REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E SEMINAR ARSITEKTUR RA 1372 Puteri Wara Sabrina 3206 100 064 Page | 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Surabaya kota terbesar dan terpadat kedua setelah Jakarta, dengan populasi kependudukan mencapai 3 juta jiwa. Masyarakat yang tinggal di Surabaya tidak hanya ber- ras atau dari suku Jawa saja, namun terdapat suku – suku yang lain. Diantaranya terdapat suku Madura (7.5 %), Tionghoa (7.25%), dan Arab (2.04%). Walaupun berbeda suku, masyarakat Surabaya dapat hidup berdampingan tanpa menyinggung satu sama lain. Selain itu, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajah. 1 Dengan perkembangan yang begitu cepat. Surabaya berdiri dengan gagah, tak mau kalah dengan Jakarta. Gedung pencakar langit tersebar di Surabaya. Mall, mix-used building semakin mudah ditemui di Surabaya pada saat ini. Terlebih dengan slogan pembangunan 1000 tower di Surabaya. 2 Hal yang menjanjikan tampak di depan mata. Para invenstor bersaing menaruh asetnya di kota ke-dua terbesar setelah Jakarta. Pembangunan gedung – gedung tinggi tak cukup hanya di Surabaya bagian barat, investor perlahan – lahan mulai melirik kawasan kota lama untuk di jarah. Daerah jalan koridor Embong Malang salah satunya, hampir seluruhnya berubah menjadi wajah baru bagi Surabaya. Bangunan lama yang menghiasi sisi kanan dan kiri koridor habis di rampok oleh investor. Disulap menjadi mall, hotel dan tempat kesenangan lainnya. ‘Memanjakan’ masyarakat Surabaya untuk terus berperilaku konsumtif. “Museum Pers tidak lama lagi akan rubuh,” salah satu cuplikan dari artikel protocol.com. Yang dalam pembahasannya menyinggung tentang perilaku investor yang ‘sengaja’ merubuhkan bangunan cagar budaya tersebut dengan pembangunan perluasan Tunjungan Plaza Mall. 3 Ada hal yang tidak boleh dilupakan, kekhasan atau jati diri sebuah kota ditentukan oleh bagaimana kita memberikan posisi yang pas terhadap bangunan lama dalam kaitan dengan perkembangan kota. Tanpa bangunan lama, kota tak punya arti bagi warganya, tidak menyimpan ingatan dan nostalgia yang tak mudah diganti oleh unsure lainnya. Tapi juga harus diingat secara tegas, sekali sebuah bangunan (lama) dibongkar, untuk selamanya warga akan kehilangan. 4 Terlepas dari permasalah tersebut, saat ini pemerintah sedang gencar gencarnya melakukan perbaikan dan pengembangan terhadap Surabaya. Salah satunya melakukan pengembangan zona pariwisata di kalimas dan kawasan Surabaya Lama. Dijabarkan dalam
88
Embed
Revitalisasi Kawasan Koridor Kalimas Timur sebagai Objek Wisata
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Surabaya kota terbesar dan terpadat kedua setelah Jakarta, dengan populasi
kependudukan mencapai 3 juta jiwa. Masyarakat yang tinggal di Surabaya tidak hanya ber-
ras atau dari suku Jawa saja, namun terdapat suku – suku yang lain. Diantaranya terdapat
suku Madura (7.5 %), Tionghoa (7.25%), dan Arab (2.04%). Walaupun berbeda suku,
masyarakat Surabaya dapat hidup berdampingan tanpa menyinggung satu sama lain. Selain
itu, Surabaya merupakan pusat bisnis, perdagangan, industri, dan pendidikan di kawasan
Indonesia timur. Surabaya terkenal dengan sebutan Kota Pahlawan karena sejarahnya yang
sangat diperhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan bangsa Indonesia dari
penjajah.1
Dengan perkembangan yang begitu cepat. Surabaya berdiri dengan gagah, tak mau
kalah dengan Jakarta. Gedung pencakar langit tersebar di Surabaya. Mall, mix-used building
semakin mudah ditemui di Surabaya pada saat ini. Terlebih dengan slogan pembangunan
1000 tower di Surabaya.2 Hal yang menjanjikan tampak di depan mata. Para invenstor
bersaing menaruh asetnya di kota ke-dua terbesar setelah Jakarta. Pembangunan gedung –
gedung tinggi tak cukup hanya di Surabaya bagian barat, investor perlahan – lahan mulai
melirik kawasan kota lama untuk di jarah. Daerah jalan koridor Embong Malang salah
satunya, hampir seluruhnya berubah menjadi wajah baru bagi Surabaya. Bangunan lama
yang menghiasi sisi kanan dan kiri koridor habis di rampok oleh investor. Disulap menjadi
mall, hotel dan tempat kesenangan lainnya. ‘Memanjakan’ masyarakat Surabaya untuk
terus berperilaku konsumtif. “Museum Pers tidak lama lagi akan rubuh,” salah satu cuplikan
dari artikel protocol.com. Yang dalam pembahasannya menyinggung tentang perilaku
investor yang ‘sengaja’ merubuhkan bangunan cagar budaya tersebut dengan
pembangunan perluasan Tunjungan Plaza Mall.3
Ada hal yang tidak boleh dilupakan, kekhasan atau jati diri sebuah kota ditentukan
oleh bagaimana kita memberikan posisi yang pas terhadap bangunan lama dalam kaitan
