Top Banner
BAB I PENDAHULUAN Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik. Ileus Obstruktif adalah ileus yang disebabkan oleh sumbatan mekanik. Sedangkan, ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus untuk sementara waktu. Peristaltik usus adalah pergerakan kontraksi normal dinding usus. 1 Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan tindakan operatif. Adhesi, hernia, dan malignansi merupakan 80% penyebab dari kasus ileus obstruksi. Sedangkan penyebab tersering terjadinya ileus paralitik adalah peritonitis, hipokalemia, dan post operasi laparotomi. 1 Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya. 2 Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia. 1 1
29

REVISI ILEUS

Aug 09, 2015

Download

Documents

referat ileus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: REVISI ILEUS

BAB I

PENDAHULUAN

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi

usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu

ileus obstruksi dan ileus paralitik. Ileus Obstruktif adalah ileus yang disebabkan oleh

sumbatan mekanik. Sedangkan, ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus untuk

sementara waktu. Peristaltik usus adalah pergerakan kontraksi normal dinding usus.1

Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia inkarserata,

sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan

tindakan operatif. Adhesi, hernia, dan malignansi merupakan 80% penyebab dari

kasus ileus obstruksi. Sedangkan penyebab tersering terjadinya ileus paralitik adalah

peritonitis, hipokalemia, dan post operasi laparotomi.1

Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa ileus. Di

Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap tahunnya.2 Di

Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif tanpa hernia yang

dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004 menurut Bank data

Departemen Kesehatan Indonesia.1

Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang

sering dijumpai dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus akut abdomen. Akut

abdomen dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan

penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik, dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat

disebabkan oleh cedera langsung atau tidak langsung yang mengakibatkan perforasi

saluran cerna atau perdarahan.3

Pasien dengan ileus mengeluhkan muntah, dan peregangan pada perut. Pada

pemeriksaan fisik didapatkan distensi usus, dan pada auskultasi didapatkan bising

usus yang meningkat pada ileus obstruksi, sedangkan pada ileus paralitik bising

ususnya menghilang. Pemeriksaan radiologis mempunyai peran yang besar, untuk

membantu ahli bedah memutuskan diperlukannya tindakan bedah atau tidak pada

pasien dengan obstruksi ileus atau ileus paralitik. Pada foto abdomen tiga posisi

didapatkan gambaran herring bone untuk ileus paralitik dan gambaran step ladder

untuk ileus obstruktif. Untuk pemeriksaan USG digunakan untuk melihat masih ada

1

Page 2: REVISI ILEUS

atau tidaknya peristaltic usus. Sedangkan penggunaan CT-scan untuk melihat

penyebab obstruktifnya, atau memastikan diagnosis apabila pemeriksaan klinis

ataupun pemeriksaan foto abdomen tiga posisi kurang jelas.

Dasar pengobatan ileus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan

syok bila ada. Dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan

fungsi usus kembali normal dengan dilakukannya terapi operatif.4

ANATOMI

1). Usus Halus

Usus halus berbentuk tubuler, dengan perkiraan panjang sekitar 6

meter pada orang dewasa, yang terbagi atas tiga segmen yaitu duodenum,

jejunum, dan ileum. Duodenum, merupakan segmen yang paling proksimal,

terletak retroperitoneal berbatasan dengan kaput dan batas inferior dari korpus

pankreas. Doudenum dipisahkan dari gaster oleh adanya pylorus dan dari jejunum

oleh batas Ligamentum Treitz. Jejunum dan ileum terletak di intraperitoneal dan

bertambat ke retroperitoneal melalui mesenterikum. Tak ada batas anatomi yang

jelas untuk membedakan antara Jejunum dan Ileum; 40% panjang dari jejunoileal

diyakini sebagai Jejunum dan 60% sisanya sebagai Ileum. Ileum berbatasan

dengan sekum di katup ileosekal.5

Gambar 1. Lapisan Usus Halus

2

Page 3: REVISI ILEUS

Usus halus terdiri atas lipatan mukosa yang disebut plika sirkularis

atau valvula conniventes yang dapat terlihat dengan mata telanjang. Lipatan ini

juga terlihat secara radiografi dan membantu untuk membedakan antara usus halus

dan kolon. Lipatan ini akan terlihat lebih jelas pada bagian proksimal usus halus

