Top Banner

of 30

revisi 1 sampai metode

Jul 20, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

1

I. PENDAHULUAN1.1. Latar Belakang Ichtyologi berasal dari gabungan dua kata dari bahasa Yunani yaitu Ichthyes yang artinya ikan dan Logos artinya ilmu. Dengan demikian Ikhtiology adalah suatui ilmu pengetahuan yang mempelajari ikan dengan segala aspek kehidupannya (Buku Diktat Ikhtiology, 1989). Ilmu ini merupakan salah satu cabang dari biologi. Ikan dapat didefenisikan sebagai binatang vertebrata yang berdarah dingin atau poikoloterm yang hidup dalam lingkungan air. Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara, tingkah laku dan kebiasaan hidup dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat atau lingkungan dimana ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh, macam-macam alat tubuh, sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan menyesuaikan diri dengan faktor fisika, kimia, dan biologis dari habitat yang bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu air, arus, pH, salinitas, dan makhluk-makhluk lainnya. Penyesuaian bentuk tubuh, cara bergerak, tingkah laku maupun kebiasaan makan hidup sesuai dengan habitatnya, bertujuan untuk menyesuaikan diri dalam mencari makan, atau untuk keselamatan hidupnya (Djuanda, 1981). Menurut Hadiwiyoto (1993), perkembangan pengetahuan tentang ikan merupakan hasil dari keingintahuan yang selalu ada pada manusia tentang alam dan dari kebutuhan mereka akan keterangan yang berkaitan dengan jenis ikan yang digunakan untuk tujuan komersial maupun rekreasi. Ikan telah menyediakan mkan bagi jutaan umat manusia di dunia. Budidaya iakn dilakukan manusia dengan

2

berbagai upaya untuk mendapatkan produksi yang besar akan suatu jenis iakn. Upaya itu meliputi cara pemberian makan, pemupukan, pemilihan jenis ikan, dan sebagainya. Selain menyediakan makanan ikan pun dapat memberikan kesenangan yaitu sebagai ikan hias yang dipelihara di aquarium. Di banyak negara, olahraga memancing ikan sudah merupakan olahraga yang sangat menarik perhatian orang. Menurut Lagler et al. (1997), sejak abad XVIII Ikhtiologi telah berkembang meliputi beberapa cabang ilmu, antara lain: a. Klasifikasi, yaitu melanjutkan upaya mencatat semua jenis ikan yang masih hidup maupun yang sudah berupa fosil, memasukannya ke dalam taksa dan menentukan nama ilmiahnya. b. Anatomi, mempelajari struktur ikan secara makroskopik, embriologi serta perbandingan suatu jenis ikan dengan jenis ikan lainnya, termasuk fosil yang masih ada. c. Evolusi dan genetika, mempelajari asal mula ikan, perkembangan ikan sebelumnya dan mekanisme perubahan ciri-ciri mereka. d. Natural history dan ekologi, mempelajari cara hidup dan habitat serta interaksi antara ikan yang satu dengan ikan yang lain dalam lingkungannya. e. Fisiologi dan biokimia, mempelajari fungsi dan sistem organ, metabolisme, integrasi sistem pada tubuhnya. Praktikum Ikhtiologi kali ini, mengharapkan agar praktikan mampu mengerti dan memahami tentang ikhtiologi beserta ilmu-ilmu yang mendukung di dalamnya berdasarkan dasar teori yang dapat dipertanggungjawabkan. Disampimg itu, dengan praktikum ini juga diharapkan dapat mengembangkan wawasan praktikan dalam mengenal dan mempelajari lebih jauh tentang morfologi, anatomi, fisiologi,

3

taksonomi dan identifikasi ikan dengan proses pembedahan ikan secara langsung dengan didampingi oleh asisten. Ichtyologi merupakan suatu ilmu khusus yang mempelajari ikan dari segala aspek kehidupannya, termasuk di dalamnya bentuk luar atau morfologi, anatomi, fisiologi, taksonomi, serta identifikasinya (Djuanda, 1981).

1.2. Tujuan Tujuan dilaksanakannya praktikum Ikhtiologi adalah sebagai berikut: 1. Mempelajari dan mengetahui struktur morfologi ( bentuk luar ) tubuh ikan dari berbagai jenis habitat (tawar, payau, dan laut), baik dari ikan osteichthyes (Teleostei) maupun ikan chondrichthyes (Elasmobranchia). 2. Mempelajari dan mengetahui beberapa sistem organ tubuh pada beberapa jenis ikan secara sectio anatomis, antara lain: a. Sistem digestoria b. Sistem muscularia c. Sistem skeleton d. Sistem circulatoria e. Sistem urogenitalia f. Sistem respiratoria g. Sistem optik h. Sistem nervorum

4

3. Membuat dan mengetahui suatu deskripsi tentang ciri-ciri luar yang nampak serta pengukurannya antar bagian tubuh ikan serta membandingkannya sebagai kunci identifikasi, antara lain: a. Desksipsi tubuh ikan b. Perbandingan antara bagian tubuh ikan, seperti fork length (Panjang hingga cabang ekor), standard length (panjang standar), total length (panjang total), diameter mata, panjang dan lebar kepala, panjang predorsal, tinggi badan, tinggi batang ekor serta ukuran panjang sirip-siripnya. c. Deskripsi bentuk, warna dan perbandingan tubuh ikan d. Rumus sirip (sirip dada, sirip punggung, sirip perut, sirip dubur) e. Letak sirip perut terhadap sirip dada f. Bentuk dan tipe sisik g. Jumlah sisik (di atas, di bawah, dan pada linnea lateralis) h. Letak mulut i. Bentuk dan tipe ekor j. Tulang tambahan pada tutup insang 4. Mengidentifikasi jenis-jenis ikan ditunjang dengan buku-buku identifikasi yang dianjurkan, yaitu: a. Saanin, H. 1968. Taksonomi Dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta:Jakarta 5. Membuat klasifikasi ikan sesuai dengan aturan yang telah ada dari buku identifikasi di atas.

