Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor telah mendominasi sebagian besar jalan karena motor lebih irit dan efisien waktu saat terjadi kemacetan. Motor merupakan alat transportasi sederhana dan banyak digunakan oleh masyarakat, karena pengguna motor yang bertambah setiap tahunnya maka penyediaan spare part harus ditingkatkan. Setiap motor memiliki beberapa jenis spare part yang mempunyai fungsi tersendiri dan dapat terkait atau terpisah dengan spare part lainya. Spare part adalah kerangka dari motor jika tidak ada spare part maka sebuah motor tersebut tidak akan berjalan. Namun spare part kadang susah di cari dan bahkan banyak yang tidak asli. Perusahaan harus mampu mengenal apa yang dibutuhkan dan diharapkan konsumen, jumlah permintaan spare part yang 1
37

Revisi Bab II

Nov 23, 2015

Download

Documents

SanjayApriyanto
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

25

1

BAB 1PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangKendaraan bermotor telah mendominasi sebagian besar jalan karena motor lebih irit dan efisien waktu saat terjadi kemacetan. Motor merupakan alat transportasi sederhana dan banyak digunakan oleh masyarakat, karena pengguna motor yang bertambah setiap tahunnya maka penyediaan spare part harus ditingkatkan. Setiap motor memiliki beberapa jenis spare part yang mempunyai fungsi tersendiri dan dapat terkait atau terpisah dengan spare part lainya. Spare part adalah kerangka dari motor jika tidak ada spare part maka sebuah motor tersebut tidak akan berjalan. Namun spare part kadang susah di cari dan bahkan banyak yang tidak asli. Perusahaan harus mampu mengenal apa yang dibutuhkan dan diharapkan konsumen, jumlah permintaan spare part yang banyak membuat sebuah perusahan harus menjual produk yang banyak agar memuaskan konsumen. Sebagian besar para konsumen mencari spare part yang rutin digunakan contohnya seperti busi namun kadang juga konsumen mencari barang spare part yang jarang digunakan dan kadang barang yang dinginkan oleh konsumen harus dipesan terlebih dahulu karena stock barang yang digunakan tidak ada. Penyedia spare part hanya menyedia barang yang

sering digunakan oleh konsumen lainnya agar barang yang dijual pasti akan terjual. Banyak sekali perusahaan yang menjual berbagai produk spare part saat ini membuat perusahaan semakin bersaing untuk menjual produk yang berkualitas, setiap perusahaan harus lebih efektif dalam menangani stok persediaan barang.CV. Surya Prima A Yani (Yamaha) adalah sebuah perusahan dagang dan jasa yang bergerak dibidang otomotif merupakan grup dari PT. Surya Timur Sakti Jatim (STSJ) yang menyedia berbagai produk motor & spare part Yamaha serta memiliki pelayanan perbaikan pemeliharaan motor Yamaha. Namun penulis disini hanya meneliti persediaan stock barang spare part saja. Dari latar belakang yang dikemukakan maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian : Analisis Persediaan Spare Part Bengkel Yamaha dan Metode Perhitungan Persediaan Pada CV. Surya Prima A Yani Banjarmasin .

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang penelitian yang penulis uraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah sebagai berikut :1. Bagaimana persediaan spare part divisi bengkel terhadap pemenuhan perbaikan sepeda motor konsumen ?2. Bagaimana metode yang digunakan untuk pemenuhan perhitungan persediaan barang spare part ?

1.3 Pembatasan MasalahDalam penyusunan Tugas Akhir agar tidak ada kesalahpahaman terhadap pembahasan lebih lanjut, maka perlu adanya pembatasan masalah sebagai berikut :1. Mengetahui persediaan sparepart yang ada di bengkel.2. Mengetahui metode yang digunakan untuk perhitungan persediaan spare part.

1.4 Maksud Penelitian dan Tujuan PenelitianBerdasarkan permasalahan yang penulis uraikan, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :a. Untuk mengetahui persediaan spare part apa saja yang dibutuhkan oleh konsumen pada bengkel CV. Surya Prima A Yani (Yamaha)b. Untuk mengetahui metode persediaan spare part apa yang diterapkan oleh Bengkel CV. Surya Prima A Yani dan bagaimana perhitungan persediaanya.

