Top Banner

of 21

REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

Mar 02, 2018

Download

Documents

aziza
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    1/21

    1

    MAKALAH

    ASPEK FILSAFAT ISLAM

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi Islam

    Disusun oleh:

    Kelompok 2

    Syarif Pujiantoro 11151020000102

    Tina Yuliana 11151020000098

    Anggita Cahya Utami 11151020000063

    Maghfira Deswita 11151020000078

    Dosen Pengampuh : Siti Nadroh M, Ag

    PROGRAM STUDI FARMASI

    FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU KESEHATAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    MARET 2016

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    2/21

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.

    Latar Belakang

    Zaman telah berganti dan perkembangan ilmu pengetahuan semakin maju dalam

    bidangnya masing-masing tak terkecuali ilmu filsafat. Pada zaman dahulu, konon ilmu ini

    milik orang Kaldan, Iraq. Kemudian berpindah kepada orang Mesir selanjutnya

    berpindah lagi pada orang Yunani. Beberapa kurun waktu dan setelah mengalami

    penerjemahan, ilmu ini berpindah lagi kepada orang Suryani selanjutnya pada orang

    Arab. Sehingga sekarang muncullah apa yang disebut filsafat islam. Ilmu ini tetap

    diajarkan karena para filosof (orang yang menguasai ilmu filsafat) berpendapat bahwa

    ilmu ini merupakan keutamaan, sumber segala ilmu, induk semua ilmu, sumber segala

    hikmah dan sumber kecakapan manusia. Jadi, penyusunan makalah ini kami kira menjadi

    penting untuk memberikan wawasan mengenai ilmu filsafat islam.

    B.Rumusan Masalah

    1. Apa itu Filsafat dan Filsafat Islam ?

    2. Apa perbedaan Filsafat Islam dengan Filsafat Barat?

    3. Apa latar belakang munculnya Filsafat Islam serta siapa tokoh-tokoh dalam Ilmu

    Filsafat Islam?

    4. Apa sajakah pokok-pokok masalah yang dibahas Filsafat Islam?

    5. Bagaimana kita menyikapi perbedaan pendapat para filosof Islam dan apa

    manfaatnya bagi kehidupan?

    C.Tujuan Penulisan

    1. untuk mengetahui pengertian Filsafat dan Filsafat Islam

    2. untuk mengetahui perbedaan Filsafat Islam dengan Filsafat Barat

    3. untuk mengetahui latar belakang munculnya Filsafat Islam serta siapa tokoh-

    tokoh dalam Ilmu Filsafat Islam

    4. untuk mengetahui pokok-pokok masalah yang dibahas Filsafat Islam

    5. untuk mengetahui sikap kita menyikapi perbedaan pendapat para filosof Islam dan

    manfaatnya bagi kehidupan

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    3/21

    3

    BAB II

    FILSAFAT ISLAM

    A.Pengertian Filsafat dan Filsafat Islam

    Filsafat berasal dari kata Yunani yaituphilosdansophia. Philos yang berarti cinta dan

    dalam arti luas yang berarti keinginan. Sedangkan sophia yang berarti kebenaran atau

    kebijaksanaan. Secara etimologi filsafat berarti cinta pada kebijaksanaan atau kebenaran.

    Hasan Sadzili mengatakan bahwa filsafat adalah cinta akan kebenaran1.Jadi, filsafat adalah

    cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan.

    Menurut Moh. Hatta dan Langeveld, filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orangmemiliki titik tekan yang berbeda dalam mendefinisikannya. Oleh karena itu, beliau

    membiarkan seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkannya sendiri.2

    Plato menyebut Socrates sebagai seorang philosophos (filosof), yakni pecinta kebijaksanaan.

    Sebelum Socrates, ada suatu kelompok yang menyebut diri mereka sophist (kaum sofis) yang

    berarti para cendekiawan.3

    Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang

    segala yang ada. Menurut Aristoteles filsafat adalah menyelidiki sebab dan azas segala benda.

    Karena itu, Aristoteles menamakan filsafat dengan teologi atau filsafat pertama. Karena

    itu Aristoteles menyimpulkan bahwa setiap gerak di alam ini digerakkan oleh yang lain, dari

    hasil pemikirannya secara komprehensif sesuatu yang bergerak tentu tidak terlepas dari

    sesuatu yang bermateri tentulah dua yang berpotensi untuk bergerak.4

    Al-Farabi mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang alam yang maujud

    dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.5

    Menurut Sultan Takdir Alisjahbana

    berpendapat bahwa filsafat adalah berpikir dengan insaf.6 Fuad Hasan berpendapat, bahwa

    filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal dalam arti mulai dari radixnya sesuatu

    1Ahmad Tafsir, Filsafat Umum, (Bandung: PT.Remaja Rosdakarya 1990), h. 8.

    2Ibid, h. 432

    3Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1973), h. 23.

    4K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Kanisius 1981), h. 155

    5Ibid, h. 43

    6Amsal Bakhtiar, Tema-tema Filsafat Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2005), h. 9.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    4/21

    4

    gejala, dari akarnya sesuatu yang hendak dipermasalahkan. Dan dengan jalan penjagaan yang

    radikal itu filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan yang universal.7

    Filsafat adalah pandangan yang menyuluruh dan sistematis, dikatakan begitu karena

    filsafat bukan hanya sekedar pengetahuan, melainkan suatu pandangan yang dapat menembus

    sampai dibalik pengetahuan itu sendiri. Dikatakan sistematis karena filsafat menggunakan 2

    metode berfikir secara sadar, teliti, teratur, serta sesuai dengan hukum-hukum yang ada.

