-
RISALAH RAPAT
RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA
SELASA, 14 FEBRUARI 2012
Tahun Sidang : 2011 – 2012 Masa Persidangan : III Jenis Rapat :
Rapat Panitia Kerja (PANJA) Rapat Ke : -- Sifat Rapat : Terbuka
Dengan : Sekretaris Kementerian PAN dan RB, Direktur Jenderal
Otonomi
Daerah Kemendagri (diwakili) dan Dirjen Peraturan
Perundang-Undangan Kementerian Hukum dan HAM (diwakili)
Hari / Tanggal : Selasa, 14 Februari 2012 Pukul : 10.00 WIB –
Selesai Tempat Rapat : Ruang Rapat Komisi II DPR-RI (KK. III/Gd
Nusantara) Ketua Rapat : Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA / Ketua
Panja RUU ASN Sekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH/Kabag.Set
Komisi II DPR RI Acara : Lanjutan Pembahasan rumusan substansi
Panja RUU ASN Anggota : 22 dari 25 orang Anggota Panja Komisi II
DPR RI
3 orang Ijin Nama Anggota : Pimpinan Komisi II DPR RI : 1. Dr.
Drs. H. Taufiq Effendi, MBA 2. Ganjar Pranowo 3. Drs. Abdul Hakam
Naja, M.Si
Fraksi Partai Demokrat : Fraksi Persatuan Pembangunan : 4. H.
Abdul Wahab Dalimunthe, SH 5. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc 6. Drs.
H. Abdul Gaffar Pattape 7. Khatibul Umam Wiranu, M.Hum 8. Paula
Sinjal, SH, M.Si
20. Drs. H. Akhmad Muqowam
Fraksi Partai Golkar : Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : 9. Ir.
Basuki Tjahaja Purnama, MM 10. Dr. Ir. Markus Nari, M.Si 11. Drs.
Murad Nasir, MSi 12. Agustina Basik-Basik. S.Sos.,MM.,M.Pd
21. Abdul Malik Haramain, M.Si
Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : Fraksi Partai
Gerindra: 13. H. Rahadi Zakaria, S.Ip, MH 14. Budiman Sudjatmiko,
M.Sc, M.Phil 15. Dra. Eddy Mihati, M.Si 16. Zainun Ahmadi
22. Harun Al Rasyid
-
Fraksi Partai Keadilan Sejahtera: Fraksi Partai Hanura: 17. KH.
Aus Hidayat Nur 18. H.M. Gamari Sutrisno
--
Fraksi Partai Amanat Nasional: 19. Drs. Fauzan Syai’e
Anggota yang berhalangan hadir (Izin) : 1. Drs. Agun Gunandjar
Sudarsa, Bc. IP, M.Si 2. Ignatius Moelyono 3. Miryam Haryani, SE,
M.Si
JALANNYA RAPAT: KETUA RAPAT / KETUA PANJA (DRS. H. TAUFIQ
EFFENDI, MBA/F-PD): Bismillaahirrahmaanirrahiim. Assalaamu’alaikum
Warrahmatullaahi Wabarakatuh. salam sejahtera bagi kita semua. Yang
terhormat saudara Sekretaris Kementerian Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi. Yang terhormat saudara Dirjen
Peraturan Perundang-undangan Kementerian Hukum dan HAM atau yang
mewakili. Yang terhormat saudara Dirjen Otonomi Daerah Kementerian
Dalam Negeri atau yang mewakili. Yang terhormat saudara Anggota
Panja Rancangan Undang-Undang Aparatur Sipil Negara Komisi II DPR
RI. Terlebih dahulu marilah kita panjatkan puji syukur kekhadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas perkenannya kita dapat
menghadiri Rapat Panitia Kerja Rancangan Undang-Undang Aparatur
Sipil Negara, dalam rangka melaksanakan tugas konstitusional di
bidang legislasi untuk pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang
Aparatur Sipil Negara pada hari ini dalam keadaan sehat walafiat.
Sesuai dengan laporan sekretariat, Rapat Panitia Kerja pada hari
ini daftar hadir telah ditandatangan oleh 11 orang Anggota dai 2
orang Anggota, ijin 2, dan 6 fraksi dari 9 fraksi. Oleh karena itu
kourum telah terpenuhi dan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 245
ayat (1) Peraturan Tata Tertib DPR RI, maka perkenankanlah kami
membuka Rapat Panitia Kerja ini dan Rapat Panitia Kerja ini
dinyatakan terbuka untuk umum. Bismillaahirrahmaanirrahiim.
(RAPAT DIBUKA PUKUL 10.00 WIB)
Selanjutnya kami minta dan menyampaikan terima kasih kepada
pemerintah atas kesediaannya memenuhi undangan dalam Rapat Kerja
hari ini, demikian juga Pimpinan dan Anggota Panja Komisi II DPR
RI. Kemudian kami menawarkan sekaligus mohon persetujuan mengenai
acara Rapat Panitia Kerja untuk hari ini yaitu membahas lanjutan
materi Panja Rancangan Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara.
Apakah bisa disetujui?
2
-
(RAPAT : SETUJU)
Rapat kita akhiri jam berapa? Jam 11.00 WIB? Cepat banget? Jam
12.00, ya kalau belum selesai kita perpanjang, sementara jam 12.00
ini kan tidak banyak ini yang dibicarakan.
(RAPAT : SETUJU)
Oke. Perlu kami sampaikan bahwa Rapat Panitia Kerja hari ini
adalah lanjutan rapat sebelumnya yang telah dilakukan pada 9 sampai
dengan 10 Februari 2012 yang telah dilakukan secara konsinyer di
Hotel Santika. Adapun substansi yang telah dibahas yakni: Satu,
terhadap cluster 1 pegawai tidak tetap pemerintah dan pegawai non
permanen, telah dikonsultasikan dengan ahli bahasa, disepakati
bahwa nomenklatur yang dipergunakan dalam Rancangan Undang-Undang
Aparatur Sipil Negara adalah pegawai tidak tetap pemerintah.
Dua, terhadap cluster…pegawai tidak tetap pemerintah, Panja
menyepakati:
a. Ketentuan demonstrasi dan mogok kerja dihapus.
b. Ketentuan mengenai pengangkatan pegawai tidak tetap pada
pemerintah, Panja mengusulkan agar dibentuk Badan Sertifikasi untuk
menilai kompetensi PTTP pemerintah diminta melakukan pendalaman
terhadap usulan ini. Maksudnya mengenai persyaratan kompetensi.
c. Ketentuan mengenai remunerasi, Panja mengusulkan agar PTTP
diberikan pesanggon sesuai dengan iuran, usulan ini dibahas bersama
dengan cluster pensiun. Tiga, terkait dengan manajemen PNS, Panja
menyepakati:
a. Masa percobaan CPNS selama 1 tahun paling lama 2 tahun.
Catatan, 2 tahun apabila pada tahun dalam 1 tahun CPNS yang
bersangkutan tidak lulus Diklat Prajabatan dapat diberikan
kesempatan lagi untuk mengikuti Diklat Prajabatan pada tahun
berikutnya, tapi batasnya 2 kali.
b. Masa percobaan CPNS wajib mengikuti pendidikan. Catatan dalam
1 tahun setiap CPNS wajib mengikuti Diklat Prajabatan.
c. LAN melaksanakan pendidikan dan pelatihan, namun dapat
mendelegasikan kepada instansi yang telah mendapat akreditasi dari
LAN.
d. LAN menjadi Lembaga Akreditasi bagi instansi yang akan
melaksanakan Diklat di instansi.
e. Pendidikan dan Pelatihan dilaksanakan dalam bentuk pelatihan
kerja di instansi yang bersangkutan dan instansi pembina jabatan
fungsional bagi calon pegawai jabatan fungsional.
3
-
Empat, terhadap cluster pension, berdasarkan penjelasan
pemerintah dalam hal ini oleh Kementerian Keuangan dan PT. Taspen
pada prinsipnya ada dua sistem pensiun yang berlaku, yaitu pertama
pay as you go system dan kedua adalah fully funded system. Panja
meminta pemerintah termasuk PT. Taspen untuk memberikan beberapa
alternative terkait dengan sistem pensiun yang dipilih oleh Panja,
maksudnya apabila hari ini kita bisa merumuskan, secara umum yang
merupakan cantolan bagi Peraturan Pensiun selanjutnya. Jadi pada
prasa ini kita hanya membahas cantolannya saja, jadi bukan akan
membahas secara detil mengenai pensiun itu, nanti diuraikan di
dalam undang-undang tersendiri mengenai pensiun itu.
Lima, terhadap cluster LHKPN, Panja menyepakati bahwa menjadi
objek LHKPN seluruh PNS di lingkungan instansi pusat dan
daerah.
Enam, terhadap cluster KASN, Panja menyepakati bahwa keanggotaan
KASN berjumlah 7 orang, dengan usia paling rendah 40 tahun, dan
tidak mempunyai batas maksimal, serta Anggota KASN disepakati wajib
juga untuk menyampaikan LHKPN.
Tujuh, terhadap cluster jabatan eksekutif senior (JES), Panitia
menyepakati mengganti nomenklatur analis kebijakan menjadi pejabat
fungsional utama.
Pada Rapat Kerja tanggal 9-10 Februari sebelumnya, pemerintah
diminta untuk menyampaikan beberapa alternative terkait dengan
sistem pensiun, yakni sistem pertama pay as you go system, dan
sistem kedua fully funded system untuk selanjutnya agar Panja dapat
menyepakati sistem yang akan digunakan dalam Rancangan
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara.
Kemudian terhadap beberapa teori yang masih memerlukan
pembahasan mendalam, yang terkait dengan mekanisme penyampaian
LHKPN, cluster KASN dan cluster jabatan eksekutif senior. Terkait
dengan cluster KASN dan jabatan eksekutif senior disepakati
sebelumnya bahwa pemerintah akan berkonsultasi dulu dengan
Menpan.
Oleh karena itu, di hadapan kita telah hadir Kementerian
Keuangan, PT. Taspen kami menawarkan pada pemerintah agar Panja ini
dapat menuntaskan pembahasan materi tentang pensiun kita tuntaskan,
hanya merupakan cantolan saja, jadi tidak secara detil, apakah bisa
disetujui?
(RAPAT : SETUJU)
Kami persilakan pemerintah, kita mulai dengan pensiun secara
sederhana seperti saya
sampaikan tadi, jadi kita bisa selesaikan ini, jadi kita tidak
bahas secara menyeluruh dan meluas, karena itu nanti akan
ditentukan dengan undang-undang yang lain. Saya kira demikian.
Kami persilakan pemerintah, dan mohon juga dari Pak Gafar dan
teman-teman. PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Baik Yang kami
hormati Pimpinan dan segenap Anggota Panja. Yang kami hormati para
hadirin dari unsur pemerintah yang hadir pada kesempatan Rapat
Panitia Kerja hari ini. Pada kesempatan hari ini kami pada
prinsipnya yang pertama, dari apa yang sudah disepakati pada Rapat
Panitia Kerja sebelumnya, pada prinsipnya kami dapat menyetujui dan
kemudian agenda hari ini, itu adalah kita akan melanjutkan
pembahasan terhadap beberapa cluster yang belum dibahas dalam Rapat
Panitia Kerja yaitu pertama adalah menyangkut masalah sistem
informasi Aparatur Sipil Negara, yang kedua adalah penyelesaian
sengketa pegawai Aparatur Sipil Negara, dan yang ketiga adalah
organisasi Aparatur Sipil Negara.
4
-
Namun kalau disepakati dan disetujui, sebelum membahas terhadap
substansi 3 hal tadi dalam cluster yang sudah kami sebutkan, kami
ingin menyampaikan permasalahan yang terkait dengan masalah
pensiun. Jadi untuk menegaskan saja beberapa hal yang terkait
dengan substansi pensiun. Coba ditayangkan. Nah ini di dalam Pasal
90, nah di sini ada penyempurnaan atau perubahan redaksi yang kami
ketik dengan huruf merah. Jadi di dalam Pasal 90, dirumuskan
menjadi pensiun PNS dan pensiun janda/ duda PNS diberikan sebagai
perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua dan sebagai
penghargaan atas pengabdian pegawai negeri sipil. Kemudian di daam
Pasal 91, rumusannya menjadi PNS yang berhenti bekerja berhak
menerima pensiun sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
Kemudian di dalam Pasal 91 ayat (2) ini dihapus karena sudah
tercakup di dalam ayat (1) Ada pemikiran juga tapi nanti disepakati
dan dirumuskan dalam Timus saja, Pasal 91 yang
berbunyi “PNS yang berhenti bekerja berhak menerima pensiun
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan” ini nanti menjadi Pasal
90 Pak, ini sebagai payung yang itu. Jadi sebelum bicara pensiun
janda dan sebagainya, ada pasal yang payung dulu Pasal 91 ayat (1)
itu menjadi Pasal 90. Nanti Pasal 90 bisa naik menjadi Pasal 91,
ini saran kami.
Demikian beberapa hal yang terkait dengan pensiun dan memang di
dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini kita sepakat bahwa
ini undang-undang bukan Undang-Undang Pensiun loh Pak, tapi ini
adalah Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara, tapi terkait
dengan menyangkut masalah pengaturan terkait dengan kesejahteraan
sistem jaminan kesejahteraan pegawai negeri sipil atau Aparatur
Sipil Negara ini perlu ada cantolannya di dalam undang-undang ini.
