Top Banner
Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung. Republik Indonesia, Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
56

Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Feb 06, 2018

Download

Documents

trinhkhanh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun 2004 tentang Perubahan atas

Undang-undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 16 tahun 2004 tentang Kejaksaan

Republik Indonesia.

Page 2: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

DAFTAR PUSTAKA

Andi Hamzah, Hukum Acara Pidana, Ghalia Indonesia. 1985.

Human Right A Complitation of International Instruments, (New York, United

Nation, 1993) hal 3.

Indonesia legal Centre Publishing, Klien dan Penasehat Hukum, Yudha Pandu,

2001.

M. Yahya Harahap. Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP, buku I.

Sinar Grafika. 2002.

_________________, Pembahasan Permasalahan dan penerapan KUHAP, buku

II. Sinar Grafika. 2002.

Mangasi Sidabutar. Hak Terpidana, Terpidana , Penuntut Umum Menempuh Upaya

Hukum. Raja Grafindo Persada. 1999.

Osman Simanjuntak. Teknik Tuntutan dan Upaya Hukum. 1994.

R. Soesilo. Hukum Acara Pidana. Politeia. 1982.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 8 tahun 1981 (KUHAP).

Republik Indonesia, Undang-undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara

Republik Indonesia.

Republik Indonesia, Undang-undang No. 18 tahun 2003 tentang Advokat.

Page 3: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Yurisprudensi MARI No. 11 PK/Pid/1993 tanggal 13 Desember 1994 yang

menyatakan : Alasan peninjauan kembali berupa keterangan terdakwa Asun dalam

suatu perkara pidana yang mengakui dalam sidang bahwa ia membunuh Pamor

dalam perkara pidana lain, dimana terdakwanya adalah Lingah, Pangah dan Sumir

yang telah dipidana dan berkekuatan tetap, maka pengakuan Asun tersebut haruslah

ditindaklanjuti berupa Asun disidik, dituntut dan disidangkan sampai ada putusan

hakim terhadap Asun. Bilamana tidak atau belum ditindaklanjuti maka keterangan

atau pengakuan Asun tersebut bukan merupakan keadaan baru atau novum eks.

Pasal 263 (2) a KUHAP.

Demikian juga berkaitan dengan alasan novum sebagaimana Yurisprudensi

No. 14 K/Pid/1997 tanggal 14 November 1997 menegaskan : Putusan perkara

perdata yang menyebutkan gugatan pemohon peninjauan kembali dapat diajukan

sebagai novum dalam perkara peninjauan kembali pidana yang membatalkan

putusan kasasi dan membebaskan terdakwa dari segala tuntutan hukum.

- oOo -

Page 4: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

1. Apabila terdapat keadaan baru sehingga menimbulkan persangkaan yang kuat

bahwa apabila keadaan tersebut diketahui waktu masih sidang berlangsung,

putusan yang dijatuhkan akan berupa putusan bebas atau lepas dari segala

tuntutan hukum atau tuntutan penuntut umum tidak dapat diterima atau

terhadap perkara ini diterapkan ketentuan pidana yang lebih ringan.

2. Apabila dalam berbagai putusan terdapat saling pertentangan.

3. Apabila terdapat kekhilafan yang nyata dalam putusan

Permohonan peninjauan kembali diajukan kepada panitera pengadilan

negeri yagn memutus perkara itu dalam tingkat pertama. Dan untuk

pertanggungjawaban yuridis, panitera pengadilan negeri yang meminta permohonan

peninjauan kembali mencatat permintaan itu dalam sebuah akte keterangan yang

lazim juga disebut akta permintaan peninjauan kembali. Akta atau surat keterangan

tersebut ditandatangani oleh panitera dan pemohon kemudian akte tersebut

dilampirkan dalam berkas perkara.

Sikap yang dapat diambil oleh Mahkamah Agung berkaitan dengan

pengajuan PK adalah antara lain :

1. Apabila Mahkamah Agung tidak membenarkan alasan pemohon maka

mahkamah agung menolak PK dengan menetapkan putusan yang dimintakan

PK tetap berlaku disertai dasar pertimbangan.

2. Apabila Mahkamah Agung membenarkan alasan pemohon maka Mahkamah

Agung membatalkan putusan PK itu dan menjatuhkan putusan yang dapat

berupa :

a. Putusan bebas

b. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum

c. Putusan tidak dapat menerima tuntutan penuntut umum

d. Putusan dengan menetapkan ketentuan pidana yang lebih ringan

Berkaitan dengan PK terdapat beberapa Yurisprudensi MARI antara lain :

Page 5: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

oleh karena judec factie salah menerpakan hukum. Dalam hal ini Ordonansi Bea

Stbl. 1931 No. 471 telah dinyatakan tidak berlaku lagi dengan berlakunya UU No.

10 tahun 1985 pada 1 april 1995 sedangkan perbuatan terdakwa pada tanggal 6

Desember 1995.

C. Peninjauan Kembali / Heerzening.

Dalam pasal 263 ayat 1 KUHAP disebutkan : “terhadap putusan pengadilan

yan telah mempunyai kekuatan hukum tetap, kecuali putusan bebas atau lepas dari

segala tuntutan hukum, terpidana atau ahli warisnya dapat mengajukan permintaan

peninjauan kembali pada Mahkamah Agung”.

Dalam pasal 264 ayat 3 KUHAP secara tegas menetapkan bahwa

permintaan mengajukan peninjauan kembali adalah “tanpa batas waktu”. Dalam hal

ini tidak ada batas tenggang waktu untuk mengajukan permintaan peninjauan

kembali. Kapan saja boleh diajukan.

Pengajuan Peninjauan Kembali yaitu :

� Dapat diajukan terhdap putusan pengadilan negeri yang telah memperoleh

kekutan hukum tetap

� Dapat diajukan terhadap putusan pengadilan tinggi yang telah memperoleh

kekutan hukum tetap

� Dapat diajukan terhadap putusan Mahkamah Agung yang telah mempunyai

kekutan hukum tetap

Alasan peninjauan kembali dapat berupa :

Page 6: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Beberapa Yurisprudensi berkaitan dengan kasasi antara lain :

Yurisprudensi MARI No. 47 K/Kr/1971 tanggal 20 September 1972 :

Keberatan yang diajukan penuntut umum bahwa ia tidak diberitahu tentang

permohonan banding dari jaksa dan tidak diberitahu isi memori banding sehingga ia

tidak dapat mengajukan kontra memori banding. Tidak dapat diterima, karena hal

tersebut tidak menyebabkan batalnya putusan, lagi pula kontra memori banding

tidak bersifat menentukan, karena dalam tingkat banding perkara diperiksa kembali

dalam keseluruhannya .

Yurisprudensi MARI No. 104 K/Kr/1977 tanggal 16 Oktober 1977 :

Keberatan penuntut kasasi bahwa memori banding jaksa tidak pernah dikemukakan

kepadanya tidak dapat diterima, karena hal tersebut tidak menyebabkan batalnya

putusan, lagi pula dengan tingkat banding perkara ditinjau secara menyeluruh.

Ilustrasi pemeriksaan kasasi mengenai salah penerapan hukum :

Posisi kasus : Pada tanggal 6 Desember 1995, Nanang Bin Jamberan melakukan

penyelundupan bawang putih ke luar negeri dengan cara sebelumnya terdakwa

membicarakan dengan Agus tentang rencana tersebut. Ketika bawang berada di

kapal tanpa dilindungi dokumen dibawa oleh Nanang maka pada saat itulah Nanang

ditangkap.

Dipersidangan Nanang di jerat dengan dakwaan primer ketentuan pasal 56 ke 2

KUHP Jo. Pasal 26 Ordonansi Bea Stbl. 1931 No. 471 Jo. UU No. 7/Drt/1995 Jo.

UU No. 8/Drt/1958 Jo. UU No. 21/Prp/1959, sedangkan subsider tindak penadahan.

Bahwa dalam putusan kasasi oleh Mahkamah Agung RI membenarkan permohonan

kasasi terdakwa dengan alasan keberatan karena Majelis Hakim Pengadilan Tinggi

Banjarmasin menghukum pemohon kasasi berdasarkan UU yang tidak berlaku lagi,

Page 7: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

� Apabila dalam tenggang empat belas hari pemohon terlambat menyerahkan

memori kasasi maka haknya gugur (pasal 248 (2) KUHAP)

� Tembusan memori kasasi yang diajukan oleh salah satu pihak oleh panitera

disampaikan kepada pihak lainnya dan pihak lain itu berhak mengajukan

kontra memori kasasi (pasal 248 (6) KUHAP)

� Dalam waktu empat belas hari panitera wajib menyampaikan memori kasasi

kepada pihak yang mengajukan memori kasasi (pasal 248 (7) KUHAP)

� Tambahan memori kasasi atau kontra memori kasasi masih dapat ditambahkan

masing-masing pihak dalam waktu empat belas hari sesudah permohonan

kasasi diajukan (pasal 249 (1) KUHAP)

Putusan kasasi oleh Mahkamah Agung terdapat tiga macam yaitu :

1. Menyatakan permohonan kasasi tidak dapat diterima

Dalam hal ini bila syarat formal tidak dipenuhi.

2. Permohonan kasasi ditolak

Dalam hal ini keberatan-keberatan yang diajukan oleh pemohon kasasi tidak

dapat dibenarkan oleh karena judex factie tidak salah menerapkan hukum atau

tidak lalai memenuhi acara sebagaimana diwajibkan undang-undang.

3. Permohonan kasasi dikabulkan.

Dalam hal ini apabila alasan-alasan yang diajukan pemohon kasasi dibenarkan

oleh Mahkamah Agung.

Page 8: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

empat belas hari sesudah putusan diberitahukan kepada terdakwa (pasal 245

(1) KUHAP)

� Dalam hal pengadilan negeri menerima permohonan kasasi baik yang diajukan

oleh penuntut umum atau terdakwa maupun keduanya, maka panitera wajib

memberitahukan permintaan dari pihak yang satu kepada pihak yang lain

(pasal 246 (1) KUHAP)

� Apabila lewat empat belas hari tanpa diajukan permohonan kasasi oleh yang

bersangkutan, maka yang bersangkutan dianggap menerima putusan (pasal 246

(1) KUHAP)

� Selama perkara belum diputus oleh Mahkamah Agung, permohonan kasasi

dapat dicabut dan permohonan kasasi dalam perkara ini tidak dapat diajukan

lagi (pasal 247 (1) KUHAP)

� Apabila perkara telah dimulai diperiksa akan tetapi belum diputus, sementara

pemohon mencabut permohonan kasasinya, maka pemohon dibebani

membayar biaya perkara yang telah dikeluarkan oleh Mahkamah Agung (pasal

247 (3) KUHAP)

� Pemohon kasasi wajib mengajukan momori kasasi dan dalam waktu empat

belas hari setelah menyatakan/menandatangani akte kasasi dimaksud harus

sudah menyerahkan kepada kepaniteraan pengadilan negeri (pasal 248 (1)

KUHAP)

� Dalam hal pemohon kasasi adlah terdakwa yang kurang memahami hukum,

panitera wajib menanyakan apakan alasan kasasi tersebut dan untuk itu

panitera membuat memori kasasinya (pasal 248 (2) KUHAP)

Page 9: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

� Jika dipandang perlu, Mahkamah Agung dapat mendengar sendiri keterangan

terdakwa atau saksi atau penuntut umum dengan menjelaskan secara singkat

kepada mereka tentang apa yang ingin diketahui atau mahkamah agung dapat

pula mendengar keterangan meeka dengan cara pemanggilan yang sama (pasal

253 (4))

� Dalam hal Mahkamah Agung memeriksa pemohonan kasasi mengenai

hukumnya, Mahkamah Agung dapat memutus, menolak atau mengabulkan

permohonan kasasi (pasal 254)

� Dalam hal suatu putusan dibatalkan karena peraturan-peraturan hukum tidak

diterapkan atau diterapkan dengan semestinya, Mahkamah Agung mengadili

sendiri perkara itu (pasal 255 (1)).

