BAB I PENDAHULUAN Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral kavum nasi. Sinus – sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah, dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Sinus paranasalis (maksilaris, frontalis, etmoidalis, dan sfenoid) adalah rongga di sekitar hidung yang selalu terisi udara dan berhubungan dengan saluran hidung melalui ostium yang kecil. Sinus paranasalis mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk melembabkan, menyaring, dan mengatur suhu udara yang akan masuk ke paru-paru. 1 Sinus yang dalam keadaan fisiologis adalah steril, apabila klirens sekretnya berkurang atau tersumbat, akan menimbulkan lingkungan yang baik untuk perkembangan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus, bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis. 2, 3,4,5 Kondisi inflamasi dari sinus paranasalis mempunyai dampak sosial ekonomi yang signifikan setiap tahunnya, berhubungan dengan biaya kesehatan dan berkurangnya jam kerja akibat sakit. Berdasarkan data dari National Health Interview Survey 1995, sekitar 17,4% penduduk dewasa Amerika Serikat pernah menderita sinusitis dalam jangka 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
Manusia memiliki sekitar 12 rongga di sepanjang atap dan bagian lateral
kavum nasi. Sinus – sinus ini membentuk rongga di dalam beberapa tulang wajah,
dan diberi nama sesuai dengan tulang tersebut, yaitu sinus maksilaris, sinus
sfenoidalis, sinus frontalis, dan sinus etmoidalis. Sinus paranasalis (maksilaris,
frontalis, etmoidalis, dan sfenoid) adalah rongga di sekitar hidung yang selalu
terisi udara dan berhubungan dengan saluran hidung melalui ostium yang kecil.
Sinus paranasalis mempunyai fungsi yang penting yaitu untuk melembabkan,
menyaring, dan mengatur suhu udara yang akan masuk ke paru-paru.1
Sinus yang dalam keadaan fisiologis adalah steril, apabila klirens
sekretnya berkurang atau tersumbat, akan menimbulkan lingkungan yang baik
untuk perkembangan organisme patogen. Apabila terjadi infeksi karena virus,
bakteri ataupun jamur pada sinus yang berisi sekret ini, maka terjadilah sinusitis.2,
3,4,5
Kondisi inflamasi dari sinus paranasalis mempunyai dampak sosial
ekonomi yang signifikan setiap tahunnya, berhubungan dengan biaya kesehatan
dan berkurangnya jam kerja akibat sakit. Berdasarkan data dari National Health
Interview Survey 1995, sekitar 17,4% penduduk dewasa Amerika Serikat pernah
menderita sinusitis dalam jangka waktu 3 bulan. Dari survey yang dilakukan,
prevalensi sinusitis kronis sekitar 13-16% atau 30 juta penduduk dewasa Amerika
Seriikat yang dominan terjadi pada rongga sinus maksila. Sinusitis mewakili salah
satu dari penyakit yang paling sering yang membutuhkan pengobatan dengan
antibiotika pada populasi dewasa. Tantangan bagi para klinisi dalam
mengevaluasi pasien dengan kemungkinan sinusitis adalah untuk mencoba
membedakan infeksi virus saluran nafas atas atau rinitis alergika, yang tidak
membutuhkan pengobatan dengan antibiotika, dengan sinusitis kronis atau akut
yang memberikan respon dengan pengobatan antibiotika.2,3
Kebanyakan infeksi bakteri terjadi pada keadaan dimana terjadi gangguan
fungsi, obstruksi anatomi, inflamasi, drainase yang terganggu, dan perkembangan
bakteri yang berlebihan. Kemudian sinus akan dipenuhi dengan cairan purulen.
1
Hal tersebut terjadi karena proses inflamasi menyebabkan peningkatan sekresi dan
edema pada mukosa sinonasal. Dengan progresifnya komponen inflamasi, sekret
tersebut tertahan di dalam sinus paranasal yang dapat terjadi karena gangguan
fungsi silia dan obstruksi dari ostium sinus yang relatif kecil. Posisi ostium yang
melawan gravitasi secara tidak langsung juga menyebabkan buruknya drainase.