Yang penting adalah bahwa undang-undang ini tidak boleh overlap
dengan Undang-Undang tentang Sistem Pensiun yang berlaku. Ini yang
harus kita jaga.
Nah untuk itu barangkali teman dari Taspen atau dari Kementerian
Keuangan yang hadir bisa menambahkan penjelasan mengenai soal
pensiun. Pertanyaannya adalah rumusan ini sudah bisa menjadi dasar
untuk tindak lanjut pengaturan masalah pensiun yang lebih detil di
dalam perundang-undangan yang lain.
Kami mohon ijin dulu Pak dari Taspen Pak.
KETUA RAPAT: Silakan. PT. TASPEN: Terima kasih Bapak Pimpinan
maupun Anggota Panja yang kami hormati. Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh. Selamat pagi, dan Salam sejahtera bagi
kita semua. Jadi memang pada dasarnya kalau kita seperti yang
disampaikan oleh Bapak Pimpinan tadi, bahwa pada dasarnya kita
punya dua pilihan sistem pensiun. Yang pertama adalah pay as you
go, sebagaimana yang sudah kita laksanakan saat ini. Kemudian yang
kedua adalah fully funded nah mengenai pilihan mengenai mana apakah
PS UGO kami terus terang dari Taspen tidak mempunyai kewenangan
sama sekali untuk menentukan yang mana, ini tergantung nanti
pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan yang akan memutuskan.
Walaupun memang Taspen pernah mengusulkan pilihan alternative itu
adalah cut off, artinya ada yang sudah… gitu tetap dilakukan secara
PS UGO, kemudian yang akan datang secara fully funded itu merupakan
salah satu alternatif lain yang bisa dijadikan sebagai pilihan
maupun konsideran. Namun kemudian, kewenangan kembali lagi kepada
pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan.
5
-
Nah mengenai usulan-usulan perubahan yang disampaikan oleh
Bapak… tadi, ini memang sudah dibahas yang melibatkan juga PT.
Taspen dan juga Kementerian Keuangan dan ini sudah mengacu kepada
undang-undang yang mengatur mengenai dana pensiun yang saat ini
dipakai yaitu Undang-Undang No.11 tahun 1969. Jadi dengan demikian,
masih menggambarkan apa yang sudah diterima oleh PNS selama ini
Pak, dan juga sudah diatur mengenai Badan Penyelenggara nantinya,
kemudian program asuransi social lainnya yang juga diperlukan oleh
PNS, kita juga sudah disampaikan di sini, termasuk di dalamnya THT,
supaya apa yang sudah didapat oleh PNS saat ini sudah bisa masih
tetap didapatkan oleh Aparatur Sipil Negara nantinya. Demikian
Bapak Pimpinan. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Baik, terima kasih dari
Taspen. Demikian Pimpinan Sidang, beberapa perubahan yang terkait
dengan perumusan terhadap cluster yang terkait dengan masalah
pensiun, dan ini dari sisi pemerintah pada dasarnya sudah bisa
berpendapat bahwa ini adalah perumusan maksimal yang sudah
mengantisipasi dengan sistem pensiun yang akan berlaku di yang akan
datang. Ini sebagai cantolan di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil
Negara menyangkut masalah pensiun bagi para pegawai Aparatur Sipil
Negara nanti. Terima kasih. KETUA RAPAT: Sebelum teman-teman, saya
ingin tanyakan kepada Taspen, apakah Undang-Undang No.11 tahun 1969
kalau Peraturan Pemerintah No.25 tahun 1981, kemudian Peraturan
Pemerintah No.26 tahun 1981, ini masih relevan sampai sekarang ini,
ini kan pertanyaan ini. Pertanyaannya itu, apakah ini masih
relevan? Silakan Pak. PT. TASPEN: Sampai saat ini memang masih
relevan Pak, karena memang di dalam Undang-Undang No.11 tahun 1969
itu juga sebetulnya sudah mengarah kepada fully funded sebetulnya
Pak, karena sudah diatur mengenai juga mengenai iuran. Di PP No.25
juga masih relevan, karena juga mengatur mengenai iuran dan pemberi
kerja. Namun demikian mengenai akurasi daripada arah ke depan saya
piker kewenangan ada di pemerintah Pak. Demikian Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT: Baik, terima kasih. Saya minta teman-teman satu
putaran barangkali ada mengenai pensiun ini? Pak Muqowam
silakan.
6
-
F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM): Terima kasih. Pertama, dari
Pasal 90 sebagaimana disampaikan oleh Pak Sekretaris Menteri
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Sipil Negara dan Reformasi
Birokrasi, berkaitan dengan pensiun. Secara substansi di dalam
perubahan pasal dan kemudian menjadi pensiunan PNS dan pensiunan
janda / duda PNS diberikan sebagai perlindungan saya setuju. Tapi
di Pasal 91 itu, saya kira ada pendekatan yang sifatnya formal
tekstual, bunyinya adalah PNS yang berhenti bekerja berhak menerima
pensiun sesuai dengan kententuan Peraturan Perundang-udangan.
Kemudian di Pasal 3 itu kemudian dihapus. Pasal 91 itu terkesan
descresi sekali Pak, dan itu bisa menjadi perdebatan. Karena itu
saya usul Ketua agar dipertimbangkan kembali draft Rancangan
Undang-Undang dan juga masukan dari pemerintah dimana di sana
berbunyi adalah “PNS yang berhenti bekerja dengan hormat” tetapi
sebaliknya ada yang tidak dengan hormat saya kira di situ. Jadi PNS
yang berhenti bekerja berhak menerima pensiun, itu bisa berhenti
dengan hormat dan juga berhenti dengan tidak hormat. Karena itu
biar tidak andigo maka jelas sekali kembali kepada draft sebelumnya
itu.
“PNS yang berhenti dengan hormat berhak menerima pensiun apabila
telah mencapai batas usia pensiun sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan”, saya kira lebih baik dicompare seperti itu Pak
Ketua, sebab kalau yang dipakai adalah hasil rapat yang baru ini,
saya kira aktuali bisa jadi itu menjadi masuknya masalah ini bagi
yang berhenti tidak hormat, gitu saja Pak Ketua.
Terima kasih.
F-PG (IR. BASUKI TJAHAYA PURNAMA, MM): Pak Ketua. Ya terima
kasih. Saya kira waktu kita merancang undang-undang ini, semangat
kita itu convention kan kita mengarah ke fully funded sebetulnya.
Nah kalau fully funded yang dimaksud dari pemerintah itu sebenarnya
bisa diterima. Jadi seseorang melanggar diberhentikan dengan tidak
terhormat pun dia tetap bisa mengambil pensiunnya itu. Soal dia
disita hartanya didenda itu urusan kedua, misalnya dia korupsi atau
apa gitu. Tapi saya kira betul, dia berhenti dengan hormat atau
tidak dengan hormat pun hak pensiunnya tetap ada. Nah saya kira
perlu dipertimbangkan dalam undang-undang ini, kita apalagi
Undang-Undang No.11 tahun 1969 kan masih relevan. Nah soal
pembatasan tadi Pak, kita mesti ada satu cut off yang lama masih PS
UGO. Nah pegawai yang diterima pertahun berapa ke depan, apalagi
kan 2014 kita akan melaksanakan sistem SJSN kan, nah kita bisa
kombinasi apa 2014 kita mulai mengarah seperti itu atau 2015 yang
perlu, ya kita tidak ingin lagi ada pegawai negeri yang berhenti
itu lebih sengsara daripada ketika dia masih menjadi pegawai, ini
kan sangat tidak betul. Kalau semua Negara yang namanya orang
pensiun dia betul-betul suami isteri itu bisa nikmati apalagi
sama-sama pegawai negeri, dia bisa tiap tahun bisa dua kali
jalan-jalan minimal. Nah itu yang kita harapkan semangat seperti
itu. Jadi tidak ada ketakutan dari PNS walaupun pensiun masih
ngumpulin duit gitu, nah itu yang membuat tidak bersih birokrasi
kita. Nah saya kira itu yang harus kita putuskan hari ini. Kita mau
kombinasi atau salah satu, saya kira kalau salah satu tidak mungkin
lagi Ketua. Kita semangat kita kan fully funded nah tinggal kita
putuskan itu. Terima kasih.
7
-
KETUA RAPAT: Saya jelaskan lagi, supaya sama Pak. Pada ketentuan
penutup Pasal 125 Pak Muqowam Pak Basuki, ketentuan sebagai
ketentuan mengenai pensiun sebagaimana dimaksud Pasal 88, berlaku
bagi Aparatur Sipil Negara yang diangkat 1 Januari 2013. Jadi
memang, jadi maksudnya kita dalam undang-undang ini kita masukkan
saja bahwa kita sudah memilih fully funded. Memang kalau tidak
fully funded itu tadi yang disampaikan Pak Muqowam, bahwa kalau dia
tidak hormat tidak dapat, nah ini kan jadi masalah Pak.
Kadang-kadang saya memutuskan itu juga sulit juga itu sebagai Bapek
itu. Kalau saya putuskan dia tidak hormat… ini, dan sudah kerja 26
tahun ya. Tapi kalau kita putuskan dia dengan hormat, wong
kelakuannya kaya begitu masa dengan hormat. Jelas kelakuannya tidak
terhormat, jadi istilah itu sendiri mengganggu sekali, kan begitu
maksud Bapak. Pemerintah? Mungkin dari Keuangan? Silakan Pak
Harun.
F-GERINDRA (DRS. H. HARUN AL RASYID):
Terima kasih. Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pimpinan. Sekjen. Saya cuma berpikir masalah soal orang yang
menerima pensiun, kalau suaminya pensiun, berarti isterinya yang
akan menerima sampai…(rekaman terputus)
Jadi bukan kita,saya juga ada di berita, bahwa transportasi
begitu banyak kecelakaan, orang yang pegawai negeri sama isterinya
kecelakaan meninggal. Sedangkan mereka belum menikmati daripada
padahal masih muda, mungkin diberikan hak pensiun kepada siapa kita
berikan selama berapa lama dan jaminan apa kepada mereka itu
diberikan? Artinya, kebetulan saja umurnya tidak panjang
dua-duanya, sehingga kita berpikir perlu ada jaminan kepada
anak-anaknya yang masih sekolah atau meneruskan daripada hidup itu.
Ini perlu diatur atau bagaimana prosedur untuk mendapatkan itu
kepada keluarga yang ada? Yang kedua, saya belum mendapat satu
keputusan yang resmi atau katakanlah barangkali mengenai pensiun
pejabat negara itu. Memang saya tidak merasakan bahwa pensiun saya
pada saat sekarang memang masuk di dalam daftar itu Sekda dengan
Gubernur. Nah sedangkan di lain pihak saya pejabat negara di DPD
dan DPR. Keputusan final masalah itu yang tertinggi atau diambil
satu atau dua atau empat-empatnya? Ini mohon barangkali di, ya
kalau maunya saya semua dapat pensiun gitu loh, tapi ada rumor
bahwa harus diambil yang tertinggi dan keputusan yang tertinggi itu
sampai sekarang belum ada keputusan, belum ada undang-undang dan
peraturan juga, itu saja dari saya. Terima kasih. Assalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.
8
-
KETUA RAPAT: Terima kasih Pak Harun. Ibu Agustina. F-PG
(AGUSTINA BASIK-BASIK S.SOS, MM, M.PD): Pimpinan yang saya hormati
beserta rekan-rekan dari Panja Aparatur Sipil Negara. Yang saya
hormati rekan dari pemerintah beserta para pejabatnya. Selamat pagi
dan salam sejahtera untuk kita sekalian. Pada kesempatan ini yang
ingin saya lihat dan soroti adalah menyangkut tentang masalah
pensiun. Seperti tadi sudah disampaikan, dari pihak PT. Taspen
menyangkut tentang pensiun ini, ada regulasi yang mengaturnya,
yaitu Undang-Undang No.6 tahun 1966 tentang pemberian pensiun,
tunjangan dan seterusnya. Kemudian Undang-Undang No.11 tahun 1969
tentang pensiun pegawai dan pensiun janda atau dua Pegawai Negeri
Sipil. Terkait dengan undang-undang tersebut atau regulasi
tersebut, pertanyaan kami adalah bahwa apakah dengan nanti ada
undang-undang yang baru ini, Undang-Undang Aparatur Sipil Negara
apakah ini masih bisa jalan terhadap pembayaran pensiun, sementara
kita lihat tadi pada presentase pemerintah Pasal 88 yang kemudian
menjadi usulan pemerintah atau masukan pemerintah Pasal 90 dan
hasil rapat itu bunyinya menjadi pensiun Pegawai Negeri Sipil dan
pensiun janda / duda Pegawai Negeri Sipil diberikan sebagai
perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua dan sebagai
penghargaan atas pengabdian pegawai negeri sipil tersebut. Terkait
dengan ini, memang yang mengatur tentang pensiunan, terutama
pensiun janda, duda, pegawai ini, ini sepertinya sudah tidak
relevan lagi, kalau kita lihat terhadap rupiah yang akan dibawa
pulang oleh para pensiunan tersebut. Sepertinya dari saat ke saat
itu tidak ada kenaikan yang signifikan, padahal kalau kita lihat
lagi yang undang-undang yang mengatur pensiun terhadap
petinggi-petinggi negara yaitu Undang-Undang No.12 tahun 1980,
kemudian juga Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang Pegawai Badan
Usaha Milik Negara ini sepertinya tidak sejalan lagi dengan kalau
misalnya kita tetap bertahan pada Undang-Undang No.11 tahun 1969.
