diagnosis sebagai penyandang DM (Waspadji,2005).

3 Diabetes Mellitus tipe 3

Diabetes Mellitus tipe ini umumnya juga terjadi perlahan hampir seperti

dabetes millitus tipe 2. Penyebab dan dasar kelainannya sudah diketahui,

umumnya pada tingkat kelainan Biomolekuler. Walaupun sudah diketahui

mekanisme dasar kelainannya belum berarti bahwa kelainan tersebut dapat

diperbaiki. Penyebab kelainan dasarnya umumnya menetap (Sarwono,2005).

Page 5: rully BAB 2

4. Diabetes Mellitus pada kehamilan

Diabetes Mellitus ini dapat terjadi karena proses kehamilan itu sendiri

tetapi dapat juga terjadi karena diabetes millitus tipe 2 atau Diabetes Mellitus tipe

3 yang baru diketahui saat hamil. Kalau DM terjadi karena proses kehamilan itu

sendiri maka setelah melahirkan kadar glukosa darahnya akan kembali menjadi

normal dan baru selang beberapa tahun kemudian akan benar menetap menjadi

Diabetes Millitus. Diabetes mellitus pada kehamilan terjadi karena perubahan

metabolik fisiologis yang terjadi pada saat kehamilan. Perubahan tersebut

mengarah pada terjadinya resistensi insulin. Apabila sel beta pancreas tidak dapat

mengimbangi perubahan tersebut tentu akan terjadi DM pada kehamilan. Setelah

melahirkan karena perubahan fisiologis pada saat hamil hilang maka wanita

tersebut tentu akan menjadi normal kembali. Sebaliknya, kalau seorang wanita

sebelumnya sudah menyandang DM dan baru diketahui adanya DM saat hamil

maka nantinya setelah melahirkan ia akan tetap DM (Sarwono,2005).

2.1.4 Manifestasi Klinis Diabetes Mellitus

Tanda awal yang dapat di ketahui bahwa seseorang menderita DM atau

kencing manis yaitu di lihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah,

dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 – 180 mg/dl. Dan

air seni ( urine ) penderita kening manis yang mengandung gula ( glukosa ),

sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut ( Indah, 2011).

Page 6: rully BAB 2

Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala di

bawah ini meskipun tidak semua di alami oleh penderita (Rudi & Sulis, 2013):

a. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak ( polyuria ).

b. Sering atau cepat merasa haus / dahaga ( polydipsia ).

c. Lapar yang berlebihan atau makan banyak ( polyphagia ).

d. Frekuensi urine meningkat / kencing terus ( glycosuria ).

e. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya.

f. Kesemutan / mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan dan kaki.

g. Cepat lelah dan lemah setiap waktu.

h. Mengalami rabun penglihatan secara tiba – tiba.

i. Apabila luka / tergores ( korengan ) lambat penyembuhannya.

j. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan

seseorang tidaksadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing

manis dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu

atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit Diabetes

Mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2, umumnya

mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak

mengetahui telah menderita kencing manis ( Nurul 2011 ).

Page 7: rully BAB 2

2.1.5 Patofisiologi Diabetes Mellitus

Adanya faktor genetik, infeksi, obat-obatan tertentu, obesitas, serta diet

yang salah menyebabkan terjadinya destruksi sel β pada Langerhan dengan

manifestasi terjadinya defisiensi insulin. Berkurangnya produk insulin

menyebabkan :

a. Transport glukosa yang melalui dinding sel berkurang.

b. Glikogenesis menurun dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam

darah.

c. Glikolisis meningkat sehingga cadangan glikogen berkurang dan

glukosa hati dicurahkan ke darah.

d. Glukoneogenesis meningkat akibat peningkatan pemecahan protein

dan lemak.

Keempat keadaan di atas kemudian menyebabkan terjadinya

hiperglikemia. Apabila konsentrasi glukosa dalam darah tinggi pada Diabetes

Melitus tidak terkontrol, maka sel-sel akan menjadi sasaran starvasi. Untuk

mencukupi kebutuhan sel tersebut maka timbul mekanisme sel tubuh untuk

meningkatkan pemasukan makanan serta pemecahan glukosa yang disimpan

dalam otot dan hati. Proses ini jika berlangsung lama akan terjadi penurunan

massa otot dan penurunan berat badan. Keadaan hiperglikemia juga akan

meningkatkan osmolalitas darah. Peningkatan konsentrasi glukosa darah dan

osmolalitas darah akan menimbulkan dehidrasi dengan melalui mekanisme yaitu

Page 8: rully BAB 2

glikosuria dan diuresis osmotik akan terjadi dalam jumlah besar. Diuresis osmotik

menimbulkan peningkatan volume urin, dan akan menimbulkan rasa haus. Karena

adanya kehilangan kalori dan starvasi seluler akan timbul polifagia (banyak

makan/rasa selalu lapar).

Hiperglikemia menyebabkan penimbunan glukosa antar sel yang akan

menyebabkan terjadinya penyakit makrovaskuler dan penyakit mikrovaskuler.