Obstruksi tersebut menyebabkan pengurangan tekanan parsial oksigen di dalam
sinus dan menyebabkan kondisi anaerobik di dalam sinus. Faktor-faktor inilah
yang menyebabkan kondisi yang ideal dalam pertumbuhan bakteri patogen, dan
menyebabkan sinusitis. Rinitis alergi dan infeksi virus pada saluran nafas atas
yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya sinusitis. Sinus maksilaris
adalah sinus yang paling sering terkena infeksi.1,2
Sinusitis adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia.
Sinusitis bakterial adalah diagnosis terbanyak kelima pada pasien dengan
pemberian antibiotik. Lima milyar dolar dihabiskan setiap tahunnya untuk
pengobatan medis sinusitis, dan 60 milyar lainnya dihabiskan untuk pengobatan
operatif sinusitis di Amerika Serikat. Berdasarkan fakta tersebut diatas, sinusitis
adalah penyakit yang penting untuk diketahui oleh seorang praktisi kesehatan.
Dan sinusitis yang paling banyak ditemukan adalah sinusitis maksilaris. Oleh
karena itu tema ini diangkat agar diagnosis, dan penanganan sinusitis maksilaris
bisa dimengerti dengan lebih baik. 2,3,6,7,8
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definsi
Sinus paranasalis adalah rongga udara berlapis mukosa pada tulang
kranium, yang berhubungan dengan rongga hidung dan meliputi sinus frontal,
sinus etmoid, sinus maksila, dan sinus sfenoid. Sedangkan sinusitis adalah kondisi
inflamatorik yang melibatkan satu atau lebih dari keempat rongga berpasangan
yang mengelilingi kavum nasi (sinus paranasalis). Menurut anatomi yang terkena,
sinusitis dibagi atas sinusitis frontalis, sinusitis etmoidalis, sinusitis maksilaris,
dan sinusitis sfenoidalis. Jadi, sinusitis maksilaris adalah suatu kondisi
inflamatorik yang melibatkan sinus maksilaris.3,4,9
2.2 Anatomi Sinus Paranasal
Secara klinis sinus paranasal dibagi menjadi dua kelompok yaitu bagian
anterior dan posterior. Kelompok anterior bermuara di bawah konka media, di
dekat infundibulum, terdiri dari sinus frontal, sinus maksila, dan sel-sel anterior
sinus etmoid. Kelompok posterior bermuara di berbagai tempat di atas konka
media terdiri dari sel-sel posterior sinus etmoid dan sinus sphenoid. Garis
perlekatan konka media pada dinding lateral hidung merupakan batas antara
kedua kelompok. Salah satu fungsi penting sinus paranasal adalah sebagai sumber
lendir yang segar dan tak terkontaminasi yang dialirkan ke mukosa hidung.3
Sinus maksila merupakan sinus paranasal yang terbesar. Saat lahir sinus
maksila bervolume 6-8 ml,sinus kemudian berkembang dengan cepat dan
akhirnya mencapai ukuran maksimal,yaitu 15 ml saat dewasa. Sinus maksila
berbentuk piramid. Dinding anterior sinus ialah permukaan fasial os maksila yang
disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra-temporal
mkasila, dinding medialnya ialah dinding dinding lateral rongga hidung, dinding
superiornya ialah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris
dan palatum. Ostium sinus maksila berada di sebelah superior dinding medial
sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid.2
3
Dari segi klinik yang perlu diperhatikan dari anatomi sinus maksila
adalah1:
Dasar sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas, yaitu
premolar (P1 dan P2), molar (M1 danM2), kadang- kadang juga gigi taring
(C) dan gigi molar M3, bahkan akar-akar gigi tersebut dapat menonjol ke
dalam sinus, sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan
sinusitis.
Sinusitis maksila dapat menimbulkan komplikasi orbita.
Ostium sinus maksila terletak lebih tinggi dari dasar sinus, sehingga
drainase hanya tergantung dari gerak silia, lagi pula drainase juga harus
melalui infundibulum yang sempit. Infundibulum adalah bagian dari sinus
etmoid anterior dan pembengkakan akibat radang atau alergi pada daerah
ini dapat menghalangi drainase sinus maksila dan selanjutnya
menyebabkan sinusitis.
