BAB I PENDAHULUAN Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang kompleks akibat kerusakan struktur atau fungsi jantung sehingga kemampuan pengisian dan pemompaan ventrikel menjadi terganggu yang ditandai dengan sesak nafas, terbatasnya aktifitas, dan tanda klinis seperti kongesti perifer dan atau kongesti paru. Meningkatnya harapan hidup disertai semakin tingginya angka survival dari penyakit jantung sebagai akibat kemajuan pengobatannya menyebabkan semakin banyaknya orang yang hidup dalam keadaan disfungsi ventrikel kiri yang selanjutnya masuk ke kondisi gagal jantung kongestif. Gagal jantung merupakan penyebab yang paling sering terhadap terjadinya morbiditas, mortalitas dan rehospitalisasi dari penyakit jantung. Gagal jantung merupakan tahap akhir dan merupakan manifestasi klinis terberat dari segala bentuk kelainan jantung, termasuk aterosklerosis, infark miokardium, penyakit katup jantung, hipertensi, penyakit jantung kongenital, dan kardiomiopati. Prognosis gagal jantung akan memburuk apabila penyakit dasarnya tidak dapat diperbaiki. Telah diketahui banyak penyebab gagal jantung, salah satunya adalah karena kelainan katup. Pada keadaan-keadaan tertentu katup-katup ini dapat mengalami kelainan fungsi, baik karena kebocoran (regurgitasi katup) atau karena kegagalan membuka 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal jantung merupakan sindroma klinis yang kompleks akibat kerusakan struktur atau
fungsi jantung sehingga kemampuan pengisian dan pemompaan ventrikel menjadi terganggu
yang ditandai dengan sesak nafas, terbatasnya aktifitas, dan tanda klinis seperti kongesti perifer
dan atau kongesti paru.
Meningkatnya harapan hidup disertai semakin tingginya angka survival dari penyakit
jantung sebagai akibat kemajuan pengobatannya menyebabkan semakin banyaknya orang yang
hidup dalam keadaan disfungsi ventrikel kiri yang selanjutnya masuk ke kondisi gagal jantung
kongestif. Gagal jantung merupakan penyebab yang paling sering terhadap terjadinya morbiditas,
mortalitas dan rehospitalisasi dari penyakit jantung.
Gagal jantung merupakan tahap akhir dan merupakan manifestasi klinis terberat dari
segala bentuk kelainan jantung, termasuk aterosklerosis, infark miokardium, penyakit katup
jantung, hipertensi, penyakit jantung kongenital, dan kardiomiopati. Prognosis gagal jantung
akan memburuk apabila penyakit dasarnya tidak dapat diperbaiki.
Telah diketahui banyak penyebab gagal jantung, salah satunya adalah karena kelainan
katup. Pada keadaan-keadaan tertentu katup-katup ini dapat mengalami kelainan fungsi, baik
karena kebocoran (regurgitasi katup) atau karena kegagalan membuka secara adekuat (stenosis
katup). Keduanya dapat mempengaruhi kemampuan jantung untuk memompa darah.
1
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. K
Umur : 55 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Pendidikan : tidak sekolah
Pekerjaan : tidak bekerja
Alamat : Sumbermulyo RT 06/01, Sarang, Rembang
No CM : 315830
Di rawat di ruang : Imanuel
Tanggal masuk RS : 24 Juni 2012, pk 11.00
Tanggal keluar RS : 30 Juni 2012
II. ANAMNESIS
Diambil secara autoanamnesis, tanggal : 30 Juni 2012 pukul : 15.00 WIB
Keluhan Utama :
Panas pada dada bagian tengah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Os datang dengan keluhan rasa panas pada dada bagian tengah yang menjalar ke daerah ulu
hati sejak 4 hari SMRS. Rasa panas disertai nyeri dada. Os juga mengeluh sering sesak napas
sejak 1 bulan terakhir. Sesak membaik dengan posisi duduk. Sesak juga terjadi pada malam hari
saat berbaring. Sejak 1 bulan terakhir os tidur dengan tiga bantal bersusun. Os juga sering merasa
berdebar-debar, sakit kepala dan mudah lelah jika beraktivitas. Berat badan menurun banyak
sejak 10 hari terakhir. Demam, batuk, pilek, rasa mual dan muntah tidak ada. Os tidak pernah
ada keluhan bengkak pada kedua tungkai. Os seorang perokok berat, tetapi sudah berhenti sejak
2 tahun terakhir.
2
Saat anamnesis, os mengatakan sesak sudah berkurang, rasa panas pada dada sudah tidak
ada, tetapi masih ada rasa berdebar-debar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tekanan darah tinggi (-), Kencing manis (-), Asma (-), tidak ada riwayat linu dan nyeri
berpindah pada sendi-sendi. Pernah di opname 5 bulan SMRS karena pembesaran kandung
kemih.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kelainan katup jantung.
III.A PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak lemas dan sedikit sesak dengan nasal O2 canul terpasang.
Kesadaran : compos mentis
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 130/60
MAP (Mean Atrial Pressure) : 83,33 mmHg
Suhu aksila : 37oC
Nadi : 108x/menit, regular, pulsus bisferiens
Frekuensi napas : 22x/menit
TB : 170 cm
BB : 55 Kg
BMI : 19,03 kg/m2 (normal)
Kepala
Bentuk normal, rambut berwarna hitam, distribusi rambut merata, tidak mudah dicabut,
turgor dahi baik, de Musset’s sign (+)
3
Mata
Kedudukan kedua bola mata simetris, pupil isokor dengan diameter 3 mm, refleks cahaya
(+/+). palpebra superior dan inferior tidak edema, konjungtiva palpebra pucat (-/-), sclera
ikterik (-/-), landofil’s sign (+), funduskopi (Becker’s sign) tidak dilakukan.