Penyakit makrovaskuler berupa penyempitan lumen pembuluh darah besar yang

dapat membahayakan pengiriman oksigen ke jaringan dan menyebabkan iskemia

jaringan. Akibat dari keadaan ini adalah munculnya penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan serebrovaskuler, penyakit arteri renalis, dan penyakit

vaskuler perifer. Sedangkan perubahan mikrovaskuler ditandai dengan penebalan

dan kerusakan membran basalis dan pembuluh kapiler. Lipolisis menyebabkan

peningkatan asam lemak bebas, trigliserid dan glukogenesis. Terdapat hasil akhir

berupa keton yang asam (ketoasidosis). Jika keadaan cukup berat dapat

menimbulkan asidosis metabolik.

Page 9: rully BAB 2

2.1.6 WOC / Pathway

DM type 1 DM type 2

Faktor Faktor Faktor Faktor Obat-obatan Obesitas, Usia, Riwayat

Genetik Infeksi Imunologi lingkungan tertentu Keluarga/genetik, Diet

Reaksi autoimun

Sel pancreas hancu Jumlah sel pancreas

Defisiensi Insulin

Glukagon

Katabolisme Protein Hiperglikemi 60140 mg Kehilangan Kalori Lipolisis

Glycosuria Rasa Lapar As. Lemak Bebas

Diuretic Osmotic Polifagi As. Lemak

Glukoneogenesis Teroksidasi

Lemak

Poliuri Ketonemia

Dehidrasi Rasa haus <pengetahuan Ketonuri

Ketogenesis Hemokonsentrasi Polidipsi Pengelolaan Ketoasidosi

Ketonemia Trombosis Diabetes

PH Mual Ateroklerosis Cara Pengobatan Asidosis

Asidosis Muntah yang baru Metabolik

Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Devisit Volume Cairan

Page 10: rully BAB 2

Makrovaskuler Mikrovaskuler Keterbatasan Kognitif

Ekstremitas Retina Mampu mengingat

Rasa nyeri pada luka Gangren Retinopati

Nekrosis jaringan Diabetik

Gangguan

penglihatan

Sensasi sensori

Iskemik jaringan Obstruksi

Pembuluh darah

Resiko Tinggi Injury

Gangguan Integritas jaringan

Resiko Tinggi Gangguan Nutrisi Kurang dari kebutuhan

Cemas

Gangguan perfusi jaringan

Nyeri

Hambatan mobilitas fisik

Page 11: rully BAB 2

2.2.7 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan medis

Tujuan utama untuk terapi diabetes mellitus adalah mencoba

menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk

mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapiotik dalam

setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.

1. Diet

a) Tujuan umum penatalaksanaan diet pada diabetes mellitus adalah:

1. Mencapai dan mempertahankan kadar glukosa darah mendekati

kadar normal.

2. Mencapai dan mempertahankan lipid mendekati kadar yang

optimal.

3. Mencegah komplikasi akut dan kronis.

4. Meningkatkan kualitas hidup.

b) Jumlah kalori diperhitungkan sebagai berikut:

Page 12: rully BAB 2

1. Untuk menentukan diet kita harus tau dulu kebutuhan energi dari

penderita Diabetes mellitus, sebagai berikut:

a. tentukan BB ideal klien dengan rumus (TB-100-110%Kg).

b. Tentukan kebutuhan kalori penderita, kalau wanita BB

ideal x 25, sedangkan laki-laki BB ideal x 30.

c. Kemudian terapkan makanan yang dapat dikonsumsi

penderita Diabetes Mellitus.

d. Kemudian terapkan makanan yang dapat dikonsumsi

penderita.

2. Karbohidrat kompleks (serat dan tepung) yang dikonsumsi

penderita Diabetes Mellitus harus ditekankan adanya serat.

3. Lemak, karena prevalensi penyakit jantung koroner pada penderita

Diabetes Mellitus.

4. Alkohol, mempunyai banyak hal yang tidak menguntungkan untuk

penderita Diabetes Mellitus.

5. Natrium individu dengan Diabetes Mellitus dianjurkan tidak

makan lebih dari 3gr natrium setiap hari.

2. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama

kurang lebih setengah jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continous

Rythmiccal Intensity Progressiv Endurance) Terjadi pada semua usia

muda. Kelainan ini terjadi karena kerusakan sistem imunisasi (kekebalan

tubuh) yang kemudian merusak sel-sel pulau langerhans di pangkreas.

Page 13: rully BAB 2

Kelainan ini berdampak pada penurunan produksi insulin. (Sujono &

Sukarmin, 2008).

3. Obat-obatan

a) Golongan sulfoniluria

Cara kerja golongan ini adalah merangsang sel beta pankreas

untuk mengeluarkan insulin, jadi golongan sulfoniluria hanya bekerja

bila sel-sel beta utuh, menghalangi peningkatan insulin, mempertinggi

kepekaan jaringan terhadap insulin dan menekan pengeluaran

glukagen. Cara pemberian obat sulfonuria adalah: bila BB sekitar Ideal

kurang lebih 10% dari BB Ideal, bila kebutuhan insulin kurang dari 40

/hari, bila tidak ada stres akut, seperti infeksi berat atau perasi.

b) Golongan biguanid

Cara kerja golongan ini tidak merangsang sekresi insulin.