1.5 Manfaat/Kegunaan Penelitian1.5.1 Manfaat AkademisSebagai pembelajaran yang sudah di pelajari di perkuliahan dan memberi wawasan bagi penulis sendiri maupun pembaca serta mampu menganalisis suatu keadaan secara teoritis dan secara praktis.

1.5.2 Manfaat PraktisPeneliti mengharapkan dapat memberikan masukan pada CV. Surya Prima A Yani (Yamaha) dalam menentukan Stock Spare Part khususnya pada perhitungan persediaan barang.

4

5

BAB IIKAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Literatur2.1.1Pengertian PersediaanHamizar Muhamad Nuh (2011) menyatakan :Pengertian persediaan sangat bergantung pada jenis operasional perusahaan. Pada perusahaan dagang persediaan adalah barang-barang yang dibeli dan dijual oleh perusahaan yang bersangkutan tanpa menggadakan perubahan yang berarti terhadap barang yang bersangkutan. Dalam perusahaan industri istilah persediaan meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Pengertian persediaan berdasarkan PSAK No. 14 butir 4 adalah :Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk dijual kembali, misalnya barang dagangan dibeli oleh pengecer untuk dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk dijual kembali. Pesediaan juga mencakupi barang jadi yang telah diproduksi, atau barang dalam penyelesaiaan yang sedang diproduksi oleh perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi.

Sementara itu Zaki Baridwan (1992) menjelaskan :Dalam akuntansi, persediaan meliputi semua barang yang dimiliki oleh perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan akan dijual kembali baik melalui proses produksi atau secara langsung.Raja Adri Satriawan Surya ( 2011 ) juga menjelaskan :Persediaan meliputi asset yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, misalnya; barang dagangan yang dibeli oleh pegecer untuk dijual kembali atau pengadaan tanah dan properti lainya untuk dijual kembali.Dalam akuntansi pada perusahaan industri persediaan yang dimilikinya dapat dibagi sebagai berikut :a) Persediaan Bahan Baku ( Row Material )Adalah bahan baku yang akan digunakan untuk membuat barang jadi. Bila kita masuk ke sebuah perubahaan industri garmen, maka bahan bakunya adalah kain. Bila kita masuk ke sebuah perusahaan industri Perabot ( Mebel ), maka bahan bakunya adalah kayu.b) Persediaan Perlengkapan Pabrik ( Supplies )Adalah barang-barang yang mempunyai fungsi melancarkan proses produksi, misalnya oli mesin, bahan pembersih mesin, dan lain-lain.c) Persediaan bahan Penolong pabrik ( Indirec material )Adalah barang atau bahan yang juga menjadi bagian dari proses produksi yang nilainya kecil-kecil, misalnya benang dan kancing pada industri garmen, atau paku, mor pada industri perabot.d) Persediaan Barang dalam proses ( Good In process )Adalah bahan baku yang sudah mulai di olah kedalam proses produksi akan tetapi bahan baku ini belum selesai dikerjakan, misalnya kain yang baru selesai digunting atau dijahit krahnya pada industri garmen, atau papan yang sudah di serut pada industri perabot.e) Persediaan barang Jadi ( Finished Good )Adalah barang-barang yang sudah selesai diproses menjadi barang dagang yang siap dijual kepada konsumen. Misalnya, baju atau celana bagi industri garmen, atau lemari, kursi, sofa bagi industri perabot.Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan lainnya, biaya pengangkutan dan biaya lainnya yang secara langsung dapat di distribusikan pada perolehan barang jadi dan barang dagangan. Potongan pembelian ( Trade Discount ), rabat dan pos lain dapat dikurangkan ke dalam nilai perolehan persediaan yang bersangkutan. 2.1.2 Metode Pencatatan PersediaanDalam akuntansi, metode pencatatan persediaan barang dibedakan menjadi 2 yaitu :