1.3. Waktu dan Tempat

5

Praktikum Ikhtiologi ini dilaksanakan pada : Hari Tanggal Waktu Tempat : Selasa dan Rabu : 19 dan 20 Mei 2008 : 07.00 WIB - selesai : Laboratorium MSP jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro

II. TINJAUAN PUSTAKA

6

2.1. Morfologi Ikan Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara tingkah laku dan kebiasaan hidup di dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata Iain habitat atau lingkungan dimana ikan itu akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh dan macam-macam alat tubuh, sedangkan cara bergerak maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Bervariasi sekali, tetapi morfologi dasarnya adalah terdiri dari kepala, badan, dan ekor, bentuk umum : bilateral simetri, dan nonsimetri Ikan akan menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika, kimia dan biologis dari habitat yang bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu air, arus air, pH, salinitas dan mahkluk lainnya seperti plankton, jasad renik, bentos, dan sebagainya (Djuanda, 1981). Menurut Djuanda (1981), ikan yang hidup di dasar perairan seperti ikan pari akan menyesuaikan bentuk tubuhnya terutama pada bagian perut yang datar dan pada bagian perutnya yang cembung, sedangkan ikan yang hidup di dekat permukaan (ikan pelagis) mempunyai bentuk pada bagian perut dap punggung cembung. Disamping bentuk, yang juga membedakan dari habitat ini adalah dari warnanya. Pada ikan yang hidup dipermukaan umumnya pada bagian punggung berwarna kehitam-hitaman atau kebiru-biruan, tengah keperakan dan perut keputihputihan. Sedangkan pada ikan-ikan yang hidup di dasar perairan (ikan demersal), mempunyai warna gelap dan di bagian punggung berwarna pucat. Ikan yang hidup di dalam lumpur diantara bebatuan, tumbuhan air, misalnya ikan belut, sidat akan memiliki bentuk tubuh memanjang seperti ular. Sedangkan pada ikan perenang cepat seperti tengiri, tongkol dan tuna mempunyai bentuk stream line (Djuanda, 1981).

7

Tubuh ikan pada umumnya mempunyai atau terbagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian kepala, badan, dan ekor. Ikan umumnya berbentuk simetris bilateral namun ada juga yang berbentuk tidak simetris bilateral yaitu ikan ilat-ilat (Cyonoglossus monopus) dan yang lainnya (Rahardjo, 1985). Pada bagaian kepala (caput) ikan, terdapat organ mata (organon visus), mulut (rima oris), lekuk hidung (fovea nasalis), dan tutup insang (operculum). Pada sebagian ikan juga terdapat sungut dan antena. Fungsi hidung pada ikan bukan untuk pernafasan melainkan untuk penciuman. Operculum atau tutup insang yang terdapat diantara kepala dan tubuerguna untuk melindungi insang. Ikan elasmobranchia tidak mempunyai tutup insang (Rahardjo, 1985). Sirip pada ikan berfungsi sebagai keseimbangan ubuh dan alat gerak. Sirip yang tidak berpasangan seperti sirip punggung dan sirip anus berfungsi sebagai penjaga keseimbangan. Sirip yang berjumlah sepasang fungsinya sebagai alat gerak, sedangkan sirip ekor untuk kemudi (Rahardjo, 1985). Menurut Rahardjo (1985), bentuk ekor ikan ditentukan oleh beberapa ruang vertebrata yang paling belakang. Ekor ikan dibagi menjadi tiga macam yaitu: 1. Protocercal Ruas-ruas vertebrata menyokong sirip ekor tanpa mengalami perubahan bentuk. Sirip ekor simetri antara bagian atas dan bawah. Tipe ini dimiliki oleh ikan kelas cephalaspidomorphi. 2. Heterocercal Bentuk ekor tidak simetri. Bagian atas ujung ekor melengkung ke atas dan disokong oleh ruas tulang punggung dan bagian ujung tulang ekor lebih pendek

8

dan disokong oleh beberapa jari-jari sirip ekor. Tipe ini terdapat pada kelas chondrictyes dan ikan bertulang sejati tingkat rendah. 3. Homocercal Bentuk ekor simetri, bagian atas sama dengan bagian bawah dan disokong oleh jari-jari sirip ekor. Dua ruas terakhir tulang punggung mengalami perubahan bentuk dan terdapat beberapa potong tulang tambahan. Menurut Rahardjo (1985), Bentuk tubuh ikan akan beradaptasi dengan cara tingkah laku dan kebiasaan hidup di dalam habitat ikan tersebut. Ikan yang hidup di daerah dasar perairan mempunyai bentuk perut datar dan punggung mengelembung. Sedangkan untuk ikan-ikan pelagis mempunyai bentuk bagian tubuh yang mengelembung pada bagian perut maupun punggung. Bentuk tubuh ikan terdiri dari: 1. Bentuk Torpedo Bentuk tubuh ramping dengan potongan melintang, badannya berbentuk elips dan bentuk ekor sempit tepat di depan sirip ekor. Bentuk tubuh ini dimiliki oleh ikan tuna, selar dan kembung betina. 2. Bentuk seperti ular Bentuk tubuh memanjang dengan penampang melintang bundar. Terdapat pada belut dan sidat.