Golongan biguanid dapat menurunkan kadar gula darah menjadi

normal dan istimewahnya tidak pernah menyebabkan hipoglikemia.

c) Alfa Glukosidase Inhibitor

Obat ini berguna untuk menghambat kerja insulin alfa

glukosidase di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan

penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia post pradial. Obat

Page 14: rully BAB 2

ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan

tidak berpengaruh pada insulin.

d) Insulin Sensitizing Agent

Obat ini mempunyai efek farmakologi meningkatkan

sensitifitas berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa

menyebabkan hipoglikemia.

4. Insulin

Dari sekian banyak jenis insulin, untuk praktisnya hanya 3 jenis

yang penting menurut cara kerjanya, diantaranya adalah:

a) Yang kerja cepat: RI (Regular Insulin) dengan masa kerja 2-4 jam,

contoh obat: Actrapid

b) Yang kerja sedang: NPN (Non Protein Nitrogen), dengan masa kerja

6-12 jam.

c) Yang kerja lambat: PZI (Protamme Zinc Insulin) masa kerjanya 18-24

jam.

2.1.8 Komplikasi Diabetes Mellitus

1. Komplikasi Akut

a. Hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan

glukosa, dengan tanda-tanda:

Page 15: rully BAB 2

1. Rasa lapar.

2. Gemetar.

3. Keringat dingin.

4. Pusing

Hipoglikemia ( kadar glukosa darah yang abnormal rendah)

terjadi kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg / dl (2,7

hingga 3,3 mmol /1). Keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian

insulin atau preparat oral yang berlebihan. Konsumsi makanan yang

terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat.

b. Koma Diabetik

Berlawanan dengan hipoglikemik, koma diabetik ini timbul

karena kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi, biasanya lebih dari

600mg/dl. Gejala yang sering timbul adalah:

1. Nafsu makan menurun.

2. Haus, sering minum, kencing dalam jumlah yang banyak.

3. Kemudian disusul rasa mual, muntah, nafas cepat dan dalam serta

berbau aseton.

4. Sering disertai panas dalam, biasanya karena infeksi, harus segera

dibawa ke dokter (Ana,2009).

c. Diabetes Ketoasidosis

Page 16: rully BAB 2

Diabetes Ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin

atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata. Keadaan ini

mengakibatkan gangguan pada metabolisme karbohidrat, protein dan

lemak. Ada 3 gambaran klinis yang penting pada diatas ketoasidosis:

1) Dehidrasi.

2) Kehilangan elektrolit.

3) Asidosis

Ketosis dan asidosis yang merupakan ciri khas diabetes

ketoasidosis menimbulkan gejala gastrointestinal seperti anoreksia,

mual, muntah dan nyeri abdomen, dan nafas pasien berbau aseton.

2. komplikasi jangka panjang

a. Retinopati Diabetic merupakan kelainan patologis mata yang

disebabkan oleh perubahan dalam pembuluh-pembuluh darah kecil

pada retina mata.

b. Nefropati Diabetic adalah gangguan fungsi ginjal akibat kebocoran

selaput penyaring darah. Kadar gula darah yang tinggi secara perlahan

akan merusak selaput penyaring. Gula yang tinggi dalam darah akan

bereaksi dengan protein. Sehingga mengubah struktur dan fungsi sel.

Termasuk membran basal glomerulus. Akibatnya, penghalang protein

rusak dan terjadi kebocoran protein ke urine (albuminori). Hal ini

berpengaruh buruk pada ginjal.

Page 17: rully BAB 2

1.) Neuropati Diabetes. Dua tipe neuropati diabetic yang paling sering

di jumpai adalah polineuropati sensorik dan neuropati otonom.

Polineuropati sensorik (neuropati perifer) sering mengenal bagian

distal serabut syaraf, khususnya saraf elistrimitos bawah.

2.) Kaki Diabetik adalah kelainan pada tungkai bawah yang

merupakan komplikasi kronik diabetes mellitus. Suatu penyakit

pada penderita diabetes bagian kaki, dengan gejala dan tanda

sebagai berikut :

a. Sering kesemutan / gringgingan (asmiptomatus).

b. Jarak tampak menjadi lebih pendek (klaudilasio intermil).

c. Nyeri saat istirahat.

d. Kerusakan jaringan (nerosis, ulkus).

Komplikasi ini terjadi kerusakan saraf, pasien tidak dapat

membedakan suhu panas dan dingin, rasa sakitpun berkurang.

Kaki diabetik merupakan komplikasi yang serius dan mahal dari

diabetes. Meningkatnya prefalensi diabetes di dunia menyebabkan

peningkatan kasus amputasi kaki karena komplikasi yang diabetes,

studi epidemiologi melaporkan lebih dari satu juta amputasi

dilakukan pada penyandang diabetes setiap tahunnya.ini berarti

setiap 30 detik ada kasus amputasi kaki karena diabetes di seluruh

dunia.

