Top Banner
CHAPTER 2 COST CONCEPT Managerial Accounting Sigit Pribadi – 041514353015 Dhamar Wirawan 041514353017 Aditya Cahya Wardana 041514353018 Nuril Huda – 041514353031 Magister Management Faculty of Economic and Business Airlangga University, 2015
17

Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

Feb 18, 2016

Download

Documents

Dhamar Wirawan

Review of chapter 2 from Mc Graw Hill Managerail Accounting book
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

CHAPTER 2COST CONCEPT

Managerial Accounting

Sigit Pribadi – 041514353015Dhamar Wirawan – 041514353017

Aditya Cahya Wardana – 041514353018Nuril Huda – 041514353031

Magister ManagementFaculty of Economic and Business

Airlangga University, 2015

Page 2: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

Penggunan konsep biaya sangat luas, terutama untuk perusahaan manufaktur, dimana biaya yang timbul sangat kompleks sehingga membutuhkan klasifikasi untuk memudahkan manager menentukan keputusan.

1. Klasifikasi Biaya “Manufaktuing Cost”Perusahaan yang bergerak manufaktur mengklasifikasikan komponen biayanya kedalam 2 jenis, yaitu manufacturing cost dan non-manufacturing cost. Dimana masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri.

1.1. Manufacturing CostPerusahaan manufaktur seperti Toyota dan Du Pont komponen manufacturing cost menjadi 3 yaitu : direct material, direct labor, dan manufacturing overhead. Berikut penjelasannya:

1.1.1. Direct MaterialBiaya material yang menjadi bagian / membentuk suatu produk akhir atau biaya material yang dapat di ketahui dari nilai produk akhir. Contoh dari komponen biaya ini adalah polyethiline untuk Du Pont, rangka besi untuk Totoya.

1.1.2. Direct LaborBiaya tenaga kerja yang berhubungan langsung dengan pembuatan suatu produk atau biaya gaji tenaga kerja yang dapat diketahui dari nilai produk akhir. Contoh dari komponen biaya ini adalah gaji operator pabrik dan gaji tukang kayu.

1.1.3. Manufacturing OverheadBiaya yang termasuk didalam manufacturing overhead adalah biaya lain-lain selain itu juga termasuk biaya tidak langsung untuk material (inderect material) dan labor (indirect labor). Contoh dari komponen biaya ini adalah sebagai berikut :a. Biaya lain-lain : biaya asuransi, biaya depresiasi, biaya pajak.b. Biaya indirect material : biaya peralatan pembersih, biaya alat tulis kantor, dll.c. Biaya indirect labor : biaya supervisor, biaya petugas inspeksi, dll.

1.2. Non-Manufacturing CostsNon manufacturing costs dapat dibagi menjadi 2 jenis, dengan detail sebagai berikut.

1.2.1. Selling CostsBiaya yang timbul untuk mendapatkan kepercayaan pembeli dan mengirim barang ke pembeli. Contoh dari komponen biaya ini adalah biaya iklan, biaya pengiriman dengan menggunakan truk, dll.

1.2.2. Administrative CostsBiaya yang berhubungan dengan keperluan umum terhadap perusahaan tersebut, daripada biaya manufaktur dan penjualan. Contoh dari komponen biaya ini adalah gaji sekretaris, biaya humas, dll.

2. Klasifikasi Biaya “Finansial Statement”Untuk menyampaikan kondisi finansial perusahaan dapat membagi menjadi 2 jenis, yaitu product costs dan periode costs dengan detail sebagai berikut :

2.1. Product CostsBiaya yang dikeluarkan untuk membuat suatu produk. Biaya produk ini sangat berkaitan dengan unit-unit yang diproduksi oleh sebuah pabrik atau yang dibeli untuk dijual kembali oleh pengecer atau pedagang besar. Biaya ini diakui sebagai beban saat produk terjual. Contoh dari komponen biaya ini adalah direct cost, direct material, dan manufacturing overhead.

