Top Banner
REVIEW Formulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) Sebagai Sediaan Lokal Penanganan Inflamasi Pada Penyakit Periodontal Oleh: Hissi Fitriyah A. PENDAHULUAN Diklofenak merupakan salah satu obat golongan NSAID yang banyak digunakan untuk menangani nyeri dan inflamasi, salah satunya pada penyakit periodontal. Hampir semua obat golongan NSAID memiliki efek samping terhadap usus dan duodenum. Apalagi pada wanita hamil usia trimester ketiga serta menyusui, natrium diklofenak digolongkan kategori B dan D. Untuk mengatasi efek samping akibat penggunaan natrium diklofenak, maka dibuatlah sediaan yang langsung bekerja pada pusat nyeri, salah satunya sediaan patch. Patch merupakan sediaan yang terdiri dari 2 lapisan, lapisan utamanya mengandung polimer yang adhesif dilapisi dengan lapisan backing yang impermeable. Polimer yang memiliki sifat mukoadhesif adalah polimer hidrofilik, salah satunya hidroksi propil metil selulosa (HPMC). Menurut penelitian Doshi et.al.,(2011), HPMC memiliki sifat adhesi yang lebih maksimal dibandingkan polimer polivinil alkohol (PVA) dan kombinasi PVA serta polimer polovinil pirolidon (PVP). Lapisan backing bersifat impermeable dengan air sebab berfungsi untuk mencegah zat aktif terlarut dan tertelan bersama saliva serta untuk memberikan aliran zat aktif secara searah ke lapisan mukosa. Polimer yang
18

REVIEW Jurnal Difusi

Dec 18, 2015

Download

Documents

Teori Farmasi Fisika
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

REVIEWFormulasi Patch Natrium Diklofenak Berbasis Polimer Hidroksi Propil Metil Selulosa (HPMC) Sebagai Sediaan Lokal Penanganan Inflamasi Pada Penyakit PeriodontalOleh: Hissi FitriyahA. PENDAHULUANDiklofenak merupakan salah satu obat golongan NSAID yang banyak digunakan untuk menangani nyeri dan inflamasi, salah satunya pada penyakit periodontal.Hampir semua obat golongan NSAID memiliki efek samping terhadap usus dan duodenum. Apalagi pada wanita hamil usia trimester ketiga serta menyusui, natrium diklofenak digolongkan kategori B dan D.Untuk mengatasi efek samping akibat penggunaan natrium diklofenak, maka dibuatlah sediaan yang langsung bekerja pada pusat nyeri, salah satunya sediaan patch.Patch merupakan sediaan yang terdiri dari 2 lapisan, lapisan utamanya mengandung polimer yang adhesif dilapisi dengan lapisan backing yang impermeable. Polimer yang memiliki sifat mukoadhesif adalah polimer hidrofilik, salah satunya hidroksi propil metil selulosa (HPMC). Menurut penelitian Doshi et.al.,(2011), HPMC memiliki sifat adhesi yang lebih maksimal dibandingkan polimer polivinil alkohol (PVA) dan kombinasi PVA serta polimer polovinil pirolidon (PVP).Lapisan backing bersifat impermeable dengan air sebab berfungsi untuk mencegah zat aktif terlarut dan tertelan bersama saliva serta untuk memberikan aliran zat aktif secara searah ke lapisan mukosa. Polimer yang paling banyak digunakan untuk pembentuk lapisan backing adalah etil selulosa, polivinil alkohol.