2.3 Fisiologi Sinus Paranasal
Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara
lain :
1. Sebagai pengatur kondisi udara (air conditioning)
Sinus berfungsi sebagai ruang tambahan untuk memanaskan dan mengatur
kelembaban udara inspirasi. Keberatan terhadap teori ini ialah ternyata
tidak didapati pertukaran udara yang definitif antara sinus dan rongga
hidung. Volume pertukaran udara dalam ventilasi sinus kurang lebih
1/1000 volume sinus pada tiap kali bernafas, sehingga dibutuhkan
beberapa jam untuk pertukaran udara total dalam sinus. Lagipula mukosa
sinus tidak mempunyai vaskularisasi dan kelenjar yang sebanyak mukosa
hidung.3
2. Sebagai penahan suhu (thermal insulators)
Sinus paranasal berfungsi sebagai buffer (penahan) panas , melindungi
orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yang berubah-ubah.3
3. Membantu keseimbangan kepala
Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang
muka. Akan tetapi bila udara dalam sinus diganti dengan tulang hanya
4
akan memberikan pertambahan berat sebesar 1% dari berat kepala,
sehingga teori ini dianggap tidak bermakna.3
4. Membantu resonansi suara
Sinus mungkin berfungsi sebagai rongga untuk resonansi suara dan
mempengaruhi kualitas suara. Akan tetapi ada yang berpendapat , posisi
sinus dan ostiumnya tidak memungkinkan sinus berfungsi sebagai
resonator yang efektif.3
5. Sebagai peredam perubahan tekanan udara
Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yang besar dan mendadak,
misalnya pada waktu bersin atau membuang ingus.3
6. Membantu produksi mukus.
Mukus yang dihasilkan oleh sinus paranasal memang jumlahnya kecil
dibandingkan dengan mukus dari rongga hidung, namun efektif untuk
membersihkan partikel yang turut masuk dengan udara inspirasi karena
mukus ini keluar dari meatus medius, tempat yang paling strategis.3
2.4 Epidemiologi
Sinusitis adalah penyakit yang banyak ditemukan di dunia , terutama di
tempat dengan polusi udara tinggi. Iklim yang dingin, lembab, terkait dengan
prevalensi yang lebih tinggi dari sinusitis. Data dari DEPKES RI tahun 2006
menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus menempati urutan ke-25 dari 50
kasus yaitu sekitar 102.817 penderita rawat jalan di rumah sakit. Virus adalah
penyebab sinusitis akut yang paling umum ditemukan. Kejadian sinusitis
umumnya disertai atau dipicu oleh rhinitis sehingga sinusitis sering juga di sebut
dengan rhinosinusitis.1
2.5 Sinusitis Maksilaris
Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal. Bisa
juga disebabkan oleh infeksi virus dan infeksi bakteri. Bila mengenai beberapa
sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus disebut
pansinusitis. Sinus yang paling sering terkena adalah sinus maksila dan etmoid.
Sinus maksilaris disebut antrum highmore. Sinus maksilaris sering terinfeksi,oleh
karena: 7
1. Merupakan sinus paranasal terbesar.
5
2. Letak ostium lebih tinggi dari dasar.
3. Letaknya dekat dengan gigi rahang atas sehingga infeksi gigi
dapat menyebabkan sinusitis maksilaris.
Sinusistis maksilaris dapat terjadi akut mau pun kronis. Berikut perbedaan
keduanya berdasarkan waktu terjadinya:8
1. Sinusitis akut: serangan mendadak gejala flu, misalnya pilek,
hidung tersumbat dan nyeri wajah yang tidak hilang setelah 10
sampai 14 hari. Sinusitis akut biasanya berlangsung kurang dari 3
minggu.
2. Sinusitis sub-akut: peradangan yang berlangsung 4 sampai 8
minggu.
3. Sinusitis kronis: suatu kondisi yang ditandai dengan gejala radang
sinus yang berlangsung 8 minggu atau lebih.
4. Sinusitis berulang: mengalami beberapa serangan dalam setahun.
Bedasarkan penyebab ternyadinya sinusitis dibagi menjadi 2,yaitu:8
1. Sinusitis Rhinogen (penyebabnya dari hidung).
2. Sinusitis Odontogen (penyebabnya dari infeksi gigi).
2.6 Etiologi
Berikut ini ditampilkan pada tabel 1 mengenai perbedaan etiologi sinusitis