2.2. Periode CostsBiaya non pabrikasi yang dikeluarkan perusahan untuk menjual unit produk. Periode costs diakui sebagai beban segera setelah dikeluarkan. Biaya ini tidak dibebankan kepada produk melainkan ke laporan rugi laba sebagai suatu beban dalam selling costs dan administrative costs.

CHAPTER IIKONSEP BIAYA

Page 3: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

Pembagian biaya dapat pula dibagi menjadi prime costs dan conversion costs, berikut penjelasan pengelompokan biaya tersebut :

a. Prime costs (biaya utama) adalah jumlah dari direct material dan direct labor.b. Conversion costs (biaya konversi) adalah jumlah dari direct labor dan manufacturing overhead.

Berikut ini akan dijelaskan bagian-bagian dari Financial Statement diantaranya sebagai berikut :

Balance SheetPada balance sheet perusahaan manufaktur dengan perusahaan merchandise terdapat perbedaan khususnya dalam menetapkan nilai stok, berikut penjelasannya :

a. Perusahaan manufaktur komponen nilai stoknya terbagi menjadi 3 yaitu raw material (bahan baku), work in process (bahan setengah jadi / dalam proses), dan terakhir finished product (produk akhir) dengan penjelasan masing-masing komponennya sebagai berikut: Raw material, bahan baku yang akan digunakan untuk membuat produk Work in process, unit atau produk yang setengah jadi dan membutuhkan tambahan proses

untuk menjadikan produk akhir. Finished produk, produk yang sudah selesai diproduksi, tetapi belum dijual ke pembeli.

b. Perusahaan marchandise komponen nilai stoknya hanya terdapat stok produk yang dibeli dari supplier.

Income statementPada income statement perusahaan manufaktur dengan perusahaan merchandise terdapat perbedaan khususnya dalam menentukan biaya cost of goods sold :

a. Ilustrasi dalam menghitung laba bersih pada perusahaan manufakturSales $ 1.500.000,-Cost of goods sold : Stok awal produk akhir Penambahan stok Stok yang tersedia untuk dijual Kurangi : stok akhir produk akhir

$ 125.000,-$ 650.000,-$ 750.000,-$ 150.000,- $ 800.000,-

Laba kotor $ 700.000,-Penjualan dan biaya administrasi Biaya penjualan Biaya administrasi

$ 250.000,-$ 300.000,- $ 500.000,-

Laba bersin $ 150.000,-

Rumus untuk menghitung cost of good sold di perusahaan manufaktur sebagai berikut :

Begining finished goods

inventory+ Cost of goods

manufactured = Ending finished goods inventory + Cost of goods sold

Sehingga dalam menghitung cost of goods sold dengan menambah biaya stok awal dan biaya produksi, lalu dikurangi biaya akhir stok.

Page 4: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

b. Ilustrasi dalam menghitung laba bersih pada perusahaan merchandise

Sales $ 1.000.000,-Cost of goods sold : Stok awal merchandise Penambahan stok Stok yang tersedia untuk dijual Kurangi : stok akhir merchandise

$ 100.000,-$ 650.000,-$ 750.000,-$ 150.000,- $ 600.000,-

Laba Kotor $ 400.000,-Penjualan dan biaya administrasi Biaya penjualan Biaya administrasi

$ 100.000,-$ 200.000,- $ 300.000,-

Laba bersin $ 100.000,-Rumus untuk menghitung cost of good sold di perusahaan merchandise sebagai berikut :

Begining merchandise

inventory+ Purchases =

Ending merchandise

inventory+ Cost of goods sold

Sehingga dalam menghitung cost of goods sold dengan menambah biaya stok awal dan biaya pembelian, lalu dikurangi biaya akhir stok.

Schedule of cost of goods manufacturedBagian dari coost of goods manufactured adalah direct material, direct labor, manufacturing overhead, dan cost of goods manufactured.