daripada bagian distal. Hal lain yang juga dapat digunakan untuk membedakan

bagian proksimal dan distal usus halus ialah sirkumferensial yang lebih besar,

dinding yang lebih tebal, lemak mesenterial yang lebih sedikit dan vasa rekta yang

lebih panjang.5

Suplai Vaskuler

Pada usus halus, A. Mesenterika Superior merupakan cabang dari

Aorta tepat dibawah A. Soeliaka. Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali

Duodenum yang sebagian atasnya diperdarahi oleh A. Pankreotikoduodenalis

Superior, suatu cabang dari A. Gastroduodenalis. Sedangkan separuh bawah

Duodenum diperdarahi oleh A. Pankreotikoduodenalis Inferior, suatu cabang A.

Mesenterika Superior. Pembuluh - pembuluh darah yang memperdarahi Jejunum

dan Ileum ini beranastomosis satu sama lain untuk membentuk serangkaian

arkade. Bagian Ileum yang terbawah juga diperdarahi oleh A. Ileocolica. Darah

dikembalikan lewat V. Messentericus Superior yang menyatu dengan V. lienalis

membentuk vena porta.1

Pembuluh Limfe

Pembuluh limfe duodenum mengikuti arteri dan mengalirkan cairan

limfe; (1) ke atas melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi

lymphatici gastroduodenalis dan kemudian ke nodi lymphatici coeliacus dan (2)

ke bawah, melalui nodi lymphatici pancreoticoduodenalis ke nodi lyphatici

mesentericus superior sekitar pangkal arteri mesenterica superior.

Pembuluh limfe jejunum dan ileum berjalan melalui banyak nodi

lymphatici mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici mesentericus

suprior, yang terletak sekitar pangkal arteri mesentericus superior.6

3

Page 4: REVISI ILEUS

Persarafan

Saraf - saraf duodenum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis

(vagus) dari pleksus mesentericus superior dan pleksus coeliacus. Saraf untuk

jejunum dan ileum berasal dari saraf simpatis dan parasimpatis (nervus vagus)

dari pleksus mesentericus superior (Snell, 1997). Rangsangan parasimpatis

merangasang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis

menghambat pergerakan usus. Serabut - serabut sensorik sistem simpatis

menghantarkan nyeri, sedangkan serabut - serabut parasimpatis mengatur refleks

usus. Suplai saraf intrinsik, yang menimbulkan fungsi motorik, berjalan melalui

pleksus Auerbach yang terletak dalam lapisan muskularis, dan pleksus Meissner

di lapisan submukosa.1

2). Usus Besar

Usus besar terdapat diantara anus dan ujung terminal ileum. Usus besar

terdiri atas segmen awal (sekum), dan kolom asendens, transversum, desendens,

sigmoid, rectum dan anus. Sisa makanan dan yang tidak tercerna dan tidak

diabsorpsi di dalam usus halus didorong ke dalam usus besar oleh gerak peristaltik

kuat otot muskularis eksterna usus halus. Residu yang memasuki usus besar itu

berbentuk semi cair; saat mencapai bagian akhir usus besar, residu ini telah

menjadi semi solid sebagaimana feses umumnya. Meskipun terdapat di usus halus,

sel-sel goblet pada epitel usus besar jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang

di usus halus. Sel goblet ini juga bertambah dari bagian sekum ke kolon sigmoid.

