Top Banner
REFLEKSI KASUS STROKE NON HEMORAGIK Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan Kepaniteraan Klinis Ilmu Syaraf RSUD Tidar Magelang Diajukan kepada : dr. TH Suryono, Sp. S Disusun oleh : NIDA PUSPITA AYU 20090310015 BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG
37

Resus Syaraf Nida

Apr 11, 2016

Download

Documents

binadi

jjj
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Resus Syaraf Nida

REFLEKSI KASUS

STROKE NON HEMORAGIK

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam Mengikuti Program Pendidikan

Kepaniteraan Klinis Ilmu Syaraf RSUD Tidar Magelang

Diajukan kepada :

dr. TH Suryono, Sp. S

Disusun oleh :

NIDA PUSPITA AYU

20090310015

BAGIAN ILMU PENYAKIT SYARAF

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015

Page 2: Resus Syaraf Nida

ANAMNESIS

I. IDENTITAS

Nama : Tn. D.L

Umur : 53 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen

Pekerjaan : Karyawan Swasta

Status : Menikah

II. KELUHAN UTAMA

Mengeluh kaki kanan tiba-tiba terasa berat untuk berjalan dan kekuatan

tangan kanan melemah

III. KELUHAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELUHAN UTAMA

Mulut perot ke kiri dan bicara tiba-tiba pelo.

IV. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke poli syaraf RSU Tidar Magelang dengan keluhan sekitar 1

minggu yang lalu ketika pasien sedang beristirahat seusai bekerja dan

mencoba bangkit dari tempat duduknya, pasien susah melakukannya. Pasien

merasa jika anggota gerak sebelah kanannya menjadi lemah, dan sulit

digerakkan seperti biasanya sehingga pasien berjalan seperti diseret dan

tangan kanannya melemah sehingga kesulitan dalam beraktivitas misalnya

saat makan, mandi menggunakan gayung dan aktivitas lainnya. Selain itu

pasien tiba-tiba bicaranya menjadi pelo ketika sedang mengobrol dengan

rekan kerjanya. Pasien juga merasakan jika sudut bibir kanannya seperti

tertarik kesamping, bibir kirinya tampak jatuh (perot ke kanan). Pasien sadar

penuh, tidak mengeluh mual, muntah dan nyeri kepala.

Page 3: Resus Syaraf Nida

V. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Riwayat penyakit serupa : (+) hemparesis sinistra e.c SNH 2 tahun yang

lalu

Riwayat trauma : disangkal

Riwayat hipertensi : (+) tak terkontrol

Riwayat penyakit DM : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat stroke : disangkal

VI. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat penyakit serupa : disangkal

Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat penyakit DM : disangkal

Riwayat penyakit jantung : disangkal

Riwayat stroke : disangkal

PEMERIKSAAN FISIK

I. STATUS

1. Kesan Umum

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 15 E4M6V5

Vital sign

Tekanan darah : 160/90 mmHg

Nadi : 80x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 37°C

2. Status Internus

Kepala : CA -/- SI -/-, pupil isokor, refleks cahaya (+/+)

Leher : Lnn tidak teraba, JVP tidak meningkat

Page 4: Resus Syaraf Nida

Thorax : Cor: S1-S2 reguler, bising jantung(-), gallop(-)

Pulmo: SDV +/+ STP -/-

Abdomen : Supel, BU(+)N, NT (-)

Ekstremitas : Akral hangat, edema (-)

3. Status neurologis

a. N.I ( OLFAKTORIUS)

Subjektif : anosmia (-)

Dengan bahan : tidak dilakukan

b. N II ( OPTIKUS)

tajam penglihatan : tidak dilakukan

lapang penglihatan : normal

melihat warna : normal

funduskopi : tidak dilakukan

c. N.III (OKULOMOTORIUS), N.IV (TROKLEARIS ), N.VI

(ABDUCENS )

Dx Sx

Pergerakan bulbus N N

Nistagmus - -

Eksoftalmus - -

Strabismus - -

Pupil bulat,isokor,ø 3mm bulat,isokor,ø 3mm

Refleks terhadap sinar + +

Refleks konvergensi + +

Melihat kembar - -

Page 5: Resus Syaraf Nida

d. N V ( TRIGEMINUS )