Product Cost FlowsDalam pembahasan sebelumnya, dapat kita ketahui bahwa Product Cost adalah biaya yang terdapat dalam perusahaan yang melakukan pembelian maupun pembuatan produk. Untuk mempermudah pemahaman, pembahasan dilakukan untuk perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan manufaktur, yang tergolong dalam product cost adalah direct material, direct labor dan manufacturing overhead. Untuk mempermudah penggambaran perpindahan product cost dalam beberapa akun dan pengaruhnya pada Neraca dan Laporan Laba Rugi dapat dilihat pada ilustrasi berikut :

Biaya pembelian bahan baku dicatat dalam akun persedian bahan baku (aset) selama bahan baku tersebut belum diolah. Saat bahan baku tersebut digunakan dalam proses produksi, akun biaya tersebut dipindahkan dalam akun persediaan barang setengah jadi (aset) dalam bentuk bahan baku langsung. Pada tahapan ini sekaligus dilakukan pencatatan untuk biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Dalam perusahaan manufaktur barang setengah jadi sering kali mudah dilihat sebagai produk yang masih berada

Page 5: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

pada area perakitan (assembly line). Begitu proses produksi selesai dan dihasilkan barang jadi (finished product), biaya-biaya tersebut dipindahkan dalam akun persediaan barang jadi sambil menunggu produk tersebut laku dijual. Saat produk tersebut telah terjual, biaya tersebut akan dipindahkan dalam akun beban pokok penjualan (cost of goods sold) pada laporan laba rugi. Dari sini dapat disimpulkan bahwa biaya tersebut baru akan dicatat sebagai beban dalam laporan laba rugi apabila telah terjual, sebelum penjualan terjadi biaya tersebut masih dicatat dalam akun persediaan dalam Neraca.

Product cost sering juga disebut sebagai inventoriable cost, hal ini dikarenakan karakteristik dari biaya tersebut dimana biaya tersebut secara langsung dicatat dalam akun persediaan pada saat biaya tersebut muncul (dimulai dari bahan baku, barang setengah jadi sampai barang jadi), bukan dicatat sebagai beban. Berbeda dengan biaya penjualan dan administrasi (nonmanufacturing cost) yang tidak berhubungan dengan proses produksi. Kedua biaya ini dikategorikan sebagai Period Cost dan langsung dilakukan pencatatan sebagai beban penjualan dan administrasi dalam laporan laba rugi tanpa ada sangkut pautnya dengan realisasi penjualan.

Biaya-biaya digunakan dalam tujuan/kepentingan yang berbeda-beda, sehingga diperlukan pengelompokan atau penggolongan biaya sesuai tujuan/kepentingan masing-masing.

3. Klasifikasi Perilaku Biaya (Cost Behavior)Dalam praktek bisnis, dibutuhkan suatu cara untuk memprediksi perilaku perubahan suatu biaya akibat perubahan aktivitas atau faktor tertentu. Sebagai contoh dalam proses perencanaan, pemimpin yang baik harus memiliki kemampuan untuk mengantisipasi apa yang akan terjadi dan bagaimana perubahan tersebut berpengaruh terhadap biaya dan seberapa besar pengaruhnya. Untuk itu diperlukan suatu penggolongan biaya yang dapat mengukur bagaimana perilaku perubahan suatu biaya sebagai akibat dari perubahan aktivitas atau faktor tertentu, apakah akan berubah mengikuti perubahan aktivitas tersebut, atau tetap konstan.

Untuk menjawab kebutuhan tersebut, biaya digolongkan berdasarkan perilaku biaya (cost behavior) yaitu variable cost (biaya variabel) dan fixed cost (biaya tetap).