A. Metode fisik/periodik ( Physical/Periodic Inventory system) Hamizar Muhammad Nuh (2011) menyatakan : Pencatatan transaksi persediaan barang dagangan dengan metode ini tidak langsung berkaitan dengan barang dagang yang bersangkutan. Misalnya bila terjadi pembelian barang dagangan akan dicatat pada rekening khusus yaitu pembelian ( purchase ) dan penjualan barang dagangan dicatat pada rekening penjualan. Dengan cara ini bertambahnya barang dagang atau berkurangnya barang dagang atau keluar masuknya barang dagangan tidak bisa di deteksi secara langsung. Akibat dari cara ini adalah barang dagang yang tercatat dalam pembukuan perusahaan pada akhir periode adalah barang dagang pada awal periode sehingga pada akhir periode nilainya harus dihitung kembali dan disesuaikan kembali dengan persediaan akhir periode. Barang dagang akhir periode harus dihitung fisiknya secara langsung agar dapat menggambarkan nilai persediaan barang dagang yang sesungguhnya dalam laporan keuangan. Dengan demikian agar nilai persediaan barang dagangan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan tercatat sama dengan nilai persediaan dengan akhir, maka harus dibuat jurnal penyesuain pada akhir periode akuntansi. Jurnal Penyesuain terhadap barang dagang dapat dibuat dengan dua cara yaitu dengan metode ikhtisar laba rugi dan dengan metode pokok penjualan.Penyesuain barang dagang metode ikhtisar Laba Rugi ( Income Summary ) adalah :Income SummaryxxxxMerchandise Inventory (Beginning)xxxxMarchandise Inventory ( Ending )xxxxIncome SummaryxxxxPenyesuaian barang dagang metode harga pokok penjualan ( Cost Of Good Sold ) :Merchandise Inventory ( Ending )xxxxCost Of Good SoldxxxxPurchase DiscountxxxxPurchase Return and AllowancexxxxPurchasexxxxFreight inxxxxMerchandise Inventory ( Beginning )xxxxDalam metode ini nilai harga pokok penjualan belum bisa diketahui secara langsung dari posting jurnal-jurnal yang kita buat diatas. Dalam penyusunan harga pokok penjualan ( Cost of good sold ) disusun dengan susunan persediaan awal ditambah pembelian bersih ( yaitu pembelian ditambah beban angkut masuk/freight in dan dikurangi retur pembelian dan potongan pembelian ) dan dikurangi persediaan akhir. ( Hamizar Muhamad Nuh : 2011: 93 )Sementara itu Zaki Baridwan (1992) menjelaskan :Metode fisik adalah pencatatan persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu harus dilakukan perhitungan fisik maka dapat diketahui jumlah barang yang ada di gudang.Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan cara sebagai berikut :Persediaan barang awalRp xxxPembelian ( neto )Rp xxx (+)Tersedia untuk dijualRp xxxPersediaan barang akhirRp xxx (-)Harga Pokok PenjualanRp xxxBila barang yang dimiliki jenisnya dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan waktu yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat, tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada waktu melakukan pencatatan penjualan ( Zaki Baridwan 1992 : 151 ) Dalam sistem periodik, persediaan dihitung dengan melakukan inventarisasi pada akhir periode. Hasil penghitungan tersebut dipakai untuk menghitung Harga pokok penjualan. Pada sistem periodik, setiap mutasi persediaan tidak dibuatkan pencatatan dan penghitungan persediaannya ( Waluyo 2009 : 75 )Contoh sebagaimana disebutkan tersebut selanjutnya dapat dibuat ayat jurnal sebagai berikut : a. Pada saat pembelianPembelianxxxxUtang dagang xxxxb. Pada saat penjualanPiutang DagangxxxxPenjualan xxxxUntuk sistem periodik, ayat jurnal yang berhubungan dengan Harga Pokok tidak dibuat karena Harga Pokok Penjualan dihitung secara periodik pada akhir periode akuntansi. B. Metode Permanen/Perpectual/Terus menerus ( Perpectual Inventory System )Hamizar Muhammad Nuh ( 2011 ) menyatakan :Pencatatan transaksi persediaan dengan metode ini akan langsung mempengaruhi persediaan barang dagang, dan dibantu dengan menggunakan buku pembantu persediaan barang dagangan dengan membuat kartu persediaan barang ( Stock Card ), metode ini akan langsung dapat menghitung nilai harga pokok penjualan barang, sehingga harga pokok penjualan barang tidak dalam laporan laba rugi tidak perlu dihitung lagi.Sementara itu Zaki Baridwan (1992) menjelaskan :Metode perpectual adalah metode pencatatan persediaan yang mengikuti mutasi persediaan baik kuantitas maupun harga pokok. Dengan menggunakan metode buku jumlah persediaan barang setiap saat dapat diketahui dari rekening persediaan.Dibandingkan dengan metode fisik maka metode buku merupakan cara yang lebih baik untuk mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan neraca dan laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi barang-barang dalam gudang. ( Zaki Baridwan 1992 : 152 )Dalam sistem perpectual ini persediaan biasanya dapat diketahui secara terus-menerus tanpa melakukan investarisasi fisik ( stock opname ). Oleh karena itu, setiap jenis barang dibuat kartu, dan setiap mutasi persediaan dicatat dalam kartu, baik harga maupun jumlah barang ( kuantitas ), sehingga pengendalian persediaan menjadi sangat mudah, yaitu dengan melakukan pencocokan antara kartu persediaan dan hasil inventarisasi fisik. ( Waluyo 2009 : 75 )Contoh sebagaimana disebutkan tersebut selanjutnya dapat dibuat ayat jurnal sebagai berikut : a. Pada saat pembelian PersediaanxxxxUtang Dagang xxxx

