Top Banner
RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT HAJI MEDAN TAHUN 2018 TESIS Oleh TENGKU LIZA SYAHNAS NIM. 147032193 PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2020 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
106

RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Oct 02, 2021

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI

GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2018

TESIS

Oleh

TENGKU LIZA SYAHNAS

NIM. 147032193

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

RESPONSE TIME OF THE HEALTH SERVICES

IN EMERGENCY INSTALLATION

AT HAJI HOSPITAL, MEDAN,

IN 2018

THESIS

By

TENGKU LIZA SYAHNAS

NIM. 147032193

MASTER IN PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM

FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA

2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI

GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT HAJI MEDAN

TAHUN 2018

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan Masyarakat

dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan Administrasi Rumah Sakit

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

TENGKU LIZA SYAHNAS

NIM. 147032193

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2020

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Judul Tesis : Response Time Pelayanan Kesehatan di Instalasi

Gawat Darurat Rumah Sakit Haji Medan Tahun

2018

Nama Mahasiswa : Tengku Liza Syahnas

NomorInduk Mahasiswa : 147032193

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peninatan : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui

Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

(Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.) (Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.)

NIP. 196410041991031005 NIP. 197512282005011002

Ketua Program Studi S2

Dekan

(Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D.) (Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si.)

NIP. 196509011991032003 NIP. 196803201993082001

Tanggal Lulus : 22 Agustus 2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 22 Agustus 2019

TIM PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes.

Anggota : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.

Dr. Juanita, S.E., M.Kes.

Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Pernyataan Keaslian Penelitian

Saya menyatakan dengan ini bahwa tesis saya yang berjudul “Response

Time Pelayanan Kesehatan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Haji

Medan Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan

sayatidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak

sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali

yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika

keilmuan terhadap karya tulis saya ini, saya klaim dari pihak lain terhadap

keaslian karya saya ini.

Medan, Agustus 2019

Tengku Liza Syahnas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Abstrak

Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat darurat

di rumah sakit mempunyai fungsi penting dalam upaya penyelamatan hidup klien

Pelayanan kegawatdaruratan aspek asuhan keperawatan yang sangat penting

diperhatikan, tahap pelaksanaan/implementasi harus mengacu kepada prinsip

dasar pelayanan gawat darurat yaitu time saving is life saving dengan ukuran

keberhasilan tersebut adalah respone time selama lima menit. Jenis penelitian

adalah kualitatif yang berlokasi di RS. Haji Medan. Informan penelitian staf IGD

terdiri dari Dokter, Kepala Perawat,dan Perawat. Metode pengambilan sampel

disebut sebagai informan adalah total sampling. Metode pengumpulan

data:indepth interview, observasi, studi dokumentasi. Hasil penelitian

menunjukkan penerapan triase di Rumah Sakit Umum Haji Kota Medan sudah

dilakukan tetapi belum memiliki SPO tentang triase. Kewajiban rumah sakit harus

memberikan pelayanan sesuai standar berlaku secara menyeluruh. Sehingga,

semua pasien masuk ke IGD mendapatkan pelayanan sama dari semua tenaga

medis demi peningkatan keselamatan pasien. Masih ada perawat belum memiliki

pelatihan triase. Bagaimana mungkin petugas kesehatan dapat memberikan

pelayanan yang optimal dan bermutu jika tidak di bekali keilmuan dan keahlian

yang dimiliki. Keilmuan dan keahlian tersebut sangat berguna bagi tenaga medis

untuk dapat mempermudah pengklasifikasian jenis kegawat daruratan, sehingga

respon time dalam melayani pasien akan lebih singkat dan tepat. Disarankan

kepada Kepada pihak manajemen untuk dibuatkan SPO tentang triase. Sehingga,

memudahkan dan menyeragamkan standar pelayanan di instalasi gawat darurat.

Semua tenaga medis yang berada di instalasi tersebut akan dapat memberikan

pelayanan yang optimal demi keselamatan dan kesehatan pasien. Perlu

dilakukannya pengembangan ilmu triase terhadap perawat IGD. Keilmuan akan

sangat berguna bagi perawat IGD dalam memilah pasien berdasarkan status

kegawat daruratannya. Dengan pemilahan pasien yang sangat membutuhkan

pertolongan segera akan dapat terlayani dengan cepat dan dapat menyelamatkan

hidupnya. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih mendalam

terhadap kepuasan pasien dalam medapatkan pelayanan gawat darurat di instalasi

gawat darurat.

Kata kunci : Respon time, pelayanan kesehatan, IGD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Abstract

Emergency installation as the main gate of emergency case handling in a hospital

has an important function to save clients’ life. It is important to pay attention to

the nursing care aspect in emergency services. The implementation stage has to

refer to the basic principle of emergency service i.e. time saving is life saving

which success is measured from the response time of five minutes. This is a

qualitative research located in Haji Hospital, Medan. The informants were staffs

in Emergency Installation consisting of doctors, head of nurses, and nurses. The

samples were informants selected by total sampling technique. The data were

collected from in depth interviews, observations, and document study. The results

of the research demonstrated that the triage in Haji Hospital, Medan has been

implemented, but it did not have any standard operating procedures about triage

yet. The hospital is obliged to provide services in line with the prevailing

regulations, so all patients admitted to emergency installation have to receive

equal service from all health personnel to improve patients’ safety. However,

there were patients who have not been trained for triage. It is then impossible that

the health personnel can provide optimal and quality service if they have not been

given training for their knowledge and skills. Knowledge and skills are beneficial

for health personnel to facilitate the classification of emergency, so that the

response time spent to serve the patients will be shorter and more precise. It is

suggested to simplify and make uniform the service standard in emergency

installation. It is advised that all health personnel in the installation provide

optimal service for patients’ safety and health. It is necessary to develop

knowledge of triage for nurses in emergency installation. Knowledge will be very

beneficial for them to classify the patients based on their emergency status. By

this classification, the patients who need treatment the most can be treated fast

and saved. It is recommended that the future researchers do further researches on

patient satisfaction for the service in emergency installation.

Keywords: Response time, health service, IGD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Kata Pengantar

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah memberi kemampuan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Tesis

dengan judul "Response Time Pelayanan Kesehatan di Instalasi Gawat

Darurat Rumah Sakit Haji Medan Tahun 2018". Dalam menyusun tesis ini,

penulis mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk

itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat

melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah bersedia membimbing,

memberikan nasehat dan masukan serta motivasi kepada saya selama

menjalani pendidikan sehari-hari.

3. Ir. Etti Sudaryati, M.K.M., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan

Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang

telah bersedia membimbing, memberikan nasehat dan motivasi kepada saya.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Sekretaris Program

Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, sekaligus Dosen Pembimbing II penelitian ini

yang telah memberikan nasehat, masukan dan motivasi kepada saya selama

menjalani pendidikan sehari-hari, serta memberi bimbingan dan koreksian

untuk penyempurnaan penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

5. Dr. Drs Zulfendri, M.Kes. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

membimbing, memberikan nasehat, masukan dan motivasi kepada saya

selama menjalani pendidikan sehari-hari, serta memberi bimbingan dan

koreksian untuk penyempurnaan penelitian.

6. Dr. Juanita, M.Kes dan Dr. Lita Sri Andayani, S.K.M., M.Kes. selaku Dosen

Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah membimbing, memberikan

nasehat, masukan dan motivasi kepada saya selama menjalani pendidikan

sehari-hari, serta memberi bimbingan dan koreksian untuk penyempurnaan

penelitian.

7. Seluruh staf pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan

bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Direktur RSU Mitra Medika Tanjung Mulia Dr. dr. Arifah Devi Fitriani,

M.Kes. yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, memberi

masukan dan bantuan lainnya kepada penulis selama proses penelitian.

9. Direktur dan Staf Rumah Sakit RS Haji Medan yang telah mengizinkan

penulis melakukan penelitian, memberi masukan dan bantuan lainnya kepada

penulis selama proses penelitian.

10. Ayahanda dan Ibunda penulis tersayang, terkasih dan tercinta T. Nasrul, S.H.

M.Hum. dan Dra. Nelly Suryani yang selalu memberikan penulis cinta kasih,

keikhlasan, kesabaran, doa, motivasi, dan pengorbanan yang luar biasa tak

terhingga untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan penulis serta

menjadi inspirasi dan panutan penulis dari kecil hingga kini, kalian hal

terbaik yang penulis punya dan hal terindah yang pernah ada.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

11. Adik-adik tersayang T.Reza Maulana,T. M. Fadel Rasyidi dan T. M. Abdul

Azis Alfarisyi terima kasih atas kasih sayang dan dukungannya

12. Teman –teman kerja di RS Mitra Medika Tj. Mulia Kakak Rotua, Hikmah,

Fadli, Kakak Ulan, Adval, Kristi, Maria, dan yang lain namanya gak bisa

disebut satu persatu yang telah memberi dukungan dan doanya selama ini .

13. Seluruh keluarga yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah

banyak memberikan bantuan dan dukungan, baik moril maupun materil.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan penelitian ini. Kiranya tesis ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, perkenankanlah saya untuk

menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kesalahan,

kekhilafan, dan kekurangan yang telah penulis lakukan selama proses penyusunan

tesis dan selama menjalani masa pendidikan ini. Semoga segala bantuan,

dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada penulis selama menjalani

pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Medan, Agustus 2019

Tengku Liza Syahnas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Daftar Isi

Halaman

Halaman Persetujuan i

Halaman Penetapan Tim Penguji ii

Halaman Pernyataan Keaslian Tesis iii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xiii

Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 6

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 8

Rumah Sakit 8

Pengertian rumah sakit 8

Tugas dan fungsi rumah sakit 8

Sumber daya manusia 9

Instalasi gawat darurat 10

Jenis pelayanan IGD 15

Prosedur pelayanan 19

Response Time 26

Landasan Teori 43

Kerangka Pikir 44

Metode Penelitian 46

Jenis Penelitian 46

Lokasi dan Waktu Penelitian 46

Lokasi penelitian 46

Waktu penelitian 46

Pemilihan Informan 46

Metode Pengumpulan Data 47

Alat Bantu Pengumpulan Data 47

Wawancara mendalam 47

Observasi 48

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Alat perekam 48

Metode Analisis Data 51

Reduksi data 51

Penyajian data 51

Penarikan kesimpulan/verifikasi 52

Hasil Penelitian dan Pembahasan 53

Gambaran Umum Rumah Sakit 53

Sejarah dan lokasi 53

Visi dan Misi 54

Karakteristik penelitian 55

Response time 56

Triase 60

Sumber daya manusia 67

Sarana dan Prasarana 71

Implikasi Penelitian 78

Keterbatasan Penelitian 78

Kesimpulan dan Saran 79

Kesimpulan 79

Saran 80

Daftar Pustaka 81

Lampiran 84

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Sumber Daya Manusia Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan IGD 26

2 Tabel Data Tenaga Kesehatan IGD Rumah Sakit Haji Medan 55

3 Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Haji Medan 55

4 Karakteristik Informan 56

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka pikir penelitian 44

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Daftar Lampiran

Lampiran Judul

Halaman

1 Pedoman Wawancara 84

2 Dokumentasi Penelitian 86

3 Surat Selesai Riset Penelitian 88

4 Surat Izin Riset / Penelitian 89

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Riwayat Hidup

Penulis bernama Tengku Liza Syahnas dilahirkan di P.Brandan pada

tanggal 05 April 1989 dari pasangan T. Nasrul, S.H., M.Hum. dan Dra. Nelly

Suryani penulis tinggal di Jl. Kelurga No 126 Lingkungan IX, Asam Kumbang.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan di Sekolah Dasar

Negeri 060914 Tahun 1995 – 2001. SMP Negeri 1 Medan Tahun 2001 – 2004,

SMA Negeri 15 Medan Tahun 2004 – 2007, S1 Fakultas Kedokteran UISU Tahun

2007-2012, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Tahun

2014-2019, dan melanjutkan pendidikan di Program S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2019

Tengku Liza Syahnas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Pendahuluan

Latar Belakang

Pelayanan gawat darurat merupakan hak asasi setiap masyarakat dan

kewajiban yang harus diberikan oleh pemberi jasa pelayanan kesehatan.

Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan

peningkatan kualitas pelayanan kesehatan kegawat daruratan sebagai bagian

utama dari pembangunan kesehatan sehingga pelaksanaannya memiliki system

yang terstruktur (Depkes RI, 2009).

Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat

darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan

hidup klien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya

waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit

jantung. Mekanisme response time, disamping menentukan keluasan rusaknya

organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan

ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD

memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga

dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat

dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana,

prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar

(Kepmenkes, 2009).

Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it’s Live

Saving. artinya seluruh tindakan yang dilakukan pada saat kondisi gawat darurat

haruslah benar-benar efektif dan efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

tersebut pasien dapat kehilangan nyawa hanya dalam hitungan menit saja.

Berhenti nafas selama dua sampai tiga menit pada manusia dapat menyebabkan

kematian yang fatal (Sutawijaya, 2009).

Menurut Kepmenkes Tahun 2009 mengenai Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit, waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat memiliki dimensi

mutu keselamatan dan efektifitas pelayanan. Kecepatan pelayanan dokter di gawat

darurat adalah kecepatan pasien dilayani sejak pasien datang sampai mendapat

pelayanan dokter (dalam waktu hitungan menit). Dimana waktu tanggap adalah

kecepatan dan ketepatan pelayanan yang diterima oleh pasien di suatu rumah sakit

yang dapat memberikan keyakinan kepada pasien agar dapat selalu menggunakan

jasa pelayanan di rumah sakit tersebut. Waktu tanggap tersebut memiliki standar

maksimal lima menit di tiap kasus. Waktu tanggap pelayanan perlu

diperhitungkan agar terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan mampu

menyelamatkan pasien gawat darurat.

Yoon et al (2003) mengemukakan faktor internal dan eksternal yang

memengaruhi keterlambatan penanganan kasus gawat darurat antara lain karakter

pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher dan petugas kesehatan, waktu

ketibaan pasien, pelaksanaan manajemen dan, strategi pemeriksaan dan

penanganan yang dipilih. Hal ini bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan

konsep tentang waktu tanggap penanganan kasus di IGD rumah sakit.

Waktu tanggap pelayanan dihitung dengan hitungan menit dan sangat

dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen-

komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radiologi,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

farmasi, dan administrasi. Waktu tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak

terlambat apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata-rata standar

yang ada. Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita

gawat darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada

penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.

Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia

serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah

cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit.

(Muwardi, 2003).

Triage adalah suatu sistem seleksi dan pemilihan pasien untuk

menentukan tingkat kegawatan dan prioritas penanganan pasien. Sistem triage

merupakan salah satu penerapan sistem manajemen risiko di unit gawat darurat

sehingga pasien yang datang mendapatkan penanganan dengan cepat dan tepat

sesuai kebutuhannya dengan menggunakan sumberdaya yang tersedia.Triage juga

membantu mengatur pelayanan sesuai dengan alur pasien di unit gawat darurat.

Penilaian triage merupakan pengkajian awal pasien unit gawat darurat yang

dilakukan oleh perawat (Kartikawati, 2013).

Triage memiliki fungsi penting di IGD terutama apabila banyak pasien

yang datang pada saat waktu yang bersamaan. Hal ini bertujuan untuk

memastikan agar pasien ditangani berdasarkan urutan kegawatannya untuk

keperluan intervensi. Triage juga diperlukan untuk penempatan pasien ke area

penilaian dan penanganan yang tepat serta membantu untuk menggambarkan

keragaman kasus di IGD (Gilboy, 2005).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rimmsamdani

(2014) di RS Permata Bunda Medan menyatakan bahwa kecepatan waktu tanggap

dimana proses kerja dan kondisi kerja, waktu yang dipergunakan atau lamanya

melaksanakan pekerjaan, jumlah kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan,

jumlah dan jenis pemberian pelayanan dalam bekerja memiliki hubungan yang

signifikan.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada bulan Oktober 2017

di IGD RS Haji Medan terdapat tiga sampai empat orang perawat per shift dari

total 14 orang perawat dan 13 orang dokter. Perawat IGD RS Haji belum semua

mengikuti pelatihan PPDG/BTCLS. pelayanan administrasi yang termasuk dalam

kategori baik. Dimana RS Haji Medan adalah salah satu rumah sakit dengan tipe

B Sehingga menjadi salah satu rumah sakit rujukan di Kota Medan.

Pelayanan kegawat daruratan juga memperhatikan aspek asuhan

keperawatan yang merupakan hal sangat penting diperhatikan, karena dalam tahap

pelaksanaan/implementasi ini harus mengacu kepada prinsip dasar pelayanan

gawat darurat yaitu time saving is life saving dengan ukuran keberhasilan hal

tersebut adalah response time selama lima menit. Pelaksanaan asuhan

keperawatan di IGD RS Haji belum sesuai dengan standar, hal tersebut dapat

dilihat dari response time yang ada.

Hasil survei awal yang dilakukan di Instalasi Gawat Darurat RS Haji

Medan didapatkan bahwa jumlah pasien per hari pada Oktober tahun 2017

mencapai 40-50 pasien dengan berbagai klasifikasi kegawatdaruratannya. Dimana

sistem Triage yang belum memenuhi standar. Sarana dan Prasarana untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

kelengkapan IGD RS tipe B yang dimiliki belum sesuai standar. Pelaksanaan

penanganan pasien Gawat Darurat perawat belum mengikuti prosedur yang

berlaku. Data respon time yang diperoleh sementara tidak sesuai dengan standar

keberhasilan time saving is life saving pasien gawatdarurat. Oleh karena itu dapat

dikatakan bahwa respon time IGD di RS Haji Medan belum sesuai dengan standar

dan pada saat itu RS Haji medan belum akreditasi.

Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait dengan respon time di

RS Haji Medan untuk mengetahui lebih jauh mengenai keberlanjutan respon time

setelah akreditasi. Ketertarikan penulis dikarenakan pelayanan IGD merupakan

pelayanan dengan tingkat emergensi tinggi, dimana setiap pasien yang datang

harus mendapatkan penanganan dengan segera.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana Keberlanjutan Respon time dalam pelaksanaan penanganan gawat

darurat di IGD RS Haji Medan?

2. Bagaimana persyaratan administrasi Tenaga Medis di IGD RS Haji Medan.

Apakah sudah mengikuti pelatihan dan memiliki Sertifikat Kegawat

Daruratan ?

3. Bagaimana Kelengkapan Sarana dan Prasarana di IGD RS Haji Medan ?

4. Apakah Tenaga Medis sudah mengikuti Prosedur/SOP yang berlaku di IGD

RS Haji Medan?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Menganalisis faktor triase yang mempengaruhi respon time dalam

pelaksanaan penanganan gawat darurat di IGD RS Haji Medan.

2. Menganalisis faktor sumber daya manusia yang mempengaruhi respon time

belum memenuhi standar dalam pelaksanaan penanganan gawat darurat di

IGD RS Haji Medan.

3. Menganalisis faktor sarana dan prasarana yang mempengaruhi respon time

belum memenuhi standar dalam pelaksanaan penanganan gawat darurat di

IGD RS Haji Medan.

4. Menganalisis faktor standar operasional (SOP) yang mempengaruhi respon

time belum memenuhi standar dalam pelaksanaan penanganan gawat darurat

di IGD RS Haji Medan.

Manfaat Penelitian

1. Bagi Rumah Sakit Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan bisa

meningkatkan kinerja tenaga perawatnya sehingga dapat terselenggaranya

pelayanan yang cepat, responsif dan mampu menyelamatkan pasien gawat

darurat di RS Haji Medan.

2. Bagi Tenaga kesehatan Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan untuk evaluasi kinerja pekerja medis.

3. Bagi Peneliti Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi penulis tentang waktu tanggap pelayanan

gawat darurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

4. Bagi Instituti Pendidikan Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai sumber pustaka dan wacana bagi pembaca yang berada di

perpustakaan dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang

faktor-faktor yang mempengaruhi lamannya waktu tanggap pelayanan gawat

darurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Tinjauan Pustaka

Rumah Sakit

Pengertian rumah sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat

(PERMENKES, 2014).

Organisasi rumah sakit paling sedikit terdri atas kepala rumah sakit atau

direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang

medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan

keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai

kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan dan tidak boleh sebagai

pemilik rumah sakit (PERMENKES, 2014).

Tugas dan fungsi rumah sakit. Rumah sakit mempunyai tugas

memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna. Untuk

menjalankan tugasnya, rumah sakit mempunyai fungsi :

1. Menjalankan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan

standar pelayanan rumah sakit.

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Sumber daya manusia. Persyaratan sumber daya manusia rumah sakit

harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis,

tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen rumah sakit dan

tenaga non kesehatan. Jumlah dan jenis sumber daya sesuai dengan klasifikasi

rumah sakit. Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di rumah sakit harus bekerja

sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan rumah sakit, etika profesi,

menghormati hak pasien dan mengutamakan keselamatan pasien (PERMENKES,

2014).

Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit umum kelas B paling sedikit

meliputi, pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan

kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang nonklinik dan

pelayanan rawat inap. Pelayanan medik tersebut paling sedikit terdiri dari,

pelayanan gawat darurat, pelayanan medis umum, pelayanan medisspesialis dasar,

pelayanan medis spesialis penunjang, pelayanan medis spesialis lain, pelayanan

medis subspesialis dan pelayanan medis spesialis gigi dan mulut (PERMENKES,

2014).

Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas B terdiri dari tenaga

medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan tenaga

non kesehatan. Tenaga medis paling sedikit terdiri dari, 12 tenaga dokter umum

untuk pelayanan medis dasar, tiga dokter gigi umum untuk pelayanan medis gigi,

tiga dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medis spesialis dasar, dua dokter

spesialis untuk setiap jenis pelayanan medis spesialis penunjang, satu dokter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medis subspesialis dan satu dokter gigi

spesialis untuk setiap jenis pelayanan medis spesialis gigi mulut (PERMENKES,

2014).

Tenaga kefarmasian paling sedikit terdiri atas, satu orang apoteker sebagai

kepala instalasi rumah sakit, empat orang apoteker yang bertugas di rawat jalan

yang dibantu oleh paling sedikit delapan orang tenaga teknis kefarmasian, empat

orang apoteker di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit delapan orang

tenaga teknis kefarmasian, satu orang apoteker diinstalasi gawat darurat yang

dibantu paling sedikit dua orang tenaga teknis kefarmasian, satu orang apoteker di

ruang ICU yang dibantu paling sedikit dua orang tenaga teknis kefarmasian, dan

satu orang apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi dan produksi yang

dapat merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat

jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan

dengan beban kerja pelayanan kefarmasian rumah sakit (PERMENKES, 2014).

Instalasi gawat darurat. Rumah sakit harus memiliki Standar Instalasi

Gawat Darurat sehingga dapat memberikan pelayanan dengan respon cepat dan

penanganan yang tepat. Karena pasien yang masuk IGD rumah sakit tentunya

butuh pertolongan yang cepat dan tepat untuk itu perlu adanya standar dalam

memberikan pelayanan gawat darurat sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan

respon time yang cepat dan penanganan yang tepat. Pelayanan pasien gawat

darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan segera, yaitu cepat, tepat

dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan. Pelayanan IGD buka selama

24 jam, karena pelayanan ini merupakan pelayanan emergency.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Menurut Depkes RI (2009), petugas tim kesehatan di IGD rumah sakit

terdiri dari dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah mendapat pelatihan

penanganan kegawatdaruratan yang dibantu oleh perwakilan unit-unit lain yang

bekerja di IGD.

Setiap rumah sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki

kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat dan

melakukan resusitasi dan stabilisasi (life saving). Pelayanan IGD harus dapat

memberikan pelayanan 24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama lima menit setelah sampai IGD

dengan tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus gawat darurat.

Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin, multiprofesi dan

terintegrasi, dengan struktur organisasi fungsional yang terdiri dari unsur

pimpinan dan unsur pelaksana, yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan

pelayanan terhadap pasien gawat darurat di IGD, dengan wewenang penuh

dipimpin oleh dokter (Kepmenkes, 2009).

Triage sebagai pintu gerbang perawatan pasien memegang peranan

penting dalam pengaturan darurat melalui pengelompokan dan memprioritaskan

paien secara efisien sesuai dengan tampilan medis pasien. Triage adalah

perawatan terhadap pasien yang didasarkan pada prioritas pasien (atau korban

selama bencana) bersumber pada penyakit/ tingkat cedera, tingkat keparahan,

prognosis dan ketersediaan sumber daya. Dengan triage dapat ditentukan

kebutuhan terbesar pasien/korban untuk segera menerima perawatan secepat

mungkin. Tujuan dari triage adalah untuk mengidentifikasi pasien yang

membutuhkan tindakan resusitasi segera, menetapkan pasien ke area perawatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

untuk memprioritaskan dalam perawatan dan untuk memulai tindakan diagnostik

atau terapi.

Perawat dalam melakukan pengkajian dan menentukan prioritas perawatan

(triage) tidak hanya didasarkan pada kondisi fisik, lingkungan dan psikososial

pasien tetapi juga memperhatikan patient flow di departemen emergensi dan akses

perawat. Triage departemen emergensi memiliki beberapa fungsi diantaranya : 1)

identifikasi pasien yang tidak harus menunggu untuk dilihat, dan 2)

memprioritaskan pasien (Mace and Mayer, 2013). Berbagai macam sistem triage

telah digunakan diseluruh dunia yaitu The AustralianTriage Scale (ATS), The

Manchester Triage Scale, The Canadian Triage and Acuity Scale (CTAS) dan

Emergency Severity Index (ESI). CTAS (Canadian Triage and Acuity Scale)

diakui sebagai sistem triage yang handal dalam penilaian pasien dengan cepat.

Kehandalan dan validitasnya telah dibuktikan dalam triage pada pasien pediatrik

dan pasien dewasa (Lee, et. al, 2011).

Triage di rumah sakit mengutamakan perawatan pasien berdasarkan

gejala. Perawat triage menggunakan penilaian keperawatan seperti jalan nafas,

pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi,

tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan

memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang

gawat darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan

jalan nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin

memiliki kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka

menerima pengobatan pertama. Pasien yang memiliki masalah yang sangat

mengancam kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

diharapkan untuk mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis. Jumlah dan

kasus pasien yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat diprediksikarena

kejadian kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, dimana sajaserta

menimpa siapa saja. Karena kondisinya yang tidak terjadwal dan bersifat

mendadak serta tuntutan pelayanan yang cepat dan tepat maka diperlukan

triagesebagai langkah awal penanganan pasien di unit gawat darurat dalam

kondisisehari-hari, (Depkes RI, 2009).

Penerapan triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus cedera secara cepat

berdasarkan keparahan cedera mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka

melalui intervensi medis yang segera. Sistem triage tersebut harus disesuaikan

dengan keahlian setempat. Sistem triage biasanya sering ditemukan pada

perawatan gawat darurat di suatu bencana. Dengan penanganan secara cepat dan

tepat, dapat menyelamatkan hidup pasien. Jadi Perawat harus mampu

menggolongkan pasien tersebut dengan sistem triase. Pada sistem rumah sakit,

langkah pertama yang harus dilewati saat masuk rumah sakit adalah penilaian oleh

perawat triage. Perawat ini kemudian melakukan evaluasi kondisi pasien,

perubahan-perubahan yang terjadi, dan menentukan prioritas giliran untuk masuk

ke IGD dan prioritas dalam mendapatkan penanganan. Setelah pemeriksaan dan

penanganan darurat selesai, pasien dapat masuk ke dalam sistem triage rumah

sakit. Lebih jelasnya dapat kita beri contoh misalkan pada pasien label merah

adalah pasien dengan keadaan gawat darurat / pasien cedera berat atau

mengancam jiwa dan memerlukan transport segera. Misalnya : gagal nafas, cedera

torako-abdominal, cedera kepala atau maksilo-fasial berat, shok atau perdarahan

berat, luka bakar berat dan lainlain. Sedangkan pada pasien dengan label kuning

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

adalah pasien misalnya dengan penyakit infeksi luka ringan, usus buntu, patah

tulang, luka bakar ringan. Cedera abdomen tanpa shok, cedera dada tanpa

gangguan respirasi, cedera kepala atau tulang belakang leher tanpa gangguan

kesadaran serta luka bakar ringan.Pasien yang mendapat label hijau adalah pasien

dengan kondisi kesehatan yang masih dapat ditunda pelayanan, misalkan benturan

memar di permukaan kulit, luka lecet, tertusuk duri, dan demam ringan, radang

lambung, tidak perlu penanganan cepat. Pasien dengan tanda triage hitam adalah

pasien yang tidak memungkinkan memiliki harapan hidup kendati dilakukan

tindakan medis. Misalnya pasien dengan kondisi kerusakan berat dari seluruh

organ penting tubuh, misalnya akibat kecelakaan, bencana alam dan luka bakar.

Seorang petugas kesehatan di ruang Unit gawat darurat harus peka menggunakan

kemampuan mata, telinga, indra peraba lebih peka, tanggap situasi, cepat dan

tepat dalam menilai perubahan mendadak pasien yang berada di IGD, sewaktu –

waktu kondisi status triagebisa berubah (Muttaqin, 2011).

Triage merupakan salah satu keterampilan keperawatan yang harus

dimiliki oleh perawat unit gawat darurat dan hal ini membedakan antara perawat

unit gawatdarurat dengan perawat unit khusus lainnya. Karena triage harus

dilakukandengan cepat dan akurat maka diperlukan perawat yang berpengalaman

dankompeten dalam melakukan triage. Sesuai standar DepKes RI perawat yang

melakukan triage adalah perawat yang telah bersertifikat pelatihan PPGD

(Penanggulangan Pasien Gawat Darurat)atau BTCLS (Basic Trauma Cardiac life

support) Selain itu perawat triage sebaiknya mempunyai pengalaman dan

pengetahuan yang memadai karena harus terampil dalam pengkajian serta harus

mampu mengatasi situasi yang komplek dan penuh tekanan sehingga memerlukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

kematangan professional untuk mentoleransi stress yang terjadi dalam mengambil

keputusan terkait dengan kondisi akut pasien dan menghadapi keluarga pasien

(Elliot et.al, 2007).

Jenis pelayanan IGD. Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level I di

Rumah Sakit: merupakan pelayanan gawal darurat24 jam yang memberikan

pertolonganpertama pada pasien gawal darural, menetapkan diagnosis dan

upayapenyelamalan jiwa,mengurangi kecacalan dan kesakitan pasien

sebelumdirujuk. Memberikan pelayanan sebagai berikut :

1. Diagnosis dan penanganan permasalahan pada A : Jalan Nafas (Airway

problem), B : Pernafasan (Breathing problem), C : Sirkulasi Pembuluh Darah

(Circulation problem).

2. Melakukan stabilisasi dan evaluasi

Pelayanan Keperawalan Gawal Darural Level II di Rumah Sakit :

merupakanpelayanan gawal darural24 jam yang memberikan perlolongan

pertamapada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upayapenyelamalan

jiwa. mengurangi kecacatan dan kesakilan pasien sebelum dirujuk, menelapkan

diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasuskegawaldaruratan. Memberikan

pelayanan sebagai berikut :

1. Diagnosis dan penanganan permasalahan pada A : Jalan Nafas (Airway

problem), B : Pernafasan (Breathing problem), C : Sirkulasi Pembuluh Darah

(Circulation problem).

2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi (observasi HCU).

3. Bedah cito.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Pelayanan Keperawatan Gawal Darurat Level III di Rumah

Sakit:merupakan pelayanan gawat darurat 24 jam yang memberikan perlolongan

perlama pada pasien gawal darurat, menetapkan diagnosis dan upaya

penyelamatan jiwa,mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelumdirujuk,

menetapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan,

serta pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik empat besar spesialis

seperti Anak, Kebidanan, Bedah dan Penyakit Dalam). Memberikan pelayanan

sebagai berikut :

1. Diagnosis dan penanganan permasalahan pada A, B, C dengan alat-alat yang

lebih lengkap termasuk ventilator.

2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi.

3. Observasi HCU/R, resusitasi.

4. Bedah cito

Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat Level IV di Rumah Sakit

merupakan pelayanan gawal darurat 24 jam yang memberikan pertolongan

perlama pada pasien gawat darurat, menetapkan diagnosis dan upaya

penyelamatan jiwa, mengurangi kecacatan dan kesakitan pasien sebelum dirujuk,

menelapkan diagnosis dan upaya penanggulangan kasus-kasus kegawatdaruratan,

serla pelayanan keperawatan gawat darurat spesialistik (empat besar spesialis

seperli Anak, Kebidanan, Bedah dan Penyakit Dalam), ditambah dengan

pelayanan keperawatan gawat darurat subspesialistik. Memberikan pelayanan

sebagai berikut:

1. Diagnosis dan penanganan permasalahan pada A, B, C dengan alat-alat

yang lebih lengkap termasuk ventilator.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

2. Penilaian disability, penggunaan obat, EKG, defibrilasi.

3. Observasi HCU/R, resusitasi.

4. Bedah cito.

Kebijakan Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

1. Pengembangan dan penerapan standar pelayanan keperawatan gawat daruratdi

rumah sakit. dilaksanakandalam upaya penurunan angka kematiandan

kesakitan melalui peningkatan mutu pelayanan keperawatan.

2. Pengembangan dan peningkatan kemampuan teknis dan manajerial tenaga

keperawatan dalam pelayanan keperawatan gawat darurat rumah sakit untuk

terwujudnya kompetensi yang diperlukan di Instalasi Gawat Darurat.

3. Penerapan standar pelayanan keperawatan gawat darurat di rumah sakit

memerlukan dukungan dari berbagai pihak terkait.

Strategi dalam Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

1. Mengoptimalkan pendayagunaan sumber daya yang ada dan

pengembangannya. Meningkatkan kemampuan teknis dan manajerial.

2. Meningkatkan kerjasama tim,

3. Terpenuhinya sarana. prasarana. peralatan dan Sumber Daya Manusia (SDM)

kesehatan sesuai standar,

Tujuan Penerapan Standar Pelayanan Keperawatan Gawat Darurat

Umum :

Meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di Instalasi Gawat Darurat sesuai

standar.

Khusus:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

1. Adanya perencanaan pelayanan keperawatan gawat darurat,

2. Adanya pengorganisasian pelayanan keperawatan gawat darurat,

3. Adanya pelaksanaan pelayanan keperawatan gawat darurat.

4. Adanya asuhan keperawatan gawat darurat.

5. Adanya pembinaan pelayanan keperawatan gawat darurat,

6. Adanya pengendalian mutu pelayanan keperawatan gawat darurat.

Sasaran

1. Pengelola pelayanan kesehatan di rumah sakit,

2. Pengelola pelayanan keperawatan di dinas kesehatan Provinsi, Kabupaten/

Kota.