3.1. Biaya Variabel (Variable Cost)Biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah (secara total) dalam proporsi yang sama terhadap perubahan suatu aktivitas atau faktor. Aktivitas yang dimaksud dapat berupa unit barang yang dihasilkan, unit produk yang dijual, jam kerja, dsb. Sebagai contoh adalah biaya distribusi, biaya distribusi yang digunakan dalam satu periode akan berubah-ubah (secara total) dengan proporsi yang sama bergantung pada jumlah barang yang dikirim. Untuk mempermudah pemahaman, ilustrasi terhadap biaya variabel digambarkan pada tabel dan grafik dibawah ini :

Kuantum Total Var Cost

Var Cost per Unit

Total Fix Cost

Fix Cost per Unit

Total Cost Total Cost per Unit

100,000 40,921 0.40921 62,978 0.62978 103,899 1.03899 500,000 204,605 0.40921 62,978 0.12596 267,583 0.53517

1,000,000 409,209 0.40921 62,978 0.06298 472,188 0.47219 1,500,000 613,814 0.40921 62,978 0.04199 676,793 0.45120 1,700,000 695,656 0.40921 62,978 0.03705 758,634 0.44626

Dapat dilihat apabila jumlah barang yang dikirim naik 500%, maka total biaya variabel juga akan naik dengan proporsi yang sama sejumlah 500%. Walaupun secara total biaya variabel berubah, akan tetapi biaya variabel per unit produk tetap dan tidak mengalami perubahan (0.40921).

Berbagai contoh biaya variabel yang sering dijumpai antara lain, dalam perusahaan manufaktur, biaya variabel meliputi bahan baku langsung, biaya pengapalan, komisi tenaga penjualan, dan beberapa komponen overhead pabrik seperti pemakaian oli. Dalam perusahaan perdagangan, biaya variabel meliputi biaya pokok penjualan, komisi tenaga penjualan, biaya penagihan. Dalam industri kesehatan seperti rumah sakit, biaya variabel meliputi biaya obat, makanan, dan jasa perawat.

Page 6: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

Disamping itu, biaya variabel seringkali tidak hanya berubah berdasarkan aktivitas akan tetapi dapat berubah akibat perubahan hal lain. Sebagai contoh gaji tenaga penjaga toko rental DVD yang bergantung pada berapa jam toko tersebut akan dibuka, bukan bergantung berapa jumlah DVD yang tersewa oleh pelanggan.

3.2. Biaya Tetap (Fixed Cost)Biaya tetap adalah biaya yang secara total akan tetap (tidak berubah-ubah) walaupun terjadi perubahan suatu aktivitas atau faktor. Berbeda dengan biaya variabel, walaupun terjadi kenaikan atau penurunan suatu aktivitas, total biaya tetap tidak berubah kecuali terjadi perubahan pada faktor luar, seperti nilai tukar mata uang. Sebagai contoh biaya sewa toko per bulan sebesar Rp 2 juta, walaupun jumlah produk yang terjual sedikit atau banyak, besarnya biaya sewa toko yang harus dibayarkan tetap senilai Rp 2 juta. Berbagai contoh biaya tetap yang sering dijumpai antara lain, depresiasi bangunan, asuransi, sewa, dsb.

Sangat sedikit biaya tetap yang tidak berubah secara sempurna. Kebanyakan biaya tetap akan berubah akibat perubahan aktivitas yang besarnya melebihi batasan tertentu. Sebagai contoh biaya sewa mesin sebesar Rp 2 jt dengan kapasitas produksi 200 produk per hari, apabila diinginkan untuk menaikan produksi lebih dari 200 per hari maka dibutuhkan tambahan mesin yang mengakibatkan bertambahnya biaya sewa (kenaikan biaya tetap yang signifikan). Dari sini dapat disimpulkan bahwa biaya tetap tidak akan berubah selama masih dalam batasan tertentu. Dalam contoh ini biaya sewa mesin memiliki batasan mulai dari 0 (nol) sampai 200 produk per hari.

Berbeda dengan total biaya tetap, biaya tetap per unit akan berubah berlawanan dengan perubahan aktivitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini :

Dari kedua grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya total akan meningkat seiring dengan bertambahnya unit aktivitas. Akan tetapi biaya total per unit akan menurun seiring dengan bertambahnya unit aktivitas dan cenderung mendekati biaya variable per unitnya.

4. Klasifikasi pada Objek Biaya (Assigning Costs to Cost Objects)Biaya ditempatkan sebagai Objek Biaya untuk beberapa tujuan tertentu antara lain penentuan harga (pricing), menyiapkan kajian keuntungan (profitability study) dan pengendalian biaya. Objek Biaya adalah keseluruhan data yang dibutuhkan oleh produk, pelanggan, pekerjaan dan unit organisasi. Untuk tujuan penempatan biaya dalam Objek Biaya, biaya dikategorikan kedalam biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost).

4.1. Biaya Langsung (Direct Cost)Biaya langsung adalah biaya yang dapat diperoleh dengan mudah dan baik sebagai Objek Biaya yang spesifik. Pemahaman konsep biaya langsung dapat diperluas diluar biaya bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Sebagai contoh, apabila suatu perusahaan ingin melakukan penempatan biaya pada suatu kantor cabang di luar negeri, maka gaji dari manager kantor cabang tersebut adalah biaya langsung dari kantor cabang tersebut.

Page 7: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

4.2. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak dapat dengan mudah diperoleh sebagai Objek Biaya yang spesifik. Sebagai contoh, gaji seorang manager produksi yang memproduksi beberapa variasi produk dikategorikan sebagai biaya tidak langsung dari salah satu variasi produk. Hal ini dikarenakan biaya gaji manager produksi tersebut tidak hanya untuk mengendalikan produksi satu variasi produk saja, melainkan untuk menjalankan keseluruhan produk. Dalam hal ini gaji manager produksi tersebut dapat dikategorikan sebagai biaya umum (common cost) untuk menghasilkan beberapa variasi produk. Biaya umum adalah biaya yang terjadi untuk mendukung sejumlah objek biaya, akan tetapi tidak dapat ditentukan untuk setiap variasi produk tersebut. Biaya umum dikategorikan sebagai biaya tidak langsung. Akan tetapi gaji manager produksi tersebut dapat dikategorikan sebagai biaya langsung apabila objek biayanya adalah divisi produksi.

Untuk menentukan suatu biaya dikategorikan sebagai biaya langsung maupun tidak langsung, konsep materialitas harus dipertimbangkan. Sebagai contoh, perusahaan minuman dalam kemasan botol membutuhkan sejumlah lem untuk menempelkan label pada kemasannya. Dalam persoalan ini, biaya lem dapat dengan mudah ditentukan per unit produk. Akan tetapi karena nilai lem yang digunakan tidak signifikan (kecil), untuk tujuan simplifikasi perusahaan dapat mengkategorikan biaya lem tersebut bersama dengan beban overhead lain sebagai beban tidak langsung.

5. Klasifikasi untuk pengambilan keputusan (Decision Making)Biaya adalah suatu parameter penting dalam pengambilan keputusan bisnis. Untuk kepentingan ini, biaya dikategorikan dalam differential cost, opportunity cost dan sunk cost.

5.1. Differential Cost and RevenuePengambilan keputusan selalu dilakukan dengan memilih satu dari beberapa alternatif. Setiap alternatif memiliki biaya dan keuntungan masing-masing yang harus dibandingkan satu sama lain. Selisih atau perbedaan biaya antara dua alternatif disebut dengan differential cost. Dengan pengertian yang sama, selisih atau perbedaan keuntungan antara dua alternatif disebut dengan differential revenue.

Differential cost sering juga disebut sebagai incremental cost, walaupun sebenarnya apabila terjadi penurunan biaya antara dua alternatif lebih sesuai disebut dengan decremental cost. Differential cost memiliki pengertian yang lebih luas, meliputi kenaikan biaya (incremental cost) maupun penurunan biaya (decremental cost) diantara dua alternatif.

Konsep differential cost dalam akuntansi dapat dibandingkan dengan konsep biaya marginal dalam teori ekonomi. Para pakar ekonomi menggunakan istilah marginal cost dan marginal revenue. Pendapatan yang dihasilkan dari tambahan penjualan satu unit produk disebut marginal revenue, sementara biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi tambahan satu unit produk lagi disebut marginal cost. Konsep marginal ini sama dengan konsep differential cost yang diaplikasikan untuk tambahan satu unit produk.

Differential cost bisa berupa biaya tetap (fixed) maupun biaya variabel (variable). Untuk lebih jelasnya berikut ilustrasi penerapan differential cost pada sebuah perusahaan yang ingin membandingkan dua alternatif metode pemasaran, menggunakan retailer (metode eksisting) atau sales representative (metode baru):

Page 8: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

RetailerSales

RepresentativeDifferential Cost

& RevenuePendapatan (Variabel) 700,000 800,000 100,000 Biaya Pokok Produksi (Variabel) 350,000 400,000 50,000 Biaya Iklan (Fixed) 80,000 45,000 (35,000) Komisi (Variabel) - 40,000 40,000 Depresiasi gudang (Fixed) 50,000 80,000 30,000 Beban lain-lain (Fixed) 60,000 60,000 - Total beban 540,000 625,000 85,000 Laba operasi bersih 160,000 175,000 15,000

Dari ilustrasi diatas, dapat dilihat bahwa differential revenue sebesar 100.000 dan differential cost sebesar 85.000 dengan menghasilkan differential net income sebesar 15.000 (positif). Pengambilan keputusan untuk tetap menggunakan metode lama atau beralih dengan metode baru dapat dilakukan dengan mempertimbangkan laba operasi bersih dari masing-masing alternatif. Dari sini dapat disimpulkan bahwa laba bersih operasi untuk metode lama sebesar 160.000 dan untuk metode baru diperkirakan sebesar 175.000. Sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk memillih alternatif kedua (metode baru) yang memiliki laba operasi bersih lebih besar dan differential net income positif.

Secara umum, hanya parameter yang memiliki perbedaan nilai yang relevan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Sebagai contoh untuk parameter ‘beban lain-lain’, antara alternatif pertama dan kedua tidak memiliki perbedaan nilai, sehingga apabila parameter tersebut dihilangkan tetap tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan dari differential cost/revenue. Kondisi seperti ini adalah prinsip yang mendasar dan penting dalam management accounting.

5.2. Opportunity CostOpportunity cost adalah keuntungan potensial yang dilepaskan saat memilih suatu alternatif dan meninggalkan alternatif yang lain. Sebagai contoh seorang mahasiswa mengambil kerja paruh waktu dengan upah sebesar $200 per minggu. Ketika mahasiswa tersebut ingin mengambil liburan selama satu minggu dan atasannya menyetujui dengan catatan upah mingguannya tidak dibayarkan, maka kehilangan potensi uang sejumlah $ 200 merupakan opportunity cost terhadap pemilihan liburan selama satu minggu.

Opportunity cost tidak akan ditemui/dicatat dalam laporan akuntansi, akan tetapi biaya tersebut harus dipertimbangkan pada setiap pengambilan keputusan. Pada hakekatnya setiap keputusan pasti memiliki opportunity cost.

5.3. Sunk CostSunk cost adalah biaya yang muncul dimasa lampau dan masih terjadi namun tidak dapat diubah/dihilangkan meskipun dilakukan pengambilan keputusan pada saat ini maupun dimasa yang akan datang. Karena besarnya sunk cost tidak dapat diubah/dihilangkan, maka sunk cost tidak termasuk dalam kategori differential cost, sehingga dalam pengambilan keputusan sunk cost dapat diabaikan.

Sebagai contoh, perusahaan manufaktur melakukan pembelian mesin beberapa tahun yang lalu senilai $ 50.000 dan masih terdepresiasi dalam beberapa tahun ke depan. Akan tetapi produk yang dihasilkan mesin tersebut telah tertinggal jaman dan tidak lagi laku dijual. Biaya investasi mesin tersebut telah terjadi dan tidak dapat dihilangkan dan akan menambah beban biaya apabila mesin tersebut tetap dioperasikan. Oleh karena itu biaya investasi mesin senilai $ 50.000 merupakan sunk cost dan dapat diabaikan dalam pengambilan keputusan.

Page 9: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

Cost of Goods ManufacturedCost of goods manufactured (CoGM) adalah biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan pengerjaan sejumlah produk dalam suatu periode akuntansi, yang nilainya tidak dipengaruhi oleh waktu awal pengerjaan produk, baik dimulai dari periode akuntansi sebelumnya atau periode saat ini. Perhitungan CoGM perlu memperhatikan posisi awal ketersediaan bahan baku maupun barang setengah, pembelian dan pemakaian bahan baku, serta posisi akhir ketersediaan bahan baku maupun barang jadi. Korelasi ini dapat dilihat pada rumus dasar persediaan sbb :

Beginning Inventory

+Purchased (added) in the period

=Total

Available=

Consumed (withdrawals) in the period

+Ending

inventory

Supply = Demand

Perhitungan CoGM dapat dimulai dari persediaan awal barang setengah jadi, ditambah bahan baku yang digunakan dalam satu periode (didapatkan dengan menambahkan persediaan awal bahan baku dan pembelian kemudian dikurangi persediaan akhir), ditambah biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik, kemudian dikurangi dengan persediaan akhir barang setengah jadi. Untuk mempermudah pemahaman perhitungan CoGM dapat dilihat pada ilustrasi berikut :

Beginning work in process inventoryAdd : Beginning raw materials inventoryAdd : Raw materials purchased in the period Consumed in the periodDeduct : Ending raw materialsAdd : Labor costAdd : Manufacturing (production) overheadCost of converting materials into work in process and finished goods= Manufacturing Cost (Production Cost)Deduct : Ending work in process inventoryTotal finished goods completed in the period = Cost of Goods Manufactured

Man

ufac

turin

g Co

st

(Pro

ducti

on C

ost)

Hubungan antara Cost of Goods Manufactured (CoGM) dan Cost of Goods Sold (CoGS)Cost of Goods Sold adalah biaya yang berhubungan dengan jumlah produk yang terjual kepada pelanggan. Rumusan yang digunakan dalam perhitungan CoGM dan CoGS hampir sama, hanya saja rumusan untuk CoGS hanya mempertimbangkan produk jadi karena perusahaan hanya akan menjual produk jadi pada pelanggan. Berikut ilustrasi hubungan antara CoGM dan CoGS.

Beginning direct material inventory 60,000 Add : Direct materials purchased 400,000 Deduct : Ending direct materials inventory (50,000) Direct material used in production 410,000

Direct material used in production 410,000 Add : Direct Labor 60,000 Add : Manufacturing overhead 350,000 Total Production Cost 820,000

Beginning work in process inventory 90,000 Add : Total Production Cost 820,000 Deduct : Ending work in process inventory (60,000) Cost of goods manufactured (finished goods manufactured) 850,000

Beginning finished goods inventory 125,000 Add : Cost of goods manufactured 850,000 Deduct : Ending finished goods inventory (175,000) Cost of goods sold 800,000

Page 10: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

Cost of QualitySuatu perusahaan mungkin memiliki produk yang berkualitas tinggi dan menggunakan komponen berkualitas tinggi, akan tetapi apabila terjadi kesalahan dalam proses perakitan atau produksi dapat menimbulkan cacat produk. Perusahaan tersebut harus mengeluarkan biaya perbaikan yang tinggi dan menghadapi ketidakpuasan pelanggan. Pelanggan yang kecewa tidak akan membeli produk lagi, dan bahkan akan menyampaikan kekecewaan tersebut pada pelanggan lain. Untuk mencegah hal tersebut, perusahaan rela mengeluarkan upaya yang tinggi untuk menurunkan cacat produk. Tujuannya untuk mencapai kesesuaian kualitas (quality of conformance) yang tinggi.