    Adapun filsafat Islam adalah pemikiran-pemikiran filsafat yang memberikan kontribusi pada

    Islam dan sebaliknya Islam menggunakan filsafat untuk memperkuat prinsip-prinsip agama.

    Salah satu prinsip dalam filsafat adalah berpikir radikal, yang berujung pada pengakuan

    bahwa alam ini disebabkan oleh suatu zat yang tidak tergantung siapapun. Dalam bahasa

    agama zat tersebut adalah Tuhan.

    B.Perbedaan filsafat Islam dan filsafat barat

    Banyak pendapat yang mengatakan bahwa filsafat lahir dari Yunani, namun ada juga

    yang mengatakan bahwa filsafat dimulai dari Islam. Ada lagi yang berpendapat asal mula

    filsafat dari gabungan keduanya.

    Filsafat Barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosof Barat sejak abad

    pertengahan sampai abad modern. Sedangkan Filsafat Islam adalah berpikir bebas, radikal dan

    berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan karakter yang menyelamatkan dan

    kedamaian hati.

    Perjalanan filsafat Barat dimulai dari masa Yunani Kuno, yang terfokus pada

    pemikiran asal kejadian alam secara rasional. Segala sesuatu harus atas dasar logika.

    Kemudian masa abad pertengahan filsafat berubah arah menjadi bersifat teosentrik, segala

    kebenaran ukurannya adalah ketaatan pada Gereja. Maka mereka banyak yang berasal dari

    kalangan pendeta (agamawan). Pada perjalanan berikutnya para pendeta dogmatis itu

    ditinggal para ilmuwan yang kemudian beralih pada pemikiran yang bercorak bebas, radikal,

    dan rasional yang realis.

    Filsafat Islam segala bentuk pemikiran ilmuwan muslim yang mendalam secara

    teoritis maupun empiris, bersifat universal yang berlandaskan Wahyu. Filsafat Islam

    7Amsal Bakhtiar, Tema-tema Filsafat Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2005), h. 10.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    5/21

    5

    merupakan pengembangan filsafat Plato dan Aristoteles yang telah dilandasi dengan ajaran

    Islam dan memadukan antara filsafat dan Agama, filsafat yang berciri religius dan berusaha

    sekuat tenaga memasukkan teks agama dengan akal.

    Tujuan Filsafat barat dan filsafat islam sebenarnya hampir sama. Namun karena

    terjadinya perbedaan agama maka pada filsafat islam ada yang membatasinya, yaitu

    menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan mempergunakan akal sampai

    pada hakikatnya, jadi dalam filsafat objeknya tidak membatasi diri. Dalam filsafat membahas

    tentang objeknya sampai kedalamannya, sampai ke radikal dan totalitas.

    C.Latar Belakang Lahirnya Filsafat Islam, dan Tokoh-tokohnya

    Sejarah filsafat Islam tidak dapat dilepaskan dari filsafat Yunani. Filsafat Yunani

    dikembangkan oleh Alexander Agung yang sering juga dikenal Iskandar Zulkarnain.

    Alexander Agung adalah Raja Macedonia yang juga merupakan murid dari Aristoteles. Cita-

    cita Alexander ingin menguasai Mesir karena Mesir dianggap tempat yang strategis untuk

    mengembangkan kekuasaan dan peradaban. Ternyata keinginannya terwujud, sehingga dia

    tidak hanya menguasai Mesir, tetapi juga Syiria dan sebagian India.

    Alexander mencoba memperkenalkan filsafat dan budaya Yunani di daerah jajahannya

    dengan cara menganjurkan para prajurit dan intelektual Yunani untuk mengawini penduduk

    setempat sehingga mereka betah hidup di tempat yang dikuasai. Transformasi inilah yang

    menjadi cikal bakal perkembangan filsafat dan peradaban Yunani di luar wilayah Yunani.

    Karena itu, tidak heran wilayah yang dikuasainya lebih maju dibandingkan dengan Yunani

    sendiri. Peradaban Yunani lebih berkembang di Mesir, Syiria dan Yudinsapur. Perkembangan

    peradaban filsafat Yunani di luar Yunani disebut Hellenisme.

    Hellenisme memiliki pengaruh masuknya filsafat dalam Islam. Sebab, ketika Islam

    berhasil menaklukan Mesir, Syiria dan Baghdad, wilayah tersebut sudah maju oleh peradaban

    Yunani. Pada masa al-Mamun, Harun al-Rasyid dan al-Amin berusaha mengembangkan

    tradisi tersebut dengan memberikan dorongan dan intensif yang cukup besar bagi

    perkembangan filsafat dan ilmu. Jadi dapat dikatakan bahwa perhatian khalifah yang begitu

    besar bagi perkembangan ilmu dan filsafat merupakan salah satu faktor peradaban Islam maju

    dan dapat dibanggakan. Disamping itu, ayat-ayat Al-Quran mendorong umat Islam untuk

    selalu memaksimalkan daya akalnya. Perjumpaan tradisi Islam dengan tradisi-tradisi yang

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    6/21

    6

    sudah maju merupakan faktor lain yang cukup dominan dalam memberikan kontribusi positif

    bagi kemajuan ilmu dan filsafat di dunia Islam. Kemajuan Islam relatif mudah diraih karena

    bibit kemajuan sudah berkembang di wilayah tersebut. Begitu juga filosof dan ilmuwan

    muslim bermunculan seiring dengan kemajuannya.83

    Tokoh filosof Islam yang terkenal di dunia sangatlah banyak, namun beberapa tokoh

    yang sudah banyak dikenal antara lain :