Page 18: rully BAB 2

Umumnya kaki diabetik didahului dengan adanya ulkus

(luka). Hanya sekitar dua pertiga dari ulkus yang dapat sembuh

dengan cepat, sisanya berakhir dengan amputasi.rata-rata

diperlukan waktu sekitar enam bulan untuk penyembuhan ulkus.

Baik ulkus maupun amputasi memiliki dampak yang besar pada

kualitas hidup penyandang diabetes. Yakni terbatasnya kebebasan

bergerak, terisolasi secara sosial,dan menimbulkan stres psikologis

(Brunner and, suddart,2002).

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang Diabetes Mellitus

1. Glukosa darah sewaktu.

2. Kadar glukosa darah puasa.

3. Tes toleransi glukosa.

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis

DM (mg/dl).

Kadar

glukosa

darah

Bukan DM Belum pasti

DM

DM

Kadar glukosa

darah Sewaktu

Plasma vena

Darah kapiler

Kadar glukosa

<100 100-200 >200

Page 19: rully BAB 2

darah puasa

Plasma vena

Darah kapiler

<80

<110

<90

80-200

110-120

90-110

>200

>126

>110

Kriteria diagnostik WHO untuk Diabetes Mellitus pada sedikitnya 2

kali pemeriksaan:

1. Glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).

2. Glukosa plasma puasa > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).

3. Glukosa plasma dari sampel yang di ambil 2 jam kemudian

sesudah mengkonsumsi 75gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp)

> 200 mg/dl.

2.1.10 Faktor – Faktor Yang Mudah Terkena Diabetes :

Mengenal faktor-faktor risiko timbulnya diabetes adalah suatu keharusan.

Berikut ini faktor-faktor yang mudah terkena diabetes:

1. Keturunan. Bila ada anggota keluarga terkena diabetes, anda juga berisiko

jadi pasien diabetes.

2. Ras atau etnis. Orang kulit hitam lebih mudah terkena diabetes daripada

kulit putih. Orang Asia juga punya risiko lebih tinggi mengidap diabetes.

Page 20: rully BAB 2

3. Usia. Risiko kena diabetes akan meningkatkan dengan bertambahnya usia,

terutama pada usia di atas 40 tahun.

4. Obesitas. Semakin banyak lemak menimbun di perut, semakin sulit pula

insulin bekerja sehingga gula darah mudah naik.

5. Kurang gerak badan. Makin kurang gerak badan, makin mudah seseorang

terkena diabetes.

6. Kehamilan. Diabetes dapat terjadi pada 2-5 persen dari wanita hamil.

7. Infeksi. Infeksi virus bisa menyerang pankreas, merusak sel pankreas, dan

menimbulkan diabetes.

8. Stres. Stres menyebabkan hormon counter-insulin( yang kerjanya

berlawanan dengan insulin) lebih aktif sehingga glukosa darah akan

meningkat.

9. Obat-obatan. Beberapa obat dapat meningkatkan kadar gula darah.

Setelah anda mempelajari sembilan faktor risiko diatas, anda akan

mendapatkan bahwa tiga faktor pertama (keturnan, ras, dan usia) memang

tidak bisa diubah. Kendati demikian, enam faktor-faktor lainnya seperti

obesitas, kurang gerak, stres, dan sebagainya, seharusnya bisa anda

kendalikan. Jika dapat memahami betul apa saja yang bisa menyebabkan gula

darah seseorang melampaui batas, anda harus bisa mencegah penyakit

diabetes itu.

Page 21: rully BAB 2

2.2. Konsep Dasar Gangren

2.2.1 Definisi

Gangren adalah luka yang sudah membusuk dan bisa melebar, ditandai

dengan jaringan yang mati berwarna kehitaman dan membau karena disertai

pembusuka oleh bakteri (elizabeth, 2009). Begitu pula menurut Askandar

(2001) Gangren adalah proses atau keadaan yang ditandai dengan adanya

jaringan mati atau nekrosis, namun secara mikrobiologis adalah proses

nekrosis yang disebabkan oleh infeksi.

Gangren diabetik adalah nekrosis jaringan pada bagian tubuh perifer

akibat penyakit diabetes mellitus. Biasanya gangren tersebut terjadi pada

daerah tungkai. Keadaan ini ditandai dengan pertukaran sekulitis dan

timbulnya fasikula atau bula yang hemoragik kuman yang biasa menginfeksi

pada gangren diabetik adalah stretptococcus (misnadiraly, 2006).

2.2.2. Etiologi (Penyebab)

a) Akibat suplai darah yang tidak lancar kedaerah yang terluka.

b) Infeksi kuman

c) Akibat trauma

d) Luka pasca kecelakaan, luka tusuk, atau tindakan oprasi.

e) Bekuan darah dalam pembuluh darah arteri.

f) Pengerasan pembuluh darah arteri

g) Beku atau kedinginan dalam jangka waktu yang cukup lama

Page 22: rully BAB 2

2.2.3. Klasifikasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

Menurut wagner (1983) membagi gangren kaki diabetik terbagi

menjadi enam tingkatan yaitu:

1). Grade 0 : tidak ada luka

2). Grade I : merasakan hanya sampai pada permukaan kulit

3). Grade II : kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4). Grade III : terjadi abses