3. Bentuk Pipih a. Pipih secara lateral

9

Ikan bentuk ini dalam keadaan biasa berenang dengan lambat dan bila ada bahaya mampu berenang dengan cepat. Misalnya ikan mas. b. Pipih secara dorsoventral Bentuk tubuh ini cocok dengan ikan yang hidup di dasar perairan misalnya genus Rajidae mobulidae. 4. Bentuk Tubuh Benang Terdapat pada famili Nemichtydae. 5. Bentuk Membulat Bentuk tubuh ikan ini bulat akan semakin tampak apabila dalam keadaan bahaya karena ikan akan mengembangkan tubuhnya semakin maksimal. Terdapat pada famili Tetraodentidae dan Diodontidae. 6. Bentuk Tubuh Pita Terdapat pada famili Trachypterydae dan Trichiuridae. 7. Bentuk Kombinasi Famili Claridae dan Pangasidae mempunyai kepala yang picak, badan bundar dan ekor yang pipih. Menurut Rahardjo (1985), Warna tubuh ikan disebabkan konfigurasi sisik (schemochroma) dan pigmen pembawa warna (biochrome), yaitu : 1. Carrotenoid 2. Chromolipoid 3. Indigoid 4. Melanin 5. Porphyrin 6. Flanin : kuning, merah : kuning sampai cokelat : biru, merah dan hijau : hitam cokelat : merah, hijau, kuning, biru dan cokelat : kuning kehijau-hijauan

10

7. Purin 8. Pterin

: putih keperak-perakan : putih, kuning, merah dan jingga

Sel khusus yang memeberikan warna pada ikan ada dua yaitu iridocyte dan cromatophore. Iridocyte disebut juga sel cermin karena mengandung bahan yang memantulkan cahaya warna yakni guanin kristal. Sel chromatophore terdapat dalam dermis. mempunyai butir-butir pigmen yang mengandung pigmen sungguhan. Chromatophore dasar ada tiga macam yaitu erythophore, xanthophore, dan melanophore (Rahardjo, 1985). Menurut Rahardjo (1985), berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan dibedakan menjadi : 1. Ganoid Terdiri dari garam-garam saponim. Bentuknya seperti belah ketupat. 2. Placoid Sisik dari tonjolan kulit. Bentuknya seperti duri halms dan terletak rebah ke belakang di bawah kulit. 3. Cycloid Disebut juga sisik lingkaran, mempunyai bentuk bulat, tipis transparan dan mempunyai lingkaran pada belakang bergirigi. 4. Ctenoid Disebut juga sisik sisir, mempunyai bentuk agak persegi.

5. Cosmoid

11

Pada ikan terdapat lima macam bentuk sirip yaitu sirip tunggal (sirip punggung, sirip dada dan sirip dubur), sirip berpasangan (sirip perut dan sirip dada). Sirip punggung terdapat pada ikan teleostei disokong oleh tulang rawan dalam pectoral girdle yang kuat walaupun rapuh atau lunak dan disebut caracos sapula. Pada sirip dada ikan teleostei, gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang demersal yang berasal dari tulang rawan adalah tulang ceracoid yang berpasangan, seapul dan empat pasang tulang radial. Sirip perut elasmobranchia disokong oleh tulang rawan pelvic yaitu tulang rawan tempat menemplenya tulang basipterygum. Sirip perutnya menempel pada tulang ini. Pada ikan jantan, di ujung rawan basal terdapat organ clasper yang digunakan dalam pcmijahan untuk membantu menyalurkan sperma. Pada kelas ostheichtyes, gelang bahu dan perut juga dibentuk dari tulang rawan yang disebut basipterygum (Rahardjo, 1985). Sirip merupakan salah satu bagian dari rangka appendicular. Pada ikan terdapat lima macam bentuk sirip, yaitu : 1. Sirip Punggung ( Pinnea dorsalis ) Pada ikan Chondrichtyes disokong oleh keeping-keping tulang rawan yang dinamakan rawan basal yang terdapat di bagian bawah yang bertumpu pada cucuk neural, dan rawan radial yang terdapat di atas rawan basal, memanjang jari-jari sirip. 2. Sirip Dada (Pinnae pectoralis) Pada ikan Chondrichtyes disokong oleh tulang rawan gelang bahu yang kuat dan disebut capula. Bentuk gelang bahu seperti huruf U dengan elemen-elemennya