3. Tenaga keperawatan yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat,

4. Pengambil keputusan tingkat pusat dan daerah.

5. Organisasi prolesi kesehatan,

6. Institusi pendidikan keperawatan dan institusi pendidikan kesehatan lainnya.

Prosedur pelayanan. Prosedur pelayanan di IGD merupakan kunci awal

pelayanan petugas kesehatan rumah sakit dalam melayani pasien secara baik atau

tidaknya, dilihat dari sikap yang ramah, sopan, tertib dan penuh tanggungjawab

(Depkes RI, 2009). Ada beberapa pembagian kriteria pelayanan pasien dalam

kondisi gawat darurat, yaitu :

Prioritas I (label merah). Pada prioritas I yaitu pasien dengan kondisi

gawat darurat yang mengancam nyawa/fungsi vital dengan penanganan dan

pemindahan bersifat segera, antara lain : gangguan pernafasan, gangguan jantung

dan gangguan kejiwaan yang serius.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Prioritas II (label kuning). Pada prioritas II yaitu pasien dalam kondisi

darurat yang perlu evakuasi secara menyeluruh dan ditangani oleh dokter untuk

stabilisasi, diagnosa dan terapi definitif, potensial mengancam jiwa/fungsi vital

bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat penanganan dan pemindahan

bersifat terlambat, yaitu : pasien dengan resiko syok, fraktur multiple, fraktur

femur/pelvis, luka bakar luas dan gangguan kesadaran/trauma kepala.

Prioritas III (label hijau). Pada prioritas III yaitu pasien gawat darurat

semu yang tidak memerlukan pemeriksaan dan perawatan segera.

Priotitas IV (label hitam). Pasien yang datang sudah dalam keadaan

meninggal.

Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dinyatakan bahwa

pelaksaan pengobatan dan perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu

keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai

keahlian dan wewenang. Dan berdasarkan Depkes RI (2009), menyebutkan bahwa

perawat gawat darurat mempunyai peran dan fungsi seperti fungsi independen

yang merupakan fungsi mandiri yang berkaitan dengan pemberian asuhan, fungsi

dependen adalah fungsi yang didelegasikan sepenuhnya atau sebagaian dari

profesi lain, dan fungsi kolaboratif, yaitu melakukan kerjasama saling membantu

dalam program kesehatan.

Alur di instalasi gawat darurat. Prosedur:

a. Pasien masuk ruang gawat darurat.

b. Perawat dan dokter triase memeriksa kondisi pasien.

c. Perawat dan dokter melakukan tindakan yang diperlukan sesuai standar

pelayanan emergensi (SPM).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

d. Pengantar pasien mendaftar ke bagian pendaftaran (customer service).

e. IGD menerima status pasien dari rekam medik.

f. Dokter menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan disetujui oleh

pasien/keluarga (informed consent).

g. Bila pasien menolak pemeriksaan dan atau tindakan (medik, penunjang, rawat

inap), pasien/keluarga menandatangani surat penolakan.

h. Pasien tanpa pengantar dan dalam kondisi tidak sadar, dokter atau perawat

berhak melakukan tindakan penyelamatan bila terdapat kondisi yang

mengancam jiwa pasien.

i. Bila diperlukan pemeriksaan penunjang, dokter membuat pengantar ke unit

terkait dan mengonfirmasi lewat telepon, pengambilan sampel laboratorium

dilakukan di ruang gawat darurat, untuk pemeriksaan rontgen, perawat IGD

mengantarkan pasien ke unit radiologi.

j. Dokter mencatat hasil bacaan penunjang medik di dokumen RM dan

salinannya tersimpan dalam dokumen RM.

k. Dokter IGD mencatat hasil pemeriksaan, diagnosis, dan terapi di lembar

emergensi dokumen RM, serta menuliskan resep bila merupakan kasus

kepolisian/kriminal dituliskan juga di lembar visum et repertum atas

permintaan penyidik kepolisian.

l. Dokter IGD menentukan proses tindak lanjut pasien meliputi rawat jalan,

rawat inap, atau rujukan.

Prosedur penerimaan pasien.

a. Perawat menerima pasien, kemudian catat identitas lengkap dan jelas dan

informed consent.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

b. Perawat melakukan anamnesa (auto dan allo anamnesa).

c. Perawat melakukan pemeriksaan tingkat kesadaran (GCS), tanda- tanda vital

(tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu) dan pemeriksaan fisik awal.

d. Pengelompokan pasien dan diagnosa awal.

1) Gawat darurat : memerlukan tindakan segera dan mengancam jiwa.

2) Gawat non darurat : memerlukan tindakan segera tapi tidak mengancam

jiwa.

3) Non gawat darurat : tidak urgent tindakan segera dan tidak mengancam

jiwa.

e. Untuk non gawat non darurat boleh diberi terapi simptomatis (berdasar

gejala) dan disarankan jika sakit berlanjut bisa berobat lagi besok ke IGD/

Poli Umum.

f. Instalasi gawat darurat dan gawat non darurat, perawat menghubungi dokter

jaga dan melaporkan kondisi terakhir pasien dan boleh melakukan tindakan

awal pertolongan pertama/ baik life support (BLS) meliputi :

1) Air Way

a) Bebaskan jalan nafas

b) Jaw trust, chin lift dan hiperekstensi

c) Bersihkanjalan nafas dari sumbatan ( sekret, benda asing)

2) Breathing

a) nafas buatan

b) pasang oksigen jika perlu

3) Circulation

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

a) Cek tekanan darah dan nadi, pasang infus

b) monitor produksi urine, pasang kateter bila perlu

g. Dokter jaga harus datang guna pemeriksaan dan tindakan lebih lanjut.

h. Pasien/keluarga melengkapi administrasi.

i. Semua pemeriksaan, tindakan, terapi dan rujukan dengan lengkap pada status

pasien.

Prosedur observasi pasien. Penatalaksanaan :

a. Menjelaskan tujuan pada keluarga pasien.

b. Membawa alat-alat ke dekat pasien.

c. Mengobservasi kondisi pasien tiap 5-15 menit sesuai dengan tingkat

kegawatannya.

d. Hal-hal yang perlu diobservasi :

1) Keadaan umum penderita

2) Kesadaran penderita

3) Kelancaran jalan nafas (air way).

4) Kelancaran pemberian O2

5) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi, respirasi /pernafasan dan suhu.

6) Kelancaran tetesan infus

e. Apabila hasil observasi menunjukkan keadaan penderita semakin tidak baik

maka paramedis perawat harus lapor kepada Dokter jaga

f. Dokter jaga melakukan Re-Asessment terhadap kondisi pasien.

g. Observasi kepada pasien di ruang IGD dilakukan maksimal dalam waktu 6

(enam) jam selanjutnya diputuskan apakah pasien boleh pulang/ masuk rawat

inap/ rumah sakit lain.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

h. Namun apabila kondisi IGD penuh, pasien yang sudah dilakukan triase di

IGD dan dikategorikan line hijau, pasien ditransfer ke poliklinik umum IGD

untuk dilakukan observasi lanjutan didampingi oleh dokter jaga.

i. Apabila kasus penyakitnya diluar kemampuan dokter IGD maka perlu

dirujuk.

j. Pencatatan observasi, catatan asesmen di dokumentasikan pada catatan rekam

medis menggunakan metode SOAP (Subjective Objective Assesment

Planning) Perkembangan pasien selama observasi dicatat dalam lembar

observasi pasien.

Mengantar penderita dari IGD ke ruang perawatan.

a. Penderita dipersiapkan dan sudah menyelesaikan administrasinya.

b. Petugas Instalasi Gawat Darurat wajib memberitahukan kepada petugas ruang

perawatan.

c. Penderita dikirim ke ruangan perawatan diantar petugas Instalasi Gawat

Darurat.

d. Penderita dikirim ke ruangan perawatan mempergunakan alat transportasi

(kereta dorong pasien atau kursi roda). Tidak diperkenankan berjalan kaki

sendiri.

e. Sampai di ruangan perawatan penderita diserah terimakan kepada petugas

ruang perawatan (pasien, status, obat-obatan dan administarsi jika belum

lunas).

Pelayanan pada penderita tidak dikenal (Mr. X).

a. Penderita tidak dikenal datang ke Instalasi Gawat Darurat diantar Masyarakat

atau petugas kepolisian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

b. Penderita diterima oleh petugas IGD sesuai dengan prosedur pelayanan.

c. Penderita diberikan pertolongan sesuai dengan prosedur pelayanan penderita

Gawat Darurat.

d. Petugas IGD berusaha mencari informasi tentang identitas penderita, bila

tidak berhasil penderita dicatat dengan identitas Mr.X pada kartu

pemeriksaan/rekam medik.

e. Barang-barang penderita disimpan dan di amankan oleh petugas kasir dengan

mengisi form penitipan barang yang diisi oleh petugas Instalasi Gawat

Darurat dan kasir.

f. Petugas IGD menghubungi keluarga penderita, bila tidak berhasil segera

melapor ke kantor kepolisian dimana penderita tadi diketemukan.

g. Bila korban meninggal setelah diberikan pertolongan maka petugas IGD

mengantar ke ruang ke jenazah.

h. Jika keluarga belum ada, maka jenazah akan dirujuk ke RSUP setelah ada

persetujuan petugas jaga dengan masyarakat atau kepolisian yang membawa

korban.

i. Petugas melapor ke Manajemen Rumah Sakit tentang kasus tersebut.

Penanganan pasien meninggal di instalasi gawat darurat. Penanganan

pasien meninggal di instalasi gawat darurat yaitu :

a. Petugas IGD memeriksa dan menyatakan penderita sudah meninggal.

b. Petugas IGD mencatat Jam tiba penderita, data-data dan identitas penderita,

jam meninggal pada kartu pemeriksaan.

c. Petugas IGD melakukan pemeriksaan luar dan dicatat pada kartu

pemeriksaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

d. Petugas IGD melakukan perawatan jenazah sesuai protap perawatan jenazah.

e. Petugas IGD menyerahkan status pasien ke ruang rekam medis untuk

dibuatkan surat kematian jika diperlukan.

f. Jenazah diserahkan kepada keluarga untuk dipulangkan.

g. Jenazah dipulangkan dengan menggunakan ambulance atau mobil sendiri.

h. Keluarga menyelesaikan administrasi ambulan sesuai aturan yang berlaku.

Klasifikasi pelayanan IGD, yaitu :

1. Pelayanan IGD Level IV sebagai standar minimal untuk Rumah Sakit Kelas

A.

2. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar minimal untuk

rumah sakit kelas B.

3. Pelayanan IGD level II sebagai standar minimal untuk rumah sakit kelas C.

4. Pelayanan IGD level I sebagai standar minimal untuk rumah sakit kelas D.

Klasifikasi Gawat Darurat,yaitu :

1. Pasien Gawat darurat: keadaan mengancam nyawa adanya gangguan ABC

dan perlu tindakan segera, misalnya (cardiac arrest, penurunan kesadaran,

trauma mayor, perdarahan hebat)

2. Pasien Gawat tidak darurat : keadaan mengancam nyawa tapi tidak perlu

tindakan darurat. Setelah dilakukan resusitasi maka ditindaklanjuti dokter

spesialis misalnya (kanker tahaplanjut, fraktur terbuka)

3. Pasien Darurat tidak gawat : keadaan yang tidak mengancam nyawa tapi

memerlukan tindakan darurat. Pasien sadar tidak ada gangguan ABC dan

dapat lansung diberikan terapi definitive. Misal (fraktur minor/tertutup,

sistitis, laserasi)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

4. Pasien Tidak Gawat Tidak Darurat: keadaan tidak mengancam nyawa dan

tidak memerlukan tindakan segera misal (penyakit kulit, flu, batuk dll).

Target pencapaian standar :

1. Target pencapaian standar IGD rumah sakit secara nasional adalah maksimal 5

tahun dari tanggal penetapan SK.

2. Setiap rumah sakit dapat menentukan target pencapaian lebih cepat dari target

maksimal capaian secara nasional.

3. Rencana pencapaian dan penerapan standar IGD rumah sakit dilaksanakan

secara bertahap berdasarkan pada analisis kemampuan dan potensi daerah.

Tabel 1

Sumber Daya Manusia Berdasarkan Klasifikasi Pelayanan IGD

Kualifikasi Tenaga Level I Level II Level III Level IV

Dokter Subspesialis - - - Semua jenis on

call

Dokter Spesialis - Bedah,

obgyn,

penyakit

dalam on call

Bedah, obgyn,

anak, penyakit

dalam on site

(dokter spesialis

lain on call)

- 4 besar +

anastesi on site

- Dokter spesialis

lain on call

Dokter PPDS - - On site 24 jam

(RS Pendidikan)

On site 24 jam

Dokter Umum

(memiliki GELS,

ATLS, ACLS dll)

On Site

24 Jam

On site 24

jam

On Site 24 Jam On Site 24 Ja

Perawat Kepala

S1, DIII (memiliki

pelatihan

kegawatdaruratan

emergency nursing,

BTLS, BCLS, dll)

Jam

Kerja

Jam kerja Jam kerja/diluar

jam kerja

Jam kerja/diluar

jam kerja

Perawat (memiliki

pelatihan emergency

nursing)

On Site

24 jam

On site 24

jam

On site 24 jam On site 24 jam

Bagian non medis On Site

24 jam

On site 24

jam

On site 24 jam On site 24 jam

Sumber : Kepmenkes, 2009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Response Time

Response time (waktu tanggap) perawat merupakan indikator proses untuk

mencapai indikator hasil yaitu kelangsungan hidup. Response time adalah waktu

yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan

kegawatdaruratan penyakitnya sejak memasuki pintu IGD (Depkes, 2009).

Response time (waktu tanggap) pada sistem realtime, didefinisikan sebagai

waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai instruksi pertama rutin

layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut dengan event response time.

Sasaranbdari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap Angka

keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat / emergency response time rate

(Depkes, 2009).

Waktu tanggap dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat

dipengaruhi oleh berbagai hal baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen –

komponen lain yang mendukung seperti pelayanan laboratorium, radilogi, farmasi

dan administrasi. Waktu Tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat

apabila waktu yang diperlukan tidak melebihi waktu rata – rata standar yang ada.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/ Menkes/

SK/IX/2009.Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit adalah :

Standar 1 : falsafah dan tujuan. Instalasi / Unit Gawat Darurat dapat

memberikan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat yang menderita penyakit

akut dan mengalami kecelakaan sesuai dengan standar.

Kriteria :

1. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat secara terus menerus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

selama 24 jam, tujuh hari dalam seminggu.

2. Ada instalasi / unit gawat darurat yang tidak terpisah secara fungsional dari

unit-unit pelayanan lainnya di rumah sakit.

3. Ada kebijakan / peraturan / prosedur tertulis tentang pasien yang tidak

tergolong akut gawat akan tetapi datang untuk berobat di instalasi / unit gawat

darurat.

4. Adanya evaluasi tentang fungsi instalasi / unit gawat darurat disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat.

5. Penelitian dan pendidikan akan berhubungan dengan fungsi instalasi / unit

gawat darurat dan kesehatan masyarakat harus diselenggarakan.

Standar 2 : administrasi dan pengelolaan. Instalasi Gawat Darurat harus

dikelola dan diintegrasikan dengan Instalasi lainnya di Rumah Sakit.

Kriteria :

1. Ada dokter terlatih sebagai kepala instalasi gawat darurat yang bertanggung

jawab atas pelayanan di instalasi gawat darurat.

2. Ada Perawat sebagai penanggung jawab pelayanan keperawatan gawat

darurat.

3. Semua tenaga dokter dan keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan

hidup dasar (Basic Life Support).

4. Ada program penanggulangan korban massal, bencana (disaster plan)

terhadap kejadian di dalam rumah sakit ataupun di luar rumah sakit.

5. Semua staf / pegawai harus menyadari dan mengetahui kebijakan dan tujuan

dari unit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

6. Ada ketentuan tertulis tentang manajemen informasi medis (prosedur) rekam

medik.

7. Semua pasien yang masuk harus melalui Triase. Pengertian : Bila perlu triase

dilakukan sebelum indentifikasi.

8. Triase harus dilakukan oleh dokter atau perawat senior yang berijazah /

berpengalaman.

9. Triase sangat penting untuk penilaian ke gawat daruratan pasien dan

pemberian pertolongan / terapi sesuai dengan derajat ke gawat daruratan yang

dihadapi.

10. Petugas triase juga bertanggung jawab dalam organisasi dan pengawasan

penerimaan pasien dan daerah ruang tunggu.

11. Rumah Sakit yang hanya dapat memberi pelayanan terbatas pada pasien gawat

darurat harus dapat mengatur untuk rujukan ke rumah sakit lainnya. Kriteria :

a. Ada ketentuan tertulis indikasi tentang pasien yang dirujuk ke rumah

sakit lainnya.

b. Ada ketentuan tertulis tentang pendamping pasien yang di transportasi.

c. Pasien dengan kegawatan yang mengancam nyawa harus selalu

diobservasi dan dipantau oleh tenaga terampil dan mampu.

Pengertian :

Pemantauan terus dilakukan sewaktu transportasi ke bagian lain dari

rumah sakit atau rumah sakit yang satu ke rumah sakit yang lainnya dan

pasien harus di dampingi oleh tenaga yang terampil dan mampu memberikan

pertolongan bila timbul kesulitan. Umumnya pendamping seorang dokter.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

1. Tenaga cadangan untuk unit harus di atur dan disesuaikan dengan kebutuhan.

2. Ada jadwal jaga harian bagi konsulen, dokter dan perawat serta petugas non

medis yang bertugas di IGD.

3. Pelayanan radiologi, hematologi, kimia, mikrobiologi dan patologi harus di

organisir / di atur sesuai kemampuan pelayanan rumah sakit.

4. Ada pelayanan transfusi darah selama dua jam.

5. Ada ketentuan tentang pengadaan peralatan obat-obatan life saving, cairan

infus sesuai dengan stándar dalam Buku Pedoman Pelayanan Gawat Darurat

Depkes yang berlaku.

6. Pasien yang di pulangkan harus mendapat petunjuk dan penerangan yang jelas

mengenai penyakit dan pengobatan selanjutnya.

7. Rekam Medik harus disediakan untuk setiap kunjungan.

Pengertian :

1. Sistem yang optimum adalah bila rekam medik unit gawat darurat

menyatu dengan rekam medik rumah sakit. Rekam medik harus dapat

melayani selama 24 jam.