Sensibilitas taktil dan nyeri muka : mati rasa pada wajah sinistra

Membuka mulut : sulit, tidak simetris

Mengunyah : sulit, tidak simetris

Menggigit : melemah

Refleks kornea : +/+

e. N VII (FACIALIS)

Dx Sx

Mengerutkan dahi + +

Menutup mata + +

Menahan rangsang

membuka mata

+ +

Menyeringai + -

Mencucu/bersiul + -

Pengecapan lidah 2/3 tidak dilakukan tidak dilakukan

f. N VIII (VESTIBULOCOCHLEARIS)

Dx Sx

Pemeriksaan dengan suara + +

TES WEBER tidak dilakukan tidak dilakukan

TES RINNE tidak dilakukan tidak dilakukan

g. N IX (GLOSSOPHARINGEUS)

Pengecapan 1/3 posterior lidah : tidak dilakukan

Arkus faring : tidak simetris

Sengau : (-)

Page 6: Resus Syaraf Nida

h. N X ( VAGUS )

Arkus faring : tidak simetris

Berbicara : -

Menelan : fungsi menelan berkurang

Nadi : 80 x/menit

i. N XI (ACCESORIUS )

Mengangkat bahu : +/+

Memalingkan kepala : +/+

j. N XII ( HYPLOGOSSUS )

Pergerakan lidah : tidak normal, deviasi ke kanan

Tremor lidah : (-)

Artikulasi : tidak normal, parau

Lidah : tidak simetris

Badan dan Anggota Gerak

1. BADAN

MOTORIK

Respirasi : normal

Duduk : normal

SENSIBILITAS

Taktil : +/-

Nyeri : +/-

Thermi : tidak dilakukan

2. ANGGOTA GERAK ATAS

Page 7: Resus Syaraf Nida

MOTORIK

Motorik Dx Sx

Pergerakan Tidak kuat penuh Normal

Kekuatan (4) (5)

Tonus normotonus Normotonus

Trofi Eutrofi Eutrofi

Klonus - -

SENSIBILITAS

Dx Sx

Taktil menurun dbn

Nyeri menurun dbn

Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan

REFLEK

Dx Sx

Biceps N N

Triceps N N

Hoffman - -

Trommer - -

3. ANGGOTA GERAK BAWAH

MOTORIK

Motorik Dx Sx

Pergerakan Tidak kuat penuh Normal

Kekuatan (4) (5)

Tonus Normotonus Normotonus

Klonus - -

Page 8: Resus Syaraf Nida

Trofi Eutrofi Eutrofi

SENSIBILITAS

Dx Sx

Taktil menurun +

Nyeri menurun +

Thermi tidak dilakukan tidak dilakukan

REFLEK

Dx Sx

Patella N N

Achilles N N

Babinski - -

Chaddock - -

Oppenheim - -

Gordon - -

Schaeffer - -

Gonda - -

Bing - -

Rossolimo - -

Mendel-Bechtrew - -

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Radiologi (CT-scan Kepala)

Infark di ganglia basalis sinistra

III. DIAGNOSIS

Page 9: Resus Syaraf Nida

Stroke Non Hemoragik

IV. TERAPI

Medikamentosa

o Piracetam 3x800 mg

o Aspillet 1x1

o Neurodex 1x1

Non medikamentosa

o Konsul ke ahli RM untuk fisioterapi dan menjalankannya secara

rutin (fisioterapi pasif)

Monitor

o Perbaikan gejala dan tanda

Edukasi

o menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya

o dianjurkan untuk minum obat teratur

o kontrol perkembangan ke dokter secara rutin

o menghindari faktor resiko (tidak boleh makan lemak dan jeroan,

garam,antan,gorengan dikurangi)

o Rutin latihan menggerakan sendi

V. PROGNOSA

Ad sanam : dubia ad bonam

Ad vital : dubia ad bonam

Ad fungsional : dubia ad bonam

Page 10: Resus Syaraf Nida

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFENISI

Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh

gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat

menimbulkan cacat atau kematian. Secara umum, stroke digunakan sebagai

sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti Pendidikan Dokter

di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit akibat gangguan

peredaran darah otak (GPDO). Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut

juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas,

invaliditas).