Usus besar tidak memiliki plika sirkularis maupun vili intestinales, dan kelenjar

usus/intestinal terletak lebih dalam daripada usus halus.1

4

Page 5: REVISI ILEUS

Gambar 2. Lapisan Usus Besar

Suplai Vaskuler

Pada usus besar, A. Mesenterika Superior memperdarahi belahan

bagian kanan (sekum, kolon ascendens, dan dua pertiga proksimal kolon

transversum) : (1) ileokolika, (2) kolika dekstra, (3) kolika media, dan arteria

mesenterika inferior memperdarahi bagian kiri (sepertiga distal kolon

transversum, kolon descendens dan sigmoid, dan bagian proksimal rektum) : (1)

kolika sinistra, (2) sigmoidalis, (3) rektalis superior.1,5

Pembuluh Limfe

Pembuluh limfe sekum berjalan melewati banyak nodi lymphatici

mesentericus dan akhirnya mencapai nodi lymphatici msentericus superior (Snell,

1997) Pembuluh limfe untuk kolon mengalirkan cairan limfe ke kelenjar limfe

yang terletak di sepanjang perjalanan arteri vena kolika. Untuk kolon ascendens

dan dua pertiga dari kolon transversum cairan limfenya akan masuk ke nodi

limphatici mesentericus superior, sedangkan yang berasal dari sepertiga distal

kolon transversum dan kolon descendens akan masuk ke nodi limphatici

mesentericus inferior.6

5

Page 6: REVISI ILEUS

Persarafan

Persarafan usus besar dilakukan oleh sistem saraf otonom dengan

pengecualian pada sfingter eksterna yang berada dibawah kontrol voluntar (Price,

1994). Sekum, appendiks dan kolon ascendens dipersarafi oleh serabut saraf

simpatis dan parasimpatis nervus vagus dari pleksus saraf mesentericus superior.

Pada kolon transversum dipersarafi oleh saraf simpatis nervus vagus dan saraf

parasimpatis nervus pelvikus. Serabut simpatis berjalan dari pleksus mesentericus

superior dan inferior. Serabut-serabut nervus vagus hanya mempersarafi dua

pertiga proksimal kolon transversum; sepertiga distal dipersarafi oleh saraf

parasimpatis nervus pelvikus. Sedangkan pada kolon descendens dipersarafi

serabut - serabut simpatis dari pleksus saraf mesentericus inferior dan saraf

parasimpatis nervus pelvikus (Snell, 1997). Perangsangan simpatis menyebabkan

penghambatan sekresi dan kontraksi, serta perangsangan sfingter rektum,

sedangkan perangsangan parasimpatis mempunyai efek berlawanan.1

6

Page 7: REVISI ILEUS

BAB II

PEMBAHASAN

a) Definisi

Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya

obstruksi usus akut yang segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus

terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan ileus paralitik.

Ileus obstruktif secara umum didefinisikan sebagai kegagalan isi

intestinal untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke anus. Obstruksi

Intestinal ini merujuk pada adanya sumbatan mekanik atau nonmekanik

parsial atau total dari usus besar dan usus halus.2

Sedangkan, ileus paralitik adalah hilangnya peristaltik usus untuk

sementara waktu. Peristaltik usus adalah pergerakan kontraksi normal

dinding usus.1

b) Etiologi

Penyebab terjadinya ileus obstruksi beragam jumlahnya berdasarkan

umur dan tempat terjadinya obstruksi. Adhesi post operatif merupakan

penyebab utama dari terjadinya obstruksi usus halus. Pada pasien yang tidak

pernah dilakukan operasi laparotomi sebelumnya, adhesi karena inflamasi

dan berbagai hal yang berkaitan dengan kasus ginekologi harus dipikirkan.