2. Bila hal ini tidak dapat diselenggarakan setiap pasien harus dibuatkan rekam

medik sendiri. Rekam medik untuk pasien minimal harus mencantumkan :

a) Tanggal dan waktu datang (tempat bertemu secara pribadi)

b) Catatan penemuan klinik, laboratorium, dan radiologik.

c) Pengobatan dan tindakan yang jelas dan tepat serta waktu keluar dari

instalasi gawat darurat.

d) Identitas dan tanda tangan dari dokter yang menangani.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

e) Ada bagan / struktur organisasi tertulis disertai uraian tugas semua

petugas lengkap dan sudah dilaksanakan dengan baik.

Standar 3 : staf dan pimpinan. Instalasi Gawat Darurat harus dipimpin

oleh dokter, dibantu oleh tenaga medis keperawatan dan tenaga lainnya yang telah

mendapat Pelatihan Penanggulangan Gawat Darurat (PPGD).

Kriteria :

1. Jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga yang tersedia di instalasi / unit gawat

darurat harus sesuai dengan kebutuhan pelayanan.

2. Unit harus mempunyai bagan organisasi yang dapat menunjukkan hubungan

antara staf medis, keperawatan, dan penunjang medis serta garis otoritas, dan

tanggung jawab.

3. Instalasi Gawat Darurat harus ada bukti tertulis tentang pertemuan staf yang

dilakukan secara tetap dan teratur membahas masalah pelayanan gawat dan

langkah pemecahannya.

4. Rincian tugas tertulis sejak penugasan harus selalu ada bagi tiap petugas.

5. Pada saat mulai diterima sebagai tenaga kerja harus selalu ada bagi tiap

petugas.

6. Harus ada program penilaian untuk kerja sebagai umpan balik untuk seluruh

staf No. Telp. petugas.

7. Harus ada daftar petugas, alamat dan nomor telephone.

Standar 4 : fasilitas dan peralatan.

1. Fasilitas di Instalasi Gawat Darurat

a. Susunan ruangan dan arsitektur bangunan harus dapat menjamin efisiensi

pelayanaan kegawatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

b. Harus ada pelayanaan radiologi yang di organisasi dengan baik serta

lokasinya berdekatan dengan Instalasi Gawat Darurat

c. Alat dan instrument harus berkualitas baik dan selalu tersedia untuk di

pakai.

d. Memiliki mobil Ambulance

2. Peralatan dan Obat Di Instalasi Gawat Darurat

a. Tabung oksigen dengan cukup oksigen untuk terapi dan nebulisasi

b. Alat ventilasi manual yang mampu memberikan 100% oksigen medis

c. Alat pengisap/suction

d. Laringoskop dan pipa endotrakheal

e. Cairan infus dan set infus serta alat pompa infus;

f. ECG (Electro Cardio Graphy) dengan 12 titik pantau untuk diagnosis;

g. Defibrilator

h. Set bedah minor

i. Obat-obat emergency (terlampir)

j. Trolly emergency + papan resusitasi (terlampir)

Rumah sakit agar mengupayakan prasarana/sarana peralatan medis/non

medis yang optimal, yang disesuaikan dengan kegiatan, beban kerja dan tipe

rumah sakit untuk mendukung pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Fasilitas

dan alat-alat/obat-obatan Instalasi Gawat Darurat harus memenuhi persyaratan

sehingga penanggulangan penderita gawat darurat dapat dilakukan dengan

optimal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Kriteria :

a. Gedung instalasi untuk pelayanan penanggulangan penderita gawat darurat

harus sedemikian rupa sehingga penanggulangan penderita gawat darurat

dapat dilakukan dengan optimal.

b. Luas bangunan Instalasi Gawat Darurat disesuaikan dengan beban kerja

Rumah Sakit dengan memperhitungkan kemungkinan penanganan korban

massal/bencana.

c. Lokasi instalasi harus berada dibagian depan rumah sakit, mudah dijangkau

oleh masyarakat dengan tanda-tanda yang jelas dari dalam dan luar rumah

sakit.

d. Harus mempunyai pintu masuk dan keluar yang berbeda dengan pintu utama

(alur masuk kendaraan/pasien tidak sama dengan alur keluar.

e. Ambulans/kendaraan yang membawa pasien harus dapat sampai didepan

pintu yang areanya terlindung dari panas dan hujan (catatan : untuk lantai

Instalasi Gawat Darurat yang tidak sama tinggi dengan jalan ambulans harus

membuat ramp).

f. Pintu Instalasi Gawat Darurat harus dapat dilalui oleh brankar.

g. Memiliki area khusus parkir ambulans yang dapat menampung lebih dari

satu ambulans (sesuai dengan beban Rumah Sakit).

h. Susunan ruang harus sedemikian rupa sehingga arus pasien dapat lancar dan

tidak terjadi “cross infection”, dapat menampung korban bencana sesuai

dengan kemampuan Rumah Sakit, mudah dibersihkan dan memudahkan

kontrol kegiatan oleh perawat kepala jaga.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

i. Area dekontaminasi ditempatkan didepan/ diluar Instalasi Gawat Darurat atau

terpisah dengan Instalasi Gawat Darurat.

j. Ruang Penerimaan

Terbagi menjadi lima bagian yaitu :

1) Ruang Tunggu (Public area), seperti informasi, ATM, dan keamanan.

2) Ruang Administrasi, seperti pendaftaran pasien baru/rawat, keuangan dan

rekam medis

3) Ruang Triase

4) Ruang Penyimpanan Strecher

5) Ruang Informasi dan Komunikasi

k. Ruang Triase :

1) Digunakan untuk seleksi pasien sesuai dengan tingkat kegawatan

penyakitnya

2) Terletak berdampingan dengan tempat perawat kepala; chief nurse/ dokter

jaga sehingga dengan mudah dapat mengawasi semua kegiatan di pintu

masuk, ruang tunggu, ruang tindakan dan ruang resusitasi.

3) Harus dapat memuat minimal dua brankar

4) Mempunyai kit pemeriksaan sederhana, brankar penerimaan pasien,

pembuatan rekam medis khusus dan pemberian label.

k. Mempunyai ruang tunggu untuk keluarga pasien dan harus diatur sedemikian

rupa agar mereka tidak menganggu pekerjaan. Mereka dapat istirahat dan

mudah dimintai keterangan yang lengkap dari petugas.

l. Memiliki ruang untuk istirahat petugas (dokter dan perawat).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

m. Ruang resusitasi :

1) letaknya harus berdekatan dengan ruang Triase

2) cukup luas untuk menampung beberapa penderita

3) keadaan ruangan harus menjamin ketenangan

p. Ruang Tindakan

1) Untuk rumah sakit kelas A dan kelas B dipisahkan antara ruang

tindakan bedah dan non bedah

2) Untuk rumah sakit kelas A, B, dan C digunakan untuk menangani

bedah minor, infeksi dan luka bakar

3) Untuk rumah sakit kelas A terdapat ruang Anak, ruang Kebidanan dan

ruang dekontaminasi

q. Beban kerja dan kelas rumah sakit akan menentukan besar dan isi gudang

farmasi, ruang kerja non medis bagi pimpinan, perawat penanggung

jawab, polisi, asuransi, “social worker”, tempat istirahat, locker, ruang

konferensi.

r. Komunikasi telepon keluar rumah sakit dan telepon internal di Instalasi

Gawat Darurat dan ke rumah sakit.

s. Alat-alat radiologi diagnostik disesuaikan dengan beban/ kualitas kerja dan

kelas rumah sakit.

t. Alat-alat dan obat-obatan di Instalasi Gawat Darurat harus sedemikian

rupa sehingga resusitasi dan “life support” dapat dilakukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Fasilitas Pelayanan

Ruang tunggu. Adalah ruang yang digunakan untuk menunggu bagi

keluarga pasien, sebagai tempat istirahat. Ruang tunggu harus diatur sedemikian

rupa agar tidak menggangu pekerjaan dan dapat dengan mudah diminta

keterangan yang lengkap dari petugas mengenai pasien tersebut.

Ruang administrasi. Adalah ruang yang digunakan untuk pendaftaran

pasien baru maupun pasien rawat inap dan jalan, ruang ini juga digunakan untuk

melakukan pembayaran serta untuk rekam medis.

Ruang triase. Adalah ruang yang digunakan untuk mengelompokkan/

seleksi pasien sesuai dengan tingkat kegawatan penyakitnya yaitu merah, kuning

dan hijau.

Ruang informasi dan komunikasi. Adalah ruang yang digunakan untuk

mendapatkan informasi mengenai pelayanan kesehatan serta melakukan

komunikasi baik keluar rumah sakit maupun komunikasi internal di Instalasi

Gawat Darurat rumah sakit.

Ruang resusitasi. Adalah ruang yang digunakan untuk melakukan

resusitasi jantung paru yaitu kombinasi antara kompresi jantung dan pemberian

nafas bantu dengan perbandingan 30 banding dua. Ruang ini harus berdekatan

dengan ruang Triase dan harus cukup luas agar dapat menampung banyak pasien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Ruang tindakan bedah dan medis. Adalah ruangan untuk melakukan

tindakan bedah dan non bedah dan jaga untuk menangani bedah minor, infeksi

serta luka bakar.

Ruang tindakan bayi dan anak dan ruang tindakan kebidanan. Adalah

ruang tindakan yang seharusnya ada pada rumah sakit yang digunakan untuk

tindakan-tindakan kebidanan dan inkubator untuk bayi.

Sarana dan prasarana lainnya. Sarana dan prasarana lainnya seperti

pelayanan dalam mendiagnosis kurang dari lima menit, fasilitas keamanan dan

pendidikan.

Standar lima : kebijakan dan prosedur. Harus ada kebijakan dan

prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu di tinjau dan di sempurnakan

(bila perlu) dan mudah di lihat oleh seluruh petugas. Kriteria :

1. Ada petunjuk tertulis / SOP untuk menangani :

a. Kasus perkosaan

b. Kasus keracunan massal

c. Asuransi kecelakaan

d. Kasus dengan korban massal

e. Kasus lima besar gawat darurat murni (true emergency) sesuai dengan data

morbiditas instalasi / unit gawat darurat

f. Kasus kegawatan di ruang rawat

2. Ada prosedur media tertulis yang antara lain berisi :

a. Tanggung jawab dokter

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

b. Batasan tindakan medis

c. Protokol medis untuk kasus-kasus tertentu yang mengancam jiwa

3. Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving

sesuai dengan standar.

Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan normal

maupun tidak normal.

Standar enam : Pengembangan Staf Dan Program Pendidikan

Instalasi Gawat Darurat dapat di manfaatkan untuk pendidikan dan pelatihan (in

service training) dan pendidikan berkelanjutan bagi petugas.

Kriteria :

1. Ada program orientasi / pelatihan bagi petugas baru yang bekerja di unit

gawat darurat.

2. Ada program tertulis tiap tahun tentang peningkatan keterampilan bagi

tenaga di instalasi gawat darurat.

3. Ada latihan secara teratur bagi petugas instalasi gawat darurat dalam

keadaan menghadapi berbagai bencana (disaster).

4. Ada program tertulis setiap tahun bagi peningkatan keterampilan dalam

bidang gawat darurat untuk pegawai rumah sakit dan masyarakat.

Standar tujuh : evaluasi dan pengendalian mutu.Ada upaya secara

terus menerus menilai kemampuan dan hasil pelayanan Instalasi Gawat Darurat.

Kriteria :

1. Ada data dan informasi mengenai :

a. Jumlah kunjungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

b. Kecepatan pelayanan (respon time)

c. Pola penyakit / kecelakaan (10 terbanyak)

d. Angka kematian

Kecepatan pelayanan yaitu target waktu pelayanan yang dapat diselesaikan

dalam waktu yang telah di tentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.

Kecepatan pelayanan dalam hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan

oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari lima menit dari pertama

kedatangan pasien di IGD. Waktu tanggap pada sistem realtime, di defenisikan

sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal)sampai instruksi pertama

rutin pelayanan disebut dengan event response time. Sasaran dari penjadwalan ini

adalah meminimalkan waktu tanggap angka keterlambatan pelayanan pertama

gawat darurat / emergency response time rate.

Salah satu indikator mutu pelayanan adalah waktu tanggap (Depkes,

2009). Instalasi Gawat Darurat rumah sakit mempunyai tugas menyelenggarakan

pelayanan asuhan medis dan asuhan keperawatan sementara serta pelayanan

pembedahan darurat, bagi pasien yang datang dengan gawat darurat medis.

Pelayanan pasien gawat darurat adalah pelayanan yang memerlukan pelayanan

segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan kecacatan.

Waktu tanggap di Instalasi Gawat Darurat semua rumah sakit yang telah

terakreditasi harus memiliki kecepatan dan ketepatan yang baik. Waktu tanggap

adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai

dengan ke gawat daruratan penyakitnya sejak memasuki pintu IGD Misalnya si

pasien masuk ke pintu IGD pukul 12.00 dan menderita sesak napas, lalu oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

perawat jaga langsung diberikan oksigen pukul 12.03 dan melapor ke dokter jaga

pukul 12.04, baru kemudian dokter IGD memeriksa si pasien pukul 12.10 dan

memberikan terapi pukul 12.15, obat dimasukkan pukul 12.20 (Siahaan, 2013).

Salah satu indikator keberhasilan penanggulangan medik penderita gawat

darurat adalah kecepatan memberikan pertolongan yang memadai kepada

penderita gawat darurat baik pada keadaan rutin sehari-hari atau sewaktu bencana.

Keberhasilan waktu tanggap sangat tergantung kepada kecepatan yang tersedia

serta kualitas pemberian pertolongan untuk menyelamatkan nyawa atau mencegah

cacat sejak di tempat kejadian, dalam perjalanan hingga pertolongan rumah sakit.

Faktor yang memengaruhi waktu tanggap. Faktor internal dan eksternal

yang mempengaruhi keterlambatan penanganan kasus gawat darurat antara lain

karakter pasien, penempatan staf, ketersediaan stretcher (alat yang digunakan

untuk memindahkan pasien ke ambulans) dan petugas kesehatan, waktu ketibaan

pasien, pelaksanaan manajemen dan strategi pemeriksaan dan penanganan yang

dipilih. Hal ini bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan konsep tentang

waktu tanggap penanganan kasus di Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit

(Yoon et al,2003).

Strategi waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu

rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pelanggan agar selalu

menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Kecepatan dan

ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke Instalasi Gawat

Darurat (IGD) memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai

dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen

Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit sesuai standar (Keputusan Menteri

Kesehatan, 2009).

Kecepatan pelayanan. Kecepatan pelayanan waktu yang dibutuhkan

pasien untuk mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan

penyakitnya sejak memasuki pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD). Kecepatan

pelayanan yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang

telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. Kecepatan pelayanan dalam

hal ini adalah pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat

dalam waktu kurang dari lima menit dari pertama kedatangan pasien di IGD.

Ketepatan pelayanan. Menurut Lovelock dan Wright (2002), ketepatan

waktu adalah kesesuaian pelayanan medis yang diberikan dari apa yang

dibutuhkan dari waktu ke waktu. Tjiptono (2005), mendefinisikan ketepatan

waktu adalah "mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance)

dan kemampuan untuk di percaya (dependability). Hal ini berarti rumah sakit

memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama (right the first time).

Selain itu juga berarti bahwa rumah sakit yang bersangkutan memenuhi janjinya

misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang di sepakati.

Ketepatan pelayanan adalah waktu yang dibutuhkan pasien untuk

mendapatkan pertolongan yang sesuai dengan ke gawat daruratan penyakitnya

sejak memasuki pintu IGD. Ketepatan pelayanan dalam hal ini adalah ketepatan

pelaksanaan tindakan atau pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

kurang dari lima menit dari pertama kedatangan pasien di IGD. Lingkup

pelayanan ke gawat daruratan tersebut di ukur dengan melakukan primary survey

tanpa dukungan alat bantu diagnostik kemudian dilanjutkan dengan secondary

survey menggunakan tahapan ABCD yaitu: A : Airway management; B :

Breathing management; C : Circulation management; D : Drug Defibrilator

Disability (Basoeki dkk, 2008).

Pertolongan kepada pasien gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu

melakukan survei primer untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang

mengancam hidup pasien, barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder.

Tahapan Survei primer meliputi : A: Airway yaitu mengecek jalan nafas dengan

tujuan menjaga jalan nafas disertai kontrol servikal; B: Breathing yaitu mengecek

pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenasi adekuat; C:

Circulation yaitu mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol perdarahan; D:

Disability yaitu mengecek status neurologis; E: Exposure yaitu enviromental

control, buka baju penderitatapi cegah hipotermia (Basoeki dkk, 2008)

Survei primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang

mengancam nyawa pasien. Survei primer dilakukan secara sekuensial sesuai

dengan prioritas.

Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu

yang singkat (kurang dari 10 detik) di fokuskan pada Airway, Breathing,

Circulation (ABC). Pengkajian primer pada penderita gawat darurat penting

dilakukan secara efektif dan efisien. Namun untuk Survei ABCDE (Airway,

Breathing, Circulation, Disability dan Exposure) dilakukan survei primer ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari dua sampai lima menit. Primary

survey harus dilakukan dalam waktu tidak lebih dari dua sampai lima menit.

Penanganan yang simultan terhadap yang bersangkutan memenuhi janjinya

misalnya menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang di sepakati trauma

dapat terjadi bila terdapat lebih dari satu keadaan yang mengancam jiwa (Basoeki

dkk, 2008).

Survei sekunder dilakukan setelah pengkajian dan intervensi masalah

airway,breathing dan circulation yang ditemukan di atasi dilanjutkan dengan

pengkajiansekunder. Survei sekunder adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan

dari ujung rambut sampai ujung kaki,dari depan sampai belakang. Survei

sekunder hanya dilakukan apabila penderita telah stabil. Keadaan stabil yang

dimaksud adalah keadaan penderita sudah tidak menurun, mungkin masih dalam

keadaan syok tetapi tidak bertambah berat. Survei sekunder harus melalui

pemeriksaan yang teliti (Basoeki dkk, 2008).