B. EPIDEMIOLOGI

Stroke merupakan satu masalah kesehatan yang besar dalam kehidupan

modern saat ini. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk

terkena serangan stroke, sekitar 2,5 % atau 125.000 orang meninggal, dan sisanya

cacat ringan maupun berat. Jumlah penderita stroke cenderung terus meningkat

setiap tahun, bukan hanya menyerang penduduk usia tua, tetapi juga dialami oleh

mereka yang berusia muda dan produktif. Stroke dapat menyerang setiap usia,

namun yang sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Angka kejadian stroke

meningkat dengan bertambahnya usia, makin tinggi usia seseorang, makin tinggi

kemungkinan terkena serangan stroke.

Di Indonesia, belum ada data epidemologis stroke yang lengkap, tetapi

proporsi penderita stroke dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Hal ini

terlihat dari laporan survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI di berbagai

rumah sakit di 27 provinsi di Indonesia. Hasil survei itu menunjukkan terjadinya

peningkatan antara 1984 sampai 1986, dari 0,72 per 100 penderita pada1984

menjadi 0,89 per 100 penderita pada 1986. Stroke atau cerebrovascular accident,

Page 11: Resus Syaraf Nida

merupakan penyebab invaliditas yang paling sering pada golongan umur diatas 45

tahun Di negara industri stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga setelah

penyakit jantung dan keganasan.

C. ANATOMI

Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang

dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang

memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara

berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar

2% (sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20%

oksigen dan 50% glukosa yang ada di dalam darah arterial. Otak harus menerima

lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar 15% dari darah total yang

dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal. Otak mendapat darah

dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang terdiri dari arteri

karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan otak disebut

sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah vertebrobasiler,

yang memasok darah ke bagian belakang otak disebut sebagai sirkulasi arteri

serebrum posterior. Selanjutnya sirkulasi arteri serebrum anterior bertemu dengan

sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi. Pada otak

besar ditemukan beberapa lobus yaitu lobus frontalis adalah bagian dari serebrum

yang terletak di depan sulkus sentralis, lobus parietalis terdapat di depan sulkus

sentralis dan dibelakangi olek karaco oksipitalis, lobus temporalis, terdapat di

bawah lateral dari fisura serebralis dan di depan lobus oksipitalis dan, Oksipitalis

yang mengisi bagian belakang dari serebrum.

Disamping pembagian dalam lobus dapat juga dibagi menurut fungsi dan

banyaknya area. Secara umum korteks serebri dibagi menjadi 4 bagian :

a. Korteks Frontalis

Merupakan area motorik yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan

volunter.

Page 12: Resus Syaraf Nida

b. Korteks Parietalis

Mempunyai peranan utama pada kegiatan memproses dan mengintergrasi

informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya.

c. Lobus Temporalis

Merupakan area sensorik reseptif untuk impuls pendengaran. Korteks

pendengaran primer berfungsi sebagai penerima suara. Korteks asosiasi

pendengaran penting untuk memahami bahasa ucap, dan lesi daerah ini

(terutama pada sisi dominan) dapat mengakibatkan penurunan hebat

kemampuan memahami serta mengerti suatu bahasa serta sulit mengulang

kata-kata.

d. Lobus oksipitalis

Mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan

dan menyadari sensasi warna.

Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi mengurus

sisi tubuh kontra lateral. Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat

gerakan atau motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat

bicara motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area

visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta batang

otak yang merupakan tempat jalan serabutserabut saraf ke target organ.

Page 13: Resus Syaraf Nida

Jika terjadi kerusakan gangguan otak maka akan mengakibatkan

kelumpuhan pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam

pengaturan nafas dan tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya

serangan stroke.

D. FAKTOR RESIKO

a. Tidak dapat diubah

A. Usia

Merupakan faktor resiko paling penting terjadinya serangan strok.

Penelitian populasi menunjukan bilamana sesorangan hanya mempunyai

Page 14: Resus Syaraf Nida

satu faktor resiko pada dirinya, faktor ini tidak akan banyak meningkat

kemungkinan terjadinya permasalahan strok. Permasalahan baru terjadi

kalau penderita mempunyai dua,tiga,atau emapat faktor resiko yang

bergabung menjadi satu. Jadi, walaupun tidak dapat mengubah usia, faktor-

faktor lain yang disebutkan diatas dapat dihindari.

B. Jenis kelamin pria

Jenis kelamin, laki-laki lebih beresiko dibanding wanita.

C. Ras

Ras / bangsa : Negro / Afrika, Jepang, dan Cina lebih sering terkena

stroke.