dengan perkembangan kota. Tanpa bangunan lama, kota tak punya arti bagi warganya, tidak
menyimpan ingatan dan nostalgia yang tak mudah diganti oleh unsure lainnya. Tapi juga
harus diingat secara tegas, sekali sebuah bangunan (lama) dibongkar, untuk selamanya
warga akan kehilangan.4
Terlepas dari permasalah tersebut, saat ini pemerintah sedang gencar gencarnya
melakukan perbaikan dan pengembangan terhadap Surabaya. Salah satunya melakukan
pengembangan zona pariwisata di kalimas dan kawasan Surabaya Lama. Dijabarkan dalam
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 2
Surabaya Vision Plan 2005-2025 bahwa Pembaharuan Sungai Kalimas ditempatkan sebagai
prioritas utama dari kota. Tujuh distrik utama di sepanjang sungai telah diajukan untuk
dikembangkan, mulai dari Wonokromo sampai ke daerah pelabuhan saat ini, dan satu
distrik di Jembatan Suramadu. Masing-masing distrik memiliki karakter dan fungsinya
masing-masing dalam ekonomi kota dan struktur sosial.5
Faktor yang dapat membuat kota Surabaya menjadi kota yang lebih baik dari Jakarta,
adalah tak lepasnya kepedulian masyarakat dalam pemeliharaan kota. Karena mau tidak
mau masyarakatlah yang berhubungan langsung dengan kota Surabaya. Tidak hanya para
pejabat yang menduduki pemerintah setempat. Tanpa adanya campur tangan kepedulian
dari masyarakat, sebaik baiknya rencana dari pemerintah tidak akan terlaksana dan berbuah
manis. Jika masyarakat tidak mengambil peran.
I.2 TUJUAN PENYUSUNAN
Penyusunan tugas seminar adalah langkah awal untuk menyiapkan materi yang akan
dijadikan bahan utama sekaligus panduan dalam pengerjaan proyek tugas akhir. Sehingga
tujuan yang ingin dicapai dalam penyusunan seminar ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami objek rancangan melalui informasi yang dihimpun.
2. Memperoleh dasar-dasar teori yang berkaitan dengan objek rancangan.
3. Memperoleh panduan pengerjaan proyek tugas akhir secara komprehensif.
I.3 VISI DAN MISI
I.3.1 VISI
Menjadi wahana rekreasi / jujugan masyarakat setempat atau dari luar kota untuk
menikmati Surabaya dengan cara lain. Sebagai sarana pembelajaran melalui pengalaman
secara langsung. Dengan penyampaian informasi yang komunikatif, lengkap, dan mudah
diakses oleh masyarakat setempat.
I.3.2 MISI
Menyediakan alternative rekreasi dengan cara menikmati Surabaya lama.
Kesejarahan dinikmati dari suasana yang didapat. Nostalgia melalui bangunan lama dan
kuliner khas Surabaya. Dari hal tersebut secara langsung ikut melestarikan bangunan lama
yang menjadi saksi sejarah perkembangan kota Surabaya.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 3
I.4 LINGKUP PEMBAHASAN
Obek rancang yang dipilih adalah Revitalisasi Kawasan Koridor Kalimas Timur. Rancangan
yang ingin dimunculkan nantinya adalah rancangan yang dapat menghidupkan kembali
ramainya koridor tersebut. Yang dulunya penuh dengan hiruk pikuk perdagangan, syarat
dengan sejarah, dan dapat mengakomodir kegiatan masyarakat setempat. Serta
mengembalikan nuansa nostalgia, Surabaya tempo dulu. Dengan bangunan dan kalimasnya.
I.5 METODE PENELITIAN
Pembahasan objek menggunakan metode deskriptif analitis, yaitu :
1. Pengungkapan masalah berdasarkan studi literature, wawancara, dan observasi
lapangan.
2. Pendekatan masalah berdasarkan persyaratan dan standar yang tersedia.
Dalam pembahasan objek, perlu dilakukan pengumpulan data yang akan dianalisa. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pengumpulan data primer melalui wawancara dengan penduduk kampung dan
orang-orang lain yang terlibat di dalamnya.
2. Pengumpulan data sekunder yang dilakukan dengan beberapa cara :
a. Studi Literatur
Pengumpulan data melalui studi literature dilakukan dengan mengumpulkan
informasi yang berkaitan dengan objek bahasan. Informasi dapat diperoleh
dari buku, internet, media cetak atau sumber lain yang sesuai dengan objek
bahasan. Agar sesuai dengan kaidah pengutipan, informasi yang dihimpun
harus disertai dengan sumber data literature. Data – data yang didapat
kemudian digunakan sebagai bahan dalam penyusunan tugas seminar.
b. Obeservasi Pasif
Obervasi Pasif adalah sebuah observasi dimana peneliti mengamati namun
tidak terlibat secara langsung dalam kegiatan tersebut. Observasi pasif ini
dilakukan misalnya melalui studi lapangan untuk mengetahui kondisi tapak
dan sebagainya.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 4
I.6 SISTEMATIKA PENULISAN
Bab I Pendahuluan
Menjelaskan latarberlakang perancangan, tujuan dari pembahasan konsep rancangan,
metode pembahasan dan sistematika pembahasan dalam konsep perancangan terhadap
objek yang dikaji.