Saya tahu bahwa ada para janda yang menerima pensiun itu sejak
tahun 1990-1991 itu sampai sekarang rupiahnya itu tidak pernah
bertambah lebih banyak, bahkan yang menerima pensiun dari tahun
1990-1991 sampai dengan sekarang tahun 2010-2011 bahkan 2012, itu
cuma belum ada penambahan sampai dengan sebesar 100%, oleh sebab
itu sepertinya Undang-Undang No.11 tahun 1969 ini sudah sebenarnya
tidak relevan lagi terhadap kalau kita bicara bahwa penghasilan
dari para tunjangan para janda ini, ini yang untuk memberikan
mereka penghargaan dan pengabdian terhadap suami atau isteri yang
telah mengabdi. Juga terkait ini juga Undang-Undang No.6 tahun 1966
pemberian pensiun tunjangan bersifat pensiun kepada militer dan
seterusnya, ini juga sepertinya sudah tidak relevan lagi pada para
warakawuri dan seterusnya, karena ini malah memberikan mereka itu
penderitaan bahkan merana di sisa hari hidupnya. Ini saja masukan
dari kami. Terima kasih Pimpinan.
9
-
KETUA RAPAT: Terima kasih. Ada lagi? Silakan Pak. F-PAN (DRS. H.
FAUZAN SYAI’E): Terima kasih Pimpinan. Yang pertama, yang perlu
kita... sangat untuk bicara masalah pensiun ini, adalah kalau
selama ini semua PNS atau TNI kalau jelang-jelang masa pensiun itu
penuh dengan kegelisahan, karena apa, penghasilan yang akan
diperoleh itu akan turun sangat drastis. Nah jadi mungkin format
ini perlu sangat kita pikirkan begitu. Sehingga standar untuk
kesejahteraan penerima pensiun ini apakah dari gaji pokok atau dari
penghasilan terakhir, ini perlu ada pengaturan yang sangat apa,
sehingga artinya tidak menjadi suatu yang menakutkan bagi
pejabat-pejabat terutama untuk seluruh ASN yang akan datang ini,
tapi justru merupakan kegairahan tersendiri, karena mau mengakhiri
jabatan tetapi penghasilan mungkin tidak terlalu jauh begitu yang
diperoleh, bahkan dia akan terbebas dengan penghasilan yang cukup
dan mungkin akan mendapat tambahan dengan mungkin dengan pekerjaan
baru yang akan dipersiapkan. Yang kedua Pak, mengenai usia pensiun,
bahwa untuk staf ini 58 kita oke sangat ini, tetapi untuk yang 60
ini adalah untuk pejabat eksektuf senior. Ini batasan eksekutif
senior ini apakah dari eselon II, eselon I bagitu, hal yang
demikian ini. Ini mohon maaf ini kemarin saya tidak ikut pada
posisi apa ya. Jadi artinya kalau usulan yang dulu ini kan memang
yang menerima untuk batasan usia pensiun, siapapun yang sekarang
ini sudah memangku usia atau jabatan eselon II dan eselon I, itu
berhak untuk pensiun dengan perpanjangan dua kali, kalau yang lama
ini kan Pak ya begitu. Nah tapi yang sekarang ini adalah yang
memperoleh eksekutif senior. Apakah yang dimaksud dengan eksekutif
senior ini adalah dari eselon II dan eselon I. Kalau ini artinya ya
kita sangat setuju. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih. Baik,
saya kira, saya kembalikan dulu kepada pemerintah. Nanti saya minta
juga Taspen. PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Terima kasih
Pimpinan. Jadi sebenarnya kalau kita baca di dalam usulan atau
draft baru di dalam ketentuan Pasal 90, yang berbunyi bahwa
“Pensiun PNS dan pensiun janda duda PNS diberikan sebagai
perlindungan kesinambungan penghasilan hari tua, dan sebagai
penghargaan atas pengabdian PNS”. Kata-kata perlindungan itu
dimaksudkan dalam rangka tetap menjaga kesinambungan itu Pak,...
kehidupan apa penghasilannya.
10
-
Jadi aspek kesejahteraan di dalamnya sudah menjadi bahan
pertimbangan. Jadi tentunya nanti di dalam aturan-aturan yang lebih
diatur lebih lanjut, di situ nanti soal besaran pengaturannya ini
tentunya akan disesuaikan dengan, ini berbagai aspek tentunya akan
dipertimbangkan. Tapi di dalam payungnya sini sudah mengarah ke
sana. Dengan kata-kata perlindungan itu aspek kesejahteraan supaya
tidak terjadi GAP antara ketika dia masih aktif dan setelah pensiun
itu dihindari, diusahakan jangan sampai terjadi GAP itu, itu
kata-kata perlindungan Pak, dan juga gai penghargaan dan
pengabdian. Nah namun demikian saya minta teman dari Taspen untuk
bisa menambahkan tambahan penjelasan mengenai masalah kata
perlindungan apa di balik maksud dari kata-kata ini dalam sistem
pensiun yang kita akan atur. Silakan. PT. TASPEN: Baik, terima
kasih Pak. Jadi itu memang sudah merupakan masukan dari Kementerian
Keuangan bahwa perlindungan itu dimaksudkan bahwa dana pensiun itu
tidak saja merupakan penghargaan, tetapi juga sudah mencakup
merupakan bagian daripada sistem remunerasi Pak nantinya. Nah oleh
karena itu diberikan kata-kata kesinambungan penghasilan. Kemudian
mengenai pertanyaan apakah berhenti yang berhenti dengan tidak
hormat apakah masih diberikan haknya atau tidak. Memang sebelum
tahun 2008 memang tidak diberikan sama sekali, karena merupakan
penghargaan. Jadi yang diberikan penghargaan hanya yang pensiun
dengan hormat saja, tetapi sejak tahun 2008 berdasarkan Kepmenkeu
N0.71 tahun 2008, bagi yang diberhentikan dengan tidak hormatpun
juga diberikan iuran hasil iuran maupun hasil pengembangannya Pak.
Demikian Pak. Terima kasih. KETUA RAPAT: Oke. Silakan. F-PKS (H.M.
GAMARI SUTRISNO): Terima kasih Pak Ketua. Saya hanya ingin
menyampaikan pertanyaan untuk kita semua, satu kata penghargaan
atas pengabdian PNS masalah pensiun, sungguhpun ini juga inisiatif
kita, tapi kemudian setelah saya cermati kalimat ini, pensiun
menurut hemat saya bukan penghargaan,itu adalah hak. Beda hak beda
penghargaan. Secara hukum, penghargaan ini tidak sekuat kalau itu
hak. Ketika seseorang tidak diberikan apapun seorang PNS yang sudah
pensiun, kemudian pemerintah lalai untuk memberikan, maka PNS yang
sudah pensiun tidak mempunyai hak yang secara hukum dia dilindungi
untuk menuntut haknya, karena penghargaan adalah sama saja dengan
penghormatan. Beda dengan kenaikan pangkat, kenaikan pangkat
bukanlah hak bagi seorang PNS, kenaikan pangkat adalah penghargaan
yang diberikan kepada seorang PNS. Nah ini yang suka dibalik-balik
pengertian ini. Seakan-akan kenaikan pangkat adalah hak, kemudian
pensiun adalah penghargaan. Justru sebaliknya, pensiun adalah hak,
kenaikan pangkat adalah penghargaan.
11
-
Nah ini saya ajak kita berpikir semua mengenai masalah ini,
karena satu kata ini besar artinya bagi seorang PNS yang sudah
menginjak pada usia pensiun, atau janda maupun duda PNS yang
pensiun. Terima kasih Pak. KETUA RAPAT: Saya bisa mengerti betul
ini, apalagi kita sepakat ke depan kita menggunakan fully funded
system, dengan Fully funded system itu memang jelas itu hak itu,
tidak diragukan lagi itu hak, saya terima kasih Pak Gamari. Jadi
memang maksudnya seperti dikatakan Pak Basuki tadi undang-undang
ini sudah memberikan cantolan. Undang-Undang ini kita Pak Gamari
ini akan cantolan ke depan, tapi cantolan ini sudah memberikan
petunjuk, bahwa kita akan menganut fully funded dan pensiun itu
adalah hak kan begitu Pak. Saya kembalikan ke pemerintah dulu saya
kira. PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Jadi kalau kita sepakat
bahwa ke depan sistem pensiun yang akan kita bangun adalah
berdasarkan fully funded memang itu merupakan hak Pak kami setuju,
dan tentunya tadi disampaikan kenapa hak, karena dia punya
kewajiban. Kewajibannya Pak mengiur, jadi adalah saya rasa setuju
karena ini konsekuensi dari kewajiban yang sudah dipenuhi ya, namun
demikian yang diberhentikan tidak dengan hormat, nah itu yang perlu
kita seberapa jauh haknya itu. Apakah kembali seperti yang diatur
dikembalikan iurannya berdasarkan iuran yang diberikan dan
pengembangannya atau bagaimana, ini yang perlu barangkali perlu
dibahas lagi. KETUA RAPAT: Ada usulan mengenai yang tidak hormat
tadi? Silakan Pak. F-PDIP (ZAINUN AKHMADI): Assalaamu'alaikum
Warrahmatullaahi Wabarakatuh. Yang pertama tentang hak tadi, kalau
Pimpinan setuju seperti kata Pak Gamari tadi, maka Pasal 90 itu
berubah menjadi ini usulan saja, yang pertama, “Pensiun PNS dan
pensiunan janda / duda PNS memperoleh atau mendapat perlindungan
kesinambungan penghasilan hari tua dan atas pengabdiannya sebagai
PNS” itu ini saja, usulan saya itu. Terus yang kedua,
sebagaimana... oleh Pimpinan tentang dengah hormat dan tidak
hormat. Saya ingin mengajak kepada semuanya untuk mengacu pada
pasal berikutnya, pasal sebelumnya. Pasal sebelumnya tentang
pemberhentian. Pemberhentian di sana itu ada yang diberhentikan
dengan hormat, dengan hormat itu ada dua, atas permintaan sendiri
dan tidak atas permintaan sendiri dan secara tidak hormat. Kemudian
kita bicara tentang pensiunan ini, PNS yang behenti dengan hormat,
saya kira ini usulan dari kami ini Pak ya, usulan dari DPR
maksudnya, ini adalah konsekuensi dari pasal atau pengejewantahan
dari pasal sebelumnya. Memang kalau kita sudah sampai pada suatu
kenyataan, anaknya banyak, diberhentikan tidak dengan hormat, dan
sebagainya kita kasihan, tetapi inilah peraturan yang harus
ditegakkan gitu. Peraturan adalah peraturan, bahwa di sana ada
policy, ada kebijakan, kita menjadi kasihan.
12
-
Okelah sebelum saya berhentikan tidak hormat, anda mengundurkan
diri, misalnya seperti itu kan kebijakan. Tetapi ini harus ada,
bahwa jika tidak terhormat jika tidak dengan hormat, maka dia tidak
berhak atas haknya misalnya gitu. Untuk apa, ya untuk supaya dia
sendiri juga hati-hati. Bayangkan kalau ini tidak ada, maka seenake
dewe nanti pegawai negeri masuk partai politik, melanggar hukum,
narkoba dan sebagainya, karena di pasal berikutnya kita lihat, di
sana ada hal-hal yang dianggap sebagai tidak hormat. PNS
diberhentikan tidak hormat karena satu melakukan penyelewenangan
terhadap Pancasila dan UUD 1945, dua dihukum penjara dan
seterusnya. Tiga, menjadi Anggota dan atau Penguru Partai Politik.
Nanti main-main di sini nanti dia. Ah tidak apa-apa wong sanksinya
tidak ada kok, antara hormat tidak hormat tidak ada bedanya. Justru
di sini untuk mempertegas ada yang terhormat ada yang tidak
terhormat. Jadi bagaimana kalau kita tidak tega, ya sudahlah kita
sama tahu dia usdah sekian tahun puluhan tahun sudah memberikan,
dia suruh mengundurkan diri, misalnya seperti itu, tapi ini harus
ada, gitu kira-kira Pimpinan. Terima kasih. KETUA RAPAT: Pak
Muqowam silakan. F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM): Ya terima kasih
Pak Ketua. Jadi mengalir dari Pasal 86, saya kira kemudian masuk
sampai pada Pasal 89, 90 yang draft lama ini. Memang kita saya
pribadi misalnya tidak bermoral bagus juga, secara obyektif, bahwa
kita sebagai orang tentu mempunyai hal-hal yang ada dimensi
moralitas yang tidak paripurna dan itu tadi di awal saya katakan
bahwa harus ada perbedaan yang signifikan antara yang diberhentikan
dengan hormat dan tidak hormat itu Pak. Saya kemarin di DPR pernah
terjadi Pak seorang Kepala Bagian Sekretariat menjadi Caleg jadi,
karena tidak ijin pada atasannya, akhirnya dia tidak dimana-mana.