b. Pada saat penjualanPiutang Dagang xxxxPenjulan xxxxHarga Pokok Penjualan xxxxPersediaan xxxx

Tabel 1.1 Persediaan Pencatatan Sistem Fisik dan PerpectualKeteranganFisikPerpectual

1. Pembelian barang dagangPembelian xxxPersediaan barang dagang xxx

Kas/hutang xxx Kas/hutang xxx

2. Biaya angkut pembeliaan Biaya angkut pembeliaan xxxPersediaan barang dagang xxx

Kas/hutang xxx Kas/hutang xxx

3. Retur pembeliaanKas/hutang xxxKas/hutang xxx

Retur pembeliaan xxx Persediaan barang dagang xxx

4. Potongan pembelianKas/hutang xxxKas/hutang xxx

Pot pembeliaan xxx Persediaan barang dagang xxx

5. PenjualanKas/piutang xxxKas/piutang xxx

Penjualan xxx Penjualan xxx

Hpp xxx

Persediaan barang dagang xxx

6. Potongan penjualanPot penjualan xxxPot penjualan xxx

Kas/piutang xxx Kas/piutang xxx

7. Retur penjualanRetur penjualan xxxRetur penjualan xxx

Kas/piutang xxx Kas/piutang xxx

Persediaan barang dagang xxx

Hpp xxx

2.1.3 Masalah Pemilikan Persediaan BarangUntuk menentukan apakah barang itu sudah dapat dicatat sebagai persediaan, dasar yang digunakan adalah hak pemilikan. Barang-barang akan dicatat sebagai persediaan pihak yang memiliki barang-barang tersebut, sehingga perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak pemilikan barang. Kadang-kadang terdapat keadaan di mana sulit untuk menentukan hak pemilikan barang sehingga dalam praktek akan ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan. ( Zaki Baridwan 1992 : 152 ) Kesulitan menentukan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam keadaan berikut ini :Barang-barang dalam perjalanan ( Goods in Transit )Syarat syarat pengiriman tersebut ada 2 yakni :1. FOB ( Free On Board ) Shipping Point, maka hak atas barang yang dikirim berpindah pada ketika barang-barang tersebut diserahkan pada pihak pengangkut. Pada saat tersebut penjual mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. Prinsip pengangkutan hak seperti ini biasanya sulit dilakukan dalam praktek karena bisanya pembeli tidak mengetahui kapan barangnya dikirim. Oleh karena itu untuk memudahkan pencatatan persediaan, maka pembeli akan mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya pada waktu barang-barang tersebut diterima oleh pembeli, sedangkan penjual akan mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya pada waktu mengirimkan barang-barang tersebut. Penyimpangan ini baru menjadi masalah jika pada tanggal penyusunan laporan keuangan ada barang-barang dalam perjalan pada tanggal neraca harus ditentukan milik siapa.2. FOB ( Free On Broad ) Destination, bahwa hak atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang dikirim sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan hak atas barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli. Pada saat tersebut penjual mengurangi persediaan barangnya dan mencatat penjualan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya.2.1.4 Metode Penentuan