Bab II Pengenalan Objek Rancangan
Menjelaskan tentang gambaran umum pemilihan judul. Termasuk di dalamnya adalah
pengertian judul yang dipilih, alas an pemilihan objek rancangan, lingkup pengerjaan objek,
serta ketentuan-ketentuan umum mengenai klasifikasi kampung wisata.
Bab III Kajian Teori dan Studi Kasus Objek Rancangan
Menjelaskan tentang objek – objek yang dipilih sebagai studi kasus yang berkaitan dengan
objek rancang serta pembahasan melalui teori tertentu.
Bab IV Tema Rancangan
Menjelaskan tema yang dipilih, khususnya tentang latar belakang pemilihan tema, definisi
tentang tema yang dipilih, serta prinsip – prinsip dasar rancangan yang akan dipilih dalam
objek rancangan.`
Bab V Studi Kasus Tema
Menjelaskan tentang objek – objek yang dipilih sebagai studi kasus yang berkaitan dengan
pendekatan tema rancangan yang dipilih.
Bab VI Pemilihan Lahan/Lokasi
Membahas tentang lokasi yang akan digunakan. Termasuk di dalamnya adalah kondisi fisik
dan social lingkungan serta peraturan – peraturan yang terkait dengan lokasi objek rancang.
Bab VII Program Rancangan
Menjelaskan tentang program Revitalisasi Kalimas Timur yang akan dirancang, meliputi
organisasi ruang, organisasi kerja, fasilitas dalam objek rancang, serta kebutuhan –
kebutuhan lainnya.
Bab VIII Konsep Rancangan
Membahas tentang fakta, masalah, tujuan , dan kebutuhan yang diambil dalam objek yang
disesuaikan dengan tema dan objek kampung wisata, dan disertai dengan konsep mikro
untuk diterapkan dalam objek rancangan.
Bab IX Rancangan Skematik
Penerapan Secara menyeluruh konsep rancangan dalam sketsa bentuk, tampak dan
potongan.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 5
BAB II
PENGENALAN OBJEK RANCANGAN
2.1 PENGERTIAN JUDUL
2.1.1 Pengertian Revitalisasi
Revitalisasi adalah upaya untuk memvitalkan kembali suatu kawasan atau bagian
kota yang dulunya pernah vital/hidup, akan tetapi kemudian mengalami
kemunduran/degradasi. Skala revitalisasi ada tingkatan makro dan mikro. Proses revitalisasi
sebuah kawasan mencakup perbaikan aspek fisik, aspek ekonomi dan aspek sosial.
Pendekatan revitalisasi harus mampu mengenali dan memanfaatkan potensi lingkungan
(sejarah, makna, keunikan lokasi dan citra tempat) (Danisworo, 2002). Revitalisasi sendiri
bukan sesuatu yang hanya berorientasi pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga
harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya
yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat.
Keterlibatan yang dimaksud bukan sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas
yang memerlukan adanya partisipasi masyarakat, selain itu masyarakat yang terlibat tidak
hanya masyarakat di lingkungan tersebut saja, tapi masyarakat dalam arti luas (Laretna,
2002).
Terjadinya revitalisasi terhadap suatu kawasan tertentu dapat disebabkan oleh beberapa
factor, yaitu :
1. Kekuatan pasar yang menyebabkan tingginya nilai lahan suatu wilayah atau
kawasan untuk kepentingan yang lebih menguntungkan secara komersial.
2. Dorongan untuk perluasan pada sector pelayanan pada daerah yang berkembang
untuk perdagangan dan industry, penambahan layanan penunjang untuk
memenuhi kebutuhan perekonomian. Adapun upaya dalam Revitalisasi sebagai
berikut :
a. Membuka kawasan ke luar, membuka halangan fisik dan non fisik.
b. Meningkatkan kualitas kawasan.
c. Meningkatkan system sirkulasi pengunjung.
d. Menguatkan perekonomian kawasan.
2.1.2 Tinjauan Tentang Revitalisasi
Revitalisasi merupakan rangkaian proses konservasi. Menurut Eko Budiharjo,
konservasi mencakup proses kegiatan mulai preservasi, restorasi, rehabilitasi, rekonstruksi,
adaptasi dan revitalisasi (upaya mengubah suatu lingkungan binaan agar dapat digunakan
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 6
untuk fungsi yang sesuai, tanpa menuntut perubahan drastic). Sedangkan pengertian
konservasi sendiri berlainan menurut masing – masing nara sumber :
1. Konservasi adalah segenap proses pengolahan tempat agar makna, cultural
yang terkandung terpelihara dengan baik ( Muhammad Danisworo, 1989 ).
2. Konservasi adalah semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat guna
mempertahankan suatu wilayah kulturnya. Mencakup semua kegiatan
pemeliharaan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat ( Burra
Carter, 1981 ).
3. Konservasi tidak hanya berhubungan dengan struktur atau tempat
bersejarah, namun dalam pandangan yang lebih luas, juga berarti
pertimbangan untuk keseluruhan dan tempat yang ada, baik sementara
maupun permanen. Hal ini tidak berarti semuanya dipertahankan, namun
lebih melihat nilai atau potensi yang ada baik sisi ekonomis maupun budaya (
Hamid Shirvani, 1985 ).