    1. AL-KINDI

    Falsafat baginya adalah pengetahuan tentang yang benar. Tuhan dalam falsafatnya tidak

    mempunyai hakikat dalam arti aniyahmaupun hamiyah.Tidak aniyah karena Tuhan tidak

    masuk dalam benda-benda yang ada dalam alam. Tidak hamiyah karena Tuhan tidak

    merupakan genus atau species. Sesuai paham dalam Islam, Tuhan bagi Al-Kindi adalah

    pencipta dan bukan penggerak pertama sebagaimana pendapat Aristoteles.9

    2. AL-RAZI

    Seorang rasionalis yang hanya percaya pada kekuatan akal dan tidak percaya pada wahyu

    dan perlunya Nabi-nabi. Ia berkeyakinan bahwa akal manusia kuat untuk mengetahui

    yang baik dan yang buruk, untuk tahu pada Tuhan dan mengatur hidup manusia di dunia

    ini.10

    3. AL-FARABI

    Berkeyakinan bahwa falsafat tak boleh dibocorkan dan sampai ke tangan orang awam.

    Oleh karena itu, para filosof harus menuliskan pendapat-pendapat dalam gaya bahasa

    yang gelap agar jangan diketahui oleh sembarang orang. Ia mengatakan bahwa agama

    dan falsafat tidak bertentangan, keduanya sama-sama membawa kepada kebenaran.11

    4. IBN THUFAIL

    8Amsal Bakhtiar, Tema-tema Filsafat Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Pers, 2005), h. 15.

    9Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 17.

    10Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 26.

    11Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 35.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    7/21

    7

    Menurutnya, filsafat dan agama adalah selaras, bahkan merupakan gambaran dari hakikat

    yang satu. Yang dimaksudkan agama di sini adalah batin dan syariat. Dia juga

    menyadari adanya perbedaan tingkat akal antara sesama manusia.

    5. IBN RUSYD

    Sebagai filsuf besar, juga memikirkan, membahas dan memecahkan masalah-masalah

    yang pernah dipikirkan oleh filsuf-filsuf sebelumnya. Ia tidak menerima begitu saja

    pikiran-pikiran mereka, tetapi mereka menerima yang setuju dan menolak yang

    sebaliknya.

    6. NASHIRUDDIN THUSI

    Filsafat pertama meliputi alam semesta dan hal-hal yang berhubungan dengan alam

    semesta. Termasuk dalam hal ini pengetahuan tentang ketunggalan dan kemajemukan,

    kepastian dan kemungkinan, esensi dan eksistensi, kekekalan dan ketidakkekalan. Bagi

    dia Tuhan tidak perlu dibuktikan secara logis. Eksistensi Tuhan harus diterima dan

    dianggap sebagai postulat, bukannya dibuktikan. Mustahil bagi manusia yang terbatas

    untuk memahami Tuhan di dalam keseluruhan-Nya, termasuk membuktikan eksistensi-

    Nya.12

    7. SUHRAWARDI AL-MAQTUL

    Menggunakan istilah atau lambang yang berbeda dari biasanya dipahami orang banyak.

    Seperti barzah, tidak berkaitan dengan persoalan kematian. Namun istilah tersebut adalah

    ungkapan pemisah antara dunia cahaya dengan dunia kegelapan. Timur dan Barat tidak

    berhubungan dengan letak geografisnya, tetapi berlandaskan pada penglihatan horizontal

    yang memanjang dari Timur ke Barat. Jadi, makna Timur diartikan sebagai Dunia Cahaya

    atau Dunia Malaikat yang bebas dari kegelapan dan materi, sedangkan Barat adalah

    Dunia Kegelapan dan Materi. Barat Tengah adalah langit-langit yang menampakkan

    pembauran antara cahaya dengan sedikit kegelapan. Timur yang sebaliknya adalah apa

    yang berada dibalik langit yang kelihatan, dan apa yang di atasnya, maka batas antara

    Timur dan Barat bukanlah falak bulan seperti dalam filsafat Aristotelian, tetapi ia adalah

    langit bintang-bintang tetap, atau penggerak yang tidak bergerak.13

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    8/21

    8

    8. MULLA SHADRA

    Menurutnya, filsafat dibedakan menjadi dua pembagian utama yaitu :

    1) Bersifat teoritis, yang mengacu kepada pengetahuan tentang segala sesuatu

    sebagaimana adanya. Perwujudannya tercermin dalam dunia akal, termasuk jiwa

    didalamnya sebagaimana yang dikemukakan oleh Al-Farabi dan Ibn Sina.

    2) Bersifat praktis, yang mengacu pada pencapaian kesempurnaan-kesempurnaan yang

    cocok bagi jiwa. Perwujudannya adalah mendekatkan diri kepada Tuhan. Ia juga

    meyakini adanya titik temu antara filsafat dan agama sebagai kesatuan kebenaran

    yang dapat dibuktikan melalui mata rantai historis yang berkesinambungan dari

    Adam sampai Ibrahim, orang-orang Yunani, para sufi Islam dan para filsuf.14

    D. Pokok-pokok yang dibahas dalam filsafat Islam

    1. Emanasi

    Emanasi adalah teori yang dikemukakan oleh Plotinus, yang terkenal dengan

    sebutan aliran Neo-Platinisme. Prinsip teori emanasi adalah penjelasan tentang

    munculnya yang banyak dari yang satu atau terjadinya alam dari sumber yang pertama.