12

terdiri atas sepasang tulang caracoid yang menjadi dasar huruf U. Tempat jarijari sirip bersendi pada sudutnya tulang scapula dan suprascapula. 3. Sirip Perut (Pinnae ventralis) Pada ikan Chondrichtyes disokong oleh tulang rawan pelavic yaitu tulang rawan tempat menempelnya tulang basipterygium. Sirip perutnya menempel pada tulang tersebut. Tulang rawan merupakan perpanjangan basipterygium dinamakan tulang rawan basal. Pada ikan jantan, di ujung tulang rawan basal terdapat clasper yang digunakan untuk membantu penyaluran sperma dalam pemijahan. 4. Sirip Ekor (Pinnea caudalis) Sirip ekor memiliki gumpalan urat daging lateral yang dihubungkan oleh bagian dasar daging. Urat daging pada ekor berfungsi menggerakan (dorsal fleksor dan ventral fleksor) dan mengembang-kempiskan seperti kipas (interfilamental di antara jari-jari sirip). 5. Sirip Dubur (Pinnae analis) Sirip dubur tersusun sebagai pasangan penegang (protactor) dan pengendur (retractor), urat daging lateral dan urat daging erector di bagian depan serta depressor di bagian belakang. Sirip dubur digunakan untuk gerak maju dan keseimbangan (Rahardjo, 1985). Menurut Rahardjo (1985), pada umumnya ikan memiliki tipe mulut yang berbeda tergantung dari lingkungan, cara makan dan jenis makanan yang dikonsumsi. Tipe mulut ikan yang dimaksud antara lain: 1. Tipe Terminal Yaitu letak mulut ikan terletak diujung depan kepala.

13

2.

Tipe Subterminal Yaitu letak mulut ikan terletak didekat ujung depan kepala. 3. Tipe Superior Yaitu letak mulut ikan terletak diujung bagian atas. 4. Tipe Inferior Yaitu letak mulut ikan terletak dibawah kepala.

2.2. Anatomi Ikan Anatomi ikan merupakan bagian dalam dari ikan. Anatomi dapat terlihat apabila ikan sudah disectio atau dibelah. Anatomi ikan meliputi: 1. Topografi ikan secara menyeluruh 2. Alat-alat dalam (Viscera) yang meliputi: a. Sistem Digestoria Sistem pencernaan pada ikan meliputi seluruh bagian alat pencernaan dan kelenjar pencernaan. Saluran pencernaan ini berfungsi sebagai pengaduk makanan yang masuk di mulut, mensekresikan enzim pencernaan, mencerna makanan dan mengabsorbsinya. Organ saluran pencernaan ikan meliputi: 1. Rongga mulut dan bagiannya: a. Bibir b. Langit-langit c. Dasar mulut d. Gigi

14

2. Oesophagus Oesophagus pada ikan sangat pendek, berbentuk kerucut dan terletak pada bagian belakang insang. 3. Ventrikel Berbentuk seperti huruf J sampai U dengan ukuran relatif besar. 4. Intestinum Pada ikan, intestinum ini relatif lurus dan panjang. Panjang intestinum ini tergantung dari makanannya dan ikan herbivora mempunyai intestinum yang besar atau panjang. Sedangkan pada ikan carnivora intestinumnya pendek. Ada dua bagian dari usus yaitu usus halus dan usus besar. Bagian usus halus yang berbatasan dengan pylorus (bagian bawah lambung) adalah duodenum yang mempunyai banyak usus buntu disebut pyloruccaeca (Saanin, 1981). Kelenjar pencernaan terdiri dari hati dan pankreas. Hati pada umumnya berbentuk padat memiliki saluran empedu yang bermuara pada saluran yang disebut ductus hapaticus. Pankreas berbeda-beda, pada ikan teleostei bercabang-cabang dan pada ikan elasmobranchi bentuknya padat. Kelenjar perncernaan ini berfungsi melancarkan pengolahan makanan (Saanin, 1968). b. Sistem Muscularia Pada umumnya otot ikan mempunyai 3 otot utama yaitu otot polos, otot jantung, otot rangka. Jika ditinjau dari sifatnya ada yang bersifat voluntary yaitu otot yang sifatnya dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar dan involuntari yaitu sifatnya tidak dipengaruhi oleh kemauan syaraf sadar (Rahardjo, 1985).

15

Menurut Rahardjo (1985), otot ikan di bagi 3 yaitu : 1. Otot Polos Otot yang mempunyai sifat involuntari ini terdapat pada beberapa bagian organ antara saluran pencernaan gelembung renang, saluran reproduksi, ekskresi dan sebagainya. 2. Otot Jantung Tersusun atas otot dan jaringan-jaringan pengikat. Otot jantung berwarna gelap, berbeda dengan otot bagian badan yang biasanya berwarna cokelat. Susunan otot jantung dibungkus oleh suatu selaput, bagian luar disebut pericardium dan bagian dalam disebut endocardium. Sifat otot ini involuntary (tidak sadar). 3. Otot Rangka Otot rangka ini mempunyai susunan yang bersifat kokoh dan berfungsi membentuk tubuh dan bergerak. Berkas-berkas otot badan bagian lateral (myomere) akan tampak sebagai daging jika dilihat dengan cara dikuliti. Myomoere diikat oleh suatu bagian yang merupakan otot yang tipis yang disebut myocoma. c. Sistem Sceleton Pada sistem ini yang diamati adalah bagian tulang punggung. Pada ikan toleostei, tulang punggung dibagi dua yaitu bagian tulang bagian badan dan ekor. Pada tulang bagian badan ini memiliki tulang rusuk sedangkan pada bagian ekor tidak memiliki (Rahardjo, 1985). Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh dan menyokong organ-organ tubuh dan berfungsi dalam pembentukan butir darah merah. Bentuk tubuh ikan ini sebenanya merupakan interaksi antar sistem rangka dan sistem otot serta evaluasi