Survei sekunder bertujuan untuk mengetahui penyulit lain yang mungkin

terjadi. Bila pada pengkajian primer dapat tertangani, maka berlanjut ke

pengkajian sekunder.

1. Pengkajian riwayat penyakit : anamnesa penyakit dahulu dan sekarang,

riwayat alergi, riwayat penggunaan obat-obatan, keluhan utama.

2. Pemeriksaan penunjang : laboratorium, rontgen, EKG.

Landasan Teori

Strategi waktu tanggap adalah kecepatan dan ketepatan pelayanan di suatu

rumah sakit yang dapat memberikan keyakinan kepada pasien agar selalu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

menggunakan jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut. Kecepatan dan

ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke Instalasi Gawat

Darurat (IGD) memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan

kemampuannya sehingga dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan

waktu tanggap yang cepat dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat di capai

dengan meningkatkan sarana, prasarana, sumber daya manusia dan manajemen

Instalasi Gawat Darurat (IGD) rumah sakit sesuai standar (Keputusan Menteri

Kesehatan, 2009). Dalam hal ini peneliti menambahkan SOP sebagai hal yang

perlu di teliti.

Kerangka Pikir

Berdasarkan landasan teori maka konsep penelitian pada penelitian ini

adalah:

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Keterangan :

1. Triase adalah proses pemilahan pasien berdasarkan tingkat

kegawatdaruratannya sehingga mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup

dan tingkat kecacatan pasien.

Triase

Sarana dan Prasarana

Sumber Daya Manusia

- Pelatihan dan Sertifikat

Prosedur/SPO

Response Time

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

2. Sumber daya manusia adalah semua orang yang berada dan bertugas dalam

memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang memiliki persyaratan

administrasi berupa pelatihan atau memiliki sertifikat kegawatdaruratan

ataupun tetntang triase.

3. Sarana dan Prasarana merupakan utilitas yang terdiri atas alat, jaringan dan

sistem yang membuat suatu bangunan Rumah Sakit bisa berfungsi. Sarana

fisik dan fasilitas prasarana medis yang wajib dimiliki instalasi gawat darurat

seperti : luas ruangan IGD jumlah bed, tersedianya stretcher dan alat-alat

emergency yang wajib dimiliki instalasi gawat darurat sebagai standar

minimal Rumah Sakit Kelas B.

4. Prosedur/SPO adalah kebijakan atau petunjuk tertulis terkait

kegawatdaruratan ataupun tentang triase

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kualitatif yang dimaksudkan untuk

memperoleh informasi secara mendalam dan mengobservasi tentang response

time pelayanan kesehatan di IGD RS. Haji Medan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian. Lokasi penelitian di RS. Haji Medan. Adapun alasan

pemilihan lokasi penelitian, karena ditemukan masalah dibawah standarnya

respon time pelayanana kesehatan di IGD RS. Haji Medan.

Waktu penelitian. Penelitian dilakukan sejak bulan Januari sampai

dengan selesai.

Pemilihan Informan

Pengambilan sampel dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan

karakteristik yaitu, diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar melainkan

pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah penelitian,tidak ditentukan

secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun

karakteristik sampelnya sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang

dalam penelitian dan tidak diarahkan pada keterwakilan (dalam arti

jumlah/peristiwa acak), melainkan pada kecocokan konteks (Sugiyono, 2016).

Pada pendekatan kualitatif diperlukan informan yaitu orang yang

memberikan informasi yang adekuat dan terpecaya mengenai elemen-elemen atau

permasalahan penelitian. Penentuan informan menggunakan metode purposive

sampling, yaitu teknik pengambilan sumber data yang didasarkan pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang

dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai

penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial

yang diteliti (Sugiyono, 2016).

Karakteristik informan yang dipilih dalam penelitian ini ialah :

1. Pihak-pihak yang dianggap berkompeten memberikan informasi internal RS.

Haji Medan berkaitan dengan pelaksaan triage

2. Informan dapat berkomunikasi dengan baik dan bersedia untuk diwawancarai

secara mendalam terkait permasalahan yang akan diteliti;

3. Informan merupakan pegawai IGD dan paham tentang respon time dan triase

Seperti : Kepala IGD, dokter jaga , kepala perawat, Perawat pelaksana .

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

Wawancara mendalam. Wawancara mendalam (indepth interview)

dilaku-kan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan pedoman

wawancara kepada lima belas orang sumber informasi. Metode wawancara yang

penulis gunakan adalah metode wawancara tidak berstruktur. Hal ini karena

penulis ingin mengem-bangkan wawancara yang dilakukan sehingga akan didapat

informasi-informasi baru yang muncul dalam wawancara dan semula tidak

diketahui namun tetap terpusat kepada satu pokok permasalahan tertentu. Adapun

hasil dari wawancara ini direkam, sebagaimana yang disarankan oleh Cresswell

(2013) dengan menggunakan catatan dan audiotape.

Perekaman dimaksudkan agar seluruh hasil wawancara dapat kembali

diper-dengarkan sehingga tidak ada satupun informasi dari wawancara yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

tertinggal. Hasil wawancara kemudian ditulis kembali untuk dijadikan sumber

rujukan penulis dalam menganalisis permasalahan yang diangkat dalam penelitian

ini.

Observasi. Observasi merupakan teknik pengumpulan data untuk

memper-oleh informasi mengenai ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek,

perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti

melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau

kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku

manusia, dan untuk evaluasi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap

perawat yang sama dan menjadi informan saat dilakukan wawancara mendalam.

Untuk menghindari bias penelitian, peneliti menunjuk orang ketiga untuk

melakukan observasi, yaitu asesor internal rumah sakit.

Studi dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan

data sekunder berupa data-data dan informasi dari dokumen untuk mendukung

latar belakang permasalahan, laporan serta teori yang berkaitan dengan

pembahasan permasalahan yang ada, serta data-data penunjang lainnya. Data-data

ini diperoleh dari dokumen rumah sakit, buku, artikel internet, jurnal penelitian

sebelumnya serta peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian.

Definisi Konsep

Respon time yaitu waktu yang dibutuhkan pasien gawat darurat sejak

memasuki gerbang IGD yang mempengaruhi kelangsungan hidupnya. Respon

time dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

1. Triase adalah proses pemiliahan pasien berdasarkan tingkat

kegawatdaruratannya sehingga mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup

dan tingkat kecatatan pasien.

2. Sumber daya manusia adalah semua orang yang berada dan bertugas dalam

memberikan pelayanan kegawatdaruratan yang memiliki persyaratan dan

administrasi berupa pelatihan atau memiliki sertifikat kegawatdaruratan

ataupun tentang triase.

3. Sarana dan Prasarana merupakan utilitas yang terdiri atas alat, jaringan dan

sistem yang membuat suatu bangunan Rumah Sakit bisa berfungsi. Sarana

fisik dan fasilitas prasarana medis yang wajib dimiliki instalasi gawat darurat

seperti : luas ruangan IGD jumlah bed, tersedianya stretcher dan alat-alat

emergency yang wajib dimiliki instalasi gawat darurat sebagai standar

minimal Rumah Sakit Kelas B.

4. Prosedur/SPO adalah kebijakan atau petunjuk tertulis terkait

kegawatdaruratan ataupun tentang triase.

Tahap-Tahap Pelaksanaan Penelitian

Tahap persiapan penelitian. Pertama, membuat pedoman wawancara

yang disusun berdasarkan kebutuhan data yang hendak didapatkan sesuai dengan

permasalahan yang ingin diteliti. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-

pertanyaan mendasar yang nantinya akan berkembang dalam wawancara dan

sesegera mungkin dicatat setelah wawancara selesai.

Selanjutnya mencari informan yang sesuai dengan karakteristik responden

atau informan dalam penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan,

dilakukan tanya jawab terlebih dahulu kepada informan penelitian tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

kesiapannya untuk diwawancarai. Setelah informan bersedia untuk diwawancarai,

peneliti membuat kesepakatan dengan informan tersebut mengenai waktu dan

tempat untuk melakukan wawancara.

Tahap pelaksanaan penelitian. Membuat kesepakatan dengan informan

mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman

yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, hasil rekaman berdasarkan wawancara

dipindahkan dalam bentuk catatan tertulis. Wawancara dengan informan cukup

dilaksanakan sekali apabila semua informasi atau data yang dibutuhkan dalam

penelitian telah terpenuhi melalui wawancara mendalam (indepth interview) yang

dilaksanakan. Apabila ada informasi yang kurang terpenuhi, barulah melakukan

wawancara kembali dengan informan.

Selanjutnya, melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan

data hasil wawancara yang didapatkan. Setelah itu, membuat dinamika penulisan

dan kesimpulan yang dilakukan, dan memberikan saran-saran untuk penelitian.

Selanjutnya demi menunjang kelengkapan data yang dibutuhkan selama

penelitian, data yang didapatkan disesuaikan dengan konsep dan tujuan penelitian

yang dilakukan.

Alat Bantu Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data-data penelitian yang bersifat kualitatif penulis

membutuhkan alat bantu (instrumen penelitian). Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan dua alat bantu, yaitu :

Pedoman wawancara. Pedoman wawancara digunakan agar wawancara

yang dilakukan tidak menyimpang dari rumusan permasalahan dan tujuan

penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

Alat perekam. Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat

wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data

tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari informan atau

responden penelitian. Dalam pengumpulan data, alat perekam baru dapat

dipergunakan setelah mendapat ijin dari informan atau responden penelitian untuk

mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung (Sugiyono,

2016).

Metode Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (2014) analisa data kualitatif terdiri dari

tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu:

Reduksi data. Setelah melakukan pengambilan data di lapangan, maka

akan diperoleh suatu data. Oleh karena itu perlu segera dilakukan analisis data

melalui reduksi data. Reduksi data adalah suatu bentuk analisis yang merangkum,

memfokuskan, menggolongkan, mengarahkan, menghilangkan yang tidak perlu,

dan mengorganisasi dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulan akhir

dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan demikian, maka akan memberikan

gambaran data yang lebih jelas dan mempermudah peneliti dalam pengambilan

data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan.

Penyajian data. Setelah melakukan reduksi data, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan penyajian data. Dalam penelitian kualitatif,

penyajian data yang sering digunakan adalah bentuk uraian singkat yang bersifat

naratif. Semua itu dirancang untuk menggabungkan informasi yang tersusun agar

mudah dipahami.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Penarikan kesimpulan/verifikasi. Langkah ketiga dalam analisis data

kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan dan

verifikasi. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran

suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi Rumah Sakit Haji Kota Medan.Rumah Sakit Umum Haji Medan

Provinsi Sumatera Utara didirikan dengan landasan hasrat untuk menciptakan

sarana pelayanan kesehatan bernuansa Islami yang mengutamakan mutu dan

memperhatikan dengan sungguh-sungguh kebutuhan pelanggan.

Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara diresmikan oleh

Presiden Republik Indonesia tanggal 4 Juni 1992. Sejak tanggal 29 Desember

2011 Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara secara resmi telah

dikelola oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan

Gubernur Sumatera Utara Tahun 2011 tanggal 13 Desember 2011. Rumah Sakit

Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara saat ini mempunyai 254 tempat tidur

untuk rawat inap, hampir dua kali lipat sewaktu diresmikan. Demikian juga

peralatan medis dan non medis telah diperbaharui untuk mengikuti perkembangan

teknologi kedokteran. Sumber Daya Manusia seperti tenaga dokter spesialis, para

medis dan non medis di Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara

sudah cukup memadai.

Upaya diatas, untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai visi

dan misi Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara. Buku Profil

Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara ini sebagai informasi

pada masyarakat untuk mengetahui sepintas tentang pelayanan apa yang dapat

dilakukan di Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara sebagai

salah satu pilihan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara saat ini semakin

dikenal masyarakat, tercermin dari masyarakat yang dilayani terdiri dari semua

golongan, agama dan etnis.

Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara selain untuk

pelayanan kesehatan bagi jemaah haji dan masyarakat umum juga melayani

peserta Askes, Jamkesmas, Jamkesda, Jamsostek, asuransi kesehatan lain dan

beberapa perusahaan terutama yang ada di Sumatera Utara dan Nanggroe Aceh

Darussalam. Saat ini Rumah Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara

telah siap menerima pasien BPJS.

Visi dan Misi Rumah Sakit Haji Kota Medan

Visi Rumah Sakit Haji Kota Medan

Rumah sakit Unggulan dan Pusat Rujukan dengan Pleyanan Bernuasa

Isalami, Rumah Lingkungan Berdaya Saing Sesuai Standar Nasional dan

Internasional.

Misi Rumah Sakit Haji Kota Medan

1. Meningkatkan profesionalisme, kompetensi sumber daya manusia Rumah

Sakit Umum Haji Medan Provinsi Sumatera Utara yang memiliki integritas

dan religius.

2. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana Rumah Sakit Haji Medan sesuai

standar Nasional dan Internasional dengna prinsip kenyamanan dan

keselamatan.

3. Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia Rumah Sakit Umum Haji

Medan Provinsi Sumatera Utara melalui pengelolaan keuangan Badan

4. Layanan Umum.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

5. Meningkatkan kemudahan jangkauan pelayanan kesehatan.

6. Meningkatkan pelayanan yang berkualitas, transparan, bersih, ramah, aman

dan nyaman serta lingkungan yang sehat bernuasa Go Green.

Tabel 2

Tabel Data Tenaga Kesehatan IGD Rumah Sakit Haji Medan

Jenis Tenaga Kesehatan Jumlah

Dokter Kepala IGD

Kepala Ruangan IGD

Dokter Jaga IGD

Perawat Pelaksana IGD

1 Orang

1 Orang

10 Orang

20 Orang

Sumber: Profil Rumah Sakit Haji Medan

Tabel 3

Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Haji Medan

Ruangan Jumlah

VVIP

VIP

Kelas I

Kelas II

Kelas III

ICU

PICU

NICU

TT Bayi Baru Lahir

IGD

4 Tempat tidur

28 Tempat tidur

58 Tempat tidur

58 Tempat tidur

90 Tempat tidur

12 Tempat tidur

5 Tempat tidur

5 Tempat tidur

6 Tempat tidur

10 Tempat tidur

Sumber: Profil Rumah Sakit Haji Medan

Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini sebanyak delapan orang yang bekerja di

Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Haji Medan. Karakteristik informan

yang di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Haji Medan adalah sebagai

berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Tabel 4

Karakteristik Informan

No.

Informan

Nama

Informan

Jenis

Kelamin

Umur Pendidikan Jabatan

1. Wiwik Perempuan 55 Tahun S1 Ners Kepala

Ruangan

IGD

2. Khalilah Perempuan 31 Tahun DIII Perawat

3. Nurhali

mah

Perempuan 25 Tahun DIV Bidan

4. SitiAlina

wati

Perempuan 39 Tahun S2 Dokter

Ruangan

5. Elfira Perempuan 28 Tahun Profesi

Kedokteran

Dokter

Umum

6. Amir

Siregar

Laki-Laki 41 Tahun DIII Perawat

Pelaksana

7. Sufi Perempuan 30 Tahun Profesi

Kedokteran

Dokter

Umum

8. Hamzah Laki-Laki 38 Tahun Pendidikan

Spesialis

Kedokteran

BedahUmum

Kepala IGD

Response time. Response time (waktu tanggap) pada sistem real time,

didefinisikan sebagai waktu dari saat kejadian (internal atau eksternal) sampai

instruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi, disebut dengan event

response time. Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimalkan waktu tanggap

Angka keterlambatan pelayanan pertama gawat darurat / emergency response time

rate (Depkes, 2009).

Untuk respon time dalam pelayanan instalasi gawat darurat informan,

mengungkapkan sebagai berikut:

“...untuk respon time di instalasi gawat darurat sudah sesuai

standar, yaitu di bawah 5 menit, dan untuk tim yang melakukan

triase yaitu dokter dan perawat yang berjaga, tetapi sudah pernah

mengikuti pelatihan” (Informan 8) .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Informan lain mengatakan :

“... respon time di instalasi gawat darurat sudah mengikuti standar

akreditasi pada tahun 2017 dan mendapatkan hasil bintang 4.

Kemudian, respon time sendiri tidak kurang dari 5 lima menit pada

saat pasien datang ke unit gawat darurat dan yang melakukan triase

yaitu kolaborasi dokter. Untuk pelatihan ACLS BTLS sudah

dilakukan dan akan di ulang secara berkala. (Informan 1).

Pernyataan informan di atas sesuai dengan pernyataan berikut ini waktu tanggap

dapat dihitung dengan hitungan menit dan sangat dipengaruhi oleh berbagai hal

baik mengenai jumlah tenaga maupun komponen – komponen lain yang

mendukung seperti pelayanan laboratorium, radilogi, farmasi dan administrasi.

Waktu Tanggap dikatakan tepat waktu atau tidak terlambat apabila waktu yang

diperlukan tidak melebihi waktu rata – rata standar yang ada. (Depkes, 2009).

“...pelayanan pertama yang di berikan kepada pasien jika saya

menghitung tidak lebih dari lima menit, sekitar tiga atau empat

menit pelayanan awal di berikan. Respon time sebagaimana

pengetahuan saya yaitu waktu dimana pasien pertama kali datang

sampai mendapatkan pelayanan dokter dan respon di igd saat ini

sudah berjalan dengan baik dan bagus. Untuk lama respon time

dalam menentukan triase terlabih dahulu harus mengkaji secara

sekilas kondisi pasien tersebut ketika datang ke rumah sakit

khususnya igdnya dan hambatan dari pencapaian respon time yang

pertama jumlah tenaga perawat yang bertugas sedikit ketika

kunjungan pasien meningkat dan kedua terkadang keluarga pasien

tidak bisa berkrompromi mengenai keadaan pasien.” (Informan 4)

Sesuai kutipan dari Depkes respon time IGD sangat dipengaruhi berbagai

hal Pernyataan ini diperkuat informan 4 jumlah tenaga perawat dan faktor

administrasi lainnya seperti keluarga pasien yang tidak bias berkompromi.

mempengaruhi pencapaian respon time di IGD.