    Dalam bahasa agama sering dinamakan dengan penciptaan, yakni bagaimana Tuhan

    menciptakan alam ini. Proses ini merupakan proses otomatis tanpa kehendak, bagaikan

    munculnya panas dari api dan cahaya dari matahari. Persoalan tentang terciptanya alam

    merupakan persoalan parenial yang sampai saat ini belum terpecahkan secara baik. Al-

    Farabi, Filosof muslim yang terkenal menguraikan teori emanasi secara lebih rinci. Al-

    Farabi menggunakan teori emanasi, yang dalam bahasa arab disebut nazhariyat Al-faidh

    (teori limpahan). Karena sesuatu kalau sudah sempurna akan melimpah, bagaikan gelas

    jika terus diisi dengan air akan melimpah. Begitu juga Tuhan yang maha sempurna akan

    melimpah dari dirinya kesempurnaan juga.4

    2. Jiwa/ruh

    13

    Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 146.14

    Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1999), h. 174.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    9/21

    9

    Jiwa dalam bahasa arab disebut dengan nafs atau ruh, sedangkan dalam bahasa

    inggris soul atau spirit adalah unsur immateri dalam diri manusia. Jiwa tidak dapat

    dipisahkan dari tubuh, begitu juga sebaliknya karena tanpa salah satu dari keduanya,

    seseorang tidak dapat dikatakan manusia. Kendati jiwa adalah unsur pokok dalam diri

    manusia, persoalan hakikat jiwa, hubungan jiwa dengan badan dan keabadian jiwa tidak

    mudah dipecahkan. Karena itu, tidak heran para ahli agama, filosof, sufi, dan psikolog

    sampai sekarang masih terus berusaha mengkaji dan mendalami tentang eksistensi jiwa.

    Dalam kitab-kitab suci agama pun, ungkapan jiwa termasuk bahasan yang penting karena

    terkait dengan kepercayaan pokok, yaitu percaya akan hari akhirat, yang didalamnya

    terkandung makna keabadian jiwa.

    Dalam Al-Quran, jiwa diungkapkan denga kata nafs atau ruh, yang artinya tidak

    selalu sama karena nafssendiri tidak satu artinya, ada yang berarti jiwa, hati, dan jenis.

    Sedangkan ruh yang berarti jiwa, malaikat jibril, dan wahyu. Kendati terdapat persamaan

    arti antara nafsdan ruh, dalam mujam Al-wasith, ruh dan nafs dibedakan. Ruh adalah

    yang menghidupkan nafs dan esensi ruh lebih halus daripada nafs. Pengertian ini

    tampaknya diperkuat oleh M. Quraish Shihab, yang mengatakan bahwa nafsdalam Al-

    Quran menggambarkan totalitas manusia atau kepribadian seseorang yang

    membedakannya dengan orang lain. Dia mengutip pendapat Abdul Karim Al-Khatib,

    salah seorang ulama islam kontemporer, yang cenderung memahami jiwa sebagai suatu

    hasil perpaduan antara jasmani dan ruhani manusia, perpaduan yang kemudian

    menjadikan yang bersangkutan mengenal perasaan, emosi, dan pengetahuan, serta dikenal

    dan dibedakan dengan manusia lainnya. Sedangkan Ibn Katsir berpendapat bahwa nafs

    dan ruh adalah sama, yaitu zat yang halus menjalar didalam tubuh, seperti mengalirnya

    air dalam akar pohon-pohonan.

    Ibnu Miskawih, filosof etika, berpendapat bahwa jiwa adalah substansi sederhana,

    tidak dapat diindera, jiwa bukanlah tubuh, bukan juga bagian dari tubuh, dan bukan pula

    materi. Jiwa itu satu dan lebih luas dari pada materi karena jiwa dapat menerima sesuatu

    yang berlawanan pada saat yang bersamaan, seperti warna putih dan hitam, sedangkan

    tubuh tidak dapat menerima kedua warna itu bersamaan. Jiwa juga tidak dapat diukur

    dengan ukuran panjang atau lebar sebagaimana mengukur benda karena jiwa tidak akan

    berubah lebih panjang atau lebih lebar.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    10/21

    10

    Ibnu Sina meyakini benar bahwa jiwa adalah unsur yang berbeda dari tubuh dan

    memiliki karakter spesifik. Untuk mejelaskan perbedaan tersebut dan sekaligus

    memperkuat adanya jiwa. Ibn Sina mengemukakan empat argumen, yaitu:

    1) Argumen psiko fisik, yaitu setiap benda harus tunduk pada hukum alam, contohnya

    batu harus jatuh kebawah dan tidak bergerak, tetapi ternyata manusia adalah benda

    yang bisa bergerak. Gerak manusia ini tentu tidak digerakkan oleh tubuh itu sendiri,

    tetapi ada unsur luar yang menggerakkannya, yang disebut jiwa.

    2) Aku dan fenomena psikologis, yaitu ketika seseorang mengatakan aku mau tidur,

    maka yang dimaksudnya bukan kakinya bergerak dan matanya tertutup, tetapi yang

    dimaksud aku adalah keseluruhan dirinya yang satu dan itu adalah jiwa.

    3) Argumen kontinuitas, yaitu pengetahuan seseorang selalu sambung-menyambung

    dari yang dulu , sekarang, dan yang akan datang tanpa terputus. Seseorang dapat

    mengingat masa lalu, dan berada pada saat ini, kemudian dapat memprediksi masa

    yang akan datang, yang semua itu menunjukkan adanya aktivitas yang dilakukan

    oleh unsur selain badan, yang disebut jiwa.

    4) Argumen manusia terbang, yaitu diandaikan ada seseorang yang lahir dengan

    kesempurnaan akal dan tubuh kemudian ditutup matanya, sehingga tidak dapat

    melihat kemudian diterbangkan di udara kosong tanpa bersentuhan dengan benda

    apapun, maka dapat dikatakan bahwa jiwa itu ada karena dia dapat mengkhayalkan

    adanya kaki dan tangan. Jelas bahwa khayalannya tentang kaki dan tangan bukan

    berasal dari indera, tetapi unsur yang lain, yaitu jiwa.