Adhesi, hernia, dan malignansi merupakan 80% penyebab dari kasus ileus

obstruksi. Pada anak-anak, hanya 10% obstruksi yang disebabkan oleh

adhesi; intususepsi merupakan penyebab tersering dari ileus obstruksi yang

terjadi pada anak-anak. Volvulus dan intususepsi merupakan 30% kasus

komplikasi dari kehamilan dan kelahiran. Kanker harus dipikirkan bila ileus

obstruksi ini terjadi pada orang tua. Metastasis dari genitourinaria, kolon,

pankreas, dan karsinoma gaster menyebabkan obstruksi lebih sering daripada

tumor primer di intestinal. Malignansi, divertikel, dan volvulus merupakan

penyebab tersering terjadinya obstruksi kolon, dengan karsinoma kolorektal.2

Sedangkan penyebab tersering terjadinya ileus paralitik adalah peritonitis,

hipokalemia, dan post operasi laparotomi.1

7

Page 8: REVISI ILEUS

c) Epidemiologi

Setiap tahunnya 1 dari 1000 penduduk dari segala usia didiagnosa

ileus. Di Amerika diperkirakan sekitar 300.000-400.000 menderita ileus setiap

tahunnya.2 Di Indonesia tercatat ada 7.059 kasus ileus paralitik dan obstruktif

tanpa hernia yang dirawat inap dan 7.024 pasien rawat jalan pada tahun 2004

menurut Bank data Departemen Kesehatan Indonesia.1

d) Patogenesis

Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah

sama, tanpa memandang apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab

mekanik maupun fungsional. Perbedaan utama adalah pada obstruksi mekanik

(ileus obstruksi) yaitu peristaltik mula – mula kuat kemudian intermittent dan

kemudian menghilang. Sedangkan pada ileus paralitik, peristaltik dari awal sudah

tidak ada. Perubahan patofisiologik pada obstruksi usus dapat dilihat pada tabel di

bawah ini. 1,7

Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan

perubahan fungsi dari usus, dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila

terjadi obstruksi maka bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi

gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi peningkatan tekanan intraluminal,

hipersekresi akan meningkat pada saat kemampuan absorbsi usus menurun,

sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan progresif. Awalnya,

peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan adanya

hambatan. Peristaltik yang terus berlanjut menyebabkan aktivitasnya pecah,

dimana frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus

berlanjut dan terjadi peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal

dari usus tidak akan berkontraksi dengan baik dan bising usus menjadi tidak

teratur dan hilang. Peningkatan tekanan intraluminal dan adanya distensi

menyebabkan gangguan vaskuler terutama stasis vena. Dinding usus menjadi

udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi toksin yang

disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala

sistemik.7 Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai

absorpsi toksin -toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi

sistemik.1

8

Page 9: REVISI ILEUS

Pada obstruksi mekanik sederhana, hambatan pasase muncul tanpa

disertai gangguan vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan,

sekresi usus dan udara akan berkumpul dalam jumlah yang banyak jika

obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus mengalami distensi dan bagian

distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membran mukosa usus menurun dan

dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang berat dengan

sendirinya secara terus – menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik dan

fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, iskemik,

nekrosis, perforasi, peritonitis dan kematian.1

Pada obstruksi strangulata, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang

kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada

dinding usus. Usus menjadi udem dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene

dan perforasi. 7

e) Diagnosis

1. Gejala Klinis

Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen,

mual, muntah, perut distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi).

Mual muntah umumnya terjadi pada obstruksi letak tinggi. Bila lokasi

obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominant adalah nyeri

abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian

proksimal usus menjadi sangat dilatasi.5

Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut

sekitar umbilikus atau bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial

bisa mengalami diare. Kadang – kadang dilatasi dari usus dapat diraba.

Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang lebih ringan

dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi

yang berakhir pada obstipasi dan distensi abdomen. Muntah jarang terjadi

pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala

muntah. Nyeri perut bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan

pola naik turun. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi

dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka nyeri bersifat

konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan

kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan

9

Page 10: REVISI ILEUS

manifestasi klinis takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya

normal tetapi kadang – kadang dapat meningkat.7

Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi,

hipotensi dan gejala dehidrasi yang berat. Demam menunjukkan adanya

obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen

tampak distensi dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi). Pada tahap

lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltik akan melemah dan

hilang.2,5,7

2. Pemeriksaan laboratorium

Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan

diagnosis, tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya

dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil

laboratorium yang normal. Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi,

leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase

sering didapatkan.10 Leukositosis menunjukkan adanya iskemik atau

strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi

dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non strangulata. Hematokrit yang

meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat ditemukan adanya

gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan alkalosis

metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda

shock, dehidrasi dan ketosis.7

3. Pemeriksaan Radiologi

Foto Abdomen 3 Posisi

i. Posisi telentang :

Dinding abdomen, yang penting yaitu : lemak preperitonial kanan

dan kiri baik atau menghilang.