D. Genetik

Riwayat keluarga yang pernah mengalami stroke. Hetero zigot atau

homo zigot untuk hemosistinuria.

b. Dapat diubah

1) Utama

Hipertensi

Hipertensi merupakan satu-satunya faktor resiko yang terpenting tapi

dapat diobati karena pengobatan hipertensi dapat memperkecil

kemungkinan terjadinya strok hingga separuhnya. Namun, insidensi

serangan stok sudah mulai terlihat berkurang sekalipun belum ditemukan

obat darah tinggi yang efektif. Ada beberapa alasan yang menjelaskan

penurunan insidensi ini, yaitu termasuk kemungkinan garam sebagai

penyebabnya dan tekanan darah penduduk menurun bersamaan dengan

berkurangnya kandungan garam dalam makanan setelah ditemukan lemari

es untuk mengawetkan makanan. Yang menarik untuk diperhatikan,

penurunan tekanan darah ternyata hanya memberikan pengaruh yang amat

kecil terhadap upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya serangan

jantung.

Page 15: Resus Syaraf Nida

Diabetes melitus

Penderita diabetes mempunyai kecenderungan lebih besar untuk

mendapatkan serangan strok daripada lainnya sehingga penyakit ini harus

dikendalikan secermat mungkin. Penyakit diabetes yang kurang terkontrol

dapat mengakibatkan penurunan volume plasma dalam peredaran darah.

Keadaan ini akan meningkatkan konsentrasi sel darah merah.

TIA

Penderita yang pernah mengalami serangan iskemik otak sepintas

(TIA) akan menghadapi resiko untuk terjadi suatu serangan strok. Serangan

iskemik sepintas memebrikan gejala seperti serangan strok yang ringan,

karena ada gangguan penglihatan serta bicara, dan perasaan lemas atau

gangguan sensorik pada salah satu sisi tubuh. Gejala-gejala akan hilang

dalam waktu 24jam.Serangan ini dianggap sebagai suatu ancaman stroke.

Kelainan Jantung

Penderita penyakit katub jantung, yang mungkin timbul setelah

demam rematik, mempunyai kecendrungan untuk terjadinya trombus dalam

jantung yang kemudian terbawa darah ke dalam otak. Keadaan ini terutama

terjadi bila irama jantung menunjukan kelainan. Setiap orang yang pernah

merasakan gejala palpitasi (rasa berdeba-debar), atau ketika diperiksa

denyut nadinya teraba ketidakteraturan yang lebih dari sekedar denyutan

ekstra yang kadang – kadang timbul, harus menjalani pemeriksaan lebih

lanjut.

2) Tambahan

Hiperlipidemia :kolesterol LDl maupun trigliseride

Kurang olah raga

Obesitas

Pil konrasepsi

Hiperurisemia

Page 16: Resus Syaraf Nida

Merokok

Hematokrit tinggi

Hiperhomosisteinemia

E. KLASIFIKASI

1) Berdasarkan manifestasi klinik:

Serangan Iskemik Sepintas/Transient Ischemic Attack (TIA)

Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan

timbulnya defisit neurologis akut yang berlangsung kurang dari 24 jam.

Stroke ini tidak akan meninggalkan gejala sisa sehingga pasien tidak

terlihat pernah mengalami serangan stroke. Akan tetapi adanya TIA

merupakan suatu peringatan akan serangan stroke selanjutnya sehingga

tidak boleh diabaikan begitu saja.

Defisit Neurologik Iskemik Sepintas/Reversible Ischemic Neurological

Deficit (RIND)

Kondisi RIND hampir sama dengan TIA, hanya saja berlangsung lebih

lama, maksimal 1 minggu (7 hari). RIND juga tidak meninggalkan gejala

sisa.

Stroke Progresif (Progressive Stroke/Stroke In Evaluation)

Stroke ini merupakan jenis yang terberat dan sulit ditentukan

prognosanya. Hal ini disebabkan kondisi pasien yang cenderung labil,

berubah-ubah, dan dapat mengarah ke kondisi yang lebih buruk.