4. Konservasi merupakan upaya untuk melestarikan suatu lingkungan binaan
sedemikian rupa, sehingga makna lingkungan tersebut dapat dipertahankan,
mengefisiensikan penggunaannya dan mengatur arah perkembangannya di
masa mendatang. ( Sidharta dan Budiharjo, 1989 )
Melakukan revitalisasi di kota lama Surabaya, erat kaitannya dengan bangunan cagar
budaya yang berada di sekitarnya. Berdasarkan Rencana Detail Tata Ruang Kota Surabaya,
pasal 33 mengenai bangunan cagar budaya.
Ayat (1) : Kawasan cagar budaya adalah kawasan yang didalamnya terdapat atau
mengandung bangunan dan lingkungan cagar budaya yang harus dilindungi untuk menjaga
kelestarian bangunan dan lingkungan cagar budaya tersebut.
Ayat (2) : Cagar budaya meliputi :
1. Bangunan cagar budaya adalah benda buatan manusia, bergerak atau tidak bergerak
yang berupa kesatuan atau kelompok, atau bagian – bagiannya atau sisa – sisanya,
yang berumur sekurang – kurangnya 50 tahun serta dianggap mempunyai nilai
penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
2. Lingkungan cagar budaya adalah kawasan di sekitar atau di sekeliling bangunan
cagar budaya yang diperlukan untuk pelestarian bangunan cagar budaya dan atau
kawasan tertentu yang berumur sekurang – kurangnya 50 tahun, serta dianggap
mempunyai nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Berdasarkan RDTRK pasal 52 ayat (3), kawasan wisata kota lama dan cagar budaya berada di
kawasan kota lama Surabaya unit pengembangan (UP) V Tanjung Perak di kawasan
Jembatan Merah dan Kembang Jepun, UP VI Tunjungan dan di sekitar Tugu Pahlawan, Jl.
Tunjungan, Jl. Pemuda, dan Jl. Raya Darmo.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 7
Pelestarian adalah segenap proses pengelolaan suatu tempat dan bangunan atau
artefak agar secara historis, makna cultural yang dikandungnya, terpelihara dengan baik.
Beberapa cara penanganan pelestarian, yang dikutip dari Piagam Burra menunjukkan
tingkatan pemeliharaan bangunan / kawasan yang dilestarikan adalah : Pengawetan
(preservation), pemugaran (restoration), penguatan (consolidation), pembangunan ulang
(reconstruction), pemakaian baru (adaptive reuse/ revitalization), pembuatan kembar
(replication), dan penghancuran (demolition).
Matinya suatu kawasan dapat disebabkan oleh beberapa factor, diantaranya adalah
bahwa kawasan tidak dapat berfungsi secara maksimal bagi kotanya. Salah satu upaya untuk
menghidupkan dan meningkatkan kembali suatu kawasan yang menurun kondisinya adalah
dengan mengembangkan sebagai kawasan wisata yang mengetengahkan keunggulan dan
keunikan kawasan. Kawasan ini pada umumnya memiliki nilai – nilai budaya tinggi,
ditengarai dari sejarah kawasan yang pernah mengalami masa kejayaan. Beberapa kasus
kawasan yang mati memiliki ciri – cirri yang sama, yaitu ditinggikan, dibiarkan tak terawatt
dan atau alih fungsi dengan merombak bangunan – bangunan yang ada, karena dianggap
tidak bernilai ekonomis lagi. Criteria penentu dalam menilai kawasan agar dapat
dikembangkan adalah memiliki sumber kemampuan ekonomi kawasan yang dapat
diandalkan. Untuk dikembangkan sebagai kawasa wisata maka kawasan tersebut harus
memiliki keunikan, memiliki sejarah yang mengingatkan pada suatu kejayaan kawasan,
terdapat peninggalan – peninggalan bernilai tinggi dan masih memungkinkan untuk
dikembangkan. Hal – hal itulah yang akan dijadikan daya tarik kawasan sebagai kawasan
wisata.
Hal – hal yang harus dierhatikan dalam melakukan adaptasi revitalisasi :
1. Mempelajari peluang ekonomi pada kawasan dimana bangunan hendak
diadaptasi untuk melihat kemungkinan masuknya fungsi baru pada bangunan
atau kawasan tersebut.
2. Memilih fungsi / kegunaan pada bangunan yang memiliki dampak negative
yang minimal serta keuntungan yang maksimal, memungkinkan masuk fungsi
baru yang berbeda jauh dengan fungsi semula.
3. Fungsi tersebut harus mampu menyelamatkan bangunan dan lingkungannya.
Dalam menentukan lokasi kawasan yang akan di revitalisasi melalui penataan sebagai
kawasan wisata, pada umumnya terlihat bahwa mengembalikan aktivitas kawasan kembali
ke masa kejayaan tidak mungkin dicapai, namun minimal dengan melalui revitalisasi maka,
konservasi kawasan pada umumnya berhasil dilakukan.
2.1.3 TEORI REVITALISASI dan RANCANGAN KOTA
Sebagai sebuah kegiatan yang sangat kompleks, revitalisasi terjadi melalui beberapa
tahapan dan membutuhkan kurun waktu tertentu serta meliputi hal – hal sebagai berikut :
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 8
1. Intervensi fisik
Intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara
bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik
bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang
terbuka kawasan (urban realm). Mengingat citra kawasan sangat erat kaitannya
dengan kondisi visual kawasan, khususnya dalam menarik kegiatan dan
pengunjung, intervensi fisik ini perlu dilakukan. Isu lingkungan (environmental
sustainability) pun menjadi penting, sehingga intervensi fisik pun sudah
semestinya memperhatikan konteks lingkungan. Perencanaan fisik tetap harus
dilandasi pemikiran jangka panjang.