5). Grade IV : gangren pada kaki, bagian distal

6). Grade V : gangren pada seluruh kaki dan tungkak bawah distal

2.2.4. Gejala DM

Adapun tanda dan gejala yang harus di waspadai untuk terjadinya kaki

diabetik (gangren):

1. Jaringan mati atau rusak akibat luka yang terinfeksi

2. Mengenai bagian tubuh yang mana saja, sering pada jari kakidan tangan

serta tungkai dan lengan

3. Kulit tampak kehitaman disertai otat dan tulang yang mati.

4. Pembengkakan di bawah kulit, teraba seperti gelembung udara yang

tertangkap

Page 23: rully BAB 2

5. Bengkak dan nyeri

6. Keluar cairan dan berbau tidak enak.

7. Bisa disertai demam sampai 38oC (Wratsongko & Trianggoro 2007).

2.2.5. Pengobatan DM

Prinsip pengobatan gangren diabetik adalah :

1. Mengendalikan glukosa darah secara optimal

2. Mengatasi infeksi

3. Membersihkan jaringan nefrotik sebaik-baiknya

4. Merawat luka

5. Menghilangkan oedem luka

6. Mengharuskan tirah baring

7. Memberikan sepatu khusus

8. Memberikan penyuluhan tentang kaki

Terapi gangren dapat dilakukan dengan cara sistemik yaitu dengan

antibiotika,kontrol diabetes dapat dengan insulin dan lokal yaitu

dengan cara kaki direndam dalam betadin (1-3%)selama (1-2)x1

jam/hari,kemudian dengan betadin (3-10%)

2.2.6. Faktor Resiko Terjadinya Gangren Diabetik

Faktor resiko terjadinya gangren diabetik

1. Faktor-faktor resiko ulkus dan amputasi kaki diabetik :

Page 24: rully BAB 2

a) Gangguan saraf

b) Kelainan bentuk kaki

c) Peningkatan tekanan atau beban pada kaki.

d) Kelainan tulang-tulang kaki

e) Gangguan pembuluh darah.

f) Riwayat luka pada kaki

g) Kelainan pertumbuhan kuku

h) Pemakain sepatu yang tidak sesuai.

Jika terjadi komplikasi saraf, maka pengobatan yang dilakukan adalah

mengontrol kadar glukosa darah semaksimal mungkin untuk memperlambat

keburukan.

2. Gejala yang sering dikeluhkan:

a) Rasa nyeri pada kaki seperti rasa terbakar

b) Tidak berasa

c) Rasa tebal pada kaki

d) Perasaan panas atau dingin

e) Penurunan ambang rasa sakit mati rasa, terhadap suhu, rasa getar.

f) Produksi keringat yang menurun, kulit yang kering dan pecah-pecah.

g) kaki terasa lebih hangat.

3. Gangguan pembuluh darah

Gangguna pembuluh darah ini disebabkan proses pengerasan pada

dinding pembuluh darah, penyempitan limen pembuluh darah ataupun

Page 25: rully BAB 2

sumbatan pembuluh darah, sehingga menimbulkan gangguan aliran darah.

Selain tingginya kadar gula darah, tekanan darah tinggi, kolestrol tinggi, dan

merokok merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya penyumbatan

pembuluh darah.

2.2.7 Prinsip Pengobatan Gangren Diabetik

Prinsip pengobatan gangren diabetik adalah :

1. Mengendalikan glukosa darah secara optimal.

2. Mengatasi infeksi.

3. Membersihkan jaringan nefrotik sebaik-baiknya.

4. Merawat luka .

5. Menghilangkan oedem luka .

6. Mengharuskan tirah baring.

7. Memberikan sepatu khusus.

8. Memberikan penyuluhan tentang kaki.

Terapi gangren dapat dilakukan dengan cara sistemik yaitu dengan

antibiotika, kontrol diabetes dapat dengan insulin dan lokal yaitu dengan cara

kaki direndam dalam betadin (1-3%) selama (1-2)x1 jam/hari, kemudian

dengan betadin (3-10%).

Page 26: rully BAB 2

2.3. Konsep Perawatan Luka

2.3.1 Definisi Luka

Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan oleh karena adanya

cedera atau pembedahan. Luka ini bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur

anatomis, sifat proses penyembuhan dan lama penyembuhan. Adapun

berdasarkan sifat yaitu : abrasi, kontusia, insisi, laserasi, terbuka, penetrasi,

puncture, sepsis, dll. Sedangkan klasifikasi berdasarkan struktur lapisan kulit

meliputi : partial thickness, yang melibatkan lapisan epidermis dan dermis :

dan fullthickness yang melibatkan epidermis, dermis,lapisan lemak. Fascia dan

bahkan sampai ke tulang (Marison,2004). Sedangkan menurut (Lazarus et al,

1994) luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses

patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ

tertentu.