B. LATAR BELAKANG 1. Penyakit PeriodontalJaringan periodontal merupakan bagian dari struktur gigi yang tersusun atas bagian jaringan gigi lunak dan keras serta tulang alveolar yang berfungsi sebagai penyangga gigi. Kelainan periodontal disebabkan oleh adanya plak pada gigi atau adanya dampak luas akibat penyakit pada mukosa mulut.Tahapan penting yang terjadi pada proses terjadinya penyakit periodontal yaitu: Pertama, adanya mekanisme pertahanan yang membentuk inflamasi pada gusi akibat paparan plak gigi, proses peradangan ini dikenal sebagai gingivitis. Kedua, terjadinya kerusakan periodontal yang menyebabkan kerusakan jaringan penyangga. Bila hal ini tidak diatasi, maka akan lanjut ke tahap selanjutnya yaitu hilangnya tulang mandibula yang menyebabkan ekstaksi elemen gigi.Penyakit periondontal dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu gingivitis dan periodontitis. Gingivitis merupakan peradangan pada peridonsium, yang terbatas pada gingiva dan dianggap reversible. Awalnya terjadi pendarahan pada saat menyikat gigi ataupun terjadi spontan tanpa sebab. Gejala lain yang terjadi adalah perubahan warna pada gingiva yang meningkat seiring parahnya peradangan. Perubahan terjadi dari warna merah muda ke merah tua sampai ungu. Pada stadium lanjut, terjadi pula perubahan bentuk gingiva. Pada gingivis terkadang disertai timbulnya rasa nyeri. Namun kadang pendarahan merupakan satu-satunya gejala yang dapat dilihat pasien. Gingiva yang mengalami peradangan dapat kehilangan fungsinya.Periodontitis merupakan peradangan pada periodonsium, sudah ada yang hilang dari bagian-bagian yang menghubungkan serat antara elemen gigi dan sekelilingnya. Periodontitis merupakanmerupakan sebab umum yang menyebakan halitosis. Gejala ini menyebabkan bau yang sangat tidak enak terkadang disertai nanah. 2. Natrium DiklofenakDiklofenak merupakan turunan fenilasetat yang termasuk obat golongan non steroid anti inflamasi (NSAID), yang paling banyak digunakan merupakan bentuk garam natriumnya sehingga dikenal natrium diklofenak. Berikut merupakan struktur kimia natrium diklofenak:

Hampir semua obat golongan NSAID mengakibatkan efek samping gangguan pada saluran cerna. Bahkan natrium diklofenak digolongkan sebagai kategori B dan D pada ibu hamil usia trimester ketiga dan menyusui. Upaya untuk menanggulangi efek samping dan bahaya natrium diklofenak dengan cara dibuat sediaan yang dapat langsung menghantarkan obat ke tempat aksi, salah satunya sediaan patch. 3. Anatomi Mukosa Rongga MulutRongga mulut terdiri atas daerah bibir, pipi, lidah, hard palate, soft palate, dan daerah dasar mulut. Rongga mulut dibatasi oleh membran mukosa, meliputi mukosa bukal, sublingual, gingival, palatal dan labial mukosa. Terdapat 3 jenis mukosa, yaitu lining, specialized mucosa (khusus), dan masticatory.Terdapat 3 lapisan khas dari rongga mulut, yaitu epitel, membran basal dan jaringan ikat. Rongga mulut dilapisi oleh epitel, yang terletak dibawah membran basal. Membran basal ini, didukung oleh jaringan ikat. 4. MukoadhesifAdhesi (pelekatan) merupakan keadaan suatu permukaan yang berikatan melalui daya antarmuka, yang terjadi karena daya valensi atau aksi saling mengikat. Istilah bioadhesi digunakan untuk menyatakan pelekatan 2 bahan yang salah satunya merupakan bahan biologis. Mukoadhesif menunjukan adanya pelekatan polimer pada permukaan mukosa. 