Top Banner
RISIKO FINANCIAL DISTRESS ROWLAND BISMARK F.P MM.,M.Ec.,M.Phil.,FRM.,Ch Fc
22

RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Feb 23, 2016

Download

Documents

orli

RISIKO FINANCIAL DISTRESS. ROWLAND BISMARK F.P MM.,M.Ec.,M.Phil.,FRM.,ChFc. PENDAHULUAN. Prediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan pada umumnya dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan, seperti: investor, kreditor, auditor, pemerintah, dan pemilik perusahaan. - PowerPoint PPT Presentation
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

RISIKO FINANCIAL DISTRESS

ROWLAND BISMARK F.PMM.,M.Ec.,M.Phil.,FRM.,ChFc

Page 2: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

PENDAHULUANPrediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan pada

umumnya dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan, seperti: investor, kreditor, auditor, pemerintah, dan pemilik perusahaan.

Pihak-pihak eksternal perusahaan biasanya bereaksi terhadap sinyal distress seperti: penundaan pengiriman, masalah kualitas produk, hilangnya kepercayaan dari para pelanggan, tagihan dari bank atau kreditur, dan lain sebagainya untuk mengindikasikan adanya financial distress, keadaan yang sangat sulit bahkan dapat dikatakan mendekati kebangkrutan yang apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak besar pada perusahaan-perusahaan tersebut dengan hilangnya kepercayaan dari stakeholder, yang dialami oleh perusahaan.

Page 3: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

KONSEP RASIO KEUANGANSecara finansial tolok ukur kemampuan perusahaan

dalam perspektif keuangan perusahaan adalah konsep likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

Ketiga konsep tersebut secara umum menggambarkan kesehatan keuangan perusahaan dalam jangka pendek, jangka panjang serta kemampuan menghasilkan laba. Konsep tersebut dapat diterapkan pada laporan keuangan perusahaan pada umumnya.

Konsep Likuiditas: Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang harus dipenuhi dalam jangka pendek. Perusahaan yang mampu memenuhi segala kewajiban dikatakan perusahaan tersebut adalah likuid sedangkan bila tidak mampu memenuhi kewajibannya dikatakan perusahaan adalah illikuid.

Page 4: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

KONSEP RASIO KEUANGAN Konsep Solvabilitas.

Solvabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajiban jangka panjangnya. Dengan kata lain seandainya perusahaan tersebut dilikuidasikan maka seluruh aktivanya dapat untuk melunasi seluruh utang dan kewajiban yang dimiliki.

Konsep Rentabilitas. Rentabilitas perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Dalam perkembangannya, rasio keuangan telah sangat luas digunakan dalam beragam topik penelitian perihal manajemen risiko keuangan, beberapa diantaranya yang popular antara lain topik financial distress, risiko sistematik saham dan portofolio, serta leverage korporat. Berikut adalah penjelasan singkat topic popular tersebut.

Page 5: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Indikasi Terjadinya Financial DistressPrediksi kekuatan keuangan suatu perusahaan

pada umumnya dilakukan oleh pihak eksternal perusahaan, seperti: investor, kreditor, auditor, pemerintah, dan pemilik perusahaan.

Pihak-pihak eksternal perusahaan biasanya bereaksi terhadap sinyal distress seperti: ◦penundaan pengiriman, ◦masalah kualitas produk, ◦hilangnya kepercayaan dari para pelanggan, ◦ tagihan dari bank atau kreditur, dan lain

sebagainya untuk mengindikasikan adanya financial distress.

Page 6: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Indikasi Terjadinya Financial DistressDapat diamati oleh pihak ekstern, misalnya:

Penurunan jumlah deviden yang dibagikan kepada pemegang saham selama beberapa periode secara berturut-turut.

Penurunan laba secara terus-menerus bahkan perusahaan mengalami kerugian.

Ditutup atau dijualnya satu atau lebih unit usaha.Pemecatan pegawai secara besar-besaran.Harga saham di pasar modal turun secara terus-menerus.