2.3.2 Faktor Yang Memperlambat Penyembuhan Luka

1. Kurangnya suplai darah

2. Penurunan sulpai oksigen

3. Dehidrasi

4. Malnutrisi

5. Penurunan daya tahan tubuh

6. Merokok

7. Usia

Page 27: rully BAB 2

8. Eksudatberlebih

9. Turunnya temperatur

10. Hematoma

11. Jaringan nekrotik, krusta yang berlebih dan benda asing

2.3.3 Standar Operasional Prosedur Perawatan Gangren Diabetikum

Cara perawatan gangren diabetik :

1. Persiapan bahan dan alat dengan prinsip steril :

a. Alat-alat :

1.) Pinset anatomis : 2buah.

2.) Pinset cirurgis : 2buah.

3.) Gunting cirurgis : 1buah.

4.) Gunting lurus :1buah.

5.) Bengkok :2buah.

6.) Arteri clain pain :1buah.

7.) Blass spuiit :2buah.

8.) Korentang dengan tempatnya :1buah

b. bahan :

1.) Kapas savlon.

2.) Kassa steril.

3.) Duk steril.

4.) Verband.

Page 28: rully BAB 2

5.) Plester.

6.) Bethadine.

7.) Air steril.

8.) Perlak.

9.) Masker.

10.) Skort.

2. Mempersiapkan Klien

a. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan klien.

b. Memberitahu tentang pelaksanaan perawatan luka.

3. Persiapan diri perawat

a. Mencuci tangan.

b. Memakai skort, masker, dan handscoon.

4. Cara kerja: prinsip steril

a. Memasang perlak dibawah luka.

b. Meletakkan bengkok dibawah luka.

c. Irigasi luka dengan air steril sampai bersih.

d. Sisi pus dibersihkan dengan kapas sevlon.

e. Mengangkat nekrosis sampai bersih.

f. Menutup luka dengan kasa steril.

Page 29: rully BAB 2

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien gangrene kaki

diabetic hendaknya dilakukan secara komperehensif dengan menggunakan

proses keperawatan.

Proses keperawatan adalah suatu metode sistematik untuk mengkaji

respon manusia terhadap masalah-masalah dan membuat rencana keperawatan

yang bertujuan untuk mengatasi masalah – masalah tersebut. Masalah – masalah

kesehatan dapat berhubungan dengan klien keluarga juga orang terdekat atau

masyarakat. Proses keperawatan mendokumentasikan kontribusi perawat dalam

mengurangi / mengatasi masalah – masalah kesehatan.

Proses kesehatan terdiri dari 5 tahapan, yaitu : pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.

2.4.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari

proses keperawatan yang mempunyai dua kegitan pokok, yaitu :

Page 30: rully BAB 2

2.4.1.1 Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan

membantu dalam menentukan status kesehatan dan pola

pertahanan penderita, mengidentifikasi, kekuatan dan kebutuhan

penderita yang dapat di peroleh melalui anamneses,

pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan

penunjang lainnya.

1. Anamnese

a. Identitas

Identitas Klien. Meliputi nama, umur, jenis kelamin,

agama, pendidikan perlu dikaji untuk mengetahui

tingkat pengetahuan klien yang akan berpengaruh

terhadap tingkat pemahaman klien akan suatu informasi,

pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui apakah

pekerjaannya merupakan faktor predisposisi atau bahkan

faktor presipitasi terjadinya penyakit DM, suku/bangsa,

tanggal masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis

dan alamat.

Identitas Penanggung jawab. Meliputi nama, umur, jenis

kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan

hubungan dengan klien.

Page 31: rully BAB 2

b. Keluhan Utama

Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa

raba yang menurun, adanya luka yang tidak sembuh –

sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab

terjadinya luka serta upaya yang telah di lakukan oleh

penderita untuk mengatasinya. Kembangkan dengan

metode PQRST dari mulai keluhan dirasakan sampai

klien datang ke rumah sakit.

d. Riwayat Kesehatan Dahulu

Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit

lain yang ada kaitannya dengan defisiensi insulin

misalnya penyakit pankres. Adanya riwayat penyakit

jantung, obesitas, maupun arteroklerosis, tindakan medis

yang pernah di dapat maupun obat – obatan yang biasa

digunakan oleh penderita.

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu

anggota keluarga yang juga menderita DM atau penyakit

Page 32: rully BAB 2

keturunan yang dapat menyebabkan terjadinya defisiensi

insulin misal hipertensi, jantung.

f. Riwayat Psikososial

Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan

emosi yang dialami penderita sehubungan dengan

penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit

penderita.

2. Pemeriksaan fisik

a. Status kesehatan umum.

Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara,

tinggi badan, berat badan, dan tanda – tanda vital.

b. Kepala dan Leher

Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran

leher, telinga kadang–kadang berdenging, adakah

gangguan pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah

menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah

bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur /

ganda, diplopia, lensa mata keruh.

Page 33: rully BAB 2

c. Sistem Integumen

Turgor kuli menurun, adanya luka atau warna kehitaman

bekas luka, kelembaban dan suhu di daerah sekitar ulkus

dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur

rambut dan luka.

d. Sistem Pernafasan

Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada

penderita DM mudah terjadi infeksi.

e. Sistem Kardiovaskuler

Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

berkurang, takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi,

aritmia, kardiomegalis.

f. Sistem Gastrointestinal

Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare,

konstipasi, dehidrase, perubahan berat badan,

peningkatan lingkar abdomen, obesitas.

g. Sistem Urinary

Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas

atau sakit saat berkemih.