16

dalam adaptasi kedua sistem tersebut terhadap suatu lingkungannya (Rahardjo, 1985). Rangka pada ikan, teleostei yang menjadi bentuk penegak tubuh ikan ada yang terdiri dari tulang rawan saja atau dari tulang sejati. Seluruh rangka elasmobranchia terdiri dari tulang rawan sedangkan pada osteichtyes pada permulaannya dibentuk melalui tahap tulang sejati dalam bentuk yang khusus melalui proses osifikasi, rangka diamati dengan cara menyayat daging ikan (Rahardjo, 1985). Rangka dibedakan menjadi tiga macam, yaitu: 1. Rangka Axial Rangka axial terdiri atas: - Tengkorak: Perkembangan embrionik tengkorak berasal dari tiga sumber yaitu Chondrocranium/Neurocranium rawan/elemen chondral). - Rusuk: Berasal dari scleretome disekeliling chorda dan batang syaraf, tiap-tiap somit (ruas) berkembang terdapat 4 tulang rawan (arcualia), 2 pasang arcuale diatas batang syaraf dan 2 pasang lagi dibawah corda. - Tulang punggung: Dibentuk oleh arcualia yang mengadakan invasi mengelilingi notochondra. Tetapi pada sebagian ikan pembentukan pusa tulang punggung (centrum) bukan semata-mata dari arcualia melainkan oleh sel mesenchyme (mesenchyme paracorda) bersama-sama arcualia membentuk centrum. (pembungkus otak berasal dari tulang

2. Rangka Visceral

17

Terdiri dari semua bagian tulang lengkung insang dan derivatnya. Rangka visceral ini menyokong insang dan mengelilingi faring, terdapat 7 tulang lengkung insang, 2 tulang lengkung insang pertama menjadi bagian tulang tengkorak dan 5 tulang lengkung insang lainnya sebagai penyokong insang. Pada ikan elasmobranchia, tiap lengkung insang terdiri dari beberapa potong rawan yang digabung jadi jeruji basal, sedangkan pada ikan teleostei sebagian besar bagian lengkung insang terosifikasi (proses pengulangan). 3. Rangka Appendicular Rangka appendicular ini sebagai tulang-tulang penyokong sirip dan pelekatnya. sirip tunggal terdiri atas sirip punggung (Pinnea dorsalis), sirip ekor, sirip dubur (Pinnea analis). Sirip berpasangan terdiri atas sirip dada (Pinnae pectoralis), sirip perut (Pinnae ventralis) (Djuanda, 1981 d. Sistem Circulatoria Alat peredaran darah pada ikan meliputi jantung dan pembuluh darah. Pembuluh darah terbagi menjadi dua yaitu vena dan arteri. Vena adalah pembuluh darah yang membawa darah menuju ke jantung. Arteri adalah pembuluh darah yang membawa darah dari jantung, dan kapiler adalah pembuluh darah yang menghubungkan dari ateri dan vena. Darah adalah suatu fluida yang dinamakan plasma tempat beberapa bahan lain tersuspensi ( Rahardjo,1985). Sistem peredaran darah ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Jantung bentuknya sangat tergantung pada jenis ikan yang disectio. Ikan yang bergerak aktif, prosentase berat jantungya terhadap berat tubuh lebih berat dibanding dengan ikan yang bergerak lebih lambat. Pembuluh darah ikan terdiri dari pembuluh darah

18

ventral dan pembuluh darah dorsal yang terletak sejajar sepanjang tubuh ikan (Saanin, 1986). Menurut Rahardjo (1985), sistem peredaran darah pada ikan memliki fungsi menyalurkan oksigen, hormon dan enzim melalui darab kebagian tubuh yang memerlukan. e. Sistem Respiratoria Organ utama untuk pernapasan dari dalam media air pada ikan adalah insang. Udara pernafasan diambil melalui mulut dan dikeluarkan melalui dubur. Udara pernafasan itu diambil secara difusi pada insang hasil dari perubahan tekanan pada ikan pada insang hasil dari perubahan tekanan pada mulut ikan pada saat membuka dan menutup operculum. 1. Insang pada ikan elasmobranchia Pada ikan elasmobranchia ini belum terdapat tutup insang sehingga celah insang langsung berhubungan dengan lingkungan. Celah insang berjumlah lima pasang. Pada jenis tertentu dijumpai enam sampai tujuh pasang celah insang. Pada keadaan biasa air masuk melalui mulut menuju insang. Di dalam rongga insang kemudian dikeluarkan melalui celah insang. Setiap lengkung insang terdapat tapis insangnya. Pada ikan elasmobranchia, insang disokong oleh rangka yang melengkung yang terdiri dari: a. Tapis insang Terdapat pada dasar lengkung insang. Mengarah kedalam rongga farink dan befungsi untuk menepis bahan makanan yang terbawa bersama yang terbawa bersama air pernafasan kemudian diteruskan kedalam oesophagus.