2. Rehabilitasi ekonomi
Revitalisasi yang diawali dengan proses peremajaan artefak urban harus
mendukung proses rehabilitasi kegiatan ekonomi. Perbaikan fisik kawasan yang
bersifat jangka pendek, diharapkan bisa mengakomodasi kegiatan ekonomi
informal dan formal (local economic development), sehingga mampu
memberikan nilai tambah bagi kawasan kota (P. Hall/U. Pfeiffer, 2001). Dalam
konteks revitalisasi perlu dikembangkan fungsi campuran yang bisa mendorong
terjadinya aktivitas ekonomi dan sosial (vitalitas baru).
3. Revitalisasi sosial/institusional
Keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan
lingkungan yang menarik (interesting), jadi bukan sekedar membuat beautiful
place. Maksudnya, kegiatan tersebut harus berdampak positif serta dapat
meningkatkan dinamika dan kehidupan sosial masyarakat/warga (public realms).
Sudah menjadi sebuah tuntutan yang logis, bahwa kegiatan perancangan dan
pembangunan kota untuk menciptakan lingkungan sosial yang berjati diri (place
making) dan hal ini pun selanjutnya perlu didukung oleh suatu pengembangan
institusi yang baik.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 9
2.1.4 Kawasan Koridor Kalimas Timur
Lokasi yang dipilih dalam proyek ini adalah Surabaya bagian timur, tepatnya koridor Jalan
Kalimas Timur. Yang mana daerah tersebut berdekatan dengan Kampung pecinan dan
Kampung Arab, serta Downtown Old Surabaya.
2.1.4.1 Gambaran Umum
Rencana Pembangunan Sungai telah diwacanakan sebagai hasil Visioning Plan of
Surabaya 2005 – 2025. Yang mengatakan bahwa pembaharuan Sungai Kalimas ditempatkan
Keterangan :
Kampung China
Kampung Arab
Koridor Jalan Kalimas Timur
Down Town Old Surabaya
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 10
sebagai prioritas utama dari kota Surabaya. Tujuh distrik utama di sepanjang sungai telah
diajukan untuk dikembangkan, mulai dari Wonokromo sampai ke daerah pelabuhan saat ini,
dan satu distrik di Jembatan Suramadu. Masing-masing distrik memiliki karakter dan
fungsinya masing-masing dalam ekonomi kota dan struktur sosial.
Empat proyek perintis direkomendasikan di sepanjang pelabuhan untuk
dikembangkan dengan segera, yaitu: daerah-daerah di Jembatan Merah, CBD, Wonokromo
dan Jembatan Suramadu secara umum. Semua proyek perintis ini dianggap penting karena
proyek-proyek ini akan menyediakan dampak yang cepat serta pembaharuan dapat
dikembangkan secara realistis. Dengan strategi ekonomi dan tata guna lahan, proyek-proyek
perintis ini akan menjadi contoh pembagunan yang memberikan teladan bagi berbagai
proyek-proyek kota yang lain di masa mendatang
Koridor Kalimas Timur dikelilingi oleh 3 kawasan penting di Surabaya, yaitu :
Kawasan Kampung Eropa yang berada di Jl. Rajawali, Kawasan Kampung China yang berada
di Jl. Kembang Jepun, Jl. Karet, Jl. Slompretan, dan Kawasan Kampung Arab yang berada di
Kawasan Ampel, Jl. K.H.Mas Mansyur.
Lingkungan Koridor Jalan Kalimas Timur dapat dikatakan tidak memenuhi salah satu
aspek atau komponen dalam objek wisata. Dikarenakan infrastruktur jalan pada koridor
tersebut rusak. Terlebih ketika musim hujan akan dapat dilihat genangan dimana mana.
Yang menimbulkan kondisi jalan becek dan tidak nyaman dilihat. Selain infrastruktur (jalan)
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 11
yang rusak, terdapat tumpukan sampah yang dapat menimbulkan bau tidak mengenakkan
serta kesan kumuh. Disisi “entrance” dari jalan benteng letak utama penumpukan sampah –
sampah, dan jika masuk dari sisi Jembatan Merah dapat dilihat rumah warga yang berada di
garis sepadan sungai yang menghalangi pandangan langsung ke kalimas. Sering ditemui
kegiatan warga setempat yang berdekatan dengan pasar, melakukan pengasapan dan
packing di jalan umum. Sehingga menganggu sirkulasi jalan orang yang akan lewat.
Berikut fakta yang ditemukan dilapangan :
1. Koridor Kalimas Timur berada di kawasan Jembatan merah yang mempunyai nilai
sejarah dan daerah kya-kya.
2. Truk-truk pengangkut barang sering melalui jalan kalimas timur ini. Dikarenakan
masih terdapat gudang dan pabrik di daerah sekitar.
3. Jalanan rusak. Terlebih material jalan yang digunakan berupa tanah.
4. Perubahan fungsi bangunan. Contohnya Bangunan tua yang tidak terpakai dijadikan
tempat tinggal oleh masyarakat.