Etiologi dari gagal jantung yang dialami pasien adalah karena regurgitasi aorta, maka termasuk
dalam regurgitant valvular disease depressed ejection fraction (<40%)
Pada bagian III.B akan dipaparkan mengenai regurgitasi aorta.
5. PENATALAKSANAAN
Menurut klasifikasi AHA, gagal jantung terbagi 4 stage, yaitu
- Stage A untuk pasien beresiko tinggi menjadi gagal jantung tetapi tidak memiliki
kelainan struktur jantung atau gejala dari gagal jantung (misalnya pasien dengan DM atau
hipertensi)
17
- Stage B untuk pasien dengan kelainan structural jantung tetapi tidak memiliki gejala
gagal jantung (misalnya pasien dengan riwayat MI dan disfungsi ventrikel kiri
asimptomatik).
- Stage C untuk pasien dengan kelainan struktur jantung dan memiliki gejala gagal jantung
(misalnya pasien dengan riwayat MI dengan dispnea dan mudah lelah).
- Stage D untuk pasien dengan gagal jantung refrakter yang memerlukan intervensi khusus
(misalnya gagal jantung refrakter yang menunggu transplantasi jantung).
Terapi pasien pada stage B dan C, progresivitas dicegah dengan pemberian obat ACE
inhibitor dan β-bloker, dan tatalaksana simptomatik pada pasien stage D.1
Pasien memiliki kelainan struktural pada jantung dan memiliki gejala dispneu dan mudah lelah
saat beraktivitas, maka berdasarkan klasifikasi AHA pasien masuk dalam stage C. Pasien pada
kasus ini direncanakan untuk diberikan ACE inhibitor ramipril dan β-blocker bisoprolol. Karena
pasien suspek edema paru dengan perbaikan, maka diberikan furosemide injeksi dan membatasi
asupan cairan pasien.
6. PROGNOSIS
Walaupun sudah dilakukan berbagai hal pada evaluasi dan manajemen gagal jantung,
perkembangan dari gejala gagal jantung tetap membawa prognosis yang buruk. Untuk prognosis,
diklasifikasikan menurut NYHA (New York Heart Association) berdasarkan status fungsional
pasien.
Tabel 2. New York Heart Association Classification
Functional Capacity
Objective Assessment
Class I Patients with cardiac disease but without resulting limitation of physical activity. Ordinary physical activity does not cause undue fatigue, palpitations, dyspnea, or anginal pain.
Class II Patients with cardiac disease resulting in slight limitation of physical activity. They are comfortable at rest. Ordinary physical activity results in fatigue, palpitation, dyspnea, or anginal pain.
Class III Patients with cardiac disease resulting in marked limitation of physical activity. They are comfortable at rest. Less than ordinary activity causes fatigue, palpitation, dyspnea, or anginal pain.
Class IV Patients with cardiac disease resulting in inability to carry on any physical
18
Functional Capacity
Objective Assessment
activity without discomfort. Symptoms of heart failure or the anginal syndrome may be present even at rest. If any physical activity is undertaken, discomfort is increased.
Berdasarkan klasifikasi NYHA, maka prognosis pasien pada kasus adalah NYHA kelas III,
karena pasien memiliki penyakit jantung yang ditandai dengan batasan aktivitas fisik dan lebih
nyaman jika beristirahat.
III. B AORTA REGURGITASI (AR)
1. MANIFESTASI KLINIS
Secara umum, gejala klinis aorta regurgitasi disebabkan oleh aliran laju dan aliran balik
yang melalui katup aorta, yang mengakibatkan peningkatan stroke volume. Derajat regurgitasi
da[at ditentukan berdasarkan derajat ketidakmampuan katup, compliance ventrikel kiri, akhir
ventrikel dan volume akhir diastolik.2
Pada keadaan regurgitasi aorta akut, gejala yang muncul merupakan manifestasi dari
kolaps jantung, yaitu kelemahan, sesak napas berat, hipotensi dan angina. Sedangkan regurgitasi
aorta kronik, manifestasinya adalah sesak yang terjadi akibat aktivitas, Nocturnal dyspnea,
orthopnea, diaphoresis, ketidaknyamanan pada abdomen, ketidaknyamanan yang disadari pada
denyut jantung.2
Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan, tanda yang khas yaitu murmur diastolik
decrescendo dengan nada tinggi, yang punctum maksimumnya berada pada pada tepi sternum
kiri setelah BJ II. Pada regurgitasi aorta akut, pasien dengan CHF atau syok yang diasosiasikan
dengan regurgitasi aorta berat sering tampak sakit berat, takikardi, vasokonstriksi perifer,
sianosis, edema pulmonum, pulsus alternans (arteri), murmur diastolik awal (nada rendah dan
lebih pendek dapat terdengar. Austin-Flint murmur, yang disebabkan oleh regurgitasi yang
disebabkan getaran dari apparatus katup mitral bernada rendah dan durasi pendek, sedangkan
pada regurgitasi aorta kronik didapatkan :
- All auscultatory phenomena indicate vasodilatation of peripheral circulation.
- Hyperdynamic apical impulse displaced laterally and inferiorly may be associated with