Dapat diketahui dan harus diperhatikan oleh pihak intern perusahaan:Turunnya volume penjualan..Turunnya kemampuan perusahaan dalam mencetak

keuntungan.Ketergantungan terhadap hutang

Page 7: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Indikasi Terjadinya Financial DistressHofer (1980) dan Whitaker (1999):

◦kondisi perusahaan mengalami laba bersih (net income) negatif selama beberapa tahun

Shirata, Platt dan Platt (2002): ◦tahapan penurunan kondisi keuangan suatu

perusahaan sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.

Luciana (2004): ◦kondisi dimana perusahaan mengalami delisted

akibat laba bersih ◦nilai buku ekuitas negatif berturut-turut serta

perusahaan tersebut telah di merger.

Page 8: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Indikasi Terjadinya Financial DistressPasaribu (2008) menetapkan kondisi

financial distress perusahaan mengacu pada enam indikator yaitu: 1) Perusahaan yang memiliki nilai EVA negatif; 2) Perusahaan yang rasio asset turn over-nya sebesar

40%; 3) Perusahaan yang rasio current rasio-nya sebesar 50%; 4) Perusahaan yang rasio gross profit margin-nya sebesar

19%; 5) Perusahaan yang rasio debt to total asset-nya sebesar

66%; 6) Perusahaan yang rasio debt to equity-nya sebesar

11,7%.

Page 9: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Penggunaan Rasio Keuangan Sebagai Prediktor Financial DistressLaporan keuangan dapat dijadikan dasar untuk

mengukur kesehatan suatu perusahaan melalui rasio-rasio keuangan yang ada.

Kesehatan suatu perusahaan akan mencerminkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan usahanya, distribusi aktivanya, keefektifan penggunaan aktivanya, hasil usaha atau pendapatan yang telah dicapai, beban-beban tetap yang harus dibayar, serta potensi kebangkrutan yang akan dialami.

Karenanya, rasio keuangan bermanfaat dalam memprediksi financial distress bisnis untuk periode satu sampai lima tahun sebelum bisnis tersebut benar-benar bangkrut.

Page 10: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

FUNGSI INFORMASI FINANCIAL DISTRESSPlatt dan Platt (2002): menyatakan kegunaan informasi jika

suatu perusahaan mengalami financial distress adalah: Dapat mempercepat tindakan manajemen untuk mencegah

masalah sebelum terjadinya kebangkrutan; Pihak manajemen dapat mengambil tindakan merger atau

takeover agar perusahaan lebih mampu untuk membayar hutang dan mengelola perusahaan dengan lebih baik;

Memberikan tanda peringatan dini/awal adanya kebangkrutan pada masa yang akan datang.

“...Dimensi subjektivitasnya kemudian, seberapa besar informasi hasil prediksi financial distress ini ditindaklanjuti oleh kalangan stakeholder. Misalnya pada perusahaan publik sendiri, siapa saja yang berkepentingan atas distress-atau non-distress nya suatu emiten….?”

Page 11: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Rasio Keuangan sebagai Indikator Financial DistressRASIO KEUANGAN INDIKATOR DISTRESS Sumber

WCTA -6.10%

Altman

RETA -62.60%

EBITTA 31.80%

MVTD 40%

SALTA 1.5

ATO <1

DamodaranCR <1

ROE Negatif

RETE >0.5 KUHD Pasal 22

Page 12: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Rasio Keuangan sebagai Indikator Financial Distress - Altman

Working Capital to Total Asset (Modal Kerja / Total Aktiva)Semakin besar nilai rasio ini berarti semakin besar pula dana yang tertanam dalam aktiva lancar. Apabila aktiva lancar lebih kecil dari hutang lancar, maka hasil rasio ini akan negatif.

Rasio Retained Earning to Total Asset (Laba Ditahan/Total Aktiva)Semakin besar rasio ini menunjukkan semakin kecil ketergantungan perusahaan terhadap hutang, karenanya kemungkinan perusahaan akan mengalami kesulitan keuangan juga semakin rendah.

Rasio EBITTA (Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva). Semakin besar nilai rasio ini mengindikasikan manajemen dengan efektif dan efisien dalam mengelola asset perusahaan sehingga menghasilkan laba. Ini berarti kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan rendah.