Stroke komplet (Completed Stroke/Permanent Stroke)

Merupakan gangguan pembuluh darah otak yang menyebabkan deficit

neurologist akut yang berlangsung lebih dari 24 jam. Stroke ini akan

meninggalkan gejala sisa

Page 17: Resus Syaraf Nida

2) Berdasarkan Kausal:

Stroke Trombotik

Stroke trombotik terjadi karena adanya penggumpalan pada pembuluh

darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar dan

pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik terjadi

akibat aterosklerosis yang diikuti oleh terbentuknya gumpalan darah yang

cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya kadar

kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan pada

pembuluh darah kecil, trombotik terjadi karena aliran darah ke pembuluh

darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan

indikator penyakit aterosklerosis.

Stroke Emboli/Non Trombotik

Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau

lapisan lemak yang lepas. Sehingga, terjadi penyumbatan pembuluh darah

yang mengakibatkan darah tidak bisa mengaliri oksigen dan nutrisi ke otak.

F. MANIFESTASI KLINIS

Gejala Stroke Non Hemoragik

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran

darah di otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan

lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, maka gejala-gejala tersebut

adalah:

1. Gejala akibat penyumbatan arteri karotis interna.

Buta mendadak (amaurosis fugaks).

Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan (disfasia) bila

gangguan terletak pada sisi dominan.

Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis kontralateral)

dan dapat disertai sindrom Horner pada sisi sumbatan.

Page 18: Resus Syaraf Nida

2. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri anterior.

Hemiparesis kontralateral dengan kelumpuhan tungkai lebih menonjol.

Gangguan mental.

Gangguan sensibilitas pada tungkai yang lumpuh.

Ketidakmampuan dalam mengendalikan buang air.

Bisa terjadi kejang-kejang.

3. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri media.

Bila sumbatan di pangkal arteri, terjadi kelumpuhan yang lebih ringan.

Bila tidak di pangkal maka lengan lebih menonjol.

Gangguan saraf perasa pada satu sisi tubuh.

Hilangnya kemampuan dalam berbahasa (aphasia).

4. Gejala akibat penyumbatan sistem vertebrobasilar.

Kelumpuhan di satu sampai keempat ekstremitas.

Meningkatnya refleks tendon.

Gangguan dalam koordinasi gerakan tubuh.

Gejala-gejala sereblum seperti gemetar pada tangan (tremor), kepala

berputar (vertigo).

Ketidakmampuan untuk menelan (disfagia).

Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga pasien

sulit bicara (disatria).

Kehilangan kesadaran sepintas (sinkop), penurunan kesadaran secara

lengkap (strupor), koma, pusing, gangguan daya ingat, kehilangan daya

ingat terhadap lingkungan (disorientasi).

Gangguan penglihatan, sepert penglihatan ganda (diplopia), gerakan arah

bola mata yang tidak dikehendaki (nistagmus), penurunan kelopak mata

(ptosis), kurangnya daya gerak mata, kebutaan setengah lapang pandang

pada belahan kanan atau kiri kedua mata (hemianopia homonim).

Gangguan pendengaran.

Rasa kaku di wajah, mulut atau lidah.

Page 19: Resus Syaraf Nida

5. Gejala akibat penyumbatan arteri serebri posterior

Koma

Hemiparesis kontra lateral.

Ketidakmampuan membaca (aleksia).

Kelumpuhan saraf kranialis ketiga.

6. Gejala berdasarkan sisi yang mengalami kelemahan

Gejala Klinis Hemiplegia kiri Hemiplegia kiri

Bahasa Bekerja baik berbagai

tingkat

Aphasia receptive/

expressive dalam

Pembicaraan Dysarthria Dysarthria

Pengindraan Hilang penginderaan

sebelah kiri,homonymous

hemianopsia kiri

Hilang penginderaan

sebelah

kanan,homonymous

hemianopsia kanan

Persepsi Kesadaran berkurang

untuk belahan tubuh kiri,

persepsi lain

Kesadaran normal untuk

belahan tubuh kanan

Gerakan Paralise atau parase

sebelah kiri, apraxia

Paralise atau parase

sebelah, jarang apraxia

Perilaku Salah perhitungan,labilitas

emosi meningkat

Perhitungan baik, labilitas

emosi meningkat

Memori Defisit dari informasi

spatial baru

Defisit informasi bahasa

baru

7. Gejala akibat gangguan fungsi luhur

Aphasia yaitu hilangnya kemampuan dalam berbahasa. Aphasia dibagi dua

yaitu, Aphasia motorik adalah ketidakmampuan untuk berbicara,

mengeluarkan isi pikiran melalui perkataannya sendiri, sementara

Page 20: Resus Syaraf Nida

kemampuannya untuk mengerti bicara orang lain tetap baik. Aphasia

sensorik adalah ketidakmampuan untuk mengerti pembicaraan orang lain,

namun masih mampu mengeluarkan perkataan dengan lancar, walau

sebagian diantaranya tidak memiliki arti, tergantung dari luasnya kerusakan

otak.

Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.

Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu

Verbal alexia adalah ketidakmampuan membaca kata, tetapi dapat

membaca huruf. Lateral alexia adalah ketidakmampuan membaca huruf,

tetapi masih dapat membaca kata. Jika terjadi ketidakmampuan keduanya

disebut Global alexia.

Agraphia adalah hilangnya kemampuan menulis akibat adanya kerusakan

otak.

Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka

setelah terjadinya kerusakan otak.

Right-Left Disorientation & Agnosia jari (Body Image) adalah sejumlah

tingkat kemampuan yang sangat kompleks, seperti penamaan, melakukan

gerakan yang sesuai dengan perintah atau menirukan gerakan-gerakan

tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat

dari disuruh menyebutkan nama jari yang disentuh sementara penderita

tidak boleh melihat jarinya).

Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan

melaksanakan bermacam perintah yang berhubungan dengan ruang.

Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat

kerusakan pada kortex motor dan premotor dari hemisphere dominan yang

menyebabkan terjadinya gangguan bicara.

Amnesia adalah gangguan mengingat yang dapat terjadi pada trauma

capitis, infeksi virus, stroke, anoxia dan pasca operasi pengangkatan massa

di otak.

Page 21: Resus Syaraf Nida

Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah

kemampuan.

8. Perbedaan stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik

Gejala Klinis Stroke Hemoragik Stroke Non

Hemoragik

PIS PSA

Gejala defisit lokal Berat Ringan Berat/Ringan

SIS sebelumnya Amat jarang - +/Biasa

Onset/Permulaan Menit/Jam 1-2menit Pelan (jam/hari)

Nyeri kepala Hebat Sangat hebat B

Muntah pada

awalnya

Sering Sering Tidak, kecuali lesi

di batang otak

Hipertensi Hampir selalu Biasanya tidak Sering kali

Kesadaran Bisa hilang Bisa hilang

sebentar

Dapat hilang

Kaku kuduk Jarang Bisa ada pada

permulaan

Tidak ada

Hemiparesis Sering sejak awal Tidak ada Sering dari awal

Deviasi mata Bisa ada Tidak ada Mungkin ada

Gangguan bicara Sering Jarang Sering

Likuor Sering berdarah Selalu berdarah Jernih

Perdarahan

Subhialoid

Tak ada Bisa ada Tak ada

Paresis/gangguan N

III

- Mungkin (+) -

G. DIAGNOSIS STROKE NON HEMORAGIK

Page 22: Resus Syaraf Nida

Diagnosis didasarkan atas hasil:

1. Penemuan Klinis

a. Anamnesis

Terutama terjadinya keluhan/gejala defisit neurologik yang mendadak.

Tanpa trauma kepala, dan adanya faktor risiko stroke.

b. Pemeriksaan Fisik

Adanya defisit neurologik fokal, ditemukan faktor risiko seperti hipertensi,

kelainan jantung dan kelainan pembuluh darah lainnya.

2. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium

a. Pemeriksaan Neuro-Radiologik

Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu

diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase akut.

Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan gambaran

yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila scan tak jelas.

Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat membantu

membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan intraserebral (PIS)

maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).

b. Pemeriksaan lain-lain

Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah

rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu

gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,

Elektrokardiografi (EKG).

H. PENATALAKSANAAN

Page 23: Resus Syaraf Nida

Pendekatan terapi pada fase akut stroke iskemik: restorasi aliran darah

otakdengan menghilangkan sumbatan/clot, dan menghentikan kerusakan seluler

yang berkaitan dengan iskemik.

Therapeutic window: 12-24 jam, golden periode: 3-6 jam.