5. Mayoritas penduduk koridor Kalimas Timur adalah Etnis Madura. Yang bermata
pencaharian sebagai nelayan, tukang tambang (kapal tambang yang
menghubungkan kalimas timur dengan kalimas barat).
6. Terdapat banyak bangunan liar disekitar bantaran Kalimas.
7. Pengaturan tiang listrik dan lampu berserakan.
8. Penumpukan sampah yang tidak pada tempatnya.
9. Lingkungan yang kumuh karena sampah yang bertumpukan dan banguna di bantaran
kalimas.
10. Banyak bangunan tua yang tidak terawat. Padahal bisa menarik perhatian
masyarakat jika dirawat dengan baik.
11. Bangunan tua tidak hanya berada di area depan Kalimas Timur, namun hingga masuk
ke dalam kampong – kampong yang berada di koridor kalimas Timur.
12. Koridor kalimas timur berdekatan dengan Pasar Pabean.
13. Ketika sore hari aktivitas masyarakat disibukkan oleh pengasapan ikan dan
pengepakan ikan yang akan dijual.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 12
Batasan Rancangan
Panjang Koridor Kalimas Timur adalah 1.412.0948 (1km lebih 412m sekian). Sedangkan
daerah yang akan diambil untuk dirancang memiliki panjang sekitar 1km. Dari mulut
Jembatan Merah hingga Kalimas Hilir(warna biru). Dikarenakan sepanjang koridor tersebut
masih dapat ditemui bangunan lama yang menarik dan berpotensi untuk dipoles lagi.
2.1.5 Pengertian Wisata
Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi , pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu
sementara.
Sedangkan menurut Webster perlu dibedakan pengertian antara trip, tour, excursion
dan journey, agar tidak terjadi masalah pengertian dan salah paham. Adapun pengertian
dari kata – kata tersebut, adalah :
Trip :Perjalanan pendek atau berkendara untuk suatu hal yang
sifatnya bersenang –senang.
Tour :Perjalanan berkeliling dan mengunjungi beberapa tempat.
Excursion :Memilih perjalan ke suatu tempat, biasanya dilakukan
beramai – ramai untuk tujuan tertentu.
Journey :Perjalanan jauh dengan tujuan yang khusus.
Menurut bahasa Sansekerta, pariwisata terdari dari dua kata yaitu “pari” yang berarti
banyak, berkali – kali, lengka dan “wisata” yang berarti perjalanan, bepergian. Jadi arti
Suatu lokasi wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus
memenuhi syarat – syarat untuk pengembangan daerahnya. Menurut Aryani (1997 : 11),
syarat – syarat tersebut adalah :
Beberapa muka bangunan lama yang masih bias dilihat dan dinikmati di koridor kalimas
timur. Namun perlu adanya perbaikan dan perawatan lebih lanjut.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 13
1. Something to see ; artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata yang
berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan daerah itu harus memiliki daya
tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi
wisatawan.
2. Something to do ; artinya ditempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan
disaksikan, harus pula disediakan berbagaia fasilitas yang dapat membuat
wisatawan betah tinggal lebih lama ditempat itu.
3. Something to buy ; artinya ditempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk
berbelanja (shopping) terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai
oleh oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal.
4. How to arrive ; termasuk didalamnya aksesibilitas, yaitu bagaimana wisatawan
mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan
berapa lama tiba ditempat wisata itu.
5. How to stay ; artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara waktu
selama ia berlibur di objek wisata itu. Untuk itu diperlukan adanya penginapan –
penginapan baik hotel, losmen dan sebagainya.
Sedangkan menurut direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia, menyebutkan
berkembangnya pariwisata sangat tergantung pada empat factor yaitu :
1. Atraction (daya tarik) dapat dibedakan menjadi :
a. Site attraction (tempat, misalnya tempat dengan iklim yang baik,
pemandangan indah ataupun tempat – tempat bersejarah).
b. Event attractions (kejadian/peristiwa, misalnya konggres, pameran atapun
peristiwa – peristiwa olahraga, festival).
2. Amenities (fasilitas) yang dimaksud dengan tersedianya fasilitas seperti tempat
tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi local yang memungkinkan
wisatawan bepergian di tempat pariwisata tersebut serta alat – alat lain untuk
komunikasi.
3. Accessibility (kemudahan dalam mencapai) yang dimaksud adalah tempatnya
tidak terlalu jauh, tersedianya transport ke lokasi tersebut secara terarut, sering,
murah, nyaman dan aman.
4. Tourist organization, untuk menyusun suatu kerangka pengembangan
pariswisata, mengatur industry pariwisata serta mempromosikan daerah itu
sehingga di kenal orang.
2.1.5 Kesimpulan
Dengan mengambil intisari dari setiap definisi di atas, dapat dikatakan bahwa Revitalisasi
Kawasan Koridor Kalimas Timur sebagai Objek Wisata adalah suatu kawasan yang di
hidupkan kembali ‘keramaiannya’ dengan mempertimbangkan aspek – aspek revitalisasi
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 14
dan aspek pariwisata. [Menghidupkan kembali dengan menjadikan tempat tersebut salah
satu tujuan wisatawan].
2.2 ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Pemilihan Revitalisasi Koridor Kalimas Timur sebagai Objek Wisata didasarkan pada
adanya peluang wisata terhadap daerah tersebut dan karena letaknya yang sangat strategis
[karena berada dekat dengan Kalimas, Kampung China, Kampung Arab, dan Kampung
Eropa]. Koridor Kalimas Timur adalah salah satu koridor yang penting pada jaman dulu.