5. PatchPatch merupakan sediaan yang terdiri dari 2 lapisan, salah satu lapisannya mengandung lapisan yang mengandung polimer yang adhesif dilapisi dengan lapisan blacking yang impermeable.Lapisan mukoadhesif pada pada patch dapat melekat pada mukosa oral, daerah di gusi dan lainnya untuk mengontrol pelepasan zat aktif. Selain itu patch mempunyai kelebihan diantaranya memiliki fleksibilitas yang lebih baik dibanding sediaan mukoadhesif tablet, dan lebih menjamin keakuratan dosis dibandingkan sediaan gel atau salep.Tipe patch ada 2 macam, yaitu:a. Tipe matriks, dirancang supaya zat aktif, polimer dan bahan tambahan lain bisa dicampur bersama.b. Tipe reservoir, mengandung lubang untuk zat aktif dan bahan tambahan lain supaya terpisah dari lapisan adhesif. Dibutuhkan backing impermeable untuk mengontrol arah pelepasan zat aktif.Patch terdiri dari beberapa komponen yaitu:a. Bahan aktif, obat yang mengalami first pass effectb. Polimer (lapisan adhesif), untuk menghantarkan zat aktif ke tempat spesifik c. Lapisan backing, polimer yang bersifat impermeable dengan air untuk memberikan zat aktif aliran searah ke lapisan mukosa, serta mencegah zat aktif terlarut dalam saliva dan tertelan.d. Plasticizer, untuk membentuk film tipis yang halus dan fleksibel dari polimer.e. Peningkat penetrasi, dapat membantu meningkatkan penetrasi zat aktif.Metode untuk pembuatan patch, antara lain:a. Solvent Casting, sering digunakan untuk sediaan oral.b. Hot Melt Extrusion, digunakan untuk membuat granul, tablet sustained release, sistem penghantaran obat transdermal dan transmukosal.c. Direct Milling, tanpa menggunakan pelarut. 6. Hidroksi Propil Metil SelulosaMethyl Hydroxypropylcellulose (MHPC) atau hidroksi propil metil selulosa (HPMC) merupakan salah satu polimer yang paling banyak digunakan dalam penghantaran obat melalui rute bukal. HPMC dikategorigan sebagai polimer hidrofilik yang larut dalam air sehingga akan mengembang jika dalam media berair yang disertai disolusi matriks.Berdasarkan penelitian Doshi et.al., pada tahun 2011 diketahui bahwa film HPMC memiliki waktu tinggal lebih lama dibandingkan PVA dan kombinasi PVA-PVP serta memiliki kekuatan bioadhesif lebih tinggi. 7. Etil SelulosaEtil selulosa merupakan selulosa hasil reaksi antara etil klorida dengan alkali selulosa. Etil selulosa dapat menghasilkan film yang kuat dan tahan lama jika dilarutkan dalam pelarut organik atau camputan pelarut organik. Untuk menambah kelarutan dapat ditambahkan hypermellose dan plasticizer.Etil selulosa juga digunakan sebagai backing membran dalam sediaan bukal patch. Menghasilkan membran yang memiliki kekuatan tarik yang tinggi dan memberikan aliran zat aktif yang searah dengan sangat baik.Kelebihan lain dari etil selulosa adalah tidak bersifat toksik, alergi, dan iritasi. Namun tidak kompatibel dengan parafin padat dan padatan mikrokristalin.C. METODE PENELITIAN 1. Alat dan Bahan Alat1. Timbangan analitik (AND GH-202)2. Viskotester HAAKE 6R3. Pengaduk magnetik (WIGGEn HAUSER)4. Mikrometer digital (Mitutoyo, Jepang)5. Cetakan Film6. Mikroskop optik (Olympus IX 71, Jepang)7. Disintegrator (Ereclolab ED-2L)8. Desikator9. Oven (Eyela NDO-400, Jepang)10. Cutter11. Gunting12. Franz diffusion cell13. Spult14. Vial15. Spektrofotometer UV-Vis (Hitachi-U2910)16. Alat gelas yang sering dipakai di laboratorium Bahan1. Na Diklofenak (PT. Indofarma)2. HPMC 50 cPs (ShinEtsu, Japan)3. Etil selulosa N100 (Hercules)4. Aquades5. Gliserin (Brataco, Indonesia)6. Propilen glikol (Brataco, Indonesia)7. Etanol 70%8. Etanol 95% (Mallincrkrodt, USA)9. Kloroform (Merck, Indonesia)10. NaOH (Merck, Indonesia)11. Kalium dihidrogen fosfat (Merck, Indonesia)12. Mukosa gingival sapi13. Cyanoacrylate adhesive14. Silika15. Kertas saring16. pH indikator (Merck, Indonesia)