DPR-nya dia batal, PNS-nya pun dia dipecat. Ini terjadi di DPR pada
Pemilu tahun 1999 atau 2004 itu, 2004 ya. Kemudian ada seorang
Anggota Dewan ini karena di sini kan saya tahu, ada yang sudah
bekerja menjadi PNS 19 tahun 9 bulan, karena syarat menjadi Anggota
DPR pada waktu itu adalah syarat pensiun adalah 20 tahun, dia 19
tahun 9 bulan itu pun juga tidak mendapatkan apa-apa pensiun sama
sekali, padahal itu positif. Nah karenanya Pak Ketua, saya kira ini
sambil juga memberikan efek jera kehati-hatian dan lain-lain ya,
intinya adalah prudensialitas kehati-hatian, harus ada threatment
yang berbeda. Dengan hormat dengan tidak hormat masa sama pada
akhirnya Pak. Nah itu di sana adalah orang selalu bilang agama itu
suatu yang menakut-nakuti gitu ya dalam konteks sisi yang lain,
tapi dari... yang lain bahwa dia sebetulnya adalah... arah dimana
kita harus menuju. Oleh karenanya bukan kemudian kita melihatnya
itu di ujungnya tidak, tetapi bahwa proses dia korupsi, dia
macam-macam dan lain-lain, saya kira ini kan tidak serta merta
sesuatu yang sifatnya langsung menjadi final. Ada saya kira ada
peringatan pertama, peringatan kedua dan lain-lain, kalau sudah
berhenti tidak hormat ya titik, sudah semua itu selesai. Jadi
karena itu Pak Ahok, saya kira tadi kita mau sistem apapun, saya
kira positioning dari tidak hormat itu ya segala hak dan
kewajibanya selesai, karena itu tidak serta merta kemudian vonis
itu terjadi, tapi ada proses yang panjang saya kira. Itu Pak Ketua.
Terima kasih.
13
-
KETUA RAPAT: ...(rekaman terputus) F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):
...sudah pasti harus ada perlakuan yang berbeda dari Pegawai Negeri
Sipil yang diberhentikan dengan hormat. Hanya satu hal yang saya
pikirkan, kalau mereka berkewajiban membayar iuran yang selama itu
mereka bekerja, kalau pendapatnya Pak Muqowam tadi kan seakan-akan
semua haknya hilang, kewajibannyapun hilang dengan sendirinya. Saya
berbeda mengenai masalah ini, mengenai haknya saya kira harus
dipertimbangkan, karena dia telah mengeluarkan sebagian dari
kewajiban yang dilakukan. Pensiun mungkin tidak, tapi hak atas
tabungan asuransi pegawai negeri misalnya atau tunjangan hari tua
yang sudah dikumpulkan selama dia bekerja, seharusnya dipikirkan
untuk diberikan kepada yang bersangkutan bila yang bersangkutan
diberhentikan tidak dengan hormat, karena siapapun bisa mengalami
musibah seperti itu. Jadi tidak dengan hormat itu tidak selalu
disengaja, ada juga yang tidak disengaja, karena dia lalai, karena
dia lengah ya, terus kemudian dia diberhentikan dengan tidak
hormat, walaupun di sini sudah rinciannya. Namun saya berpendapat
Pak, memang berbeda artinya yang diberhentikan tidak dengan hormat
tidak punya hak untuk memperoleh pensiun sebagaimana yang
diberhentikan dengan hormat, namun hak-hak yang pernah atau
kewajiban yang pernah dilakukan menurut hemat saya masih menjadi
hak mereka. Terima kasih Pak. KETUA RAPAT: Baik. Ini ada beberapa
hal yang harus kita sepakati dulu Pak. Pertama, kita sepakat ini
fully funded ke depan ya, setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Kedua adalah pensiun itu adalah merupakan hak, setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Kemudian yang ketiga, ada beda perlakuan bagi yang diberhentikan
dengan hormat dan tidak hormat, jadi yang menyangkut iuran-iuran
itu dia dikembalikan iuran-iurannya ya setuju? Jadi yang iurannya
dikembalikan, sedangkan yang terhormat itu mendapatkan yang
lain-lain itu kan begitu Pak ya? semua setuju itu?
(RAPAT : SETUJU)
Maksud saya begini, kesepakatan ini kita sudah mendapatkan
fundamental, ini kita susun kembali kata-katanya, kita serahkan
kepada cluster untuk menyelesaikan bersama-sama dengan pihak
Pemerintah, drafter kita serahkan, tapi basic-basicnya yang sudah
kita sepakati ini, setuju? Nanti dilaporkan hasilnya, jadi kita
bisa selesaikan hari ini, setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Oke kita sudah selesai dengan pensiun.
14
-
F-PAN (DRS. H. FAUZAN SYAI’E):
Ini ada yang agak mengganjal ini Ketua, kalau yang berhenti
tidak hormat dia tidak mendapat pensiun, tetapi hak-hak dia yang
selama ini kewajiban telah dia penuhi itu dikembalikan kepada yang
bersangkutan. Sekarang ini ada yang berhenti dengan hormat tapi
belum masuk usia pensiun seperti itu. apakah hanya hak-hak dia ada
kewajiban-kewajiban dia yang selama ini yang kita kembalikan kepada
yang bersangkutan kan begitu? Apakah tidak perlu ada juga suatu
insentif atau penghargaan lain seperti itu? Terima kasih. KETUA
RAPAT:
Tadi kita sepakat Pak, tadi itu dirumuskan lagi, jadi masih ada
tambahan lagi. Bagaimana tentang jandanya, bagaimana dudanya,
bagaimana anaknya. Jadi ini tolong dirumuskan kembali gitu loh Pak.
Jadi anaknya bagaimana kalau tadi Bapak Ibunya meninggal, anaknya
bagaimana masih mendapat tidak? ini kan perlu dirumuskan. Jadi
dalam perumusan Panitia Kerja dengan drafter merumuskan ini, ini
kita akan dilaporkan pada hari Kamis malam merupakan draft sudah
tuntas itu. Jadi kita sepakat ini ada cantolan, cantolan untuk
undang-undang yang akan datang. Seperti tadi dikatakan oke, apakah
Undang-Undang No.11 masih bisa, kita lihat nanti, kita cantolan
itu, mungkin di sini akan ada perubahan-perubahan Undang-Undang
No.11 itu, saya kira demikian. Saya kira cukup ya?
Ada? Silakan. F-PDIP (H. RAHADI ZAKARIA, SIP, MH):
Terima kasih Pak Ketua.
Satu lagi yang perlu ada kejelasan sedikit Pak, mengenai
nomenklature, saya lihat bahwa Rancangan Undang-Undang ini mulai
dari judul, konsideran, sampai dengan Bab I dan Bab VI itu
menggunakan kata Aparatur Sipil Negara, kemudian Bab VII sampai X
sampai Pasal 108 menggunakan kata Pegawai Negeri Sipil. Kemudian
yang ketiga, Bab XI sampai XVI, Pasal 109 seterusnya menggunakan
lagi kata Aparatur Sipil Negara, ini penjelasannya saya minta,
apakah kita konsisten kita pada Aparatur Sipil Negara, atau memang
disengaja digabung-gabung seperti itu, jadi sebenarnya yang mana
yang pasti. Apakah kita mau menganut pola tunggal yakni Aparatur
Sipil Negara atau menggabung Aparatur Sipil Negara dan Pegawai
Negeri Sipil itu? Terima kasih Pak. KETUA RAPAT:
Saya jelaskan sedikit, yang dimaksud dengan Aparatur Sipil
Negara adalah kita bicara Pegawai Negeri Sipil dan PTT. Kalau kita
bicara Aparatur Sipil Negara di dalamnya itu adalah Pegawai Negeri
Sipil dan PTT. Pada saat kita membicarakan PTT, kita pakai istilah
Pegawai Negeri Sipil, itu berarti minus PTT. Tapi kalau kita sedang
membicarakan kedua-duanya dalam satu kesatuan kita menggunakan
Aparatur Sipil Negara, itu penjelasannya. Ya saya kira cukup Pak
ya? cukup. Kita lanjut kepada yang disampaikan Pemerintah tadi ada
3 hal kita mesti selesaikan sekarang, satu lagi Pak usia pensiun
kita putuskan berapa usia pensiun 58 tahun? Pak Gamari silakan.
15
-
F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Pak Ketua, Dengan semakin
panjangnya usia hidup harapan hidup, saya kira batasan usia yang
ada sekarang ini perlu kita review lagi, karena usia harapan hidup
yang semakin bertambah panjang saya kira menjadi satu pertimbangan
bagi kita untuk memutuskan batasan usia pensiun itu, khususnya
jabatan eksekutif senior. Jabatan eksekutif senior yang dibatasi
pada usia 60 tahun, sebetulnya mengacu pada peraturan yang lama
untuk pejabat eselon I dan eselon II. Yang baru karena 58 bisa
diperpanjang dua kali, sebelumnya kan sebetulnya 60 tahun. Nah ini
kembali lagi ke 60 tahun. Saya mengusulkan harus di-review lagi
lebih dari usia itu saya kira seperti Pak Harun tadi yang usianya
70 tahun saja masih begitu besar semangatnya, masih begitu hebat
pemikirannya, sehingga dengan demikian Pak, kita mesti cari jalan
tengah mengenai masalah ini, apalagi pejabat fungsional. Pejabat
fungsional seperti dosen sekarang ini usia pensiunnya kalau tidak
salah 65 tahun. Oleh sebab itu Pak untuk jabatan eksekutif senior,
saya mengusulkan antara 60-70 yaitu jalan tengahnya 65 tahun, tapi
itu tawaran tertinggi, nanti kan ditawar lagi, 62 tahun. Tapi untuk
ini sebetulnya dari Pemerintah jangan tawar, rugi dia, mereka kan
negeri itu, tawar paling rendah rugi kalian, saya perjuangkan malah
ditawar. Kalau bisa kalian nawar 70 tahun kan begitu. Nah ini
sekedar pemikiran saja, tapi argumentasinya seperti itu Pak Ketua.
Terima kasih. KETUA RAPAT: Silakan. F-PD (KHATIBUL UMAM WIRANU,
M.HUM): Ya, terima kasih Pak Ketua. Para wakil Pemerintah yang saya
hormati. Kalau di TNI POLRI itu 58 tahun, di Pegawai Negeri Sipil
saya tidak tahu berapa, kalau tidak salah 58 tahun juga cuma bisa
diperpanjang. Saya usul 58 tahun Pak, kecuali ada rasionalitas yang
melatari kenapa harus 60, 61 dan seterusnya, bagi saya soal
pertimbangan subjektif bahwa pejabat senior itu pasti excellent
pada usia itu, dan sangat mubazir jika tidak dimanfaatkan oleh
negara itu subjektif argumennya. Itu tidak bisa dibuktikan dalam
konteks jenjang karir pegawai negeri. Pada sisi yang lain dia pasti
akan menghambat prestasi yang dimiliki oleh ANS yang usianya di
bawahnya gitu. Jadi kita harus pertimbangannya dua. Oke, yang 58
tahun masih baik, masih layak, masih secara fisik kuat dibutuhkan,
tapi kita pertimbangkan ada bottleneck gitu ada kemacetan gitu.
Karena itu buat saya sih ya standar sajalah yang umum karena
sebelumnya juga 58 tahun, TNI POLRI dari 55 tahun ke 58 tahun juga.
Ada pengecualian bisa diperpanjang per satu tahun selama dua kali,
kalau saya itu Pak pandangannya. Kecuali saya dapat mendengarkan
argumen dari teman-teman di Komisi II juga atau Pemerintah yang itu
reasonable untuk dinaikkan menjadi 60 tahun dan seterusnya gitu,
itu Pak Ketua.
16
-
KETUA RAPAT: Ya silakan. F-PDIP (DRA.EDDY MIHATI): Pak Ketua,
Berkait dengan masalah usia pensiun ini, kalau saya kita berpikir
rasional saja, kita sesuaikan saja dengan batasan usia produktif
yang mestinya itu didasarkan atas ya kemampuan jasmani dan rohani
yang ukurannya itu adalah ukuran kewajaran begitu. Nah ini kan
mestinya sudah ada. Usia produktif itu sebenarnya usia berapa
sampai berapa. Nah itu saja yang kita jadikan sebagai patokan
begitu berdasarkan itu tadi kemampuan jasmani, kemampuan rohani
yang pada umumnya itu digunakan gitu ukurannya itu ukuran yang
dipatok yang digunakan atas kemampuan itu. Saya kira itu Pak Ketua.
KETUA RAPAT: Baik. Pak Fauzan silakan. F-PAN (DRS. H. FAUZAN
SYAI’E): Terima kasih Ketua. Kalau saya prinsip karena kebetulan
ini dilatarbelakangi bahwa salah satu yang mengusulkan adalah saya,
yang pertama bahwa kalau mengacu kepada TNI POLRI memang 58 tahun,
tetapi kita berkesimpulan bahwa untuk pejabat eselon II sama eselon
I ini selama ini sudah berjalan 60 dengan pengecualian
diperpanjang. Tetapi dengan pola itu, itu dijualbelikan untuk di
lapangannya Pak itu, siapa yang mau diperpanjang wajib supaya itu
artinya dengan sesuatu faktor x akhirnya diperpanjang. Nah kita
berpikir bahwa untuk yang staf ini kita samakan dengan TNI 58
tahun, tetapi yang untuk pejabat atau yang memangku jabatan eselon
II atau eselon I yang sekarang istilahnya eksekutif, kemudian
senior itu adalah 60 tahun tapi tanpa ada perpanjangan. Kalau dulu
kan perpanjangan itu, tetap 56 tahun semua, hanya diperpanjang
untuk posisi dua tahun hal yang demikian, pertama. Tetapi kalau
untuk melihat rasa keadilan, kalau 65 ini terlalu jauh, apalagi mau
70 tahun. Kalau kemarin penambahannya itu dari 56 ke posisi 58 kan
begitu 2 tahun Pak. Artinya kalau untuk hal yang demikian itu dari
60 pada posisi statis dia mungkin 62 tahun kalau ini memang mau
diperpanjang begitu hal yang demikian. Terima kasih Pimpinan. KETUA
RAPAT: Ini menarik. Jadi saya kata Bu Eddy tadi, mesti yang
wajarlah berapa itu. Pak Muqowam masih ada?