Quality of ConformanceProduk yang kualitasnya memenuhi atau melebihi spesifikasi desain dan tidak terdapat cacat pada penampilan maupun kinerjanya dapat dikategorikan memiliki quality of conformance yang tinggi. Pencegahan, pendeteksian dan penanganan cacat membutuhkan biaya yang disebut quality cost atau cost of quality. Cost of quality adalah semua biaya yang dibutuhkan untuk menghindari produk cacat atau penanganan produk cacat. Cost of quality dapat dibagi menjadi empat (4) golongan, dua golongan pertama dibutuhkan untuk mencegah produk cacat diterima pelanggan, antara lain prevention costs dan appraisal costs. Sementara dua golongan kedua dibutuhkan saat terjadi cacat produk, antara lain internal failure costs dan external failure costs.

1. Prevention CostsSecara umum, cara paling efektif untuk mengendalikan biaya kualitas adalah dengan menghindari potensi cacat produk sejak dini. Cara ini jauh lebih efisien untuk mencegah permasalahan muncul dibanding harus melakukan perbaikan setelah masalah terjadi. Beberapa metode (tools) yang bisa digunakan untuk mencegah cacat produk antara lain statistical process control (SPC), quality engineering, pelatihan dan six sigma.

2. Appraisal CostsSetiap produk cacat harus sedini mungkin diketahui dalam proses produksi. Appraisal cost, atau lebih sering dikenal dengan inspection cost, adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengidentifikasi cacat pada produk sebelum produk tersebut dikirim ke pelanggan. Sayangnya, melakukan aktivitas appraisal tidak mencegah cacat produk muncul kembali. Kebanyakan perusahaan telah beranggapan bahwa memiliki sejumlah tenaga inspector adalah tindakan merugikan (biaya mahal). Untuk mengatasi hal tersebut, setiap karyawan dituntut memiliki rasa tanggung jawab untuk menjaga kualitas kerja masing-masing. Disamping itu perusahaan juga dapat merancang desain produk dengan proses produksi yang mudah dilakukan sehingga parameter kualitas tertanam dalam produk itu sendiri dan tidak mengandalkan tenaga inspector.

3. Internal Failure CostsInternal failure costs adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas dari produk yang cacat agar kembali memenuhi parameter kualitas sesuai spesifikasinya sebelum produk tersebut dikirim pada pelanggan. Sebagai contoh adalah biaya rebagging, reworking, downtime, dll.

4. External Failure CostsExternal failure costs adalah biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kualitas dari produk yang cacat setelah produk tersebut dikirim pada pelanggan. Sebagai contoh biaya garansi perbaikan dan penggantian spare parts, kehilangan potensi penjualan dan reputasi akibat rendahnya kualitas produk.

Sebuah perusahaan dapat lebih mudah untuk menurunkan total biaya kualitas dengan melihat distribusi biaya kualitas tersebut. Grafik berikut menunjukkan distribusi biaya kualitas :

Page 11: Resume Chapter 2 Basic Cost - Managerial Accounting

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa apabila quality of conformance rendah (banyak produk cacat), maka total biaya kualitas yang dikeluarkan sangatlah tinggi, dan yang berkontribusi terhadap tingginya biaya tersebut adalah biaya internal dan external failure untuk memperbaiki cacat yang sudah terjadi. Sebaliknya apabila perusahaan mengeluarkan biaya lebih untuk pencegahan (prevention) dan inspeksi (appraisal) dengan harapan untuk meningkatkan quality of conformance (sedikit produk cacat), maka total biaya kualitas yang dikeluarkan justru rendah. Hal ini disebabkan penurunan yang drastis dari biaya internal dan external failure.