Page 34: rully BAB 2

h. Sistem Muskuluskeletal

Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahan

tinggi badan, cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya

gangren di ekstremitas.

i. Sistem Neurologi

Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia,

letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau mental,

disorientasi.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :

a. Pemeriksaan darah

Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula

darah puasa >120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200

mg/dl.

b. Urine

Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine.

Pemeriksaan dilakukan dengan cara benedict ( reduksi ).

Hasil dapat di lihat melalui perubahan jwarabna pada

Page 35: rully BAB 2

urine : hujau (+), kuning (++), merah (+++), dan merah

bata (++++).

c. Kultur pus

Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan

antibiotic yang sesuai dengan jenis kuman.

2.4.1.2 Analisa Data

Data yang sudah terkumpul selanjutnya di kelompokkan

dan dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam

mengelompokkan data di bedakan atas data subyektif dan

berpedoman pada teori Abraham maslow yang terdiri dari :

1. Kebutuhan dasar atau fisiologis.

2. Kebutuhan rasa aman.

3. Kebutuhan cinta dan kasih sayang.

4. Kebutuhan harga diri.

5. Kebutuhan aktualisasi diri.

Data yang telah di kelompokkan tadi dianalisa sehingga

dapat diambil kesimpulan tentang masalah keperawatan dan

kemungkinan penyebab, yang dapat di rumuskan dalam bentuk

Page 36: rully BAB 2

diagnosa keperawatan meliputi aktual, potensial, dan

kemungkinan.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinis tentang respon individu,

keluarga atau komunitas terhadap proses kehidupan / masalah

kesehatan. Aktual atau potensal dan kemungkinan dan membutuhkan

tindakan keperawatan untuk memecahkan masalah tersebut.

Adapun diagonosa keperawatan yang muncul pada klien gangrene

kaki diabetic adalah :

1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan melemahnya /

menurunnya aliran darah ke daerah gangrene akibat adanya

obstruksi pembuluh darah.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan adanya

gangrene pada ekstremitas.

3. Nyeri Akut berhubungan dengan iskemik jaringan.

4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan rasa nyeri pada

luka.

5. Resiko tinggi gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan penurunan metabolisme karbohidrat akibat

Page 37: rully BAB 2

defisiensi insulin, intake tidak adekuat akibat adanya mual dan

muntah.

6. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotic

dari hiperglikemia, poliuria, berkurangnya intake cairan.

7. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan

intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan

bertambah, sering lapar (polifagi), dan kurangnya pengetahuan.

8. Resiko tinggi injuri berhubungan dengan penurunan sensasi

sensori (visual), kelemahan dan hipoglikemia.

9. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang

penyakinya.

2.4.3 Perencanaan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, ketidakseimbangan

intake makanan dengan aktivitas fisik, kebiasaan pola makan

bertambah, sering lapar (polifagi), dan kurangnya pengetahuan.

Tujuan: Intake nutrisi adekuat.

Page 38: rully BAB 2

Kriteria evaluasi:

Kadar glukosa darah dalam tingkat yang optimal.

Berat badan ideal dapat dicapai dan dipertahankan.

Klien dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan.

Klien dapat memilih makanan berdasarkan pada panduan

penurunan kalori.

Rencana:

Intervensi Rasional

Diskusikan dengan pasien dan

keluarga tentang faktor penyebab.

Kaji psikososial pasien yang

berhubungan dengan makan

berlebih.

Jelaskan hubungan obesitas dengan

diabetes.

Konsultasikan dengan ahli gizi

untuk program diet.

Motivasi klien untuk

mengkonsumsi cukup makanan

yang mengandung kompleks

karbohidrat yang tinggi.

Bantu memilih menu harian

berdasarkan rencana rendah kalori

dan rendah lemak.

Pengertian dapat memotivasi untuk menghindari

faktor penyebab.

Psikologis dapat mempengaruhi perilaku makan

yang berlebih.

Obesitas dapat menyebabkan DM tipe II.

Untuk menetapkan dan menghitung diet sesuai

dengan kebutuhan klien.

Dapat membantu dalam penurunan berat badan.

Menghindari kebosanan akan menu pada diet yang

telah ditentukan.

Page 39: rully BAB 2

Timbang berat badan setiap hari.

Diskusikan kebutuhan diet dan

tingkatkan latihan sesuai program

diet.

Libatkan keluarga dalam

perencanaan makan sesuai program

diet dan indikasi.

Kolaborasi pemeriksaan gula darah,

pH, HCO3

Menunjukkan intake nutrisi yang adekuat.

Latihan memudahkan ambilan glukosa sehingga

menurunkan kadar gula darah, memudahkan

penurunan berat badan, dan menurunkan resiko

aterosklerosis.

Memberikan rasa keterlibatan, memberikan

informasi kepada keluarga tentang kebutuhan

nutrisi klien.

Gula darah akan menurun secara perlahan-lahan

pada insulin yang terkontrol. Pemberian insulin

dosis optimal menyebabkan glukosa masuk

kedalam sel yang digunakan untuk energi.