19

b. Jari-jari insang Melekat pada bagian luar dari lengkung insang, mengarah kepermukaan tubuh sebagai pengaruh penguat struktur insang. c. Lamela insang Berupa rambut halus terbungkus oleh ephitelium tipis dengan kapiler darah. Di sini terjadi proses pernafasan di dalam insang. Pada ikan elasmobranchia, hampir seluruh jari-jari insang dan melekat pada suatu septum (Djuanda, 1981). 2. Insang pada ikan teleostei Ikan ini memiliki operculum atau tutup insang. Operculum terdiri dari 4 bagian tulang dermal yaitu operculum, properculum, interculum dan sub operculum. Jari-jari insang selalu sepasang untuk lima pasang insang lengkung 1 dan 5 berupa holobranchia (Djuanda, 1981). Operculum tersusun atas empat potong tulang dermal (operculum, properculum, interculum, dan suboperculum). Terdapat radii branchiostegii, selaput tipis sebagai klep pada celah insang. Bagian depan selaput melekat pada operculum, sedangkan bagian belakang terlepas bebas. Septum insang hanya satu dan tidak menonjol keluar, bahkan kadang-kadang septum insang tidak ada. Jari-jari insang selalu ada sepasang, lengkung insang 1 atau 5 berupa hemibranchia, lengkung ke 2, 3, dan 4 berupa holobranchia. Lamela insang lengkung pertama hanya ada pada bagian belakang lengkung insang dan pada lengkung insang yang kelima hanya pada bagian depan saja. Beberapa jenis ikan mempunyai alat pernapasan tambahan yang dapat mengambil udara secara langsung dari udara. Ikan lele (Clarias sp) mempunyai insang tambahan berbentuk pohon di bagian atas lengkung insang kedua dan ketiga.

20

Insang tambahan ini disebut arborenscement organ yang berfungsi mengambil oksigen dari luar (Fujaya, 2004). f. Sistem Urogenitalia Merupakan gabungan antara urinaria dan sistem genitalis. Ikan termasuk hewan heteroseksual, artinya perbedaan antara sel kelamin jantan betina jelas. Perbedaan secara mikro dapat diketahui, misalnya dengan memijat pada bagian atas porus uregenitalis pada jantan maka akan mengeluarkan warna kuning. Pada ikan jantan, di dekat ginjal terdapat kantung berbentuk memanjang berwana putih keruh (Djatmiko, 1986). Sistem urogenitalia merupakan gabungan sistem urinaria dan sistem genitalis. Kedua sistem tersebut memiliki fungsi berbeda tetapi berhubungan sangat erat dengan adanya pembuluh darah dan lubang pelepasan yang digunakan bersama. Menurut Affandi (1992), ikan termasuk hewan heteroseksual, artinya perbedaan antara sel kelamin jantan dan betina jelas. Perbedaan secara mikro dapat diketahui, misalnya dengan kita memijat pada bagian di atas porus urogenotalia pada jantan, maka ikan mengeluarkan cairan putih seperti susu. Sedangkan pada ikan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan. Secara anatomis perbedaan tersebut akan terlihat jelas karena pada ikan jantan di dekat ginjal terdapat kantong berbentuk memanjang putih keruh, sedangkan pada ikan betina lebih besar dari pada ikan jantan. Alat perkembangbiakkan ikan yaitu gonade, gonade pada jantan disebut testis dan pada betina disebut ovarium.

21

1. Ovarium Terletak internal dan biasanya longitudinal, tersusun berpasangan akan tetapi juga sering bervariasi yaitu bersatu dan memendek bentuknya. Ukuran dan besarnya ovarium bergantung pada tingkat kematangan seksual dari ikan betina. Jika ovarium telah masak maka beratnya dapat mencapai 70% dari berat tubuhnya. Warna ovarium bervariasi, ketika masih muda keputih-putihan dan pada saat imature nampak agak kehijauan dan pada saat mature berwarna kuning keemasan seperti kuning telur. 2. Testis Terletak internal dan longitudinal, pada kebanyakan ikan mempunyai struktur ikan berpasangan. Terutama atas folikel-folikel tersebut berkembang spermatozoa. Ukuran dan warna testes berubah-ubah sesuai dengan tingkat kematangan seksualnya. Beratnya sekitar 12% dari berat tubuh ikan. Kebanyakan berwarna krem keputihan dan halus strukturnya. Jika testes masak maka saluran spermatica akan nampak membesar dan lebar. Pada beberapa species ada yang nampak granula (butir-butir). Ikan membuang sisa-sisa metabolismenya melalui saluran pencernaan dan kulit. Sebagian besar pembuangan sisa metabolisme melalui ginjal. Ginjal mempunyai dua tipe anatomi dasar, yaitu pronephros dan mesonephros (Rahardjo, 1985). g. Sistem Nervorum Menurut Rahardjo (1985), sistem ini terdapat pada otak, otak ikan dibagi menjadi lima bagian yaitu: 1. Telencephalon Bagian dari otak sebagai pusat yang berhubungan dengan pembau. 2. Diencephalon

22

Dibagi atas tiga macam yaitu: ephithalamus, thalamus, hypothalamus. Di bawah hypotalamus terdapat kelenjar hipophysa. Ikan-ikan fototaksis positif memiliki pigmen pada kepalanya dan atap crandial transparan diatas diencephalon. 3. Metencephalon Memiliki cerebellum yang berfungsi mengatur keseimbangan tubuh dalam air, mengatur tegangan otot dan daya orientasi terhadap lingkungan. Ikan-ikan perenang cepat memiliki cerebellum yang besar. 4. Mesencephalon Berfungsi sebagai pusat penglihatan. Tectum optikum yang merupakan organ koordinator yang melayani rangsangan penglihatan serta merupakan pusat-pusat saraf motoris. Keduanya merupakan bagian dari lobus optikus. 5. Myencephalon Bagian yang paling posterior dari otak. Komponen utamanya adalah medulla oblongata sebagai pusat syaraf cpada organ ini terdapat organ yang dinamakan crystal cerbelli.