    Ibnu Sina meyakini bahwa jiwa akan kekal setelah mati karena jiwa manusia

    berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada-Nya. Jiwa tidak akan mati ketika kematian

    tubuh karena jiwa adalah unsur yang sama sekali berbeda dengan tubuh dan tidak

    mungkin jiwa tergantung pada tubuh. Hubungan antara tubuh dan jiwa bukanlah

    hubungan yang kausal dan keharusan, tetapi bagaikan hubungan tuan dan hamba, yaitu

    tuan tidak terpengaruh dengan perubahan yang menimpa hambanya. Karena itu, jiwa

    tidak terpengaruh oleh perubahan yang terjadi pada badan karena tidak hanya mendapat

    balasan didunia saja, tetapi nanti pada hidup kedua di akhirat. Jika jiwa manusia telah

    mencapai kesempurnaan sebelum berpisah dengan badan, maka dia akan mengalami

    kesenangan untuk selamanya, dan jika dia berpisah dengan badan dengan keadaan yang

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    11/21

    11

    tidak sempurna, karena waktu bersatu dengan tubuh dipengaruhi hawa nafsu, maka ia

    akan hidup dalam keadaan menyesal untuk selamanya.

    3. Akal

    Permasalahan akal merupakan bagian yang menjadi pembahasan tidak saja dalam

    filsafat islam, tetapi juga dalam teologi dan bahkan hampir di semua aspek dalam bidang

    keilmuan islam. Dalam fiqih umpamanya, akal merupakan bagian yang amat pokok

    untuk berijtihad karena setelah Al-Quran dan hadits, akal lah yang berperan menentukan

    suatu hukum. Hadits nabi juga menegaskan bahwa jika ditemukan penyelesaian suatu

    persoalan dalam Al-quran dan hadits, maka hendaklah berijtihad dengan akal. Karena

    itu, wajar kemudian akal merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembahasan

    bagian keilmuan dalam islam.

    Peranan akal dalam teologi mutadzilah amat besar jika dibandingkan dengan

    Asy-Ariyah. Bagi mutadzilah manusia sudah harus melakukan kebaikan dan

    meninggakan keburukan kendati belum diutus rasul karena Tuhan memberi daya akal

    kepada manusia untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk.

    Menurut Al-Kindi, akal terbagi atas empat: pertama akal yang selalu bertindak;

    kedua, akal yang secara potensial berada dalam ruh; ketiga, akal yang berubah di dalam

    ruh dari daya menjadi aktual; dan keempat, akal yang kita sebut akal kedua.155

    Akal menurut Al-Razi merupakan limpahan dari Tuhan. Akal diciptakan oleh

    Tuhan untuk menyadarkan jiwa yang terlena dalam fisik manusia, bahwa tubuh itu

    bukanlah tempat yang sebenarnya, serta bukan tempat kebahagiaan dan tempat abadi.

    Kesenangan dan kebahagian yang sebenarnya adalah melepaskan diri dari materi dengan

    jalan berfilsafat.16

    4. Teori kenabian

    Kenabian merupakan salah satu pembahasan yang dibicarakan oleh para filosofIslam karena persoalan ini terkait erat dengan pelimpahan dari Akal Aktif (Jibril) kepada

    15Ahmad Fouad El-Ehwany, Islamic Philosophy, (Kairo, 1951), h.51-52.

    16Al-Razi, Rasail Falsafiyyah, (Beirut: Dar al-Afaq al-Jadidah, 1982), h.84

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    12/21

    12

    para nabi dan filosof. Jika para nabi mendapatkan wahyu dari jibril, maka filosofpun6

    dapat berhubungan dengan jibril yang dalam istilahnya disebut Akal Aktif. Persoalan

    berikutnya adalah jika nabi dan filosof sama-sama dapat berhubungan dengan Jibril, apa

    perbedaan nabi dan filosof. Dalam kata lain apakah kedudukan nabi dan filosof sama atau

    berbeda. Kalau sama di mana letak persamaannya jika berbeda dimana letak

    perbedaannya.

    Dalam beberapa hal nabi dan filosof sama, yakni dapat berhubungan dengan

    Jibril, baik ketika bangun maupun ketika tidur. Sedangkan filosof hanya dapat

    berhubungan dengan Jibril hanya ketika tidur saja. Di samping itu, nabi berhubungan

    dengan perantara hidayah, sedangkan filosof lewat perantara akal mustafad. Persoalan

    inilah yang kemudian dibicarakan oleh para filosof-filosof muslim.

    Menurut Al-Farabi, dasar setiap agama langit adalah wahyu dan inspirasi.

    Seorang nabi adalah seseorang yang dianugerahi kesempatan untuk dapat langsung

    berkomunikasi dengan Tuhan dan diberi kemampuan untuk menyatakan kehendak-Nya.

    Islam, sebagaimana agama-agama langit lainnya, mempunyai Tuhan sebagai penguasa.

    Al-Quran mengatakan: Ia tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan Tuhan Yang

    Maha Kuasa telah mengajarnya. (QS. 53: 4-5).