2. Gangguan integritas jaringan berhubungan dengan penurunan

sensasi sensori, gangguan sirkulasi, penurunan aktivitas /

mobilisasi, kurangnya pengetahuan tentang perawatan kulit,

adanya gangrene.

Tujuan: Integritas kulit dapat dipertahankan.

Kriteria evaluasi:

Keadaan kulit tetap utuh pada daerah yang mengalami gangguan

seperti yang ditunjukkan oleh hal-hal berikut:

a. Kulit yang mengalami lesi kelihatan bersih dan

memperlihatkan tanda-tanda penyembuhan.

Page 40: rully BAB 2

b. Klien atau orang terdekat memperlihatkan perawatan kulit

yang tepat.

c. Dapat mempertahankan kesehatan jaringan kulit seperti yang

ditunjukkan oleh hal-hal berikut: Tidak mengalami kerusakan

kulit, tidak terdapat daerah kemerahan, mempertahankan

sirkulasi adekuat.

Rencana:

Intervensi Rasional

Inspeksi kulit terhadap perubahan

warna, turgor, vascular.

Jaga kulit tetap bersih dan kering.

Berikan perawatan kulit dengan salep

atau krim.

Pertahankan linen kering.

Lakukan perawatan luka dengan

larutan NaCl dan debridement sesuai

order.

Berikan obat-obatan luka.

Awasi dengan ketat terhadap tanda

dan gejala infeksi.

Berikan tindakan untuk

memaksimalkan sirkulasi darah.

Awasi hasil pemeriksaan laboratorium

seperti albumin

Menandakan area sirkulasi buruk yang dapat

menimbulkan dekubitus/infeksi.

Kulit kotor dan basah merupakan media yang baik

untuk tumbuhnya mikroorganisme.

Salep dan krim berfungsi untuk melembabkan kulit

sehingga mencegah terjadinya robekan kulit.

Menurunkan iritasi pada kulit dan resiko kerusakan

kulit.

Membersihkan luka sehingga mempercepat

tumbuhnya jaringan baru.

Membunuh mikroorganisme dan mempercepat

penyembuhan luka.

Deteksi dini sebagai upaya preventif dan menentukan

intervensi yang tepat.

Sirkulasi adekuat penting untuk aktivitas sel.

Sebagai indikator pertukaran nutrisi.

Page 41: rully BAB 2

3. Nyeri berhubungan dengan iskemik jaringan.

Tujuan : rasa nyeri hilang / berkurang

Kriteria hasil :

Penderita secara verbal mengatakan nyeri berkurang / hilang.

Penderita dapat melakukan metode atau tindakan mengurangi

nyeri.

Pergerakan penderita bertambah luas.

Tidak ada keringat dingin, tanda vital dalam batas normal

S : 36 – 37,50C

N: 60 – 80 x /menit

T : 100 – 130 mmHg

RR : 18 – 20 x /menit

Rencana tindakan :

1. Kaji tingkat, frekuensi, dan reaksi nyeri yang dialami pasien.

Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yangdialami

pasien.

2. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri.

Rasional : pemahaman pasien tentang penyebab nyeri yang

terjadi akan mengurangi ketegangan pasien dan memudahkan

pasien untuk diajak bekerjasama dalam melakukan tindakan.

3. Ciptakan lingkungan yang tenang.

Rasional : Rangasanga yang berlebihan dari lingkungan akan

memperberat rasa nyeri.

Page 42: rully BAB 2

4. Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Teknik distraksi dan relaksasi dapat mengurangi

rasa nyeri yang dirasakan pasien.

5. Atur posisi pasien senyaman mungkin sesuai keinginan pasien.

Rasional : Posisi yang nyaman akan membantu memberikan

kesempatan pada otot untuk relaksasi seoptimal mungkin.

6. Lakukan massage dan kompres luka dengan BWC saat rawat

luka.

Rasional : massage dapat meningkatkan vaskulerisasi dan

pengeluaran pus sedangkan BWC sebagai desinfektan yang

dapat memberikan rasa nyaman.

7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik.

Rasional : Obat –obat analgesik dapat membantu mengurangi

nyeri pasien.

2.4.4 Penatalaksanaan

Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan

keperawatan yang telah ditentukan, dengan tujuan untuk memenuhi

kebutuhan pasien secara optimal. Pelaksanaan adalah pengelolaan dan

perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap

perencanaan.

Page 43: rully BAB 2

2.4.5 Evaluasi

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan

terencana tentang kesehatan pasien dengan tujuan yang telah

ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan

melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam

melaksanakan rencana tindakan yang telah ditentukan, untuk

mengetahui pemenuhan kebutuhan pasien secara optimal dan

mengukur hasil dari proses keperawatan.

Evaluasi keperawatan adalah mengukur keberhasilan dari

rencana dan pelaksanaan tindakan perawatan yang dilakukan dalam

memenuhi kebutuhan pasien. Dalam pendokumentasiannya dilakukan

melalui pendekatan SOAP.

S = Respon Subyektif klien terhadap tindakan.

O = Respon Obyektif klien terhadap tindakan.

A = Analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk

menyimpulkan masalah.

P = Perencanaan atau tindakan.