Harga Pokok PersediaanUntuk dapat menghitung harga pokok penjualan dan harga pokok persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara yaitu :a. Indentitas KhususMetode indentifikasi khusus didasarkan pada anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Untuk itu perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui. Harga pokok penjualaan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual dan sisanya merupakan persediaan akhir. Metode ini dapat digunakan dalam perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan persediaan dengan cara fisik maupun cara buku/perpectual. Tetapi karena cara ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang yang luas maka jarang digunakan. ( Zaki Baridawan 1992 : 159 )Metode ini menganggap sisa barang dagangan yang masih tersisa dapat di identifasikan dan ditelusuri secara jelas dari pembelian tanggal berapa saja barang dagang tersebut berasal. ( Hamizar Muhammad Nuh 2011 : 96 ) b. Masuk Pertama Keluar Pertama ( First In First Out - FIFO )Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan akhir dibebani harga pokok terakhir. ( Zaki Baridwan 1992 : 159 )FIFO ( First In First Out ) metode ini dipakai untuk menentukan harga pokok dari barang yang sudah dijual, bila harga pokok penjualan dihitung dengan metode FIFO, maka dianggap barang yang dibeli pertama harus dijual ( dikeluarkan ) lebih dahulu. Bila penjualan atau pengeluaran barang melebihi jumlah pembelian barang dagang yang pertama tadi, maka diambilkan dari pembelian berikutnya. ( Hamizar Muhamad Nuh 2011 : 97 )c. Rata rata Tertimbang ( Weighted Avarage )Dalam metode ini barang-barang yang dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. ( Zaki Baridwan 1992 : 162 )Matode ini menganggap nilai barang dagang akhir harus dikalikan dengan harga rata-rata tertimbang. ( Hamizar Muhamad Nuh 2011 : 97 )d. Harga Pokok Rata-rata Sederhana ( Simple Avarage )Harga pokok persediaan dalam metode ini ditentukan dengan menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya. ( Zaki Baridwan 1992 : 174 )e. Masuk Terakhir Keluar Pertama ( Last In First Out-LIFO )Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan yang masuk sebelumya. Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok pembelian yang pertama dan berikutnya. ( Zaki Baridwan 1992 165 )LIFO ( Last In First Out ) metode ini dipakai untuk menentukan harga pokok dari barang yang sudah terjual. Bila harga pokok penjualan dihitung dengan metode masuk terakhir keluar pertama ( MTKP ) atau FIFO, maka dianggap barang yang dibeli terakhir harus dijual ( dikeluarkan ) lebih dahulu. Bila penjualan ( pengeluaran ) barang yang terakhir melebihi jumlah pembelian barang dagang yang terakhir tadi, maka diambilkan dari pembelian sebelumnya. ( Hamizar Muhamad Nuh 2011 : 97 )

Tabel 1.2 Kartu Persediaan ( Stock Card )Kartu Persediaan ( Stock Card )Nama Barang : Kode : Harga Jual : Rp..