17
-
F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM): Ya Ketua. Saya menyuarakan Pak
Zainun 63 tahun, karena usia Nabi Muhammad 63 tahun katanya. Baik,
jadi saya kira Pak, itu secara tolak ukur, tadi Bu Eddy Mihati
sampaikan bahwa produktivitas. Padahal pensiun itu kan rumusan
sakleknya adalah pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja
lagi karena usia sudah lanjut dan harus diberhentikan. Adapun atas
permintaan sendiri, seseorang yang pensiun biasa mendapatkan uang
pensiun atau pesanggon. Nah jadi karena itu Pak Ketua, saya kira
ini bukan sekedar milih kancing baju yang nomor berapa bukan saya
kira. Saya minta 55 tahun, Pak Khatibul Umam 58 tahun, bukan itu
persoalannya, harus ada proses rasionalisasi Pak. Oleh karena itu
saya minta kepada Pemerintah, dalam konteks ini tolong diberikan
pertimbangan yang komprehensif dari berbagai aspek. Kenapa misalnya
Pak, misalnya di lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia,
di Kepolisian ini kalau tidak salah 70-80% Polisi itu adalah
pejabat Pak mulai dari Babinsa sampai dengan Kapolri, itu 70-80%
bahkan. Nah karena itu, terhadap usia pensiun ini saya kira,
keumuman yang terjadi di Tentara, di Polisi, di jabatan-jabatan
yang kemudian di... misalnya kenapa Hakim Agung 71 tahun, kenapa
Mahkamah Konstitusi sekian dan lain-lain. Jadi menurut saya bahwa
kembalikan bahwa ini adalah Pegawai Negeri Sipil, karena itu tidak
mempunyai eksekutivitas yang dilebihkan dan karenanya hanya
rasionalitas saja. Misalnya Pak Sekretaris, kita bisa melihat tolak
ukur pensiun di beberapa negara itu berapa usia yang berlaku, bisa
itu di sekian ratus negara itu. Bahkan Bapak Ibu sekalian sering
kita misalnya bagi teman-teman yang sempat keluar negeri, ketemu
dengan agen agency daripada internasional, apakah perbankan
misalnya, mereka usia 22 tahun, 23 tahun, 24 tahun, sudah menjadi
perwakilan Bank Dunia di Jakarta misalnya. Kemudian lagi misalnya
kita lihat di provinsi yang lain, bicara perhubungan udara, laut
misalnya yang saya temui di berbagai negara itu ya Allah kita malu
Pak Anggota DPR RI yang usia 45 tahun pun sudah tergolong tua Pak
bila berhadapan dengan mereka itu. Jadi karena itu Pak, keumuman
yang terjadi seperti apa, agar ada obyektivitas oh kalau kemudian
Pak Imam 58 tahun, ada rasionalitas jalan, bukan kemudian ini
seperti swit saja milih A atau B saya kira begitu Pak Taufiq agar
undang-undang ini sekali lagi ada rasionalitasnyalah. Saya tidak
mempunyai alasan yang cukup untuk memilih apakah 58 tahun apakah 60
tahun atau 65 tahun Pak, saya kembalikan kepada Pemerintah untuk
menentukan berdasarkan... komprehensif. Itu saja. Terima kasih.
KETUA RAPAT: Silakan. WAKIL KETUA (DRS. ABDUL HAKAM NAJA,
M.SI/F-PAN): Terima kasih Ketua. Bapak Ibu sekalian. Saya mau
sedikit memberikan beberapa usulan terkait dengan...(rekaman
terputus) administrasi, yang kedua jabatan fungsional, yang ketiga
jabatan aparatur eksekutif senior. Nah ini saya kira pengaturannya
memang kan tersendiri. Contoh jabatan fungsional di pendidikan
profesor 65 tahun, di Kejaksaan 62 tahun, misalnya. Nah ini saya
kira memang kita pengelompokkan, penggolongan ini perlu kita clear
yang mana mau kita atur masing-masing. Nah yang administrasi tentu
saja ini yang jabatan yang diatur Aparatur Sipil Negara secara
umum,... senior.
18
-
Nah saran saya, saya kira memang kita perlu menghitung secara
cermat termasuk kemampuan yang meningkat usia hidup peluang hidup
kita Indonesia sekarang kalau tidak salah sudah hampir 70 tahun ya
72 tahun. Nah menurut Menteri Kesehatan 72 tahun usia peluang kita
untuk hidup. Menurut undang-undang 60 tahun. Nah ini, itu
Undang-Undang Tahun 1998. Ini saya kira ini perlu kita hitung
dengan cermat, karena menyangkut usia pensiun ini luar biasa. Di
Perancis itu mau menaikan 60 menjadi 62 tahun itu demo
besar-besaran yang kemudian terjadi keributan luar biasa di
Perancis. Mungkin di Indonesia sih tidak seperti itu. Tapi maksud
saya memang ini perlu dihitung dengan cermat semua aspeknya, dan
apa sih sebenarnya konsep kita ke depan menyangkut SDM kita ini,
karena kan kita asumsikan Aparatur Sipil Negara ini adalah
undang-undang yang melingkup seluruh permasalahan kepegawaian kita
atur rujukannya di sini. Nah ini saya kira apa yang kita putuskan
juga bisa menjadi pedoman terhadap 3 kelompok ini. Nah usul saya,
saya kira memang ini perlu ada satu pertimbangan yang matang apa
saja, pengalaman negara lain bagaimana, apa saja faktor-faktor yang
menjadikan pertimbangan, apakah peluang sisa hidup, kemudian
tingkat ekonomi, kemampuan keuangan negara, kesejahteraan dan
seterusnya saya kira patut dipertimbangkan. Terima kasih. KETUA
RAPAT: Saya kembalikan lagi ke jalan yang benar. Ini dua hal yang
sangat bertentangan, makin tua makin baik, lalu anak-anak muda yang
menunggu kapan aku bisa menjadi pegawai negeri... ini masalah.
Kapan giliran kulo... ora mati-mati. Ini kan satu hal yang memang
pemikiran yang betul-betul komprehensif, karena itu mungkin kita
kembali kepada undang-undang ini, 89 Pegawai Negeri Sipil yang
berhenti tidak apa-apa nanti kita ganti nanti kalimatnya, kalimat
kita sesuaikan, adalah usia pensiun bagi jabatan administrasi
adalah 58 tahun ini sudah meningkat, ini kita putuskan. Setuju? Ini
kita putuskan dulu. Usia pensiun jabatan administrasi umumnya yang
sekarang 56 tahun sekarang menjadi 58 tahun. setuju? F-PPP (Drs. H.
AKHMAD MUQOWAM): Belum Pak. Saya menghormati Pak Hakam tadi Pak,
jadi karena itu saya kira komprehensif dalam pengertian apakah dia
fungsional, apakah dia administratif. Saya kira harus dijadikan
satu Pak rumusannya Pak. KETUA RAPAT: Baik. Saya jadikan satu. Usia
pensiun bagi jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan. Dosen dia berbeda. Hakim berbeda, sesuai dengan
undang-undang, karena dia ada undang-undang sendiri. Kejaksaan itu
62 tahun, ini ada undang-undang sendiri, karena itu untuk pensiun
jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, oke?
19
-
F-PDIP (DRA.EDDY MIHATI): Pak Ketua, Sebagaimana tadi
disampaikan oleh Pak Ketua juga kan, pemikiran saya bahwa ketika
kita menentukan batas usia, ini kan harus diperhitungkan dari
berbagai aspek gitu loh, tidak hanya misalnya itu tadi alasannya
apa karena dirasa sekarang ini kan bukan hanya itu, jasmani,
perkembangan jasmani dan lain sebagainya itu sudah meningkat dan
lain sebagainya, kan tidak hanya sekedar itu. Jadi saya kira ini
tidak jangan semudah inilah untuk memutuskannya begitu. Dari 56
menjadi 58 itu kemudian dampak ikutannya itu apa saja, ini juga kan
harus diperhitungkan. Dampak ikutan dari itu, ini kan harus
diperhitungkan betul gitu. Terima kasih. KETUA RAPAT: Saya jelaskan
dulu supaya kita ini diskusi ini. Kita lihat sekarang yang namanya
TNI dan POLRI 58 tahun, sudah berlaku. Kejaksaan 60 tahun 62 tahun,
sudah berlaku. Undang-undang kita 56 tahun, Undang-Undang No.43 itu
56 tahun. Apakah Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini tetap 56
atau menjadi 58 tahun itu saja masalahnya. Yang kita putuskan ini
cuma dua hal. Untuk usia pensiun bagi jabatan fungsional sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, kita tidak bahas
itu. Kemudian usia pensiun bagi jabatan eksekutif senior kita akan
naikkan menjadi 60 tahun, sekarang ini sudah 60 tahun, tetapi
dengan usulan. Tadi disampaikan oleh rekan, siapa yang
menyampaikan, Beliau, ini ada obyekan ini. Dengan 60 tahun ini
sebetulnya tidak ada kita ubah ini, yang kita ubah cuma 1, yang
dari 56 menjadi 58 tahun. Saya berikan satu putaran lagi. Silakan.
Pak Gamari silakan. F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Ada pertanyaan
Pak. Jadi yang pertama, untuk jabatan administrasi usia pensiunnya
58 tahun ini saya setuju, tapi kan belum diketok tadi Pak, saya
setuju, menyatakan pendapat saya, saya setuju 58 tahun. Kemudian
usia pensiun bagi jabatan fungsional, sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan, artinya khusus masalah pensiun bagi
jabatan fungsional undang-undang yang lain yang mengatur. Saya
hanya bertanya saja Pada Baleg ini boleh tidak seperti itu? kalau
boleh tidak apa-apa, saya setuju saja, karena aturannya memang
berbeda. Jabatan fungsional dosen itu memang beda, sehingga dia
boleh pensiun sampai 65 tahun, profesor sampai 70 tahun. Ini
pertanyaan dulu Pak, diendapkan saja. Kemudian yang ketiga, di sini
nomornya lima soalnya, usia pensiun bagi jabatan eksekutif senior
adalah 60 tahun, yang tadi saya minta untuk di-review, saya sendiri
juga sedang me-review pendapat saya sendiri gitu. Tapi kemudian
teringat dengan sabda Nabi, umatku itu nanti umurnya berkisar 60
tahun sampai 70 tahun. Nabi sendiri cuma 63 tahun gitu loh. Jadi
kalau saya tadi menambahkan 5 jadi sudah melewati Nabi gitu. Saya
mengajak review bukan saya menolak atau menyetujui, tidak.
20
-
Jadi saya kira rumusan mengenai usia pensiun bagi jabatan
eksekutif senior 60 tahun secara definitif yang tadinya 58 tahun
bisa diperpanjang 2 kali, menurut saya ini sudah tepat. Pertanyaan
saya tinggal nomor tadi usia pensiun bagi jabatan fungsional,
apakah itu secara legislasi memang dibenarkan. Kalau memang
dibenarkan tidak apa-apa, saya setuju. Berarti rumusan 1,2,3 saya
menyatakan pendapat setuju.
KETUA RAPAT: Itu dibenarkan Pak Gamari, karena ada dibenarkan
dengan undang-undang itu disebutkan di undang-undangnya.
Undang-Undang Pendidikan itu mengatakan begitu. Undang-Undang
Kejaksaan mengatakan begitu. Undang-Undang Kehakiman menyatakan
begitu. Jadi itu legal. F-PKB (ABDUL MALIK HARAMAIN, MSI) : Saya
bertanya saja Pimpinan. Saya mau bertanya masalah posisi
undang-undang itu, kalau kemudian undang-undang ini tidak bisa
mengatur undang-undang sektoral seperti di Kejaksaan, Pendidikan,
dan sebagainya tentang usia pensiun, saya tidak tahu ini bisa
dibayangkan misalkan semua lembaga sektoral nanti bikin
undang-undang sendiri untuk urusan usia pensiun. Nah bayangan saya
bahwa undang-undang ini menjadi payung dari undang-undang yang lain
yang berkaitan dengan aparatur atau Pegawai Negeri Sipil begitu.
Nah saya khawatir nanti kalau kemudian undang-undang ini dibatasi
oleh berlakunya undang-undang lain yang berkaitan dengan aparatur,
nanti bisa saja nanti BUMN bikin undang-undang sendiri sesuai
umurnya dan sebagainya. Saya ingin bertanya saja Pimpinan. KETUA
RAPAT: Baik. Ini masalah yang Bapak sampaikan, itu masalah yang
kita resahkan sebetulnya. Masalah yang sangat, kita sebetulnya
ingin di atas undang-undang ini nanti ada satu undang-undang yaitu
Undang-Undang tentang Aparatur Negara. Ini belum punya kita. Nah
kalau Undang-Undang Aparatur Negara itu membuat seluruhnya,
sedangkan undang-undang kita ini adalah undang-undang yang kita
buat sebagai pengganti dari Undang-Undang No.43 tahun 1999, yang
tadinya adalah Undang-Undang tentang Pegawai Negeri Sipil. Ke depan
memang begitu Pak Malik Haramain, adalah harus ada Undang-Undang
tentang Aparatur Negara. Nah di situ Undang-Undang Aparatur Negara
ini mengatur apa sipil maupun aparatur militer. Ini nantinya, tapi
belum undang-undang ini Pak, karena Undang-Undang Kepolisian sudah
ada. Undang-undang ini tidak bisa membatalkan undang-undang itu.
