25
1
BAB 1PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangKendaraan bermotor telah mendominasi sebagian
besar jalan karena motor lebih irit dan efisien waktu saat terjadi
kemacetan. Motor merupakan alat transportasi sederhana dan banyak
digunakan oleh masyarakat, karena pengguna motor yang bertambah
setiap tahunnya maka penyediaan spare part harus ditingkatkan.
Setiap motor memiliki beberapa jenis spare part yang mempunyai
fungsi tersendiri dan dapat terkait atau terpisah dengan spare part
lainya. Spare part adalah kerangka dari motor jika tidak ada spare
part maka sebuah motor tersebut tidak akan berjalan. Namun spare
part kadang susah di cari dan bahkan banyak yang tidak asli.
Perusahaan harus mampu mengenal apa yang dibutuhkan dan diharapkan
konsumen, jumlah permintaan spare part yang banyak membuat sebuah
perusahan harus menjual produk yang banyak agar memuaskan konsumen.
Sebagian besar para konsumen mencari spare part yang rutin
digunakan contohnya seperti busi namun kadang juga konsumen mencari
barang spare part yang jarang digunakan dan kadang barang yang
dinginkan oleh konsumen harus dipesan terlebih dahulu karena stock
barang yang digunakan tidak ada. Penyedia spare part hanya menyedia
barang yang
sering digunakan oleh konsumen lainnya agar barang yang dijual
pasti akan terjual. Banyak sekali perusahaan yang menjual berbagai
produk spare part saat ini membuat perusahaan semakin bersaing
untuk menjual produk yang berkualitas, setiap perusahaan harus
lebih efektif dalam menangani stok persediaan barang.CV. Surya
Prima A Yani (Yamaha) adalah sebuah perusahan dagang dan jasa yang
bergerak dibidang otomotif merupakan grup dari PT. Surya Timur
Sakti Jatim (STSJ) yang menyedia berbagai produk motor & spare
part Yamaha serta memiliki pelayanan perbaikan pemeliharaan motor
Yamaha. Namun penulis disini hanya meneliti persediaan stock barang
spare part saja. Dari latar belakang yang dikemukakan maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian : Analisis Persediaan Spare
Part Bengkel Yamaha dan Metode Perhitungan Persediaan Pada CV.
Surya Prima A Yani Banjarmasin .
1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang penelitian yang
penulis uraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah
sebagai berikut :1. Bagaimana persediaan spare part divisi bengkel
terhadap pemenuhan perbaikan sepeda motor konsumen ?2. Bagaimana
metode yang digunakan untuk pemenuhan perhitungan persediaan barang
spare part ?
1.3 Pembatasan MasalahDalam penyusunan Tugas Akhir agar tidak
ada kesalahpahaman terhadap pembahasan lebih lanjut, maka perlu
adanya pembatasan masalah sebagai berikut :1. Mengetahui persediaan
sparepart yang ada di bengkel.2. Mengetahui metode yang digunakan
untuk perhitungan persediaan spare part.
1.4 Maksud Penelitian dan Tujuan PenelitianBerdasarkan
permasalahan yang penulis uraikan, maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :a. Untuk
mengetahui persediaan spare part apa saja yang dibutuhkan oleh
konsumen pada bengkel CV. Surya Prima A Yani (Yamaha)b. Untuk
mengetahui metode persediaan spare part apa yang diterapkan oleh
Bengkel CV. Surya Prima A Yani dan bagaimana perhitungan
persediaanya.
1.5 Manfaat/Kegunaan Penelitian1.5.1 Manfaat AkademisSebagai
pembelajaran yang sudah di pelajari di perkuliahan dan memberi
wawasan bagi penulis sendiri maupun pembaca serta mampu
menganalisis suatu keadaan secara teoritis dan secara praktis.
1.5.2 Manfaat PraktisPeneliti mengharapkan dapat memberikan
masukan pada CV. Surya Prima A Yani (Yamaha) dalam menentukan Stock
Spare Part khususnya pada perhitungan persediaan barang.
4
5
BAB IIKAJIAN LITERATUR DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Kajian Literatur2.1.1Pengertian PersediaanHamizar Muhamad
Nuh (2011) menyatakan :Pengertian persediaan sangat bergantung pada
jenis operasional perusahaan. Pada perusahaan dagang persediaan
adalah barang-barang yang dibeli dan dijual oleh perusahaan yang
bersangkutan tanpa menggadakan perubahan yang berarti terhadap
barang yang bersangkutan. Dalam perusahaan industri istilah
persediaan meliputi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan
barang jadi. Pengertian persediaan berdasarkan PSAK No. 14 butir 4
adalah :Persediaan meliputi barang yang dibeli dan disimpan untuk
dijual kembali, misalnya barang dagangan dibeli oleh pengecer untuk
dijual kembali, atau pengadaan tanah dan properti lainnya untuk
dijual kembali. Pesediaan juga mencakupi barang jadi yang telah
diproduksi, atau barang dalam penyelesaiaan yang sedang diproduksi
oleh perusahaan, dan termasuk bahan serta perlengkapan yang akan
digunakan dalam proses produksi.
Sementara itu Zaki Baridwan (1992) menjelaskan :Dalam akuntansi,
persediaan meliputi semua barang yang dimiliki oleh perusahaan pada
saat tertentu, dengan tujuan akan dijual kembali baik melalui
proses produksi atau secara langsung.Raja Adri Satriawan Surya (
2011 ) juga menjelaskan :Persediaan meliputi asset yang tersedia
untuk dijual dalam kegiatan usaha biasa, misalnya; barang dagangan
yang dibeli oleh pegecer untuk dijual kembali atau pengadaan tanah
dan properti lainya untuk dijual kembali.Dalam akuntansi pada
perusahaan industri persediaan yang dimilikinya dapat dibagi
sebagai berikut :a) Persediaan Bahan Baku ( Row Material )Adalah
bahan baku yang akan digunakan untuk membuat barang jadi. Bila kita
masuk ke sebuah perubahaan industri garmen, maka bahan bakunya
adalah kain. Bila kita masuk ke sebuah perusahaan industri Perabot
( Mebel ), maka bahan bakunya adalah kayu.b) Persediaan
Perlengkapan Pabrik ( Supplies )Adalah barang-barang yang mempunyai
fungsi melancarkan proses produksi, misalnya oli mesin, bahan
pembersih mesin, dan lain-lain.c) Persediaan bahan Penolong pabrik
( Indirec material )Adalah barang atau bahan yang juga menjadi
bagian dari proses produksi yang nilainya kecil-kecil, misalnya
benang dan kancing pada industri garmen, atau paku, mor pada
industri perabot.d) Persediaan Barang dalam proses ( Good In
process )Adalah bahan baku yang sudah mulai di olah kedalam proses
produksi akan tetapi bahan baku ini belum selesai dikerjakan,
misalnya kain yang baru selesai digunting atau dijahit krahnya pada
industri garmen, atau papan yang sudah di serut pada industri
perabot.e) Persediaan barang Jadi ( Finished Good )Adalah
barang-barang yang sudah selesai diproses menjadi barang dagang
yang siap dijual kepada konsumen. Misalnya, baju atau celana bagi
industri garmen, atau lemari, kursi, sofa bagi industri
perabot.Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea
masuk dan lainnya, biaya pengangkutan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat di distribusikan pada perolehan barang jadi dan
barang dagangan. Potongan pembelian ( Trade Discount ), rabat dan
pos lain dapat dikurangkan ke dalam nilai perolehan persediaan yang
bersangkutan. 2.1.2 Metode Pencatatan PersediaanDalam akuntansi,
metode pencatatan persediaan barang dibedakan menjadi 2 yaitu :
A. Metode fisik/periodik ( Physical/Periodic Inventory system)
Hamizar Muhammad Nuh (2011) menyatakan : Pencatatan transaksi
persediaan barang dagangan dengan metode ini tidak langsung
berkaitan dengan barang dagang yang bersangkutan. Misalnya bila
terjadi pembelian barang dagangan akan dicatat pada rekening khusus
yaitu pembelian ( purchase ) dan penjualan barang dagangan dicatat
pada rekening penjualan. Dengan cara ini bertambahnya barang dagang
atau berkurangnya barang dagang atau keluar masuknya barang
dagangan tidak bisa di deteksi secara langsung. Akibat dari cara
ini adalah barang dagang yang tercatat dalam pembukuan perusahaan
pada akhir periode adalah barang dagang pada awal periode sehingga
pada akhir periode nilainya harus dihitung kembali dan disesuaikan
kembali dengan persediaan akhir periode. Barang dagang akhir
periode harus dihitung fisiknya secara langsung agar dapat
menggambarkan nilai persediaan barang dagang yang sesungguhnya
dalam laporan keuangan. Dengan demikian agar nilai persediaan
barang dagangan yang akan dilaporkan dalam laporan keuangan
tercatat sama dengan nilai persediaan dengan akhir, maka harus
dibuat jurnal penyesuain pada akhir periode akuntansi. Jurnal
Penyesuain terhadap barang dagang dapat dibuat dengan dua cara
yaitu dengan metode ikhtisar laba rugi dan dengan metode pokok
penjualan.Penyesuain barang dagang metode ikhtisar Laba Rugi (
Income Summary ) adalah :Income SummaryxxxxMerchandise Inventory
(Beginning)xxxxMarchandise Inventory ( Ending )xxxxIncome
SummaryxxxxPenyesuaian barang dagang metode harga pokok penjualan (
Cost Of Good Sold ) :Merchandise Inventory ( Ending )xxxxCost Of
Good SoldxxxxPurchase DiscountxxxxPurchase Return and
AllowancexxxxPurchasexxxxFreight inxxxxMerchandise Inventory (
Beginning )xxxxDalam metode ini nilai harga pokok penjualan belum
bisa diketahui secara langsung dari posting jurnal-jurnal yang kita
buat diatas. Dalam penyusunan harga pokok penjualan ( Cost of good
sold ) disusun dengan susunan persediaan awal ditambah pembelian
bersih ( yaitu pembelian ditambah beban angkut masuk/freight in dan
dikurangi retur pembelian dan potongan pembelian ) dan dikurangi
persediaan akhir. ( Hamizar Muhamad Nuh : 2011: 93 )Sementara itu
Zaki Baridwan (1992) menjelaskan :Metode fisik adalah pencatatan
persediaan yang tidak mengikuti mutasi persediaan sehingga untuk
mengetahui jumlah persediaan pada suatu saat tertentu harus
dilakukan perhitungan fisik maka dapat diketahui jumlah barang yang
ada di gudang.Perhitungan harga pokok penjualan dilakukan dengan
cara sebagai berikut :Persediaan barang awalRp xxxPembelian ( neto
)Rp xxx (+)Tersedia untuk dijualRp xxxPersediaan barang akhirRp xxx
(-)Harga Pokok PenjualanRp xxxBila barang yang dimiliki jenisnya
dan jumlahnya banyak, maka perhitungan fisik akan memakan waktu
yang cukup lama dan akibatnya laporan keuangan juga akan terlambat,
tidak diikutinya mutasi persediaan dalam buku menjadikan metode ini
sangat sederhana baik pada saat pencatatan pembelian maupun pada
waktu melakukan pencatatan penjualan ( Zaki Baridwan 1992 : 151 )
Dalam sistem periodik, persediaan dihitung dengan melakukan
inventarisasi pada akhir periode. Hasil penghitungan tersebut
dipakai untuk menghitung Harga pokok penjualan. Pada sistem
periodik, setiap mutasi persediaan tidak dibuatkan pencatatan dan
penghitungan persediaannya ( Waluyo 2009 : 75 )Contoh sebagaimana
disebutkan tersebut selanjutnya dapat dibuat ayat jurnal sebagai
berikut : a. Pada saat pembelianPembelianxxxxUtang dagang xxxxb.
Pada saat penjualanPiutang DagangxxxxPenjualan xxxxUntuk sistem
periodik, ayat jurnal yang berhubungan dengan Harga Pokok tidak
dibuat karena Harga Pokok Penjualan dihitung secara periodik pada
akhir periode akuntansi. B. Metode Permanen/Perpectual/Terus
menerus ( Perpectual Inventory System )Hamizar Muhammad Nuh ( 2011
) menyatakan :Pencatatan transaksi persediaan dengan metode ini
akan langsung mempengaruhi persediaan barang dagang, dan dibantu
dengan menggunakan buku pembantu persediaan barang dagangan dengan
membuat kartu persediaan barang ( Stock Card ), metode ini akan
langsung dapat menghitung nilai harga pokok penjualan barang,
sehingga harga pokok penjualan barang tidak dalam laporan laba rugi
tidak perlu dihitung lagi.Sementara itu Zaki Baridwan (1992)
menjelaskan :Metode perpectual adalah metode pencatatan persediaan
yang mengikuti mutasi persediaan baik kuantitas maupun harga pokok.
Dengan menggunakan metode buku jumlah persediaan barang setiap saat
dapat diketahui dari rekening persediaan.Dibandingkan dengan metode
fisik maka metode buku merupakan cara yang lebih baik untuk
mencatat persediaan yaitu dapat membantu memudahkan penyusunan
neraca dan laporan laba rugi, juga dapat digunakan untuk mengawasi
barang-barang dalam gudang. ( Zaki Baridwan 1992 : 152 )Dalam
sistem perpectual ini persediaan biasanya dapat diketahui secara
terus-menerus tanpa melakukan investarisasi fisik ( stock opname ).
Oleh karena itu, setiap jenis barang dibuat kartu, dan setiap
mutasi persediaan dicatat dalam kartu, baik harga maupun jumlah
barang ( kuantitas ), sehingga pengendalian persediaan menjadi
sangat mudah, yaitu dengan melakukan pencocokan antara kartu
persediaan dan hasil inventarisasi fisik. ( Waluyo 2009 : 75
)Contoh sebagaimana disebutkan tersebut selanjutnya dapat dibuat
ayat jurnal sebagai berikut : a. Pada saat pembelian
PersediaanxxxxUtang Dagang xxxx
b. Pada saat penjualanPiutang Dagang xxxxPenjulan xxxxHarga
Pokok Penjualan xxxxPersediaan xxxx
Tabel 1.1 Persediaan Pencatatan Sistem Fisik dan
PerpectualKeteranganFisikPerpectual
1. Pembelian barang dagangPembelian xxxPersediaan barang dagang
xxx
Kas/hutang xxx Kas/hutang xxx
2. Biaya angkut pembeliaan Biaya angkut pembeliaan xxxPersediaan
barang dagang xxx
Kas/hutang xxx Kas/hutang xxx
3. Retur pembeliaanKas/hutang xxxKas/hutang xxx
Retur pembeliaan xxx Persediaan barang dagang xxx
4. Potongan pembelianKas/hutang xxxKas/hutang xxx
Pot pembeliaan xxx Persediaan barang dagang xxx
5. PenjualanKas/piutang xxxKas/piutang xxx
Penjualan xxx Penjualan xxx
Hpp xxx
Persediaan barang dagang xxx
6. Potongan penjualanPot penjualan xxxPot penjualan xxx
Kas/piutang xxx Kas/piutang xxx
7. Retur penjualanRetur penjualan xxxRetur penjualan xxx
Kas/piutang xxx Kas/piutang xxx
Persediaan barang dagang xxx
Hpp xxx
2.1.3 Masalah Pemilikan Persediaan BarangUntuk menentukan apakah
barang itu sudah dapat dicatat sebagai persediaan, dasar yang
digunakan adalah hak pemilikan. Barang-barang akan dicatat sebagai
persediaan pihak yang memiliki barang-barang tersebut, sehingga
perubahan catatan persediaan akan didasarkan pada perpindahan hak
pemilikan barang. Kadang-kadang terdapat keadaan di mana sulit
untuk menentukan hak pemilikan barang sehingga dalam praktek akan
ditemui adanya penyimpangan-penyimpangan. ( Zaki Baridwan 1992 :
152 ) Kesulitan menentukan perpindahan hak atas barang antara lain
timbul dalam keadaan berikut ini :Barang-barang dalam perjalanan (
Goods in Transit )Syarat syarat pengiriman tersebut ada 2 yakni :1.
FOB ( Free On Board ) Shipping Point, maka hak atas barang yang
dikirim berpindah pada ketika barang-barang tersebut diserahkan
pada pihak pengangkut. Pada saat tersebut penjual mencatat
penjualan dan mengurangi persediaan barangnya, sedangkan pembeli
mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya. Prinsip
pengangkutan hak seperti ini biasanya sulit dilakukan dalam praktek
karena bisanya pembeli tidak mengetahui kapan barangnya dikirim.
Oleh karena itu untuk memudahkan pencatatan persediaan, maka
pembeli akan mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya
pada waktu barang-barang tersebut diterima oleh pembeli, sedangkan
penjual akan mencatat penjualan dan mengurangi persediaan barangnya
pada waktu mengirimkan barang-barang tersebut. Penyimpangan ini
baru menjadi masalah jika pada tanggal penyusunan laporan keuangan
ada barang-barang dalam perjalan pada tanggal neraca harus
ditentukan milik siapa.2. FOB ( Free On Broad ) Destination, bahwa
hak atas barang baru berpindah pada pembeli jika barang-barang yang
dikirim sudah diterima oleh pembeli. Jadi perpindahan hak atas
barang terjadi pada tanggal penerimaan barang oleh pembeli. Pada
saat tersebut penjual mengurangi persediaan barangnya dan mencatat
penjualan, sedangkan pembeli mencatat pembelian dan menambah
persediaan barangnya.2.1.4 Metode Penentuan Harga Pokok
PersediaanUntuk dapat menghitung harga pokok penjualan dan harga
pokok persediaan akhir dapat digunakan berbagai cara yaitu :a.
Indentitas KhususMetode indentifikasi khusus didasarkan pada
anggapan bahwa arus barang harus sama dengan arus biaya. Untuk itu
perlu dipisahkan tiap-tiap jenis barang berdasarkan harga pokoknya
dan untuk masing-masing kelompok dibuatkan kartu persediaan
sendiri, sehingga masing-masing harga pokok bisa diketahui. Harga
pokok penjualaan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual
dan sisanya merupakan persediaan akhir. Metode ini dapat digunakan
dalam perusahaan-perusahaan yang menggunakan prosedur pencatatan
persediaan dengan cara fisik maupun cara buku/perpectual. Tetapi
karena cara ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun gudang
yang luas maka jarang digunakan. ( Zaki Baridawan 1992 : 159
)Metode ini menganggap sisa barang dagangan yang masih tersisa
dapat di identifasikan dan ditelusuri secara jelas dari pembelian
tanggal berapa saja barang dagang tersebut berasal. ( Hamizar
Muhammad Nuh 2011 : 96 ) b. Masuk Pertama Keluar Pertama ( First In
First Out - FIFO )Harga pokok persediaan akan dibebankan sesuai
dengan urutan terjadinya. Apabila ada penjualan atau pemakaian
barang-barang maka harga pokok yang dibebankan adalah harga pokok
yang paling terdahulu, disusul yang masuk berikutnya. Persediaan
akhir dibebani harga pokok terakhir. ( Zaki Baridwan 1992 : 159
)FIFO ( First In First Out ) metode ini dipakai untuk menentukan
harga pokok dari barang yang sudah dijual, bila harga pokok
penjualan dihitung dengan metode FIFO, maka dianggap barang yang
dibeli pertama harus dijual ( dikeluarkan ) lebih dahulu. Bila
penjualan atau pengeluaran barang melebihi jumlah pembelian barang
dagang yang pertama tadi, maka diambilkan dari pembelian
berikutnya. ( Hamizar Muhamad Nuh 2011 : 97 )c. Rata rata
Tertimbang ( Weighted Avarage )Dalam metode ini barang-barang yang
dipakai untuk produksi atau dijual akan dibebani harga pokok
rata-rata. Perhitungan harga pokok rata-rata dilakukan dengan cara
membagi jumlah harga perolehan dengan kuantitasnya. ( Zaki Baridwan
1992 : 162 )Matode ini menganggap nilai barang dagang akhir harus
dikalikan dengan harga rata-rata tertimbang. ( Hamizar Muhamad Nuh
2011 : 97 )d. Harga Pokok Rata-rata Sederhana ( Simple Avarage
)Harga pokok persediaan dalam metode ini ditentukan dengan
menghitung rata-ratanya tanpa memperhatikan jumlah barangnya. (
Zaki Baridwan 1992 : 174 )e. Masuk Terakhir Keluar Pertama ( Last
In First Out-LIFO )Barang-barang yang dikeluarkan dari gudang akan
dibebani dengan harga pokok pembelian yang terakhir disusul dengan
yang masuk sebelumya. Persediaan akhir dihargai dengan harga pokok
pembelian yang pertama dan berikutnya. ( Zaki Baridwan 1992 165
)LIFO ( Last In First Out ) metode ini dipakai untuk menentukan
harga pokok dari barang yang sudah terjual. Bila harga pokok
penjualan dihitung dengan metode masuk terakhir keluar pertama (
MTKP ) atau FIFO, maka dianggap barang yang dibeli terakhir harus
dijual ( dikeluarkan ) lebih dahulu. Bila penjualan ( pengeluaran )
barang yang terakhir melebihi jumlah pembelian barang dagang yang
terakhir tadi, maka diambilkan dari pembelian sebelumnya. ( Hamizar
Muhamad Nuh 2011 : 97 )
Tabel 1.2 Kartu Persediaan ( Stock Card )Kartu Persediaan (
Stock Card )Nama Barang : Kode : Harga Jual : Rp..
TglKeteranganMasukKeluar ( HPP )Saldo
UnitHargaJumlahUnitHargaJumlahUnitHargaJumlah
2.1.5 Metode TaksiranA. Metode Harga eceran ( Retail Method
)Metode ini biasanya dipakai pada perusahaan yang menjual barang
dagangan unit yang banyak dan harga beli yang relatif kecil.
Misalnya pada toko kebutuhan sehari-hari. ( Hamizar Muhamad Nuh
2011 : 102) Bila akan menghitung nilai persediaan dengan cara ini
akan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :1. Menentukan harga
pokok dan harga eceran2. Menentukan persediaan barang yang tersedia
dijual3. Menentuka ratio ( % ) antara barang yang tersedia dijual
menurut harga pokok dengan harga pasar ( harga pokok/harga eceran x
100%)4. Menentukan taksiran nilai persediaan akhir menurut harga
eceran ( barang persediaan dijual penjual )5. Menentukan nilai
persediaan akhir menurut harga pokok ( % ratio X n. persediaan
akhir menurut harga eceran )Taksiran nilai persediaan akhir menurut
harga eceran adalah barang yang tersedia untuk dijual berdasarkan
harga eceran dikurangi dengan barang yang tersedia untuk dijual
berdasarkan harga pokok.Metode persediaan eceran diterapkan secara
luas oleh perusahaan-perusahaan pegecer, khususnya toko serba ada,
untuk mendapatkan estimasi posisi persediaan yang dapat diandalkan
bilamana diperlukan. ( Smith. Skousen Nugroho Widjajanto 1992 : 339
)B. Metode Laba KotorMetode ini menganggap bahwa persentase laba
kotor periode yang lalu dan periode yang akan datang adalah sama.
Untuk menghitung nilai persediaan pada akhir periode dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :1. Menentukan persentase ( %
) laba kotor periode yang lalau2. Menetukan persediaan yang
tersedia dijual periode sekarang3. Menentukan harga pokok penjualan
= penjualan laba kotor/penjulan bersih x 100 % )4. Menentukan nilai
persediaan akhir ( Barang Persediaan Dijual Harga Pokok
PenjualanMetode laba kotor ( gross profit menthod ) estimasi
didasarkan pada suatu hubungan yang diasumsikan antara laba kotor
dan penjualan. ( Smith. Skousen Nugroho Widjajanto 1992 : 335
)2.1.6 Akibat Kesalahan Mencatat PersediaanKesalahan dalam mencatat
jumlah barang persediaan barang akan mempengaruhi neraca dan
laporan laba rugi. Beberapa kesalahan pencatatan persediaan dan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan adalah sebagai berikut: (
Zaki Baridwan 1992 : 178 )1. Persediaan akhir dicantumkan terlalu
besar akibat dari salah hitung, harga atau salah mencatat
barang-barang yang sudah dijual.Tahun berjalan :Laporan laba rugi ;
harga pokok penjualan terlalu kecil karena persediaan akhir terlalu
besar, dan laba terlalau besar.Neraca ; persediaan barang terlalu
besar dan modal terlalu besar.Tahun berikutnya :Laporan laba rugi ;
harga pokok penjualan terlalu besar karena persediaan awal terlalu
besar, dan laba terlalu kecil.Neraca ; kesalahan tahun lalu sudah
diimbangi oleh kesalahan laporan laba rugi tahun ini sehingga
neraca benar ( counter balanced )2. Persediaan akhir dicantumkan
terlalu kecil akibat dari salah hitung, harga atau salah mencatat
barang-barang yang sudah dibeli. Kesalahan-kesalahan yang terjadi
adalah kebaikan dari kesalahan nomor 1 diatas.3. Persediaan akhir
dicantumkan terlalu besar bersama dengan belum dicatatnya piutang
dan penjualan pada akhir periode.Tahun berjalan :Laporan laba rugi
; penjualan terlalu kecil sebesar harga jual barang-barang tersebut
dan harga pokok penjualan terlalau kecil sebesar harga pokok
barang-barang tersebut sehingga laba bruto dan laba bersih terlalau
kecil sebesar laba bruto dari penjualan tersebut.Neraca ; piutang
terlalu kecil sebesar harga jual barang tersebut dan persediaan
barang terlalu besar sebesar harga pokok barang-barang tersebut,
sehingga modal terdahulu kecil sebesar laba bruto dari penjualan
tersebut.Tahun berikutnya :Laporan laba rugi ; penjualan tahun lalu
dicatat dalam tahun ini sehingga penjualan terlalu besar sebesar
harga jual. Harga pokok penjualan juga terlalu besar sebesar harga
pokoknya, karena persediaan awal terlalu besar, sehingga laba bruto
dan laba bersih terlalu besar sebesar laba bruto penjualan
tersebut.Neraca ; kesalahan tahun lalu sudah diimbangi oleh
kesalahan laporan laba rugi tahun ini sehingga neraca benar (
counter balanced ).4. Persediaan akhir dicantumkan terlalu kecil
bersama dengan belum dicatatnya utang dan pembelian pada akhir
periode.Tahun berjalan :Laporan laba rugi ; pembelian terlalau
kecil, tetapi diimbangi dengan persediaan akhir yang terlalau
kecil. Oleh karena itu laba bruto dan laba bersihnya benar.Neraca ;
modalnya benar, tetapi aktiva lancar dan utang jangka pendek
terlalu kecil.Tahun berikutnya :Laporan laba rugi ; persediaan awal
terlalau kecil tetapi diimbangi pembelian yang terlalau besar
karena pembelian tahun lalu dicatat dalam tahun ini. Oleh karena
itu laba bruto dan laba bersihnya benar.Neraca ; kesalahan tahun
lalu tidak mempengaruhi tahun ini.Apabila kesalahan-kesalahan
persediaan baru diketahui setelah buku-buku ditutup pada akhir
tahun berikutnya maka kesalahan-kesalahan tersebut sudah tidak
mempunyai pengaruh apa-apa ( counter balanced ), oleh karena itu
tidak diperlukan koreksi atas kesalahan-kesalahan tersebut. ( Zaki
Bardiwan 1992 : 180 )
2.2 Kerangka PemikiranSetiap perusahaan ingin memiliki laba,
melihat jumlah rupiah yang diinvestasikan, persediaan barang yang
akan dijual merupakan salah satu harta yang paling besar bagi usaha
perdagangan. Dengan mencapai tujuan pada setiap targetnya, dan
menjual produk yang berkualitas, setiap produk yang di jual adalah
barang yang diperlukan konsumen dan keperluan yang pasti digunakan
konsumen untuk kebutuhan sehari-hari. Dalam hal ini CV. Surya Prima
A Yani ( Yamaha ) harus jeli untuk menjual Spare Part yang
benar-benar diperlukan konsumen maka perlu adanya Persediaan yang
cukup dan metode persediaan yang benar. Karena manajemen persediaan
yang efektif merupakan kunci keberhasilan operasi perusahaan,
manajemen harus bisa mengatur keseimbangan persediaan agar
persediaan tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah.Mengingat
jumlah kendaraan bermotor sangat berpengaruh tehadap spare part
yang harus tersedia hal ini untuk memenuhi permintaan konsumen dan
juga perhitungan persediaan yang ada pada perusahaan sehingga
sesuai dengan perhitungan akuntasi yang benar.Gambar 1.1 Analisis
Persediaan Spare Part
Menurut Akuntasi yang BenarMetodePersediaanPersediaanSpare
PartBengkel
BAB IIIMETODELOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian3.1.1Metode PenelitianDalam metodelogi
penelitiaan ini penulis menggunakan penelitian Deskriptif yaitu
menganalisis data penjualan spare part yang ada pada CV. Surya
Prima A Yani. 3.1.2 Teknik Pengumpulan DataAda beberapa metode yang
penulis gunakan dalam mengumpulkan data-data atau keterangan yang
diperlukan yaitu sebagai berikut:a. Observasi Untuk memahami
permasalahan yang ada, penulis melakukan penelitian dengan
memperhatikan, mengamati apa dan bagaimana metode yang berjalan,
serta dengan melihat objek yang diteliti dalam waktu yang
bersamaan.b. WawancaraDalam pengumpulan data, yaitu mengadakan
komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang terkait dengan suatu
tujuan untuk memperoleh informasi yang yang dibutuhkan oleh
penulis.
3.1.2.1 Studi Kepustakaan Selain melakukan observasi dan
wawancara, penulis juga melakukan pengumpulan data dengan cara
studi pustaka. Dalam metode ini penulis melengkapi data-data yang
diperoleh dengan membaca dan mempelajari dari buku-buku yang
relevan serta pendapat dari para ahli yang berkompeten dengan
masalah yang diteliti, dengan mempelajari konsep-konsep secara
tekstual pada literatur - literatur yang berhubungan dengan metode
yang dikerjakan. Sebagai acuannya adalah buku buku yang berhubungan
dengan metode serta buku buku pendukung yang diperlukan pada saat
penulis melakukan penelitian.3.1.2.2 Studi LapanganYaitu cara
pengumpulan data dengan langsung mendatangi persuhaan yang akan
diteliti dengan meminta data yang diperlukan.3.1.3 Teknis Analisis
DataDidalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data
deskriptif kualitatif, dimana hasil penelitian beserta analisanya
di uraikan dalam suatu tulisan, kemudian dari analisis yang telah
dilakukan diambil suatu kesimpulan.3.2 Lokasi dan Waktu
PenelitianLokasi penelitiaan yang penulis lakukan untuk memperoleh
data dan informasi ini bertempat di CV. Surya Prima A Yani di Jl. A
Yani km 2 Banjarmasin.3.2 Sistematika Penelitian1.1 Latar
Belakang1.2 Rumusan Masalah1.3 Pembatasan Masalah1.4 Maksud
Penelitian dan Tujuan Penelitian1.5 Manfaat/Kegunaan
Penelitian5.1.1 Manfaat Akademis5.1.2 Manfaat Praktis2.1 Kajian
Literatur2.1.1 Pengertian Persediaan2.1.2 Metode Pencatatan
Persediaan2.1.3 Masalah Pemilikan Persediaan2.1.4 Metode Penentuan
Harga Pokok Persediaan2.1.5 Metode Taksiran2.1.6 Akibat Kesalahan
Mencatat Persediaan2.2 Kerangka Pemikiran3.1 Pendekatan
Penelitian3.1.1 Metodelogi Penelitian3.1.2 Teknik Pengumpulan
Data3.1.2.1 Studi Kepustakaan3.1.2.2 Studi Lapangan3.1.3 Teknis
Analisis Data3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian3.3 Sistematika
Penulis