Garis psoas kanan dan kiri : baik, menghilang atau adanya

pelembungan (bulging).

Batu yang radioopak, kalsifikasi atau benda asing yang radioopak.

Kontur ginjal kanan dan kiri.

Gambaran udara usus :

Normal

10

Page 11: REVISI ILEUS

Pelebaran lambung, usus halus, kolon.

Penyebaran dari usus-usus yang melebar.

Keadaan dinding usus.

Jarak antara 2 dinding usus yang berdampingan.

Kesuraman yang dapat disebabkan oleh cairan di luar usus atau

massa tumor.

Gambar 3. Foto Polos Abdomen Posisi Supine

ii. Posisi duduk/setengah duduk :

Gambaran udara cairan dalam usus atau di luar usus, misalnya pada

abses.

Gambaran udara bebas di bawah diafragma.

Gambaran cairan di rongga pelvis atau abdomen bawah.

11

Page 12: REVISI ILEUS

Gambar 4. Foto Polos Abdomen Posisi Tegak/Setengah Duduk

iii. Posisi tiduran miring ke kiri :

Hampir sama seperti pada posisi duduk, hanya udara bebas letaknya antara

hati dengan dinding abdomen atau antara pelvis dengan dinding abdomen.

Gambar 5. Foto Polos Abdomen Posisi Left Lateral Dekubitus

Pemeriksaan radiologi foto polos abdomen posisi telentang merupakan

pemeriksaan yang paling berguna. Pada pemeriksaan ini dapat melihat distribusi

udara dan kaliber dari usus dimana dapat membedakan apabila ada massa jaringan

lunak. Lebih jauh lagi, obliterasi dari garis jaringan lemak normalnya dapat terlihat,

12

Page 13: REVISI ILEUS

contohnya psoas line, dapat mengindikasikan adanya cairan atau peradangan eksudat

pada daerah tersebut.4

Pada posisi abdomen tegak dilakukan untuk melihat adanya batas cairan atau

udara. Pada pembahasan sebelumnya, pemeriksaan radiologi x-ray torak posisi tegak

lebih superior daripada foto abdomen posisi tegak untuk melihat pneumoperitoneum.

Keberadaan batas cairan di dalam usus tidak terlalu berpengaruh dalam menegakkan

diagnosis akut abdomen.

Pada kebanyakan kasus obstruksi usus halus, dilatasi usus yang berisi

gambaran gas sudah dapat dikenali pada posisi telentang, multiple batas cairan

didapatkan dari foto polos tegak. Dilatasi usus halus yang berisi batas cairan

menyerupai bentuk sosis, bulat atau oval yang dapat berubah pada berbagai posisi.

Pada obstruksi usus halus dimana hampir semuanya dipenuhi oleh cairan, sejumlah

kecil gas mungkin terperangkap di antara valvula conniventes pada posisi film

horizontal, ini dikenal dengan sebagai tanda ‘string of beads’ yang hanya terdapat

pada obstruksi usus halus dan tidak terdapat pada orang normal.2

Pada obstruksi usus halus terdapat gambaran klasik ‘herring bone’ dan bayangan

cairan (fluid level intraluminer) yang bertingkat-tingkat (step ladder) dan tidak

ditemukan gambaran udara distal daerah penyumbatan.2 Foto abdomen tiga posisi

mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas

84% pada obstruksi kolon.6

Gambar 6. Gambaran Step Ladder

13

Page 14: REVISI ILEUS

Sedangkan pada ileus paralitik tampak dilatasi usus menyeluruh dari

gaster sampai rektum. Penebalan dinding usus halus yang dilatasi memberikan

gambaran herring bone appearance (gambaran seperti tulang ikan), karena dua

dinding usus halus yang menebal dan menempel membentuk gambaran

vertebra dan muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran

penebalan usus besar yang juga distensi tampak di tepi abdomen. Tidak ada

gambaran air fluid level.2

Gambar 8. Gambaran herring bone pada ileus paralitik

USG Abdomen

Ultrasonografi dapat memberikan gambaran dan penyebab dari obstruksi

dengan melihat pergerakan dari usus halus. Pada pasien dengan ilues obtruksi,

USG dapat dengan jelas memperlihatkan usus yang distensi. USG dapat dengan

akurat menunjukkan lokasi dari usus yang distensi. Tidak seperti teknik radiologi