Kalau dia merupakan undang-undang payung baru bisa, tapi seluruh
undang-undang itu, nanti yang saya katakan akan ada Undang-Undang
tentang Aparatur Negara, tapi belum. Itu jelas saja. Silakan
Pak.
21
-
F-GERINDRA (DRS. H. HARUN AL RASYID): Terima kasih Pak Ketua,
Saya tertarik apa yang disampaikan Pak Ketua, kalau orang itu
pensiunnya diperlambat, kapan giliran daripada yang muda? Itu
pengalaman saya juga pejabat di Jakarta. Pada saat itu waktu jadi
Sekda, dipanggil Pak Gubernur, kamu tidak bakal naik ke sana kalau
belum pensiun di atas kamu ini yang 56 tahun ini, dipensiunkan
cepat, kami generasi muda semuanya. Itu salah satu pemikiran untuk
regenerasi. Tapi sehubungan dengan situasi sekarang harapan hidup
orang sudah sampai 72 tahun, dulu harapan hidup orang itu cuma 66
tahun Pak, sekarang sudah naik 72 tahun. Kenaikan itu sebenarnya
saya setuju dengan Pak Gamari tadi, tidak terlalu drastis, ya
setelah administratif dia naik 2 tahun itu wajar pada tahap
sekarang, dan mereka sekarang sedang menunggu keputusan itu.
Harapan-harapan itu Pak, 58 kapan penetapannya sebab kami masih
bisa ada harapan hidup juga. Harapan hidup sebagai pegawai negeri,
harapan hidupnya juga masih panjang sebagai orang untuk hidup. Jadi
kenaikan secara administratif 58, sekarang ini perlu ditetapkan 2
tahun, 3 tahun, 5 tahun kemudian naik 60 itu lain lagi. Sementara
ini perlu kita tetapkan 58 tahun, kalau nanti dibutuhkan dalam
fungsional kemudian dibutuhkan oleh Pimpinan, karena dia dalam
jabatan 58 tahun masih produktif, itu boleh ditambah per tahun bisa
sampai 60 tahun. Saya rasa itu saja Pak. Terima kasih. F-PDIP
(DRA.EDDY MIHATI): Pak Ketua, Menyambung terkait dengan itu tadi
jabatan administrasi dan jabatan fungsional yang dipersoalkan tadi.
Kan tadi ada yang mempersoalkan kenapa ini menjadi berbeda batasan
pensiunnya begitu ya, karena memang basisnya itu kan beda. Kalau
untuk jabatan fungsional itu kan didasarkan atas keahlian seperti
saya pada waktu sebelum pensiun itu kita bisa naik pangkat kalau
kita punya KUM tertentu yang sudah ditentukan kan begitu. Nah akan
tetapi untuk jabatan administrasi ini kan sifatnya struktural ya
jabatan administrasi. Jadi memang berbeda gitu loh, memang berbeda,
sehingga batasan usia pensiun yang dibedakan antara keduanya ini
saya anggap itu adil gitu, dan itu juga diatur di dalam
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara ini, itu saja Pak Ketua. KETUA
RAPAT: Pak Muqowam. F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM): Ya Ketua, Saya
tertarik omongan Pak Malik tadi itu Pak, jadi soal yang berkaitan
usia ini kalau kemudian undang-undang induknya yang mana, nanti
akan ada Undang-Undang mengenai Aparatur Negara. saya kira
idealistiknya adalah apabila Undang-Undang Aparatur Sipil Negara
ini mampu menjadi payung, mengakomodasi aparat sipil dimanapun
berada Pak, mau hakim, mau jaksa, yang dulu disampaikan oleh Pak
Hakam adalah selain Kepolisian dan TNI itu sipil semua Pak, kalau
nanti Polisi disipilkan.
22
-
Jadi karena itu Pak, saya kira kalau ini kemudian menjadi payung
dari aparat sipil yang berserakan dimana-mana, termasuk orang sipil
yang di Kepolisian sekalipun. Ini harus menjadi pilihan terhadap
pilihan terbaik dari konstitusi yang mengatur mengenai aparatur
sipil negara. Saya ingin betul ini Pak, Pak Tasdik agar ini belum
diputuskan, tetapi ngomonglah dengan Kejaksaan, ngomonglah dengan
yang ada khusus tadi itu, ini tidak karu-karuan, saya kira kalau
kemudian Komisi II DPR RI mampu melakukan menjadikan ini sebagai
payung sipil yang berserakan dimana-mana, itu baru hebat Pak
Taufik. Ini kan sesuatu yang usia pensiun bagi jabatan fungsional
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan itu ya, tapi kemudian
ada eksekutivitas yang lain Kejaksaan sekian, Mahkamah Agung sekian
dan lain-lain, itu kan menjadikan aturan ini kemudian banyak sekali
yang menjadi standarnya Pak. Jadi idealnya adalah undang-undang ini
mampu mengatasi orang-orang sipil yang berserakan dimana-mana itu
Pak. Jangan kemudian kita membiarkan Pak Taufiq. Jaksa misalnya
Jaksa, sekarang posisi dari Kapuspen itu Jaksa atau bukan? Dia
pernah menjadi Jaksa Pak, dia pernah menjadi Kajari, menjadi Kajati
sekarang Kapuspen, itu fungsional atau struktural? Kapuspen itu
struktural, bukan fungsional, tetapi dia pernah menjadi Jaksa, kan
fungsional. Jadi blending-nya itu tidak karu-karuan jadinya Pak.
Apakah kemudian kita bisa mengklaim ya Pak Tasdik, bahwa semua
Pegawai Negeri Sipil yang di Kejaksaan Agung itu adalah menggunakan
Undang-Undang Kejaksaan itu ya kan. Ini kan menjadi sesuatu yang
kabur semua ini Pak. Yang pernah menjadi Jaksa sekian puluh tahun,
padahal mereka jabatannya kan fungsional, struktural dan lain-lain
dan sebagainya itu Pak. Jadi Pak Ketua saya kira ini tidak sekedar
memilih kuantum tahun tetapi adalah idealnya undang-undang mampu
menaungi berbagai fungsi-fungsi di Aparatur Sipil Negara yang
berada di berbagai Pemerintah ini Pak. Itu Pak. Terima kasih.
KETUA RAPAT: Saya kira ini usul yang sangat baik sekali, wajib
hukumnya kita ikuti, cuma soalnya beberapa pertanyaan saja, tentu
saya minta bantuan Pak Muqowam menjawab itu. Contoh misalnya, guru
besar itu sampai 70 tahun, kemudian peneliti 65 tahun, apakah kita
pangkas? Apakah kita ramai-ramai ikut itu? hakim berapa hakim? 71
apakah kita ikut 71 ramai-ramai? Undang-undang ini tidak akan
selesai. Kita setujui saja. Undang-undang ini sejak awal dihadirkan
untuk mengganti Undang-Undang No.43, dunia ini kita selangkah demi
selangkah. Saya katakan nanti pada saatnya itu ada Undang-Undang
tentang Aparatur Negara. Bayangkan guru besar itu sampai 70 tahun.
Peneliti 65 tahun. Kita pangkas itu... bisa gegap gempita di dunia
ini. Jadi itulah makanya undang-undang ini hanya memutuskan dua
saja. Karena itu kita katakan usia pensiun bagi jabatan fungsional
sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan mereka
sudah diatur dengan undang-undang. Bukan kehendak, sudah diatur
dengan undang-undang. Kalau kita ingin mengatur mereka, berarti
kita harus membatalkan undang-undangnya, biot easy. Karena itu
undang-undang ini hanya memutuskan dua saja, eh itu pegawai negeri
saat ini 56 tahun, kalau dia dikasih 58 tahun senangnya luar biasa.
Undang-undang ini sudah harapan luar biasa 2 tahun loh nambah. Tadi
Bapak-Bapak sependapat bahwa pensiun itu hari pensiun itu adalah
hari yang paling menakutkan. Hari mulainya penderitaan...(rekaman
terputus) Undang-undang ini tapi dia jabatan fungsional.
23
-
F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM):
Saya tadi katakan Pak Taufiq mohon maaf, jabatan fungsional itu
yang mana kalau di Kejaksaan? Kapuspenkum itu struktural atau
fungsional? Struktural, tetapi ini akan dia akan pensiun pada 65
tahun Pak, berapa 62 tahun, kenapa, karena dia pernah menjadi
Kajari, fungsional kan begitu kan. Jadi artinya bahwa
pencampuradukan yang seperti inilah yang kemudian kita mengklaim
orang Kejaksaan itu usia 62 tahun semua pensiunnya Pak, kan begitu
ini. Jadi saya kira contoh yang kecil saja, yang saya kira
teman-teman yang pernah menjadi Jaksa, itu kan punya kesempatan
berpotensi untuk dia 62 tahun Pak, kecuali yang administratif murni
taat pada undang-undang kasihan ini Pak, yang clerical work
kemudian yang staffing itu memang di sini Pak. Tetapi bahwa
teman-teman yang pernah menjadi jaksa kemudian menjadi staf di
Kejaksaan misalnya tadi, itu juga taat pada 62 tahun Pak. Ini yang
saya kira Pak Taufiq, ini yang kemudian idealnya kita selesaikan
gitu Pak. Makanya pertanyaan dasar tadi adalah apakah mereka ikut
pada Aparatur Sipil Negara atau bukan? Terima kasih. KETUA
RAPAT:
Makanya saya setuju saya bilang, saya mohon petunjuk gitu loh.
Jadi usul tidak ada petunjuknya bagaimana loh, saya manut pada
Bapak, tapi petunjuknya pie? Jaksa itu jabatan fungsional, tapi
begitu dia jadi Jampidsus misalnya, dia hanya struktural, dia hanya
boleh mencapai usia 60 tahun. Tapi setelah 60 tahun dia kembali ke
jabatan fungsional 62 tahun. Sangat tidak menyenangkan, dia sudah
di..., balik ke Jaksa, gaweannya lontang lantung Pak ya, jadi anak
buah sebagai Jaksa tapi ora ono gaweane. Ini nanti ada persoalan
sendiri mengenai Kejaksaan.
Pak Nanang dulu.
F-PD (IR. NANANG SAMODRA KA,. M.SC):
Terima kasih Pimpinan. Ini untuk menyegarkan ingatan saja,
mengklarifikasi apa yang disampaikan Pak Muqowam, bukan hanya Jaksa
saja, tapi Dosen juga demikian. Artinya, kita harus bisa memisahkan
kapan di jabatan fungsional dan kapan di jabatan struktural, dan
pengalaman saya, saya pegang dua-duanya Pak, tetapi yang aktif
hanya satu. Saya punya fungsional juga sebagai Dosen Pak, dan
pangkatnya ibarat argo taxi jalan terus. Waktu saya memegang
jabatan struktural, ini jalan terus, nanti pada selesai struktural,
disamakan lagi. Jadi Jaksa itu kan tidak ada masalah, dan menurut
saya kita tidak perlu mengatur yang rumit-rumit di sini, yang umum
saja, cukup diatur dengan undang-undang mereka sendiri. Jadi bunyi
di dalam ketentuan di sini sudah cukup akan usia pensiun bagi
jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan yang berlaku, karena rumpun jabatan fungsional
mungkin sudah 100 buah mungkin sekarang, atau lebih, 116 rumpun
jabatan fungsional. Hanya saja kalau akan menetapkan batasan usia
pensiun hati-hati, apakah tidak ada nanti muatan-muatan baru yang
timbul menggunakan cantolan itu untuk memperpanjang-panjang usia
pensiun, jadi biarkan saja seperti apa yang berlaku sekarang dengan
mengikuti ketentuan undang-undang yang berlaku. Namun tidak berarti
mereka keluar dari undang-undang ini, tetap berpayung pada
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Terima kasih.
24
-
KETUA RAPAT:
Pak Zak silakan. F-PDIP (H. RAHADI ZAKARIA, SIP, MH):
Ya saya datang Nomor 1 tadi sebetulnya Pak, tapi karena di Baleg
ada pembahasan undang-undang jalan, saya diminta segera datang ke
sana aja dulu, selesai di sana baru kemari. Jadi begini Bapak Ibu
sekalian, saya kira soal Jaksa, Mahkamah Agung dan lain sebagainya,
sekarang ini ada Undang-Undang soal Kejaksaan sedang dibahas.