    Al-Razi adalah seorang tokoh filsafat yang kontroversial yang mengikuti aliran

    rasionalis murni. Oleh karena itu, ia berpandangan manusia tidak membutuhkan adanya

    nabi yang tugasnya mengatur kehidupan manusia agar teratur. Manusia bisa teratur dalam

    menata kehidupannya dengan adanya akal yang diberikan oleh Tuhan kepada manusia

    sebagai karunia yang terbesar. Jadi, menurutnya hanya dengan akal-lah manusia dapat

    hidup teratur tanpa nabi sekalipun.17

    Adapun menurut Al-Thusi, manusia mempunyai kebebasan dalam bertindak dan

    kelak akan dibangkitkan kembali tubuhnya. Setelah menetapkan kebebasan berkehendak

    dan kebangkitan kembali tubuh, Al-Thusi lalu menetapkan perlunya kenabian dan

    kepemimpinan spiritual. Pertentangan minat serta kebebasan individu mengakibatkan

    17

    Abdul Rahman Badawi, Muhammad ibn Zakaria al-Razi, dalam M.M Syarif, Para Filosof

    Muslim, terj. Fuad Moh. Fakhruddin, (Bandung: Mizan, 1996), h.47.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    13/21

    13

    tercerai-berainya kehidupan sosial, dan ini memerlukan aturan suci dari Tuhan untuk

    mengatur urusan-urusan manusia.187

    Pendapat tersebut membawa konsekwensi beraganya minat serta

    dimungkinkannya terjadi kekacauan dalam kehidupan sosial. Untuk itu diperlukan aturan

    suci dari Tuhan untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh karena Tuhan berada di luar

    jangkauan indera, maka Dia mengutus nabi untuk menuntun manusia. Jadi kehadiran nabi

    sangat diperlukan manusia, termasuk dalam hal kepemimpinan spiritual untuk

    melanjutkan aturan suci yang ditetapkan para nabi.

    5. Eskatologi

    Iman pada hari akhirat dalam Islam merupakan rukun iman setelah iman kepada

    Tuhan. Jika seseorang tidak mengimani kebangkitan di hari akhirat, maka dia berhak di

    cap kafir. Al-Ghazali, yang terkenal dengan julukan hujjatul Islam. Mencap filosof kafir

    karena filosof mengimani kebangkitan ruhani dan menolak kebangkitan jasmani.

    Persoalannya adalah apakah benar filosof itu kafir sebagimana dituduhkan Al-Ghazali.

    Kalau benar apakah kafir mereka sama dengan kafir musyrik. Persoalan inilah yang

    kemudian mendapat reaksi cukup keras dari Ibn Rusyd, sehingga menulis buku khusus,

    yang berjudul Tahafut Al-Tahafut untuk menjawab tuduhan Al-Ghazali tersebut.

    Persoalannya kemudian adalah bagaimana sebenarnya posisi Al-Ghazali yang

    menggugat para filosof dan bagaimana juga posisi Ibn Rusyd dalam menjawab tuduhan

    Al-Ghazali tersebut. Bentuk perdebatan dengan argument masing-masing inilah yang

    cukup menarik untuk dikaji dan didalami karena kedua tokoh ini cukup memiliki

    pengaruh besar dalam pola pemikiran umat Islam sampai sekarang. Karena itu, ini tidak

    bertujuan untuk menilai mana yang benar dan salah, tetapi untuk menjelaskan secara

    proporsional dan objektif suatu perdebatan yang berkualitas. Penilaian diserahkan kepada

    pembaca mana yang dianggapnya benar atau salah.

    6. Kebaikan dan kejahatan

    Adanya kejahatan di jagad raya merupakan masalah yang tidak henti-hentinya

    diperdebatkan, terutama oleh agamawan dan ilmuwan. Masalah yang mendasar, terutama

    18

    M.M Sharif, h.567-578

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    14/21

    14

    bagi teisme, adalah kenapa kejahatan itu ada, padahal Tuhan Pencipta, maha kuasa, dan

    sumber kebaikan. Salah satu susunan argument ateisme menolak teisme adalah sebagai

    berikut :

    a. Jika Tuhan maha baik, tentu Dia akan membasmi kejahatan

    b. Jika Tuhan maha kuasa, tentu Dia mampu menghancurkan kejahatan

    c. Tetapi Kejahatan belum terhapus

    d. Karena itu, Tuhan tidak ada.198

    7. Alam antara Qadim dan Baharu

    Perbincangan mengenai penciptaan alam dan sifat alam merupakan salah satu hal

    yang krusial, dalam teologi Islam maupun dalam filsafat Islam. Sebab jika alam qadim

    sedangkan Tuhan juga qadim, maka tentu ada 2 yang qadim. Dua yang qadim

    bertentangan dengan ajaran dasar Islam yang menegaskan bahwa hanya Tuhan satu-

    satunya zat yang qadim, selain Tuhan adalah baharu dan ciptaan-Nya. Perdebatan inilah

    yang muncul di kalangan filosof karena mereka di tuduh memprakarsai alam qadim.

    Apakah benar alam qaim menurut filosof atau tidak bahkan mereka yang menuduh filosof

    mengatakan alam qadim salah memahami pandangan filosof.

    Menurut Al-Kindi, Tuhan menciptakan alam dari tidak ada karenanya alam adalah

    baharu. Penciptaan alam adalah proses dari yang tertinggi sampai yang terendah. Akal

    adalah yang tertinggi dan materi adalah yang terendah. Namun, dalam pemikiran Al-

    Kindi tidak jelas apakah dia menganut teori emanasi tentang penciptaan atau tidak karena

    tidak ada tulisannya yang terperinci tentang itu.

    8. Pengetahuan Tuhan

    Salah satu persoalan yang diperdebatkan kalangan teolog da filosof adalah

    mengenai pengetahuan Tuhan apakah Tuhan mengetahui hal-hal yang terperinci, seperti

    apakah Tuhan mengetahui semut hitam berjalan di malam gelap diatas batu hitam.Persoalannya adalah jika Tuhan mengetahui hal-hal yang terperinci, maka Tuhan amat

    sangat sibuk dan apa gunanya Tuhan mengetahui semua itu. Jika Tuhan tidak mengetahui

    19

    Noman L. Geisler and William Watkins, Perspective Unknowing and Evaluating Todays World View, California:

    Herress Life Publisher, Inc. 1984, h. 64

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    15/21

    15

    tentu di samping terkesan Dia tidak mengetahui, juga tidak sesuai dengan ayat Al-Quran

    yang menjelaskan Tuhan Maha Mengetahui.