Dari hasil wawancara dengan informan bahwa untuk respon time di

Rumah Sakit Umum Haji Medan tergolong sudah memenuhi salah satu standar

pelayanan minimum rumah sakit khususnya pada unit instalasi gawat darurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Sebagaimana tertuang dalam Permenkes No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar

Pelayanan Minimum untuk waktu tanggap pelayanan dokter di gawat darurat,

bahwa standar pelayanan waktu tanggap yaitu kurang dari lima menit terlayani

setelah pasien datang dan penanggung jawab dari pelayanan ini di koordinir oleh

kepala instalasi gawat darurat/ tim mutu/ panitia mutu.

Dari hasil wawancara mengenai respon time ialah sebagai berikut:

“...lama waktunya pasien mendapatkan pelayanan dokter itu kurang

dari tiga menit. Respon time, lamanya waktu pelayanan rumah sakit

terutama unit igd ketika datang ke rumah sakit dan untuk pelayanan

igd di rumah sakit saat ini sudah berjalan bagus. Untuk lama

respon time triase pasien tergantung kondisi dari keadaan dan

kegawat daruratan pasien itu sendiri, jika biru nol menit segera di

tangani, merah nol menit maksimal 10 menit, jika kuning 10-30

menit, hijau 60 menit adapun kendala dalam pelayanan keluarga

pasien tidak bisa bekerja sama (Informan 3)

Informan lain mengatakan

“...waktu pasien mendapatkan pelayanan dokter itu kurang dari tiga

menit. Respon time seberapa lama pasien yang datang ke igd

mendapatkan pelayanan dokter dan respon time di rumah sakit ini

terutama di igd sudah berjalan baik. adapun lama respon time

untuk setiap triase tergantung dengan kondisi pasien jika pasien

biru segera di tangani, merah nol sampai lima menit, kuning 10-20

menit dan hijau 45 menit. Hambatan dari standar respon time jika

pasien di igd terlalu banyak dan petugas yang berjaga sedikit

(Informan 2).

“...lamanya waktu untuk pasien mendapatkan pelayanan awal di

IGD itu tidak kurang dari tiga menit dan respon time sendiri

menurut saya seberapa lama pasien yang berkunjung untuk

mendapatkan pelayanan pertama di igd rumah sakit. Untuk saat ini

pelayanan igd rumah sakit sudah berjalan dengan baik dan proses

triase serta hambatan yang pertama tergantung kondisi pasien

ketika datang ke rumah sakit apakah triase biru, merah, kuning atau

hijau, jika biru dan merah harus segera di tangani, kuning 10 -15

menit dan hijau 30 menit. Kemudian kedua hambatannya jika

kunjungan pasien terlalu banyak dan perawat yang berjaga juga

terbatas” (Informan 7).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

“...pasien mendapatkan pelayanan dokter di igd tidak lebih dari

lima menit dan respon time seberapa lama pasien yang datang ke

igd mendapatkan pelayanan dokter. Untuk saat inirespon time di igd

sudah bagus, sudah berjalan dengan baik. berapa lama triase

pasien sesuai dengan kondisi dan keadaan pasien, jika biru harus

segera di tangan contoh seperti masalah kardiovaskuler, merah mo;

sampai maksimal 10 menit, kuning 10-30 menit dan hijau 30 sampai

maksimal 60 menit. Hambatan untuk menegakkan respon time

sesuai standar jika kunjungan pasien meningkat yang terlalu banyak

dan yang berjaga di IGD jumlah sedikit.” (Informan 6)

“...pelayanan pertama ketika pasien datang tidak lebih dari lima

menit pada dokter yang menangani dan respon time sepengetahun

saya seberapa lama pasien yang datang ke igd untuk mendapatkan

pelayanan pertama oleh dokter. Untuk saat ini respon time di igd

sudah berjalan dengan baik dan untuk respon time triase tergantung

kondisi pasien pada saat datang ke igd, apakah dia triasenya biru,

merah, kuning, merah dan hambatannya jumlah tenaga perawat

yang kurang ketika jumlah kunjungan pasien meningkat. (Informan

5)

Pernyataan beberapa informan diatas sesuai pernyataan Australian Triage

Scale (ATS) yang menentukan pasien yang harus didahulukan penanganan atau

pemindahannya dengan menggunakan pelabelan, yaitu :Label merah (gawat

darurat) memilki response time segera sampai 10 menit, Label kuning (gawat

tidak darurat) memiliki response time 30 menit, dan Label hijau (tidak gawat tidak

darurat) memiliki response time 60-120 menit

Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang utama penanganan kasus gawat

darurat di rumah sakit memegang peranan penting dalam upaya penyelamatan

hidup klien. Wilde (2009) telah membuktikan secara jelas tentang pentingnya

waktu tanggap (response time) bahkan pada pasien selain penderita penyakit

jantung. Mekanisme response time, disamping menentukan keluasan rusaknya

organ-organ dalam, juga dapat mengurangi beban pembiayaan. Kecepatan dan

ketepatan pertolongan yang diberikan pada pasien yang datang ke IGD

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

memerlukan standar sesuai dengan kompetensi dan kemampuannya sehingga

dapat menjamin suatu penanganan gawat darurat dengan response time yang cepat

dan penanganan yang tepat. Hal ini dapat dicapai dengan meningkatkan sarana,

prasarana, sumber daya manusia dan manajemen IGD rumah sakit sesuai standar

(Kepmenkes, 2009).

Hasil wawancara dengan informan didapatkan bahwa respon time di

instalasi gawat darurat sudah berjalan dengan baik dimana sudah memenuhi

standar pelayanan minimal rumah sakit. Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor : 129/Menkes/SK/II/2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal

Rumah Sakit dimana untuk kemampuan Kemampuan menangani life saving anak

dan dewasa di setiap rumah sakit yaitu dengan standar 100%.

Faktor Triase

Triase merupakan penerapan upaya untuk mengklasifikasi cedera secara

cepat berdasarkan tingkat keparahan dan tingkat kelangsungan hidup melalui

tindakan langsung yang dilakukan oleh tenaga medis. Berdasarkan analisis Rumah

Sakit Umum Haji Medan dapat diketahui bahwa jawaban dari informan memiliki

banyak persamaan.

Triase merupakan pemeriksaan awal terhadap pasien yang masuk ke

instalasi gawat darurat. Tujuannya adalah untuk mengindentifikasi status kegawat

daruratannya dan prioritas penanganan yang harus segera ditindak lanjuti sesuai

dengan kebutuhan medisnya atau tidak. Triase ini berlaku untuk semua pasien

yang datang ke instalasi gawat darurat dan prioritas penanganan pasien di

dasarkan pada hasil triase sesuai dengan standar pelayanan (Permenkes RI No 4

tahun 2018 tentang kewajiban rumah sakit).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Adapun pernyataan informan :

“..rumah sakit memiliki kebijakan dalam pelayanan gawat darurat.

Triase sangat penting bagi pelayanan sehingga kita dapat melakukan

pemilahan pasien terkait dengan kondisinya pada saat datang ke rumah

sakit atau pun unit gawat darurat. Untuk keterlibatannya sudah berjalan

dengan baik serta melakukan dengan tahapan-tahapan sesuai dengan

standar yang berlaku. Untuk pelayanan pastinya akan memberikan

pelayanan terbaik atau pun pelayanan yang prima terhadap pasien,

namun dalam proses nya masih terdapat beberapa kendala. (Informan 3)”

Informan lain mengatakan :

“...kebijakan sudah ada bahkan sudah terlampir pada saat

akreditasi dan untuk waktu tanggap pelayanan sudah kurang dari tiga

menit. Triase sangat membantu untuk memilih pasien sesuai dengan

tingkat kegawat daruratannya. Untuk pelaksanaanya masih belum

berjalan dengan baik, karena beberapa perawat masih belum

mendapatkan pelatihan mengenai triase. Penentuan berdasarkan triase

diharapkan dapat tercapainnya pelayanan gawat darurat yang maksimal

melalui tahahapannya berdasarkan tingkat kesadaran, circulation,

airways, breathing dan kasus yang di alami. (Informan 2)

Hasil wawancara dengan informan dapat diketahui bahwa pelaksanaan

triase dan respon time sudah berjalan dengan baik yaitu di bawah lima menit. .

Menurut Depkes RI (2009), petugas tim kesehatan di Instalasi Gawat Darurat

rumah sakit terdiri dari dokter ahli, dokter umum, atau perawat yang telah

mendapat pelatihan penanganan kegawatdaruratan yang dibantu oleh perwakilan

unit-unit lain yang bekerja di instalasi gawat darurat.

Triase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi dan

sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada keadaan ABC (Airway,

dengan cervical spine control, Breathing dan Circulation dengan control

pendarahan). Triase berlaku untuk pemilahan penderita baik di lapangan maupun

di rumah sakit (Musliha, 2010). Hal ini sesuai dengan pernyataan informan 2.

Adapun pernyataan informan lainnya :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

“..Triase sangat membantu untuk memilih pasien sesuai dengan

tingkat kegawat daruratannya. Untuk pelaksanaanya masih belum

berjalan dengan baik, karena beberapa perawat masih belum

mendapatkan pelatihan mengenai triase. Penentuan berdasarkan triase

diharapkan dapat tercapainnya pelayanan gawat darurat yang maksimal

melalui tahahapannya berdasarkan tingkat kesadaran, circulation,

airways, breathing dan kasus yang di alami. (Informan 4)

Penerapan Triase berdasarkan pada ABCDE, beratnya cedera, jumlah

pasien yang datang, sarana kesehatan yang tersedia serta kemungkinan hidup

pasien Perawat triase menggunakan ABC keperawatan seperti jalan nafas,

pernapasan dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi,

tingkat kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan

memar untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang

gawat darurat (Pusponegoro, 2010).

“..Triase sangat penting bagi pelayanan sehingga kita dapat

melakukan pemilahan pasien terkait dengan kondisinya pada saat datang

ke rumah sakit atau pun unit gawat darurat. Untuk keterlibatannya sudah

berjalan dengan baik serta melakukan dengan tahapan-tahapan sesuai

dengan standar yang berlaku. Untuk pelayanan pastinya akan

memberikan pelayanan terbaik atau pun pelayanan yang prima (Informan

7)

Triage di rumah sakit mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala

dan tingkat kegawatdaruratannya sesuai pernyataan informan di atas. Perawat

triage menggunakan penilaian keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan

dan sirkulasi, serta warna kulit, kelembaban, suhu, nadi, respirasi, tingkat

kesadaran dan inspeksi visual untuk luka dalam, deformitas kotor dan memar

untuk memprioritaskan perawatan yang diberikan kepada pasien di ruang gawat

darurat. Perawat memberikan prioritas pertama untuk pasien gangguan jalan

nafas, bernafas atau sirkulasi terganggu. Pasien-pasien ini mungkin memiliki

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

kesulitan bernapas atau nyeri dada karena masalah jantung dan mereka menerima

pengobatan pertama.Pasien yang memiliki masalah yang sangat mengancam

kehidupan diberikan pengobatan langsung bahkan jika mereka diharapkan untuk

mati atau membutuhkan banyak sumber daya medis. Jumlah dan kasus pasien

yang datang ke unit gawat darurat tidak dapat diprediksikarena kejadian

kegawatan atau bencana dapat terjadi kapan saja, dimana sajaserta menimpa siapa

saja. Karena kondisinya yang tidak terjadwal dan bersifat mendadak serta tuntutan

pelayanan yang cepat dan tepat maka diperlukan triage sebagai langkah awal

penanganan pasien di unit gawat darurat dalam kondisi sehari-hari, (Depkes RI,

2009).

“…Kondisi pasien tergantung triase pada saat datang ke igd,

apakah dia triasenya biru, merah, kuning, merah dan hambatannya

jumlah tenaga perawat yang kurang ketika jumlah kunjungan pasien

meningkat. (Informan 8)

Ketepatan triase akan mempengaruhi respon time di rumah sakit hal ini

berhubungan dengan penelitian yang dilakukan Patricia Glory Tuo dkk (2018)

tentang hubungan ketepatan triase dengan respon time perawat di intalasi gawat

darurat Rumah Sakit Tipe C. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan

antara ketepatan triase dengan respon time perawat. Penerapan triase di rumah

sakit haji kota medan masiah berjalan dengan baik hal.

Adapun pernyataan informan lain :

“..triase pasien tergantung kondisi dari keadaan dan kegawat

daruratan pasien itu sendiri, jika biru nol menit segera di tangani, merah

nol menit maksimal 10 menit, jika kuning 10-30 menit, hijau 20 menit

adapun kendala dalam pelayanan keluarga pasien tidak bisa bekerja sama

(Informan 1)

“…Proses triase pasien sesuai dengan kondisi dan keadaan

pasien, jika biru harus segera di tangan contoh seperti masalah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

kardiovaskuler, merah mo; sampai maksimal 10 menit, kuning 10-30 menit

dan hijau 30 sampai maksimal 60 menit. Hambatan untuk menegakkan

respon time sesuai standar jika kunjungan pasien meningkat yang terlalu

banyak dan yang berjaga di igd jumlah sedikit.” (Informan 6)

Pernyataan informan 6 diperkuat pernyataan ini Pelayanan gawat darurat

dikatakan terlambat apabila pelayanan terhadap pasien gawat dan atau darurat

dilayani oleh petugas IGD Rumah Sakit lebih besari dari 15 menit (Angka

KPPGD Rumah Sakit, 2012). Pada kasus kegawat daruratan seperti jika kita

bertugas di ruangan gawat darurat kita harus dapat mengatur alur pasien yang baik

terutama pada jumlah ruang yang terbatas, memprioritaskan pasien terutama

untuk menekan jumlah morbiditas dan mortalitas, serta pelabelan dan

pengkategorian (Musliha, 2010).

“…Untuk saat ini proses triase sudah berjalan dengan baik dan

untuk triase tergantung kondisi pasien pada saat datang ke igd, apakah

dia triasenya biru, merah, kuning, merah dan hambatannya jumlah tenaga

perawat yang kurang ketika jumlah kunjungan pasien meningkat.

(Informan 5)

Menurut informan 5 ketidaksesuaian jumlah perawat dan jumlah pasien

merupakan salah satu hambatan dalam pelaksanaan response time dan triase,Hal

ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surtiningsih (2016) menjelaskan

bahwa ada hubungan yang bermakna (signifikan) antara response time perawat

dengan kesesuaian penanganan pada pasien kecelakaan. Menurut peneliti,

response time (waktu tanggap) perawat dalam penanganan kegawatdaruratan yang

cepat dan tepat akan meningkatkan tingkat kesesuaian kepada pasien dan keluarga

pasien. Terlihat dari hasil penelitian bahwa semakin cepat response time perawat

terhadap pasien maka tingkat kepercayaan akan semakin meningkat dan

sebaliknya semakin lambat respon yang diberikan oleh perawat maka akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

megurangi tingkat kepercayaan pasien atau keluarga pasien terhadap kinerja

perawat.

Rumah sakit yang sudah memenuhi standar adalah rumah sakit yang

terakreditasi oleh KARS. Ketentuan akreditasi sebagai salah satu kewajiban

rumah sakit harus dilakukan setiap minimal 1 kali dalam tiga tahun seperti yang

tercantum dalam undang-undang no. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 40

ayat 1. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan

keselamatan pasien. Hampir setiap tindakan medis di rumah sakit memliki risiko

yang perlu antisipasi seawal mungkin. Begitu banyak orang dan profesi terlibat

dalam penanganan pasien. Kegagalan dalam pengelolaan terhadap kondisi

tersebut, dapat meningkatkan risiko kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.

Akreditasi rumah sakit mempunyai dampak positif terhadap kualitas

perawatan yang diberikan kepada pasien dan kepuasan pasien (Yildiz, 2014).

Rumah sakit saat perlu meningkatkan produktivitas dengan standar yang

ditetapkan. Momentum akreditasi rumah sakit versi 2012 perlu dimanfaatkan

secara baik bagi para pimpinan. Menurut Sutoto et al. (2013) sejak pengggunaan

instrumen standar akreditasi rumah sakit versi 2012, terdapat perubahan yang

cukup bermakna yaitu perubahan standar yang semula berfokus kepada pemberi

pelayanan, diarahkan menjadi berfokus kepada pasien. Implementasi standar

tersebut harus melibatkan semua aspek dirumah sakit termasuk sistem triase,

Response Time, Sumber daya manusia ,Sarana Prasarana ,dan SPO dalam proses

akreditasi.

Ketentuan akreditasi sebagai salah satu kewajiban rumah sakit harus

dilakukan setiap minimal satu kali dalam tiga tahun seperti yang tercantum dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit pasal 40 ayat satu.

Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya peningkatan mutu dan keselamatan

pasien. Hampir setiap tindakan medis di rumah sakit memliki risiko yang perlu

antisipasi seawal mungkin. Begitu banyak orang dan profesi terlibat dalam

penanganan pasien. Kegagalan dalam pengelolaan terhadap kondisi tersebut,

dapat meningkatkan risiko kejadian tidak diharapkan di rumah sakit.Hal ini lah

yang mendorong ketepatan respon time sangat diperlukan.