TglKeteranganMasukKeluar ( HPP )Saldo

UnitHargaJumlahUnitHargaJumlahUnitHargaJumlah

2.1.5 Metode TaksiranA. Metode Harga eceran ( Retail Method )Metode ini biasanya dipakai pada perusahaan yang menjual barang dagangan unit yang banyak dan harga beli yang relatif kecil. Misalnya pada toko kebutuhan sehari-hari. ( Hamizar Muhamad Nuh 2011 : 102) Bila akan menghitung nilai persediaan dengan cara ini akan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :1. Menentukan harga pokok dan harga eceran2. Menentukan persediaan barang yang tersedia dijual3. Menentuka ratio ( % ) antara barang yang tersedia dijual menurut harga pokok dengan harga pasar ( harga pokok/harga eceran x 100%)4. Menentukan taksiran nilai persediaan akhir menurut harga eceran ( barang persediaan dijual penjual )5. Menentukan nilai persediaan akhir menurut harga pokok ( % ratio X n. persediaan akhir menurut harga eceran )Taksiran nilai persediaan akhir menurut harga eceran adalah barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan harga eceran dikurangi dengan barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan harga pokok.Metode persediaan eceran diterapkan secara luas oleh perusahaan-perusahaan pegecer, khususnya toko serba ada, untuk mendapatkan estimasi posisi persediaan yang dapat diandalkan bilamana diperlukan. ( Smith. Skousen Nugroho Widjajanto 1992 : 339 )B. Metode Laba KotorMetode ini menganggap bahwa persentase laba kotor periode yang lalu dan periode yang akan datang adalah sama. Untuk menghitung nilai persediaan pada akhir periode dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Menentukan persentase ( % ) laba kotor periode yang lalau2. Menetukan persediaan yang tersedia dijual periode sekarang3. Menentukan harga pokok penjualan = penjualan laba kotor/penjulan bersih x 100 % )4. Menentukan nilai persediaan akhir ( Barang Persediaan Dijual Harga Pokok PenjualanMetode laba kotor ( gross profit menthod ) estimasi didasarkan pada suatu hubungan yang diasumsikan antara laba kotor dan penjualan. ( Smith. Skousen Nugroho Widjajanto 1992 : 335 )2.1.6 Akibat Kesalahan Mencatat PersediaanKesalahan dalam mencatat jumlah barang persediaan barang akan mempengaruhi neraca dan laporan laba rugi. Beberapa kesalahan pencatatan persediaan dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan adalah sebagai berikut: ( Zaki Baridwan 1992 : 178 )1. Persediaan akhir dicantumkan terlalu besar akibat dari salah hitung, harga atau salah mencatat barang-barang yang sudah dijual.Tahun berjalan :Laporan laba rugi ; harga pokok penjualan terlalu kecil karena persediaan akhir terlalu besar, dan laba terlalau besar.Neraca ; persediaan barang terlalu besar dan modal terlalu besar.Tahun berikutnya :Laporan laba rugi ; harga pokok penjualan terlalu besar karena persediaan awal terlalu besar, dan laba terlalu kecil.Neraca ; kesalahan tahun lalu sudah diimbangi oleh kesalahan laporan laba rugi tahun ini sehingga neraca benar ( counter balanced )2. Persediaan akhir dicantumkan terlalu kecil akibat dari salah hitung, harga atau salah mencatat barang-barang yang sudah dibeli. Kesalahan-kesalahan yang terjadi adalah kebaikan dari kesalahan nomor 1 diatas.3. Persediaan akhir dicantumkan terlalu besar bersama dengan belum dicatatnya piutang dan penjualan pada akhir periode.Tahun berjalan :Laporan laba rugi ; penjualan terlalu kecil sebesar harga jual barang-barang tersebut dan harga pokok penjualan terlalau kecil sebesar harga pokok barang-barang tersebut sehingga laba bruto dan laba bersih terlalau kecil sebesar laba bruto dari penjualan tersebut.Neraca ; piutang terlalu kecil sebesar harga jual barang tersebut dan persediaan barang terlalu besar sebesar harga pokok barang-barang tersebut, sehingga modal terdahulu kecil sebesar laba bruto dari penjualan tersebut.Tahun berikutnya :Laporan laba rugi ; penjualan tahun lalu dicatat dalam tahun ini sehingga penjualan terlalu besar sebesar harga jual. Harga pokok penjualan juga terlalu besar sebesar harga pokoknya, karena persediaan awal terlalu besar, sehingga laba bruto dan laba bersih terlalu besar sebesar laba bruto penjualan tersebut.Neraca ; kesalahan tahun lalu sudah diimbangi oleh kesalahan laporan laba rugi tahun ini sehingga neraca benar ( counter balanced ).4. Persediaan akhir dicantumkan terlalu kecil bersama dengan belum dicatatnya utang dan pembelian pada akhir periode.Tahun berjalan :Laporan laba rugi ; pembelian terlalau kecil, tetapi diimbangi dengan persediaan akhir yang terlalau kecil. Oleh karena itu laba bruto dan laba bersihnya benar.Neraca ; modalnya benar, tetapi aktiva lancar dan utang jangka pendek terlalu kecil.Tahun berikutnya :Laporan laba rugi ; persediaan awal terlalau kecil tetapi diimbangi pembelian yang terlalau besar karena pembelian tahun lalu dicatat dalam tahun ini. Oleh karena itu laba bruto dan laba bersihnya benar.Neraca ; kesalahan tahun lalu tidak mempengaruhi tahun ini.Apabila kesalahan-kesalahan persediaan baru diketahui setelah buku-buku ditutup pada akhir tahun berikutnya maka kesalahan-kesalahan tersebut sudah tidak mempunyai pengaruh apa-apa ( counter balanced ), oleh karena itu tidak diperlukan koreksi atas kesalahan-kesalahan tersebut. ( Zaki Bardiwan 1992 : 180 )