    Persoalan inilah yang diperdebatkan secara panjang lebar antara teolog dan

    filosof. Abu Barakat Al-Bagdadi berkomentar tentang persoalan tersebut, Para pemikir

    kontemporer dan tradisional berbeda pendapat tentang pengetahuan Tuhan mengenai hal-

    hal yang terperinci. Sebagian mereka berpendapat bahwa Tuhan tidak mengetahui selain

    zat dan sifat-Nya. Adapun sebagian yang lain mengatakan bahwa Tuhan mengetahui zat

    dan juga semua makhluk-Nya dalam berbagai keadaan, baik yang sekarang maupun yang

    akan datang. Sisanya berpendapat bahwa Tuhan mengetahui zat sifat-sifat global, dan

    wujud yang abadi lewat zat-Nya. Bagi pendapat yang terakhir ini Tuhan tidak mengetahui

    hal-hal yang terperinci dan berbagai perubahan di jagad raya.209

    9. Hukum kausalitas

    Teori kausalitas adalah salah satu sumbangan terbesar filsafat pada ilmu. Ilmu

    menjadikan teori kausalitas sebagai dasar pijakannya. Ilmu kesehatan umpamanya, harus

    taat azaz pada hukum sebab akibat. Kalau obat tertentu tidak memberi kepastian

    penyembuhan bagi penyakit tertentu, maka akan kacau sistem pengobatan. Karena itu,

    obat harus mencapai tingkat kepastian sebagai penyembuh suatu penyakit. Peristiwa-

    peristiwa di alam juga tidak terlepas dari hukum sebab akibat, seperti api membakar dan

    air membasahi.

    Teori kausalitas sudah dikembangkan sejak zaman Yunani. Aristoteles

    mempertegas keberadaan teori kausalitas dengan menguraikan bahwa ada empat macam

    sebab, yaitu sebab materi, bentuk, efisisen, dan tujuan. Keempat jenis sebab tersebut

    saling terkait dan bersatu. Sebab materi dan bentuk ada dalam benda itu sendiri,

    sedangkan sebab efisien dan tujuan berada di luar benda. Keempat sebab berlaku, baik

    bagi kejadian alam maupun bagi kejadian yang disebabkan oleh manusia. Aristoteles

    bermaksud bahwa dengan penjelasan ini ia memberikan daftar komplit yang memuat

    20

    Ahmad Syamsudin, Al-Ghazali, (Bairut: Dar Al-Kutub Al-ilmiyyah, 1990), h. 85.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    16/21

    16

    semua faktor yang dapat menyebabkan suatu kejadian. Dalam suatu kejadian keempat

    jenis sebab itu dapat dibedakan, paling tidak secara logis.2110

    10.Ruang dan waktu

    Dalam sistem Aristoteles, alam terbatas oleh ruang, tetapi tidak terbatas oleh

    waktu. Hal itu dikarenakan gerak alam seabadi Penggerak Tak Tergerakkan (Unmovable

    Mover). Keabadian alam ini ditolak dalam pemikiran Islam, karena alam adalah

    diciptakan. Untuk itu para filosof muslim mencari jalan keluarnya yang sesuai dengan

    agama dan permasalahan tersebut. Tokoh filosof Muslim yang dianggap ateis karena

    sependapat dengan Aristoteles bahwa alam ini kekal adalah Ibn Sina dan Ibn Rusyd.

    Al-Kindi memecahkan masalah tersebut secara radikal dengan gagasan tentang

    ketakterhinggaan secara matematik. Ia mengatakan bahwa alam ini tidak kekal. Benda-

    benda fisik terdiri atas materi dan bentuk, dan bergerak di dalam ruang dan waktu. Waktu

    dan ruang adalah hal yang terbatas, karena keduanya tidak aka nada kecuali dengan

    keterbatasan. Waktu bukanlah gerak, tetapi bilangan pengukur gerak, karena waktu tak

    lain adalah yang dahulu dan yang akan datang. Bilangan terdiri atas dua macam, yaitu

    tersendiri dan berkesinambungan. Oleh karena itu, waktu adalah berkesinambungan yang

    dapat ditentukan, yang berproses dari dulu hingga kelak.

    E. Menyikapi perbedaan pendapat filsafat Islam dan manfaatnya

    Banyak sekali ayat Al-Quran dan Hadits Nabi yang melarang perpecahan (iftiraq) dan

    perselisihan (ikhtilaf), namun apabila kita mencermati, akan tampak oleh kita bahwa yang

    dimaksud adalah berbeda pendapat dalam masalah-masalah prinsip atau Ushul yang

    berdampak kepada perpecahan. Adapun berbeda pendapat dalam masalah-masalah cabang

    agama atau Furu, maka hal ini tidaklah tercela dan tidak boleh sampai berdampak atau

    berujung pada perpecahan, karena para sahabat juga berbeda pendapat akan tetapi mereka

    tetap bersaudara dan saling menghormati satu dengan yang lain tanpa saling menghujat atau

    melecehkan dan menjatuhkan.

    Yang menarik, dalam mengemukakan berbagai pendapatnya, ulama-ulama Islam,

    terutama yang diakui secara luas keilmuannya, mampu menunjukkan kedewasaan sikap,

    21

    K. Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, (Yogyakarta: Kanisius, 1981), h. 141.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    17/21

    17

    toleransi, dan objektivitas yang tinggi. Mereka tetap mendudukkan pendapat mereka di bawah

    Al Quran dan Hadits, tidak memaksakan pendapat, dan selalu siap menerima kebenaran dari

    siapapun datangnya. Dapat dikatakan, mereka telah menganut prinsip relativitas pengetahuan

    manusia. Sebab, kebenaran mutlak hanya milik Allah. Mereka tidak pernah memposisikan

    pendapat mereka sebagai yang paling absah sehingga wajib untuk diikuti, dan menolak

    pendapat lain sehingga menganggapnya sebagai sesuatu yang bertentangan dengan agama.