Karena pada jaman dulu, koridor kalimas timur masih hidup dengan perdagangan yang
ramai. Perkampungan yang melengkapi koridor tersebut masih ‘hidup’. Berbeda dengan
keberadaan saat ini, memang perkampungan masih tetap ramai, namun kebanyakan rumah
tinggal yang ada telah beralih fungsi sebagai pergudangan. Selain itu, kalimas yang berperan
penting pada jaman dulu, kini pasif. Tidak ada arus lalu lintas pada kalimas, dikarenakan
kebanyakan orang telah berpindah transportasi ke kendaraan bermotor. Beberapa hal
tersebutlah yang membuat koridor kalimas timur sepi dan cenderung menjadi daerah
negative.
2.3 LINGKUP PELAYANAN
2.3.1 Jenis Kegiatan dan Sasaran
Daerah yang akan dijadikan sebagai tempat Wisata adalah Koridor Kalimas Timur dengan
kampung yang berada disekitarnya. Kampung Gg Kalimas Udik, Kalimas Gg Madya. Yang
berhubungan langsung dengan koridor jalan K.H Mas Mansyur. Di dalam kampung tersebut
banyak bangunan – bangunan lama yang ditempat tinggali oleh berbagai etnis, seperti China
dan Arab.
Adapun jenis jenis kegiatan dalam Revitalisasi Koridor Kalimas Timur sebagai Objek Wisata,
yaitu :
1. Menikmati suasana Surabaya lama dengan Jalan kaki / sepeda onthel / becak.
2. Perdagangan
3. Menyuguhkan kuliner khas Surabaya.
4. Pertunjukkan seni
5. Pameran (Main Character : History of Surabaya)
6. Wisata Air
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 15
Dari kegiatan diatas, fasilitas yang dibutuhkan adalah :
1. Foodcourt / Resto & Café
2. Street Café
3. Market
4. Pusat Oleh – oleh
5. Ampitheater
6. Gallery
7. Tourist Information
8. Promenade
9. Lahan Parkir
Sasaran dalam Kampung Wisata ini adalah : Masyarakat Indonesia pada Khususnya, dan
Masyarakat Asing pada umumnya.
FASILITAS KOMERSIAL
FASILITAS EDUKASI
FASILITAS PENUNJANG
FASILITAS REKREASI
FASILITAS PENUNJANG
FASILITAS
REKREASI
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 16
BAB III
KAJIAN TEORI DAN STUDI KASUS OBJEK RANCANGAN
3.1 TEORI YANG DIPAKAI DALAM KAJIAN STUDI KASUS
3.1.1 Penerapan Penyataan – pernyataan dalam pariwisata Aryani mengatakan bahwa suatu kawasan dapat dikatakan sebagai tempat wisata jika
memenuhi aspek – aspek berikut :
1. Something to see ; artinya ditempat tersebut harus ada objek wisata yang
berbeda dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan daerah itu harus memiliki daya
tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi
wisatawan.
2. Something to do ; artinya ditempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan
disaksikan, harus pula disediakan berbagaia fasilitas yang dapat membuat
wisatawan betah tinggal lebih lama ditempat itu.
3. Something to buy ; artinya ditempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk
berbelanja (shopping) terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai
oleh oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal.
4. How to arrive ; termasuk didalamnya aksesibilitas, yaitu bagaimana wisatawan
mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan
berapa lama tiba ditempat wisata itu.
5. How to stay ; artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara waktu
selama ia berlibur di objek wisata itu. Untuk itu diperlukan adanya penginapan –
penginapan baik hotel, losmen dan sebagainya.
Dan direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia, menyebutkan berkembangnya
pariwisata sangat tergantung pada empat factor yaitu :
1. Atraction (daya tarik) dapat dibedakan menjadi :
c. Site attraction (tempat, misalnya tempat dengan iklim yang baik,
pemandangan indah ataupun tempat – tempat bersejarah).
d. Event attractions (kejadian/peristiwa, misalnya konggres, pameran atapun
peristiwa – peristiwa olahraga, festival).
2. Amenities (fasilitas) yang dimaksud dengan tersedianya fasilitas seperti tempat
tempat penginapan, restoran, hiburan, transportasi local yang memungkinkan
wisatawan bepergian di tempat pariwisata tersebut serta alat – alat lain untuk
komunikasi.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 17
3. Accessibility (kemudahan dalam mencapai) yang dimaksud adalah tempatnya
tidak terlalu jauh, tersedianya transport ke lokasi tersebut secara terarut, sering,
murah, nyaman dan aman.
4. Tourist organization, untuk menyusun suatu kerangka pengembangan
pariswisata, mengatur industry pariwisata serta mempromosikan daerah itu
sehingga di kenal orang.