Undang-Undang Mahkamah Agung juga sedang dibahas, antara lain juga
menentukan batas usia pensiun. Ya alangkah baiknya kalau Komisi II
DPR RI nanti ada sinkronisasi dengan pihak Badan Legislasi yang
membahas soal batas usia pensiun. Jadi supaya match Pak supaya
tidak bertabrakan. Memang di situ ada klausul yang mengatakan
diatur dengan perundang-undangan, tapi supaya ada selaras, saya
kira juga perlu ada komunikasi berapa sih pensiun untuk Jaksa, apa
Jaksa Tinggi, atau Jampidsus dan sebagainya. Berapa sih Jaksa
pensiun untuk Mahkamah Agung, itu saya kira perlu juga Pak mencari
informasi untuk saling, supaya tidak tumpang tindih, jadi supaya
tidak untuk saling mencoba untuk nanti Undang-Undang Kejaksaan
tunduk dengan Aparatur Sipil Negara misalnya. Terus Aparatur Sipil
Negara harus mengakomodir Undang-Undang Kejaksaan. Saya kira perlu
ada suatu sinkronisasi Pak, jadi supaya ada, apa yang dikhawatirkan
oleh saudara saya Pak Muqowam memang ini sangat realistis untuk
dicari jalan keluarnya. Saya kira itu Pak, jadi mumpung ini juga
ada pembahasan Undang-Undang Kejaksaan dan Undang-Undang Mahkamah
Agung, saya kira itu Pak Taufiq jalan keluar yang terbaik supaya
ini tidak menjadi perdebatan yang terus menerus, mencari
sinkronisasi yang baik. Undang-undang yang baik adalah
undang-undang yang satu sama lain saling mendukung, tidak untuk
saling mencoba mengintervensi. Terima kasih. KETUA RAPAT: Silakan
Pak Gamari. F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):
Terima kasih Pak Ketua.
Saya tadi memang sudah mengatakan untuk usia pensiun bagi
jabatan fungsional sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan. Tapi begitu mendengar pendapat teman-teman yang
lain, akhirnya ini menjadi sesuatu yang harus kita telaah lebih
dalam lagi ya. Saya berpendapat bahwa Rancangan Undang-Undang
Aparatur Sipil Negara ini yang sedang kita susun ini, justru
menjadi rujukan bagi seluruh Aparatur Sipil Negara, dimanapun
mereka ditugaskan, baik itu sebagai jabatan administrasi,
fungsional maupun jabatan eksekutif senior. Dengan demikian inilah
yang menjadi rujukannya. Tetapi jika kemudian itu harus mengacu
pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku, ini ada hal yang
harus kita pikirkan kembali, misalnya saja, persyaratan minimum
untuk menjadi jabatan eksekutif senior, ketika itu 40 tahun tanpa
memutasi usia tertinggi. Kebanyakan Pak yang orang sudah selesai
dengan dirinya sendiri itu, yang waktu itu kita katakan seperti
itu, adalah orang-orang yang di fungsional itu umumnya yang usianya
di atas 60 tahun itu, sehingga nanti KASN nanti tidak bisa diisi
atau kemungkinan kecil diisi orang-orang yang sudah selesai dengan
dirinya gitu, sehingga dengan demikian dia lebih memilih jabatan
fungsional daripada memilih jabatan eksekutif senior atau dia masuk
ke KASN misalnya, akan seperti itu ya.
25
-
Nah akhirnya, keinginan kita atau ide kita untuk memperoleh
orang-orang yang berbasis kompetensi tadi ya, itu tidak bisa kita
peroleh Pak. Saya menginginkan kalau kita mau konsekuen dengan
draft Undang-Undang tentang Aparatur Sipil Negara yang harus
dipatuhi oleh semua Aparatur Sipil Negara di semua instansi, di
sinilah acuannya gitu Pak. Jadi ini kayanya masih memerlukan waktu
untuk kita telaah kembali Pak ya. Nah khusus mengenai usia pensiun
bagi jabatan fungsional ya, mungkin masih belum bisa kita ambil
keputusan sekarang, kecuali kalau kita memang sudah selesai dengan
diri kita sendiri. KETUA RAPAT: Oke. Jadi kita ambil keputusan.
...jadi 58 tahun juga belum bisa kita ambil keputusan?
............... : Yang 58 kan sudah kan yang khusus administrasi.
KETUA RAPAT:
Yang 58 sudah ya? Betul? Sudah tidak ada ragu-ragu lagi?
Mantap?
(RAPAT : SETUJU)
Kita perpanjang dulu sampai jam berapa diperpanjang? Sampai jam
12.30 kita selesaikan pensiun hari ini. Oke?
(RAPAT : SETUJU)
Silakan Pemerintah. PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Baik
Pak, terima kasih. Jadi Pemerintah juga berpendapat yang jabatan
administrasi setuju 58 tahun. Khusus yang fungsional, kalau tadi
Pak Gamari menyarankan untuk dikaji lebih komprehensif pada
dasarnya kami juga setuju. Tapi sekedar sharing Pak, bahwa yang
berlaku sekarang ini memang kalau di dalam konsep Aparatur Sipil
Negara ini kan jelas untuk administrasi 58 tahun, kemudian untuk
jabatan eksekutif senior itu 60 tahun. Tinggal sekarang kita
mengkaji jabatan fungsional. Jabatan fungsional yang sekarang
berlaku memang tersebar pengaturannya dalam berbagai pengaturan
perundang-undangan, ada guru, ada dokter, ada peneliti itu
macam-macam BUP-nya. Nah kalau toh didalam, kalau kita semangatnya
dalam undang-undang ini kita akan mengatur BUP seluruh jabatan
fungsional itu juga tidak mungkin. Ini sekian tahun, ini sekian
tahun, ini tidak mungkin Pak. Barangkali maksimal yang bisa kita
lakukan di dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara adalah
rambu-rambu.
26
-
Pertama, adalah batas minimalnya berapa untuk fungsional Pak.
Katakan fungsional tingkat yang tingkat terampil itu minimal berapa
disamakan katakan 58 starting-nya, yang ahli itu berapa maksimal,
tapi dengan memperhatikan, satu masalah aspek kesehatan, masalah
kompetensi, karakter pekerjaan, kemudian juga faktor regenerasi,
faktor ketersediaan tenaga ini di lapangan. Kemudian juga faktor
kebutuhan organisasi. Kemudian karakter pekerjaan. Kemudian juga
mempertimbangkan dampak fiskal kalau kita ingin lebih komprehensif
lagi. Kemudian juga usia harapan hidup itu juga menjadi salah satu
faktor untuk dipertimbangkan. Jadi dalam undang-undang ini, kami
berpendapat tidak bisa mengatur ini sekian, tapi kita ini hanya
maksimal memberi rambu-rambu. Nah rambu-rambunya minimal berapa,
maksimalnya berapa, tapi tetap dengan mempergunakan parameter yang
tadi. Nah ini memang diserahkan kepada pembentuk undang-undang
sektor tadi Pak, tapi rambu-rambunya dalam Aparatur Sipil Negara
sudah dikasih itu. Ini pedanpat kami. Namun demikian, kami setuju
Pak untuk yang ini fungsional nanti kita ada proses untuk kita juga
intern Pemerintah atau Pokja nanti akan kita diskusikan lebih
mendalam. InsyaAllah nanti hari Kamis itu sudah ada sudah
mengkrucut Pak pendapat, demikian. Terima kasih. KETUA RAPAT: Hanya
satu yang perlu kita kembali mengingatkan diri kita masing-masing
lagi. Jabatan eksekutif senior ini karena kita memegang dua hal
Pak. Satu, kita tidak terikat dengan eselon, sebetulnya itu. Kedua,
kita lebih cenderung pada kompetensi. Makanya tadi saya dengar ada
orang umur 25 tahun tetap, ini karena kompetensi Pak. Kita setuju
bahwa undang-undang ini tidak undang-undang urut kacang Pak. Jadi
mohon di samping yang Bapak sampaikan tadi pada hari Kamis besok
ini tetap tidak boleh dilupakan. Undang-undang ini adalah
undang-undang yang betul-betul kemampuan, kompetensi, tidak
undang-undang urut kacang. Saya kita kan kita sepakat begitu.
Inilah bedanya undang-undang ini dengan undang-undang yang lama.
Tadi seperti dikatakan oleh Pak Harun tadi, dia tidak bisa naik
karena yang tua-tua itu belum pensiun, ini tidak begitu. Ini
memberi kesempatan orang-orang yang muda, yang brilliant untuk bisa
maju ke depan. Ada tambahan pendapat Bapak? PEMERINTAH (SESTAMA
KEMENPAN RB RI): Ya. Saya setuju Pak dengan pendapat Pak Pimpinan
yang tadi prinsipnya setuju.
KETUA RAPAT: Jadi nanti kalau begitu, hari Kamis ini diuraikan
kembali Pak. Apa-apa hal yang sudah kita sepakati tadi, kemudian
nanti dirumuskan bersama, kemudian nanti kita rapatkan lagi pada
hari Kamis malam. Silakan Pak.
27
-
F-PAN (DRS. H. FAUZAN SYAI’E): Saya melihat bahwa untuk jabatan
administrasi itu sudah kita putus. Yang struktural adalah 60 bagi
pejabat eksekutif senior, saya kira tidak ada perbedaan Pak, karena
justru ini memang sudah berlaku sejak dari lama, hanya
permasalahannya yang sekarang ini tidak perlu diperpanjang dari 56
atau 58 begitu, saya kira ini bisa diputus oleh kita. Yang kedua,
ini menarik Pak, usulan daripada pihak Pemerintah bahwa kita khusus
untuk fungsional kita beri rambu-rambu, bahwa batasan minimal
umpamanya umur 60 tahun untuk fungsional, maksimal umpamanya 70
tahun, silakan, yang lainnya itu untuk mengcover itu semua,
sehingga ini artinya kita bisa mengadop seluruh undang-undang yang
ada, begitu saya kira. Terima kasih Pimpinan. KETUA RAPAT: Silakan.
F-PKB (ABDUL MALIK HARAMAIN, MSI) : Pimpinan, Sekedar tambahan
saja. Jadi yang menggelitik saya tadi itu adalah tentang otoritas
wewenang dan kompetensi undang-undang ini sebetulnya. Jadi
sebetulnya saya belum puas juga kalau kemudian undang-undang ini
pada akhirnya pemberlakuannya terbataskan oleh undang-undang yang
lain yang justru urusannya sama. Itu yang pertama. Nah karena itu
sebetulnya dari Pemerintah, sebetulnya idealnya bagaimana
fungsional itu juga diatur persis detil dalam undang-undang ini.
Tidak dalam undang-undang sektoral seperti Kejaksaan dan sebagainya
itu, itu idealnya begitu. Saya tidak tahu apakah itu bisa atau
tidak. tadi Pak Tasdik sudah ngomong itu tidak mungkin. Oke, kalau
tidak mungkin, maka undang-undang ini sekali lagi tidak kehilangan
otoritasnya juga. Salah satunya memang betul dengan cara memberi
batasan-batasan yang jelas gitu. Kalau undang-undang ini tidak
ngomong tentang itu Pak, saya khawatir kemudian nanti banyak
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara yang sifatnya sektoral yang
mengatur dirinya sendiri, institusi masing-masing, dan itu tidak
baik menurut saya, apapun alasannya. Apakah alasan produktivitas,
apakah alasan usia dan sebagainya. Jadi banyak undang-undang yang
juga mengatur esensinya tentang Pegawai Negeri Sipil atau tentang
pegawai yang justru tidak sama. Bayangan saya sejak awal saya ikut
Panitia Kerja ini adalah bagaimana undang-undang ini benar-benar
punya otoritas dan menjadi payung hukum dari sekian banyak
undang-undang yang terkait dengan undang-undang pegawai Pak Taufiq.
Tapi okelah kalau itu tidak bisa, karena begitu banyaknya
fungsional karakter dan macam-macamnya, tetapi undang-undang ini
harus memberikan batasan yang jelas dan tegas dan ini menjadi dasar
utama bagi undang-undang sektoral lainnya terutama dalam menentukan
usia pensiun. Begitu Pak, sekedar penegasan saja.
................... : Tambahan Pak. Terima kasih Pak Ketua.
28
-
Jadi sebenarnya ada cara lain ya, yang saya setuju dengan usulan
Pemerintah tadi untuk melakukan pengkajian lebih mendalam soal
jabatan fungsional ini, dan saya sangat setuju kalau itu diatur
berdasarkan kategori minimal maksimal, tapi yang lebih penting
adalah rasionalitas dari pembatasan minimal dan maksimal itu
seperti apa harus dilihat juga di dalam Undang-Undang Dasar. Nanti
saya kira kalau ini menjadi payung dari seluruh undang-undang yang
terkait dengan Aparatur Sipil Negara, adalah tidak sulit untuk
menggugurkan undang-undang sektoral lain jika Mahkamah Konstitusi
menyatakan undang-undang sektoral itu bertentangan dengan
Undang-Undang Dasar 1945 atau undang-undang induk dari
Undang-Undang Aparatur Sipil Negara. Oleh karena itu saya dukung
usulan Pemerintah itu dalam konteks ini gitu, jadi kita maju saja
Pak Tasdik maju, kita batasi sampai umur berapa jabatan fungsional
bisa kita tolerir, tapi rasionalitas di dalam argumentasinya di
dalam pasal per pasal itu memang harus mengacu pada Undang-Undang
Dasar 1945, sehingga kalau kita adu di Mahkamah Konstitusi pasti
menang dengan undang-undang sektoral. Memang lambat, Pak Taufiq
tadi juga benar menjawab Pak Muqowam, tidak bisa revolusioner,
birokrasi itu tidak bisa, kalau diajak revolusioner pasti akan
terjadi goncangan Pemerintah kan gitu. Tidak mungkin seorang
profesor yang sudah 70 tahun atau 65 tahun dipangkas menjadi 65
tahun atau 60 tahun, tidak mungkin Pak Muqowam. Nah salah satu cara
menurut saya memang kita yakin bahwa undang-undang ini harus
menjadi payung. Nah sambil jalan nanti ya kita kan bisa mem-feeding
teman-teman masyarakat untuk mengajukan yudisial review atas
undang-undang sektoral yang memang bertentangan dengan payung dari
undang-undang sektoral itu. Intu intinya saya menyetujui itu Pak.