    Pendapatku benar, tapi memiliki kemungkinan untuk salah. Sedangkan pendapat orang lain

    salah, tapi memiliki kemungkinan untuk benar. Demikian ungkapan yang sangat populer

    dari Imam Syafii.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    18/21

    18

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Dari uraian mengenai Filsafat Islam diatas, dapat disimpulkan bahwa;1. Filsafat berasal dari kata Yunani yaituphilos(keinginan) dan Sophia (kebenaran)

    jadi, filsafat adalah cinta kepada ilmu pengetahuan atau kebenaran, suka kepada

    hikmah dan kebijaksanaan. Adapun filsafat Islam adalah pemikiran-pemikiran

    filsafat yang memberikan kontribusi pada Islam dan sebaliknya Islam

    menggunakan filsafat untuk memperkuat prinsip-prinsip agama.

    2. Filsafat Barat adalah hasil pemikiran radikal oleh para filosof Barat sejak abad

    pertengahan sampai abad modern. Sedangkan Filsafat Islam adalah berpikir

    bebas, radikal dan berada pada taraf makna yang mempunyai sifat, corak dan

    karakter yang menyelamatkan dan kedamaian hati.

    3. Filsafat Islam berawal dari filsafat Yunani yang telah dipelajari sebelumnya oleh

    bangsa taklukan Islam seperti Mesir, Baghdad dan Syiria yang kemudian

    diteruskan secara intensif oleh para Khalifah. Tokoh-tokoh filsafat Islam yaitu :

    AlKindi, Ibnu Rusyd, Al Razi, Ibn Thufail, Al Farabi, Suhrawardi Al Maqtul,

    Mulla Shadra, Nashiruddin Thussi, dll.

    4.

    Pokok-pokok yang dibahas dalam filsafat Islam yaitu ;

    a. Prinsip teori emanasi adalah penjelasan tentang munculnya yang banyak dari

    yang satu atau terjadinya alam dari sumber yang pertama.

    b. Jiwa dalam bahasa arab disebut dengan nafs atau ruh, sedangkan dalam

    bahasa inggrissoul atauspiritadalah unsur immateri dalam diri manusia. Jiwa

    tidak dapat dipisahkan dari tubuh, begitu juga sebaliknya karena tanpa salah

    satu dari keduanya, seseorang tidak dapat dikatakan manusia.

    c. Akal, merupakan bagian yang amat pokok karena digunakan untuk berijtihad

    dan membantu manusia agar tidak terlena oleh materi.

    d. Filosof berkomunikasi melalui mimpi sedangkan nabi diberi kemampuan

    untuk berkomunikasi secara langsung maupun dalam mimpi. Dan kenabian

    menjadi penting karena jika manusia hanya menggunakan akal maka akan

    terjadi kerusakan dan karena itu perlu adanya suatu petunjuk suci dari-Nya.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    19/21

    19

    e. Eskatologi = Iman pada hari akhirat dalam Islam merupakan rukun iman

    setelah iman kepada Tuhan.

    f. Kebaikan dan kejahatan,

    g. Alam, antara qodim dan baru, menurut alKindi, alam itu baru. Penciptaan

    alam dimulai dari yang tertinggi hingga yang terendah.

    h. Pengetahuan Tuhan.

    i. Hukum kausalitas(sebab-akibat)

    j. Ruang dan waktu.

    5. Sikap kita dalam menyikapi perbedaan pendapat yaitu saling bertoleransi dalam

    masalah cabang agama sedangkan dalam masalah ushul hendaknya kita saling

    mengingatkan.

    B.

    Saran

    Kami selaku penulis memohon kepada para pembaca agar memberikan kritik dan

    saran atas makalah kami karena pasti kami tidak akan lepas dari kekeliruan-kekeliruan.

  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    20/21

    20

    BAB IV

    LAMPIRAN

    Ibnuwww.chunpage.net Ibnu Thufail, Al Razi,just4th.blogspot.com www.sciencemuseum.org.uk

    Mulla Sadra,www.aktual.com Al Kindi, Al Farabi,

    www.muslimheritage.com Medanexpress.com

    Nashiruddin thusi,syafieh.blogspot.com Suhrawardi Almaqtul, syafieh.blogspot.com

    http://www.chunpage.net/http://www.chunpage.net/http://www.chunpage.net/http://www.sciencemuseum.org.uk/http://www.sciencemuseum.org.uk/http://www.aktual.com/http://www.aktual.com/http://www.aktual.com/http://www.muslimheritage.com/http://www.muslimheritage.com/http://www.muslimheritage.com/http://www.aktual.com/http://www.sciencemuseum.org.uk/http://www.chunpage.net/
  • 7/26/2019 REVISI MAKALAH 02 ASPEK FILSAFAT ISLAM.pdf

    21/21

    21

    BAB V

    DAFTAR PUSTAKA

    Salim, Hasan Basri, & Abd. Rozak Sastra. 2010. STUDI ISLAM 2. Jakarta: UIN Jakarta.

    Nata, Abuddin. 2001. Ilmu kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

    Bakhtiar, Amsal. 2005. Tema-tema Filsafat Islam. Ciputat: UIN Jakarta Press

    Fuad, al-Ahwani Ahmad. 2008. Filsafat Islam. Jakarta: Pustaka Firdaus.