1. Menghilangkan sumbatan aliran darah

Terapi trombolitik: t-PA (tisue plasminogen activator )

Terapi antiplatelet: Aspirin, clopidogrel, tiklopidin,silostazol

Terapi antikoagulan: heparin

2. Memulihkan metabolisme otak

Piracetam

Citicholin

Chodergorcrin

3. Terapi pembedahan

Carotid endarterectomy (baik untuk pasien dengan stenois > 70%)

4. Terapi rehabilitasi

Fisioterapi

Terapi wicara dan bahasa

I. KOMPLIKASI

1. Bahu yang kaku

Sebagian penderita struk akan menderita perasaan nyeri dan kaku pada

bahu di sisi yang sakit. Ada tiga penyebab keadaan ini pertama, sendi bahu

memerlukan kisaran gerakan yang penuh di sepanjang hari. Jika hal ini terjadi,

nyeri hebat dapat terasa ketika bahu tersebut digerakkan. Kedua, lengan yang

lumpuh merupakan beban yang sangat berat sehingga bila tidak tersangga akan

mengakibatkan pembengkakkan, rasa nyeri serta kekakuan pada sendi tersebut.

Penyebab ketiga yang paling sering menimbulkan kekakuan bahu adalah

kerusakan yang terjadi ketika penderita diangkat secara ceroboh dengan

Page 24: Resus Syaraf Nida

memgang ketiaknya-bagian sendi dapat robek dan mengalami inflamasi akibat

pengangkatan ini.

2. Pneumonia

Akibat gangguan pada gerakan menelan, mobilitas dan pengembangan

paru, serta batuk yang parah setelah serangan stroke, maka dapat terjadi

peradangan di dalam rongga dada dan kadang-kadang pneumonia.

3. Trombosis vena provundus dan emboli pulmoner

Suatu trombus atau bekuan darah sangat sering terbentuk di dalam

pembuluh darah balik pada tungkai yang lumpuh, khususnya di daerah betis.

Keadaan ini dapat mengakibatkan pembengkakan pada pergelangan kaki di sisi

tersebut, dengan nyeri tekan pada otot betis. Kadang-kadang seluruh tungkai

dapat membengkak dan terasa nyeri atau pagal. Karena adanya tambahan

cairan di dalam tungkai, gerakan kaki akan terganggu. Kadang kala trombus

dari pembuluh darah balik terlepas dan membentuk suatu embolus yang

terbawa darah ke dalam paru dan kemudian menyumbat satu atau lebih arteri

pulmonalis yang memperdarahi paru-paru. Keadaan ini mengakibatkan

kelainan emboli pulmoner yang kadang-kadanag dapat menimbulkan kematian

setelah serangan stroke. Gejalanya nyeri dada dan sesak napas.

4. Dekubitus

Karena penderita mengalami kelumpuhan dan kehilangan perasaanya,

dekubitus selalu menjadi ancaman khususnya di daerah bokong, panggul,

pergelangan kaki, tumit, dan bahkan telinga. Dekubitus dapat menimbulkan

rasa nyeri dan dapat menimbulkan suatu infeksi sehingga kulit luka pada

permukaannya dan kuman dapat masuk.

5. Kejang (konvulsi)

Beberapa penderita stroke dapat mengalami serangan kejang pada hari-

hari pertama setelah serangan. Serangan ini dapat berupa kedutan atau

(twiching) atau kejang kaku (spasme) pada otot, pernapasan yang berisik, lidah

yang tergigit, mulut yang berbuih, inkontinensia dan kehilangan kesadaran

Page 25: Resus Syaraf Nida

dalam waktu yang singkat. Serangan ini lebih besar kemungkinannya terjadi

bila korteks serebri sendiri telah terkena, daripada serangan stroke yang

mengenai struktur otak yang lebih dalam. Kemungkinan lain disebabkan oleh

emboli serebral.

6. Problem kejiwaan

Penderita sering mengalami depresi setelah serangan stroke. Disamping

rasa rendah diri yang bisa dipahami sebagai suatu reaksi emosional terhadap

kemunduran kualitas keberadaan mereka. Depresi merupakan penyebab utama

yang menerangkan mengapa penderita tidak mampu bereaksi dengan

kecepatan yang normal terhadap seyiap upaya remobilisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Fuller, Geraint. 2008. Panduan Praktis Pemeriksaan Neurologi. Jakarta; EGC.

Page 26: Resus Syaraf Nida

Henderson Leila. 2002. Stroke Panduan Perawatan. Jakarta: Arcan.

Kowalak. 2003. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta EGC.

Masjoer Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Kedua. Jakarata:

Media Aesculapius.

Standar Prosedur Operasional Neurologi. 2006. PERDOSSI.