� Dalam hal suatu putusan dibatalkan karena cara mengadili tidak dilaksanakan

menurut ketentuan undang-undang Mahkamah Agung menetapkan disertai

petunjuk agar pengadilan yang memutus perkara yang bersangkutan

memeriksanya lagi, mengenai bagian yang dibatalkan (pasal 255 (2)).

� Dalam hal suatu putusan dibatalkan karena pengadilan atau hakim yang

bersangkutan tidak berwenang mengadili perkara tersebut, Mahkamah Agung

menetapkan pengadilan atau hakim lain mengadili perkara tersebut (pasal 255

(3)).

Keberatan-keberatam kasasi hanya yang berkaitan dengan masalah penerapan

hukum semata dan tidak bisa didasarkan kepada penilaian terhadap fakta kecuali

bila penilaian terhadap fakta ada kekeliruan, dilihat dari segi penerapan hukum.

� Permohonan kasasi disampaikan oleh pemohon kasasi kepada panitera

pengadilan yang memutus perkaranya dalam tingkat pertama, dalam waktu

Page 10: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

B. Kasasi.

Dalam bahasa Belanda “Cassatie” dalam bahasa Inggris “Cassation’ dan

dalam bahasa Perancis “Caesei” yang artinya “pembatalan putusan pengadilan

bawahan (yang telah dijatuhkan), oleh Mahkamah Agung dengan dasar :

a. Transgression; melampaui batas wewenang

b. Misjudge; salah mengetrapkan atau melanggar peraturan hukum yang berlaku

c. Negligent; adanya kelalaian dalam memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan

oleh suatu ketentuan undang-undang yang mengancam kelalaian itu dan

membatalkan putusan itu sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, dalam permintaan pemeriksaan kasasi antara lain:

� Terdakwa atau penuntut umum dapat mengajukan permintaan kasasi kepada

Mahkamah Agung kecuali terhadap putusan bebas (pasal 244 KUHAP)

� Pemeriksaan dalam tingkat kasasi dilakukan oleh Mahkamah Agung atas

permintaan para pihak guna menentukan :

a. Apakah benar suatu peraturan hukum tidak diterpakan atau diterapkan

tidak sebagaimana mestinya

b. Apakah benar cara mengadili tidak dilaksanakan menurut ketentuan

undang-undang

c. Apakah benar pengadilan telah melampaui batas wewenangnya (pasal 253

(1) KUHAP)

� Berkas perkara yang dikirim ke Mahkamah Agung (melalui panitera) terdiri

dari berita acara pemeriksaan dari penyidik, berita acara di sidang, semua

surat yang timbul disidang yang berhubungan dengan perkara itu, beserta

putusan pengadilan tingkat pertama dan atau tingkat terakhir (pasal 253 (2))

Page 11: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Pengadilan Negeri. Karena dalam tingkat banding, hakim wajib untuk membaca

kembali seluruh berkas perkara yang dimohonkan banding tersebut.

A.2. Kontra memori banding

Kontra memori banding adalah suatu tulisan yang berupa tanggapan

terhadap memori banding atau dengan kata lain kontra banding adalah bertujuan

untuk meng-counter memori banding. Makna kontra memori banding untuk

menanggapi alasan-alasan yang dimuat dalam momori banding. Dan kontra memori

banding ini pada hakekatnya mendukung keputusan pengadilan negeri tingkat

pertama.

Akibat dari pembandingan atas suatu putusan pengadilan negeri, akan

mewujudkan pendirian yang dapat berupa :

a. Menguatkan putusan pengadilan negeri yang bersangkutan.

Dalam hal ini berarti semua hasil penilaian dan penghargaan pengadilan negeri

yang bersangkutan adlah conform dengan pendirian pengadilan negeri.

b. Mengubah putusan pengadilan negeri yang bersangkutan.

Dalam hal ini, sebagian saja dari hasil penilaian pengadilan negeri yang

bersangkutan yang conform dengan penilaian pengadilan tinggi, sedangkan

lainnya memerlukan perubahan sesuai dengan pendirian pengadilan tinggi.

c. Muncul putusan baru.

Dalam hal ini pengadilan tinggi membatalkan putusan pengadilan negeri yang

bersangkutan karena tidak didukung hasil penilaian dan penghargaan atas facti

yang ada. Putusan baru ini dapat saja berupa yang tadinya putusan pemidanaan

diubah menjadi putusan bukan pemidanaan.

Page 12: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

a. Surat bukti yang merupakan lampiran dari berkas perkara

b. Berita acara pemeriksaan di sidang pengadilan negeri

c. Berita acara pemeriksaan dari penyidik

d. Semua surat yang timbul di sidang yang berhubungan dengan perkara itu

termasuk putusan surat dakwaan, dan

e. putusan pengadilan negeri

Tenggang waktu pengajuan banding ditentukan hanya 7 (tujuh) hari sesudah

putusan dijatuhkan atau dalam hal terdakwa tidak hadir dihitung setelah putusan

diberitahukan kepada terdakwa. Dalam pasal 228 KUHAP dinyatakan “jangka atau

tenggang waktu menurut undang-undang ini mulai diperhitungkan pada hari

berikutnya”

Hak pengajuan permintaan banding itu dianggap gugur apabila tidak

memanfaatkan tenggang waktu 7 (tujuh) hari itu untuk mengajukan permintaan

banding yang membawa konsekwensi hukum bahwa yang bersangkutan dianggap

telah menerima putusan pengadilan negeri yang bersangkutan.

A.1. Memori banding

Memori banding adalah risalah atau tulisan yang memuat suatu penjelasan.

Pihak yang mengajukan banding memuat memori banding untuk menanggapi

putusan pengadilan tingkat pertama dan mengajukan hal-hal yang dianggap ada

fakta-faktanya atau unsur-unsur yang luput dari pertimbangan hakim dalam

menjatuhkan putusannya atau terdakwa merasa hukuman (starafmat) yang

dijatuhkan terlalu berat.

Dalam hal ini peranan memori banding yang didukung oleh data dan

dikaitkan dengan abstrak hukum sangat menentukan untuk pertimbangan hakim

banding dalam menjatuhkan putusan. Walaupun memori banding bukanlah suatu

keharusan untuk diajukan oleh pihak yang mengajukan banding atas putusan

Page 13: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

BAB V

UPAYA HUKUM

A. Tingkat Banding (pasal 233-243 KUHAP)

Dasar hukum pengajuan banding diatur dalam pasal 67 KUHAP, yang

berbunyi :

“ Terdakwa atau penuntut umum berhak untuk minta banding terhadap

putusan pengadilan tingkat pertama kecuali terhadap putusan bebas, lepas dari

segala tuntutan hukum yang menyangkut masalah kurang tepatnya penerapan

hukum putusan pengadilan dalam acara cepat “

Banding merupakan sarana penting untuk melakukan bantahan/sanggahan

terhadap putusan pengadilan negeri yang dianggap tidak tepat karena :

• Kelalaian dalam penerapan hukum acara

• Kekeliruan melaksanakan hukum

• Adanya kesalahan dalam pertimbangan hukum, hukum pembuktian dan amar

putusan pengadilan pertama.

Banding dapat dikatakan suatu judicium novum (pemeriksaan baru) karena

jika dipandang perlu Pengadilan Tinggi mendengar sendiri keterangan terdakwa

atau saksi atau penuntut umum tentang apa yang ingin diketahui oleh Pengadilan

Tinggi. Tidak tertutup kemungkinan pada peradilan tingkat ulangan dimajukan

saksi, keterangan ahli atau alasan-alasan baru (novum) yang ternyata belum

diungkapkan dalam pemeriksaan tingkat pertama.

Yang menjadi sasaran (objek) pemeriksaan tingkat banding adalah berkas

perkara yang diterima dari Pengadilan Tinggi, yang terdiri dari :

Page 14: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

a. Hak segera menerima atau segera menolak isi putusan

b. Hak mempelajari putusan sebelum menyatakan menerima atau menolak

putusan, dalam tenggang waktu yang ditentukan yaitu tujuh hari sesudah

putusan dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang

tidak hadir (pasal 196 ayat (3) jo. Pasal 233 ayat 2 KUHAP)

c. Hak meminta penangguhan pelaksanaan putusan dalam waktu yang ditentukan

oleh undang-undang untuk mengajukan grasi, dalam hal ia menerima putusan

(pasal 169 ayat 3 KUHAP jo. UU Grasi)

d. Hak meminta banding dalam tenggang waktu tujuh hari setelah putusan

dijatuhkan atau setelah putusan diberitahukan kepada terdakwa yang tidak

hadir (pasal 196 ayat (3) Jo. Pasal 233 ayat 2 KUHAP)

e. Hak segera mencabut pernyataan sebagaimana dimaksud dalam butir a

(menolak putusan) dalam waktu yang ditentukan dalam pasal 235 ayat 1

KUHAP yang menyatakan bahwa “selama perkara banding belum diputus oleh

pengadilan tinggi, permintaan banding dapat dicabut sewaktu-waktu dan dalam

hal sudah dicabut, permintaan banding dalam perkara it utidak boleh diajukan

lagi (pasal 196 ayat 3 KUHAP).

Page 15: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Kekeliruan penulisan atau pengetikan terhadap huruf b, c, d, j, k dan l yaitu :

� Tidak mengakibatkan putusan batal demi hukum

� Tetapi kekeliruan dan kesalahan dalam penulisan atau pengetikan itu dapat

diperbaiki.

Kekeliruan penulisan atau pengetikan huruf a, e, f, dan h yaitu :

� Dapat mengakibatkan putusan batal demi hukum

� Kelalaian mencantumkannya mengakibatkan putusan batal demi hukum.

Dalam yurisprudensi MARI No. 793K/Pid/1990 tanggal 16 Maret 1993 :

menurut pasal 197 KUHAP, ditentukan bahwa setiap pemidanan hakim wajib

mencamtukan dalam putusannya rumusan tuntutan pidana, sebagaimana terdapat

dalam tuntutan jaksa, ex pasal 197 ayat 1 huruf e KUHAP. Bilamana hakim lalai

memuat tuntutan pidana (requisitoir) jaksa dalam putusannya maka akibat

hukumnya adalah putusan hakim tersebut menjadi batal demi hukum.

Begitu juga dengan barang bukti, Menurut Yurisprudensi MARI No.

129K/Kr/1969 tanggal 17 Juli 1971 menyebutkan : Tidak memberi keputusan

barang bukti (surat) yang diajukan di muka sidang dan memberi keputusan atas

sesuatu barang yang tidak diajukan sebagai barang bukti di muka sidang tidaklah

mengakibatkan batalnya putusan. Judex factie tidak berwenang memberi putusan

terhadap barang yang tidak diajukan di muka sidang.

Dengan tidak mempertimbangkan dasar dan perampasan barang bukti, oleh

karena kedua keputusan tersebut sebagai kurang beralasan harus dibatalkan

(Yurisprudensi MARI No. 89K/Kr/1968 Februari 1969).