2.2 Kerangka PemikiranSetiap perusahaan ingin memiliki laba, melihat jumlah rupiah yang diinvestasikan, persediaan barang yang akan dijual merupakan salah satu harta yang paling besar bagi usaha perdagangan. Dengan mencapai tujuan pada setiap targetnya, dan menjual produk yang berkualitas, setiap produk yang di jual adalah barang yang diperlukan konsumen dan keperluan yang pasti digunakan konsumen untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini CV. Surya Prima A Yani ( Yamaha ) harus jeli untuk menjual Spare Part yang benar-benar diperlukan konsumen maka perlu adanya Persediaan yang cukup dan metode persediaan yang benar. Karena manajemen persediaan yang efektif merupakan kunci keberhasilan operasi perusahaan, manajemen harus bisa mengatur keseimbangan persediaan agar persediaan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.Mengingat jumlah kendaraan bermotor sangat berpengaruh tehadap spare part yang harus tersedia hal ini untuk memenuhi permintaan konsumen dan juga perhitungan persediaan yang ada pada perusahaan sehingga sesuai dengan perhitungan akuntasi yang benar.Gambar 1.1 Analisis Persediaan Spare Part

Menurut Akuntasi yang BenarMetodePersediaanPersediaanSpare PartBengkel

BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian3.1.1Metode PenelitianDalam metodelogi penelitiaan ini penulis menggunakan penelitian Deskriptif yaitu menganalisis data penjualan spare part yang ada pada CV. Surya Prima A Yani. 3.1.2 Teknik Pengumpulan DataAda beberapa metode yang penulis gunakan dalam mengumpulkan data-data atau keterangan yang diperlukan yaitu sebagai berikut:a. Observasi Untuk memahami permasalahan yang ada, penulis melakukan penelitian dengan memperhatikan, mengamati apa dan bagaimana metode yang berjalan, serta dengan melihat objek yang diteliti dalam waktu yang bersamaan.b. WawancaraDalam pengumpulan data, yaitu mengadakan komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan suatu tujuan untuk memperoleh informasi yang yang dibutuhkan oleh penulis.

3.1.2.1 Studi Kepustakaan Selain melakukan observasi dan wawancara, penulis juga melakukan pengumpulan data dengan cara studi pustaka. Dalam metode ini penulis melengkapi data-data yang diperoleh dengan membaca dan mempelajari dari buku-buku yang relevan serta pendapat dari para ahli yang berkompeten dengan masalah yang diteliti, dengan mempelajari konsep-konsep secara tekstual pada literatur - literatur yang berhubungan dengan metode yang dikerjakan. Sebagai acuannya adalah buku buku yang berhubungan dengan metode serta buku buku pendukung yang diperlukan pada saat penulis melakukan penelitian.3.1.2.2 Studi LapanganYaitu cara pengumpulan data dengan langsung mendatangi persuhaan yang akan diteliti dengan meminta data yang diperlukan.3.1.3 Teknis Analisis DataDidalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data deskriptif kualitatif, dimana hasil penelitian beserta analisanya di uraikan dalam suatu tulisan, kemudian dari analisis yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan.3.2 Lokasi dan Waktu PenelitianLokasi penelitiaan yang penulis lakukan untuk memperoleh data dan informasi ini bertempat di CV. Surya Prima A Yani di Jl. A Yani km 2 Banjarmasin.3.2 Sistematika Penelitian1.1 Latar Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Pembatasan Masalah1.4 Maksud Penelitian dan Tujuan Penelitian1.5 Manfaat/Kegunaan Penelitian5.1.1 Manfaat Akademis5.1.2 Manfaat Praktis2.1 Kajian Literatur2.1.1 Pengertian Persediaan2.1.2 Metode Pencatatan Persediaan2.1.3 Masalah Pemilikan Persediaan2.1.4 Metode Penentuan Harga Pokok Persediaan2.1.5 Metode Taksiran2.1.6 Akibat Kesalahan Mencatat Persediaan2.2 Kerangka Pemikiran3.1 Pendekatan Penelitian3.1.1 Metodelogi Penelitian3.1.2 Teknik Pengumpulan Data3.1.2.1 Studi Kepustakaan3.1.2.2 Studi Lapangan3.1.3 Teknis Analisis Data3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian3.3 Sistematika Penulis