3.2 STUDI KASUS : KAMPUNG SENI NITIPRAYAN
3.2.1 Pembahasan Umum dan Fakta – Fakta Objek Studi Kasus
Nama Objek : Kampung Seni Nitiprayan
Lokasi : Bantul, D.I.Yogyakarta
Gambaran Umum
Kondisi Geografis
Kampung Seni Nitiprayan memiliki kondisi geografis yang tidak terlalu berbeda pada dusun
lainnya. Terdapat sungai kecil yang membelah menjadi batas antara Kampung Seni
Nitiprayan dengan Kampung Jomegatan. Dua kampung ini, terutama Nitiprayan, juga
memiliki berpetak-petak sawah menghampar yang masih produktif. Dari luas dua kampung
yang secara keseluruhan sekitar 64,5 hektar, sepertiga di antaranya – sekitar 20-21 hektar –
terdiri dari lahan persawahan. Namun dalam beberapa tahun terakhir arealnya terus
terkurangi oleh kehadiran rumah juga perumahan yang dibangun oleh perorangan atau
developer.
History
Menurut seorang pengamat budaya Jawa, Radeng Pangeran Adipati (RPA) Suryanto
Sastroatmojo, asal – usul kampung Nitiprayan diduga berasal dari nama Ngabehi Nitipraya,
seorang abdi dalem kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan sekaligus pimpinan sebuah
pasukan kecil yang kemudian dipercaya sebagai “lurah” di daerah yang kini dikenal dengan
nama NItiprayan. Jabatan ini disandang oleh Ngabehi Nitipraya pada masa pemerintahan Sri
Sultan Hamengkubuwono VII yang memerintah pada tahun 1877 – 1921.
Pada awalnya, Kampung Nitiprayan tak ubahnya seperti kampung – kampung di
wiliayah Bantul, Yogyakarta. Hanya satu pembeda yang dimiliki oleh kampung Nitiprayan,
yaitu banyaknya seniman yang tinggal di kampung ini. Perubahan itu terjadi ketika seorang
perupa bernama Ong Hari Wahyu, yang telah tinggal di kampung NItiprayan sejak tahun
1979, mempunyai gagasan untuk membuat kampung NItiprayan sebagai “panggung seni.”
Pria lulusan Institusi Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang akrab disapa Ong ini, mencoba
membuat sebuah terobosan baru dengan mempolarisasikan sebuah kampung yang sarat
nuansa seni, mulai dari penduduk, lingkungan sekitar, sampai kegiatan sehari – hari.
SEMINAR ARSITEKTUR
RA 1372
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 18
Dalam perjalanannya Ong dan masyarakat Kamppung Nitiprayan berhasil membuat
kampungnya menjadi kampung Seni. Dengan menjadikan Nitiprayan sebuah “panggung,
galeri sekaligus laboratorium kreatif”.
Dalam pernyataan Aryani 1997 : 11
Something to see :
Kampung Seni Nitiprayan memiliki 2 event kesenian. Formal dan Informal. Event formal
yang dijadwalkan secara rutin seperti kenduri seni yang diselenggarakan setahun sekali,
pada bulan September ataupun Oktober. Selain itu, seniman dari mana saja bisa menggelar
pertunjukkan ataupun pameran. Waktunya tidak tentu, dan lokasinya juga tidak tentu. Bisa
di tengah sawah, di balai kelurahan, atau di jalan – jalan.
Kenduri Seni yang diadakan setiap bulan September ataupun Oktober. Doc.
wisatawan setempat saat ditemui akhir pekan lalu di Kota Tua,
Jakarta. *Sumber : Internet
How to arrive :
Jakarta kota dekat dengan Staisun Jakarta kota yang masuk ke dalam kawasan tersbut. Jadi
wisatawan dapat langsung menjejakkan kakinya untuk berpetualang. Selain itu moda
transportasi juga melewati kawasan Jakarta kota. Diantaranya Bajaj, Angkutan Umum
(bemo), Bus kopaja, dan Busway.
How to stay :
Di kawasan Jakarta Kota banyak ditemukan tempat untuk menginap. Banyak hotel dengan
menggunakan gedung tua yang bisa di jadikan tempat istirahat. Sembari istirahat dapat
menikmati keindahn gedung tersebut.
Dalam pernyataan direktorat Jendral Pariwisata Republik Indonesia :
Attraction (daya tarik)
Site attraction
Kota Tua Jakarta Juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta, Indonesia. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi Jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa Malaka). Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.
^ Angkutan umum yang ada di Jakarta dan melewati Kawasan kota Tua. *Sumber : Internet
REVITALISASI KAWASAN KORIDOR KALIMAS TIMUR SEBAGAI OBJEK WISATA
TEMA : S P I R I T O F T H E T I M E
Puteri Wara Sabrina
3206 100 064
Page | 30
Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Event attractions
Event yang ada di kawasan ini tidak hanya dari pemerintah, namun dari masyarakat Jakarta
maupun luar Jakarta yang menggunakan Kawasan Kota Tua sebagai tempat
terselenggaranya acara.
Beberapa contoh event yang dapat dinikmati di kawasan kota tua Jakarta, diantaranya :
Batavia Arts Festival 2011
Gebyar Fatahillah 2011
Passer Ikan Fair 2011 - 12 Desember 2011
Amenities (fasilitas)
Fasilitas makan seperti resto dan café. Dapat ditemui dengan mudah dikawasan Jakarta Kota
tua. Dari warung makan hingga yang harganya juga tidak main main. Contohnya Café
Batavia. Dengan interior yang cantik, pengunjung tidak hanya disuguhi makanan yang
berkelas, namun interior yang cantik nan anggun.
^ beberapa gambaran acara yang ada di Kawasan kota Tua. *Sumber : Internet
^ Gambar sebelah kiri adalah interior Café Batavia sedangkan yang sebelah kanan