Menurut Mardalena (2017) menyatakan respon time sangat berhubungan

dengan triase, Peran perawat dalam melakukan triase sangat penting. Penerapan

triase yang belum diterapkan secara maksimal akan membuat pasien tidak

mendapatkan penangan medis yang tepat sesuai dengan kondisi ataupun

keadaannya. Sehingga menyebabkan respon time yang memanjang dalam

melaksanakan tindakan pelayanan awal di instalasi gawat darurat. hal ini sesuai

dengan penelitian dari Aspriani dan Febriani (2017) di IGD RSI Siti Khadijah

Palembang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan

antara kegawat daruratan dengan waktu tanggap (respon time).

Penelitian terkait lainnya dilakukan oleh Sulityawati dan Handayani

(2017) menyimpulkan bahwa adanya hubungan tingkat kegawatan pasien dengan

waktu tanggap perawat di IGD Rumah Sakit X Kediri. Dimana semakin tinggi

tingkat kegawat darurat paasien maka akan semakin cepat waktu tanggap terhadap

pasien. Jika triase tidak dilakukan dengan baik makan akan memperlambat waktu

tanggap terhadap pasien, maka akan berpengaruh terhadap mutu pelayanan rumah

sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Faktor sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah semua

orang yang berada dan bertugas dalam memberikan pelayanan kegawatdaruratan

yang memiliki persyaratan administrasi berupa pelatihan atau memiliki sertifikat

kegawatdaruratan ataupun tetntang triase.

Sumber daya manusia rumah sakit umum kelas B terdiri dari tenaga

medis, tenaga kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga kesehatan lain dan tenaga

non kesehatan. Tenaga medis paling sedikit terdiri dari, 12 tenaga dokter umum

untuk pelayanan medis dasar, tiga dokter gigi umum untuk pelayanan medis gigi,

tiga dokter spesialis untuk setiap jenis pelayanan medis spesialis dasar, dua dokter

spesialis untuk setiap jenis pelayanan medis spesialis penunjang, satu dokter

subspesialis untuk setiap jenis pelayanan medis subspesialis dan satu dokter gigi

spesialis untuk setiap jenis pelayanan medis spesialis gigi mulut (PERMENKES,

2014).

Adapun pernyataan informan :

“ ...untuk sumber daya manusia ataupun tenaga kesehatan untuk

khusus di unit gawat darurat masih sudah sesuai. Tetapi pelatihan baik

untuk perawat atau pun juga sudah dilakukan walaupun tidak semua

tenaga kerja mendapatkan pelatihan tersebut sehingga masih ada yang

kurang sigap dalam memberikan pelayanan dan diantaranya pelatihan

untuk kompetensinya ada BCLS, ACLS dan ATLS (Informan 8).

Informan lain mengatakan :

“...untuk tenaga kerja yang ada di ruangan unit gawat darurat ini

masih sudah sesuai dengan kompetensinya. Untuk pelatihan sendiri

khusus perawat sudah mendapatkan pelatihan BCLS dan terkhusus triase

belum mendapat belum mendapatkan pelatihan, sehingga menjadi salah

satu hambatan dalam memberikan pelayanan gawat darurat (Informan 1).

“…saat pasien datang ke unit gawat darurat dan yang melakukan

triase yaitu kolaborasi dokter. Tetapi pelatihan baik untuk perawat atau

pun juga sudah dilakukan walaupun tidak semua tenaga kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

mendapatkan pelatihan tersebut sehingga masih ada yang kurang sigap

dalam memberikan pelayanan dan diantaranya pelatihan untuk

kompetensinya ada BCLS, ACLS dan ATLS. Untuk pelatihan khusus triase

belum ada yang mengikuti tetapi sudah melakukan pengajuan ke tim

manajemen rumah sakit untuk dapat disertakan dalam pelatihan triase”

(Informan 5).

“...untuk tenaga kerja yang ada di ruangan unit gawat darurat ini

masih sudah sesuai dengan kompetensinya. Untuk pelatihan sendiri

khusus perawat sudah mendapatkan pelatihan kegawatdaruratan seperti :

BCLS dan terkhusus triase belum mendapat belum mendapatkan

pelatihan, sehingga menjadi salah satu hambatan dalam memberikan

pelayanan gawat darurat (Informan 4).

“ ...Semua sumber daya manusia ataupun tenaga kesehatan untuk

unit gawat darurat rata-rata sudah memiliki pelatihan dan sertifikat

.Tetapi pelatihan baik untuk perawat atau pun dokter juga sudah

dilakukan walaupun tidak semua tenaga kerja mendapatkan pelatihan

tersebut sehingga masih ada yang kurang sigap dalam memberikan

pelayanan dan diantaranya pelatihan untuk kompetensinya ada BCLS,

ACLS dan ATLS (Informan 2).

Dari hasil informan dapat diketahui bahwa beberapa petugas yang bertugas

di IGD diantaranya sudah mendapatkan beberapa pelatihan mengenai dengan

pelayanan gawat darurat dirumah sakit. Sebagai hal ini tertuangkan dalam

Permenkes No. 856 Tahun 2009 untuk klasifikasi tenaga dokter harus memiliki

pelatihan kegawat daruratan seperti GELS, ATLS, ACLS dan lain-lainnya. Untuk

tenaga klasifikasi tenaga keperawatan perawat kepala di koordinir oleh tenaga

pendidikan S1 Nursing atau DIII yang bepengalaman dan sudah mengikuti

pelatihan Emergency Nursing. Untuk perawat sendiri yang bertugas juga harus

memiliki Pelatihan Emergency Nursing. Dengan adanya pelatihan ini tentu akan

meningkatkan mutu pelayanan dengan sumber daya manusia yang profesional.

dan diperkuat lagi dari pernyataan beberapa informan lainnya

”…Pelatihan dan sertifikat baik untuk perawat atau pun dokter

yang bertugas di IGD tentang kegawadaruratan diantaranya pelatihan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

untuk kompetensinya ada BCLS, ACLS dan ATLS sudah dilakukan

meskipun ada yang tidak mengupdate sehingga masih ada yang kurang

sigap dalam memberikan pelayanan dan terkhusus triase belum mendapat

belum mendapatkan pelatihan, sehingga menjadi salah satu hambatan

dalam memberikan pelayanan gawat darurat. (Informan 7).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gustia (2018) ada hubungan yang

signifikan antara ketepatan penilaian Triase perawat dengan tingkat keberhasilan

penanganan pasien Cedera Kepala di IGD dengan kekuatan hubungan rendah dan

dengan arah korelasi positif. Keterampilan kerja lebih dipengaruhi oleh

lingkungan kerja dan keahlian semakin terasah dengan banyaknya kasus yang

sudah ditangani di IGD, serta semua perawat sudah mengikuti pelatihan BTCLS.

Adapun pernyataan informan lainnya:

”…Semua Sumber daya manusia atau tenga kesehatan yang

bertugas di IGD sudah memiliki Pelatihan dan sertifikat baik untuk

perawat atau pun dokter tentang kegawadaruratan diantaranya pelatihan

untuk kompetensinya ada BCLS, ACLS dan ATLS sudah dilakukan

meskipun ada yang tidak mengupdate sehingga masih ada yang kurang

sigap dalam memberikan pelayanan sehingga menjadi salah satu

hambatan dalam memberikan pelayanan gawat darurat. (Informan 3).

”…Semua Sumber daya manusia perawat atau pun dokter yang

bertugas di IGD sudah memiliki Pelatihan dan sertifikat baik untuk

tentang kegawadaruratan seperti : BCLS, ACLS dan ATLS sudah

dilakukan meskipun ada yang tidak mengupdate sehingga masih ada yang

kurang sigap dalam memberikan pelayanan dan terkhusus triase belum

mendapat belum mendapatkan pelatihan, sehingga menjadi salah satu

hambatan dalam memberikan pelayanan gawat darurat. (Informan 6).

Kepuasan atas Respon time menunjukkan bahwa dalam memberikan

layanan keperawatan kepada pasien hubungan interpersonal antara pasien dan

perawat baik. kepribadian perawat yang baik adalah keadaan fisik yang sehat,

penampilan yang menarik, jujur, rendah hati, keramahan, sopan santun, pandai

bergaul dan mempunyai rasa humor. Kepuasan pasien atas Respon time

menunjukkan juga bahwa dalam memberikan asuhan keperawatan perawat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

berpegang teguh pada ilmu dan kiat keperawatan. Kiat keperawatan lebih

difokuskan kepada kemampuan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan

secara komprehensif dengan sentuhan seni dalam arti menggunakan kiat-kiat

tertentu dalam upaya memberikan kepuasan dan kenyamanan pada pasien (Umah,

2015).

Perawat yang bertugas di instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Haji

Medan sudah memiliki pelatihan kegawatdaruratan. Perawat harus memiliki

pelatihan kegawatdaruratan dan mengulangnya secara berkala sehingga akan

mempengaruhi penilaian dari skala triase. penurunan nilai skala triase atau

ketidaktepatan triase akan memperlama waktu penanganan yang harus di terima

pasien sehingga akan berisiko menurunkan angka keselamatan pasien dan kualitas

pelayanan kesehatan (Khairina, Marini & Huriani, 2018).

Sejalan dengan penelitian Husin (2017) menjelaskan bahwa pengetahuan

berhubungan signifikan dengan Respon time di Ruang UGD RSI. Siti Khadijah

dan RS. Muhammadiyah Palembang. Dari hasil analisis diperoleh pula nilai OR =

9,167, artinya responden yang pengetahuannya baik memiliki peluang 9,167 kali

untuk repon timenya cepat.

Faktor sarana dan prasarana. Sarana dan Prasarana merupakan utilitas

yang terdiri atas alat, jaringan dan sistem yang membuat suatu bangunan Rumah

Sakit bisa berfungsi. Sarana fisik dan fasilitas prasarana medis yang wajib

dimiliki instalasi gawat darurat seperti : luas ruangan IGD jumlah bed,

tersedianya stretcher dan alat-alat emergency lainnya yang wajib dimiliki.

Adapun pernyataan informan :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

“...untuk sarana dan prasarana di ruangan instalasi sudah sesuai

dengan standar akreditasi rumah sakit dan kelas Rumah sakit. Lokasi

alat-alat juga sudah tersedia di dekat bed pasien sesuai dengan garis

triase”(Informan 8)

Rumah sakit agar mengupayakan prasarana/sarana peralatan medis/non

medis yang optimal, yang disesuaikan dengan kegiatan, beban kerja dan tipe

rumah sakit untuk mendukung pelayanan Instalasi Gawat Darurat (IGD). Fasilitas

dan alat-alat/obat-obatan Instalasi Gawat Darurat harus memenuhi persyaratan

sehingga penanggulangan penderita gawat darurat dapat dilakukan dengan

optimal.

Informan lain mengatakan :

“...sarana dan prasarana di ruangan instalasi gawat darurat

sudah sesuai dengan RS Tipe B. Sebagaimana standar tersebut mengikuti

standar akreditasi”. (Informan 1)

“...sarana dan prasarana di ruangan instalasi gawat darurat

sudah sesuai dengan RS Tipe B. Sebagaimana standar tersebut mengikuti

standar akreditasi”. (Informan 2)

Dari hasil wawancara dengan informan bahwa sarana dan prasarana di

instalasi gawat darurat sudah memenuhi standar yang pedomannya mengikuti

standar nasional akreditasi rumah sakit indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan

Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD)

Rumah Sakit, bahwa Pelayanan Instalasi Gawat Darurat Level III sebagai standar

minimal untuk Rumah Sakit Kelas B yaitu Memberikan pelayanan sebagai

berikut: 1. Diagnosis & penanganan Permasalahan pada A,B,C dengan alat yg

lebih lengkap tmsk ventilator., 2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG,

defibrilasi, 3. HCU/resusitasi dan 4. Bedah sito.

Adapun pernyataan informan lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

“...IGD adalah instalasi gawat darurat sehingga segala sesuatu

yang ada disana menentukan keselamatan pasien termasuk sarana dan

prasarana di ruangan instalasi gawat darurat sudah sesuai dengan

standar RS Tipe B”. (Informan 3)

Hal serupa dikemukan oleh Aprianti (2015). Pada penelitiannya dapatkan

response time perawat yang lebih dari lima menit cenderung saat tidak tersedianya

stretcher, hal ini menunjukan bahwa ketersediaanya stretcher memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap response time perawat. Sejalan dengan Mudatsir (2018).

Pada penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan, pelatihan, fasilitas, dan

tingkat kegawatan darurat pasien sangat berhubungan signifikan dengan waktu

tanggap pasien di instalasi gawat darurat. Adapun yang sangat berpengaruh dalam

waktu tanggap pasien di instalasi gawat darurat ialah fasilitas yang tersedia pada

unit tersebut. ini menunjukkan bahwa ketidaktersediaan fasilitas atau tidak

memadainya fasilitas di ruang akan mempengaruhi buruknya waktu tanggap

penanganan dan berdampak dan berdampak pada keselamatan pasien.

Adapun pernyataan informan lain:

“...sarana dan prasarana di IGD sudah tersedia diantaranya

sudah ada alat monitoring, troli emergency, obat-obat emergency serta

brangkar yang sudah baru. Untuk terpenuhinya sarana dan prasarana

menurut saya sudah terpenuhi dan sarana dan prasarana ini juga sangat

berpengaruh terhadap mutu pelayanan, apa lagi masyarakat hal yang

pertama kali dilihatnya adalah sarana dan prasarana”. (Informan 6)

Dari hasil wawancara dengan informan bahwa Sarana dan prasarana

dalam instalasi gawat darurat Rumah Sakit Umum Haji Medan sudah memiliki

sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana merupakan hal yang

pertama kali dilihat oleh pasien, ketika pasien datang ke pelayanan instalasi gawat

darurat. Dengan adanya prasarana yang memadai akan menimbulkan rasa percaya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

terhadap pelayanan yang ada di rumah sakit dan akan meningkatkan kepuasan

pasien terhadap pelayanan instalasi gawat darurat.

Kemampuan pihak rumah sakit dalam membuktikan eksistensinya kepada

pihak eksternal yang dapat dipersepsikan oleh pasien berupa penampilan fisik

ruang rawat inap yang rapi, nyaman dan bersih dan tempat tidur yang rapi,

peralatan medis yang lengkap seperti adanya stetoskop, tensi meter, jarum suntik,

termometer, pinset dan gunting, dan penampilan perawat yang bersih dan rapi.

Hasil stimulus dari panca indera pasien terhadap pelayanan yang diterima akan

dapat dipersepsikan sehingga nantinya akan dapat menilai mutu pelayanan, jika

apa yang mereka harapkan sesuai dengan kenyataan yang mereka dapatkan, maka

akan dapat memberikan kepuasan kepada pasien terhadap bukti fisik (Putri 2014).

Adapun pernyataan informan :

“..untuk saat ini sarana dan prasarana di rumah sakit ini

terutama di unit gawat darurat sudah tersedia karena harus mengikuti

standar akreditasi rumah sakit. Untuk saat ini sarana dan prasarana

sudah terpenuhi dan tentu hal ini sangat berdampak terhadap mutu

pelayanan terhadap pasien”. (Informan 7)

Informan lain mengatakan :

“...sarana dan prasarana di IGD sudah tersedia diantaranya

sudah ada alat monitoring, troli emergency, obat-obat emergency serta

brangkar yang sudah baru. Untuk terpenuhinya sarana dan prasarana

menurut saya sudah terpenuhi dan sarana dan prasarana ini juga sangat

berpengaruh terhadap mutu pelayanan, apa lagi masyarakat hal yang

pertama kali dilihatnya adalah sarana dan prasarana”. (Informan 4)

Ketersediaan sarana dan prasarana berupa ketersediaan strecher sangat

diperlukan untuk penanganan kasus di instalasi gawat darurat. Hal ini seperti yang

di ungkapkan oleh Wa Ode (2012) menyatakan adanya hubungan erat ketepatan

waktu tanggap di instalasi gawat darurat dengan ketersediaan strecher. Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

penelitian menunjukkan nilai PR ketersediaan strecher yaitu 1,995 yang berarti

bahwa besar kekuatan hubungan ketersediaan strecher yang tersedia dengan

ketepatan waktu tanggap adalah 1,995 kali lebih besar dibandingkan dengan yang

tidak tersedia.

“...fasilitas di rumah sakit khusunya di IGD harus tersedia

sepenuhnya sesuai dengan syarat standar akreditasi dan standar

pelayanan, diantara nya ada troli emergency, alat monitoring, dc shock,

ruangan operasi, dan sebagainya. Terpenuhnya sarana dan prasarana

ataupun fasilitas menurut saya sudah tersedia dengan baik dan tentunya

juga sarana dan prasarana ini sangat berdampak dengan mutu pelayanan

pasien, karena yang dilihat pasien pertama kali di rumah sakit ialah

ketersediaan alat dan pelayanan”. (Informan 5)

Hal ini sependapat dengan penelitian Timporok (2015) hasil penelitian

menunjukan adanya hubungan administrasi, sarana prasarana, tenaga kesehatan,

keluarga dengan waktu tunggu pasien di IGD Medik RSUP. Prof. Dr. R. D.

Kandou Manado. Saran meningkatkan mutu pelayanan di IGD Medik RSUP.

Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih

berkualitas bagi pasien.

Faktor SPO. Prosedur/SPO adalah kebijakan atau petunjuk tertulis

terkait kegawatdaruratan ataupun tentang triase. Prosedur/SPO yang ada di

instalasi gawat darurat. Ini di ungkapkan informan delapan sebagai berikut:

Adapun pernyataan informan :

“ ...untuk kebijakan mengenai pelayanan gawat darurat sudah

memiliki SPO dan panduan dalam memberikan pelayanan gawat darurat.