Rasio Market Value to Total Debt (Nilai Pasar / Nilai Buku hutang)Sebagai tolak ukur, jika nilai rasio diatas 1 (100%) ini berarti pasar menilai pengelolaan hutang perusahaan oleh manajemen tidak bermasalah.

Rasio Sales to Total Asset (Penjualan / Total Aktiva).Semakin meningkat nilai rasio ini berarti semakin efektif pengelolaan aktiva perusahaan oleh manajemen, dan karenanya semakin rendah kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan.

Page 13: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Rasio Keuangan sebagai Indikator Financial Distress - Damodaran

Current ratio (Aktiva lancar/hutang lancar) dibawah 1, mengindikasikan bahwa perusahaan memiliki kewajiban jatuh tempo dalam satu tahun yang lebih besar daripada jumlah dana yang dimiliki. Semakin menurun nilai rasio, semakin besar kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan.

Nilai quick asset [(kas + efek + Piutang)/ hutang lancar] kurang dari 1 (100%) dianggap kurang baik tingkat likuiditasnya. Dari perspektif kreditor, perusahaan tersebut dapat diindikasikan mengalami distress jangka pendek.

Nilai Solvabilitas rasio (total aktiva/total hutang) kurang dari 1 (100%). Perusahaan harus mengusahakan agar solvabilitasnya lebih dari 100%.

Perusahaan yang illikuid dan insolvabel. Perusahaan yang illikuid meskipun solvable.

Page 14: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

MULTI DISCRIMINANT ANALYSIS Analisis diskriminan digunakan karena merupakan

teknik statistic yang tepat pada variable dependen yang berbentuk kategori, sedangkan variable independennya adalah berbentuk metrik. Analisis logit adalah bentuk khusus dari analisis regresi yang diformulasikan untuk memprediksi dan menjelaskan kategori variabel binary (dua grup) daripada mengukur metrik variable dependen.

Analisis diskriminan memiliki kapabilitas dalam menyelesaikan kendala kategori variable dependen yang lebih dari satu kategori. jika sudah lebih dari dua kategori, maka analisisnya disebut analisis multidiskriminan. Sedangkan analisis logistic regresi (analisis logit) terbatas hanya untuk dua grup.

Page 15: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

MULTI DISCRIMINANT ANALYSIS Analisis diskriminan adalah teknik analisis yang

tepat untuk menguji hipotesis dimana nilai rata-rata grup variable independent untuk dua kategori atau lebih adalah equal.

Analisis diskriminan tidak terbatas hanya pada variat tunggal, sebagaimana dalam multiregresi, tapi menciptakan multivariat yang merepresentasikan dimensi pada diskriminasi diantara grup yang ada. Bentuk variat analisis logit sama dengan variat dalam multiregresi. Variat merepresentasikan hubungan multivariate tunggal koefisien regresi yang mengindikasi pengaruh relatif pada tiap-tiap variabel predictor.

Page 16: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

MULTI DISCRIMINANT ANALYSISModel dasar analisis diskriminan :

Zjk = a + W1X1k + W2X2k + ... + WnXnk

DimanaZjk = Diskriminan Z-Score pada fungsi

diskriminasi j untuk objek ka= intersepWi = Bobot diskriminan untuk variabel

independen iXik = Variabel independen i untuk objek k

Page 17: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Contoh Empiris Prediksi Financial Distress

Berikut adalah hasil pendekatan multi diskriminan dan regresi logistik dalam menghasilkan persamaan yang akan memprediksi probabilitas distress dan non-distress.

Rasio Kinerja yang digunakan sebagai pengklasifikasi awal: rasio RETE (laba ditahan/total ekuitas), NITE (Laba Bersih/ ditahan/total ekuitas), Current Ratio, dan Tingkat Perputaran Aktiva (Asset Turn Over).