2. Prosedur a. Formula PatchMelalui perhitungan, tiap 20 gram formula mengandung komponen berikut:

1). Preparasi Lapisan HPMCHPMC ditimbang kemudian dilarutkan dengan 15 gram etanol 70% dalam beaker glass, diaduk menggunakan pengaduk magnetik. Tambahkan gliserin, aduk kembali (polimer). Dalam beaker terpisah, natrium diklofenak dilarutkan dengan 3 gram etanol 70% dan ditambahkan propilen glikol, aduk homogen (zat aktif). Larutan zat aktif dicampurkan ke dalam larutan polimer dan diaduk homogen menggunakan pengaduk magnetik, kemudian digenapkan massanya hingga 20 g. Ukur viskositas, kemudian masukan ke dalam cetakan dan dikeringka pada suhu 5C selama 18 jam.2). Preparasi Patch Etil selulosa ditimbang 0,480 g dilarutkan dengan 10 ml kloroform, tambahkan propilen glikol yang telah ditambahkan 5 ml etanol dan diaduk homogen menggunakan pengaduk magnetik selama 30 menit. Ukur viskositasnya kemudian masukan ke dalam cetakan yang telah mengandung lapisan HPMC. Keringkan selama 8 jam pada suhu 40C. Setelah itu, patch dipotong ukuran 8 x 20 mm2. b. Pembuatan Larutan Buffer Fosfat pH 6,8250 ml larutan kalium dihidrogen fosfat 0,2 M dicampur dengan 112 ml NaOH 0,2 M kemudian dicukupkan volumenya hingga 1000 ml dengan air bebas karbondioksida. c. Pembuatan Kurva Kalibrasi1). Penentuan Panjang Gelombang Maksimum ( maks)Dilakukan scanning panjang gelombang larutan standar natrium diklofenak menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 200-300 nm.2). Pembuatan Larutan Standar Na DiklofenakNa diklofenak ditimbang 5 mg kemudian dilarutkan dalam 50 ml buffer fosfat pH 6,8 sehingga didapat larutan induk sebesar 100 g. Dari larutan tersebut diambil sebanyak 200, 400, 600, 800 dan 1000 l kemudian dicukupkan hingga volume 10 ml, sehingga didapatkan larutan dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8, dan 10 ppm. Masing-masing larutan standar diukur absorbansinya dengan panjang gelombang 275,5 nm ( hasil scanning sebelumnya).d. Evaluasi Cairan Polimer1). Evaluasi Viskositas Larutan PolimerLarutan yang mengandung polimer dan plasticizer disiapkan sesuai dengan konsentrasi pada formula pembuatan patch. Viskositas diukur dengan viskometer Brookfield menggunakan spindel nomor 2 (R2) dengan kecepatan putar 100 rpm pada temperatur ruang. 2). Evaluasi Patcha) OrganoleptisMeliputi pengamatan secara mikroskopis dan makroskopis terhadap fisik patch yang dibuat, pengamatan warna dan tekstur permukaan patch.b) Evaluasi Fisika) Keragaman bobot Dilakukan dengan menimbang 10 buah patch dengan ukuran 8 x 20 mm2 secara acak dari setiap batch kemudian dihitung massa rata-ratanya dan dibandingkan dengan massa patch satu per satu kemuadian dihitung simpangan bakunya.b) Keseragaman kandunganDiambil patch dari masing-masing formula dengan ukuran 8 x 20 mm2 kemudian dilarutkan dalam 42,5 ml buffer fosfat pH 6,8 dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 2 jam. Tambahkan 7,5 ml etanol 96% diaduk kembali