Yang kedua, soal usia pensiun eksekutif senior itu saya kira harus
eksplisit juga dinyatakan tidak bisa diperpanjang Pak, karena ini
juga menjadi pintu masuk yang selalu menjadi problem negatif dari
birokrasi. Usul saya begitu Pak atau mungkin di dalam penjelasan
undang-undang ini dinyatakan secara tegas bahwa jabatan eksekutif
senior 60 tahun dan dinyatakan tidak bisa diperpanjang. Itu saja
usul saya. Terima kasih. KETUA RAPAT: Saya jelaskan sedikit. Untuk
tidak mengecilkan hati kita, undang-undang ini memang payung Pak,
untuk tidak mengecilkan hati kita, undang-undang ini memang payung
bagi aparat sipil, kode etiknya, peraturannya, semuanya berlaku
ini. Yang berbeda tadi hanya mengenai usia, ini saja berbeda,
selebihnya sama Pak. Ini payung ini yang harus kita, nah yang
berbeda hanya adalah mengenai usia. Untuk itu tadi kode etik sama
kan? Ada beda juga, ada profesi yang mempunyai kode etik
masing-masing. Selebihnya adalah ini merupakan payung. Tadi
dikatakan oleh Pak Tasdik bahwa untuk usia ini kita buatkan
rambu-rambunya supaya dikatakan Pak Malik supaya kita ada di
bawahnya, bahwa selain itu ini juga harus kita kuasai kan begitu
Pak ya. Nanti dibuatkan rambu-rambunya di sini, supaya ini memang,
tapi saya bilang pada satu saat nanti kita harus punya satu
undang-undang yang betul-betul merupakan payung dari seluruh
aparatur negara, termasuk militer itu yang belum ada. Nah ini
sementara ini.
Oke yang membedakan tadi hanya usia pensiun fungsional sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, saya juga sependapat dengan
usia pensiun bagi jabatan eksekutif senior 60 tahun tidak bisa
diperpanjang, oke. Cuma harus dipikirkan begini, kalau kita buat
seperti itu kan ...(rekaman terputus) adanya, itu akan sulit. Allah
sendiri tidak menyukai orang bercerai, tapi dibuat, kalau terpaksa
bercerita walaupun tidak disukai oleh Allah. Nah itu kadang-kadang
undang-undang ini, kita berpikir sampai sejauh itu. Ya
kadang-kadang seperti itu.
Ada lagi? Ya silakan.
29
-
F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO): Ya Pak Ketua. Saya ingin mengajak
melihat Pasal 18 konsep kita dan keinginan pemerintah. Inisiatif
DPR dalam ruu ini dalam Pasal 18, “Jabatan eksekutif senior terdiri
dari pejabat struktural/staf ahli, ahli kebijakan dan pejabat
lainnya yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah”. Pemerintah
mengusulkan agar nomenklatur analis kebijakan diganti menjadi
pejabat fungsional keahlian utama. Apa yang bisa kita baca dari
pasal ini? Pasal ini berarti juga harus dipatuhi oleh PNS yang
menduduki pejabat fungsional keahlian utama. Siapa mereka? Ya baik
yang ada di perguruan tinggi Depdikbud maupun di instansi yang
lain, dan mereka punya aturan, pensiunnya ada yang sampai 70 tahun.
Nah sementara di sini jabatan eksekutif senior itu pensiun pada
usia 60 tahun, nah ini kan ada sesuatu yang berbenturan ini, mana
yang mau diikuti gitu loh. Pasal 18 itu jabatan eksekutif senior
diatur dalam ketentuan ini, pensiun pada usia 60 tahun, padahal
terdiri dari pejabat struktural tertinggi, staf ahli, analis
kebijakan yang kemudian pemerintah mengusulkan pejabat fungsional
utama, yang itu juga artinya meliputi pejabat fungsional di
berbagai instansi sepanjang dia masih berstatus PNS ya, yang dia
punya aturan tidak 60 tahun, 65 sampai 70 tahun. Nah itulah yang
kemudian harus kita telaah di sini Pak, jangan sampai kontroversial
ini antara undang-undang yang satu dengan yang lain. Terkecuali
begitu dikeluarkan ASN ini, undang-undang yang ada tidak berlaku,
nah ini kan masalahnya begitu, sehingga harapan ASN atau RUU ASN
yang nanti menjadi... ini betul-betul menjadi payung, nah apa itu
yang kita kehendaki, pasti akan ada keributan Pak di luar sana. Ini
lebih besar daripada kasus sengketa tanah. Terima kasih. KETUA
RAPAT: Itu saya kira betul. Saya melihat tidak ada kekurangan di
kalimat ini Pak,... “Usia pensiun jabatan eksekutif senior adalah
60 tahun”, ini kecuali eksekutif senior fungsional Pak. PEMERINTAH
(SESTAMA KEMENPAN RB RI):
Fungsional itu yang kita maksud masuk dalam kelompok JES adalah
fungsional yang level utama, bukan yang level madya atau level muda
atau pratama ya.
F-PKS (H.M. GAMARI SUTRISNO):
Saya tanya Pak pada pemerintah,itu profesor itu tergolong
jabatan fungsional utama atau tidak? Nah dia punya Undang-Undang
itu 70 tahun baru pensiun. Kalau dikenakan undang-undang ini JES,
60 tahun dia harus pensiun, ini persoalan.
F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM): Ketua.
30
-
PEMERINTAH (SESTAMA KEMENPAN RB RI): Baik Pak, Oleh karena itu
kami akan mengkaji lagi Pak yang dimaksud kelompok JES itu
jabatan-jabatan apa saja, ini yang akan kita rumuskan kembali Pak.
Nanti kalau sudah kita sepakat, JES itu jabatan-jabatan apa saja,
itu baru kita bisa menentukan. Terima kasih. KETUA RAPAT: Jadi kita
putuskan, JES ini akan dirumuskan kembali, karena memang tidak
sesuai Pak.
Oke silakan Pak Muqowam. F-PPP (Drs. H. AKHMAD MUQOWAM): Ya
terima kasih. Jadi saya sedikit yang terakhir JES saya kira
struktural itu yang pertama Pak. JES itu struktural saya kira bukan
fungsional. Terus kemudian Bapak Ibu sekalian, memang di dalam
jabatan fungsional itu kan dua besarab, terampil, kemudian satu
lagi ahli kan. JES itu struktural. Nah kemudian yang terampil itu
yang mana? Itu mulai dari pemula, pelaksana II dan I, kemudian
penyelia III/c. Kemudian di fungsional di ahli itu ada ahli
pertama, ahli muda, ahli madya dan utama. Bapak Ibu sekalian, Untuk
jabatan fungsional itu yang baik yang terampil ataupun ahli, itu
mulai jabatan adikarya siara sama dengan widyaiswara 101 jabatan
fungsional. Nah memang Pak Gamari dengan yang diubah tadi mana tadi
Pak Gamari tadi itu, yang jabatan eksekutif senior apa tadi itu,
yang Pak Gamari masukan tadi. Itu memang ambigo di situ yang ini,
ada yang ada kata staf ada satu lagi analis. Pak Ketua, Analis itu
struktur atau fungsional? Fungsional, nah karena itu coba tadi yang
fungsional tadi, yang dimana. Nah ini, “Jabatan JES terdiri dari
pejabat struktural tertinggi, staf ahli, analis”, nah inikan
berarti kan terkacaukan lagi di sini Pak. Kita sepakat Pak Taufiq,
JES adalah struktural, tetapi begitu analis kebijakan itu
fungsional, ini menjadi buyar lagi Pak ya kan. Nah karena itu Pak
Ketua sekali lagi soal jabatan fungsional ini tolong ada satu sesi
sendiri untuk meng-clear-kan masalah ini Pak. Terima kasih Pak.
KETUA RAPAT: Jadi saya kira perlu disisir betul ini Pak, JES adalah
jabatan struktural, jadi jangan dicampur lagi. Setuju ya? Saya
ulangi, JES adalah jabatan struktural ya oke setuju?
(RAPAT : SETUJU)
Jadi tidak dicampur dengan jabatan fungsional, kalau dicampur
dengan fungsional nanti kacau balau dia pabaliut.
31
-
F-PDIP (DRA.EDDY MIHATI): Pak Ketua, Ini saya tidak jadi diberi
kesempatan? Ini tadi Pak Muqowam sudah sampaikan, jadi substansinya
itu sebenarnya sama saja apa yang akan saya sampaikan. Ini kan
konsep kita, tapi ternyata ketika kita membuat klausul ini pada DIM
287 ini, ternyata kan setelah didiskusikan itu ada masalah kan
begitu, ternyata ada perkembanganlah bukan masalah tentang jabatan
fungsional. Nah oleh sebab itu, posisi kita sekarang ini justru
minta kepada pemerintah, ini kan konsep kita, minta tolong agar
supaya ada masukan cluster dari jabatan fungsional yang ada di
negeri kita yang tadi dari pihak pemerintah sudah sampaikan ada
116, nah itu dicluster, nah kemudian baru nanti setelah kita tahu
petanya oh kaya begini, baru kita nanti kita diskusikan lagi gitu
loh. Jadi sebenarnya ini ya kita akui saja bahwa ini kelemahan di
draft kita ya. Terima kasih. KETUA RAPAT: Terima kasih Bu Eddy.
Silakan Pak. WAKIL KETUA (DRS. ABDUL HAKAM NAJA, M.SI/F-PAN): Ya
terima kasih. Ya saya kira kita perlu betul-betul secara seksama
untuk mendorong undang-undang ini undang-undang payung. Saya kira
Pak Taufiq di depan di atas jadi payung di atas juga, jadi karena
memang dalam konteks ini beberapa hal yang menyangkut kepegawaian
dan kita coba dekatkan, ini bisa kita formulasikan, termasuk tadi
saran kriteria saya kira Pak. Nah kriteria apa saja yang
memungkinkan pengaturan fungsional dan saya kira ini juga perlu
mulai dibatasi, sebab kalau tidak, saya kebetulan dulu ikut
membahas Undang-Undang Guru dan Dosen, karena di situ ada Dosen,
maka Dosen mengusulkan tinggi-tinggi Pak. Nanti begitu pula saya
kira yang lain seperti itu. Nah makanya mumpung kita membahas
undang-undang yang akan menjadi payung dari undang-undang semua,
termasuk pegawai yang keseluruhan, kecuali militer, saya kira
Polisi juga begitu, maka saya kira kita perlu membikin itu. Ini
saya kira dibuktikan dengan kemarin quality assurance BPKP itu juga
menyangkut Mahkamah Agung, BPK dan seterusnya, sehingga memang
betul-betul memang ke depan ini akan didorong birokrasi itu tidak
hanya birokrasi di eksekutif, tapi legislatif, yudikatif dan
legislatif juga, itu yang pertama. Yang kedua, saya kira salah satu
terobosan itu menyangkut masalah usia. Kalau kita mengatur usia
pensiun, nah ini tentu saja ada pikiran apa tidak kita perlu juga
mendorong ada reformasi yang lebih serius, saya dulu pernah
mengatakan jaman orde baru ada seorang Kepala Bapepam usianya 36 37
tahun, kenapa tidak kita atur juga di sini misalnya untuk jabatan
eksekutif senior, itu misalnya usianya dari 30 tahun agar ini
menjadi satu pola yang lebih terbuka, dan orang juga misalnya kalau
mau dibatasi 60 tahun, orang bisa dari 30 tahun. Kepala Daerah juga
30 tahun gitu kan, ini ada yurisprudensinya. Ini saya kira bisa
menjadi satu terobosan, sebab kalau tidak, nanti juga akan kembali
lagi bahwa jabatan eksekutif senior itu nanti ya betul-betul
senior-senior tinggal mau pensiun saja.
32
-
Nah tentang pembatasan eksekutif senior itu 60 tahun saya kira
tetap harus dibuka ruang betul ini Pak Taufiq tadi mengatakan kalau
tidak diberi perkecualian akan jadi problem, undang-undang ini akan
membuat masalah buat kita sendiri. Jadi pengecualian tetap
diberikan ruang dan kemudian akan menjadikan solusi ketika ada
problem yang tidak bisa diatasi, dan mungkin tidak terbayangkan
pada saat kita, tapi saya kira tetap harus ada ruang yang lebih
terbuka. Terima kasih. KETUA RAPAT: Baik saya kira masih ada lagi?
Cukup ya. Saya kira kita secara basicly kita bisa menyelesaikan
masalah ini. Tinggal kita rumuskan kembali. Ternyata di dalam
perjalanannya kita menemui hal-hal yang kata Bu Eddy tadi yang
tidak pas, ini konsep kita sendiri kurang pas, itu bisa terjadi,
itulah gunanya diskusi, jadi semuanya tidak ada yang harga mati.
Yang harga mati adalah kepentingan bangsa dan negara itu harga
mati. Jadi