2.3. Taksonomi Ikan Pada umumnya untuk menyusun klasifikasi adalah dengan menetapkan suatu definisi dari suatu kelompok atau kategori menurut skala hirarki. Tiap-tiap kategori meliputi satu atau lebih kelompok lebih rendah yang terdekat yang merupakan kategori berikutnya. Hasilnya adalah bahwa semua binatang dapat diklasifikasikan ke dalam suatu hirarki taksonomi yang terdiri dari suatu rentetan kategori-kategori yang meningkat dari spesies hingga kingdom. Tiap-tiap kategori meliputi satu atau beberapa kategori berikutnya, sebelum mengetahui klasifikasi, kita melihat ciri-cirinya terlebih dahulu (Saanin, 1986). Taksonomi atau sistematika adalah suatu ilmu mengenai klasifikasi dari jasadjasad. Istilah taksonomi berasal dari kata Yunani "taxis" yang berarti susunan dan

23

pengaturan. Dan dari kata "nomos" atau hukum dan istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 untuk teori mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan. Perkataan sistematika berasal dari "bahasa Yunani "systema" yang digunakan untuk sistem-sistem klasifikasi yang disusun oleh ahli-ahli pengetahuan alam di masa silam (Rahardjo, 1985). Dalam pemberian nama ilmiah, terdapat standarisasi pada pemberian nama spesies, genus, ordo, famili. Penggolongan dalam kategori-kategori tersebut didasarkan atas ciri-ciri bentuk luar maupun bentuk dalam pada macam-macam ikan seperti bentuk mulut, tutup insang, sirip dan yang lainnya. Menurut Saanin (1986), kategori yang masih dipakai adalah: 1. Kingdom 2. Phylum 3. Sub-Phylum 4. Class 5. Sub-Class 6. Ordo 7. Family 8. Genus 9. Species

2.4. Identifikasi Identifikasi merupakan salah satu dari tiga tugas pokok ahli taksonomi, dimana ini merupakan tingkatan analitis. Tugas pokok seorang ahli sistematika adalah mengelompokkan jasad yang telah begitu beraneka ragam dari alam ke

24

dalam berbagai kelompok yang sudah dikenal untuk menetapkan ciri-ciri penting dari kelompok ini dan untuk senantiasa mencari perbedaan yang tetap di antara kelompok itu. Disamping itu ahli ini harus memberikan nama ilmiah kepada kelompok-kelompok itu untuk memungkinkan pemberian nama pengakuan kepadanya oleh ahli-ahli lain di seluruh dunia. Kronologi geologis dari jasad tergantung dari ketetapan identifikasi dari fosil. Tiap survei ekologia yang bersifat ilmiah harus diselesaikan dengan mengidentifikasikan semua spesies yang ekologis penting. Ahli biologi juga telah menyadari pentingnya identifikasi yang tepat. Banyak sekali generasi yang memiliki spesies yang secara morfologis tidak berbeda. Perbedaannya terletak di dalam sifat fisiologisnya (Saanin, 1968). Menurut Subani (1978), upaya identifikasi dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tingkat Analisis Usaha-usaha pengenalan ciri-ciri biologis dan deskripsi spesies secara teliti tepat,cermat dan akurat. Dalam melakukan identifikasi terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu sifat-sifat, tanda-tanda bentuk luar tubuh ikan. Beberapa hal penting yang harus diketahui, antara lain: a. Rumus sirip, yaitu suatu rumus yang menggambarkan bentuk dan jumlah dari jari-jari sirip dan bentuk sirip. b. Perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi dari bagian tertentu atau antara bagian-bagian itu sendiri. c. Bentuk garis rusuk dan jumlah sisik yang membentuk garis rusuk. d. Bentuk sirip serta susunan dan tempatnya. e. Tulang-tulang insang. 2. Tingkat Sintesis

25

Tugas dari seorang ahli sistematika adalah pengenalan dan deskripsi secara seksama dan teliti dari spesies. Kemudian untuk menghindari tumbukan deskripsi yang membingungkan, dibuat suatu penyusunan yang teratur dari spesies-spesies. Menyusun kategori-kategori dari yang lebih tinggi ke yang lebih rendah dan menetapkan ciri-cirinya, dan harus menetapkan suatu klasifikasi.