dengan pengaduk magnetik selama 4 jam. Kemudian larutan disaring dan diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 275,5 nm menggunakan blangko yang mengandung patch tanpa zat aktif yang telah dilarutkan dalam campuran buffer fosfat pH 6,8 dan etanol 96% dengan perbandingan 85:15.c) Keragaman KetebalanKetebalan patch diukur menggunakan mikrometer di 3 titik pada masing-masing patch, kemudian dihitung ketebalannya dengan satuan mikrometer (m).d) Uji PelipatanDitentukan dengan berulang kali melipat patch di tempat yang sama sampai patah. Pelipatan patch maksimal 300 kali. Jumlah dari banyak lipatan ditempat yang sama tanpa henti merupakan nilai dari ketahanan lipat patch.e) Pengukuran pH PermukaanDiambil patch secara acak, dimasukan kedalam wadah berisi 0,5 ml aquades (pH 6) selama 120 menit pada suhu ruang kemudian pH patch diukur menggunakan pH indikator.f) Uji Pengembangan (Swelling studies)Diukur dengan memasukan patch dari masing-masing formula dengan ukuran 1 x 2 cm2 kedalam beaker glass yang mengandung 20 ml buffer fosfat pH 6,8. Kemudian patch dikeringkan dan ditimbang setiap 5 menit selama 30 menit. Derajat pengembangan dihitung menggunakan rumus:

Keterangan:w1 = bobot sebelum (gram)w2 = bobot sesudah berkontak dengan larutan buffer (gram)g) Uji Waktu Tinggal (in vitro residence time)Menggunakan modifikasi disintegrator USP. 800 ml larutan buffer fosfat pH 6,8 yang dipertahankan suhunya 37C sebagai larutan medium. Mukosa dari gusi sapi segar direkatkan diatas permukaan kaca dengan bantuan perekat (cyanoacrylate adhesive). Sebelum patch diletakan diatas mukosa, lapisan mukosa dibasahi terlebih dahulu dengan 50 l larutan buffer fosfat pH 6,8 baru kemudian patch diletakan dengan sedikit ditekan. Kaca tersebut dimasukan ke disintegrator. Amati waktu hingga patch terlepas.h) Uji Kemampuan Penetrasi Zat AktifMenggunakan Franz diffusion cell pada suhu 37C 2C. Mukosa gusi sapi segar diletakan diantara kompartemen donor dan reseptor. Patch diletakan dengan bagian inti menghadap ke arah mukosa. Kompartemen reseptor diisi dengan larutan buffer fosfat pH 6,8 dan diaduk konstan dengan kecepatan sedang. Pada interval menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360 diambil 1 ml larutan buffer dan ditambahkan pula larutan buffer dengan volume yang sama. Larutan tersebut diencerkan dengan buffer yang sama kemudian dicari absorban menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 275,5 nm.i) Uji Kebocoran BackingMenggunakan Franz diffusion cell pada suhu 37C 2C. Patch diletakan dengan bagian backing menghadap ke arah reseptor. Kompartemen reseptor diisi dengan larutan buffer fosfat pH 6,8 dan diaduk konstan dengan kecepatan sedang. Pada interval menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 180, 240, 300, dan 360 diambil 1 ml larutan buffer dan ditambahkan pula larutan buffer dengan volume yang sama. Larutan tersebut diencerkan dengan buffer yang sama kemudian dicari absorban menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 275,5 nm.D. HASIL DAN PEMBAHASAN1. Karakteristik Cairan PolimerPolimer utama yang digunakan pada penelitian ini adalah HPMC. Proses pembentukan larutan polimer dengan melarutkan HPMC sesuai formula dalam etanol 70%. Penggunaan etanol 70% dilakukan karena polimer HPMC tidak larut dalam etanol 96%, tapi larut dalam campuran air dan alkohol.Pengamatan organoleptis secara fisik menunjukan bahwa semua polimer memiliki kesamaan warna walaupun konsentrasi berbeda, memberikan warna larutan jernih walaupun berbeda formula. Selain secara fisik, dilakukan pula pengujian viskositas. Hasilnya sebagai berikut:

Terlihat bahwa meskipun tampilan fisiknya serupa, namun ternyata memiliki viskositas berbeda antara konsentrasi berbeda pada formula yang digunakan.2. Karakteristik Fisikokimia PatchPatch yang dibuat terdiri dari 2 lapisan, lapisan utama mengandung polimer adhesif dan natrium diklofenak sedangkan lapisan kedua adalah lapisan blocking berfungsi untuk menahan difusi natrium diklofenak serta memberikan arah difusi zat aktif searah. Patch dibuat menggunakan metode solvent casting, karena lebih mudah pengerjaannya dan cocok untuk zat aktif natrium diklofenat. Apalagi telah dilakukan penelitian sebelumnya yang menformulasikan patch untuk sediaan oral dengan metode solven casting.Secara fisik, tampilan formula A1, A2, A3 dan blangko serupa, yaitu berwarna jernih. Patch yang terbentuk tidak memisah antara lapisan adhesif yang mengandung HPMC dengan lapisan backing mengandung etil selulosa. Akan tetapi setelah dilakukan pemanasan selama 6 jam sampai lapisan etil selulosa kering terjadi pemisahan. Namun setelah dilakukan pemanasan kembali selama 8 jam pada suhu 40C tidak terjadi pemisahan antara patch bilayer tersebut.Patch yang terbentuk agak kaku, terutama bagian backing. Setelah melakukan uji pelipatan, yaitu patch dilipat pada lokasi yang sama sampai robek. Hasil uji pelipatan lapisan backing hanya sampai 25 lipatan, lebih sedikit dibandingkan HPMC yang tidak rusak sampai lipatan ke-300. Hal ini disebabkan karena penambahan gliserin sebagai plasticizer sebanyak 40% pada HPMC sehingga tidak mudah sobek. Terbukti bahwa gilserin sebagai plasticizer dapat membentuk film tipis yang halus dan fleksibel dari polimer, dalam hal ini HPMC.Hasil pengamatan secara mikroskopis antara patch yang mengandung zat aktif natrium diklofenak dan patch yang tidak mengandung zat aktif menunjukan penampak yang sama, berarti tidak terjadi rekristalisasi. Dengan kata lain, natrium diklofenak terdispersi secara molekuler dalam larutan polimer HPMC.Dari hasil pengamatan, terlihat bahwa bobot dan ketebalan patch mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan jumlah polimer pada formula. Bobot patch paling rendah adalah adalah formula A1 yang konsentrasi HPMC terendah yaitu 1%, dan tertinggi adalah formula A3 dengan konsentrasi HPMC 3%. Begitu pula dengan ketebalan patch, formula A1 memiliki ketebalan minimal dibandingkan formula lain.Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menunjukan adanya peningkatan bobot dan ketebalan patch akibat peningkatan konsentrasi polimer HPMC. Adanya keseragaman bobot dan ketebalan patch diharapkan memberikan distribusi zat yang seragam. Pengujian zat aktif sediaan menunjukan bahwa kandungan zat aktif sediaan patch yang dibuat sekitar 800-852 g. Pengujiannya menggunakan pelarut campur yaitu buffer fosfat pH 6,8 dan etanol 96% dengan perbandingan 85:15 untuk meningkatkan kelarutan natrium diklofenak karena agak sukar larut dalam air. Hasil perolehan kembali natrium diklofenak sebesar 91,148%.3. pH Permukaan PatchPenentuan pH menggunakan pH indikator menghasilkan pH 6 untuk semua formula. Berdasarkan hasil ini, berarti masih terdapat pada