Sampel adalah emiten industri perdagangan (2009-2012)Ketentuan statistik penggunaan kedua teknik analisis

untuk keperluan pembelajaran diabaikan.Hasil kalkulasi adalah menggunakan pendekatan RETE,

sedangkan untuk 3 pendekatan lainnya silahkan anda coba sendiri

Page 18: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Hasil MDA Dengan Rasio RETEClassification Function

Coefficients

VARIABELz_01

Distress Non-Distress

DTA .600 3.550

TETL .020 .046

CATO .033 .072

FATO -.148 -.031

ROI 5.185 3.676

SALCA .423 .197

EBITTA -1.785 1.937

RETA -1.312 1.525

DER .086 -.018

(Constant) -3.512 -2.593

Fungsi Klasifikasi Distress:

Z = -3.512+0.6DTA + 0.02TETL + 0.033CATO - 0.148FATO + 5.185ROI + 0.423SALCA -1.785EBITTA - 1.312RETA + 0.086DER

Fungsi Klasifikasi Non-Distress:Z = -2.593 + 3.55DTA + 0.046TETL + 0.072CATO - 0.031FATO + 3.676ROI + 0.197SALCA + 1.937EBITTA + 1.525RETA – 0.018DER

Page 19: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Hasil MDA Dengan Rasio RETEClassification Resultsa

PENDEKATAN RETE

Predicted Group Membership Sum

Distress Non-Distress

Original

CountDistress 77 43 120

Non-Distress 19 441 460

%Distress 64.2 35.8 100

Non-Distress 4.1 95.9 100

a. 89.3% of original grouped cases correctly classified.

Sedangkan untuk pengelompokkan sampel penelitian yang non-distress sebanyak 441 case (dari 460 case) dikelompokkan dengan benar sebesar 95,9% dan terjadi kesalahan pengelompokkan sebanyak 19 case atau sebesar 4,1 persen.

Dengan demikian dapat diketahui nilai hit ratio atau ketepatan klasifikasi dari pengelompokkan sampel penelitian berdasarkan nilai Z menurut case sampel analisis pada kedua kelompok perusahaan adalah sebesar 89,3%.

Berdasarkan tabel diatas pengelompokkan sampel penelitian distress sebanyak 77 case dari 120 case dikelompokkan dengan benar sebesar 64,2% dan terjadi kesalahan pengelompokkan sebanyak 44 case atau sebesar 35,8%.

Page 20: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Hasil Binary-Logit dengan Rasio RETEVariabel B Sig.t

ROE .398 .000

TETA -4.520 .000

RETA 3.790 .000

DER -.847 .000

Constant 5.985 .000

Nagelkerke R Square 66.56%

Hasil pengujian regresi binary logit menunjukkan bahwa variabel yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan kelompok distress dengan kelompok non-distress adalah DER, RETA, TETA, dan ROE.

Variabel DER dan TETA mempunyai pengaruh negatif dan secara statistik signifikan.

Sebaliknya untuk rasio ROE dan RETA mempunyai pengaruh positif dan secara statistik signifikan.

Nilai Nagelkerke untuk model ini sebesar 0,6656 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel independen sebesar 66,56%.

Page 21: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

Hasil Binary-Logit dengan Rasio RETE

Observasi DistressNon-

Distress%

Correct

Tahap Awal

Distress 0 120 0

Non-Distress 0 460 100

Overall Percentage     79.3

Tahap Akhir

Distress 87 33 72.5

Non-Distress 8 452 98.3

Overall Percentage     92.9

Model binary logit dengan variabel rasio keuangan terpilih berdasarkan indikator RETE memiliki daya klasifikasi perusahaan: kelompok distress sebesar 72,5%; dan kelompok non-distress sebesar 98,3%. Secara keseluruhan model ini memiliki daya klasifikasi sebesar 92,9%.

Analisis lebih lanjut berkaitan dengan daya klasifikasi untuk kelompok distress, dan kelompok non-distress.

Page 22: RISIKO FINANCIAL DISTRESS

KESIMPULANDari dua teknik analisis yang digunakan, diperoleh

hasil bahwa leverage (TETA dan RETA), profitabilitas (ROE), manajemen hutang (DER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas emiten berada dalam kondisi distress atau non distress.

Dengan kata lain kebijakan leverage yang dilakukan oleh emiten tetap harus memperhatikan keseimbangan antara alokasi laba ditahan dan kebijakan mengenai manajemen hutang. Contoh: Pada level operational leverage, kebijakan perubahan struktur biaya tetap pada proses produksi harus mempertimbangkan kedua hal ini.