Sesudah putusan pemidanaan diucapkan, hakim ketua sidan wajib

memberitahukan kepada terdakwa tentang apa yang menjadi haknya, yaitu :

Page 16: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

J. Acara Pembacaan Putusan.

Setelah pemeriksaan dinyatakan ditutup, hakim mengadakan musyawarah

terakhir untuk mengambil keputusan berkaitan dengan tindak pidana yang

disidangkan tersebut.

Bertitik tolak dari kemungkinan-kemungkinan hasil penilaian diatas,

putusan yang akan dijatuhkan pengadilan mengenai suatu perkara, bisa berbentuk :

1. Putusan bebas (vrij spraak)

2. Putusan lepas dari segala tuntutan hukum

3. Putusan pemidanaan

4. Penetapan tidak berwenang mengadili

5. Putusan yang menyatakan dakwaan tidak dapat diterima

Hal-hal yang harus dimuat dalam suatu putusan (pasal 197 KUHAP) yaitu :

a. Berkepala : Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa

b. Identitas terdakwa

c. Dakwaan, sebagaimana terdapat dalam surat dakwaan penuntut umum

d. Pertimbangan yang lengkap

e. Tuntutan pidana penuntut umum

f. Peraturan undang-undang yang menjadi dasar pemidanaan

g. Hari dan tanggal diadakannya musyawarah majelis hakim kecuali perkara

diperiksa oleh hakim tunggal

h. Pernyataan kesalahan terdakwa

i. Pembebanan biaya perkara dan penentuan barang bukti

j. Penjelasan tentang surat palsu

k. Perintah penahanan, tetap dalam tahanan atau pembebasan

l. Hari dan tanggal putusan, nama penuntut umum, nama hakim yang memutus

dan nama panitera

Kekeliruan pengetikan huruf g dan I tidak mutlak membatalkan putusan,

Page 17: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

menyatakan bahwa terdakwa tidak terbukti melakukan delik sebagaimana

didakwakan jaksa penuntut umum dalam surat dakwaannya.

H. Replik (oleh Jaksa)

Dalam menyusun jawaban atas pembelaan (replik) dari terdakwa atau

penasehat hukumnya, jaksa penuntut umum harus mampu mengantisipasi arah dan

wujud serta materi pokok dari pemelaan terdakwa dan penasehat hukumnya dalam

replik tersebut.

Jaksa penuntut umum harus menginventarisir inti (materi pokok) pembelaan

yang diajukan terdakwa atau penasehat hukumnya dalam repliknya sebagai

bantahan/sanggahan atas pembelaan terdakwa atau penasehat hukumnya.

I. Duplik

Setelah jaksa penuntut umum mengajukan replik di persidangan, maka

selanjutnya giliran terdakwa dan atau penasehat hukumnya untuk menanggapi

replik dari jaksa penuntut umum tersebut. Tanggapan seperti ini lazim disebut

sebagai “duplik”.

Sebagai penutup dari replik dan duplik dibuat suatu kesimpulan yang

menyimpulkan semua tanggapan dan tangkisan.

Sebelum majelis hakim mengambil sikap dan menyusun keputusan,

biasanya majelis hakim memberikan kesempatan kepada terdakwa apakah masih

ada yang perlu disampaikan misalnya mohon keringanan hukum atau mohon

keputusan yang seadil-adilnya.

Page 18: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

b. Selanjutnya terdakwa dan atau penasehat hukum, mengajukan pembelaannya

yang dapat dijawab oleh penuntut umum, dengan ketentuan bahwa terdakwa

atau penasehat hukumnya selalu mendapat giliran terakhir.

c. Tuntutan, pembelaan dan jawaban atas pembelaan dilakuan secara tertulis dan

setelah dibacakan segera diserahkan kepada hakim ketua sidang dan

turunannya kepada pihak yang berkepentingan.

Dalam mengajukan pembelaan/pledoi biasanya terdakwa dan atau penasehat

hukumnya mengajukan tanggapan, antara lain :

� Surat dakwaan jaksa penuntut umum kabur

� Jaksa penuntut umum keliru dalam menerpakan undang-undang atau pasal-

pasal yangdidakwakan

� Jaksa penuntut umum keliru melakukan analisa terhadap unsur-unsur delik

yang didakwakan dan penerapan terhadap perbuatan terdakwa yang

dipandang terbukti

� Jaksa penuntut umum keliru dalam menilai alat-alat bukti atau menggunakan

alat bukti yang saling tidak mendukung

� Delik yang didakwakan adalah delik materil bukan formil

� Mengajukan alibi pada saat terjadinya perbuatan pidana

� Perbuatan terdakwa bukanlah perbuatan pidana tetapi perbuatan perdata

� Barang bukti yang diajukan bukanlah milik terdakwa, dan lain sebagainya

sesuai dengan kasus yang dihadapi.

Berkaitan dengan alibi, dalam yurisprudensi MARI No. 429K/Pid/1995 :

Alibi yang dikemukakan oleh terdakwa bahwa ia pada saat dilakukannya delik oleh

para saksi (menjadi terdakwa dalam perkara lain) berada di tempat lain, maka alibi

ini dapat diterima oleh hakim, karena alibi tersebut dibenarkan oleh para saksi yang

keterangannya bersesuaian satu dengan lainnya, dan diperkuat pula adanya surat

bukti (buku jurnal). Dengan adanya alibi tersebut, maka dalam putusannya, hakim

Page 19: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

dan disertai dengan penjelasan dari setiap unsur dari delik yang didakwakan dan

dengan demikian surat tuntutan adalah gambaran (visualisasi) dari tuntutan hukum

yang akan dimohonkan kepada hakim.

Bagi terdakwa surat tuntutan menjadi bahan untuk pembelaan, karena

terdakwa dapat meng-caunter argumentasi yang dimuat jaksa penuntut umum

dalam surat tuntutan, bilamana tuntutan pemidanaan.

Bagi hakim surat dakwaan dapat menjadi bahan atau memberi corak

terhadap putusan yang dijatuhkan dan juga bahan confirmasi terhadap fakta-fakta

yang ditemukan dengan yang menjadi bahan bagi keyakinannya.

Penyusunan surat tuntutan adalah suraut karya yurudis, ilmiah dan seni

karena surat tuntutan harus dapat dipertanggungjawabkan secara yuridis dengan

dukungan ilmiah yang disusun dalam bahasa dan tata bahasa yang baik.

G. Pledoi / Pembelaan.

Setelah jaksa penuntut umum selesai membacakan surat tuntutannya maka

giliran diberikan hak kepada terdakwa dan atau penasehat hukumnya untuk

mengajukan pembelaan (pledoi) (pasal 182 KUHAP).

Pembelaan (pledoi) bertujuan untuk memperoleh putusan hakim yang

membebaskan terdakwa dari segala dakwaan atau melepaskan terdakwa dari segala

tuntutan hukum ataupun setidak-tidaknya hukumana pidana seringan-ringannya.

Dalam pasal 182 KUHAP, dinyatakan :

a. Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan tuntutan

pidana

Page 20: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Berkaitan dengan pemeriksaan saksi menurut Yurisprudensi MARI NO.

1691K/Pid/1993 tanggal 20 Maret 1994 : Tiada manfaatnya menghadirkan dan

mendengarkan keterangan para saksi sebanyak-banyaknya yang secara kwantitatif

telah melampaui batas minimum pembuktian, namun secara kualitatif tidak dapat

dipakai sebagai alat bukti yang dapat membuktikan kesalahan terdakwa, sesuai

dengan yang diatur ex pasal 185 (4), (6) KUHAP.

Berkaitan dengan barang bukti menurut MARI No. 115K/Kr/1972 tanggal

23 Mei 1973 yaitu Yang dimaksud dengan barang bukti dalam persidangan ialah

barang bukti yang resmi diajukan oleh jaksas kepada hakim dalam persidangan.

F. Pembacaan Surat Tuntutan/Requisitoir.

Setelah pemeriksaan dinyatakan selesai, penuntut umum mengajukan

tuntutan pidana (pasal 182 (1) KUHAP). Pemeriksaan dapat dinyatakan selesai,

apabila :

a. Semua alat bukti telah rampung diperiksa (menurut pasal 184 ayat 1 mengenai

alat bukti yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan

keterangan terdakwa).

b. Semua barang bukti yang ada telah diperlihatkan kepada terdakwa maupun

saksi-saksi sekaligus menanyakan pendapat mereka terhadap barang bukti

tersebut.

c. Demikian juga surat-surat yang ada maupun berita acara yang dianggap penting

sudah dibacakan dalam sidang pengadilan.

Mengenai surat tuntutan maka surat tuntutan berisi bagian-bagian mana dan

ketentuan-ketentuan pidana yang didakwakan terhadap terdakwa yang telah terbukti

Page 21: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

E. Acara Pemeriksaan.

1. formalitas persidangan.

Prinsip pemeriksaan dalam persidangan pidana antara lain :

- Prinsip pemeriksaan terbuka untuk umum

- Hadirnya terdakwa dalam persidangan

- Hakim ketua sidang memimpin persidangan

- Pemeriksaan dalam sidang secara langsung dengan lisan

- Wajib menjaga pemeriksaaan secara bebas

- Pemeriksaan lebih dahulu mendengar keterngan saksi

Proses pemeriksaan persidangan :

1. Pemeriksaan identitas terdakwa, mengenai :

- nama lengkap

- tempat lahir

- umur dan tanggal lahir

- jenis kelamin

- kebangsaan

- tempat tinggal

- agama

- pekerjaan

- pendidikan terakhir

2. Memperingatkan terdakwa

3. Pembacaan surat dakwaan

4. Menanyakan tentang isi surat dakwaan

5. hak mengajukan eksepsi

6. pemeriksaan saksi

7. pemeriksaan terdakwa

8. pemeriksaan ahli (bila diperlukan)

Page 22: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

- apa yang didakwakaan kepada terdakwa telah pernah diputus dan telah

mempunyai kekutan hukum tetap (nebis in idem)

- apa yang didakwakaan kepada terdakwa telah lewat waktu atau kadaluarsa

- apa yang didakwakaan kepada terdakwa tidak sesuai dengan tindak pidana

yang dilakukannya

- apa yang didakwakaan kepada terdakwa bukan merupakan tinda pidana akan

tetapi termasuk perselisihan perdata

- apa yang didakwakaan kepada terdakwa adalah “tindak pidana aduan” atau

“klacht delicten”, sedang orang yang berhak mengadu tidak pernah

menggunakan haknya.

3. Surat dakwaan harus dibatalkanm,

dalam hal ini karena tidak memenuhi syarat formil seperti yang ditentukan pasal

143 ayat 2 huruf a.

Sebenarnya eksepsi mengenai surat dakwaan tidak membawa efek, karena

andai kata dakwaan ditolak jaksa penuntut umum masih bisa memperbaiki kembali

karena belum memeriksa pokok perkara. Kecuali bilamana “putusan pembatalan

surat dakwaan” setelah selesai pemeriksaan materi perkara oleh pengadilan negeri

atau putusan pengadilan tinggi ata putusan Mahkamah Agung.

Page 23: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

4. waktu tindak pidana dilakukan

5. tempat tindak pidana dilakukan

Bilamana syarat-syarat materiil ini tidak dipenuhi maka surat dakwaaan batal

demi hukum (pasal 143 ayat 3 KUHAP).