range pH saliva yaitu 5,6 7, sehingga diharapkan tidak menimbulkan iritasi pada permukaan mukosa.d. Waktu Tinggal Patch pada Permukaan Gusi sapiHasil pengujian menunjukan semua formula sediaan patch dapat melekat pada membran mukosa gusi sapi selama lebih dari 7 jam. Hasil ini menunjukan bahwa penambahan polimer HPMC tidak mempengaruhi waktu pelekatan sediaan pada membran mukosa gusi,walaupun konsentrasi tiap formula berbeda. Padahal menurut penelitian sebelumnyapenembahan polimer HPMC berpengaruh pada waktu tinggal patch.4. Derajat PengambanganHasil pengamatan menunjukan bahwa pada menit ke-20 adanya peningkatan bobot setelah dilakukan perendaman beberapa waktu dalam medium buffer fosfat pH 6,8 karena adanya absorbsi air. Semakin lama waktu perendaman, maka semakin meningkat pula derajat pengembangan sediaan patch, hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya.Pada menit ke-25 dan 30 terjadi penurunan derajat pengembangan karena adanya disolusi matriks HPMC. Hal ini dapat digunakan untuk meramalkan pelepasan zat aktif dari matriks HPMC.5. Kemampuan Penetrasi Natrium DiklofenakDari hasil pengujian persentase kumulatif difusi natrium diklofenak melalui membran gusi sapi secara in vitro menggunakan Franz diffusion cell dengan luas area difusi 2 cm2 dan volume kompartemen reseptor 22,5 ml menghasilkan difusi zat aktif terbanyak adalah formula A1, diikuti formula A3 dan yang terendah formula A2. Dari hasil pengolahan data menggunakan statistik, menunjukan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil uji difusi natrium diklofenak, namun pada formula A1 dan A3 walaupun ada perbedaan namun tidak signifikan.Hasil uji difusi ini dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya perbedaan ketebalan membran gusi sapi yang digunakan sehingga menyebabkan perbedaan laju difusi. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian fluks yang menunjukan formula A2 nilai fluks lebih kecil dibanding formula lain.6. Kebocoran Backing MembranHasil pengujian kebocoran backing berkisar 0 25%, hal ini menunjukan bahwa membran etil selulosa dapat menahan difusi zat aktif ke saliva dan memberikan arah difusi searah sehingga mengoptimalkan difusi natrium diklofenak melalui membran.Pengujian kebocoran baking membran menggunakan franz diffusion cell mempunyai kelemahan karena hanya bisa mengamati kebocoran zat aktif dari permukaan atas saja, sedangkan dari sisi samping patch tidak terukur. Pemggunaan etil selulosa sebagai backing pun mengalami kelemahan, karena pada proses pembuatannya memerlukan pelarut campur yaitu etanol 96% dan kloroform. Penggunaan kloroform dalam formulasi sediaan mukoadhesif dikhawatirkan menyebabkan hepatotoksik atau neprotostik. Menurut teori, produk kesehatan tidak boleh mengandung kloroform lebih dari 0,5%, sehingga perlu dilakukan pengujian residu pelarut dalam sediaan.E. KESIMPULAN1. Sediaan patch semua formula dapat melekat di permukaan membran gusi sapi selama lebih dari 7 jam.2. Persen kumulatif difusi natrium diklofenak pada jam ke-6 dari matrik HPMC 34 0% (formula A1), 21 0% (formula A2), 24 1%.3. Fluks difusi natrium diklofenak 28,917 0,094 gcm-2jam-1 (formula A1), 18,468 0,340 gcm-2jam-1 (formula A2), 19,749 0,869 gcm-2jam-1 (formula A3).4. Membran backing dapat mengoptimalkan difusi natrium diklofenak melalui membran.5. A1 merupakan formula terbaik sediaan patch