yang lain, USG dapat memperlihatkan peristaltik, hal ini dapat membantu

membedakan obstruksi mekanik dari ileus paralitik. Pemeriksaan USG lebih

murah dan mudah jika dibandingkan dengan CT-scan, dan spesifitasnya

dilaporkan mencapai 100%.10

14

Page 15: REVISI ILEUS

CT-Scan Abdomen

Lokasi untuk abdomen bawah daerah yang diambil dari pemeriksaan CT-

umum dimulai dengan slice pertama di process xiphoid diteruskan ke crista

illiaca. Untuk pelvis daerah yang diambil pada slice pertama dimulai dengan

crista illiaca dan diteruskan ke symphysis pubis. Untuk pemeriksaan abdomen

rutin tebal slice umumnya 10 mm.9

Pada pemeriksaan abdomen rutin dengan serial scanning membutuhkan

waktu ± 1 sekon untuk melihat gerakan peristaltik dan proses respirasi.

CT-Scan berfungsi untuk menentukan diagnosa dini atau obstruksi

strangulate dan menyingkirkan penyebab akut abdomen lain terutama jika klinis

dan temuan radiologis lain tidak jelas. CT-scan juga dapat membedakan

penyebab obstruksi intestinal, seperti adhesi, hernia karena penyebab ekstrinsik

dari neoplasma dan penyakit Chron karena penyebab intrinsik. Obstruksi ditandai

dengan diametes usus halus sekitar 2,5 cm pada bagian proksimal menjadi bagian

yang kolaps dengan diameter sekitar 1 cm.10

Gambar 7. Ileus obstruktif

Tingkat sensitifitas CT scan sekitar 80-90% sedangkan tingkat

spesifisitasnya sekitar 70-90% untuk mendeteksi adanya obstruksi intestinal.

Temuan berupa zona transisi dengan dilatasi usus proksimal, dekompresi usus

bagian distal, kontras intralumen yang tak dapat melewati bagian obstruksi dan

kolon yang mengandung sedikit cairan dan gas. CT scan juga dapat memberikan

gambaran adanya strangulasi dan obstruksi gelung tertutup. Obstruksi Gelung

15

Page 16: REVISI ILEUS

tertutup diketahui melalui gambaran dilatasi bentuk U atau bentuk C akibat

distribusi radial vasa mesenteric yang berpusat pada tempat puntiran. Strangulasi

ditandai dengan penebalan dinding usus, intestinal pneumatosis (udara didinding

usus), gas pada vena portal dan kurangnya uptake kontras intravena ke dalam

dinding dari bowel yang affected. CT scan juga digunakan untuk evaluasi

menyeluruh dari abdomen dan pada akhirnya mengetahui etiologi dari

obstruksi.10

Pada CT-scan abdomen gambaran ileus paralitik yang khas adalah

terdapat pembesaran dari diameter ileus dan tidak didapatkannya bagian yang

kolaps. Selain itu tidak terdapat massa atau adhesi yang menyebabkan obstruksi.

Sehingga dapat menyingkirkan kemungkinan dari ileus obstruktif. MRI jarang

digunakan untuk menegakkan diagnosa ileus paralitik. MRI digunakan hanya bila

ada curiga obstruktif yang disebabkan oleh tumor.2

Gambar 9. Gambaran ileus paralitik pada CT-Scan

16

Page 17: REVISI ILEUS

MRI Abdomen

Keakuratan MRI hampir sama dengan CT-scan dalam mendeteksi adanya

obstruksi. MRI juga efektif untuk menentukan lokasi dan etiologi dari obstruksi.

Namun, MRI memiliki keterbatasan antara lain kurang terjangkau dalam hal

transport pasien dan kurang dapat menggambarkan massa dan inflamasi.10

f) Diagnosa Banding

Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan

retroperitoneal, termasuk iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah

operasi abdomen. Jika terjadi ileus paralitik, nyeri biasanya tidak terlalu berat dan

lebih konstan.

Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar.

Muntah jarang terjadi dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan

berdasarkan adanya hasil foto roentgen yang menunjukkan adanya obstruksi

dilatasi kolon bagian proksimal.

Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis

akut dan pankreatitis akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip

dengan pankreatitis akut, enteritis iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika

yang berhubungan dengan trombosis vena. Ileus obstruksi harus dibedakan dengan

ileus paralitik.10

g) Penatalaksanaan

Dasar pengobatan ileus adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,

menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan

syok bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan

fungsi usus kembali normal.8

Resusitasi

Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda –

tanda vital, dehidrasi dan syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi

mengalami dehidrasi dan gangguan keseimbangan ektrolit sehingga perlu

diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon terhadap terapi

dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital dan jumlah urin yang

keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan

17

Page 18: REVISI ILEUS

nasogastric tube (NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung,

mencegah aspirasi pulmonum bila muntah dan mengurangi distensi

abdomen.

Farmakologis

Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai

profilaksis. Antiemetik dapat diberikan untuk mengurangi gejala mual

muntah.

Operatif

Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk

mencegah sepsis sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian

disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan hasil eksplorasi

selama laparotomi.8

h) Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus, sepsis, syok

dehidrasi, abses, pneumonia aspirasi dari proses muntah dan meninggal.1

i) Prognosis

Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan

operasi dapat segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan

atau jika terjadi strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan

mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan

tindakan dilakukan dengan cepat.7

18

Page 19: REVISI ILEUS

BAB III

KESIMPULAN

Pemeriksaan foto abdomen tiga posisi masih merupakan pemeriksaan

radiologi yang masih efektif untuk membantu menegakkan diagnosa

obstruksi usus maupun ileus paralitik. Dengan melihat pola udara di

intralumen maupun ekstralumen. Pemeriksaan sonografi sulit digunakan pada

pasien dengan obstruksi usus karena akumulasi udara di dalam usus,

sedangkan pada ileus paralitik USG dapat melihat bagian usus yang tidak ada

peristaltiknya.

Untuk pemeriksaan non-konvensional, penggunaan CT-Scan dan MRI

dilakukan jika pemeriksaan klinis dan pemeriksaan foto abdomen tiga posisi

hasilnya tidak jelas. Sebab pemeriksaan ini memerlukan waktu yang lebih,

sehingga memungkinkan perburukan dari kondisi pasien.

19

Page 20: REVISI ILEUS

DAFTAR PUSTAKA

1. Price, S. A. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. (S. A.

Price, L. McCarty, & Wilson, Eds.) Jakarta: EGC. 2003.

2. Thompson, J. S. (1996). Intestinal Obstruction, Ileus, and Pseudoobstruction.

In R. H. Bell, L. F. Rikkers, & M. W. Mulholland (Eds.), Digestive Tract

Surgery (Vol. 2, p. 1119). Philadelphia: Lippincott-Raven Publisher.

3. Manaf, N. M., & Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran. No.

20, 1996.

4. Siswanto, Tenri Abeng. Abdomen Akut dalam Radiologi Diagnostik. Edisi 2.

Hal 269-270, FKUI, Jakarta. 2006.

5. Whang, E. E., Ashley, S. W., & Zinner, M. J. (2005). Small Intestine. In B. e.

al (Ed.), Schwatz`s Principles Of Surgery (8 ed., p. 1018). McGraw-Hill

Companies.

6. Snell, Richard S. Clinical Anatomy for Medical Students, Fifth edition, New

York. 1997

7. Sabiston, D.C. Essentials of Surgery. Edisi ke -1.Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC ; 1995.

8. Sjamsuhidajat. R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta, 2005.

9. Sutton, David. Textbook of Radiology and Imaging. Seventh Edition. Volume

1. 2003.

10. Nobie, B. A. (2009, November 12). Obstruction, Small Bowel. Diunduh pada

tanggal 17 Maret 2011, dari emedicine:

http://emedicine.medscape.com/article/774140-overview

20