D. Eksepsi.

Eksepsi adalah keberatan yang diajukan terdakwa dan atau penasehat

hukumnya terhadap syrat hukum formil, belum memasuki pemeriksaan hukum

materil. Pengajuan eksepsi diberikan kepada terdakwa setelah jaksa penuntut umum

selesai membacakan surat dakwaan. Majelis hakim akan menanyakan dan memberi

kesempatan kepada terdakwa atau penasehat hukum apakah terdakwa akan

menanggapi / keberatan terhadap dakwaan jaksa penuntut umum ataukah dalam

bentuk eksepsi.

Bila terdakwa atau penasehat hukumnya tidak mengajukan keberatan /

tanggapan terhadap surat dakwaaan maka persidangan akan dilanjutkan dengan

pemeriksaan saksi-saksi.

Ada tiga hal yang menjadi objek eksepsi sebagaimana yang dimuat dalam

pasal 156 ayat 1 KUHAP yaitu :

1. Pengadilan tidak berwenang mengadili perkara, meliputi :

- Keberatan tidak berwenang mengadili secara relatif (competentie relatif)

- Keberatan tidak berwenang secara absolute (competentie absolute)

2. Dakwaaan tidak dapat diterima, antara lain :

- apa yang didakwakaan terhadap terdakwa bukan tindak pidana kejahatan atau

pelanggaran

Page 24: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

5. Surat panggilan harus memuat “dakwaan”

C. Pembacaan Surat Dakwaan.

Surat dakwaan bagi terdakwa berfungsi untuk mengetahui sejauhmana

terdakwa dilibatkan dalam persidangan. Dengan memahami surat dakwaan yang

dibuat jaksa penuntut umum maka surat dakwaan tersebut adalah dasar pembelaan

bagi dirinya sendiri. Sedangkan bagi hakim sebagai bahan (objek) pemeriksaan

dipersidangan yang akan memberi corak dan warna terhadap keputusan pengadilan

yang akan dijatuhkan.

Bagi jaksa penuntut umum, surat dakwaan menjadi dasar surat tuntutan

(requisitori). Sesudah pemeriksaan selesai (ditutup) oleh hakim, maka penuntut

umum membuat suatu kesimpulan bagian-bagian mana dan pasal-pasal mana dari

dakwaan yang dinyatakan terbukti.

Syarat-syarat surat dakwaan, ada 2 (dua) yaitu :

a. Syarat formal (pasal 143 ayat (2) . KUHAP

Antara lain memuat nama lengkap, tempat lahir, umur dan tanggal lahir, jenis

kelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama, pekerjaan, serta pendidikan

terdakwa.

Tidak terpenuhinya syarat formil ini tidak mengakibatkan surat dakwaan batal

demi hukum (absolute nietig) karena tidak tegas diatur dalam undang-undang

tetapi dapat dibatalkan.

b. Syarat materiil (pasal 143 ayat (2) b. KUHAP, meliputi :

1. uraian secara cermat tindak pidana yang didakwakan

2. uraian secara jelas tindak pidana yang didakwakan

3. uraian secara lengkap tindak pidana yang didakwakan

Page 25: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

B. Panggilan sidang

Apabila seorang terdakwa hendak diperiksa dipersimpangan, penuntut

umum harus “menghadirkan” terdakwa dengan jalan “memanggil” terdakwa.

Penuntut umum diberi wewenang untuk memanggil terdakwa supaya hadir pada

hari, tanggal, yang ditentukan dan tempat persidangan yang telah ditentukan. Ini

berarti tanpa ketidakhadiran terdakwa dianggap tidak sah. Kalau terdakwa tidak

dapat dihadirkan maka persidangan diundurkan pada hari lain untuk memberi

kesempatan penuntut umum melakukan pemanggilan dan menghadirkan terdakwa.

Untuk sahnya suatu pemanggilan :

1. Panggilan berbentuk surat panggilan (pasal 145 ayat 1 KUHAP).

Memuat antara lain : tanggal, hari serta jam sidang, temapt gedung

persidangan, untuk perkara apa ia dipanggil.

2. Pemanggilan harus disampaikan

a. terdakwa berada diluar tahanan :

- pemanggilan disampaikan secara langsung kepada terdakwa di alat tempat

tinggal

- bila tidak diketahui, surat panggilan disampaikan kepada terdakwa

- bila tidak ada, surat pemanggilan disampaikan melalui kepada desa daerah

hukum tempat tinggal terakhir terdakwa (pasal 145 ayat a (2))

- surat panggilan “tempelan” bila tidak diketahui atau tidak dikenal.

b. terdakwa berada dalam tahanan surat panggilan dilakukan melalui pejabat

Rutan (pasal 145 ayat 3)

3. Surat tanda penerimaan (pasal 145 ayat 4)

4. Tenggang waktu penyampaian surat panggilan

Page 26: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

SURAT KUASA KHUSUS

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……………………………………….`

Alamat : ……………………………………….

Dengan ini menerangkan memberi kuasa kepada :

………………………… dan ………………………………

Advokat dan Penasehat Hukum

Berkantor di jalan …………………………………………..

Baik secara bersama-sama maupun masing-masing sendirian.

Khusus

Untuk mendampingi dan memberi advis-advis hukum terhadap Pemberi Kuasa

selaku Terdakwa dalam tindak pidana diduga melakukan

………………………….. sebagaimana dimaksud dalam pasal …………. KUH

Pidana dalam perkara No.___/Pid. B/2007/PN.Mdn.

Dan untuk itu :

- Untuk hadir dan menghadap di persidangan Pengadilan Negeri Medan

- Untuk mendampingi dan memberi advis-advis hukum serta memajukan

pembelaan-pembelaan demi kepentingan hukum pemberi kuasa di hadapan

persidangan Pengadilan Negeri Medan

- Untuk mengajukan bukti-bukti dan saksi-saksi yang diperlukan dalam

perkara pidana tersebut.

- Untuk mengajukan eksepsi dan pledoi terhadap surat dakwaan dan tuntutan

Jaksa Penuntut Umum dalam persidangan

- Untuk melakukan perbuatan-perbuatana lain yang dianggap perlu guna

melaksanakan kuasa ini

Demikian surat kuasa ini diperbuat dengan sebenarnya dengan hak subtitusi kepada

pihak lain.

Medan, April 2007

Yang menerima kuasa Yang memberi Kuasa

Page 27: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

BAB IV

ACARA PERSIDANGAN

A. Surat Kuasa

Secara umum pengertian surat kuasa adalah suatu dokumen dimana isinya

seorang menunjuk dan memberi wewenang pihak lain untuk melakukan perbuatan

hukum untuk dan atas namanya. Tanpa surat kuasa penasehat hukum tidak

berwenang melakukan perbuatan hukum apapun yang mengatasnamakan seseorang

dalam menyelesaikan suatu perkara.

Ditinjau dari isinya, maka surat kuasa dapat dibedakan menjadi 2 yaitu surat

kuasa khusus dan surat kuasa umum. Surat kuasa khusus adalah kuasa yang

menerangkan bahwa pemberian kuasa hanya berlaku untuk hal-hal tertentu saja.

Sedangkan surat kuasa umum adalah surat kuasa yang menerangkan bahwa

pemberian kuasa tersebut hanya untuk hal-hal yang bersifat umum saja.

Secara umum ciri-ciri surat kuasa adalah surat kuasa tertera tanggal, surat

kuasa ditanda tangani, nama dan identitas pemberi kuasa, nama dan identitas

penerima kuasa, hal-hal atau perbuatan hukum yang dikuasakan, ketentuan

pelimpahan kuasa (substitusi) dan tanda tangan pemberi kuasa dan penerima kuasa.

Dalam praktek hukum tidak ada format baku yang berlaku seragam

mengenai isi dan bentuk surat kuasa, semua tergantung pada masing-masing pihak

dalam membuat surat kuasa antara penasehat hukum dan pemberi kuasa.

Berikut ini akan diberikan contoh surat kuasa khusus untuk mendampingi

terdakwa dalam persidangan di pengadilan.

Page 28: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

4. oleh tersangka, ahli warisnya atau kuasanya (pasal 95 ayat 2 KUHAP)

5. oleh tersangka tau pihak ketiga yang berkepentingan (pasal 81 KUHAP)

� pengajuan dan tata cara pemeriksaan praperadilan :

� permohonan ditujuakan kepada ketua pengadilan negeri

� permohonan deregister dalam perkara praperadilan

� ketuga pengadilan negeri serta menunjuk hakim dan paniteranya

� pemeriksaan dilakukan dengan hakim tunggal

� tata cara pemeriksaaan praperadilan :

a. penetapan hari sidang 3 hari sesudah deregister (pasal 82 ayat 1

huruf a KUHAP)

b. pada hari penetapan sidang sekaligus hakim menyampaikan

panggilan

c. selambat-lambatnya 7 hari putusan sudah dijatuhkan (pasal 82

ayat 1 huruf c KUHAP)

Isi putusan praperadilan (pasal 82 ayat 2 dan 3 KUHAP), antara lain :

a. Sah atau tidaknya penangkapan dan penahanan

b. Sah atau tidaknya penangkapan atau penahanan

c. Diterima atau ditolaknya permintaan ganti rugi kerugian dan rehabilitasi

d. Perintah pembebasan dari penahanan

e. Perintah melanjutkan penyidikan atau penuntutan

f. Besarnya ganti rugi

g. Berisi pernyataan pemulihan nama baik tersangka

h. Memerintahkan segera mengembalikan sitaan

Page 29: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

mengajukan keberatan atau permohonan agar terhadapt tersangka

dilakukan pengalihan jenis tahanan.

� Penyidik berwenang untuk mengalihkan jenis penahanan yang satu ke

yang lain (pasal 23 ayat 1)

� Dengan kewenangan pasal 23 dan 123, penyidik dapat mengabulkan

permintaan atau keberatan tersangka, keluarga atau penasehat hukumnya.

Dalam terjadinya kesalahan yang dilakukan dalam penyidikan terhadap

tersangka, maka terbuka peluang bagi tersangka atau keluarganya atau juga

penasehat hukumnya untuk mengajukan yang dikenal dengan istilah praperadilan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 angka 10 KUHAP, dan dipertegas dalam

pasal 77 KUHAP yaitu :

“ Praperadilan adalah wewenang pengadilan negeri untuk memeriksa dan

memutus menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini, tentang :

a. sah atau tidaknya suatu penangkapan dan atau penahanan atas permintaan

tersangka atau keluarganya atau pihak lain atas kuasa tersangka.

b. Sah atau tidaknya penghentian penyidikan atau penghentian penuntutan atas

permintaan demi tegaknya hukum dan keadilan.

c. Permintaan ganti rugi atau rehabilitasi oleh tersangka atau keluarganya atau

pihak lain atas kuasanya yang perkaranya tidak diajukan ke pengadilan.

Pihak yang dapat mengajukan permintaan pemeriksaaan praperadilan yaitu :

1. tersangka, keluarga atau kuasanya (pasal 79 KUHAP)

2. penuntut umum dan pihak ketiga yang berkepentingan (pasal 80 KUHAP)

3. penyidik atau pihak ketiga yang berkepentingan

Page 30: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

1. Terhadap tersangka atau terdakwa harus dengan bukti yang cukup ada dugaan

keras bahwa ia telah melakukan tindak pidana.

2. Harus ada kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri,

merusak, atau menghilangkan barang bukti dan atau mengulangi tindak pidana

dan

3. Tersangka atau terdakwa harus melakukan tindak pidana dan atau percobaan

maupun pemberian bantuan dalam tindak pidana tersebut dalam hal :

a. Tindak pidana itu diancam dengan pidana penjara selama lima tahun atau

lebih

b. Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 282 (3), 296, 335 (1),

351(1), 353 (1), 372, 378, 379 a, 453, 545, 455, 459, 480, 506 KUHAP,

dst.

Penahanan dilakukan terhadap tersangka dengan surat perintah penahanan

yang mencantumkan identitas tersangka atau terdakwa dan menyebutkan alasan

penahanan serta uraian singkat perkara kejahatan yang disangkalkan. Selanjutnya

tembusan surat penahanan harus diberikan kepada keluarga yang akan ditahan.

Selama tersangka berada dalam tahanan, maka tersangka atau keluarganya

maupun penasehat hukumnya :

� Dapat mengajukan keberatan atas penahanan yang dilakukan

� Dapat mengajukan keberatan atas jenis penahanan yang dilakukan.

Dalam pasal 22 KUHAP ditentukan jenis penahanan yaitu penahanan

rumah tahanan negara (Rutan), penahanan rumah dan penahanan kota.

Dalam hal ini tersangka, keluarga atau penasehat hukumnya dapat

Page 31: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

lainnya adalah bertentangan dengan hukum acara pidana yan berprinsip

menjunjung tinggi HAM.

Yurisprudensi MARI No. 429K/Pid/1995 tanggal 3 Mei 1995 : pencabutan

keterangan terdakwa dalam BAP dengan alasan karena adanya penyiksaan baik

psikis maupun phisik terhadap terdakwa dan para saksi tersebut, hal tersebut dapat

diterima hakim sehingga keterangan dalam BAP tersebut tidak bernilai sebagai alat

bukti.

Akan tetapi berita acara pemeriksaan penyelidikan juga bisa mempunyai

nilai pembuktian yang sah apabila telah diakui kebenarannya oleh terdakwa. Hal ini

terlihat dalam praktek hukum sebagaimana Yurisprudensi No. 2677K/Pid/1993

tanggal 7 Februari 1996 yaitu : Karena terdakwa telah mengakui dan membenarkan

keterangan saksi Fransiska Mei Iku yang dibacakan dari berita acara penyidikan

walaupun tanpa didahului penyumpahan saksi ketika disidik, bahwa ia telah

mencuri barang bukti cincin emas dan menggadaikan kepadanya, maka keterangan

tersebut mempunyai nilai pembuktian yang sah. Sehingga terdakwa telah terbukti

dengan sah dan meyakinkan yaitu mengambil barang milik orang lain secara

melawan hukum dan untuk memilikinya barang yang diambil.

E. Surat Penangguhan Penahanan.

Menurut pasal 1 angka 21 KUHAP disebutkan penahanan adalah

penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik atau penuntut

umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serata menurut cara yang diatur

dalam undang-undang hukum acara pidana.

Adapun syarat penahanan menurut pasal 21 KUHAP, yaitu :

Page 32: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

• Pelaksanaan penetapan dan lain tindakan yang secara khusus ditentukan oleh

undang-undang

Dalam pelaksanaan penggeledahan, pemasukan rumah dan penyitaan barang

oleh penyidik maka sebelum dilaksanaakan harus terlebih dahulu mendapat izin

dari pengadilan setempat kecuali dalam hal tertangkap tangan.

D. Pencabutan Keterangan BAP

Dalam persidangan dipengadilan, suatu keterangan yang diberikan dalam

BAP penyidikan dapat juga dicabut oleh terdakwa.

Dalam hal ini yurisprudensi MARI No. 1651K/Pid/1989 tanggal 16

September 1992 menyatakan : keterangan terdakwa dalam BAP kepolisian yang

kemudian ditarik kembali dalam suatu persidangan dengan alasan terdakwa telah

dipaksa dan dipukuli oleh penyidik, dan alasan ini dibenarkan pula oleh saksi dan

bukti baju yang bercak darah, maka penarikan keterangan yang demikian itu adalah

syah karena didasari alasan yang logis sehingga keterangan terdakwa dalam BAP

tidak mempunyai nilai pembuktian menurut KUHAP.

Demikian juga dengan Yurisprudensi MARI No. 1174K/Pid/1994 tanggal 3

Mei 1995 : Penyidik melakukan penyidikan terhadap beberapa orang yang didakwa

melakukan tindak pidana yan sama, hasil penyidikan dituangkan dalam BAP secara

terpisah. Terdakwa dalam BAP I menjadi saksi dalam BAP II dan sebaliknya.

Mereka bergantian menjadi terdakwa dan juga saksi satu sama lainnya (menjadi

saksi mahkota). Dalam persidangan pengadilan para terdakwa dan para saksi

mencabut semua keterangan dalam penyidikan. Pencabutan tersebut dapat diterima

hakim karena ternyata ada tekanan phisik dan psikis. Secara yuridis pemecahan

perkara bertujuan menjadikan terdakwa sebagai saksi mahkota terhadap terdakwa

Page 33: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

3. Jika tersangka yang hendak diperiksa bertempat tinggal di luar daerah hukum

penyidik yang akan melakukan pemeriksaan, penyidik yang bersangkutan

dapat membebankan pemeriksaan kepada penyidik yang berwenang di daerah

tempat tinggal terangka. (pasal 119)

4. Tersangka yang tidak dapat hadir menghadap penyidik. Menurut pasal 113,

pemeriksaan dilakukan dengan cara :

� Penyidik sendiri yang datang melakukan pemeriksaan ke tempat kediaman

tersangka.

� Hal ini dimungkinkan apabila tersangka dengan alasan yang wajar dan

patut tidak dapat datang ke tempat pemeriksaan yang ditentukan penyidik.

Berita acara pemeriksaaan (BAP) penyidik pada umumnya memuat

berbagai hasil tindakan penyidik yang masing-masing dituangkan dalam bentuk

Berita Acara. Dalam berita acara tersebut harus jelas tercantum nama pejabat yang

melakukan tindakan yang terkait yang dibuat atas kekuatan sumpah jabatannya dan

harus terdapat tanda tangan pejabat yang bersangkutan secara semua pihak yang

terlibat dalam tindakan penyidik yang bersangkutan.

Berita acara harus dibuat untuk setiap tindakan berikut ini dan harus

memenuhi syarat-syarat yang ditentukan undang-undang untuk itu, berupa :

• Pemeriksaan tersangka

• Penangkapan, penahanan

• Penggeledahan, pemasukan rumah

• Penyitaan benda

• Pemeriksaan surat

• Pemeriksaan saksi

• Pemeriksaan di tempat kejadian

Page 34: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

C. Berita Acara Pemeriksaan Saksi – Tersangka

Adapun cara pemeriksaan terhadap tersangka di muka penyidik, antara lain:

1. Jawaban atau keterangan yang diberikan tersangka kepada penyidik, diberikan

tanpa tekanan dari siapapun juga dan dengan bentuk apapun juga.

2. Penyidik pencatat dengan seteliti-telitinya keterangan tersangka.

Keterangan tersangka tersebut selanjutnya :

� Di catat dalam berita acara pemeriksaan (BAP) oleh penyidik

� Setelah selesai, ditanyakan atau diminta persetujuan dari tersangka

tentang kebenaran isi berita acara tersebut. Persetujuan ini bisa

dengan jalan membacakan isi berita acara, atau menyuruh bacakan

sendiri berita acara pemeriksaan kepada tersangka, apakah dia telah

menyetujui isinya atau tidak. Bila tidak harus memberitahukan

bagian mana yang tidak setuju.

� Apabila tersangka telah menyetujui isi keterangan yang tertera

dalam berita acara, tersangka dan penyidik masing-masing

membubuhkan tanda tangan mereka dalam berita acara.

� Apabila tersangka tidak mau membubuhkan tanda tangannya dalam

berita acara pemeriksaan, penyidik membaut catatan berupa

penjelasan atau keterangan tentang hal itu, serta menyebut alasan

yang menjelaskan kenapa tersangka tidak mau menanda

tanganinya.

Page 35: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

SURAT KUASA KHUSUS

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ..................................................................................

Tempat dan Tgl Lahir : ..................................................................................

Pekerjaan : ..................................................................................

Alamat : ..................................................................................

Dengan ini memberikan kuasa kepada :

Nama : ..................................................................................

Pekerjaan : ..................................................................................

Alamat : ..................................................................................

Khusus

Untuk memberikan bantuan hukum di dalam proses penyidikan kepada pemberi

kuasa (tersangka) yang dipersangkakan telah melakukan tinda pidana ...................

Sebagai dimaksud dalam pasal ……………………………… berdasarkan :

1. Laporan Polisi No. Pol : ……………………….. tgl ……………………………

2. ……………………………………………………………………………………

3. ……………………………………………………………………………………

Kuasa ini tidak diberikan hak kepada penerima kuasa untuk mengalihkannya

kepada orang lain (tanpa hak substitusi), kecuali atas persetujuan pemberi kuasa

dan/atau persetujuan penyidik/penyidik pembantu yang telah menunjuk penerima

kuasa sebagai penasehat hukum berdasarkan surat penetapan penunjukan penasehat

hukum No. Pol :……………………….. tgl …………………..

………………, ………………. 2007

Yang menerima kuasa, Yang memberi kuasa/tersangka

Materai

6.000

( …………………… ) ( …………………………….. )

Page 36: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Bahwa La Noki Bin La Kede telah diajukan di persidangan dengan dakwaan

melanggar pasal 340, 338 dan 351 (3) KUHP. Dalam tingkat Pengadilan Negeri La

Noki dijatuhi hukuman selama 12 tahun penjara dan putusan ini dikuatkan oleh

Pengadilan tinggi. Akan tetapi pada tingkat kasasi ternyata La Noki Bin La Kede

justru dinyatakan bebas demi hukum oleh MARI.

Adapun pertimbangan yang dikemukakan oleh Mahkamah Agung adalah

bahwa ternyata selama dalam pemeriksaan terdakwa dalam tingkat penyidikan dan

dalam tingkat penuntutan terdakwa tidak ditunjuk penasehat hukum untuk

mendampinginya, sehingga bertentangan dengan ketentuan pasal 56 KUHAP,

sehingga Berita Acara Pemeriksaan Penyidik dan Penuntut Umum dan oleh karena

itu Penuntutan Penuntut Umum tidak dapat diterima, walaupun pemeriksaan di

sidang pengadilan, terdakwa didampingi oleh penasehat hukumnya.

Oleh karenanya Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi menyatakan tidak

dapat diterima tuntutan Jaksa Penuntut Umum dan membebaskan terdakwa dari

semua penahanan.

C. Contoh Surat Kuasa Khusus.

Dalam mendampingi tersangka diperiksa oleh penyidikan, maka kehadiran

penasehat hukum untuk bertindak haruslah berdasarkan dengan terlebih dahulu

adanya surat kuasa atau penunjukan dari tersangka dimaksud.

Dengan contoh sebagai berikut :

Page 37: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

mencari sendiri penasehat hukum, disamping itu juga tindak pidana tidak

diancam dengan hukman mati atau hukuman 5 tahun keatas.

b. Pemberian bantuan hukum, bukan semata-mata hak dari tersangka, akan tetapi

sebagai “kewajiban” dari penyidik, dalam hal :

� Tindak pidana yang diancamkan merupakan ancaman hukuman mati atau

15 tahun keatas.

� Bagi mereka yang tidak mampu untuk mempunyai atau mendatangkan

penasehat hukum, sedangkan ancaman hukuman 5 tahun atau lebih.

Dalam praktek penegakan hukum berkaitan dengan kedudukan penasehat

hukum maka :

� Penyidik dalam melakukan pemeriksaan terhadap tersangka “dapat”

membolehkan atau penasehat hukum untuk mengikuti jalannya pemeriksaan.

Namun kalau penyidik tidak menyetujuinya atau “tidak membolehkannya”

penasehat hukum tidak dapat memaksakan kehendaknya untuk mengikuti

jalannya pemeriksaan.

� Kedudukan dan kehadiran penasehat hukum mengikuti jalannya pemeriksaan

penyidikan adalah “secara fasif”. Atau hanya sebagai penonton.

� Kehadiran yang fasif yang boleh melihat dan mendengar jalannya

pemeriksaan, hanya berlaku terhadap tersangka yang dituntut diluar kejahatan

terhadap keamanan negara. Jika kejahatan terhadap keamanan negara maka

kedudukan fasif penasehat hukum “dikurangi” semakin fasif.

Sebagai ilustrasi akan dikemukakan putusan Kasasi MARI No. 367

K/Pid/1998 tanggal 29 Mei 1998 sebagai berikut :

Page 38: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

b. Atau kalau tempat tinggal tidak diketahui dengan pasti atau bila petugas tidak

menjumpai di alamat tempat tinggalnya, pemanggilan disampaikan di tempat

kediaman mereka yang terakhir (pasal 227 ayat 1).

c. Pemanggilan dilakukan dengan jalan bertemu sendiri dengan orang yang

dipanggil (in person). Panggilan tidak dapat dilakukan dengan perantara orang

lain (pasal 227 ayat 1).

d. Petugas yang menjalankan panggilan diwajibkan membuat catatan yang

menerangkan panggilan telah disapaikan dan telah diterima langsung oleh

yang bersangkutan (pasal 227 ayat 1).

e. Kedua belah pihak membubuhkan tanggal dan tanda tangan mereka, bila yang

dipanggil tidak bersedia tanda tangan maka petugas mencatat alasan yang

dipanggil tersebut (pasal 227 ayat 2).

f. Jika orang yang hendak dipanggil tidak dijumpai pada tempat tinggalnya maka

petugas diperkenankan menyampaikan panggilan melalui kepala desa atau jika

diluar negeri negeri melalui pejabat perwakilan RI tempat yang dipanggil biasa

berdiam.

g. Memenuhi panggilan adalah kewajiban hukum.

B. Bantuan Hukum.

Sebelum memulai pemeriksaan, penyidik “wajib” memberitahukan kepada

tersangka tentang “haknya” untuk mendapatkan bantuan hukum atau tersangka

wajib didampingi oleh penasehat hukumnya sebagaimana dimaksud dalam pasal 56

KUHAP.

Dalam hal ini terdapat 2 (dua) sisi tampilnya penasehat hukum mendampingi

seorang tersangka, yaitu :

a. Bantuan hukum dari penasehat hukum benar-benar murni berdasarkan “hak”

yang diberikan hukum kepadanya dengan syarat tersangka dianggap mampu

Page 39: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

1. alasan pemanggilan, dalam hal ini haruslah tegas dijelaskan status orang yang

dipanggil apakah sebagai tersangka atau saksi, agar memberikan kepastian

hukum dan kejelasan bagi orang yang dipanggil;

2. surat panggilan ditanda tangani pejabat penyidik (pasal 112 ayat 1)

b. Pemanggilan memperhatikan tenggang waktu yang wajar dan layak, dengan

jalan:

1. memperhatikan tenggang waktu antara tanggal hari diterimanya surat

panggilan dengan hari tanggal orang yang dipanggil tersebut menghadap

(pasal 112 ayat 1)

2. atau surat panggilan harus disampaikan selambat-lambatnya tiga (3) hari

sebelum tanggal hadir yan ditentukan dalam surat panggilan; (penjelasan

pasal 152 ayat 2 dan pasal 227 ayat 1 KUHAP).

Bila tenggang waktu tidak terpenuhi pasal 227 ayat 1 KUHAP maka

panggilan tidak memenuhi syarat untuk dianggap sah. Sehingga orang yang

dipanggil dapat memilih apakah akan tetap hadir memenuhi panggilan ataukah

tidak akan hadir.

Akan tetapi dalam Lampiran Keputusan Menteri Kehakiman No.M.14-

PW.07.03/1983 angka 18, telah memberi penegasan tenggang waktu diterapkan

sesuai dengan situasi dan kondisi setempat dan tidak dianalogikan sesuai dengan

penjelasan pasal 152 ayat 2. Sehingga pemanggilan dapat disampaikan sehari

sebelum diperiksa.

2. Tata Cara Pemanggilan :

a. Panggilan dilakukan langsung di tempat tinggal orang yang dipanggil. Tidak

boleh melalui kantor pos atau dengan sarana lain, jika alamat tempat tinggal

yang bersangkutan jelas diketahui.

Page 40: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

BAB IV

HUKUM ACARA PIDANA

DALAM PRAKTEK

A. Prosedur Panggilan Dalam KUHAP.

1. Surat Panggilan

Untuk melakukan pemeriksaan dalam tindak pidana, penyidik dan penyidik

pembantu mempunyai wewenang melakukan pemanggilan terhadap :

a. tersangka, yang karena perbuatannya atau keadaanya berdasarkan bukti

permulaaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana;

b. saksi yang dianggap perlu untuk diperiksa;

c. pemanggilan seorang ahli yang memiliki keahlian khusus tentang hal

yang diperlukan untuk membuat terang sesuatu perkara pidana yang

sedang diperiksa.

Agar panggilan yang dilakukan oleh setiap aparat penegak hukum dapat

dianggap sah dan sempurna, maka harus dipenuhi syarat-syarat yang telah

ditentukan undang-undang. Dalam pemanggilan pada tingkat pemeriksaan di

penyidikan diatur dalam pasal 112, 119 dan 227 KUHAP.

Adapun bentuk dan cara pemangggilan, yaitu :

a. Bentuk panggilan berbentuk “surat panggilan”, yang memuat antara lain :

Page 41: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

tuntutan ganti rugi diajukan ke pengadilan. Tuntutan ganti rugi ditujukan kepada

negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983

dengan tegas yang menyatakan dibebankan ke negara cq. Departemen Keuangan

dan tata cara pembayaran sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor:

983/KMK.01/1993.

E. Azas Penggabungan Pidana Dengan Ganti Rugi

Azas penggabungan perkara pidana dengan ganti rugi yang bercorak

perdata merupakan hal baru dalam praktek penegakan hukum di Indonesia.

KUHAP memberi prosedur hukum bagi seorang”korban”tindak pidana untuk

menggugat ganti rugi yang bercorak perdata terhadap terdakwa bersamaan dengan

pemeriksaan perkara pidana yang sedang berlangsung, namun:

� Terbatas “kerugian yang dialami” korban sebagai akibat langsung dari tindakan

terdakwa.

� Jumlah besarnya ganti rugi yang dapat diminta hanya terbatas sebesar kerugian

materiil korban (pasal 98 KUHAP).

� Penggabungan perkara pidana dan gugatan ganti rugi yang bersifat perdata

diajukan korban sampai proses perkara pidana belum memasuki taraf penuntut

umum memajukan rekuisitur atau tuntutan pidana.

� Dalam hal penuntut umum tidak hadir, permintaan dilakukan selambat-

lambatnya sebelum hakim menjatuhkan putusan.

� Putusan mengenai ganti rugi dengan sendirinya mendapat kekuatan hukum yang

tetap apabila putusan pidananya juga mendapat kekuatan hukum yang tetap.

Page 42: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

keahlian khusus guna memberikan keterangan yang menguntungkan bagi

dirinya”.

18. Pasal 66 KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa dibebani kewajiban

pembuktian”.

19. Pasal 68 KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa berhak menuntut

ganti kerugian dan rehabilitasi”.

D. Asas Ganti Rugi dan Rehabilitasi (Compensatory and Rehabilitate)

Dalam pasal 95 sampai dengan pasal 97 KUHAP, sudah ada pedoman

tatacara penuntutan ganti rugi dan rehabilitasi yaitu alasan yang dapat dijadikan

dasar tuntutan ganti rugi dan rehabilitasi disebabkan penangkapan atau penahanan

antara lain:

1. Penangkapan atau penahanan secara melawan hukum.

2. Penangkapan atau penahanan tidak berdasarkan Undang-Undang.

3. Penangkapan atau penahanan untuk tujuan kepentingan yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan menurut hukum.

4. Apabila penangkapan atau penahanan tidak mengenai orangnya

(disqualification in person) artinya orang yang ditangkap atau ditahan terdapat

kekeliruan, dan yang bersangkutan sudah menjelaskan bahwa orang yang

ditangkap atau ditahan bukan dia, namun demikian tetap juga ditangkap atau

ditahan dan kemudian benar-benar ternyata ada kekeliruan penangkapan atau

penahanan itu.

Ganti Rugi Akibat Penggeledahan dan Penyitaan

Hal ini dapat terjadi karena tindakan memasuki rumah secara tidak sah

menurut hukum atau perintah atau surat izin dari Ketua Pengadilan. Tuntutan ganti

rugi dapat diajukan ke sidang pengadilan dalam hal perkaranya belum/tidak

diajukan ke pengadilan, tetapi apabila perkaranya telah diajukan ke pengadilan,

Page 43: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

11. Pasal 59 KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa yang dikenakan

penahanan berhak diberitahukan tentang penahanan atas dirinya oleh pejabat

yang berwenang, pada semua tingkat pemeriksaan dalm proses peradilan,

kepada keluarganya atau orang lain yang serumah dengan tersangka/terdakwa

ataupun orang lain yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka/terdakwa untuk

mndapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penangguhannya”.

12. Pasal 60 KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa berhak

menghubungi dan menerima kunjungan dari pihak yang mempunyai hubungan

kekeluargaan atau lainnya dengan tersangka/terdakwa guna mendapatkan

jaminan bagi penangguhan penahanan ataupun usaha mendapatkan bantuan

hukum”.

13. Pasal 61 KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa berhak secara

langsung atau dengan perantaraan penasihat hukumnya menghubungi atau

menerima kunjungan sanak keluarganya dalam hal yang tidak ada hubungannya

dengan perkara tersangka/terdakwa untuk kepentingan pekerjaan atau untuk

kepentingan kekeluargaan”.

14. Pasal 62 ayat (1) KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa berhak

mengirimkan surat kepada penasihat hukumnya, dan menerima surat dari

penasihat hukumnya dan sanak keluarga setiap kali yang diperlukan olehnya,

untuk keperluan itu bagi tersangka/terdakwa disediakan alat tulis menulis”.

15. Pasal 62 ayat (2) KUHAP menegaskan bahwa: ”Surat menyurat antara

tersangka/terdakwa dengan penasihat hukumnya atau sanak keluarganya tidak

diperiksa oleh penyidik, penuntut umum, hakim atau pejabat rumah tahanan

negara kecuali jika terdapat cukup alasan untuk diduga bahwa surat menyurat

itu disalahgunakan”.

16. Pasal 64 KUHAP menegaskan bahwa: ”Terdakwa berhak untuk diadili di

sidang pengadilan yang terbuka untuk umum”.

17. Pasal 65 KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa berhak untuk

mengusahakan dan mengajukan saksi dan atau seseorang yang memiliki

Page 44: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

KUHAP menegaskan bahwa: ”Terdakwa berhak segera diadili oleh

pengadilan”.

3. Pasal 51 ayat (1) KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka berhak untuk

diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa

yang disangkakan kepadanya pada waktu pemeriksaan dimulai”.

4. Pasal 51 ayat (2) KUHAP menegaskan bahwa: ”Terdakwa berhak untuk

diberitahukan dengan jelas dalam bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa

yang didakwakan kepadanya”.

5. Pasal 52 KUHAP menegaskan bahwa: ”Dalam pemeriksaan pada tingkat

penyidikan dan pengadilan, tersangka/terdakwa berhak memberikan keterangan

secara bebas kepada penyidik atau hakim”.

6. Pasal 53 ayat (1) KUHAP menegaskan bahwa: ”Jika terdakwa atau saksi tidak

paham bahasa Indonesia, hakim atau ketua sidang menunjuk seorang juru

bahasa yang bersumpah atau berjanji akan menterjemahkan dengan benar semua

yang harus diterjemahkan”.

7. Pasal 54 KUHAP menegaskan bahwa: ”Guna kepentingan pembelaan,

tersangka/terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih

penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan,

menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini”.

8. Pasal 55 KUHAP menegaskan bahwa: ”Untuk mendapatkan penasihat hukum

tersebut dalam pasal 54, tersangka/terdakwa berhak memilih sendiri penasihat

hukumnya”.

9. Pasal 56 ayat (2) KUHAP menegaskan bahwa: ”Setiap penasihat hukum yang

ditunjuk memberikan bantuannya dengan cuma-cuma”.

10. Pasal 58 KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka/terdakwa yang dikenakan

penahanan berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya

untuk kepentingan kesehatan baik yang ada hubungannya dengan pross perkara

maupun tidak”.

Page 45: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

tetap”. Asas praduga tak bersalah tersebut sebelumnya juga diatur dalam pasal 8

Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970. 5

Asas praduga tak bersalah ini jika ditinjau dari segi teknis juridis ataupun

dari segi teknis penyidikan merupakan penerapan acquisitoir yaitu yang

menempatkan kedudukan tersangka/terdakwa dalam semua tingkat pemeriksaan

adalah sebagai subyek bukan sebagai obyek pemeriksaan. tersangka/terdakwa harus

didudukkan dan diperlakukan dalam kedudukan manusia yang mempunyai harkat,

martabat dan harga diri. Sedangkan obyek pemeriksaan dalam asas acquisitoir

adalah kesalahan atau perbuatan pidana yang dilakukan oleh tersangka/terdakwa,

maka ke arah itulah pemeriksaan harus ditujukan.

Sebagai lawan atau pengecualian dari asas acquisitoir adalah asas

inquisitoir yang menempatkan tersangka/terdakwa dalam pemeriksaan sebagai

obyek yang dapat diperlakukan secara sewenang-wenang. Sistim pemeriksaan

seperti ini tidak dibenarkan dalam KUHAP karena tersangka/terdakwa tidak

diberikan kesempatan secara wajar untuk mempertahankan hak dan kebenarannya.

Mereka diperlakukan seolah-olah telah bersalah dan tersangka/terdakwa

diperlakukan sebagai obyek tanpa memperdulikan hak-hak asasi manusia dan

haknya untuk membela martabat serta kebenaran yang dimilikinya.

Sebagai jaminan ditegakkan asas praduga tak bersalah dalam KUHAP,

maka KUHAP telah memberikan jaminan yang tegas mengatur tentang hak-hak

tersangka yaitu antara lain:

1. Pasal 50 ayat (1) KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka berhak segera

mendapat pemeriksaan oleh penyidik dan selanjutnya dapat diajukan ke

penuntut umum”.

2. Pasal 50 ayat (2) KUHAP menegaskan bahwa: ”Tersangka berhak perkaranya

segera dimajukan ke pengadilan oleh penuntut umum” dan Pasal 50 ayat (3)

5 Asas praduga tak bersalah ini juga berlaku secara universal sebagaimana juga yang ditentukan

dalam Universal Declaration of Human Rights yang tercantum dalam article 11 (1), “Everyone

charged with a penal offence has the right to be presumed innocent until proved guilty according to

law in a public trial at which he has had all the guarantees necessary for his defence.” Ibid.

Page 46: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

dalam pelaksanaan KUHAP itu sendiri dan ada kemungkinan dalam praktek dengan

alasan mempergunakan kepentingan umum sebagai kedok untuk

mengenyampingkan suatu perkara. Terlebih lagi kepentingan umum sangat abstrak,

kabur dan mengambang karena baik KUHAP maupun Undang-Undang Kejaksaan

tidak ada merumuskannya secara tegas dan jelas tentang apa yang dimaksud dengan

kepentingan umum. Akibatnya, dalam praktek penegakan hukum bisa terjadi

nepotisme atau koncoisme dengan dalih demi kepentingan umum.

B. Asas Keseimbangan (Balance)

Aparat penegak hukum dalam melaksanakan fungsi dan wewenang

penegakan hukum tidak boleh berorientasi pada kekuasaan semata-mata.

Pelaksanaan KUHAP harus berdasarkan perlindungan terhadap harkat dan martabat

manusia dengan perlindungan terhadap kepentingan dan ketertiban masyarakat. Hal

ini berarti bahwa aparat penegak hukum harus menempatkan diri pada

keseimbangan yang serasi antara orientasi penegakan hukum dan perlindungan

ketertiban masyarakat dengan kepentingan dan perlindungan hak-hak asasi

manusia. Aparat penegak hukum dalam melakukan penegakan hukum harus

menghindari perbuatan melawan hukum yang melanggar hak-hak asasi manusia

dan setiap saat harus sadar dan berkewajiban untuk mempertahankan kepentingan

masyarakat sejalan dengan tugas dan kewajiban menjunjung tinggi martabat

manusia (human dignity) dan perlindungan individu (individual protection).

C. Asas Praduga Tak Bersalah (Presumption of Innocence)

Dalam penjelasan umum butir 3 huruf (c) KUHAP ditegaskan bahwa

“Setiap orang yang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut atau dihadapkan di muka

sidang pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah sampai adanya putusan

pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum yang

Page 47: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

� Mendapat “perlakuan keadilan” yang sama dibawah hukum, equal justice under

the law.4

Sebagai pengecualian dari asas legalitas adalah asas “opportunitas” yang

berarti meskipun seorang tersangka telah bersalah menurut pemeriksaan dan

penyidikan dan kemungkinan dapat dijatuhkan hukuman, namun hasil pemeriksaan

tersebut tidak dilimpahkan ke sidang pengadilan oleh penuntut umum atau dengan

kata lain bahwa jaksa penuntut umum dapat mendeponir suatu perkara atas dasar

pertimbangan demi kepentingan umum.

Jika kita telusuri ketentuan-ketentuan yang ada dalam KUHAP, ternyata

asas “opportunitas” tidak lagi berlaku efektif karena sebagaimana yang diatur

dalam pasal 140 ayat (2) huruf (a) dihubungkan dengan pasal 14 KUHAP, yang

menentukan semua perkara yang memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh

hukum, penuntut umum harus menuntutnya di muka pengadilan, kecuali terdapat

cukup bukti bahwa peristiwa tersebut bukan tindak pidana atau perkaranya ditutup

demi hukum. Sedangkan pasal 14 huruf (h) KUHAP hanya memberi wewenang

kepada penuntut umum untuk menutup perkara demi kepentingan hukum. Dengan

demikian, jaksa penuntut umum tidak mendeponir suatu perkara demi kepentingan

umum.

Namun demikian, pasal 32 huruf (c) Undang-Undang Kejaksaan RI

Nomor 5 Tahun 1991 menentukan bahwa kejaksaan masih berwenang melakukan

deponiringI dan hal sedemikian itu masih juga dipertegas oleh Pedoman

Pelaksanaan KUHAP yang menentukan bahwa KUHAP mengakui eksistensi

perwujudan asas “opportunitas”.

Berdasarkan kenyataan ini, ada dualistis mengenai pelaksanaan asas

“opportunitas” dalam KUHAP yaitu suatu sisi mengakui asas legalitas dan di sisi

lain asas legalitas telah dikebiri oleh kenyataan dengan adanya pengakuan KUHAP

terhadap eksistensi asas “opportunitas”. Keadaan ini akan membawa kesesatan

4 Perlakuan keadilan bagi setiap orang adalah juga merupakan asas yang berlaku universal yang

juga ditentukan dalam Universal Declaration of Human Rights yang tercantum dalam article 8, “Everyone has the right to an effective remedy by the competent national tribunals for acts violating

the fundamental rights granted him by the constitution or by law.” Ibid.

Page 48: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

BAB III

ASAS-ASAS HUKUM DALAM KUHAP

A. Asas legalitas (legality)

KUHAP sebagai Hukum Acara Pidana adalah undang-undang yang asas

hukumnya berlandaskan asas legalitas. Pelaksanaan penerapannya harus bersumber

pada titik tolak the rule of law yang berarti semua tindakan penegakan hukum harus

berdasarkan ketentuan hukum dan undang-undang serta menempatkan kepentingan

hukum dan perundang-undangan diatas segala-galanya sehingga terwujud

kehidupan masyarakat di bawah supremasi hukum (supremacy of law) yang harus

selaras dengan ketentuan perundang-undangan dan perasaan keadilan bangsa

Indonesia. Dengan demikian, setiap tindakan penegakan hukum harus tunduk di

bawah ketentuan konstitusi undang-undang yang hidup di tengah kesadaran hukum

masyarakat.

Sebagai konsekuensi dari asas legalitas yang berlandaskan the rule of law

dan supremasi hukum (supremacy of law), maka aparat penegak hukum dilarang

atau tidak dibenarkan:

� Bertindak di luar ketentuan hukum (undue to law) maupun undue process.

� Bertindak sewenang-wenang (abuse of law).

Setiap orang baik tersangka/terdakwa mempunyai kedudukan:

� Sama sederajat di hadapan hukum atau equality before the law.3

� Mempunyai kedudukan “perlindungan” yang sama oleh hukum atau equal

protection the law.

3 Asas equality before the law tersebut adalah berlaku secara universal sebagaimana juga yang

ditentukan dalam Universal Declaration of Human Rights yang tercantum dalam artikel 7, “All are

equal before the law and are entitled without any discrimination to equal protection of the law. All

are entitled to equal protection against any discrimination in violation of this Declaration and

against any incitement to such discrimination.” Human Rights A Compilation of International

Instruments, (New York, United Nation, 1993) hal 3.

Page 49: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

dikenakan penangkapan, penahanan, penggeladahan dan pensitaan, selain atas

perintah tertulis oleh kekuasaan yang sah dalam hal-hal dan menurut cara-cara

yang diatur dengan Undang-Undang”. Selanjutnya dijabarkan dalam Bab V

KUHAP mulai dari pasal 16 sampai dengan pasal 49 KUHAP.

4. Pada pasal 8 Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970

ditegaskan pula bahwa “setiap orang yang disangka, ditahan, ditahan, dituntut,

dan/atau dihadapkan di depan pengadilan, wajib dianggap tidak bersalah

sebelum adanya putusan pengadilan, yang menyatakan kesalahannya dan

memperoleh kekuatan hukum yang tetap”.

Selanjutnya dalam pasal 9 ayat (1) Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor:

14 Tahun 1970 ditegaskan: “seorang yang ditangkap, ditahan, dituntut, ataupun

diadili tanpa alasan yang berdasarkan Undang-Undang atau karena kekeliruan

mengenai orangnya atau hukum yang diterapkannya, berhak menuntut ganti

kerugian dan rehabilitasi”.

Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970

menegaskan: “Pejabat yang dengan sengaja melakukan perbuatan sebagaimana

disebut dalam ayat 1 dapat dipidana.

Ketentuan tersebut di atas lebih lanjut dijabarkan dalam Bab XII KUHAP mulai

dari pasal 95 sampai dengan pasal 97 KUHAP.

5. Pada pasal 36 Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970

ditegaskan: ”Dalam perkara pidana, seorang tersangka terutama sejak saat

dilakukan penangkapan dan/atau penahanan berhak menghubungi dan meminta

bantuan Penasihat Hukum”. Selanjutnya ketentuan ini dijabarkan dalam Bab VII

KUHAP mulai dari pasal 69 sampai dengan pasal 74 KUHAP.

Ketentuan-ketentuan tersebut merupakan dasar pokok sumber konstitusional dari

KUHAP yang pelaksanaan selanjutnya dijabarkan dalam pasal-pasal KUHAP.

Kemudian dapat diuji dan dikaitkan dengan landasan filosofis Pancasila dan

landasan operasional GBHN TAP MPR Nomor: IV/MPR/1978 sehingga pasal-

pasal KUHAP benar-benar konsisten dan sinkron dengan kedua landasan dimaksud.

Page 50: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

- Pasal 27 ayat 1 yang dengan tegas menyatakan bahwa segala warganegara

bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan.

- Memberikan perlindungan pada segenap bangsa dan seluruh tumpah darah

Indonesia.

- Dalam Penjelasan UUD 1945 ditegaskan bahwa Indonesia adalah Negara

Hukum (rechtstaat), tidak berdasarkan kekuasaan (machtstaat).

Landasan Hukum yang terdapat dalam Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor:

14 Tahun 1970 antara lain:

1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970

menegaskan bahwa peradilan dilakukan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Ketentuan ini kemudian dikuatkan kembali dalam KUHAP pada pasal 197

KUHAP sebagai landasan filosofis.

2. Pasal 4 ayat (2) Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970

menegaskan bahwa peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan biaya

ringan. Penjabaran pasal ini banyak terdapat dalam KUHAP seperti:

� Dalam pasal 50 KUHAP ditegaskan bahwa terdakwa segera mendapat

pemeriksaan dan persidangan pengadilan.

� Dalam pasal 236 KUHAP menegaskan bahwa pelimpahan berkas perkara dari

Pengadilan Negeri ke Pengadilan Tinggi untuk diperiksa dalam tingkat

banding harus dikirim 14 hari dari tanggal permohonan banding.

� Dalam pasal 98 sampai dengan pasal 101 KUHAP diatur hal-hal untuk

mempercepat proses dan biaya ringan seperti penggabungan perkara pidana

dan tuntutan ganti rugi.

3. Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970

menegaskan bahwa pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak

membeda-bedakan orang. Lebih lanjut diatur dalam pasal 7 Undang-Undang

Pokok Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970: ”Tiada seorang juapun dapat

Page 51: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

Fungsi penegakan hukum yang dipercayakan aparat penegak hukum

berada dalam ruang lingkup amanat Tuhan, mereka harus memilliki keberanian dan

kemampuan menyimak isyarat nilai keadilan yang konsisten dalam setiap

penegakan hukum. Keadilan yang ditegakkan aparat penegak hukum bukanlah

keadilan semaunya sendiri, tetapi merupakan wujud keadilan yang selaras dengan

keinginan dan keridhoan Tuhan Yang Maha Esa, yang mempunyai dimensi

pertanggungjawaban terhadap hukum, terhadap diri dan hati nurani dan terhadap

masyarakat nusa dan bangsa berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dengan

demikian, diharapkan setiap aparat penegak hukum harus terpatri semangat

kesucian moral dalam setiap tindakan penegakan hukum, mereka harus dapat

mewujudkan keadilan yang hakiki. Meskipun pada prinsipnya keadilan itu tidak

dapat diwujudkan secara murni dan mutlak. Manusia hanya mampu menemukan

dan mewujudkan keadilan yang nisbi atau relatif. Kita menyadari bahwa untuk

menegakkan keadilan menurut hukum (legal justice) adalah sangat sulit apalagi

menegakkan keadilan moral (moral justice). Namun, untuk mencapai keadilan itu

diperlukan adanya tolok ukur keadilan yang dicita-citakan oleh masyarakat bangsa

sebagaimana halnya yang dicantumkan dalam KUHAP yaitu Keadilan berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa.

B. Landasan Operasional KUHAP:

Landasan Operasional KUHAP adalah TAP MPR Nomor: IV/MPR/1978 sebagai

Garis-Garis Besar Haluan Negara di bidang Pembangunan dan Pembaharuan

Hukum. Berpedoman pada TAP MPR inilah, pembuat Undang-Undang

mengarahkan langkah operasi penyusunan dan perumusan KUHAP.

C. Landasan Konstitusional KUHAP:

Landasan Konstitusional KUHAP adalah UUD 1945 dan Undang-Undang Pokok

Kehakiman Nomor: 14 Tahun 1970.

Landasan Hukum yang terdapat dalam UUD 1945 antara lain:

Page 52: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

BAB II

LANDASAN KUHAP

A. Landasan Filosofis KUHAP:

Landasan Filosofis KUHAP adalah berdasarkan Pancasila terutama yang

berhubungan erat dengan Ketuhanan dan kemanusiaan.

Dengan landasan sila Ketuhanan, KUHAP mengakui setiap pejabat aparat penegak

hukum maupun tersangka/terdakwa adalah:

Sama-sama manusia yang dependen kepada Tuhan, sama manusia tergantung

kepada kehendak Tuhan. Semua makhluk manusia tanpa kecuali adalah ciptaan

Tuhan, yang kelahirannya di permukaan bumi semata-mata adalah kehendak dan

rahmat Tuhan. Mengandung arti bahwa :

1. Tidak ada perbedaan asasi di antara sesama manusia.

2. Sama-sama mempunyai tugas sebagai manusia untuk mengembangkan dan

mempertahankan kodrat, harkat dan martabat sebagai manusia ciptaan Tuhan.

3. Sebagai manusia mempunyai hak kemanusiaan yang harus dilindungi tanpa

kecuali.

4. Fungsi atau tugas apapun yang diemban oleh setiap manusia, hanya semata-mata

dalam ruang lingkup menunaikan amanat Tuhan Yang Maha Esa.2

Berdasarkan jiwa yang terkandung dalam sila Ketuhanan, cita penegakan

hukum tiada lain daripada fungsi pengabdian melaksanakan amanat Tuhan, dengan

cara menempatkan setiap manusia tersangka/terdakwa sebagai makhluk Tuhan

yang memiliki hak dan martabat kemanusiaan yang harus dilindungi dan

mempunyai hak dan kedudukan untuk mempertahankan kehormatan dan

martabatnya.

2 M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan Penerapan KUHAP, Penyidikan dan Penuntutan,

(Jakarta: Sinar Grafika, 2004), hal. 20.

Page 53: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

negara hukum dapat ditegakkan. Konsekuensi dari pembaharuan Hukum Acara

Pidana, maka Het Herziene Inlandsch Reglement (Staatblad Tahun 1941 Nomor

44) dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951 (Lembaran

Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 81), serta

semua peraturan pelaksanaannya dinyatakan dicabut dan diganti dengan Undang-

Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP) yang mulai berlaku sejak tanggal 31 Desember 1981.

Page 54: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

BAB I

PENDAHULUAN

Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila

dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin segala

warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Untuk

mewujudkan pernyataan tersebut di atas, melalui TAP MPR Nomor: IV/MPR/1978,

pemerintahan mengadakan usaha peningkatan dan penyempurnaan pembinaan

hukum nasional dengan mengadakan pembaharuan kodefikasi serta unifikasi

hukum dalam rangkuman pelaksanaan secara nyata dari Wawasan Nusantara.

Pembangunan hukum nasional salah satu diantaranya adalah di bidang Hukum

Acara Pidana dengan tujuan agar masyarakat menghayati hak dan kewajibannya

dan untuk meningkatkan pembinaan sikap para pelaksana penegak hukum sesuai

fungsi dan wewenang masing-masing ke arah tegaknya hukum, keadilan, dan

perlindungan terhadap harkat dan martabat manusia, ketertiban serta kepastian

hukum demi terselenggaranya negara hukum sesuai dengan UUD 1945.1

Pembaharuan Hukum Acara Pidana dilakukan dalam rangka untuk

mengganti Hukum Acara Pidana yang berasal dari Pemerintah Kolonial Belanda

yang termuat dalam Het Herziene Inlandsch Reglement (Staatblad Tahun 1941

Nomor 44) dihubungkan dengan Undang-Undang Nomor 1 Drt. Tahun 1951

(Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Nomor 81),

serta semua peraturan pelaksanaannya dan ketentuan yang diatur dalam perundang-

undangan lainnya sepanjang hal itu mengenai hukum acara pidana, perlu dicabut

karena sudah tidak sesuai dengan cita-cita hukum nasional.

Dengan pembaharuan Hukum Acara Pidana, berarti mengadakan

pembaharuan dalam melaksanakan peradilan bagi pengadilan dalam lingkungan

Peradilan Umum dan Makhamah Agung dengan mengatur hak serta kewajiban bagi

mereka yang ada dalam proses pidana, sehingga dengan demikian, dasar utama

1 Lihat konsideran Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP).

Page 55: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

BAB II LANDASAN KUHAP ........................................................................ 3

BAB III ASAS-ASAS HUKUM DALAM KUHAP ......................................... 7

BAB IV HUKUM ACARA PIDANA DALAM PRAKTEK ............................ 15

A. Prosedur Panggilan Dalam KUHAP ............................................... 15

B. Bantuan Hukum .............................................................................. 17

C. Contoh Surat Kuasa Khusus ........................................................... 20

D. Pencabutan Keterangan BAP .......................................................... 21

E. Surat Penangguhan Penahanan ....................................................... 25

BAB V ACARA PERSIDANGAN .................................................................. 29

A. Surat Kuasa ..................................................................................... 29

B. Panggilan Sidang ............................................................................ 32

C. Pembacaan Surat Dakwaan ............................................................. 33

D. Eksepsi ............................................................................................ 33

E. Acara Pemeriksaan .......................................................................... 35

F. Pembacaan Surat Tuntutan .............................................................. 36

G. Pledoi / Pembelaan ......................................................................... 37

H. Replik .............................................................................................. 39

I. Duplik ............................................................................................... 39

J. Acara Pembacaan Putusan ............................................................... 40

BAB VI UPAYA HUKUM ............................................................................... 43

A. Tingkat Banding ............................................................................. 43

B. Kasasi .............................................................................................. 46

C. Peninjauan Kembali / Heerzening .................................................. 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 54

Page 56: Republik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman · PDF fileRepublik Indonesia, Undang-undang Kekuasaan Kehakiman No. 4 tahun 2004. Republik Indonesia, Undang-undang No. 5 tahun

HUKUM ACARA PIDANA

DALAM TEORI DAN PRAKTEK

OLEH :

PROF. DR. SYAFRUDDIN KALO SH, M. HUM

DISAMPAIKAN PADA PROGRAM PENDIDIKAN

KHUSUS PROFESI ADVOKAT

ASOSIASI ADVOKAT INDONESIA CABANG MEDAN

KERJASAMA DENGAN

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS DARMA AGUNG

2007