26

III. MATERI DAN METODE3.1. Materi 3.1.1 Alat Alat-alat yang digunakan pada praktikum Ikhtiologi adalah: Tabel 1. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi No. Alat Ketelitian Kegunaan 1. Bak Paravin tempat untuk meletakkan ikan 2. Gunting bedah 3. Pinset 4. Pisau 5. Jarum sonde 6. Lup 7. Alat tulis 8. Penggaris 9. Jangka sorong 10. Tissue 11. Jarum pentul 12. Lembar data 13. Buku identifikasi 1 mm 0.1 mm Untuk membedah ikan Untuk membantu memudahkan membedah ikan Untuk mengiris daging ikan yang diamati Untuk melihat bagian-bagian preparat Untuk melihat preparat ukuran kecil Untuk mencatat dan menggambar hasil pengamatan Untuk mengukur panjang preparat Untuk mengukur panjang preparat Untuk membersihkan preparat Untuk menegakkan bagian tubuh preparat. Sebagai tempat pengisian data hasil pengamatan Mengidentifikasi ikan yang diamati Memotong tulang keras preparat Untuk mengamati sisik Untuk mengukur panjang saluran pencernaan 17. Cutter 3.1.2 Bahan Untuk memotong bagian-bagian pada ikan 14. Tang potong 15. Mikroskop 16. Benang jahit

27

Bahan yang digunakan dalam praktikum Ikhtiologi ini adalah ikan segar dari berbagai habitat (tawar, payau dan laut), baik jenis ikan teleostei maupun ikan elasmobranchia. Tabel 2. Bahan yang di pergunakan dalam praktikum Ikhtiologi No. Nama Ikan Nama Latin Teleostei Elasmobranchia 1. Sebelah Psettodes erumai 2. 3. 4. 5. Lele Pari blanak peperek Clarias leiacarithus Dasyatis sephen Psettodes erumei Leiognathus spp -

3.2 . Metode 3.2.1. Pengamatan morfologi ikan Prosedur pengamatan morfologi luar tubuh ikan adalah sebagai berikut: 1. Dibersihkan lendir pada tubuh ikan dengan tissue. 2. Ikan diletakkan pada baki/nampan/stereofoam dengan posisi kepala dihadapkan ke arah jilidan, dan ditancapkan jarum pentul pada sirip-sirip ikan sedemikian sehingga morfologi luar tubuh ikan yang akan diamati dapat terlihat dengan jelas. 3. Diukur bagian-bagian tubuh ikan, diamati sisik, bentuk dan tipe mulut, bentuk dan tipe ekor, ditentukan letak sirip perut terhadap sirip dada, diamati warna ikan pada bagian punggung, tengah dan perut, diamati ada tidaknya tulang tambahan penutup insang. 4. Hasil pengamatan digambar pada lembar data disertai dengan

keterangannya masing-masing. Pengamatan morfologi luar tubuh ikan ini meliputi:

28

1.Bentuk sisik 2.Jumlah sisik diatas dan dibawah linea lateralis, serta sisik peyusun linea lateralis itu sendiri. 3.Bentuk sirip pungung 4.Bentuk sirip ekor dan tipe-tipenya 5.Rumus sirip 6.Deskripsi tentang : Bentuk tubuh Warna tubuh Bentuk operculum dan bagian-bagiannya

- Panjag standar (SL), Panjang total (TL), dan Fork Length (FL), panjang kepala, lebar mata, panjang dimuka sirip punggung, panjang sirip dada, tingi badan, perut, ekor, dan tinggi ekor - Perbandingan antara Panjang Standar dan Tinggi tubuh ikan 3.2.2.Pengamatan anatomi ikan Dalam pengamatan anatomi ikan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: Melakukan sectio dengan hati-hati menggunakan pinset dan gunting agar tidak merusak organ dalam tubuh ikan, dengan langkah-langkah sebagai berikut: a) Membedah tubuh ikan mulai dari anus b) Mengamati dan mendiskripsikan organ dalam ikan c) Menggambar sistem digestoria d) Menggambar sistem musculatoria dengan cara memotong tubuh ikan secara melintang dan menggambar sistem musculatoria dari sisi membujur. e) Menggambar sistem circulatoria

29

f) Menggambar sistem respiratoria dengan cara mengambil dan menghitung jumlah insang dan menggambar sistem respiratoria g) Menggambar sistem skeleton pada perut dan ekor h) Menggambar sistem urogenetalia i) Menggambar sistem optik j) Menggambar sistem nervorum 3.2.3. Pengamatan taksonomi Prosedur pengamatan taksonomi ikan adalah: 1. Mencatat bentuk dan ciri-ciri morfologi ikan yang akan diidentifikasi. 2. Mencari dan mencocokkan data dari pengamatan dengan data yang telah ada dalam buku identifikasi yang digunakan. 3. Membuat tingkatan klasifikasi dari ikan. Data yang diperoleh menjadi acuan untuk membuat klasifikasi ikan tersebut beserta keterangannya dari tingkatan kingdom sampai tingkatan spesies. 3.2.4.Pengamatan sistem saraf pusat Dalam pengamatan sistem saraf pusat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memotong kepala ikan dengan pisau yang tanam di belakang batok kepalanya 2. Dengan pisau pula, caputnya dipotong melintang ke arah ventral dan pisahkan antara rahang atas dan rahang bawah, lalu amati bagian-bagiannya 3. Membersihkan seluruh insang, arborescent dan menguliti langit-langit atas sampai terlihat tulang keras pembentuk otak (hypofisa dilindungi oleh sellia turnica)

30

4. Menggunting tulang keras pembungkus otak dengan gunting kawat atau tang potong, kemudian mengamati syaraf-syaraf yang menghubungkan otak dengan organ-organ lain (mengamati syaraf-syarafnya) 5. Mengambil otak secara perlahan-lahan dengan menggunakan pinset, jarum sonde, serta gunting. Kemudian menggunakan kapas untuk membersihkan darah yang menempel pada bagian otak 6. Mengamati dengan teliti, kemudian menggambar bagian-bagiannya.