Kemudian untuk prosedur triase juga sudah ada sesuai dengan tingkat

kegawatan darurat pasien. (Informan 8)

Informan lain mengatakan :

“...SPO dalam pelayanan gawat darurat sudah ada dalam

panduan yang telah dibuat oleh tim manajemen rumah sakit. Untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

prosedur triase juga sudah juga ada berdasarkan dengan kondisi dan

disesuaikan warna triase merah kuning hijau dan hitam, namun untuk

SPO khusus tentang triase masih belum tersedia. (Informan 1)

“...kebijakan sudah ada berupa SPO dan Panduan bahkan sudah

terlampir pada saat akreditasi dan untuk waktu tanggap pelayanan sudah

kurang dari tiga menit.Untuk prosedur triase juga sudah juga ada

berdasarkan dengan kondisi dan disesuaikan warna triase merah kuning

hijau dan hitam, diharapkan dapat tercapainnya pelayanan gawat darurat

yang maksimal melalui tahahapannya berdasarkan tingkat kesadaran,

circulation, airways, breathing dan kasus yang di alami. (Informan 2)

...untuk kebijakan mengenai pelayanan gawat darurat sudah

memiliki SPO dan panduan dalam memberikan pelayanan gawat darurat.

Sehingga pelayanan kegawatdaruratan pasien sudah berjalan dengan

baik. (Informan 7)

Rumah sakit mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan

yang aman, bermutu, efektif dan tidak mendiskriminasi dengan mengutamakan

keselamatan dan kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit.

selain itu rumah sakit juga harus memberikan pelayanan gawat darurat kepada

pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya. Kewajiban rumah sakit lainnya

mampu membuat, menjaga dan melaksanakan standar mutu pelayanan kesehatan

di rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien (UU No.24 Tahun 2009

Tentang rumah sakit).

“ ...untuk prosedur atau kebijakan mengenai pelayanan gawat

darurat sudah memiliki SPO dan panduan dalam memberikan pelayanan

gawat darurat. Kemudian untuk prosedur triase juga sudah ada sesuai

dengan tingkat kegawatan darurat pasien. (Informan 5)

“...kebijakan sudah ada berupa SPO dan Panduan bahkan sudah

terlampir pada saat akreditasi dan untuk waktu tanggap pelayanan sudah

kurang dari tiga menit.Untuk prosedur triase juga sudah juga ada

berdasarkan dengan kondisi dan disesuaikan warna triase merah kuning

hijau dan hitam. (Informan 6)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tim manajemen masih belum

memperhatikan salah satu aspek kebijakan terkait Prosedur triase dan hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

memperhatikan bentuk fisik triase tersebut. SPO atau kebijakan yang dibuat oleh

rumah sakit sangat penting dalam menjaga mutu pelayanan, selain itu juga SPO

tersebut sangat bermanfaat sebagai prasyaratan standar pelayanan, dokumentasi

langkah-langkah kegiatan, pemahaman staf IGD dalam melaksanakan tugas-

tugasnya.

“...SPO dalam pelayanan gawat darurat sudah ada dalam

panduan yang telah dibuat oleh tim manajemen rumah sakit. Untuk

prosedur triase juga sudah juga ada berdasarkan dengan kondisi dan

disesuaikan warna triase merah kuning hijau dan hitam, namun untuk

SPO khusus tentang triase masih belum tersedia sehingga dikhawatirkan

menjadi hambatan dalam memberikan pelayanan yang prima. (Informan

4)

“…Landasan perawat ataupun dokter dalam memberikan

pelayanan kegawatdaruratan adalah kebijakan mengenai pelayanan

gawat darurat yaitu berupa SPO dan panduan dalam memberikan

pelayanan gawat darurat. Sehingga pelayanan kegawatdaruratan pasien

sudah berjalan dengan baik. (Informan 3)

Berdasarkarkan standar kelima tentang Kebijakan Dan Prosedur

Harus ada kebijakan dan prosedur pelaksanaan tertulis di unit yang selalu

di tinjau dan di sempurnakan (bila perlu) dan mudah di lihat oleh seluruh petugas.

Kriteria :

1 Ada petunjuk tertulis / SOP untuk menangani :kasus perkosaan,kasus

keracunan massal ,asuransi kecelakaan ,kasus dengan korban massal ,kasus

lima besar gawat darurat murni (true emergency) sesuai dengan data

morbiditas instalasi / unit gawat darurat , dan kasus kegawatan di ruang rawat

2 Ada prosedur media tertulis yang antara lain berisi : Tanggung jawab dokter,

batasan tindakan medis ,dan protokol medis untuk kasus-kasus tertentu yang

mengancam jiwa

3 Ada prosedur tetap mengenai penggunaan obat dan alat untuk life saving

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

sesuai dengan standar.

4 Ada kebijakan dan prosedur tertulis tentang ibu dalam proses persalinan

normal maupun tidak normal.

Rumah sakit haji medan sudah mempunyai SPO dalam unit gawat darurat

termasuk SPO triase. Dalam hal ini Rumah Sakit Umum Haji Medan belum

secara sepenuhnya melaksanakan kewajibannya sebagai rumah sakit yang

memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu. Kewajiban rumah sakit dalam

memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan kemampuan

pelayanannya pada instalasi gawat darurat berupa triase dan tindakkan

penyelamatan nyawa atau pecegahan kecatatan. Kemampuan pelayanan ini harus

sesuai dengan standar instalasi gawat darurat menurut jenis dan klasifikasi rumah

sakit.

Implikasi Penelitian

Diketahui adanya pengaruh ketepatan triase, kecukupan dan kualitas

SDM, Sarana prasarana yang mendukung sertaa danya SPO yang baik dan benar

akan berpengaruh terhadap respone time pasien di IGD. Respone time yang cepat

akan dapat meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan terhadap pasien.

Pelayanan yang baik, bermutu dan optimal akan sangat membantu pasien dalam

menyelesaikan permasalahan kesehatan yang dimilikinya, sehingga kualitas hidup

pasien juga akan meningkat.

Keterbatasan Penelitian

Deskripsi yang dibuat oleh peneliti didasarkan pada jawaban responden

sehingga tergantung dari kesesuaian antara jawaban masing-masing responden.

Usaha yang telah dilakukan untuk mengurangi keterbatasan adalah melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

cross check jawaban dari masing-masing informan.

Penelitian ini tidak melakukan penghitungan respone time secara langsung

dan hanya berdasarkan jawaban yang diberikan oleh informan sehingga tidak

didapati respone time secara akurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis mengenai respon time Rumah Sakit Haji

Medan, dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan triase di Rumah Sakit Umum Haji kota medan sudah dilakukan

sudah dilakukan dengan baik dan tenaga kesehatannya sudah memiliki

sertifikat pelatihan kegawatdaruratan ACLS/BTLS tetapi tetap harus

mengikuti pelatihan secara berkala.Hal ini untuk memudahkan tenaga medis

dalam memberikan pelayanan kesehatan di instalasi gawat darurat, dengan

tujuan mempercepat respon time dalam menangani pasien. Sehingga, semua

pasien yang masuk ke instalasi gawat darurat mendapatkan pelayanan yang

sama dari semua tenaga medis demi peningkatan keselamatan pasien.

2. Sumber Daya Manusia di IGD Rumah Sakit Umum Haji Medan sudah

mencukupi jumlah nya sesuai banyaknya pasien di IGD dan pelaksanaan

triase sudah berjalan dengan baik dan sudah memiliki pelatihan

kegawatdarutan. Dengan adanya pelatihan yang merata dan dilakukan secra

berkala dapat mengukur tingkat keprofesional antara satu petugas dengan

petugas lainnya.

3. Sarana dan prasarana di Rumah Sakit Umum Haji Medan, dari segi bentuk

fisik maupun peralatan sudah memadai dan memenuhi standar. Sehingga

rumah sakit mendapatkan hasil akreditasi paripurna dalam Standar Nasional

Akreditasi Rumah Sakit Indonesia

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

4. Perlu perhatian tim manajemen rumah sakit untuk selalu mengingatkan dokter

dan tenaga medis agar selalu melakukan tindakan sesuai SPO yang ada khusus

tentang triase, dengan adanya prosedur khusus tersebut akan bermanfaat

sebagai langkah-langkah kegiatan dalam pelaksanan pelayanan gawat darurat.

Saran

Pihak rumah sakit. Kepada pihak manajemen untuk selalu mengingatkan

tenaga medis untuk melakukan tindakan sesuai SPO terutama tentang triase.

Sehingga, memudahkan dan menyeragamkan standar pelayanan di instalasi

gawat darurat. Semua tenaga medis yang berada di instalasi tersebut akan dapat

memberikan pelayanan yang optimal demi keselamatan dan kesehatan pasien.

Unit IGD. Perlu dilakukannya pengembangan ilmu mengenai

kegawatdaruratan seperti : triase terhadap dokter dan perawat IGD. keilmuan

tersebut akan sangat berguna bagi perawat instalasi gawat darurat dalam memilah

pasien berdasarkan status kegawat daruratannya. Dengan pemilahan tersebut

pasien yang sangat membutuhkan pertolongan segera akan dapat terlayani dengan

cepat dan dapat menyelamatkan hidupnya.

Peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya untuk dapat melakukan

penelitian yang lebih mendalam terhadap kepuasan pasien dalam medapatkan

pelayanan gawat darurat di instalasi gawat darurat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Daftar Pustaka

Ali, U. (2014). Faktor-faktor yang berhubungan dengan mutu pelayanan

keperawatan di ruang IGD RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar

(Skripsi, Stikes Nani Hasanuddin). Diakses 17 Agustus 2017

http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/10/elibrary%20stikes%

20nani%20hasanuddin--umaralihab-462-1-42142282-1.pdf

Aspriani, F. (2017). Hubungan kegawat daruratan dengan waktu tanggap pada

pasien jantung koroner di RSI Siti Khadijah Palembang. Jurnal

Kesehatan, 8(3).

Basoeki, A.P., Koeshartono, Rahardjo, E., & Wirjoatmodjo. (2008).

Penanggulangan penderita gawat darurat anestesiologi & reanimasi.

Surabaya: FK Unair.

Bungin, M. Burhan. (2012). Penelitian kualitatif (Edisi ke-2) cetakan keenam.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Cresswell, J. W.(2013). Research design : qualitative, quantitative and mixed

methods approaches fourth edition. California : SAGE Publications, Inc.

Departemen Kesehatan RI. (2009). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.

Diakses dari https://www.slideshare.net/f1smed/kepmenkes-no129tahun2008standarpelayananminimalrs

Departemen Kesehatan RI. (2004). Pedoman Kerja Perawat Instalasi Gawat

Darurat di Rumah Sakit. Diakses dari https://www.scribd.com/doc/ 238484420/4-Pedoman-Kerja-Perawat-Instalasi-Gawat-Darurat-Di-Rumah-Sakit-1999

Elliot, D. Aitken, L. C, & Wendy. (2007). ACCN’s critical care nursing.

Australia : Elsevier. Gilboy, N. (2005). Australasian triage scale. Australia : Emergency Department. Kartikawati, D. (2013). Buku ajar dasar-dasar keperawatan gawat darurat.

Jakarta : Salemba Medika Jakarta. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Standar Pelayanan

Keperawatan Gawat Darurat Rumah Sakit. Diakses dari https://sardjito.co.id/sardjitowp/wp-content/uploads/2015/12/kepmenkes-856-thn-2009-standar-IGD.pdf

Khairina, M. & Huriani. (2018). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan

pengambilan keputusan perawat dalam ketepatan triage di Kota Padang. Indonesian Journal for Health Sciences, 2(1), 1-6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2009). Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit. Diakses dari https://www.academia.edu/22620622/standar_pelayanan_keperawatan_gawat_darurat_di_rumah_sakit

Lee, J.Y., Oh, S.H., Peck, E.H., Lee, J.M., Park, K.N., Kim, S.H., & Youn, C.S.

(2011). The validity of the Canadian Triage and acuity scale in predicting resource utilization and the need for immediate life-saving interventions in elderlyemergency department patients. Scandinavian of Journal Trauma, Resucitation and Emergency Medicine, 19(68), 1-8.

Lovelock, C.H., & Wright, L.K. (2002). Principles service marketing and

management (second edition). New Jersey : Pearson Education.

Mace, S.E, & Mayer, T.A. (2013). Triage. Chapter 15 (Section ke-6). The Practice

Environment.

Mardalena, I. (2017). Asuhan keperawatan gawat darurat. Yogyakarta : Pustaka

Baru Press.

Mudatsir, S. (2018). Related factors of response time in handling head injury in

emergency unit of Prof. Dr. H. M. Anwar Makkatutu Bantaeng General

Hospital. Nursing Journal Indonesia Contemporary, 2(1).

Musliha. (2010). Keperawatan gawat darurat. Yogyakarta : Nuha Medika.

Muttaqin, A. (2011). Pengantar asuhan keperawatan klien dengan gangguan

sistem persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Muwardi. (2003). Materi pelatihan PPGD. Surakarta : Putra Nugraha

Nur, I.S., Wa, O. (2012). Faktor- Faktor yang berhubungan dengan ketepatan

walti tanggap penanganan kasus pada respon time di instlasi gawat

darurat bedah dan non bedah RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo. Jurnal

Kesehatan Hasanudin, 1(3).

Panduan Penyusunan Dokumentasi Akreditasi. (2012). Komisi akreditasi rumah

sakit. Yogyakarta : Nuha Medika.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56/2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan

Rumah Sakit.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah

Sakit

Pusponegoro, D. A. (2010). Buku panduan basic trauma and cardiac life support.

Jakarta :Diklat Ambulance Agd 118.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Putri, I.W. (2014). Hubungan komunikasi teraupetik dengan kepuasan pasien

dalam pelayanan kesehatan di RSUD Teluk Kuantan Singingi. Jurnal

Keperawatan dan Fisioterapi, 2(1).

Rima, W.A., & Naser, M. (2015). Hubungan faktor-faktor eksternal dengan

response time perawat dalam penanganan pasien gawat darurat di IGD

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal Keperawatan, 3(2).

Rimmsamdani, R. (2014). Hubungan penatalaksanaan penanganan gawat

darurat dengan waktu tanggap (respon time) keperawatan di ruang

instalasi gawat darurat RS Permata Bunda Medan (Tesis, Universitas

Sumatera Utara). Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/

handle/123456789/49525/Cover.pdf;jsessionid=95F6C4913532A72DA7

8A05A6489ACEA2?sequence=7

Sugiyono (2015). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan R & D (Cetakan ke-21). Bandung : Alfabeta.

Sulistyawati, W., & Handayani, O. (2017). Hubungan tingkat kegawatan pasien

dan beban kerja perawat dengan waktu tanggap perawat di instalasi

gawat darurat. Nursing Sciences Journal, 3(2).

Sutawijaya, R. B. (2009). Gawat darurat, aulia. Yogyakarta : Publishing.

Tjiptono, F. (2005). Pemasaran jasa. Yogyakarta : Andi

Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Undang-Undang RI No.24 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

Wilde, E. T. (2009). Do Emergency medikal system response times matter for

health outcomes? Colombia University : New York.

Yoon, P., Steiner, I., & Reinhardt, G. (2003). Analysis of factors influencing

length of stay in the emergency department. CJEM,5(3),155-61.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Lampiran 1. Panduan Wawancara

PANDUAN WAWANCARA

A. Data Karakteristik Informan

No. Informan :

Tgl Wawancara :

Tempat Wawancara :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Jabatan :

Lama Bekerja :

B. Pertanyaan

1. Respon Time

a. Berapa lama waktu pasien datang sampai mendapatkan pelayanan oleh

dokter?

b. Apa yang Bapak/Ibu ketahui mengenai respon time?

c. Bagaimana respon time yang ada di pelayanna IGD rumah sakit ini?

d. Berapa lama respon time untuk setiap triase ?

e. Apa saja yang menjadi hambatan dalam pencapaian respon time sesuai

dengan standar?

2. Triase

a. Apakah rumah sakit ini memiliki kebijakan p elayanan gawat darurat?

b. Jelaskan mengenai respon time yang ada di rumah sakit ini!

c. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pentingnya triase dalam pelayanan

gawat darurat?

d. Menurut Bapak/Ibu bagaimana pelaksanaan triase di rumah sakit ini?

e. Menurut Bapak/Ibu sejauh mana keterlibatan dan tanggung jawab

dalam pelayanan gawat darurat terutama tentang penentuan triase

rumah sakit ini?

f. Tahapan-tahapan apa saja yang harus anda lakukan dalam penentuan

triage pasien?

g. Bagaimana pelayanan yang anda berikan untuk setiap masing-masing

triase?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

3. Sumber Daya Manusia

a. Bagaimana menurut Bapak/Ibu mengenai beban kerja yang ada di

rumah sakit ini? Apakah jumlah tenaga kerjanya seusai denga

kebutuhan?

b. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh Perawat/Dokter yang

memberikan pelayanan di IGD?

c. Apakah Bapak/Ibu telah mendapatkan pelatihan yang berhubungan

dengan Pelayanan Gawat Darurat?

d. Apa hambatan dalam pelayanan kepada pasien?

4. Sarana dan Prasarana

a. Apakah sarana dan prasarana yang harus ada dalam IGD?

b. Menurut Bapak/Ibu, apakah sarana dan prasarana di rumah sakit ini

telah terpenuhi?

c. Jika tidak, apakah hal tersebut berdampak terhadap mutu pelayanan

yang diberikan kepada pasien?

5. Prosedur/SPO

a. Adakah kebijakan mengenai pelayanan gawat darurat di rumah skait

ini?

b. Bagaimana prosedur penentuan triase di rumah sakit ini? Apakah ada

SPO atau panduan untuk pelayanan tersebut?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1. Wawancara dengan kuesioner

Gambar 2. Sistem Triase

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Gambar 3. Observasi pasien gawat darurat

Gambar 4. Sarana dan prasarana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Lampiran 3. Surat Selesai Riset Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: RESPONSE TIME PELAYANAN KESEHATAN DI INSTALASI …

Lampiran 4. Surat Izin Riset / Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA