Top Banner
Ruang Inspirasi icha Kamis, 06 Desember 2012 Pengantar Linguistik umum PENDAHULUAN Secara popular orang seringmenyatakan liguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Kata liguistic dalam bahasa inggris, liguistique dalam bahasa prancis,dan linguistiek dalam bahasa belanda diturunkan dari kata latin lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa roman yaitu bahas yang berasal dari bahasa latin, terdapatkata yang serupa atau mirip dengan kata latin lingua. Ilmu linguistic disebut linguistic umum (general linguistics) artinya ilmu linguistic itu tidak mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Perolehan adalah wujud bahasayang konkret, yang diucapkan anggoa masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Langangu adalah system bahasa manusia secara umum; jadi sifatnya abstrak. BAB I LINGUISTIK SEBAGAI ILMU 1.1 Keilmiahan Linguistik Pada dasarnya setiap ilmu termasuk juga ilmiah linguistic telah mengalami tiga tahap perkembangan bagan sebagai berikut : 1. 1. 1 Tahap spekulasi. Artinya kesimpulan itu dibuat tanpa bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.Misalnya: Bumi ini berbentuk datar seperti mega.
124

Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Jan 18, 2016

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Ruang Inspirasi icha

Kamis, 06 Desember 2012

Pengantar Linguistik umum

PENDAHULUAN

Secara popular orang seringmenyatakan liguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya. Kata liguistic dalam bahasa inggris, liguistique dalam bahasa prancis,dan linguistiek dalam bahasa belanda diturunkan dari kata latin lingua yang berarti bahasa. Dalam bahasa roman yaitu bahas yang berasal dari bahasa latin, terdapatkata yang serupa atau mirip dengan kata latin lingua.

Ilmu linguistic disebut linguistic umum (general linguistics) artinya ilmu linguistic itu tidak mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa pada umumnya. Perolehan adalah wujud bahasayang konkret, yang diucapkan anggoa masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Langangu adalah system bahasa manusia secara umum; jadi sifatnya abstrak.

BAB I

LINGUISTIK SEBAGAI ILMU

1.1  Keilmiahan Linguistik

Pada dasarnya setiap ilmu termasuk juga ilmiah linguistic telah mengalami tiga tahap

perkembangan bagan sebagai berikut :

1. 1. 1 Tahap spekulasi. Artinya kesimpulan itu dibuat tanpa bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.Misalnya: Bumi ini berbentuk datar seperti mega.

2.        1.1.2 Tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini baru mengumpulkan dan

menggolong-golongkan segala fakta bahasa dengan teliti tanpa member teori atau kesimpulan

apapun.

Misalnya: bahasa didaftarkan, ditelaah cirri-cirinya, lalu dikelompok-kelompokan

berdasarkan kesamaan-kesamaan cirri yang dimiliki bahasa tersebut.

3      1.1.3 Tahap adanya perumusan teori setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-

masalah dasar dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah itu berdasarkan

data empiris yang dikumpulkan.

Page 2: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Misalnya: seorang pakar ingin mengetahui bagaimana susunan kata dala kalimat bahasa yang

ada di dunia ini. Menemukan bahwa verba atau kata kerja dalam bahasa jepang terletak pada

akhir kalimat, lalu hal tersebut juga ditemukan dalam bahasa turki.

1.2  Subdisiplin Lingustik

Setiap disiplin ilmu biasanya dibagi atas bidang-bidang bawahan (subdisiplin) atau

cabang-cabang bekenaan dengan adanya hubungan disiplin itu dengan masalah-masalah lain.

Misalnya: ilmu kimia dibagi atas kimia oeganik dan kimia anorganik.

1.2.1        Berdasrkan Objek Kajiannya Linguistik Umum dan Linguistik Khusus Linguistik Umum adalah linguistic yang berusaha mengkaji kaidah-kaidah bahasa

secara umum atau keseluruhan, sedangkan Linguistik Khusus adalah mengkaji kaidah bahasa

yang berlaku pada bahasa tertentu.

Misalnya: Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, atau Bahasa Jawa saja.

1.2.2 Berdasarkan Objek Kajiannya Linguistik Sinkronik Dan Linguistik DigkronikLinguistik sinkronik mengkaji bahasa pada masa yang terbatas, misalnya pengkajian

Bahasa Indonesia pada tahun dua puluhan linguistik diakronik berupaya menkaji bahasa pada

masa yang tidak terbatas , misalnya: bahasa latin dan bahasa sangsakerta. Kajian diakronik

bersifat historis dan komporatif. Tujuan linguistik diakronik ini adalah untuk mengetahui

sejarah structural bahasa itu beserta dengan bentuk perubahan.

1.2.3        1.2.3 Berdasarkan Objek Kajiannya Linguistik Mikro Dan Linguistik Makro

Linguistik mikro mengarahkan kajiannya pada struktur internal suatu nahasa tertentu

atau struktur internal bahasa pada umumnya. Linguistik mikro ada subdisplin linguistic

fonologi, morfologi, sintaksisi, semantik dan legsikologi. Linguistik makro yang enyelidiki

bahasa dalam kaitannya dengan factor-faktor diluar bahasa, lebih banyak membahas faktor-

faktor luar bahasanya itu dari pada struktur internal bahasa, Misalnya: sosiolinguistik,

spikolinguistik, etnolinguistik, antropolinguistik, stilistika, filiologi, dialektologi, filsafat

bahasa, neurolongiustik.

1.2.4        1.2.4 Berdasarkan Tujuannya Lingustik teoritis dan Linguistik Terapan

Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa atau bahasa-

bahasa, atau juga terhadap hubungan bahasa dengan faktor-faktor yang berada di luar bahasa

hanya untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannyaitu, maka

linguistik terapan berusaha mengadakan penyelidikan bahasa atau hubungan bahasa dengan

Page 3: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

faktor-faktor di luar bahasa untuk kepentingan memecahkan masalah-masalah praktis yang

terdapat di dalam masyarakat. Misalnya: menyelidiki linguistik untuk kepentingan pengajaran

bahasa, menyusun buku ajaer, penerjemah buku.

1.2.5        1.2.5 Berdasarkan Aliran Atau Teori Yang Digunakan Dalam Penyelidikan Bahasa

Diluar bidang atau cabang yang sudah dibicarakan di atas masih ada bidang yang lain,

yaitu yang menggeluti sejarah linguistik. Bidang sejarah linguistik ini berusaha menyelidiki

perkembangan seluk beluk ilmu lingustik itu sendiri dari masa ke masa, serta mempelajari

pengaruh ilmu-ilmu lain, dan pengaruh berbagai paranata masyarakat seprti: kepercayaan,

adat istiadat, pendidikan dan sebagainya terhadap linguistik sepanjang masa. 

 

1.3  Analisis Linguistik

Analisis linguistik dilakukan terhadap bahasa atau lebih tepat terhadap semua tataran

tingkat bahasa, yaitu Fonetik, Fonemik, Morfologi, Sintaksis, dan semantik.

1.3.1        1.3.1Struktur, Sistem, dan Distribusi

Bapak linguistik modern, Ferdinand De Saussure (1857-1973) dalam bukunya Course

de Linguistik General (terbitan pertama kali 1913, terjemahannya dalam bahasa Indonesia

terbitan 1988) membedakan adanya dua jenis hubungan atau relasi yang terdapat antara

satuan-satuan bahasa yaitu relasi sintagmatik dan relasi asosiatif. Yang dimaksud dengan

relasi sintagmatik adalah hubungan yang terdapat antara satuan bahasa di dalam kalimat yang

konkret tertentu; sedangkan relasi asosiatif adalah hubungan yang terdapat dalam bahasa,

namun tidak tampak dalam satuan kalimat. Misalnya: dalam kalimat, dia mengikuti ibunya

terdapat 15 buah fonem yang berkaitan dengan cara tertentu, ada 3 buah kata dengan

hubungannya yang tertentu pula, dan ada 3 fungsi sintaksis, yaitu subjek, prediket dan objek,

yang mempunyai hubungan tertentu pula.

1.3.2        1.3.2 Analisis Bawah Langsung

Analisis bawah langsung sering juga disebut analisis unsure langsung atau analisi

bawahan terdekat (inggrisnya adalah Immediate Constituent Analysis) adalah suatu teknik

dalam menganalisis unsure-unsur atau konstituen yang membangun satuan bahasa, entah

satuan kata, satuan frase, satuan klausa, maupun satuan kalimat. Misalnya: satuan bahaa yang

berupa kata dimakan unsur langsungnya adalah di dan makan.

Page 4: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.3.3        1.3.3 Analisis Rangkaian Unsur dan Analisi Proses Unsur

Satuan-satuan bahasa dapat pula dinalisis menurut teknik analisis rangkaian unsur dan

analisis proses unsur. Kedua cara ini buka barang baru, sebab sudah dipersoalkan orang sejak

tahun empat puluhan. Satuan bahasa yang di analisis biasanya terbatas hanya pada satuan

morfologi

Analisis rangkaian unsur (inggrisnya: Item and Arrangement) mengajarkan bahwa

setiap satuan bahasa di bentuk atau di tata dari unsur-unsur lain. Misalnya satuan tertimbun

terdiri dari ter+timbun satuan keinginan terdiri dari dingin+ke-/-an dan rumah-rumahan

terdiri dari rumah+rumah. Berbeda dengan anlisis rangkaian unsur.

Maka analisis proses unsur (bahasa inggrisnya: Item and Process) menganggap setiap

satuan bahasa adalah merupakan hasil dari suatu proses pembentukan.

1.4  Manfaat Linguistik

Bagi guru, terutama guru bahasa pengetahuan bahasa sangat penting, mulai dari

subdisiplin, morfologi, sintaksis, leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai

hubungan bahasa dengan kemasyakatan dan kebudayaan. Bagi penerjemah pengetahuan

linguistik metlak diperlukan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis,

simantik.

Bagi penyusun kamu atau leksikograper menguasai semua aspek linguistik mutlak

diperlukan sebab linguistik akan memberikan manfaat dalam penyelesaian tugasnya. Manfaat

linguistik bagi penyusun buku pelajar atau buku teks. Pengetahuan linguistik akan

memberikan tuntutan bagi penyusun teks dalam menyusun alimat yang tepat, memilih kosa

kata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut.

Manfaat linguistik bagi para negarawan atau politukus :

1.      Sebagai negarawan atau politikus yang harus memperjuangkan idiologi dan konsep-konsep

kenegarawan atau pemerintahan, secara lisan dia harus menguasai bahasa dengan baik. 

2. Kalau politikus atau negarawan itu menguasai masalah linguistik dan sosialnguistik,

khususnya dalam kaitannya dengan kemasyarakatn, maka tentu dia akan dapat merendam dan

menyelesaikan gejolak social yang terjadi dalam masyarakat akibat dari perbedaan dan

pertentangan bahasa.

Page 5: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

BAB II

OBJEK LINGUISTIK BAHASA

1.1    Pengertian Bahasa

Sebagi objek kaljian linguistik, parole merupakan objek konkret karena parole itu

berwujud ujaran yang diucapkan oleh para bahasawan dari suatu masyaraat bahasa langue.

Langue merupakan objek yang abstrak karena langue itu berwujud system suatu bahasa

tertenru secara keseluruhan, sedangkan langage merupakan objek yang paling abstrak karena

dia berwujud sistem bahasa secara universal. Bahasa adalah alat komunikasi. Fungsi bahasa

adalah alat komunikasi bagi manusia. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbiter yang

digunakan oleh para anggota kelompok social untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan

mengidentifiakasi diri.

1.2    Hakikat Bahasa

Beberapa cirri atau sifat yang hakiki dari bahasa yaitu :

1.      Bahasa itu adalah sistem

2.      Bahasa itu berwujud lambang

3.      Bahasa itu berupa bunyi

4.      Bahasa itu bersifat arbiter

5.      Bahasa itu bermakna

6.      Bahasa itu bersifat konvensional

7.      Bahasa itu bersifat unik

8.      Bahasa itu bersifat universal

9.      Bahasa itu bersifat produktif

10.  Bahasa itu bervariasi

11.  Bahasa itu bersifat dinamis

12.  Bahasa berfungsi sebagai interaksi social

13.  Bahasa merupakan identitas penuturnya

1.2.1   Bahasa Sebagai Sistem

Page 6: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Bahasa terdiri dari unsur-unsur atau komponen-komponen yang secara teratur

tersusun menurut pola tertentu, dan membentuk suatu kesatuan. Sebuah sistem, bahasa itu

sekaligus bersifat sistematis dan sistemis. Dengan sistemis artinya bahasa itu tersusun

menurut suatu pola, tidak tersusun secara acak, secara sembarangan, sedangkan sistemis

artinya baasa itu bukan merupakan sistem tunggal tetapi terdiri juga dari sub-subsistem; atau

sistem bawahan.

Disini dapat disebutkan, antara lain, subsistem fonologi, subsistem morfologi,

subsistem sintaktis dan subsistem semantik. Bandingkanlah dengan sebuah sepeda yang

terdiri juga dari subsistem kemudi, subsistewm pedal dan subsistem roda.

1.2.2   Bahasa Sebagai Lambang

Kata lambang sudah sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Umpamanya

dalam membicarakan bendera kita sang merah putih , sering dikatan warna merah adalah

lambang keberanian dan warna putih adalah lambang kesucian. Ilmu semiotika atau

semiologi yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia

dalam semiotika atau semiologi *yang di Anerika ditokohi oleh Charles Sanders Peirce dan

di Eropa oleh Ferdinan de Squssure) dibedakan ada beberapa jenis tanda yaitu: Tanda (sign),

Lambang (symbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks

dan ikon. Berbeda dengan lambang dan symbol tidak bersita langsung dan ilmiah. Lambang

menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara ilmiah atau langsung,

misalnya , kalau di mulut gang atau jalan di Jakarta ada bendera kuning (entah terbuat dari

kain atau kertas) maka di daerah itu atau jalan itu ada orang yang meninggal. Contoh: lampu

lalu lintas itu tampaknya ada ketumpang tindihan antara istilah tanda, lambang dan sinyal,

sebab ketiganya memang termasuk “tanda”.

1.2.3   Bahasa Adalah Bunyi

Kata bunyi, yang sering sukar dibedakan dengan kata suara, sudah bias kita dengar

dalam kehidupan sehai-hari. Secara teknik menurut Kridalaksana (1983:23) bunyi adalah

kesan pada pusat saraf sebagai akibat dari getaran gendang telinga yang bereaksi karena

perubahan-perubahan dalam tekanan udara.

Bahwa hakikat bahasa adalah bunyi atau bahasa lisan, dapat kita saksikan sampai

kini banyak sekali bahasa di dunia ini, termasuk di Indonesia, yang hanya punya lisan; tidak

Page 7: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

punya bahasa tulisan, karena bahasa-bahasa tersebut tidak atau belum mengenal sistem

akasara.

1.2.4   Bahasa Itu Bermakna

Dari pasal-pasal terdahulu sudah dibicarakan bahwa bahasa itu adalah lambang yang

berwujud bunyi ujar, yang dilambangkan itu adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu

idea tau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Misalnya lambang

bahasa yang berwujud bunyi (kuda): lambang ini mengacu pada konsep-konsep sejenis

binatang berkaki empat yang bias dikendarai.

1.2.5   Bahasa Itu Arbiter

Kata arbiter bias diartikan sewenang-wenang, berubah-rubah, tidak tetap, mana

suka: yang dimaksud dengan istilah arbiter itu adalah tidak ada hubungan wajib antara

lambang bahasa (yang berwujud bunyi itu) dengan konsep atau pengertian yang dimaksud

oleh lambang tersebut. Misal: bukan (aduk) atau (akud) atau lambang lainnya tidak bisa

dijelaskan karena sifat arbiter.

1.2.6   Bahasa Itu Konvensional

Meskipun hubungan antara lambang bunyi dengan yang dilambangkan bersifat

arbiter, tetapi penggunaan lambang tersebut untuk suatu konsep tertentu bersifat

konvensional, artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi kovensi, bahwa

lambang tertentu itu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya, kalau misalnya

binatang berkaki empat yang bisa dikendarai, yang secara arbiter dilambangkan denan bunyi

(kuda), maka anggota masyarakat bahasa Indonesia, semuanya harus mematuhi.

1.2.7   Bahasa Itu Produktif

Kata produktif adalah bentuk ejektif dari kata benda produksi. Arti produktif adalah

banyak hasilnyaatau lebih tepat terus menerus menghasilkan. “Umpamanya” kalau kita

ambil fonem-fonem bahasa Indonesia /a/, /i/, /k/ dan /t/, maka dari keempat fonem itu dapat

kita hasilkan satuan-satuan bahasa.

/i/ - /k/ - /a/ - /t/ /k/ - /a/ - /i/ - /t/

/k/ - /i/ - /t/ - /a/ /k/ - /a/ - /t/ - /i/

/k/ - /i/ - /a/ - /t/

Page 8: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Produktif bahasa memang ada batasannya, dalam hal ini dapat dibedakan adanya dua

macam keterbatasan, yaitu keterbatasan pada tingkat parole dan keterbatasan pada tingkat

langue. Keterbatasan pada tingkat parole adalah pada ketidaklaziman atau belum lazim

bentuk yang dihasilkan. Misalnya dalam bahasa Indonesia, bentuk mencantikan dan bentuk

memperbetuli tidak berterima karena belum lazim dan tidak lazim, meski bentuk menjelekan

memperbaiki berterima.

1.2.8   Bahasa Itu Unik

Unik artinya mempunyai ciri khas yang spesifik yang tidak dimiliki oleh yang lain.

Kalau bahasa dikatakan bersifat unik, maka artinya setiap bahasa mempunyai cirri khas

sendiri yang tidak dimiliki bahasa lainnya, salah satu keunikan bahasa Indonesia adalah

bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis, melainkan sintaktis maksudnya kalau pada kata

tertentu di dalam kalimat kita beri tekanan maka makna kata itu tetap, yang berubah adalah

makna keseluruhan kalimat, misalnya dalam bahasa batak dan bahasa inggris kalau tekanan

diberikan pada suku kata peratama maknanya akan berbeda dengan kalau diberikan pada

suku kata ke dua.

1.2.9   Bahasa Itu Universal

Bahasa itu juga bersifat universal artinya ada ciri-ciri yang sama yang dimiliki setiap

bahasa yang ada di dunia ini. Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa

bahasa itu memiliki bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan. Bahasa Indonesia,

misalnya mempunyai 6 buah vocal dan 22 konsonan.

Buktyi lain dari keuniversalan adalaha bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-

satuan bahasa yang bermakna, entah satuan yang namanya kata frase, kalusa, kalimat dan

wacana.

1.2.10    Bahasa Itu Dinamis

Bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak pernah lepas dari segala

kegiatandan gerak manusia sepanjang keberadaan manusia itu. Sebagai mahkluk hidup yang

berbudaya dan bermasyarakat, karena keterikatan bahasa itu dengan manusia. Sedangkan

dalam kehidupannya di dalam masyarakat kegiatan manusia itu tidak tetap dan selalu

berubah, maka bahasa itu juga menjadi ikut berubah, menjadi tidak tetap, menjadi tidak statis,

karena itulah bahasa juga disebut dinamis. Perubahan yang paling jelas dan paling banyak

Page 9: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

terjadi, adalah pada bidang leksikon dan semantic. Perubahan dalam bahasa ini dapat juga

bukan terjadi berupa pengembangan dan perluasan melainkan berupa kemunduran sejalan

dengan perubahan masyarakat bahasa yang bersangkutan.

1.2.11    Bahasa Itu Bervariasi

Mengenai variasi bahasa ini ada 3 istilah yang perlu diketahui, yaitu ideolek, dralek,

dan ragam. Ideolek adalah variasi yang bersifat perseorangan, misalnya Hamka, Sultan

Takdir Alisyahbana.

Diolek adalah variasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok anggota masyarakat

pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya: kita di Indonesia mengenal adanya bahasa

jawa dialek Banyumas. Ragam bahasa adalah variasi bahasa yang digunakan dalam situasi,

keadaan, atau untuk keperluan tertentu.

1.2.12    Bahasa Itu Manusiawi

Dari penelitian para pakar terhadap alat komunikasi binatang bisa disimpulkan

bahwa satuan-satuan yang dimiliki binatang tidak dapat menyampaikan konsep baru atau ide

baru dengan alat komunikasinya itu, selain secara alamiah telah dimiliki, yang pada

umumnya hanya berkisar pada kebutuhan hidup dan biologisnya.

Sebetulnya yang membuat alat komunikasi manusia itu adalah bahasa, produktif dan

dinamis, dalam arti dapat dipakai untuk menyatakan sesuatu yang baru, berbeda dengan alat

komunikasi binatang, yang hanya itu-itu saja dan statis, tidak dapat dipakai untuk

menyatakan sesuatu yang baru, bukanlah terletak pada bahasa itu dan alat komunikasi

binatang itu, melainkan pada perbedaan besar hakikat manusia dan hakikat binatang.

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa alat komunikasi manusia yang namanya

bahasa adalah bersifat manusiawi, dalam arti hanya milik manusia dan dapat digunakan oleh

manusia, dalam arti hanya digunakan untuk keperluan hidup “kebinatangannya” itu saja.

1.3    Bahasa dan Faktor Luar Biasa

Objek kajian linguistic mikro adalah struktur intern bahasa atau sosok bahasa itu

sendiri sedangkan kajian linguistic mikro adalah bahasa dalam hubungannya dengan factor-

faktor di luar bahasa. Factor-faktor di luar bahasa itu tidak lain dari pada segala hal yang

berkaitan dengan kegiatan manusia di dalam masyarakat, sebab tidak ada kegiatan yang tanpa

berhubungan dengan bahasa.

Page 10: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.3.1   Masyarakat Bahasa

Masyarakat bahasa diartikan sebagai sekelompok orang (dalam jumlah yang banyak

relative), yang merasa sebangsa, seketurunan, sewilayah, setempat tinggal, atau yang

mempunyai kepentingan social yang sama, karena titik berat pengertian masyarakat bahasa

pada “merasa menggunakan bahasa yang sama” maka konsep masyarakat bahasa dapat

menjadi luas dan dapat menjadi sempit.

Secara linguistic bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia adalah bahasa yang sama,

karena kedua bahasa itu banyak sekali persamaan, sehingga orang Malaysia dapat mengerti

dengan baik akan bahasa Indonesia, dan sebaliknya seperti keadaan di Indonesia yang selain

ada bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia ada pula bahasa-bahasa daerah.

1.3.2   Variasi dan Status Sosial Bahasa

Dalam beberapa masyarakat tertentu ada semacam kesepakatan untuk membedakan

adanya dua macam variasi bahasa yang dibedakan berdasarkan status pemakaiannya. Yang

pertama variasi batas tinggi (bisa disingkat variasi bahasa “T”) dan yang lain variasi bahasa

rendah (bisa disingkat “R”). variasi bahasa T digunakan dalam situasi resmi seperti pidato

kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan dan lain-lain, bahasa R digunakan dalam

situasi yang tidak formal seperti di rumah, di warung, di jalan, dan lain-lain.

Variasi bahasa yunani T disebut katherevusa dan variasi Yunani R disebut dhimotiki.

Variasi bahasa arab T disebut al-fusha dan variasi bahasa R Arab adalah ad-darij.

Contoh bahasa Yunani

Ragam T Ragam R

Ikos

Idhot

Ala

Spiti

Nero

Ma

: Rumah

: Air

: Tetapi

1.3.3   Penggunaan Bahasa

Hymes (1974) seorang pakar sosiolinguistik menagatakan bahwa suatu komunikasi

dengan menggunakan bahasa harus diperhatikan delapan unsur yang diakrobinkan menjadi

Speaking.

Kedelapan unsure yang oleh Del Hymes diaronimkan menjadi speaking itu dalam

formulasi lain bisa dikatakan dalam berkomunikasi lewat bahasa harus diperhatikan faktor-

faktor siapa lawan atau mitra bicara kita, tentang atau topiknya apa situasinya, bagaimana,

Page 11: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

tujuannya apa, jalurnya apa, (lisan atau tulisan) dan ragam bahasa yang digunakan yang

mana.

1.3.4   Kontak Bahasa

Dalam masyarakat yang terbuka artinya para nggotanya dapat menerima kedatangan

anggota dari masyarakat lain, baik dari satu atau lebih dari satu masyarakat.akan terjadilah

apa yang disebut kontak bahasa. Indonesia adalah Negara yang multilingual dalam

masyarakat yang bilingual atau multilingual sebagai akibat adanya kontak bahasa (dan juga

kontak budaya) dapat terjadi peristiwa atau kasus yang disebut interferensi, integrasi, alih

kode (code-switch-ing) dan campur kode (code-mixing). Keempat peristiwa itu gejalanya

sama yaitu adanya unsur bahasa lain dalam bahasa yang digunakan.

Kalau dibandingkan peristiwa campur kode dengan peristiwa interferensi yang

sudah dibicarakan di atas, memang tampak sama terutama interferensi pada tingkat leksikon,

oleh karena itu kedua peristiwa itu ada yang menganggapnya sama, namun kalau diteliti ada

bedanya misalnya: karena ingin santai atau karena bahasa yang digunakan tidak memiliki

ungkapan atau konsep yang akan dikemukakanya.

1.3.5   Bahasa dan Budaya

Objek kajian linguistic makro adalah mengenai hubungan bahasa dengan budaya

atau kebudayaan dalam sejarah linguistik ada suatu hipotesis yang sangat terkenal mengenai

hubungan bahasa dan kebudayaan ini. Hipotesis ini dikeluarkan oleh dua orang pakar yaitu

Edwar Sapir dan Nenjamin Lee Whorf (dan oleh karena itu disebut hipotesis Sapir-Whorf)

yang menyatakan bahwabahasa mempengaruhi kebudayaan.

Karena eratnya hubungan antara bahasa dengan kebudayaan ini, maka ada pakar

yang menyamakan hubungan keduanya sebagai bayi kembar siam, dua hal yang tidak dapat

dipisahkan.

1.4    Klasifikasi Bahasa

Klasifikasi dilakukan dengan melihat kesamaan ciri yang adapada setiap bahasa

menurut Green Berg (1951:66) suatu klasifikasi yang baik harus memenuhi persyaratan

nonarbitter, ekshaustik dan unik. Nonarbitter adalah bahwa criteria klasifikasi tidak boleh

semuanya, hanya ada harus kriteria, maka hasilnya akan ekshaustik artinya setelah klasifikasi

Page 12: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

dilakukan tidak ada lagi sisanya; semua bahasa yang ada dapat masuk ke dalam salah satu

kelompok.

Pendekatan untuk membuat klasifikasi tidak hanya satu,tetapi banyak. Yang penting,

dan bisa disebut disis adalah 1. Pendekatan genetis. 2. Pendekatan tipologis. 3. Pendekatan

areal. 4. Pendekatan sosiolingguistik.

1.4.1   Klasifikasi Genetis

Klasifikasi Genetis disebut juga geneologis, dilakukan berdasarkan garis keturunan

bahasa-bahasa itu. Artinya suatu bahasa berasal atau diturunan dari bahasa yang lebih tua.

Seperti batang pohon yang terbaik.

Klasifikasi genetis dilakukan berdasarkan kriteria bunyi dan arti yaituatas kesamaan

bentuk (bunyi) atau makna yang dikandung bhasa-bahas memiliki sejumlah kesamaan seperti

itu dianggap berasal dari bahasa asal atau bahasa proto yang sama. Yang dilakukan dalam

liguistik historis komparatif yaitu adanya korespondensi bnetuk (bunyi) dan makna.

Klasifikasi genetis ini, karena hanyak menggunakan satu kriteria, yaitu garis keturunan atau

dasar sejarah perkembangan yang sama, maka sifatnya menjadi nonarbitrer.

1.4.2   Klasifikasi Tipologis

Klasifikasi tipologis dilakukan berdasarkan kesamaan tipe atau tipe-tipe yang

terdapat pada sejumlah bahasa. Tipe ini merupakan unsur tertentu yang dapat timbul

berulang-ulang dalam suatu bahasa.

Klasifikasi pada tatanan morfologi yang telah dilakukan pada abad secara garis besar

dapat dibagi tiga kelompok :

1.        Yang semata-mata mengunakan bentuk bahasa sebagai dasar klasifikasi. Dia

membagibahasa-bahasa di dunia ini pada tahun 1808 menjadi dua kelompok.

a.         Kelompok bahasa berafiks

b.         Kelompok bahasa berfleksi

Dan pembagian itu juga diperluas oleh kakaknya August Van schlegel pada tahun

1818 menjadi :

a.         Bahasa tanpa struktur gramatikal (seperti bahasa cina)

b.         Bahasa berafiks (seperti bahasa Turki)

c.         Bahasa-bahasa berflesi (seperti bahasa sanskerta dan bahas latin)

2.        Yang menggunakan akar kata sebagai dasar klasifikasi pakar antara lain H steinthal yang

membagi bahsa-bahasa didunia atas :

Page 13: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

a.         bahasa-bahasa yang berbentuk → yang terdapat relaksi antar kata

b.         bahsa-bahasa yang tidak terbentuk

1.4.3   Pendekatan areal

Klasifikasi areal di lakukan berdasarkan adanya hubungan timbal balik antar bahasa

yang satu dengan yang lain di dalam suatu areal atau wilayah, tanpa memperhatikan apakah

bahasa itu berkerabat secara genetika atau tidak. Klasifikasi ini bersifat arbitrer karena dalam

kontak sejarah bahasa-bahasa itu memberi pengaruh timbale balik dalam hal – hal tertentu

yang terbatas.

Usaha klasifikasi berdasarkan areal ini pernahdilakukan oleh Wilhelm Schmidt

(1868-1954) dengan bukunya Die Sprachfamillen and Sprachenkreiseder ende, yang

lampiridengan peta.

1.4.4   Klasifikasi sosiolingguistik.

Pendekatan sosiolingguistik dilakukan berdasarkan hubungan antar bahasa dengan

faktor-faktor yang berlaku dalam masyarakat,tepatnya berdasarkan status, fungsi, penilaian

yang diberikan masyarakat terhadap bahasa itu. Klasifikasi sosiolingguistik ini pernah

dilakukan oleh William A Stuart tahun 1962 yang dapat kit abaca dalam artikelnya “An

Outline of linguistic typology for Describing Multilingualism” klasifikasi ini dilakukan

berdasarkan empat ciri atau kriteria, yaitu historisitas, standardinasi, vitalitas dan

homogenesitas.

1.5    Bahasa Tulisan dan Sistem aksara.

Bahas tulisan bukan bahasa lisan yang ditulis seperti yang terjadi dengan kalau kita

merekam bahasa lisan itu kedalam pita rekaman. Bahasa tulisan sudah dibuat orang dengan

pertimbangan dan pemikiran, sebab kalau tidak hati-hati, tanpa pertimbangan dan

pemikiran,peluang bentuk terjadinya ksalahan maka kesalahan pahaman dalam bahasa tulisan

sangat besar. Bila terjadinya kesalahan, maka kesalahan itu tidaka bisa secara langsung

diperbaiki. Berbeda dengan bahasa lisan, didalam bahasa lisan setiap kesalahan bisa segera

diperbaiki.

Para ahli dewasa ini memperkirakan tulisan itu berawal dan tumbuh dari gambar-

gambaryang terdapat di gua-gua di Altamira di spanyol utara, dandi sebut pikto. Misalnya

untuk menuliskan kalimat I have a house in a town. (bahasa jermanya Ich habe ein Haus

inder Standt. Aksara silabismesir ini mempengaruhi system tulisan bangsa-bangsalain

Page 14: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

termasuk bangsa Fenesia, yang hidup di pantai timur laut tengah. Aksara Fenesia ini terdiri

dari 22 buah suku kata.

Orang Yunani mengembangkan tulisan yang bersifat alfabetis yaitu dengan

menggambar setiap konsonan atau vokal dengan satu huruf. Jauh sebelum tulisan romawi

atau latin itu tibadi Indonesia, berbagai bahasa di Indonesia telah mengenal aksara, seperti

yang dikenal dalam bahasajawa, bahasa sunda bahasa bugis, bahasa makasar. Aksara –

akasara itu diturunkan dari aksara Pallawa (yang diguakan di India elatan pada abad 10

masehi) yang tersebar di Indonesia bersama dengan penyebaran agama Hindu dan agama

buhda.

Datangnya agama Islam di Indonesia menyebabkan tersebutkan pula aksara arab.

Aksara arab ini dengan barbagai modifikasi digunakan dalam bahasa melayu, bahasa jawadan

beberapa bahasa daerah lainnya. Dalam pembicaraan mengenai bahasa tulis dan tulisan kita

menemukan istilah-istilah huruf, abjad,alphabet, aksara, graf, grafem, alograf, dan juga

kaligrafi dan grafiti.

BAB III

TATARAN LIGUITIK (1)

FONOLOGI

Kalau kita dengar orang berbicara, entah berpidato atau bercakap-cakap, makaakan

kita dengar runtuhan bunyi bahasa yang terus menerus, kadang – kadang terdengar suara

menaik dan menurun,kadang-kadang terdengar hentian sejenakatau hentian agak lama.

Kadang – kadang terdengar tekanan kerasatau lembut, dan kadang – kadang terdengar pula

suara pemanjangan dan suara biasa.

Silabel merupakan satuan runtuhan bunyi yang di tandai dengan satusatuan bunyi

yang paling nyaring, yang dapat disertai atau tidak olehsebuah bunyi lain didepannya, di

belakangnya, atau sekaligus didepannya atau dibelakangnya. Bidang liguistik yang

mempelajari menganalisis dan membicarakan runtuhan bunyi – bunyi bahasaini disebut

Fonologi yang secara etimologi terbentuk dari kata Fon yaitu bunyi dan logi yaitu ilmu.

Menurut hirark isatuan bunyi yang menjadi objek studinya, Fonologi dibedakan

menjadi Fonetik dan fonemik.

Page 15: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.1.  Fonetik

Fonetik adalah bidang liguistik yang mempelajari bunyi bahasa tanpa

memperhatikan apkah bunyi itu mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak.

Fonetik artikulasi, disebut juga mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam

mengasilkan bunyi bahasa, serta bagaimana bunyi itu diklasifikasi. Fonetik akustik

mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam.

Fonetik auditoris mempelajari bagaimanamekanisme penerimaan bunyi bahasa itu

oleh telinga kita, yang paling berurusan dengan dunia liguistik adalah fonetik arikularitoris,

sebab fonetik ini lah yang berkenen dengan masalah bagaiman bunyi –bunyi bahasa itu

dihasilkan atau di ucapkan manusia.

1.1.1.      Alat Ucap

Dalam fonetik artikulatoris hal yang pertama yang harus di bicarakan adalah alat

ucap manusia untuk mengahasilkan bunyi bahasa sebetulnya alat yang digunakan untuk

menhasilkan bunyi bahasa ini mempunyai fungsi utama lain yang bersifatbiologis. Misalnya

paru – paru untuk bernafas, lidah untuk mengeap da gigi untukmengunyah.

Sesuai dengan bunyi bahasaitu di hasilkan maka arus digabungkan istilahdari dua

nama alat ucap itu.misalkan bunyi apikondealyaitu gabungan antara ujung lidadengan gigi

atas, labiodentals yaitu gabunganantara ujunng bibir bawah dengan gigi atas, laminopalatal

yaitu gabungan antar daun lidah dengan langit – langit keras.

1.1.2.      Proses Fonasi

Terjadinya bunyi bahasa pada umumnya dimulaidengan proses pemompaanudara

keluar dari paru-paru melalui pangkal tenggorokan kepangkaltenggorokan yang di dalamnya

terdapat pia suara. Dalam proses artikulasi ini biasanya terlibat dua macama rtikulator yaitu

articulator aktif dan artikulator pasif. Yang dimaksud dengan artikulator aktif adalah alat

ucap yang tidak dapat bergerak, atau yang di dekati oleh articulator aktif. Misalnya, bibir

atas, gigi atas dan langit – langit keras. Contohnya : kalau arus udara di hambat pada kedua

bibir, dengan cara bibiratas yang menjadi articulator pasif, maka akan terjadilah bunyi bahasa

yang disebut bilabial.

Page 16: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.1.3.      Tulisan Fonetik

Tulisan fonetik yang dibuat untuk keperluan studi fonetik, sesungguhnya di buat

berasarkan huruf – huruf dari aksaealatin yang di tambah dengan sejumlah tanda diakritik dan

sejumlah modifikasi terhadap huruf latin itu. Hal ini perlu dilakukan karenaabjad latin itu

hanya mempunyai 26 buah huruf atau grafem. Misalnya saja, abjad latin hanya mempunyai 5

buah huruf untuk melambangkan bunyi vocal yaitu a, i, e, o dan u. padahal bahasa Indonesia

mempunyai 6 fonem vocal dengan sekian banyak alafonnya.

Kalau dalam tulisanfonetik, setiap bunyi, baik yang segmental maupun yang

suprasegmental, dilambangkan secara akurat artinya setiap bunyi mempunyai lambang –

lambang sendiri, meskipun perbedaannya hanya sedikit, tetapi dalam tulisan fonemik hanya

perbedaan bunyi yang distingtif saja, yakni membedakan makna, yang dibedakan

lambangnya.

1.1.4.      Klasifikasi Bunyi

1.1.4.1.     Klasifikasi Vokal

Bunyi vocal biasanya diklasifikasikan dan diberinama berdasarkan posisi lidah dan

bentuk mulu. Posisi lidahbisa bersifat vertical bisa bersifat horizontal. Secara vertikal

dibedakan adanya vocal tinggi, misalnya, bunyi /i/ dan /u/;vocal tengah, misalnya, bunyi /e/

dan /d/ dan vocal rendah misalnya,bunyi /a/. secara horizontal dibedakan adanya vocal depan,

misalnya bunyi /i/ dan /e/; vocal pusat, misalnya bunyi /d/ dan vocal belakang, misalnya /u/

dan /o/.

Menurut bentuk mulut dibedakan adanya vocal bundar dan vocal tak bundar. Vocal

bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vocal itu, misalnya vokal /o/

dan vokal /u/, vokal tak bundar karena bentuk mulut tidak membundar, melainkan melebar,

misalnya /i/ dan /e/.

1.1.4.2.     Diftong atau vocal rangkap

Disebut diftong atau vocal rangkap karena posisi lidah ketika memproduksi ini pada

bagian awalnya danbagian akhirnya tidak sama. Ketidaksamaan itu menyangkut tinggi

rendahnya lidah, bagian lidah yang bergerak, serta strukturnya. Contoh diftong dalam bahasa

Indonesia adalah /au/ seperti terdapat pada kata kerbau dan harimau.

Dibedakan adanya diftong naik dan diftong turun, diftong naik karena bunyi pertama

posisinya lebih rendah dari posisi bunyi yang kedua; sebaliknya disebut diftong turun karena

posisi bunyi pertama lebih tinggi dari posisi yang ke dua.

Page 17: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.1.4.3.     Klasifikasi konsonan

Bunyi-bunyi konsonan biasanya dibedakan berdasarkan tiga patokan atau criteria

yaitu posisi pita suara. Tempat artikulasi dan cara artikulasi. Berdasarkan posisi pita suara

dibedakan adanya bunyi bersuara dan bunyi tak bersuara. Bunyi bersuara terjadi apabila pita

suara hanya terbuka sedikit, sehingga terjadi getaran pada pita suara itu.

1.1.5.      Unsur Suprasegmental

Dalam arus ujaran itu ada bunyi yang dapat disegmentasikan sehingga disebut bunyi

segmental, tetapi yang berkenan dengan keras lembut, panjang pendek dan jeda bunyi tidak

dapat disegmentasikan. Bagian dari bunyi tersebut suprasegmental atau prosodi.

1.1.5.1.     Tekanan atau Stres

Tekanan mengangkut masalah keras lunaknya bunyi. Tekanan ini mungkin terjadi

secara sporadic, mungkin juga telah berpola; mungkin juga bersifat distingtif, dapat

dibedakan makna, mungkin juga tidak distingtif. Umpamanya kata blackboard diberkan

tekanan pada unsure blak maka maknanya adalah papan tulis; kalau tekanan diberikan

padaunsur board berarti papan hitam.

1.1.5.2.     Nada atau Pitch

Nada berkenan dengan tinggi rendahnya suatu bunyi. Nada ini dalam bahasa-bahasa

tertentu bias bersifat fonemis maupun morfemis, tetapi dalam bahasa lain mungkin tidak.

Dalam bahasa-bahasa bernada atau bahasa tonal, seperti bahasa Thai dan Vietnam, nada ini

bersifat morfemis, dapat membedakan makna.

1.1.5.3.     Jeda atau Persendian

Jeda arau persendian berkenaan dengan hentian bunyi dalam arus ujar disebut jeda

karena adanya hentian itu, dan disebut persendian karena ditempat perhentian itulah terjadi

persambungan antara segmern yang satu dengan yang lain. Misalnya:/am+bil, lam+pu,

pe+lak+sa+na/.

1.1.6.      Silabel

Page 18: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Silabel atau suku kata itu adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran atau

runtunan bunyi ujar. Satu silabel biasanya meliputi satu vokal atau satu vokal atau satu

konsonan atau lebih. Silabel sebagai satuan ritmis yang mempunyai puncak kenyaringan atau

sonoritas yang biasanya jatuh pada sebuah vokal. Misalnya: kata Indonesia /makan/,

silabelnya adalah /ma/,/ka/dan /nan/.

1.2.  Fonemik

Objek penelitian fonetik adalah fon yaitu bunyi bahasa pada umumnya tanpa

memperhatikan apakah bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna kata atau

tidak. Objek penelitian fonemik adalah fonem adalah bunyi bahasa yang data atau fungsi

membedakan makna kata. Misalnya kita meneliti bunyi-bunyi /a/ yang berbeda pada kata-

kata seperti lancer, laba, dan lain-lain.

3.2.1        Identifikasi Fonem

Kalau ternyata kedua satuan bahasa itu berbeda maknanya, maka berartibunyi

tersebut adalah sebuah fonem, karena dia bias atau berfungsi membedakan makna kedua

satuan bahasa itu. Misalnya kata Indonesia laba dan raba. Kedua kata itu mirip benar masing-

masing terdiri dari empat buah bunyi, yang pertama bunyi /l/,/a/,/b/,/a/,dan kedua

memnpunyai kata /r/,/a/,/b/,/a/.

Fonem dari sebuah bahasa ada yang mempunyai beban fungsional yang tinggi, tetapi

adapula yang rendah yang memiliki beban fungsional yang tinggi artinya banyak ditemui

pasangan minimal yang mengandung fonem tersebut.

3.2.2        Alofon

Dalam bahasa Indonesia fonem /i/ setidaknya mempunyai empat buah alofon yaitu

/i/ seperti dalam kata cita, contoh lain fonem /o/ setidaknya mempunyai dua alofon yaitu

bunyi /o/ seperti pada kata tokoh.

Alofon-alofon dari sebuah fonem mempunyai kemiripan fonetis artinya banyak

mempunyai kesamaan dalam pengucapannya. Kalau kita melihatnya dalam peta fonem,

letaknya masih berdekatanatau saling berdekatan. Tentang distribusinya mungkin bersifat

komplementer yang dimaksud dengan distribusi bebas adalah bahwa alofon-alofon itu boleh

digunakan tanpa persyaratan lingkungan bunyi tertentu.

3.2.3        Klasifikasi Fonem

Page 19: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Fonem-fonem yang berupa bunyi yang dapat sebagai hasil sukmentasi terhadap arus

ujaran disebut fonem segmental. Fonem yang berpa unsure suprasegmental atau fonem non

segmental. Pada tingkat fonemik, ciri-ciri prosedi itu seperti tekanan, durasi dan nada bersifat

fungsional alias dapat membedakan makna.

Dalam bahasa-bahasa tonal (baasa bernada) seperti bahasa Thai, Burma, dan bahasa

Mandarin, nada dapat dibedakan maknanya. Misalnya dalam bahasa Mandarin kata yang

berbunyi /wei/bila diberi nada datar (tidak naik dan tidak turun) berarti “kutu kayu”; kalau

diberi nada naik berarti ‘bahaya”, kalau diberi nada turun lalau naik berarti “menjawab

dengan serta merta”, dan bila diberi nada naik lalu turun berarti “takut”.

Dalam bahasa Indonesia unsur suprasegmental tanpaknya tidak bersifat fonemis

maupun morfemis; namun instansi mempunyai peranan padatingkat sintaksis. Kalau criteria

klasifikasi terdapat fonem sama dengan criteria yang dipakai untuk klasifikasi bunyi (fon)

maka penamaan fonem pun sama dengan penamaan bunyi.

3.2.4        Khazanah Fonem

Khazanah fonem adalah banyaknya fonem dalam satu bahasa. Menurut catatan para

pakar, yang tersedikit jumlah fonemnya adaah bahasa penuduk asli di Pulau Hawaii, yaitu

hanya 13 buah dan jumlah fonemnya terbanyak yaitu 15 buah adalah sebuah bahasa di

Kaukasus Utara.

Misalnya, fonem vocal bahasa Arab di atas disebutkan ada 3 buah, taetapi ada yang

menghitung fonem vocal dalam bahasa arab ada 6 buah yakni 3 fonem vokal biasanya

ditambah 3 buahfonem vokal panjang.

3.2.5        Perubahan Fonem

Ucapan sebuah fonem dapat berbeda-beda sebab sangat tergantung pada

lingkungannnya, atau pada fonem-fonem lain yang berada di sekitarnya, misalnya seperti

sudah dibicarakan di muka, fonem /o/ kalau berada pada silabel tertutup akan bunyi /j/ dan

kalau berada pada silabel terbuka akan berbunyi /o/.

3.2.5.1       Asimilasi dan Disimilasi

Asimilasi adalah peristiwa berubahnya sebuah bunyi menjadi bunyi yang lain

sebagai dari bunyi yang ada di lingkungannya, sehingga bunyi menjadi sama atau

mempunyai ciri-ciri yang sama dengan bunyi yang mempengaruhinya. Umpamnya kata

Page 20: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Sabtu dalam bahasa Indonesia lazim diucapkan /saptu/, dimana terlibat bunyi /b/ berubah

menjadi /p/ sebagai akibat pengaruh bunyi /t/.

Kalau perubahan itu menyebabkan berubahnya identitas sebuah fonem, maka

perubahan itu disebut asimilasi fonemis, biasanya dibedakan adanya asimilasi progresif,

asimilasi regresif dan asimilasi resiprokal. Pada asimilasi progresifbunyi diubah itu terletak di

belakang bunyi yang mempengaruhinya. Misalnya dalam bahasa Jerman, bentuk mit der frau

diucapkan (mit ter frau). contohnya adalah berubahnya bunyi /p/ menjadi /b/ pada kata

Belanda op de weg yang sudah disebutkan di atas.

3.2.5.2       Netralisasi dan Arkifonem

Dalam kasus pasangan /Sabtu/ dan /Saptu/ atau /lembab/ dan /lembap/, kedua bunyi

itu tidak membedakan makna. Disini pembeda makna itu menjadi batal. Contoh dalam bahasa

Belanda ada kata yang dieja hard “keras” dan dilafalkan /hart/. Pelafalan kedua kata yang

dieja berbeda itu adalah sama. Oleh karena itu diubah dengan konsonan yang harmogen tak

bersuara yakni /t/. oposisinya antara bunyi /d/ dan /t/ adalah antara bersuaa dan tak bersuara.

3.2.5.3       Umlaut, Ablaut dan Harmoni Vokal

Kata umlaut berasal dari kata Jerman, dalam studi fonologi kata ini mempunyai

pengertian perubahan vokal semedian rupa sehingga vokal itu diubah menjadi vokal yang

lebih tinggi sebagai akibat dari vokal yang berikutnya yang tinggi, misalnya dalam bahasa

Belanda /a/ pada kata hand. Penyebabnya adalah bunyi /y/ yang posisinya lebih tinggi dari

bunyi /a/ pada kata hand.

Ablaut adalah perubahan vocal yang kita temukan dalam bahasa-bahasa Indo Jerman

untuk menandai pelbagai fungsi grametikal. Misalnya dalam bahasa Jerman vocal /a/ menjadi

/ä/ untuk mengubah bentuk singularis menjadi bentuk pluralis, seperti pada kata haus

“rumah” menjadi houser “rumah-rumah”. Contoh penandaan kata dalam bahasa Inggris

seperti sing menjadi song dan sung atau dalam bahasa belanda duiken “terjun” menjadi dook

dan gedoken.

3.2.5.4       Kontraksi

Dalam percakapan yang tepat atau dapat situasi yang informal seringkali menutur

menyingkat atau memperpendek ujarannya umpamanya, dalam bahasa Indonesia ungkapan

tidak tahu diucapkan menjadi ndak tahu; ungkapan yang itu tadi menjadi yang tutadi.

Page 21: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Dalam konstraksi, peendekan itu menjadi satu segmen dengan pelafalannya sendiri-

sendiri. Misalnya shall not yang menjadi shan’t, dimana fonem /e/ dari shall diubah

menjadi /a/ dalam shan’t.

3.2.5.5       Metatetis dan Epentesis

Proses metatis bukan mengubah bentuk fonem menjadi fonem yang lain, melainkan

mengubah urutan fonem yang terdapat dalam suku kata lazimnya, bentuk asli dan bentuk

metatesisnya sama-sama dalam bahasa tersebut sebagai variasi, contoh bentuk sapu, ada

bentuk apus dan usap. Dalam proses epentesis sebuah fonem tertentu, biasanya yang

hormogen dengan lingkungannnya, disipkan ke dalam sebuah kata. Dalam bahasa Indonesia

ada sampi di samping sapi; ada kampak decamping kapak.

3.2.6        Fonem dan Grafem

Fonem adalah satuan bunyi bahasa terkecil yang fungsional atau dapat membedakan

makna kata untuk menetapkan sebuah bunyi berstatus sebagai fonem atau bukan harus di cari

pasngan minimalnya, berupa dua buah kata yang mirip, yang memilki satu bunyi yang

berbeda, sedangkan yang lainnya sama.

Fonem dianggap sebagai konsep abstrak, yang didalamnya pertuturan direalisasikan

oleh alofon. Misalnyaalofon /o/ dan /j/ dari fonem /o/ bahasa Indonesia di lambangkan

dengan huruf yang samayaitu huruf/o/ yang paling tidak akurat adalah transkripsi ortografis

yakni penulisan fonem-fonem bahasa menurut system ejaan yang berlaku pada suatu bahasa.

BAB IV

TATARAN LINGUISTIK (2)

MORFOLOGI

4.1  Morfem

Tataran bahasa tradisional tidak mengenal konsep atau istilah morfem, sebab

morfem bukan merupakan satuan dalam sintaksis, dan tidak semua morfem mempunyai

makna secara filosofis.

Page 22: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

4.1.1        Identifikasi Morfem

Untuk menentukan sebuah satuan bentuk adalah morfem atau bukan, kita harus

membandingkan bentuk tersebut didalam kehadiran dalam bentuk lain kalau bentuk tersebut

bias hadir berulang-ulang dengan bentuk lain, maka bentuk tersebut adalah sebuah morfem.

Contoh kita ambil bentuk (kedua) dalam ujaran di atas. Ternyata (kedua) dapat kita

bandingkan dengan bentuk-bentuk berikut.

Kedua

Ketiga

Keempat dan seterusnya

Ternyata semua bentuk kepada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan

tersendiri dan mempunyai makna yang sama, yaitu menyatakan tingkat atau derajat. Sekarang

perhatikan bentuk ke pada daftar berikut:

Kepasar

Kekampus

Kemesjid

Kealun-alun dan sebagainya

Ternyata bentuk ke pada daftar di atas dapat disegmentasikan sebagai satuan

tersendiri dan juga mempunyai arti yang sama, yaitu menyatakan arah atau tujuan. Dalam

studi morfologi satuan bentuk yang berstatus sebagai morfem biasanya dilambangkan dengan

menyempitnya diantara kurung kurawal. Misalnya kata Indonesia “mesjid’ dilambangkan

sebagai “mesjid”; kata kedua dilambangkan (ke) + (dua), atau bias juga [(ke + dua)]. Selama

morfem itu morfem segmental hal iu mudah dilakukan. Bentuk jamak bahasa inggris books

bias dilambangkan (book) + (s).

4.1.2        Morf dan Alomorf

Bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama itu disebut alomorf.

Alomorf adalah perwujudan konkret (didalam pertuturan) dari sebuah morfem. Selain itu bias

juga dikatakan morf dan alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama.

Morf adalah nama untuk sebuah bentuk yang belum di ketahui statusnya; sedangkan alomorf

adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status fonemenanya.

Dalam buku tata bahasa baku bahasa Indonesia dipilih alomorf meng sebagai nama

morfem itu, dengan alas an alomorf meng-paling banyak distribusinya. Namun dalam studi

linguistic lebih umum disebut morfem men-(dibaca me-nasal;n besar melambangkan

nasal).dalam bahasa inggris morfem jamak yang teratur mempunyai alomorf.

Page 23: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

-          /s/ seperti pada kata cats /ke/es/, books /buks/ dan tacks /te/ks/

-          /z/ seperti pada kata dogs /dogz/, cows /kauz/ dan hens /henz/

Partikel (al) dalam bahasa arab mempunyai dua bentuk alomorf, yaitu :

a.       Yang tetap berbentuk (al0 seperti al-hilal, al-quran, al-insan, dan al-furqon

b.      Yang berubah atau beramilasi dengan bentuk fonem awal bentuk dasarnya seperti;

arrahman, at-taqwa, an-nisa dan asy-syamsu.

4.1.3        Klasifikasi Morfem

Morfem-morfem dalam setiap bahasa dapat diklasifikaikan berdasarkan beberapa

criteria. Antara lain berdasarkan kebebasanya, keutuhannya, maknanya dan sebagainya.

4.1.3.1  Morfem Bebas dan Morfem Terikat

Pertama-tama orang membedakan adanya morfem bebas dan dan morfem terikat.

Morfem bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam

pertuturan. Dalam bahasa Indonesia, misalnya bentuk pulang, makan, rumah, dan bagus

adalah termasuk morfem bebas. Morfem terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu

dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam pertuturan. Semua afiks dalam bahasa

Indonesia adalah morfem terikat. Begitu juga dengan korfem penanda jamak dalam bahasa

inggris. Misalnya menjadi ayahmulah yang akan datang. Proklitika adalah klitika yang

berposisi dimuka kata yang diikuti, seperti ku dan kau, enklitika adalah klitika yang berposisi

dibelakang kata seperti: lah-nya dan ku.

4.1.3.2  Morfem Utuh dan Morfem Terbagi

Pembedaan morfem utuh dan morfem terbagi berdasarkan bentuk formal yang

dimilki morfem tersebut. Semua morfem dasar bebas yang dibicarakan pada 4.1.3.1 adalah

termasuk morfem utuh, seperti (meja), (kursi), (laut) dan (pensil), morfem terikat seperti (ter),

(ber), (henti) dan (juang). Morfem terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah

bagian yang terpisah. Umpamanya pada kata Indonesia kesatuan terdapat satu morfem utuh,

yatu (satu) dan satu morfem terbagi yakni (ke-/-an); kata perbuatan terdiri dari satu fonem

utuh, yaitu (buat) dan satu morfem terbagi yaitu (per-an).

4.1.3.3  Morfem Segmental dan Suprasegmental

Perbedaan morfem segmental dan suprasegmental berdasarkan jenis fonem yang

membentuknya. Morfem segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem

Page 24: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

segmental seperti morfem (lihat), (lah), (sika) dan (bar). Jadi semua morfem yang berwujud

bunyi adalah morfem segmental. Morfem suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh

unsur-unsur suprasegmental, seperti tekanan nada, durasi, dan sebagainya, misalnya dalam

bahasa ngbaka, dikongo (tense) yang berupa nada.

4.1.3.4  Morfem Beralomorf Zero

Dalam linguistic deskriptif ada konsep mengenai morfem beralomorf zero atau nol

(lambangnya berupa ), yaitu morfem yang salah satu alomorfnya, tidak berwujud bunyi

segmental maupun berupa prosodi (unsure suprasegmental melainkan berupa kekosongan.

Pada data yang kedua kita lihat kata lampau untuk call adalah called tetapi kata lampau

untuk hit adalah hit juga. Jadi, bisa dideskripsikan bentuk lampau untuk call adalah morfem

(call) + (ed) dan bentuk kata lampau untuk hit adalah morfem (hit) + ( . Dengan

demikian dapat juga dikatakan bahwa dalam bahasa inggris ada alomorf zero untuk morfem

penanda kala lampau. Untuk kekonsistenan deskriptif para linguistic memerlukan konsep

zero itu dengan demikian, deskripsi dapat dibuat sebagai berikut:

Bentuk Tunggal Bentuk Jamak

-       Book

-       Sheep

-       Book + s

-       Sheep + s

Pada kasus foot menjadi feet dan child menjadi children ada perubahan bentuk

bukan adanya penambahan atau tidak ada penambahan.

4.1.3.5  Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal

Pembedaan lain yang bias dilakukan orang adalah dikatomi adanya morfem

bermakna leksikal . morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara intern

telah memiliki makna pada dirinya sendiri, tanpa perlu berproses dulu dengan morfem lain,

misalnya dalam bahasa Indonesia, morfem-morfem seperti (kuda), (pergi), (lari) dan (merah)

adalah morfem bermakna leksikal.

Morfem tak bermakna leksikal ini adalah morfem-morfem afiks, seperti (ber), (me)

dan (ter). Ada satu bentuk morfem lagi yang perlu dibicarakan atau dipersoalkan mempunyai

makna leksikal atau tidak, yaitu morfem-morfem dalam gramatikal berkategori sebagai

proposisi dan konjungsi.

Page 25: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

4.1.4        Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem) dan Akar (Root)

Morfem dasar, bentuk dasar (lebih umum dasar (base) saja), pangkal (stem) dan akar

(root) adalah empat istilah yang biasa digunakan dalam kajian morfologi. Istilah morfem

dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengan morfem afiks. Bentuk-bentuk seperti

(juang), (kucing) dan sifat adalah morfem dasar. Morfem dasar ini ada yang termasuk

morfem terikat seperti (juang), (henti) dan (kucing), tetapi ada juga yang termasuk morfem

bebas seperti (beli, 9lari) dan (kucing) sedangkan morfem afiks, seperti (ber), (ter) dan (kan)

jelas semuanya termasuk morfem terikat.

Dasar (base) dalam suatu proses morfologi, artinya bisa diberi afiks tertentu dalam

proses afiksasi, bisa di ulang dalam dalam suatu proses komposisi, umpamanya dalam kata

berbicara yang terdiri dari morfem ber bicara, maka bicara adalah menjadi bentuk dasar dari

kata berbicara itu yang kebetulan juga berupa morfem dasar. Istilah pangkal (stem) digunakan

untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi atau proses pembubukan afiks inflektis,

contoh pada kata untouchables pangkalnya adalah untouchable.

Akar (root) digunakan untuk menyebutkan bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih

jauh lagi, artinya akar itu adalah bentuk yang tersisa setelah semua afiksnya, baik afiks

inflensional maupun afiks derivasionalnya di tinggalkan, misalnya kata inggris untouchables

akarnya adalah touch. Ada 3 macam morfem dasar bahasa Indonesia.

a.       Morfem dasar bebas, yakni morfem dasar yang secara potensial dapat langsung menjadi

kata, sehingga dapat langsung digunakan dalam ujaran misalnya, morfem (meja), (kursi),

(pergi) dan (kuning).

b.      Morfem dasar yang kebebasannya dipersoalkan , yang termasuk ini adalah sejumlah

morfem berakar verbal, yang dalam kalimat imperatif atau kalimat sisipan, tidak perlu diberi

imbuhan, dan dalam kalimat dekleratif imbuhannya dapat ditinggalkan.

c.       Morfem dasar terikat, yakni morfem dasar yang tidak mempunyai potensi untuk menjadi

kata tanpa terlebih dahulu mendapatkan proses morfologi, misalnya morfem-morfem (juang),

(henti), (gaul), (abai).

4.2  Kata

Yang ada dalam tata abahasa tradisional sebagai satuan lingual yang selalu

dibicarakan adalah satuan yang disebut kata.

4.2.1        Hakiakat Kata

Page 26: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Istilah kata sering kita dengar dan sering kita gunakan, para tata bahasawan

tradisional biasanya member pengertian terhadap kata berdasarkan arti dan ortografi.

Menurut mereka kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian atau kata adalah

deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti. ‘kata-kata dalam

bahasa arab biasanya terdiri dari tiga huruf. Kata adalah satauan bebas terkecil (a minimal

free from) tidak pernah diulas atau dikomentarin, seolah-olah batasan itu sudah bersifat final.

Dalam analisis bahasa, mereka melihat hirarki bahasa adalah sebagai fonem, morfem dan

kalimat, berbeda dengan tata bahasa tradisional yang melihat hirarki bahasa sebagai fonem,

kata dan kalimat. Batasan tersebut menyiratkan dua hal :

1.      Bahwa setiap kata mempunyai susunan fonem yang urutannya tetap dan tidak dapat

berubah, serta tidak dapat diselipi atau di selangkan oleh fonem lain, misalnya, kata sikat,

urutan fonemnyaadalah /s/, /i/, /k/, /a/ dan /t/.

2.      Setiap kata mempunyai kebebasan berpindah tempat di dalam kalimat atau tempatnya

dapoat diisi atau digantikan oleh kata lain atau juga dapat dipisahkan dari kata lainnya.

Berkenaan dengan otonomi kata untuk dapat berubahn/ berpindah tempat dalam

kalimat ada pakara yang menyarankan (Van Wick: 1968) supaya diadakan derajat ke

otonomian secara morfologis, misalnya kata itu pada komik itu atau kau pada kau ambil dan

di pada di kamar, memang tidak dapat dipisahkan atau dibalikan. Perbedaan bentuknya

adalah sesuai dengan kedudukan bentuk-bentuk tersebut didalam jenis kalimat yang berbeda;

mengajar untuk kalimat aktif-stransitif, diajar untuk kalimat pasif, terpelaku orang ketiga, kau

ajar untuk kalimat pasif berpelaku orang kedua; terajar untuk kalimat pasif yang menyatakan

selesai; dan ajarlah untuk kalimat imperatif.

4.2.2        Klasifikasi Kata

Klasifikasi kata adalah penggolongan kata, atau menjeniskan kata; dalam

peristilahan inggris disebut juga part of speech. Criteria makna digunakan untuk

mengidentifikasikan kelas verbal nomina dan ejektiva. Criteria fungsi digunakan untuk

mengidentifikasikan preposisi, konjungsi, adverb, pronominal dan lain-lainnya. Verba adalah

kata-kata yang menyatakan tindakan atau perbuatan; nomina adalah kata yang menyatakan

benda atau yang dibendakan; konjungsi adalah kata yang bertugas atau berfungsi untuk

menghubungkan kata dengan kata, atau bagian kalimat yang satu dengan yang lain, kata-kata

seperti buku, pensil, dan nenek adalah termasuk nomina, sebab dapat berdistribusi

dibelakang kata bukan itu. Misalnya kalau dapat berdistribusi dengan kata sangat menjadi

Page 27: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

cirri ejektifa, maka kata-kata seperti berhasil, memalukan, menolong, pemalu juga termasuk

kelas ejektiva, sebab keempat itu pun dapat berdistribusi dengan kata sangat.

Fungsi subjek diisi oleh kelas nomina, fungsi predikat diisi oleh verba atau ojektiva,

fungsi ojek oleh kelas nomina; fungsi keterangan oleh adverbial, seperti berenang itu

menyehatkan sudah muncul berbagai tafsiran mengenai kelas kata berenang. Jadi kata

berenang itu sendiri tetap verba; yang nomina adalah kegiatan atau perbuatan yang dalam

kalimat tersebut tidak diungkapkan. Klasifikasi atau pengelompokan kata itu memang perlu,

sebab besar manfaatnya, baik secara teoritis dalam studi semantic, maupun secara praktis

dalam berlatih keterampilan berbahasa.

4.2.3        Pembentuk kata

Setiap dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk terlebih

dahulu menjadi sebuah kata gramitikal, baik melalui proses afiksasi, reduplikasi, komposisi;

umpamanya untuk konstruksi kalimat nenek……..komik itu di kamar hanya bentuk kata

berprefiks me-yang dapat digunakan menjadi predikat dalam kalimat itu. Pembentukan kata

ini mempunyai dua sifat yaitu (1) bentuk kata-kata yang bersifat inflektif dan (2) yang

bersifat derivatif.

4.2.3.1  Inflektif

Kata-kata dalam bahasa inflektif, seperti bahasa arab, bahasa latin dan bahasa

sanskerta, untuk dapat digunakan di dalam kalimat harus sesuai dulu bentuk dengan kategori-

kategori gramitikal yang berlaku dalam bahasa itu

Perubahan atau penyesuaian bentuk pada verba disebut kongugasi dan perubahan

atau penyesuain pada nomina dan ejektiva disebut deklinasi. Verba bentuk infintif bahasa

latin amore “mencintai”untuk persona pertama tunggal, modus indikatif aktif. Hanya

bentuknya saja yang berbeda, yang disesuaikan dengan kategori grametikalnya. Bentuk-

bentuk tersebut dalam morfologi infleksional disebut paradigm infleksional.

4.2.3.2  Derivatif

Pembentukan kata secara derivative membentuk kata baru, kata yang identitas

leksikalnya tidak sama dengan kata dasarnya, umpamanya dari kata inggris sing “menyanyi”

Page 28: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

terbentuk kata singer “penyanyi”, dari kata write “menulis” terbentuk kata writer “penulis”

dan dari kata hunt “memburu” terbentuk kata hunter “pemburu”. Antara kata sing dan singer

berbeda identitas leksikalnya, sebab selain maknanya berbeda, kelasnya juga tidak sama, sing

berkelas verba, sedangkan singer berkelas nomina.

Contoh dalam bahasa Indonesia dapat diberikan, misalnya dari kata air yang

berkelasnomina dibentuk menjadi mengairi yang berkelas verba; dari kata makan yang

berkelas nomina. Berbeda identitas leksikal terutama berkenaan dengan makna, sebab

meskipun kelas sama, seperti kata makanan dan pemakan, sama-sama berkelas nomina, tetapi

maknanya tidak sama.

4.3  Proses Morfemis

Pembicaraan tentang infleksi dan darivasi sudah dibicarakan, sebagian kecil dari

proses morfemis, atau proses morfologis, dan juga proses gramitikal, khususnya

pembentukan kata dengan afiks. Berikut ini akan dibicarakan proses-proses marfis yang

berkenan dengan afiksasi, reduplikasi, konposisi, dan juga sedikit tentang konversi dan

modifikasi intem.

4.3.1        Afiksasi

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar.

Bentuk dasar atau dasar yang menjadi dasar dalam proses afikasi dapat berupa akar, yakni

bentuk terkecil yang tidak dapat disegmentasikan lagi, misalnya: meja, beli, makan, dan sikat

dalam bahasa Indonesia. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa fonem terikat, nyang

diimbuhkan pada sebuah dasar dalam proses pembentukan kata. Dibedakan ada 2 jenis afiks,

yaitu: afiks inflentif dan afiks derivative.

Afiks inflentif adalah afiks yang digunakan dalam pembentukan kata-kata inflentif

atau paradigma. Misalanya sufiks-s pada kata books sebagai penanda jamak. Dalam bahasa

Indonesia dibedakan adanya prefix me-yang inflektif dan perfek me- membentuk kata baru,

yaitu membentuk kata yang identitas leksikalnya tidak sama dengan bentuk dasarnya.

Misalnya terdapat pada kata membengkak yang berkelas verba dari dasar ojektifa. Prefix

adalah afiks yang diimbuhkan di muka bentuk dasar, seperti me- pada kata menghibur, un-

kata inggris unhappy. Prefix dapat muncul sama dengan surfiks atau afiks lain. Misalnya

prefix ber- bersama sufiks –kan pada kata berdasarkan.

Infiks adalah afiks yang diimbuhkan ditengah bentuk dasar. Dalam bahasa

Indonesia, misalnya infiks-el- pada kata telunjuk dan-er- pada kata seruling; pada bahasa

sunda –ar- pada kata berudak dan terahu. Sufiks adalah afiks yang imbuhannnya pada posisi

Page 29: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

akhir bentuk dasar. Umpamanya dalam bentuk bahasa Indonesia. Sufiks –an pada kata bagian

dan sufiks –kan pada kata bagikan. Konfiks adalah afiks yang merupa morfem terbagi, yang

bagian pertama pada awal bentuk dasar, dan pada bagian yang kedua berposisi pada akhir

bentuk dasar, kedua bagian dari afiks itu dianggap satu kesatuan dan pengimbuhan yang

dilakukan sekaligus. Dalam bahasa Indonesia ada konfiks pe-/-an seperti terdapat pada kata

pertemuan, konfiks ke-/-an, seperti pada kata keterangan dan konfiks ber-/-an seperti terdapat

pada kata berciuman.

Ada yang menggunakan istilah sirkumfiks untuk menyembut gabungan afiks yang

bukan konfiks, seperti ber-/-an pada kata beraturan yang memilki makna ‘mempunyai

aturan”. Interfiks adalah sejenis infiks atau elemen penyambung yang muncul dalam proses

penggabungan dua buah unsur, contoh:

Unsur 1 Unsur 2 Gabungan Makna

Tag

Jahr

Stern

Reise

Zeit

Banner

Tag.e.reise

Jahr.es.zeit

Stern.en.banner

Aday’s journey

Year time

Stars end stripes

Transfik adalah afiks yang berwujud vocal-vokal yang diimbuhkan pada

keseluruhan dasar. Dalam bahasa ini dasar biasanya berupa konsonan-konsonan, biasanya

tiga konsonan, seperti k-t-b ‘tulis” dan d-r-s “belajar”, contoh:

-          Katab ‘dia laki-laki menulis’

-          Jiktib ‘ dia laki-laki akan menulis’

-          Maktu:b ‘ sudah ditulis’

-          Maktaba ‘ took buku’

-          Maka:tib ‘ took-toko buku’

-          Kita:b ‘ buku’

-          Ka:tib ‘ penullis’

Karena hasila proses afiksasi itu adalah sebuah verba, maka verba menggergaji

disebut verba denominal. Proses besar menjadi membesar adalah proses objektifal, maka

hasilnya dapat disebut verba deajektifal, proses penurunan pembinaan dari verba membina

disebut proses deverbal; maka hasilnya nomina pembinaan disebut nomina deverbal.

4.3.2        Reduplikasi

Redupsi adalah proses morfosis yang mengulang bentuk dasar, baik secara

keseluruhan, secara sebagian (persial), maupun dengan perubahan bunyi: seperti lelaki (dari

dasar laki), dan juga reduplikasi dengan perubahan bunyi. Dalam liguistik Indonesia sudah

Page 30: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

lazim digunakan sejumlah istilah sehubungan dengan reduplikasi dalam bahasa jawa dan

bahasa sunda. Istilah-istilah itu adalah:

1.      Dwilingga yakni pengulangan morfem dasar, seperti meja-meja, aki-aki

2.      Dwilingga salin suara yakni pengulangan morfem dasar dengan perubahan vokal dan fonem

lainnya seperti bolak-balik, lenggak-lenggok, mondar-mandir.

3.      Dwipurwa yakni pengulangan silabel pertama seperti lelaki, peparu dan pepatah.

4.      dwiwasana yakni pengulangan pada akhir kata seperti cengengesah ‘selalu tertawa’yang

terbentuk dari cenges ‘tertawa.

5.      Trilingga, yakni pengulangan morfem dasar sampai dua kali, seperti dag; dig – dug, cas –

cis – cus.

Proses reduplikasi banyak terdapat dalam pelbagai bahasa di seluruh dunia, sebagai

contoh diberikan dalam bahasa kepulauan marshall (daerah pasifik) ada kata takin ‘kauskaki’

direduplikasikan menjadi takinkin (infleksional)dan dapat pula bersifat derivasional.

misalnya meja-meja, berarti banyak meja ‘kecil-kecil yang bersifat berbeda dengan bentuk

dasarnya, misalnya laba-laba dari dasar laba dan pura-pura dari dasar pura.

4.3.3        Komposisi.

komposisi adalah hasil dari prose penggabungan morfem dasar dengan morfem

dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah konstruksi yang

memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. misalnya lalu lintas, daya juang, dan

rumah sakit. dalam bahasa Indonesia proses komposisi ini sangat produktif. produktifnya

proses komposisi itu dalam bahasa Indonesia menimbulkan berbagai masalah dan berbagai

pendapat karena komposisi itu memiliki jenis dan makna yang berbeda-beda.

Suatu komposisi disebut kata majemuk kalau unsur-unsurnya tidak dapat

dipertukarkan tewmpatnya. umpamanya, bentuk adik mandi bukan kata majemuk, karena

antara unsur adik dan unsur mandi dapat disipkan kata lain, misalnya adik sedang mandi. ada

juga yang menyatakan sebuah komposisi adalah kata majemuk kalau identitas leksikal

kompoisisi itu sudah berubah dari identitasleksikal unsur-unsurnya. umpamanya bentuk lalu

lintas yang juga berkategori verba. komposisi lalu lintas itu tidak berkategori veba, melainkan

berkategori nomina, seperti dalam kalimat lalu lintas di Jakarta sekarang sangat padat.

4.3.4        Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplaei

konversi sering juga disebut derivasi zero, transmutasi, dan tansposisi adalah proses

pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental.

Page 31: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

umpamanya kata drink dalam bahasa inggris adalah nomina seperti dalam kalimat have a

drink tetapi dapat diubah menjadi sebuah verba, contoh dalam bahasa Indonesia kata cangkul

adalah nomina dalam kalimat ayah membeli cangkul baru; tetapi dalam kalimat cangkul dulu

baik-baik tanah itu, baru ditanami adalah sebuah verba.

Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengan penambahan unsur-

unsur (yang biasanya berupa vokal) kedalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya

berupa konsonan), contoh diambil dari bahasa arab dengan morfem dasar berkerangka k-t-b

‘tulis’ ada jenis modifikasi internal lain yang disebut suplesi. Dalam proses suplesi

berubahnya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hamper tidak tampak lagi.

4.3.5        Pemendekan

Pemendekan adalah proses penanggalan bagian-bagian leksem atau gabungan

leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna

bentuk utuh, misalnya bentuk lab (utuhnya laboratorium), hlm (utuhnya halaman), l (utuhnya

liter), Hankam (utuhnya pertahanan dan keamanan) dan SD (utuhnya sekolah Dasar).

Hasil proses pemendekan ini biasanya dibedakan atas penggalan singkatan, akronim,

penggalan adalah kependekan berupa pangkalan satu atau dua suku pertamadari bentuk yang

dipendekan, misalnya lab atau labo dari laboratorium, dok dari bentuk utuh dokter dan perpus

dari bentuk utuh perpustakaan. Akronim adalah hasil pemendekan berupa kata atau dapat

dilafalkan sebagai kata. Misalnya Abri (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).

Produktifitasnya proses pemendekan ini adalah karena keinginan untuk menghemat tempat

(tulisan) dan tentu juga ucapan, contoh UK (United Kingdom), UNO (United Nation

Organisastin).

Dalam bahasa Indonesia pemendekan ini menjadi sangat produktif adalah karena

bahasa Indonesia seringkali tidak mempunyai kata untuk menyatakan suatu konsep yang agak

pelik atau sangat pelik, misalnya bahasa Indonesia tidak mempunyai hospital, yang dimiliki

adalah rumah sakit.

4.3.6        Poduktifitas Proses Morfemis

Produktifitas proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata

itu, terutama afiksasi, reduplikasi, dan komposisi, digunakan berulang-ulang secara relatif tak

terbatas artinya; ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut, misalnya

kata inggris steet hanya mempunyai dua alternant, yaitu street dan jamaknya yaitu streets.

proses derivasi bersifat terbuka, artinya penutur suatu bahasa dapat membuat kata-kata baru

Page 32: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

dengan proses tersebut. Umpamanya bagi mereka yang belum pernah mendengar atau

membaca kata kegramatikalan atau kemenarikan akan segera mengerti kedua kata baru itu

karena mereka sudah tahu juga fungsinya penominalan konfiks ke-/-an dalam bahasa

Indonesia. Proses derevasi adalah produksi.

Bentuk-bentuk yang menurut kaedah gramatikal di mungkinkan keberadaannya,

tetapi ternyata tidak pernah ada seperti mencantikan dan memisau, diatas, disebut bentuk

yang potensial yang pada suatu saat kelak dapat muncul. Bentuk yang nyata ada, seperti

bentuk menjelekan dan bersepeda disebut bentuk aktual.

4.4  Morfofonemik

Morfonemik, morfofonologi atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud

morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi.

Umpamanya dalam proses afiksasi bahasa Indonesia dengan prefix me-akan terlihat bahwa

prefix me-itu akan berubah menjadi mem-, men-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut

aturan-aturan fonologi tertentu.

Perubahan fonem dalam proses merfofonemi ini dapat berwujud, (1) Pemunculan

fonem, (2) pelepasan fonem, (3) peluluhan fonem, (4) perubahan fonem, (5) pergeseran

fonem.

Pemunculan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefix me- dengan

bentuk dasar baca yang menjadi membaca; dimana terlihat muncul konsonan sengau /m/.

pelepasan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbimbuhan akhiran wan pada kata

sejarah dimana fonem /h/ pada kata sejarah itu menjadi hilang. Perhatikan:

Sejarah + wan → sejarahwan

Proses peluluhan fonem dapat kita lihat dalam proses pengimbuhan prefix me- pada

kata sikat dimana fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan disenyawakan dengan bunyi

nasal /ny/ dari prefix tersebut. Perhatikan; me- + sikat → menyikat.

Proses perubahan fonem dapat kita lihat pada proses pengimbuhan prefix ber- pada

kata ajar dimana fonem /r/ dari prefiks itu berubah menjadi fonem /l/. perhatikan; ber + ajar

→ belajar.

Proses pergeseran fonem adalah pindahnya sebuah fonem dari silabel yang satu ke

silabel yang lain. Bias kita lihat dalam proses pengimbuhan sufiks /an/ pada kata jawab

Page 33: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

dimana fonem /b/ yang semula berada pada silabel /wab/ pindah ke silabel /ban/. Perhatikan;

ja. Wab + -an → ja. wa. ban.

BAB V

TATARAN LINGUISTIK (3)

SINTAKS

Sintaksis membicarakan kata dengan hubungannya engan kata lain, atau unsur – unsur

lain sebagai suatu satuan ujar, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

‘dengan’ atau kata tantaein yang berarti : menempatkan bersama – sama kata- kata menjadi

kelompok kata atau kalimat.

1.1.       Struktur Sintaksis

Struktur sintaksis pertama – tama harus dibicarakan masalah fungsi sintaksis, kategori

sintaksis, dan peran sintaksis. Kelompok istilah pertama, yaitu subjek, prediket, objek dan

keterangan adalah peristiwa yang berkenana dengan fungsi sintaksis. Kelompok dua, yaitu

istilah nomina, verbal, ajektif dan numerallia adalah peristiwa yang berkenan dengan kategori

sintaksis. Sedangkan kelompok ke tiga yaitu istilah pelaku, penderita, dan penerima adalah

peristilahan yang berkenan dengan peran sintaksis.

Secara umum struktursintaksis itu terdiri dari susunan subjek (s), prediket (p), Objek

(o) dan keterangan (k). Menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi kosong “atau “tempat-tempat

kosong” yang tidak memiliki arti apa-apa karena kekosongannya. Contoh kalimat : Nenek

melirik kakek tadi pagi.tempat kosong yang bernama subjek di isi oleh kata nenek yang

berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek di isi oleh kata kakek yang berkategori

nomina dan tempat kosong yang bernama keterangan di isi oelh frase tadi pagi yag

berkategori nomina.

Pengisi fungsi-fungsi itu yang berupa katagori sintaksis mempunyai peran-peran

sintaksi. Kata nenek pada contoh diatas memiliki peran ‘aktif’, kakek memiliki peran

‘sasaran’ dan tadi pagi memiliki peran waktu. Contoh lain adalah keluarlah nenek dari

kamarnya, dari contoh tersebut sudah terlihat bahwa kalimat tersebut tidak memiliki fungsi

objek jadi memang ke empat fungsi tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis.

Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjek harus di isi oleh

katagori nomina, fungsi predikat harus di isi oleh kategori verba, fungsi objek harus diisi oleh

Page 34: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

katagori nomina, dan fungsi keterangan harus selalu di isi oleh kategori adverbial. Kata

adalah merupakan verba kopula yang sepadan dengan to be dalam bahasa inggris. Eksistensi

struktur sintaksis terkecil di topang oelh, kita disebut juga urutan kata, bentuk kata dan

intonasi. Dalam hal ini bias juga ditambah dengan konektor yang biasanya berupa konjungsi.

Urutan kata ialah letak atau posisi kata yang dengan kata lain dalam suatu konstruksi

sintaksis. Umpamanya, konstruksi tiga jam memiliki makna yang sama dengan konstruksi

yang mempunyai urutan jam tiga. Perbedaan itu, tiga jam menyatakan masa waktu yang

lamanya 3 x 60 menit, sedangkan jam tiga menyatakan saat waktu. Terutama bahasa-bahasa

berfleksi seperti bahasa latin, urutan kata itu tidak penting artinya, urutan kata itu dapat

dipertukarkan tanpa mengubah makna gramitikal kalimat tersebut. Misalnya, keenam kalimat

berikut mempunyai makna yang sama, yaitu ‘paul melihat maria’, meskipun urutan kata-

katanya tidak sama.

Paulus vidit mariam

Paulus Marian Vidit

Mariam Vidit Paulus

Mariam Paulus Vidit

Vidit Mariam Paulus

Vidit Paulus Mariam

Bentuk kata sangat penting karena didalam bentuknya kata-kata itu sudah menyatakan

fungsi, peran dan kategori sintaksisnya. Tanpaknya bentuk kata dalam bahasa Indonesia juga

sangat penting. Umpamanya, kalau kata melirik pada kalimat yang sudah kita sebut-sebut

diatas nenek melirik Kakek kita ganti dengan dilirik, sehingga kalimat itu menjadi nenek

dilirik kakek, maka makna kalimat itu berubah. Derajat pentingnya bentuk kata bahasa

Indonesia dan bahasa latin itu tidak sama. Alat sintaksis ketiga, yang didalam bahasa tulis

tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya sering kali menimbulkan

kesalah pamahaman adalah intonasi

Alat sintaksis yang keempat adalah konektor. Konektor itu bertugas menghubungkan

satu konstituen dengan konstituen lain, baik yang berada dalam kelimat maupun yang berada

diluar kalimat konektor subardinatif adalah konektor yang menghubungkan dua buah

konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. Maksudnya konstituen yang satu merupakan

konstituen atasan dan konstituen yang lain menjadi konstituen bawahan. Konjungsi kalau,

meskipun, dan karena dalam bahasa Indonesia adalah contoh konektor subordinatif kalau

diundang tentu akan datang.

Page 35: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.2.       Kata Sebagai Satuan Sintaksis

Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memilki makna mempunyai

kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat

bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak

mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan

didalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.

Kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, ojektif,

adverbial dan numarilia. Kata tugas adalah kata-kata yang berkategori proposisi dan

konjungsi. Misalnya kata kucing dan mesjid, memilki makna ‘sejenis binatang buas’ dan ‘

tempat ibadah orang islam’untuk bahasa inggris kita dapat dengan mudah mensegmentasikan

ujaran yang berupa satuan sintaksis atas kata-kata yang menjadi pengisi fungsi-fungsi

sintaksisnya, misalnya bahasa Swahili (Afrika Timur), kita mungkin mendapatkan kesulitan

untuk member perlakuan terhadap bahasa seperti yang kita perlakukan terhadap bahasa

Indonesia dan bahasa inggris, karena konstituen-konstituen segmentalnya terikat erat sebagai

suatu kata, meskipun kita masih dapat menganalisis.

1.3.       Frase

Istilah frase digunakan sebagai satuan sintaktis yang satu tingkat berada dibawah

satuan klausa atau satu tingkat berada diatas sataun kata.

5.3.1        Pengertian Frase

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan grametikal yang berupa gabungan kata

yang bersifat non predikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu

fungsi sintaksis didalam kalimat. Konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase;

konstruksi tataboga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat.

Hubungan kedua unsure yang membuat frase itu tidak berstruktur subjek-prediket atau

struktur prediket-objek. Seperti adik mandi dan menjual sepeda bukan frase, tetapi konstruksi

kamar mandi dan bukan sepeda adalah frase.

Umpamanya, kedalam kata membaca tidak dapat kita selipkan kata baru sehingga

menjadi ‘membaru baca’. Sebagai pemisi fungsi sintaksis frase juga berpotensi untuk menjadi

kalimat minor, contoh:

-          Nenek saya (siapa yang duduk disana itu?)

Page 36: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Kata mejaemuk sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu

makna, maka bedanya dengan frase adalah bahwa frase tidak memiliki makna baru,

melainkan makna sintaksis atau makna grametikal contoh meja hijau yang berarti

‘pengadilan’ adalah kata majemuk, meja saya yang berarti saya punya meja adalah sebuah

frase.

5.3.2        Jenis Frase

Farese dibedakan adanya frase (1) ekosentrik (2) endosentrik (30 koordinator (4)

apositif

5.3.2.1  Frase Eksosentrik

Frase ekosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai

perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, misalnya frase di pasar, yang terdiri

dari komponen did an komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frase ini dapat

mengisi fungsi keterangan, misalnya dia berdagang di pasar. Frase ekososentris dibedakan

atas frase ekososentris yang nondirektif. Frase ekososentris yang direktif komponennya

berupa proposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok

kata, yang biasanya berkategori nomina.

Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus seperti si

dan sang atau kata lain seperti yang, para dan kaum, komponen keduanya berupa kata atau

kelompok kata berkategori nomina.

5.3.2.2  Frase Endosentrik

Frase endosentrik adalah frase yang salah satunya atau komponennya memiliki

perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, artinya salah satu komponennya itu

dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya, misalnya sedang membaca dalam kalimat

dibawah ini :

-          Nenek sedang membaca komik di kamar

Frase endosentrik lazim disebut proses modifikatif karena komponen keduanya,

yaitu komponen yang bukan inti atau hulu mengubah atau membatasi makna komponen inti

atau hulunya. Umpamanya kata membaca yang belum diketahui kapan terjadinya, dalam

frase sedang membaca dibatasi maknanya oleh kata sedang sehingga makna itu menjadi

perbuatan membaca itu tengah berlangsung frase endosentrik juga disebut frase ordinatif

Page 37: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen

atasan sedangkan komponennya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai

komponen bawahan. Cohntoh

 

Frase nominal adalah frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronominal.

Umpamanya, bus sekolah, kecap manis, karya besar dan guru muda. Frase verbal adalah frase

endosentrik yang intinya berupa kata verba; frase ini dapat menggantikan kedudukan kata

verbal didalam sintaksis, contoh sedang membaca, sudah mandi, makan lagi, dan tidak akan

dating. Frase ojektif adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata ojektif, contohnya

sangat cantik, indah sekali, merah jambu, dan kurang baik. Frase numerila adalah frase

endosentrik yang intinya berupa kata numeral, misalnya tiga belas, seratus dua puluh lima

dan satu setengah triliun.

5.3.2.3  Frase Koordinatif

Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua

komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh

konjungsi koordinat, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi seperti

baik …….., makin…….., makin. Contoh; sehat dan kuat, buruh atau majikan, makin terang

makin baik dan dari, oleh dan untuk rakyat. Frase koordinatif yang tidak menggunakan

Page 38: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

konjungsi secara eksplisit, disebut frase parataksis. Contoh hilir mudik, tua muda, pulang

pergi, sawah lading, dan dua, tiga hari.

5.3.2.4  Frase Apositif

Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk

sesamanya, dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.

Umpamanya, frase apositif Pak Ahmad, guru saya dalam kalimat (1) dapat diubah

susunannya atau urutannya seperti pada kalimat (2).

(1)   Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali

(2)   Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali

5.3.3        Perluasan Frase

Salah satu cirri frase adalah frase itu dapat diperluas, maksudnya frase itu dapat

diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan

ditampilkan. Umpamanya frase di kamar tidur, dapat diperluas dengan memberi kompenen

baru, misalnya Ayah atau belakang sehingga di kamar tidur saya, dikamar tidur ayah, di

kamar tidur belakang.

Bahwa pengungkapan konsep kata, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan

pembatas tidak dinyatakan dengan afiks, seperti dalam bahasa fleksi melainkan unsure

leksikal, misalnya dalam frase tidak akan hadir sekaligus ada pengungkapan konsep ingkar

dengan kata tidak dan konsep kala nanti dengan kata akan.

Keperluan untuk member deskripsi secara terperinci terhadap suatu konsep, terutama

untuk konsep nomina, contoh:

-          Kakak saya meninggal aminggu lalu

-          Kakak saya yang bekerja di Jakarta meninggal minggu lalu

1.4.       Klausa

Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan

dibawah tataran kalimat.

5.4.1   Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kat-kata berkonstruksi predikatif,

artinya di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai

predikat dan yang lain sebagai subjek, objek dan keterangan. Kalau kita bandingkan

Page 39: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

konstruksi kamar mandi dan adik mandi, maka dapat dikatakan konstruksi kamar mandi

bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dan komponen mandi tidaklah

bersifat predikat. Sebaliknya konstruksi nenek mandi adalah sebuah klausa karena hubungan

komponen nenek dan komponen mandi bersifat predikatif.

Bahwa klausa memang berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena didalamnya

sudah ada fungsi sintaksis wajib. Kalau kata dan frase menjadi pengisi fungsi sintaksis, maka

klausa menjadi pengisi kalimat. Tempat klausa adalah didalam kalimat umpamanya; ‘nenek

membaca komik sedangkan kakek membaca lupus’. Terdapat dua buah klausa yaitu klausa

(a) nenek membaca komik, (b) kakek membaca lupus.

5.4.2   Jenis Klausa

Jenis klausa dibedakan berdasarkan struktur dan kategori segmental yang menjadi

prediketnya. Berdasarkan struktur dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa

bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai

subjek dan prediket; dan mempunyai potensi kalimat mayor. Umpamanya klausa nenekku

masih cantik dan kakekku gagah berani dengan diberi intonasi final sudah menjadi kalimat

mayor; nenekku masih cantik dan kakekku gagah berani.

Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap, klausa terikat tidak mempunyai

potensi untuk menjadi kalimat mayor. Umpamanya tadi pagi bias menjadi jawaban kalimat

Tanya, kapan nenek membaca komik?, berdasarkan kategori berdasarkan segmental yang

menjadi predikatnya dapat dibedakan. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya

berkategori verba; misalnya klausa nenek mandi, kakek menari, sapi itu berlari dan matahari

terbit, klausa verba dibagi dua:

a.       Klausa transitif yaitu klausa predikatnya berupa verba transitif seperti nenek menulis surat,

kakek membaca buku silat, dan mahasiswa mengisi teta-teki silang.

b.      Klausa intransitive yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitive seperti nenek

menangis, adik melompat-lompat, paman berangakat ke Medan

c.       Klausa relatif yaitu klauasa yang predikatnya berupa verba reflektif seperti nenek sedang

berdandan; kakek sedang mandi; dan dia sedang bersolek.

d.      Klausa resprokol yaitu klausa yang prediketnya berupa verba resiprokol, seperti mereka

bertengkar sejak kemarin; Israel dan Palestina akan berdamai; dan keduanya bersalaman.

Klausal nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina,

misalnya petani, dosen, linguistik dan satpam bank. Klausa ojektifal adalah klausa yang

prediketnya berkategori ojektifa umpamanya ibu dosen itu cantik sekali.

Page 40: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.5.       Kalimat

Pada umumnya yang dibicarakan oleh buku tata bahasa tradisional dalam bab

sintaksis hanyalah satuan yang kita sebut kalimat.

5.5.1   Pengertian Kalimat

Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur, berisi pikiran yang lengkap, bahwa

yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan inotasi final, sebab

konjungsi hanya ada kalau diperlukan, contoh kalimat yang baik,

a.       Nenek membaca komik

b.      Nenek saya (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat Tanya; siapa yang duduk disana?)

5.5.2   Jenis Kalimat

Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai criteria atau sudut pandang.

5.5.2.1       Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti

Kalimat inti disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti

yang lengkap bersifat dekleratif, aktif atau netral dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia

paling tidak kita dapati kalimat inti dengan pola atau struktur sebagai berikut:

a.       FN + FV : nenek dating

b.      FN ++ FV + FN : nenek membaca komik

c.       FN + FV + FN + FN : nenek membacakan kakek komik

d.      FN + FA : nenek dokter

e.       FN + FA : nenek cantik

f.       FN + FNUM : uangnya dua juta

g.      FN + FP : uangnya di dompet

Keterangan:

a.       FN : frase nominal

FV : Frase verba

FA : Frase ojektival

FNum : Frase numeral

FB : Frase preposisi

Page 41: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

b.      FN dapat diisi oleh sebuah kata nominal, FV dapat diisi sebuah kata verba, FA dapat diisi

oleh sebuah kata ojektifal, dan FNum dapat diisi oleh sebuah kata numeralia.

Dapat dikatakan kalimat inti+proses transformasi = kalimat non-inti. Dibagankan

menjadi;

 

5.5.2.2       Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk

Berdasarkan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa

yang ada didalam kalimat, kalau klausanya satu, maka kalimat tersebut adalah kalimat

tunggal. Contoh kalimat tunggal; burung-burung itu bernyanyi sepanjang hari. Klausa

didalam sebuah kalimat lebih dari satu, maka kalimat tersebut adalah kalimat majemuk.

Kalimat koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausanya memiliki status yang sama,

yang setaraatau yang sederajat, seperti dan, atau, tetapi, dan lalu. Contoh kalimat majemuk

koordinatif; nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.

Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara

klausanya tidak setara atau sederajat. Seperti kalau, ketika, meskipun dank arena. Contoh

kalimat majemuk subordinatif; nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah.

5.5.2.3       Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakaukan berdasarkan lengkap

tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat. Contoh kalimat mayor. Kakeknya

petani kaya disana. Klausa yang tidak lengkap disebut kalimat minor. Contoh kalimat minor

‘sedang makan’ (sebagai jawaban dari kalimat Tanya; nenek sedang apa?).

5.5.2.4       Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal

Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal. Kalimat non-verbal

adalah kalimat yang predikatnya bukan kata selain klausa verbal. Kalimat transitif adalah

kalimat yang predikatnya berupa verba transitif yaitu verba yang diikuti oleh sebuah subjek

kalau verba tersebut bersifat monotransitif dan diikuti oleh dua buah objek kalau verbanya

Page 42: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

berupa verba bitransitif, misalnya; yang monotransitif adalah dia menendang bola dan

bitransitif adalah Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa jepang.

Kalimat intransitive adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitive yaitu

verba yang tidak memiliki objek. Umpamanya, kalimat intransitif verba menari, berlari dan

dating. Contoh kalimat intransitif; kakek berlari ke kamar mandi. Kalimat aktif adalah

kalimat yang kata kerjanya aktif. Verba aktif ditandai dengan prefix me-atau mempercontoh

kalimat aktif; nenek mendengarkan siaran sepak bola.

Kalimat dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba secara semantik,

menyatakan tindakan atau gerakan. Contoh kalimat aktif adalah mahasiswa itu pulang.

Kalimat statis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba secara semantik tidak

menyatakan tindakan atau kegiatan. Contoh kalimat statis adalah anaknya sakit keras.

Nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba; bias nomina atau frase nominal dan

lain-lain, contoh kalimat nonverbal adalah mereka bukan penduduk desa ini.

5.5.2.5       Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat

Perbedaan kalimat bebas dan kalimat terikat dilakukan dalam kaiatan bahwa

kalaimat adalah satuan-satuan yang membentuk wacana atau paragraph. Kalimat bebas

adalah kalaimat yang mempunyai potensi menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah

paragraph atau wacana tanpa bentuk kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Contoh

kalimat bebas adalah sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk. Kalimat terikat adalah

kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka

paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.contoh kalimat terikat adalah jangankan

ikannnya telurpun susah diperoleh, kalupun bias diperoleh harganya melambung tinggi.

Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik itu akan

punah.

5.5.3   Intonasi Kalimat

Tampaknya inotasi (yang berupa tekanan, nada, atau tempo) tidak berlaku pada

tataran fonologi dan morfologi; melainkanhanya berlaku pada tataran sintaksi. Ciri-cirinya

yang brtupa tekanan, tempo dan nada. Tekanan adalah cirii-ciri suprasegmental yang

menyertai bunyi ujar. Tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arusujar.

Dalam bahasa arab tempo ini diukur dengan satuan tempolamanya melafalkan huruf alif,

contoh

-          Apa rumah sekarang mahal?

Page 43: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

2- 33n / 2- 33n/ 2 3/t

-          Apa rum/ah sekar/ang mahal?2- 33n / 2- 33n/ 2 3/t

Keterangan

N = Naik

T = Turun

Tanda (/) diatas huruf = Tekanan

5.5.4   Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diatesis

5.5.4.1       Modus

Modus adalah pengungkapan atau gambaran suasana psikologis. Perbuatan menurut

tafsiran si pembaca atau sikap sipembicara tetang apa yang diucapkannya. Beberapa macam

modus diantaranya :

a.       Modus indikatif atau modus dekleratif yaitu modus yang menunjukan sikap objektif atau

netral.

b.      Modus optatif yaitu modus yang menunjukan harapan atau keinginan

c.       Modus imperative yaitu modus menyatakan perintah, larangan, tegahan. Contoh bahasa

latin menggunakan bentuk morfemis seperti amare! ‘biarkanlah dirimu dicintai’ atau ama

eum ‘cintailah dia’.

d.      Modus interogatif yaitu modus yang menyatakan pertanyaan.

e.       Modus obligatif yaitu modus yang menyatakan keharusan.

f.       Modus desiderative yaitu modus yang menyatakan keinginan atau kemauan.

g.      Modus kondisional yaitu modus yang menyatakan persyaratan

5.5.4.2       Aspek

Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam

suatu situasi, keadaan, kejadian atau proses. Berbagai macam aspek antara lain:

a.       Aspek kontinuatif yaitu yang menyatakan perbuatan terus berlangsung.

b.      Aspek inseptif yaitu yang menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai. Contoh dia pun

berjalanlah.

c.       Aspek progresif aspek yang menyatakan perbuatan yang sedang berlangsung.

d.      Aspek repetitive yaitu yang menyatakan nperbuatan itu berulang-ulang

e.       Aspek perpektif yaitu yang menyatakan perbuatan sudah selesai

Page 44: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

f.       Aspek imperfektif yaitu yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar

g.      Aspek sesatif yaitu yang mentakan perbuatan berakhir

5.5.4.3       Kala

Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadi

perbuatan, kejadian, tindakan atau pengalaman yang disebut di dalam prediket. Beberapa

bahasa menandai kala secara morfemis; artinya pernyataan kala ditandai dengan bentuk kata

tertentu pada verbanya. Contoh bahasa jepang.

Kala kini Kala Lampau Makna

Arukimasu

Ikimasu

Arukimasita

ikimasita

Berjalan

Pergi

Kala lampau verba digunakan sufiks –ed dank ala kini digunakan (be) –ing contoh:

-          Nita worked there yesterday

-          Dika is working there

5.5.4.4       Modalitas

Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara

terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa; atau sikap

terhadap lawan bicara, contoh:

-          Barangkali dia tidak akan hadir

-          Petani Indonesia sebaiknya mendirikan koperasi

Umpamanya dengan kata – kata mungkin, barangkali, sebaiknya, seharusnya, tentu,

pasti, boleh, mau, ingin, dan sayangnya. Beberapa jenis modalitas di antaranya:

a.       Modalitas internasional yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan nenek ingin

menunaikan ibadah haji.

b.      Modalitas epistemic yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan kepastian dan

keharusan, contoh; kalau tidak hujan kakek pasti datang.

c.       Modalitas deontik yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenanan, contoh;

anda boleh tinggal disini sampai besok.

d.      Modalitas dinamik yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan, contoh; dia bias

melakukan hal itu kalau diberi kesempatan.

Page 45: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

5.5.4.5       Fokus

Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian, pendengar

atau pembaca tertuju pada bagian itu. Dalam bahasa tagalog di Filipina unsur atau bagian

kalimat yang menjadi fokus atau menempati fungsi subjek ditandai dengan artikulasi yang,

contoh: bumili ang nanay ng saging sa tindahan para sa bata, artinya ibu membeli pisang

ditoko untuk anak.

Fokus kalimat dapat dilakukan dengan cara:

a.       Memberikan tekanan pada kalimat yang difokuskan

b.      Mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan

c.       Cara memakaikan partikel pun, yang, tentang, adalah pada bagian kalimat yang difokuskan

d.      Mengontraskan dua bagian kalimat

e.       Menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.

5.5.4.6       Diatesis

Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat atau

perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. Beberapa macam diathesis antara lain:

a.       Diathesis aktif taitu subjek yang melakukan suatu perbuatan atau subjek yang berbuat

contoh; mereka merampas uang kami.

b.      Diatesis pasif yaitu subjek yang menjadi sasaran perbuatan

c.       Diatesis refleksi yaitu subjek berbuat atau melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri.

Contoh: nenek kami sedang berhias.

d.      Diatesis resiprokal yaitu subjek yang terdiri dari dua pihak berbuat tindakan berbalas.

Contoh: kiranya mereka akan berdamai juga.

e.       Diatesis kausatif yaitu subjek menjadi penyebab atas terjadinya sesuatu. Contoh: kakek

menghitamkan rambutnya.

1.6.       Wacana

Kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar

yang disebut wacana. Karena secara filosofis, kalimatlah sebagai satuan bahasa, yang

dianggap memiliki pikiran yang lengkap. Setiap kalimat harus lengkap, karena itu didalmnya

harus selalu ada subjek, predikat, objek dan keterangan. Kalimat adalah susunan kata-kata

yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Karena objeknya bahasa tulis ditambah dengan

yang dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.

Page 46: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

5.6.1        Pengertian Wacana

Banyak defenisi yang berbeda-beda, pada dasarnya menekankan bahwa wacana

adalah satuan bahasa yang lengkap, hingga dalam hirarki grametikal merupakan satuan

gramatikal tertinggi atau terbesar, dalam wacana berate terdapat konsep, gagasan, pikiran

atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar, tanpa keraguan apapun

satuan grametikal tertinggi atau terbesar berarti wacana itu dibentuk dari kalimat-kalimat

yang memenuhi persyaratan gramitikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.

Persyaratan gramitikal dalam wacana sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu

adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana. Bila wacana itu

kohesif, akan terciptalah kohesian dicapai dengan cara menyatu dengan menggunakan kata

gantinya. Kohesian wacana dilakukan dengan pengulangan kata.

5.6.2        Alat Wacana

Wacana yang kohesif dan koheren dapat digunakan pelbagai alat wacana, baik yang

berupa aspek gramitikal maupun berupa aspek semantic. Alat gramitikal yang dapat

digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif antara lain:

a.       Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat, atau

menghubungkan paragraf dengan paragraf. Contoh Raja sakit dan permaisuri meninggal.

b.      Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu sebagai rujukan anaforis, contoh:

Awan tebal bergumpal-gumpal menutupi langit Jakarta, itu tandanya hujan lebat akan turun.

c.       Menggunakan elipsi yaitu menghilangkan baian kalimat yang sama yang terdapat kalimat

lain, contoh: teman saya yang duduk dipojok itu namanya Lili, dia berasal dari Yogyakarta,

yang diujung sana Ahmad dari Jakarta, yang sebelah gadis berbaju merah itu Nurdin dari

Medan.

Selain gramitikal, wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat bantuan perbagai

aspek semantic, caranya antara dapat juga dibuat bantuan pelbagai aspek sematik. Caranya

antara lain:

1.      Menggunakan hubungan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana, misalnya:

kemarin hujan turun lebat sekali, hari ini cerahnya bukan main.

2.      Menggunakan hubungan generik-spesifik atau spesifik-generik misalnya, kuda itu jangan

kau palu terus. Binatang juga perlu beristirahat.

3.      Menggunakan hubungan perbandingan antara kedia isi bagian kalimat atau isi antara kedua

buah kalimta, misalnya: lahap benar makannnya seperti orang satu minggu tidak ketemu nasi.

Page 47: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

4.      Menggunakan hubungan sebab-akibat diantara isi kedua bagian kalimat misalnya: pada

pagi hari bus selalu penuh sesak. Bernapas pun susah didalam bus itu.

5.      Menggunakan hubungan tujuan didalam isi sebuah wacana umpamanya, misalnya: semua

anaknya disekolahkan, agar kelak tidak sepertinya.

6.      Menggunakan hubungan rujukan yang sama, pada dua bagian kalimat, misalnya becak

tidak ada lagi di Jakarta, kendaraan roda tiga itu sering dituduh memacetkan lalu lintas.

5.6.3        Jenis Wacana

Wacana lisan dan wacana tulisan berkenan dengan sasarannyayaitu bahasa lisan dan

bahasa tulisan, kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari

penggunaan bahasa. Wacana prosa dilihat dari penyampaian isinya dibedakan menjadi

wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi. Wacana narasi

bersifat menceritakan sesuatu topic atau hal; wacana eksposisi bersifat memamparkan topik

atau fakta; wacana persuasi bersifat mengajak, menganjurkan, atau melarang; wacana

argumentasi bersifat memberi argument atau alasan terhadap suatu hal.

5.6.4        Subsatuan Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang utuh dan lengkap. Satuan ‘ide’ atau ‘pesan’ yang

disampaikan dapat dipahami pendengar dan pembaca tanpa keraguan, tanpa merasa adanya

kekurangan informasi dari idea tau pesan yang tertuang dalam wacana seperti: jagalah

kebersihan.

1.7.       Catatan Mengenai Hirarki Satuan

Satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk satuan yang lebih besar.

Fonem membentuk morfem, morfem membentuk kata, kata akan membentuk frase, frase

akan membentuk klausa, klausa akan membentuk kalimat, kalimat akan membentuk wacana.

Urutan hirarki adalah urutan normal teoritis.

Urutan moral kenaikan tingkat atau penurunan tingkat terjadi pada jenjang

berikutnya yang satu tingkat ke atas atau ke bawah, dalam pelompatan tingkat terjadi

peristiwa, sebuah satuan menjadi konstituen dalm jenjang, sekurang-kurangnya dua tingkat di

atasnya. Seperti kata nenek atau frase ceria silat, contoh: nenek ! (sebagai kalimat jawaban

terhadap kalimat Tanya: siapa yang belum mandi?).

Kasus pelapisan tingkat terjadi kalau sebuah konstituen menjadi unsur konstituen

pada konstituen yang tingkatnya sama, misalnya kata dengar pada kata mendengarkan; frase

Page 48: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

mahasiswa tahun pertama. Klausa penurunan tingkat terjadi apabila sebuah konstituen

menjadi unsur konstituen lain yang tingkatnya lebih rendah dari tingkat konstituen asalnya.

Umpamanya frase tidak adil yang menjadi konstituen dalam kata ketidakadilan; frase ikut

serta yang menjadi unsur pada kata kompleks mengikutsertakan.

BAB V

TATARAN LINGUISTIK (3)

SINTAKS

Sintaksis membicarakan kata dengan hubungannya engan kata lain, atau unsur – unsur

lain sebagai suatu satuan ujar, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

‘dengan’ atau kata tantaein yang berarti : menempatkan bersama – sama kata- kata menjadi

kelompok kata atau kalimat.

1.1.       Struktur Sintaksis

Struktur sintaksis pertama – tama harus dibicarakan masalah fungsi sintaksis, kategori

sintaksis, dan peran sintaksis. Kelompok istilah pertama, yaitu subjek, prediket, objek dan

keterangan adalah peristiwa yang berkenana dengan fungsi sintaksis. Kelompok dua, yaitu

istilah nomina, verbal, ajektif dan numerallia adalah peristiwa yang berkenan dengan kategori

sintaksis. Sedangkan kelompok ke tiga yaitu istilah pelaku, penderita, dan penerima adalah

peristilahan yang berkenan dengan peran sintaksis.

Secara umum struktursintaksis itu terdiri dari susunan subjek (s), prediket (p), Objek

(o) dan keterangan (k). Menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi kosong “atau “tempat-tempat

kosong” yang tidak memiliki arti apa-apa karena kekosongannya. Contoh kalimat : Nenek

melirik kakek tadi pagi.tempat kosong yang bernama subjek di isi oleh kata nenek yang

berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek di isi oleh kata kakek yang berkategori

nomina dan tempat kosong yang bernama keterangan di isi oelh frase tadi pagi yag

berkategori nomina.

Pengisi fungsi-fungsi itu yang berupa katagori sintaksis mempunyai peran-peran

sintaksi. Kata nenek pada contoh diatas memiliki peran ‘aktif’, kakek memiliki peran

‘sasaran’ dan tadi pagi memiliki peran waktu. Contoh lain adalah keluarlah nenek dari

kamarnya, dari contoh tersebut sudah terlihat bahwa kalimat tersebut tidak memiliki fungsi

objek jadi memang ke empat fungsi tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis.

Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjek harus di isi oleh

katagori nomina, fungsi predikat harus di isi oleh kategori verba, fungsi objek harus diisi oleh

katagori nomina, dan fungsi keterangan harus selalu di isi oleh kategori adverbial. Kata

Page 49: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

adalah merupakan verba kopula yang sepadan dengan to be dalam bahasa inggris. Eksistensi

struktur sintaksis terkecil di topang oelh, kita disebut juga urutan kata, bentuk kata dan

intonasi. Dalam hal ini bias juga ditambah dengan konektor yang biasanya berupa konjungsi.

Urutan kata ialah letak atau posisi kata yang dengan kata lain dalam suatu konstruksi

sintaksis. Umpamanya, konstruksi tiga jam memiliki makna yang sama dengan konstruksi

yang mempunyai urutan jam tiga. Perbedaan itu, tiga jam menyatakan masa waktu yang

lamanya 3 x 60 menit, sedangkan jam tiga menyatakan saat waktu. Terutama bahasa-bahasa

berfleksi seperti bahasa latin, urutan kata itu tidak penting artinya, urutan kata itu dapat

dipertukarkan tanpa mengubah makna gramitikal kalimat tersebut. Misalnya, keenam kalimat

berikut mempunyai makna yang sama, yaitu ‘paul melihat maria’, meskipun urutan kata-

katanya tidak sama.

Paulus vidit mariam

Paulus Marian Vidit

Mariam Vidit Paulus

Mariam Paulus Vidit

Vidit Mariam Paulus

Vidit Paulus Mariam

Bentuk kata sangat penting karena didalam bentuknya kata-kata itu sudah menyatakan

fungsi, peran dan kategori sintaksisnya. Tanpaknya bentuk kata dalam bahasa Indonesia juga

sangat penting. Umpamanya, kalau kata melirik pada kalimat yang sudah kita sebut-sebut

diatas nenek melirik Kakek kita ganti dengan dilirik, sehingga kalimat itu menjadi nenek

dilirik kakek, maka makna kalimat itu berubah. Derajat pentingnya bentuk kata bahasa

Indonesia dan bahasa latin itu tidak sama. Alat sintaksis ketiga, yang didalam bahasa tulis

tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya sering kali menimbulkan

kesalah pamahaman adalah intonasi

Alat sintaksis yang keempat adalah konektor. Konektor itu bertugas menghubungkan

satu konstituen dengan konstituen lain, baik yang berada dalam kelimat maupun yang berada

diluar kalimat konektor subardinatif adalah konektor yang menghubungkan dua buah

konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. Maksudnya konstituen yang satu merupakan

konstituen atasan dan konstituen yang lain menjadi konstituen bawahan. Konjungsi kalau,

meskipun, dan karena dalam bahasa Indonesia adalah contoh konektor subordinatif kalau

diundang tentu akan datang.

Page 50: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

1.2.       Kata Sebagai Satuan Sintaksis

Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memilki makna mempunyai

kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat

bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak

mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan

didalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.

Kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, ojektif,

adverbial dan numarilia. Kata tugas adalah kata-kata yang berkategori proposisi dan

konjungsi. Misalnya kata kucing dan mesjid, memilki makna ‘sejenis binatang buas’ dan ‘

tempat ibadah orang islam’untuk bahasa inggris kita dapat dengan mudah mensegmentasikan

ujaran yang berupa satuan sintaksis atas kata-kata yang menjadi pengisi fungsi-fungsi

sintaksisnya, misalnya bahasa Swahili (Afrika Timur), kita mungkin mendapatkan kesulitan

untuk member perlakuan terhadap bahasa seperti yang kita perlakukan terhadap bahasa

Indonesia dan bahasa inggris, karena konstituen-konstituen segmentalnya terikat erat sebagai

suatu kata, meskipun kita masih dapat menganalisis.

1.3.       Frase

Istilah frase digunakan sebagai satuan sintaktis yang satu tingkat berada dibawah

satuan klausa atau satu tingkat berada diatas sataun kata.

5.3.1        Pengertian Frase

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan grametikal yang berupa gabungan kata

yang bersifat non predikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu

fungsi sintaksis didalam kalimat. Konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase;

konstruksi tataboga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat.

Hubungan kedua unsure yang membuat frase itu tidak berstruktur subjek-prediket atau

struktur prediket-objek. Seperti adik mandi dan menjual sepeda bukan frase, tetapi konstruksi

kamar mandi dan bukan sepeda adalah frase.

Umpamanya, kedalam kata membaca tidak dapat kita selipkan kata baru sehingga

menjadi ‘membaru baca’. Sebagai pemisi fungsi sintaksis frase juga berpotensi untuk menjadi

kalimat minor, contoh:

-          Nenek saya (siapa yang duduk disana itu?)

Kata mejaemuk sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu

makna, maka bedanya dengan frase adalah bahwa frase tidak memiliki makna baru,

Page 51: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

melainkan makna sintaksis atau makna grametikal contoh meja hijau yang berarti

‘pengadilan’ adalah kata majemuk, meja saya yang berarti saya punya meja adalah sebuah

frase.

5.3.2        Jenis Frase

Farese dibedakan adanya frase (1) ekosentrik (2) endosentrik (30 koordinator (4)

apositif

5.3.2.1  Frase Eksosentrik

Frase ekosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai

perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, misalnya frase di pasar, yang terdiri

dari komponen did an komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frase ini dapat

mengisi fungsi keterangan, misalnya dia berdagang di pasar. Frase ekososentris dibedakan

atas frase ekososentris yang nondirektif. Frase ekososentris yang direktif komponennya

berupa proposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok

kata, yang biasanya berkategori nomina.

Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus seperti si

dan sang atau kata lain seperti yang, para dan kaum, komponen keduanya berupa kata atau

kelompok kata berkategori nomina.

5.3.2.2  Frase Endosentrik

Frase endosentrik adalah frase yang salah satunya atau komponennya memiliki

perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, artinya salah satu komponennya itu

dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya, misalnya sedang membaca dalam kalimat

dibawah ini :

-          Nenek sedang membaca komik di kamar

Frase endosentrik lazim disebut proses modifikatif karena komponen keduanya,

yaitu komponen yang bukan inti atau hulu mengubah atau membatasi makna komponen inti

atau hulunya. Umpamanya kata membaca yang belum diketahui kapan terjadinya, dalam

frase sedang membaca dibatasi maknanya oleh kata sedang sehingga makna itu menjadi

perbuatan membaca itu tengah berlangsung frase endosentrik juga disebut frase ordinatif

karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen

Page 52: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

atasan sedangkan komponennya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai

komponen bawahan. Cohntoh

 

Frase nominal adalah frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronominal.

Umpamanya, bus sekolah, kecap manis, karya besar dan guru muda. Frase verbal adalah frase

endosentrik yang intinya berupa kata verba; frase ini dapat menggantikan kedudukan kata

verbal didalam sintaksis, contoh sedang membaca, sudah mandi, makan lagi, dan tidak akan

dating. Frase ojektif adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata ojektif, contohnya

sangat cantik, indah sekali, merah jambu, dan kurang baik. Frase numerila adalah frase

endosentrik yang intinya berupa kata numeral, misalnya tiga belas, seratus dua puluh lima

dan satu setengah triliun.

5.3.2.3  Frase Koordinatif

Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua

komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh

konjungsi koordinat, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi seperti

baik …….., makin…….., makin. Contoh; sehat dan kuat, buruh atau majikan, makin terang

makin baik dan dari, oleh dan untuk rakyat. Frase koordinatif yang tidak menggunakan

konjungsi secara eksplisit, disebut frase parataksis. Contoh hilir mudik, tua muda, pulang

pergi, sawah lading, dan dua, tiga hari.

Page 53: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

5.3.2.4  Frase Apositif

Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk

sesamanya, dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.

Umpamanya, frase apositif Pak Ahmad, guru saya dalam kalimat (1) dapat diubah

susunannya atau urutannya seperti pada kalimat (2).

(1)   Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali

(2)   Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali

5.3.3        Perluasan Frase

Salah satu cirri frase adalah frase itu dapat diperluas, maksudnya frase itu dapat

diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan

ditampilkan. Umpamanya frase di kamar tidur, dapat diperluas dengan memberi kompenen

baru, misalnya Ayah atau belakang sehingga di kamar tidur saya, dikamar tidur ayah, di

kamar tidur belakang.

Bahwa pengungkapan konsep kata, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan

pembatas tidak dinyatakan dengan afiks, seperti dalam bahasa fleksi melainkan unsure

leksikal, misalnya dalam frase tidak akan hadir sekaligus ada pengungkapan konsep ingkar

dengan kata tidak dan konsep kala nanti dengan kata akan.

Keperluan untuk member deskripsi secara terperinci terhadap suatu konsep, terutama

untuk konsep nomina, contoh:

-          Kakak saya meninggal aminggu lalu

-          Kakak saya yang bekerja di Jakarta meninggal minggu lalu

1.4.       Klausa

Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan

dibawah tataran kalimat.

5.4.1   Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kat-kata berkonstruksi predikatif,

artinya di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai

predikat dan yang lain sebagai subjek, objek dan keterangan. Kalau kita bandingkan

konstruksi kamar mandi dan adik mandi, maka dapat dikatakan konstruksi kamar mandi

bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dan komponen mandi tidaklah

Page 54: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

bersifat predikat. Sebaliknya konstruksi nenek mandi adalah sebuah klausa karena hubungan

komponen nenek dan komponen mandi bersifat predikatif.

Bahwa klausa memang berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena didalamnya

sudah ada fungsi sintaksis wajib. Kalau kata dan frase menjadi pengisi fungsi sintaksis, maka

klausa menjadi pengisi kalimat. Tempat klausa adalah didalam kalimat umpamanya; ‘nenek

membaca komik sedangkan kakek membaca lupus’. Terdapat dua buah klausa yaitu klausa

(a) nenek membaca komik, (b) kakek membaca lupus.

5.4.2   Jenis Klausa

Jenis klausa dibedakan berdasarkan struktur dan kategori segmental yang menjadi

prediketnya. Berdasarkan struktur dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa

bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai

subjek dan prediket; dan mempunyai potensi kalimat mayor. Umpamanya klausa nenekku

masih cantik dan kakekku gagah berani dengan diberi intonasi final sudah menjadi kalimat

mayor; nenekku masih cantik dan kakekku gagah berani.

Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap, klausa terikat tidak mempunyai

potensi untuk menjadi kalimat mayor. Umpamanya tadi pagi bias menjadi jawaban kalimat

Tanya, kapan nenek membaca komik?, berdasarkan kategori berdasarkan segmental yang

menjadi predikatnya dapat dibedakan. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya

berkategori verba; misalnya klausa nenek mandi, kakek menari, sapi itu berlari dan matahari

terbit, klausa verba dibagi dua:

a.       Klausa transitif yaitu klausa predikatnya berupa verba transitif seperti nenek menulis surat,

kakek membaca buku silat, dan mahasiswa mengisi teta-teki silang.

b.      Klausa intransitive yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitive seperti nenek

menangis, adik melompat-lompat, paman berangakat ke Medan

c.       Klausa relatif yaitu klauasa yang predikatnya berupa verba reflektif seperti nenek sedang

berdandan; kakek sedang mandi; dan dia sedang bersolek.

d.      Klausa resprokol yaitu klausa yang prediketnya berupa verba resiprokol, seperti mereka

bertengkar sejak kemarin; Israel dan Palestina akan berdamai; dan keduanya bersalaman.

Klausal nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina,

misalnya petani, dosen, linguistik dan satpam bank. Klausa ojektifal adalah klausa yang

prediketnya berkategori ojektifa umpamanya ibu dosen itu cantik sekali.

1.5.       Kalimat

Page 55: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Pada umumnya yang dibicarakan oleh buku tata bahasa tradisional dalam bab

sintaksis hanyalah satuan yang kita sebut kalimat.

5.5.1   Pengertian Kalimat

Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur, berisi pikiran yang lengkap, bahwa

yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan inotasi final, sebab

konjungsi hanya ada kalau diperlukan, contoh kalimat yang baik,

a.       Nenek membaca komik

b.      Nenek saya (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat Tanya; siapa yang duduk disana?)

5.5.2   Jenis Kalimat

Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai criteria atau sudut pandang.

5.5.2.1       Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti

Kalimat inti disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti

yang lengkap bersifat dekleratif, aktif atau netral dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia

paling tidak kita dapati kalimat inti dengan pola atau struktur sebagai berikut:

a.       FN + FV : nenek dating

b.      FN ++ FV + FN : nenek membaca komik

c.       FN + FV + FN + FN : nenek membacakan kakek komik

d.      FN + FA : nenek dokter

e.       FN + FA : nenek cantik

f.       FN + FNUM : uangnya dua juta

g.      FN + FP : uangnya di dompet

Keterangan:

a.       FN : frase nominal

FV : Frase verba

FA : Frase ojektival

FNum : Frase numeral

FB : Frase preposisi

b.      FN dapat diisi oleh sebuah kata nominal, FV dapat diisi sebuah kata verba, FA dapat diisi

oleh sebuah kata ojektifal, dan FNum dapat diisi oleh sebuah kata numeralia.

Page 56: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Dapat dikatakan kalimat inti+proses transformasi = kalimat non-inti. Dibagankan

menjadi;

 

5.5.2.2       Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk

Berdasarkan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa

yang ada didalam kalimat, kalau klausanya satu, maka kalimat tersebut adalah kalimat

tunggal. Contoh kalimat tunggal; burung-burung itu bernyanyi sepanjang hari. Klausa

didalam sebuah kalimat lebih dari satu, maka kalimat tersebut adalah kalimat majemuk.

Kalimat koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausanya memiliki status yang sama,

yang setaraatau yang sederajat, seperti dan, atau, tetapi, dan lalu. Contoh kalimat majemuk

koordinatif; nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.

Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara

klausanya tidak setara atau sederajat. Seperti kalau, ketika, meskipun dank arena. Contoh

kalimat majemuk subordinatif; nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah.

5.5.2.3       Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakaukan berdasarkan lengkap

tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat. Contoh kalimat mayor. Kakeknya

petani kaya disana. Klausa yang tidak lengkap disebut kalimat minor. Contoh kalimat minor

‘sedang makan’ (sebagai jawaban dari kalimat Tanya; nenek sedang apa?).

5.5.2.4       Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal

Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal. Kalimat non-verbal

adalah kalimat yang predikatnya bukan kata selain klausa verbal. Kalimat transitif adalah

kalimat yang predikatnya berupa verba transitif yaitu verba yang diikuti oleh sebuah subjek

kalau verba tersebut bersifat monotransitif dan diikuti oleh dua buah objek kalau verbanya

berupa verba bitransitif, misalnya; yang monotransitif adalah dia menendang bola dan

bitransitif adalah Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa jepang.

Page 57: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Kalimat intransitive adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitive yaitu

verba yang tidak memiliki objek. Umpamanya, kalimat intransitif verba menari, berlari dan

dating. Contoh kalimat intransitif; kakek berlari ke kamar mandi. Kalimat aktif adalah

kalimat yang kata kerjanya aktif. Verba aktif ditandai dengan prefix me-atau mempercontoh

kalimat aktif; nenek mendengarkan siaran sepak bola.

Kalimat dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba secara semantik,

menyatakan tindakan atau gerakan. Contoh kalimat aktif adalah mahasiswa itu pulang.

Kalimat statis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba secara semantik tidak

menyatakan tindakan atau kegiatan. Contoh kalimat statis adalah anaknya sakit keras.

Nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba; bias nomina atau frase nominal dan

lain-lain, contoh kalimat nonverbal adalah mereka bukan penduduk desa ini.

5.5.2.5       Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat

Perbedaan kalimat bebas dan kalimat terikat dilakukan dalam kaiatan bahwa

kalaimat adalah satuan-satuan yang membentuk wacana atau paragraph. Kalimat bebas

adalah kalaimat yang mempunyai potensi menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah

paragraph atau wacana tanpa bentuk kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Contoh

kalimat bebas adalah sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk. Kalimat terikat adalah

kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka

paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.contoh kalimat terikat adalah jangankan

ikannnya telurpun susah diperoleh, kalupun bias diperoleh harganya melambung tinggi.

Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik itu akan

punah.

5.5.3   Intonasi Kalimat

Tampaknya inotasi (yang berupa tekanan, nada, atau tempo) tidak berlaku pada

tataran fonologi dan morfologi; melainkanhanya berlaku pada tataran sintaksi. Ciri-cirinya

yang brtupa tekanan, tempo dan nada. Tekanan adalah cirii-ciri suprasegmental yang

menyertai bunyi ujar. Tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arusujar.

Dalam bahasa arab tempo ini diukur dengan satuan tempolamanya melafalkan huruf alif,

contoh

-          Apa rumah sekarang mahal?2- 33n / 2- 33n/ 2 3/t

-          Apa rum/ah sekar/ang mahal?

Page 58: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

2- 33n / 2- 33n/ 2 3/t

Keterangan

N = Naik

T = Turun

Tanda (/) diatas huruf = Tekanan

5.5.4   Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diatesis

5.5.4.1       Modus

Modus adalah pengungkapan atau gambaran suasana psikologis. Perbuatan menurut

tafsiran si pembaca atau sikap sipembicara tetang apa yang diucapkannya. Beberapa macam

modus diantaranya :

a.       Modus indikatif atau modus dekleratif yaitu modus yang menunjukan sikap objektif atau

netral.

b.      Modus optatif yaitu modus yang menunjukan harapan atau keinginan

c.       Modus imperative yaitu modus menyatakan perintah, larangan, tegahan. Contoh bahasa

latin menggunakan bentuk morfemis seperti amare! ‘biarkanlah dirimu dicintai’ atau ama

eum ‘cintailah dia’.

d.      Modus interogatif yaitu modus yang menyatakan pertanyaan.

e.       Modus obligatif yaitu modus yang menyatakan keharusan.

f.       Modus desiderative yaitu modus yang menyatakan keinginan atau kemauan.

g.      Modus kondisional yaitu modus yang menyatakan persyaratan

5.5.4.2       Aspek

Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam

suatu situasi, keadaan, kejadian atau proses. Berbagai macam aspek antara lain:

a.       Aspek kontinuatif yaitu yang menyatakan perbuatan terus berlangsung.

b.      Aspek inseptif yaitu yang menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai. Contoh dia pun

berjalanlah.

c.       Aspek progresif aspek yang menyatakan perbuatan yang sedang berlangsung.

d.      Aspek repetitive yaitu yang menyatakan nperbuatan itu berulang-ulang

e.       Aspek perpektif yaitu yang menyatakan perbuatan sudah selesai

f.       Aspek imperfektif yaitu yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar

g.      Aspek sesatif yaitu yang mentakan perbuatan berakhir

Page 59: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

5.5.4.3       Kala

Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadi

perbuatan, kejadian, tindakan atau pengalaman yang disebut di dalam prediket. Beberapa

bahasa menandai kala secara morfemis; artinya pernyataan kala ditandai dengan bentuk kata

tertentu pada verbanya. Contoh bahasa jepang.

Kala kini Kala Lampau Makna

Arukimasu

Ikimasu

Arukimasita

ikimasita

Berjalan

Pergi

Kala lampau verba digunakan sufiks –ed dank ala kini digunakan (be) –ing contoh:

-          Nita worked there yesterday

-          Dika is working there

5.5.4.4       Modalitas

Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara

terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa; atau sikap

terhadap lawan bicara, contoh:

-          Barangkali dia tidak akan hadir

-          Petani Indonesia sebaiknya mendirikan koperasi

Umpamanya dengan kata – kata mungkin, barangkali, sebaiknya, seharusnya, tentu,

pasti, boleh, mau, ingin, dan sayangnya. Beberapa jenis modalitas di antaranya:

a.       Modalitas internasional yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan nenek ingin

menunaikan ibadah haji.

b.      Modalitas epistemic yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan kepastian dan

keharusan, contoh; kalau tidak hujan kakek pasti datang.

c.       Modalitas deontik yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenanan, contoh;

anda boleh tinggal disini sampai besok.

d.      Modalitas dinamik yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan, contoh; dia bias

melakukan hal itu kalau diberi kesempatan.

5.5.4.5       Fokus

Page 60: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian, pendengar

atau pembaca tertuju pada bagian itu. Dalam bahasa tagalog di Filipina unsur atau bagian

kalimat yang menjadi fokus atau menempati fungsi subjek ditandai dengan artikulasi yang,

contoh: bumili ang nanay ng saging sa tindahan para sa bata, artinya ibu membeli pisang

ditoko untuk anak.

Fokus kalimat dapat dilakukan dengan cara:

a.       Memberikan tekanan pada kalimat yang difokuskan

b.      Mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan

c.       Cara memakaikan partikel pun, yang, tentang, adalah pada bagian kalimat yang difokuskan

d.      Mengontraskan dua bagian kalimat

e.       Menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.

5.5.4.6       Diatesis

Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat atau

perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. Beberapa macam diathesis antara lain:

a.       Diathesis aktif taitu subjek yang melakukan suatu perbuatan atau subjek yang berbuat

contoh; mereka merampas uang kami.

b.      Diatesis pasif yaitu subjek yang menjadi sasaran perbuatan

c.       Diatesis refleksi yaitu subjek berbuat atau melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri.

Contoh: nenek kami sedang berhias.

d.      Diatesis resiprokal yaitu subjek yang terdiri dari dua pihak berbuat tindakan berbalas.

Contoh: kiranya mereka akan berdamai juga.

e.       Diatesis kausatif yaitu subjek menjadi penyebab atas terjadinya sesuatu. Contoh: kakek

menghitamkan rambutnya.

1.6.       Wacana

Kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar

yang disebut wacana. Karena secara filosofis, kalimatlah sebagai satuan bahasa, yang

dianggap memiliki pikiran yang lengkap. Setiap kalimat harus lengkap, karena itu didalmnya

harus selalu ada subjek, predikat, objek dan keterangan. Kalimat adalah susunan kata-kata

yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Karena objeknya bahasa tulis ditambah dengan

yang dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.

5.6.1        Pengertian Wacana

Page 61: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Banyak defenisi yang berbeda-beda, pada dasarnya menekankan bahwa wacana

adalah satuan bahasa yang lengkap, hingga dalam hirarki grametikal merupakan satuan

gramatikal tertinggi atau terbesar, dalam wacana berate terdapat konsep, gagasan, pikiran

atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar, tanpa keraguan apapun

satuan grametikal tertinggi atau terbesar berarti wacana itu dibentuk dari kalimat-kalimat

yang memenuhi persyaratan gramitikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.

Persyaratan gramitikal dalam wacana sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu

adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana. Bila wacana itu

kohesif, akan terciptalah kohesian dicapai dengan cara menyatu dengan menggunakan kata

gantinya. Kohesian wacana dilakukan dengan pengulangan kata.

5.6.2        Alat Wacana

Wacana yang kohesif dan koheren dapat digunakan pelbagai alat wacana, baik yang

berupa aspek gramitikal maupun berupa aspek semantic. Alat gramitikal yang dapat

digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif antara lain:

a.       Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat, atau

menghubungkan paragraf dengan paragraf. Contoh Raja sakit dan permaisuri meninggal.

b.      Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu sebagai rujukan anaforis, contoh:

Awan tebal bergumpal-gumpal menutupi langit Jakarta, itu tandanya hujan lebat akan turun.

c.       Menggunakan elipsi yaitu menghilangkan baian kalimat yang sama yang terdapat kalimat

lain, contoh: teman saya yang duduk dipojok itu namanya Lili, dia berasal dari Yogyakarta,

yang diujung sana Ahmad dari Jakarta, yang sebelah gadis berbaju merah itu Nurdin dari

Medan.

Selain gramitikal, wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat bantuan perbagai

aspek semantic, caranya antara dapat juga dibuat bantuan pelbagai aspek sematik. Caranya

antara lain:

1.      Menggunakan hubungan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana, misalnya:

kemarin hujan turun lebat sekali, hari ini cerahnya bukan main.

2.      Menggunakan hubungan generik-spesifik atau spesifik-generik misalnya, kuda itu jangan

kau palu terus. Binatang juga perlu beristirahat.

3.      Menggunakan hubungan perbandingan antara kedia isi bagian kalimat atau isi antara kedua

buah kalimta, misalnya: lahap benar makannnya seperti orang satu minggu tidak ketemu nasi.

4.      Menggunakan hubungan sebab-akibat diantara isi kedua bagian kalimat misalnya: pada

pagi hari bus selalu penuh sesak. Bernapas pun susah didalam bus itu.

Page 62: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

5.      Menggunakan hubungan tujuan didalam isi sebuah wacana umpamanya, misalnya: semua

anaknya disekolahkan, agar kelak tidak sepertinya.

6.      Menggunakan hubungan rujukan yang sama, pada dua bagian kalimat, misalnya becak

tidak ada lagi di Jakarta, kendaraan roda tiga itu sering dituduh memacetkan lalu lintas.

5.6.3        Jenis Wacana

Wacana lisan dan wacana tulisan berkenan dengan sasarannyayaitu bahasa lisan dan

bahasa tulisan, kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari

penggunaan bahasa. Wacana prosa dilihat dari penyampaian isinya dibedakan menjadi

wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi. Wacana narasi

bersifat menceritakan sesuatu topic atau hal; wacana eksposisi bersifat memamparkan topik

atau fakta; wacana persuasi bersifat mengajak, menganjurkan, atau melarang; wacana

argumentasi bersifat memberi argument atau alasan terhadap suatu hal.

5.6.4        Subsatuan Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang utuh dan lengkap. Satuan ‘ide’ atau ‘pesan’ yang

disampaikan dapat dipahami pendengar dan pembaca tanpa keraguan, tanpa merasa adanya

kekurangan informasi dari idea tau pesan yang tertuang dalam wacana seperti: jagalah

kebersihan.

1.7.       Catatan Mengenai Hirarki Satuan

Satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk satuan yang lebih besar.

Fonem membentuk morfem, morfem membentuk kata, kata akan membentuk frase, frase

akan membentuk klausa, klausa akan membentuk kalimat, kalimat akan membentuk wacana.

Urutan hirarki adalah urutan normal teoritis.

Urutan moral kenaikan tingkat atau penurunan tingkat terjadi pada jenjang

berikutnya yang satu tingkat ke atas atau ke bawah, dalam pelompatan tingkat terjadi

peristiwa, sebuah satuan menjadi konstituen dalm jenjang, sekurang-kurangnya dua tingkat di

atasnya. Seperti kata nenek atau frase ceria silat, contoh: nenek ! (sebagai kalimat jawaban

terhadap kalimat Tanya: siapa yang belum mandi?).

Kasus pelapisan tingkat terjadi kalau sebuah konstituen menjadi unsur konstituen

pada konstituen yang tingkatnya sama, misalnya kata dengar pada kata mendengarkan; frase

mahasiswa tahun pertama. Klausa penurunan tingkat terjadi apabila sebuah konstituen

menjadi unsur konstituen lain yang tingkatnya lebih rendah dari tingkat konstituen asalnya.

Page 63: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Umpamanya frase tidak adil yang menjadi konstituen dalam kata ketidakadilan; frase ikut

serta yang menjadi unsur pada kata kompleks mengikutsertakan.

BAB V

TATARAN LINGUISTIK (3)

SINTAKS

Sintaksis membicarakan kata dengan hubungannya engan kata lain, atau unsur – unsur

lain sebagai suatu satuan ujar, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti

‘dengan’ atau kata tantaein yang berarti : menempatkan bersama – sama kata- kata menjadi

kelompok kata atau kalimat.

1.1.       Struktur Sintaksis

Struktur sintaksis pertama – tama harus dibicarakan masalah fungsi sintaksis, kategori

sintaksis, dan peran sintaksis. Kelompok istilah pertama, yaitu subjek, prediket, objek dan

keterangan adalah peristiwa yang berkenana dengan fungsi sintaksis. Kelompok dua, yaitu

istilah nomina, verbal, ajektif dan numerallia adalah peristiwa yang berkenan dengan kategori

sintaksis. Sedangkan kelompok ke tiga yaitu istilah pelaku, penderita, dan penerima adalah

peristilahan yang berkenan dengan peran sintaksis.

Secara umum struktursintaksis itu terdiri dari susunan subjek (s), prediket (p), Objek

(o) dan keterangan (k). Menurut Verhaar (1978) fungsi-fungsi kosong “atau “tempat-tempat

kosong” yang tidak memiliki arti apa-apa karena kekosongannya. Contoh kalimat : Nenek

melirik kakek tadi pagi.tempat kosong yang bernama subjek di isi oleh kata nenek yang

berkategori verba, tempat kosong yang bernama objek di isi oleh kata kakek yang berkategori

nomina dan tempat kosong yang bernama keterangan di isi oelh frase tadi pagi yag

berkategori nomina.

Pengisi fungsi-fungsi itu yang berupa katagori sintaksis mempunyai peran-peran

sintaksi. Kata nenek pada contoh diatas memiliki peran ‘aktif’, kakek memiliki peran

‘sasaran’ dan tadi pagi memiliki peran waktu. Contoh lain adalah keluarlah nenek dari

Page 64: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

kamarnya, dari contoh tersebut sudah terlihat bahwa kalimat tersebut tidak memiliki fungsi

objek jadi memang ke empat fungsi tidak harus selalu ada dalam setiap struktur sintaksis.

Para ahli tata bahasa tradisional berpendapat bahwa fungsi subjek harus di isi oleh

katagori nomina, fungsi predikat harus di isi oleh kategori verba, fungsi objek harus diisi oleh

katagori nomina, dan fungsi keterangan harus selalu di isi oleh kategori adverbial. Kata

adalah merupakan verba kopula yang sepadan dengan to be dalam bahasa inggris. Eksistensi

struktur sintaksis terkecil di topang oelh, kita disebut juga urutan kata, bentuk kata dan

intonasi. Dalam hal ini bias juga ditambah dengan konektor yang biasanya berupa konjungsi.

Urutan kata ialah letak atau posisi kata yang dengan kata lain dalam suatu konstruksi

sintaksis. Umpamanya, konstruksi tiga jam memiliki makna yang sama dengan konstruksi

yang mempunyai urutan jam tiga. Perbedaan itu, tiga jam menyatakan masa waktu yang

lamanya 3 x 60 menit, sedangkan jam tiga menyatakan saat waktu. Terutama bahasa-bahasa

berfleksi seperti bahasa latin, urutan kata itu tidak penting artinya, urutan kata itu dapat

dipertukarkan tanpa mengubah makna gramitikal kalimat tersebut. Misalnya, keenam kalimat

berikut mempunyai makna yang sama, yaitu ‘paul melihat maria’, meskipun urutan kata-

katanya tidak sama.

Paulus vidit mariam

Paulus Marian Vidit

Mariam Vidit Paulus

Mariam Paulus Vidit

Vidit Mariam Paulus

Vidit Paulus Mariam

Bentuk kata sangat penting karena didalam bentuknya kata-kata itu sudah menyatakan

fungsi, peran dan kategori sintaksisnya. Tanpaknya bentuk kata dalam bahasa Indonesia juga

sangat penting. Umpamanya, kalau kata melirik pada kalimat yang sudah kita sebut-sebut

diatas nenek melirik Kakek kita ganti dengan dilirik, sehingga kalimat itu menjadi nenek

dilirik kakek, maka makna kalimat itu berubah. Derajat pentingnya bentuk kata bahasa

Indonesia dan bahasa latin itu tidak sama. Alat sintaksis ketiga, yang didalam bahasa tulis

tidak dapat digambarkan secara akurat dan teliti yang akibatnya sering kali menimbulkan

kesalah pamahaman adalah intonasi

Alat sintaksis yang keempat adalah konektor. Konektor itu bertugas menghubungkan

satu konstituen dengan konstituen lain, baik yang berada dalam kelimat maupun yang berada

diluar kalimat konektor subardinatif adalah konektor yang menghubungkan dua buah

Page 65: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

konstituen yang kedudukannya tidak sederajat. Maksudnya konstituen yang satu merupakan

konstituen atasan dan konstituen yang lain menjadi konstituen bawahan. Konjungsi kalau,

meskipun, dan karena dalam bahasa Indonesia adalah contoh konektor subordinatif kalau

diundang tentu akan datang.

1.2.       Kata Sebagai Satuan Sintaksis

Kata penuh adalah kata yang secara leksikal memilki makna mempunyai

kemungkinan untuk mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat

bersendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Kata tugas adalah kata yang secara leksikal tidak

mempunyai makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan

didalam pertuturan dia tidak dapat bersendiri.

Kata penuh adalah kata-kata yang termasuk kategori nomina, verba, ojektif,

adverbial dan numarilia. Kata tugas adalah kata-kata yang berkategori proposisi dan

konjungsi. Misalnya kata kucing dan mesjid, memilki makna ‘sejenis binatang buas’ dan ‘

tempat ibadah orang islam’untuk bahasa inggris kita dapat dengan mudah mensegmentasikan

ujaran yang berupa satuan sintaksis atas kata-kata yang menjadi pengisi fungsi-fungsi

sintaksisnya, misalnya bahasa Swahili (Afrika Timur), kita mungkin mendapatkan kesulitan

untuk member perlakuan terhadap bahasa seperti yang kita perlakukan terhadap bahasa

Indonesia dan bahasa inggris, karena konstituen-konstituen segmentalnya terikat erat sebagai

suatu kata, meskipun kita masih dapat menganalisis.

1.3.       Frase

Istilah frase digunakan sebagai satuan sintaktis yang satu tingkat berada dibawah

satuan klausa atau satu tingkat berada diatas sataun kata.

5.3.1        Pengertian Frase

Frase lazim didefinisikan sebagai satuan grametikal yang berupa gabungan kata

yang bersifat non predikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu

fungsi sintaksis didalam kalimat. Konstruksi belum makan dan tanah tinggi adalah frase;

konstruksi tataboga dan interlokal bukan frase, karena boga dan inter adalah morfem terikat.

Hubungan kedua unsure yang membuat frase itu tidak berstruktur subjek-prediket atau

struktur prediket-objek. Seperti adik mandi dan menjual sepeda bukan frase, tetapi konstruksi

kamar mandi dan bukan sepeda adalah frase.

Page 66: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Umpamanya, kedalam kata membaca tidak dapat kita selipkan kata baru sehingga

menjadi ‘membaru baca’. Sebagai pemisi fungsi sintaksis frase juga berpotensi untuk menjadi

kalimat minor, contoh:

-          Nenek saya (siapa yang duduk disana itu?)

Kata mejaemuk sebagai komposisi yang memiliki makna baru atau memiliki satu

makna, maka bedanya dengan frase adalah bahwa frase tidak memiliki makna baru,

melainkan makna sintaksis atau makna grametikal contoh meja hijau yang berarti

‘pengadilan’ adalah kata majemuk, meja saya yang berarti saya punya meja adalah sebuah

frase.

5.3.2        Jenis Frase

Farese dibedakan adanya frase (1) ekosentrik (2) endosentrik (30 koordinator (4)

apositif

5.3.2.1  Frase Eksosentrik

Frase ekosentrik adalah frase yang komponen-komponennya tidak mempunyai

perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, misalnya frase di pasar, yang terdiri

dari komponen did an komponen pasar. Secara keseluruhan atau secara utuh frase ini dapat

mengisi fungsi keterangan, misalnya dia berdagang di pasar. Frase ekososentris dibedakan

atas frase ekososentris yang nondirektif. Frase ekososentris yang direktif komponennya

berupa proposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok

kata, yang biasanya berkategori nomina.

Frase eksosentrik yang nondirektif komponen pertamanya berupa artikulus seperti si

dan sang atau kata lain seperti yang, para dan kaum, komponen keduanya berupa kata atau

kelompok kata berkategori nomina.

5.3.2.2  Frase Endosentrik

Frase endosentrik adalah frase yang salah satunya atau komponennya memiliki

perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya, artinya salah satu komponennya itu

dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya, misalnya sedang membaca dalam kalimat

dibawah ini :

-          Nenek sedang membaca komik di kamar

Page 67: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Frase endosentrik lazim disebut proses modifikatif karena komponen keduanya,

yaitu komponen yang bukan inti atau hulu mengubah atau membatasi makna komponen inti

atau hulunya. Umpamanya kata membaca yang belum diketahui kapan terjadinya, dalam

frase sedang membaca dibatasi maknanya oleh kata sedang sehingga makna itu menjadi

perbuatan membaca itu tengah berlangsung frase endosentrik juga disebut frase ordinatif

karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai komponen

atasan sedangkan komponennya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai

komponen bawahan. Cohntoh

 

Frase nominal adalah frase endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronominal.

Umpamanya, bus sekolah, kecap manis, karya besar dan guru muda. Frase verbal adalah frase

endosentrik yang intinya berupa kata verba; frase ini dapat menggantikan kedudukan kata

verbal didalam sintaksis, contoh sedang membaca, sudah mandi, makan lagi, dan tidak akan

dating. Frase ojektif adalah frase endosentrik yang intinya berupa kata ojektif, contohnya

sangat cantik, indah sekali, merah jambu, dan kurang baik. Frase numerila adalah frase

endosentrik yang intinya berupa kata numeral, misalnya tiga belas, seratus dua puluh lima

dan satu setengah triliun.

5.3.2.3  Frase Koordinatif

Page 68: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Frase koordinatif adalah frase yang komponen pembentuknya terdiri dari dua

komponen atau lebih yang sama dan sederajat, dan secara potensial dapat dihubungkan oleh

konjungsi koordinat, baik yang tunggal seperti dan, atau, tetapi, maupun konjungsi seperti

baik …….., makin…….., makin. Contoh; sehat dan kuat, buruh atau majikan, makin terang

makin baik dan dari, oleh dan untuk rakyat. Frase koordinatif yang tidak menggunakan

konjungsi secara eksplisit, disebut frase parataksis. Contoh hilir mudik, tua muda, pulang

pergi, sawah lading, dan dua, tiga hari.

5.3.2.4  Frase Apositif

Frase apositif adalah frase koordinatif yang kedua komponennya saling merujuk

sesamanya, dan oleh karena itu urutan komponennya dapat dipertukarkan.

Umpamanya, frase apositif Pak Ahmad, guru saya dalam kalimat (1) dapat diubah

susunannya atau urutannya seperti pada kalimat (2).

(1)   Pak Ahmad, guru saya, rajin sekali

(2)   Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali

5.3.3        Perluasan Frase

Salah satu cirri frase adalah frase itu dapat diperluas, maksudnya frase itu dapat

diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian yang akan

ditampilkan. Umpamanya frase di kamar tidur, dapat diperluas dengan memberi kompenen

baru, misalnya Ayah atau belakang sehingga di kamar tidur saya, dikamar tidur ayah, di

kamar tidur belakang.

Bahwa pengungkapan konsep kata, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan

pembatas tidak dinyatakan dengan afiks, seperti dalam bahasa fleksi melainkan unsure

leksikal, misalnya dalam frase tidak akan hadir sekaligus ada pengungkapan konsep ingkar

dengan kata tidak dan konsep kala nanti dengan kata akan.

Keperluan untuk member deskripsi secara terperinci terhadap suatu konsep, terutama

untuk konsep nomina, contoh:

-          Kakak saya meninggal aminggu lalu

-          Kakak saya yang bekerja di Jakarta meninggal minggu lalu

1.4.       Klausa

Klausa merupakan tataran di dalam sintaksis yang berada di atas tataran frase dan

dibawah tataran kalimat.

Page 69: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

5.4.1   Pengertian Klausa

Klausa adalah satuan sintaksis berupa runtunan kat-kata berkonstruksi predikatif,

artinya di dalam konstruksi itu ada komponen, berupa kata atau frase, yang berfungsi sebagai

predikat dan yang lain sebagai subjek, objek dan keterangan. Kalau kita bandingkan

konstruksi kamar mandi dan adik mandi, maka dapat dikatakan konstruksi kamar mandi

bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen kamar dan komponen mandi tidaklah

bersifat predikat. Sebaliknya konstruksi nenek mandi adalah sebuah klausa karena hubungan

komponen nenek dan komponen mandi bersifat predikatif.

Bahwa klausa memang berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena didalamnya

sudah ada fungsi sintaksis wajib. Kalau kata dan frase menjadi pengisi fungsi sintaksis, maka

klausa menjadi pengisi kalimat. Tempat klausa adalah didalam kalimat umpamanya; ‘nenek

membaca komik sedangkan kakek membaca lupus’. Terdapat dua buah klausa yaitu klausa

(a) nenek membaca komik, (b) kakek membaca lupus.

5.4.2   Jenis Klausa

Jenis klausa dibedakan berdasarkan struktur dan kategori segmental yang menjadi

prediketnya. Berdasarkan struktur dibedakan adanya klausa bebas dan klausa terikat. Klausa

bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur lengkap, sekurang-kurangnya mempunyai

subjek dan prediket; dan mempunyai potensi kalimat mayor. Umpamanya klausa nenekku

masih cantik dan kakekku gagah berani dengan diberi intonasi final sudah menjadi kalimat

mayor; nenekku masih cantik dan kakekku gagah berani.

Klausa terikat memiliki struktur yang tidak lengkap, klausa terikat tidak mempunyai

potensi untuk menjadi kalimat mayor. Umpamanya tadi pagi bias menjadi jawaban kalimat

Tanya, kapan nenek membaca komik?, berdasarkan kategori berdasarkan segmental yang

menjadi predikatnya dapat dibedakan. Klausa verbal adalah klausa yang predikatnya

berkategori verba; misalnya klausa nenek mandi, kakek menari, sapi itu berlari dan matahari

terbit, klausa verba dibagi dua:

a.       Klausa transitif yaitu klausa predikatnya berupa verba transitif seperti nenek menulis surat,

kakek membaca buku silat, dan mahasiswa mengisi teta-teki silang.

b.      Klausa intransitive yaitu klausa yang predikatnya berupa verba intransitive seperti nenek

menangis, adik melompat-lompat, paman berangakat ke Medan

c.       Klausa relatif yaitu klauasa yang predikatnya berupa verba reflektif seperti nenek sedang

berdandan; kakek sedang mandi; dan dia sedang bersolek.

Page 70: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

d.      Klausa resprokol yaitu klausa yang prediketnya berupa verba resiprokol, seperti mereka

bertengkar sejak kemarin; Israel dan Palestina akan berdamai; dan keduanya bersalaman.

Klausal nominal adalah klausa yang predikatnya berupa nomina atau frase nomina,

misalnya petani, dosen, linguistik dan satpam bank. Klausa ojektifal adalah klausa yang

prediketnya berkategori ojektifa umpamanya ibu dosen itu cantik sekali.

1.5.       Kalimat

Pada umumnya yang dibicarakan oleh buku tata bahasa tradisional dalam bab

sintaksis hanyalah satuan yang kita sebut kalimat.

5.5.1   Pengertian Kalimat

Kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur, berisi pikiran yang lengkap, bahwa

yang penting atau yang menjadi dasar kalimat adalah konstituen dasar dan inotasi final, sebab

konjungsi hanya ada kalau diperlukan, contoh kalimat yang baik,

a.       Nenek membaca komik

b.      Nenek saya (sebagai kalimat jawaban terhadap kalimat Tanya; siapa yang duduk disana?)

5.5.2   Jenis Kalimat

Jenis kalimat dapat dibedakan berdasarkan berbagai criteria atau sudut pandang.

5.5.2.1       Kalimat Inti dan Kalimat Non-Inti

Kalimat inti disebut kalimat dasar, adalah kalimat yang dibentuk dari klausa inti

yang lengkap bersifat dekleratif, aktif atau netral dan afirmatif. Dalam bahasa Indonesia

paling tidak kita dapati kalimat inti dengan pola atau struktur sebagai berikut:

a.       FN + FV : nenek dating

b.      FN ++ FV + FN : nenek membaca komik

c.       FN + FV + FN + FN : nenek membacakan kakek komik

d.      FN + FA : nenek dokter

e.       FN + FA : nenek cantik

f.       FN + FNUM : uangnya dua juta

g.      FN + FP : uangnya di dompet

Keterangan:

Page 71: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

a.       FN : frase nominal

FV : Frase verba

FA : Frase ojektival

FNum : Frase numeral

FB : Frase preposisi

b.      FN dapat diisi oleh sebuah kata nominal, FV dapat diisi sebuah kata verba, FA dapat diisi

oleh sebuah kata ojektifal, dan FNum dapat diisi oleh sebuah kata numeralia.

Dapat dikatakan kalimat inti+proses transformasi = kalimat non-inti. Dibagankan

menjadi;

 

5.5.2.2       Kalimat Tunggal dan Kalimat Majemuk

Berdasarkan kalimat tunggal dan kalimat majemuk berdasarkan banyaknya klausa

yang ada didalam kalimat, kalau klausanya satu, maka kalimat tersebut adalah kalimat

tunggal. Contoh kalimat tunggal; burung-burung itu bernyanyi sepanjang hari. Klausa

didalam sebuah kalimat lebih dari satu, maka kalimat tersebut adalah kalimat majemuk.

Kalimat koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausanya memiliki status yang sama,

yang setaraatau yang sederajat, seperti dan, atau, tetapi, dan lalu. Contoh kalimat majemuk

koordinatif; nenek melirik, kakek tersenyum, dan adik tertawa-tawa.

Kalimat majemuk subordinatif adalah kalimat majemuk yang hubungan antara

klausanya tidak setara atau sederajat. Seperti kalau, ketika, meskipun dank arena. Contoh

kalimat majemuk subordinatif; nenek membaca komik ketika kakek tidak ada di rumah.

5.5.2.3       Kalimat Mayor dan Kalimat Minor

Perbedaan kalimat mayor dan kalimat minor dilakaukan berdasarkan lengkap

tidaknya klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat. Contoh kalimat mayor. Kakeknya

petani kaya disana. Klausa yang tidak lengkap disebut kalimat minor. Contoh kalimat minor

‘sedang makan’ (sebagai jawaban dari kalimat Tanya; nenek sedang apa?).

5.5.2.4       Kalimat Verbal dan Kalimat Non-Verbal

Page 72: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal. Kalimat non-verbal

adalah kalimat yang predikatnya bukan kata selain klausa verbal. Kalimat transitif adalah

kalimat yang predikatnya berupa verba transitif yaitu verba yang diikuti oleh sebuah subjek

kalau verba tersebut bersifat monotransitif dan diikuti oleh dua buah objek kalau verbanya

berupa verba bitransitif, misalnya; yang monotransitif adalah dia menendang bola dan

bitransitif adalah Dika membelikan Nita sebuah kamus bahasa jepang.

Kalimat intransitive adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitive yaitu

verba yang tidak memiliki objek. Umpamanya, kalimat intransitif verba menari, berlari dan

dating. Contoh kalimat intransitif; kakek berlari ke kamar mandi. Kalimat aktif adalah

kalimat yang kata kerjanya aktif. Verba aktif ditandai dengan prefix me-atau mempercontoh

kalimat aktif; nenek mendengarkan siaran sepak bola.

Kalimat dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba secara semantik,

menyatakan tindakan atau gerakan. Contoh kalimat aktif adalah mahasiswa itu pulang.

Kalimat statis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba secara semantik tidak

menyatakan tindakan atau kegiatan. Contoh kalimat statis adalah anaknya sakit keras.

Nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba; bias nomina atau frase nominal dan

lain-lain, contoh kalimat nonverbal adalah mereka bukan penduduk desa ini.

5.5.2.5       Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat

Perbedaan kalimat bebas dan kalimat terikat dilakukan dalam kaiatan bahwa

kalaimat adalah satuan-satuan yang membentuk wacana atau paragraph. Kalimat bebas

adalah kalaimat yang mempunyai potensi menjadi ujaran lengkap atau dapat memulai sebuah

paragraph atau wacana tanpa bentuk kalimat atau konteks lain yang menjelaskannya. Contoh

kalimat bebas adalah sekarang di Riau amat sukar mencari terubuk. Kalimat terikat adalah

kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap atau menjadi pembuka

paragraph atau wacana tanpa bantuan konteks.contoh kalimat terikat adalah jangankan

ikannnya telurpun susah diperoleh, kalupun bias diperoleh harganya melambung tinggi.

Makanya, ada kecemasan masyarakat nelayan di sana bahwa terubuk yang spesifik itu akan

punah.

5.5.3   Intonasi Kalimat

Tampaknya inotasi (yang berupa tekanan, nada, atau tempo) tidak berlaku pada

tataran fonologi dan morfologi; melainkanhanya berlaku pada tataran sintaksi. Ciri-cirinya

yang brtupa tekanan, tempo dan nada. Tekanan adalah cirii-ciri suprasegmental yang

Page 73: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

menyertai bunyi ujar. Tempo adalah waktu yang dibutuhkan untuk melafalkan suatu arusujar.

Dalam bahasa arab tempo ini diukur dengan satuan tempolamanya melafalkan huruf alif,

contoh

-          Apa rumah sekarang mahal?2- 33n / 2- 33n/ 2 3/t

-          Apa rum/ah sekar/ang mahal?2- 33n / 2- 33n/ 2 3/t

Keterangan

N = Naik

T = Turun

Tanda (/) diatas huruf = Tekanan

5.5.4   Modus, Aspek, Kala, Modalitas, Fokus dan Diatesis

5.5.4.1       Modus

Modus adalah pengungkapan atau gambaran suasana psikologis. Perbuatan menurut

tafsiran si pembaca atau sikap sipembicara tetang apa yang diucapkannya. Beberapa macam

modus diantaranya :

a.       Modus indikatif atau modus dekleratif yaitu modus yang menunjukan sikap objektif atau

netral.

b.      Modus optatif yaitu modus yang menunjukan harapan atau keinginan

c.       Modus imperative yaitu modus menyatakan perintah, larangan, tegahan. Contoh bahasa

latin menggunakan bentuk morfemis seperti amare! ‘biarkanlah dirimu dicintai’ atau ama

eum ‘cintailah dia’.

d.      Modus interogatif yaitu modus yang menyatakan pertanyaan.

e.       Modus obligatif yaitu modus yang menyatakan keharusan.

f.       Modus desiderative yaitu modus yang menyatakan keinginan atau kemauan.

g.      Modus kondisional yaitu modus yang menyatakan persyaratan

5.5.4.2       Aspek

Aspek adalah cara untuk memandang pembentukan waktu secara internal di dalam

suatu situasi, keadaan, kejadian atau proses. Berbagai macam aspek antara lain:

a.       Aspek kontinuatif yaitu yang menyatakan perbuatan terus berlangsung.

b.      Aspek inseptif yaitu yang menyatakan peristiwa atau kejadian baru mulai. Contoh dia pun

berjalanlah.

Page 74: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

c.       Aspek progresif aspek yang menyatakan perbuatan yang sedang berlangsung.

d.      Aspek repetitive yaitu yang menyatakan nperbuatan itu berulang-ulang

e.       Aspek perpektif yaitu yang menyatakan perbuatan sudah selesai

f.       Aspek imperfektif yaitu yang menyatakan perbuatan berlangsung sebentar

g.      Aspek sesatif yaitu yang mentakan perbuatan berakhir

5.5.4.3       Kala

Kala atau tenses adalah informasi dalam kalimat yang menyatakan waktu terjadi

perbuatan, kejadian, tindakan atau pengalaman yang disebut di dalam prediket. Beberapa

bahasa menandai kala secara morfemis; artinya pernyataan kala ditandai dengan bentuk kata

tertentu pada verbanya. Contoh bahasa jepang.

Kala kini Kala Lampau Makna

Arukimasu

Ikimasu

Arukimasita

ikimasita

Berjalan

Pergi

Kala lampau verba digunakan sufiks –ed dank ala kini digunakan (be) –ing contoh:

-          Nita worked there yesterday

-          Dika is working there

5.5.4.4       Modalitas

Modalitas adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan sikap pembicara

terhadap hal yang dibicarakan yaitu mengenai perbuatan, keadaan, dan peristiwa; atau sikap

terhadap lawan bicara, contoh:

-          Barangkali dia tidak akan hadir

-          Petani Indonesia sebaiknya mendirikan koperasi

Umpamanya dengan kata – kata mungkin, barangkali, sebaiknya, seharusnya, tentu,

pasti, boleh, mau, ingin, dan sayangnya. Beberapa jenis modalitas di antaranya:

a.       Modalitas internasional yaitu modalitas yang menyatakan keinginan, harapan nenek ingin

menunaikan ibadah haji.

b.      Modalitas epistemic yaitu modalitas yang menyatakan kemungkinan kepastian dan

keharusan, contoh; kalau tidak hujan kakek pasti datang.

c.       Modalitas deontik yaitu modalitas yang menyatakan keizinan atau keperkenanan, contoh;

anda boleh tinggal disini sampai besok.

Page 75: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

d.      Modalitas dinamik yaitu modalitas yang menyatakan kemampuan, contoh; dia bias

melakukan hal itu kalau diberi kesempatan.

5.5.4.5       Fokus

Fokus adalah unsur yang menonjolkan bagian kalimat sehingga perhatian, pendengar

atau pembaca tertuju pada bagian itu. Dalam bahasa tagalog di Filipina unsur atau bagian

kalimat yang menjadi fokus atau menempati fungsi subjek ditandai dengan artikulasi yang,

contoh: bumili ang nanay ng saging sa tindahan para sa bata, artinya ibu membeli pisang

ditoko untuk anak.

Fokus kalimat dapat dilakukan dengan cara:

a.       Memberikan tekanan pada kalimat yang difokuskan

b.      Mengedepankan bagian kalimat yang difokuskan

c.       Cara memakaikan partikel pun, yang, tentang, adalah pada bagian kalimat yang difokuskan

d.      Mengontraskan dua bagian kalimat

e.       Menggunakan konstruksi posesif anaforis beranteseden.

5.5.4.6       Diatesis

Diatesis adalah gambaran hubungan antara pelaku atau peserta dalam kalimat atau

perbuatan yang dikemukakan dalam kalimat itu. Beberapa macam diathesis antara lain:

a.       Diathesis aktif taitu subjek yang melakukan suatu perbuatan atau subjek yang berbuat

contoh; mereka merampas uang kami.

b.      Diatesis pasif yaitu subjek yang menjadi sasaran perbuatan

c.       Diatesis refleksi yaitu subjek berbuat atau melakukan sesuatu terhadap dirinya sendiri.

Contoh: nenek kami sedang berhias.

d.      Diatesis resiprokal yaitu subjek yang terdiri dari dua pihak berbuat tindakan berbalas.

Contoh: kiranya mereka akan berdamai juga.

e.       Diatesis kausatif yaitu subjek menjadi penyebab atas terjadinya sesuatu. Contoh: kakek

menghitamkan rambutnya.

1.6.       Wacana

Kalimat-kalimat ternyata hanyalah unsur pembentuk satuan bahasa yang lebih besar

yang disebut wacana. Karena secara filosofis, kalimatlah sebagai satuan bahasa, yang

dianggap memiliki pikiran yang lengkap. Setiap kalimat harus lengkap, karena itu didalmnya

harus selalu ada subjek, predikat, objek dan keterangan. Kalimat adalah susunan kata-kata

Page 76: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap. Karena objeknya bahasa tulis ditambah dengan

yang dimulai dengan huruf besar dan diakhiri dengan titik.

5.6.1        Pengertian Wacana

Banyak defenisi yang berbeda-beda, pada dasarnya menekankan bahwa wacana

adalah satuan bahasa yang lengkap, hingga dalam hirarki grametikal merupakan satuan

gramatikal tertinggi atau terbesar, dalam wacana berate terdapat konsep, gagasan, pikiran

atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca atau pendengar, tanpa keraguan apapun

satuan grametikal tertinggi atau terbesar berarti wacana itu dibentuk dari kalimat-kalimat

yang memenuhi persyaratan gramitikal dan persyaratan kewacanaan lainnya.

Persyaratan gramitikal dalam wacana sudah terbina yang disebut kekohesian, yaitu

adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana. Bila wacana itu

kohesif, akan terciptalah kohesian dicapai dengan cara menyatu dengan menggunakan kata

gantinya. Kohesian wacana dilakukan dengan pengulangan kata.

5.6.2        Alat Wacana

Wacana yang kohesif dan koheren dapat digunakan pelbagai alat wacana, baik yang

berupa aspek gramitikal maupun berupa aspek semantic. Alat gramitikal yang dapat

digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif antara lain:

a.       Konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat, atau

menghubungkan paragraf dengan paragraf. Contoh Raja sakit dan permaisuri meninggal.

b.      Menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini dan itu sebagai rujukan anaforis, contoh:

Awan tebal bergumpal-gumpal menutupi langit Jakarta, itu tandanya hujan lebat akan turun.

c.       Menggunakan elipsi yaitu menghilangkan baian kalimat yang sama yang terdapat kalimat

lain, contoh: teman saya yang duduk dipojok itu namanya Lili, dia berasal dari Yogyakarta,

yang diujung sana Ahmad dari Jakarta, yang sebelah gadis berbaju merah itu Nurdin dari

Medan.

Selain gramitikal, wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat bantuan perbagai

aspek semantic, caranya antara dapat juga dibuat bantuan pelbagai aspek sematik. Caranya

antara lain:

1.      Menggunakan hubungan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana, misalnya:

kemarin hujan turun lebat sekali, hari ini cerahnya bukan main.

2.      Menggunakan hubungan generik-spesifik atau spesifik-generik misalnya, kuda itu jangan

kau palu terus. Binatang juga perlu beristirahat.

Page 77: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

3.      Menggunakan hubungan perbandingan antara kedia isi bagian kalimat atau isi antara kedua

buah kalimta, misalnya: lahap benar makannnya seperti orang satu minggu tidak ketemu nasi.

4.      Menggunakan hubungan sebab-akibat diantara isi kedua bagian kalimat misalnya: pada

pagi hari bus selalu penuh sesak. Bernapas pun susah didalam bus itu.

5.      Menggunakan hubungan tujuan didalam isi sebuah wacana umpamanya, misalnya: semua

anaknya disekolahkan, agar kelak tidak sepertinya.

6.      Menggunakan hubungan rujukan yang sama, pada dua bagian kalimat, misalnya becak

tidak ada lagi di Jakarta, kendaraan roda tiga itu sering dituduh memacetkan lalu lintas.

5.6.3        Jenis Wacana

Wacana lisan dan wacana tulisan berkenan dengan sasarannyayaitu bahasa lisan dan

bahasa tulisan, kemudian ada pembagian wacana prosa dan wacana puisi dilihat dari

penggunaan bahasa. Wacana prosa dilihat dari penyampaian isinya dibedakan menjadi

wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi, dan wacana argumentasi. Wacana narasi

bersifat menceritakan sesuatu topic atau hal; wacana eksposisi bersifat memamparkan topik

atau fakta; wacana persuasi bersifat mengajak, menganjurkan, atau melarang; wacana

argumentasi bersifat memberi argument atau alasan terhadap suatu hal.

5.6.4        Subsatuan Wacana

Wacana adalah satuan bahasa yang utuh dan lengkap. Satuan ‘ide’ atau ‘pesan’ yang

disampaikan dapat dipahami pendengar dan pembaca tanpa keraguan, tanpa merasa adanya

kekurangan informasi dari idea tau pesan yang tertuang dalam wacana seperti: jagalah

kebersihan.

1.7.       Catatan Mengenai Hirarki Satuan

Satuan yang satu tingkat lebih kecil akan membentuk satuan yang lebih besar.

Fonem membentuk morfem, morfem membentuk kata, kata akan membentuk frase, frase

akan membentuk klausa, klausa akan membentuk kalimat, kalimat akan membentuk wacana.

Urutan hirarki adalah urutan normal teoritis.

Urutan moral kenaikan tingkat atau penurunan tingkat terjadi pada jenjang

berikutnya yang satu tingkat ke atas atau ke bawah, dalam pelompatan tingkat terjadi

peristiwa, sebuah satuan menjadi konstituen dalm jenjang, sekurang-kurangnya dua tingkat di

atasnya. Seperti kata nenek atau frase ceria silat, contoh: nenek ! (sebagai kalimat jawaban

terhadap kalimat Tanya: siapa yang belum mandi?).

Page 78: Ruang Inspirasi Pengantar Linguistik

Kasus pelapisan tingkat terjadi kalau sebuah konstituen menjadi unsur konstituen

pada konstituen yang tingkatnya sama, misalnya kata dengar pada kata mendengarkan; frase

mahasiswa tahun pertama. Klausa penurunan tingkat terjadi apabila sebuah konstituen

menjadi unsur konstituen lain yang tingkatnya lebih rendah dari tingkat konstituen asalnya.

Umpamanya frase tidak adil yang menjadi konstituen dalam kata ketidakadilan; frase ikut

serta yang menjadi unsur pada kata kompleks mengikutsertakan.